DAFTAR GAMBAR / LIST OF FIGURES
|
|
- Budi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR GAMBAR / LIST OF FIGURES Halaman Page 1.1 Persentase Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Area Percentage of Nusa Tenggara Timur by Regency/Municipality, Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Population by Regency/Municipality, Piramida Penduduk, 2013 Population Pyramide, Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis dan Jenis Kelamin, 2013 Population of 10 Years Old and Over by Literacy Per Sex, Persentase Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama per Kabupaten, 2013 Percentage of Religion Follower by Regency, Persentase Populasi Ternak Besar Menurut Jenis Ternak di Setiap Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Large Livestock Population by Kind and Regency/Municipality, Persentase Populasi Ternak Kecil Menurut Jenis Ternak dan Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Small Livestock Population by Kind and Regency/Municipality, Persentase Pelanggan Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Electrical Power Costumer and Value Consumption by Regency/Municipality, Neraca Perdagangan Luar Negeri Nusa Tenggara Timur, International Trade Balance of Nusa Tenggara Timur, Banyaknya Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Number of Traffic Accident Victims, Arus Penumpang Angkutan Penyeberangan Ferry pada Setiap Lintasan Penyeberangan Komersil, 2013 Number of Ferry Passenger s Visit Currents by Commercial Port, Banyaknya Pesawat yang Datang pada Pelabuhan Udara Menurut Kabupaten/Kota, Number of Arrival Airlines Via Airport by Regency/Municipality, Banyaknya Penumpang yang Berangkat dari Pelabuhan Udara Setiap Kabupaten, Number of Departure Passengers via Airport by Regency, Jumlah Pelanggan Telepon Perorangan di Setiap Kabupaten, 2013 Number of Business Telephone Customers by Regency, Laju Inflasi Kota Kupang Per Bulan, 2013 Monthly Inflation Rate of Kupang City, 2013 (2007 = ) xl Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
2 PENJELASAN UMUM Beberapa data yang kami sajikan dalam penerbitan ini merupakan data perbaikan dari penerbitan tahun tahun sebelumnya. 1. Tanda tanda yang dipakai : i. : Data belum tersedia ii. : Data tidak tersedia atau dapat diabaikan iii.,. : Tanda desimal 2. Satuan : i. Batang (sabun cuci).. : 400 gram ii. Botol... : 700 cc iii. Km (Kilometer)... : 1000 meter iv. Lusin : 12 buah v. Ton.... : 1000 kg vi. Zak... : 40 kg vii. Kw (kwintal).. : 100 kg viii. Liter. : 1000 cc ix. Liter (untuk beras) : 0.80 kg x. Buah, bungkus, butir, helai, kilogram (kg), meter (m) 3. Sumber Data : Data yang ada dalam penerbitan ini ada yang dikumpulkan langsung oleh Badan Pusat Statistik dan ada pula yang bersumber dari Dinas/Instansi/Jawatan di Tingkat Provinsi. Data yang sumbernya tidak disebutkan, dikumpulkan langsung dari responden oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014 xli
3 EXPLANATORY NOTES Symbol, unit and others that used in this publication, are as follows. 1. S y m b o l s : i. : Data not yet available ii. : Data not available or data negligible iii.,. : Decimal point 2. U n i t : i. Briquette for soap.. : 400 gram ii. Bottle.. : 700 cc iii. Kilometers (km).... : 1000 meter iv. Dozen.. : 12 pieces v. Metric ton... : 1000 kg vi. Sack..... : 40 kg vii. Quintal (ql)..... : 100 kg viii. Littre. : 1000 cc ix. Littre (for rice).. : 0.80 kg x. Unit, patch, number, piece, kilogram (kg), meter (m) 3. S o u r c e s : Statistical data presented in this publication based on secondary statistical data compiled as a part of the normal activities of various government and private institution in NTT and some of data represent the result of survey, conducted by the BPS NTT. xlii Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
4 GEOGRAPHICAL SITUATION AND CLIMATE 2 Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
5 PENDAHULUAN 1. Buku NTT dalam angka 2012 merupakan statistik tahunan yang diterbitkan secara berkala oleh Badan Pusat Statistik Provinsi NTT sejak tahun Dengan adanya perubahan struktur organisasi BPS sesuai PP. No. 51 tahun 1999 dan Keputusan Presiden No. 121 tahun 2001 penyusunan isi publikasi disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru yaitu : Bagian Tata Usaha Bidang Statistik Produksi Bidang Statistik Distribusi Bidang Statistik Sosial Bidang Neraca Wilayah dan Analisa Statistik Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik INTRODUCTION 1. This book NTT in figure 2012 is an annual publication of the BPS Statistics of NTT that has published periodically since The information presented is in conformity with Government Regulation No.51 of 1999 and President Decree No.121 of 2001 under the organization of BPS. In line with government regulation, the BPS NTT consists of six Divisions: Secretariat Production Statistics Division Distribution Statistics Division Socio Statistics Division Analysis Regional Accounts and Analysis Statistics Division Integration Processing and Statistical Dissemination Division 2. Data statistik yang disajikan diperoleh dari Dinas Dinas di lingkungan Pemda NTT, serta instansi pemerintah & swasta lainnya diwilayah NTT berupa data sekunder. Sebagian data diambil dari sajian Badan Pusat Statistik dan yang berasal dari hasil kegiatan survei Badan Pusat Statistik NTT. Pada penerbitan 2011 ini penyajiannya dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris. Hal ini dimaksud untuk memudahkan para konsumen data yang semakin beragam. 3. Satuan atau ukuran serta tabel tabel statistik bersifat baku secara nasional yang juga berpedoman kepada standarisasi Perserikatan Bangsa Bangsa. 4. Untuk tabel tabel statistik dimana periode laporan datanya bulanan dan tahunan, selalu disajikan secara series, agar pemakai data dapat melihat atau menganalisis perkembangannya. 2. Most of the presented data has collected from the record of government offices and private institutions within the NTT administration, as secondary data collecting. Additional data were provided by BPS, and the result of relevant surveys conducted by Provincial and Regional BPS. Information of this publication has presented in Bahasa Indonesia and English to facilitate miscellanies consumers. 3. Most of the data presented were collected from the Unit and Measures etc, Used in the statistical tables are of National Standard, equal to accepted international standard. 4. Most of monthly and annual data presented as time series enable the users to follow to development trend. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014 xliii
6 SEJARAH SINGKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR A. Zaman Kebangkitan Nasional (± ) Pada masa sesudah tahun 1900, kerajaan kerajaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada umumnya telah ber ubah status menjadi Swapraja. Swapraja swapraja tersebut, 10 berada di pulau Timor (Kupang, Amarasi, Fatuleu, Am foan, Molo, Amanuban, Amanatun, Mio maffo, Biboki, Insana) satu di pulau Rote (Rote), satu di pulau Sabu (Sabu), 15 di pulau Sumba (Kanatang, Lewa Kanbera, Tabundung, Melolo, Rendi Mangili, Wei jelu, Masukaren, Laura, Waijewa, Kodi Lauli, Membora, Umbu Ratunggay, Ana kalang, Wanokaka, Lambaja), sembilan di pulau Flores (Ende, Lio, Larantuka, Ado nara, Sikka, Ngada, Riung, Nage Keo, Manggarai), tujuh di pulau Alor Pantar (Alor, Baranusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana, Batu Lolang, Purema). Swapraja swapraja tersebut terbagi lagi menjadi bagian bagian yang wilayah nya lebih kecil. Wilayah wilayah kecil itu disebut kafetoran kafetoran. B. Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Wilayah Nusa Tenggara Timur pada waktu itu merupakan wilayah hukum dari keresidenan Timor dan daerah takluknya (Residentie Timor en Onder Hoorig Heden). Keresidenan Timor dan daerah bagian barat (Timor Indonesia pada waktu itu, Flores, Sumba, Sumbawa serta pulau pulau kecil sekitarnya seperti Rote, Sabu, Alor, Pantar, Lomblen, Adonara, Solor). Keresidenan Timor dan daerah takluknya berpusat di Kupang, yang me miliki wilayah terdiri dari tiga afdeeling (Timor, Flores, Sumbawa dan Sumba), 15 onderafdeeling dan 48 Swapraja. Afde eling Timor dan pulau pulau terdiri dari 6 onder afdeeling dengan ibukotanya di Kupang. Afdeeling Flores terdiri dari 5 onder afde eling dengan ibukotanya di Ende. Yang ketiga adalah Afdeeling Sumbawa dan Sumba dengan ibukota di Raba (Bima). Afdeeling Sumbawa dan Sumba ini terdiri dari 4 onder afdeeling. Keresidenan Timor dan daerah takluknya dipimpin oleh seorang residen, sedangkan afdeeling dipimpin oleh seorang asisten residen. Asisten residen ini membawahi kontrolir/ Controleur dan Geraghebber sebagai pemimpin Onder afdeeling. Residen, asisten residen, kon troliir dan gezaghebber adalah pamong praja Kolonial Belanda. Para kepala onder afdeeling yakni kontrolir dibantu oleh pamong praja bumi putra ber pangkat Bestuurs assistant. (Ch. Kana, 1969, hal ). C. Zaman Pendudukan Jepang ( ) Pada tanggal 8 Maret 1942 komando angkatan perang Belanda di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian secara resmi Jepang menggantikan Belanda sebagai pemegang kekuasaan di Indonesia. Untuk Indonesia bagian timur termasuk wilayah Indonesia Bagian Timur wilayah NTT berada di bawah kekuasaan angkatan laut Jepang (Kaigun) yang berkedudukan di Makasar. Adapun da lam rangka menjalankan pemerintahan di daerah yang diduduki Kaigun menyusun pemerintahannya. Untuk wilayah Indonesia bagian timur dikepalai oleh Minseifu yang berkedudukan di Maka sar. Di bawah Minseifu adalah Minseibu yang untuk daerah Nusa Tenggara Timur termasuk ke dalam Sjoo Sunda Shu (Sunda Kecil) yang berada di bawah pimpinan Minseifu Cokan yang ber kedudukan di Singaraja. Disamping Minseibu Cokan terda pat dewan perwakilan rakat yang disebut Syoo Sunda Sukai Yin. Dewan ini juga berpusat di Singaraja. Diantaranya ang gota dewan ini yang berasal dari Nusa Tenggara Timur adalah raja Amarasi H. A. Koroh dan I. H. Doko. Untuk pemerintahan di daerah daerah nampaknya tidak banyak mengalami perubahan, hanya instilah istilahnya saja yang dirubah. Bekas wilayah afdeeling dirubah menjadi Ken dan di xliv Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
7 NTT ada tiga Ken yakni Timor Ken, Flores Ken dan Sumba Ken. Ken ini masing masing dikepalai oleh Ken Kan rikan. Sedang kan tiap Ken terdiri dari beberapa Bunken (sama dengan wilayah onder afdeeling) yang dikepalai Bunken Karikan. Di bawah wilayah Bunken adalah swapraja swapraja yang dikepalai oleh raja raja dan pemerintahan swapraja ke bawah sampai ke rakyat tidak mengalami perubahan. D. Zaman Kemerdekaan ( ) Setelah Jepang menyerah, Kepala Pemerintahan Jepang (Ken Kanrikan) di Kupang memutuskan untuk menyerahkan pemerintahan atas kota Kupang kepada tiga orang yakni Dr.A.Gakeler sebagai walikota, Tom Pello dan I.H.Doko. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pasu kan NICA segera mengambil alih seluruh pemerintahan sipil di NTT, di mana susunan pemerintahan dan pejabat pejabatnya sebagian besar adalah pejabat Belanda sebelum perang dunia II. Dengan demikian NTT menjadi daerah kekuasaan Belanda lagi, sistem pemerintahan sebelum masa perang ditegakkan kembali. Pada tahun 1945 kaum pergerakan secara sembunyi sembunyi telah mengetahui perjuangan Republik Indonesia melalui radio. Oleh karena itu kaum pergerakan menghidupkan kembali Partai perseri katan Kebangsaan Timor yang berdiri sejak tahun 1937 dan kemudian berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Perjuangan politik terus berlanjut, sampai pada tahun 1950 dimulai pase baru dengan dihapusnya dewan raja raja. Pada bulan Mei 1951 Menteri Dalam Negeri NIT mengangkat Y.S. Amalo menjadi Kepala Daerah Timor dan kepu lauannya menggantikan H.A. Koroh yang wafat pada tanggal 30 Maret Pada waktu itu daerah Nusa Tenggara Timur termasuk dalam wilayah Propinsi Sunda Kecil. Berdasarkan atas keinginan serta hasrat dari rakyat Daerah Nusa Tenggara, dalam bentuk resolusi, mosi, pernyataan dan delegasi delegasi kepada Pemerintah Pusat dan Panitia Pembagian Daerah yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No.202/1956 perihal Nusa Tenggara, pemerintah berpendapat sudah tiba saatnya untuk membagi daerah Propinsi Nusa Tenggara termaksud da lam Peraturan Pemerintah RIS no.21 tahun (Lembaran Negara RIS tahun 1950 No.59) menjadi tiga daerah tingkat 1 dimaksud oleh undang undang No.1 tahun Akhirnya berdasarkan undang undang No.64 tahun 1958 propinsi Nusa Tenggara dipecah menjadi Daerah Swa tantra Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (inventarisasi Land Use, 1967, hal. 2). Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur meliputi daerah Flores, Sumba dan Timor. Berdasarkan undang undang No.69/ 1958 tentang pembentukan daerah daerah tingkat II dalam wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, maka daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur dibagi menjadi 12 Daerah Swatantra Tingkat II (Monografi NTT, 1975, hal. 297). Adapun daerah swatantra tingkat II yang ada tersebut adalah : Sumba Barat, Sumba Timur, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Alor, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu. Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daswati I Nusa Tenggara Timur tertanggal 28 Pebruari 1962 No.Pem.66/1/2 yo tanggal 2 Juli 1962 tentang pembentukan kecamatan di Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur, maka secara de facto mulai tanggal 1 Juli 1962 swapraja swapraja dihapuskan (Monografi NTT, Ibid, hal. 306). Sedangkan secara de jure baru mulai tanggal 1 September 1965 dengan berlakunya undang undang no.18 tahun 1965 tentang pokok pokok pemerintahan daerah. Pada saat itu juga sebutan Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur dirubah menjadi Propinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan Daerah Swatantra Tingkat II dirubah menjadi Kabupaten. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014 xlv
8 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur di Kupang, tanggal 20 Juli 1963 No.66/1/32 mengenai pembentukan kecamatan, maka Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan 12 daerah tingkat II dibagi menjadi 90 kecamatan dan desa tradisionil, yakni desa yang bersifat kesatuan genealogis yang kemudian dirubah menjadi desa gaya baru. Pada tahun 2003 wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 16 kabupaten dan satu Kota. Kabupaten kabupaten dan Kota tersebut adalah: Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat dan Kota Kupang. Dari 16 kabupaten dan satu kota tersebut terbagi dalam 197 kecamatan dan desa/kelurahan. (Disarikan dari buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur Proyek Penelitian dan Pencetakan Kebudayaan Daerah 1977/1978). xlvi Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
9 The Brief History of Nusa Tenggara Timur Province A. The Era of National Resurgence ( ) After the year of 1900, the kingdoms existed in East Nusa Tenggara in general had been changed the status into regions (Swaprajas). Of the 43 regions were 10 in Timor Island (Kupang, Amarasi, Fatuleu, Amfoan, Molo, Amanuban, Amanatun, Miomaffo, Biboki, Insana), one in Rote Island (Rote), and one in Sabu Island (Sabu), 15 regions in Sumba Island (Kanatang, Lewa Kanbera, Tabundung, Melolo, Rendi Mangili, Waijelu, Masukaren, Laura, Waijewa, Kodi Lauli, Membora, Umbu Ratunggay, Anakalang, Wanokaka, Lambaja), 9 regions in Flores Island (Ende, Lio, larantuka, Adonara, Sikka, Ngada, Riung, Nage Keo, Manggarai), 7 regions Alor Pantar Island (Alor, Barunusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana, Batu Lolang, Purama). These regions were divided into smaller areas. These regions were called Kafetorans. B. The Dutch Colonial Administration At the time, the region of East Nusa Tenggara was legally under Timor Residency and it s colony which lead by a resident. Timor Residency and Western regions (Indonesia Timor consisted of Flores, Sumba, Sumbawa, and several small Islands namely Rote, sabu, alor, Pantar, Lomblen, Adonara, Solor). The Timor Residency and it s colony were centered in Kupang had three districts (affdelings) (Timor, Flores, Sumba and Sumbawa), 15 sub district (onder affdelings) and 48 regions. Timor district and the island consisted of 6 sub districts which Kupang was it s major town. Flores district had 5 sub districts which Ende was it s major town. The third was Sumba and Sumbawa districts consisted of 4 districts with Raba as major town. Timor Residency and the colony were lead by resident, while each districts were lead by a resident assistant who as top controller and each sub districts lead by geraghebber. Resident, resident assistant, controller and geraghebber were governing bureaucracy of Dutch colonial. The head of sub district namely controller was assisted by a governing bureaucracy (Bestuurs assistant) (pg Kana, Ch.) C. The Period of Japan Colonialism ( ) On March 8 th, 1942, the Dutch armed forces in Indonesia was unconditionally surrendered to the Japanese. Thus, Japan officially replaced Dutch including East Nusa Tenggara region that under the authority of Japanese Navy (Kaigun) which stationed in Makassar. Kaigun prepared his government administration in order to govern the colonies. Eastern part of Indonesia was lead by Minseifu station in Makassar. Minseifu topped of Minseibu which included Sjoo Sunda Shu (Lesser Sunda) for East Nusa Tenggara, this lead by Minseibu Cokan that stationed in Singaraja. Besides Minseibu Cokan, there was legislative assembly called as Sjoo Sunda Sukai Yin. This legislative was also stationed in Singaraja. Among the members of this legislative there were the king of Amarasi H. A. Koroh and I. H. Doko who represented East Nusa Tenggara. The administration of the regions did not seem to improve, only the terms has changed significantly. The ex district was changed into Ken and in East Nusa Tenggara there were three Kens namely Ken Timor, Ken Flores, Ken Sumba. Each Kens were headed by Ken Karikan. Each Kens were consisted of several Bunkens (identical to subdistrict region) lead by Bunken Karikan. Under Bunken there were regions lead by kings and there was not any changed in district administration downward. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014 xlvii
10 D. The Independence Era ( ) After Japan was surrendered, the head of Japanese Administration in Kupang gave up the authority of Kupang to Dr. A. Gakeler as a Major, Tom Pello and I. H. Doko. However, it was not long lasting because NICA trooped took over all of the civil administration in East Nusa Tenggara, prior to Second World War. Thus, officials of East Nusa Tenggara became Dutch colony again and the administration system prior reinforced. In 1945, the Indonesian hidden movements have been informed of the struggle of Republic Indonesia trough radio. Therefore, they movement revitalized Timor Nationality Alliances Party which was founded in 1937 and later changed into Indonesia Democracy Party (PDI). Political struggled still continued, in 1950 was started the new stage when council of kings were removed in May The Minister for Internal affairs of NIT (The State of East Indonesia), appointed Y. S. Amalo to be a head of Timor region and it s islands to replace of H. A. Koroh who died on March 30 th, In the period of time, East Nusa Tenggara region was a part of Lesser Sunda province. Based on the desire of people of Nusa Tenggara region expressed through resolution, motion, statement, and delegations to the central government and The Regional Divider Committee formed by Presidential Decree No. 202 / 1956 about Nusa Tenggara, the government was on the opinion that the time had came to divide Nusa Tenggara Province refered the government regulations of The Federal Republic of Indonesia (RIS) (Government Official Gazette of The Federal Republic of Indonesia 1950 No. 59) into three autonomous administrative first region defined in regulations No Finally, based on regulations No Nusa Tenggara Province was divided into first autonomous administrative regions; Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara (Land Use Inventaritation, 1967, pg. 2). The East Nusa Tenggara autonomous administrative first region consisted of Flores, Sumba and Timor regions. Based on regulations No. 69 / 1958 about the formation of second autonomous administrative regions in first autonomous administrative region of Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara were divided into 12 autonomous administrative second regions (East Nusa Tenggara monographs, 1975 pg. 297). With the issue of the Governor Decree of East Nusa Tenggara dated February 28 th, 1962, No. Gov. 66/1/2/yo on July 2 nd, 1962 about reformation of sub district in second autonomous administrative regions of East Nusa Tenggara, since July 1 st, 1992 as de facto, the districts were removed. in first autonomous administrative region (Monographs NTT ibid pg. 306). Meanwhile, as de Jure, the regulations were valid on September 1 st, 1965 which the legislation of regulations No. 18 / 1965 about the issues of regional administration. In the period of time, the term of first autonomous administrative region of East Nusa Tenggara was replaced by East Nusa Tenggara Province, While, second autonomous administrative region was replaced by Regency. Based on the First Level Region Governor Decree of East Nusa Tenggara July 20 th, 1963 No. 66/ 1 / 32 about reformation of sub districts, So East Nusa Tenggara Province that had 12 second level regions were divided into 19 sub districts, 4555 traditional villages with genealogic unit which changed into modern style villages later. In 2003, East Nusa Tenggara Province consisted of 16 Regencies and one municipality. The Regencies were Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor, Lembata, Flotim, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat and the municipality was Kota Kupang. The 16 regencies and 1 municipality were divided into 197 sub districts and 2585 administrative villages. (Resumed from the book Nusa Tenggara Timur Region History" Regional Culture s Research Project and Printing 1977/1978). xlviii Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
11 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, untuk memajukan kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai cita cita bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945; b. bahwa dengan memperhatikan pentingnya peranan statistik tersebut, diperlukan langkah langkah untuk mengatur penyelenggaraan statistik nasional terpadu dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien; c. bahwa Undang undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan Undang undang Nomor 7 tahun 1960 tentang Statistik pada saat ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, tuntutan masyarakat, dan kebutuhan pembangunan nasional; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c di atas, dipandang perlu membentuk Undang undang tentang Statistik yang baru; Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945; Menetapkan : Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG UNDANG TENTANG STATISTIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang undang ini yang dimaksud dengan : 1. Statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik. 2. Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakteristik (ciri ciri khusus) suatu populasi. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014 xlix
12 3. Sistem Statistik Nasional adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam penyelenggaraan statistik. 4. Kegiatan statistik adalah tindakan yang meliputi upaya penyediaan dan penyebarluasan data, upaya pengembangan ilmu statistik, dan upaya yang mengarah pada berkembangnya Sistem Statistik Nasional. 5. Statistik dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, yang memiliki ciri ciri lintas sektoral, berskala nasional, makro, dan yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab Badan. 6. Statistik sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas tugas pemerintahan dan pembangunan yang merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan. 7. Statistik khusus adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial budaya, dan kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat, yang penyelenggaraannya dilakukan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya. 8. Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 9. Survei adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 10. Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan atau masyarakat. 11. Badan adalah Badan Pusat Statistik. 12. Populasi adalah keseluruhan unit yang menjadi objek kegiatan statistik baik yang berupa kegiatan instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang, benda maupun objek lainnya. 13. Sampel adalah sebagian unit populasi yang menjadi objek penelitian untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi. 14. Sinopsis adalah suatu ikhtisar penyelenggaraan statistik. 15. Penyelenggara kegiatan statistik adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya. 16. Petugas statistik adalah orang yang diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan statistik untuk melaksanakan pengumpulan data, baik melalui wawancara, pengukuran, maupun cara lain terhadap objek kegiatan statistik. 17. Responden adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang, dan atau unsur masyarakat lainnya yang ditentukan sebagai objek kegiatan statistik. BAB II ASAS, ARAH, DAN TUJUAN Pasal 2 Selain berlandaskan asas asas pembangunan nasional, Undang undang ini juga berasaskan : a. keterpaduan; b. keakuratan; dan c. kemutakhiran. l Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 69 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH- DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR PRESIDEN, Menimbang : a. Bahwa berhubung
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/122; TLN NO. 1655 Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciUU 69/1958, PEMBENTUKAN DAERAH DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *)
UU 69/1958, PEMBENTUKAN DAERAH DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:69 TAHUN 1958 (69/1958)
Lebih terperinciPROFIL DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2014
PROFIL DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2014 Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Esa karena atas
Lebih terperinciBAB III JENIS STATISTIK DAN CARA PENGUMPULAN DATA. Bagian Pertama Jenis Statistik
Pasal 3 Kegiatan statistik diarahkan untuk : a. mendukung pembangunan nasional; b. mengembangkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif dan efisien; c. meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti
Lebih terperinciTentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT II DALAM WILAYAH DAERAH- DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGGARA TIMUR *)
Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 69 TAHUN 1958 (69/1958) Tanggal: 9 AGUSTUS 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/122; TLN NO. 1655 Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciIRGSC Analysis No 005/2014 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC)
IRGSC Analysis No 5/214 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Highlights of NTT Candlenut Data 2213 Jonatan A. Lassa and Randy Banunaek
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 5A TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sejarah Pembentukan Kabupaten Sumba Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah Pembentukan Kabupaten Sumba Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah sistem yang terbentuk dari sub sistem-sub sistem berupa daerah otonom yang dipengaruhi
Lebih terperinciCHAPTER XII COMPARISON BETWEEN REGENCIES/ CITIES BAB XII PERBANDINGAN ANTARA KABUPATEN/ KOTA
BAB XII PERBANDINGAN ANTARA KABUPATEN/ KOTA Pada bab ini menyajikan gambaran umum perbandingan datadata strategis daerah Kota Kendari dengan kabupaten/kota lain yang berada di kawasan provinsi Sulawesi
Lebih terperinciNOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciPENDUDUK DAN TENAGA KERJA. Population and Worker
PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Population and Worker POPULATION AND WORKER III PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN III POPULATION AND EMPLOYMENT III.1 PENDUDUK a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk
Lebih terperinciATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR LAMPUNG : SUATU HASIL DAN PROSES
Pesisir & Lautan -- - - --- - - - Volume 2, No.3, 1999 ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR LAMPUNG : SUATU HASIL DAN PROSES BUDY WIRYAWAN, BILL MARSDEN Proyek PesisirICRMP Lampung IAN M DUTTON Proyek PesisirICRMP
Lebih terperinciRILIS HASIL PSPK2011
RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur
Lebih terperinciPendapatan Regional/ Regional Income
2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami
Lebih terperinciPendapatan Regional/ Regional Income
Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMERINTAHAN GOVERNMENT
PEMERINTAHAN GOVERNMENT Propinsi Jawa Barat meliputi 16 kabupaten dan 9 kota, mencakup sekitar 561 kecamatan, 1794 kelurahan dan 3 978 desa. Pegawai Negeri Sipil di Jawa Barat pada tahun 2003 sebanyak
Lebih terperinciKEDUDUKAN GUBERNUR SUMATERA-UTARA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
KEDUDUKAN GUBERNUR SUMATERA-UTARA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TESIS HENKIE YUSUF WAU Nim : 992105029 / ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME
PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik
Lebih terperinciKeywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration
1 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Oleh : Ni Luh Putu Arianti A.A Ariani Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak;
Lebih terperinciPendapatan Regional/ Regional Income
2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami
Lebih terperinciHASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)
. BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 13/09/53/Th. I, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan eveluasi penyelenggaraan
Lebih terperinci*9743 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 1997 (16/1997) TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright 2002 BPHN UU 16/1997, STATISTIK *9743 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 1997 (16/1997) TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciABSTRAK. Tresa Telfia
ABSTRAK Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Dalam Penyediaan Sarana dan Prasarana Lalu Lintas Jalan Berkaitan dengan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES
KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DALAM ANGKA 2013 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES I.1 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rata-Rata di Stasiun Meteorologi Luwuk menurut Bulan ( 0 C), 2012 Minimum,
Lebih terperinci1930 1st Population Census for the whole region of Indonesia
istory of Statistical Activities History of BPS-Statistics Indonesia 1945 After Independence, the name changed into General Statistical Research Office of the Republic of Indonesia (KAPPURI), under the
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, laporan penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana HPTP (Hibah Pasca) Tahun III (2011), dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Penelitian ini
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB
Lebih terperinciNUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2014 Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2014 Nusa Tenggara Timur in Figures 2014 ISSN: 0215-2223 No. Publikasi / Publication Number: 53000.1401 Katalog BPS / BPS Catalog: 1102001.53 Ukuran Buku / Book Size: 15
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Lebih terperinci12. PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN DI KALIMANTAN TENGAH/Comparison Among Regency in Kalimantan Tengah
12. PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN DI KALIMANTAN TENGAH/Comparison Among Regency in Kalimantan Tengah PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN PETUNJUK TEKNIS 1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011
No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3683) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang
Lebih terperinciJawa Barat Dalam Angka 2004/
GOVERNMENT Propinsi Jawa Barat meliputi 16 kabupaten dan 9 kota, mencakup sekitar 592 kecamatan, 1 799 kelurahan dan 4 006 desa. Pegawai Negeri Sipil di seluruh Kabupaten dan Kota sejawa Barat pada tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Lebih terperinciDengan berlakukunya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi daerah otonom Kota Batam dengan membawahi 8
Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan maupun tantangan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti pengangguran dan inflasi berkontribusi
Lebih terperinciMORT ALIT AS DAN MORBIDITAS CEDERA PADA ANAK Dl KABUPATEN PROBOLINGGO DAN TULUNGAGUNG-JAWA TIMUR 2005
MORT ALIT AS DAN MORBIDITAS CEDERA PADA ANAK Dl KABUPATEN PROBOLINGGO DAN TULUNGAGUNG-JAWA TIMUR 2005 Yuslely Usman, Soewarta Kosen, Martuti Budiharto' ABSTRACT Background: In Indonesia, births and deaths
Lebih terperinciProvincial Comparison
Provincial Comparison Maluku Papua 3% Sulawesi 7% Kalimantan Bali, Nusa 6% Tenggara 6% Sumatera 21% Persentase Penduduk Indonesia Menurut Pulau 2010 Percentage Indonesia Population by Island 2010 Jawa
Lebih terperinciBAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pekerjaan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan
Lebih terperinciThe change status / level of Batam district into Batam Administration Municipality, it divided into 3 Districts. Administrations
Administrations Terbentuknya Pemerintah Kota Batam sebagai institusi Eksekutif yang melaksanakan roda pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan berlakunya Undang-undang
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008
KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008 Oleh I Made Sudarmayasa I Gusti Ayu Puspawati Bagian Hukum Administrasi Negara
Lebih terperinciJambi Dalam Angka 2007/
FINANCE AND PRICE Jambi Dalam Angka 2007/2008 541 KEUANGAN DAN HARGA 542 Jambi Dalam Angka 2011 FINANCE AND PRICE BAB 9 KEUANGAN DAN HARGA 9.1. Keuangan Negara CHAPTER 9 FINANCE AND PRICE 9.1. Finance
Lebih terperinciKONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010
No. 01 Desember KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan.
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPendapatan Regional dan Pengeluaran
Pendapatan Regional dan Pengeluaran 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan
Lebih terperinciBadan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi PEMERINTAHAN 28 Jambi Dalam Angka 2012 GOVERNMENT BAB 2 PEMERINTAHAN 2.1. Wilayah Administrasi CHAPTER 2 GOVERNMENT 2.1. Administration of Region Provinsi Jambi terdiri
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinciTESIS. Oleh : ALIDA NIM : Program Studi : Ilmu Hukum PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2003
PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR TAHUN ANGGARAN 2002 WALIKOTA MEDAN KEPADA DPRD KOTA MEDAN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMER 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TESIS Oleh : ALIDA NIM : 017005040 Program
Lebih terperinciSISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN
PT PLN (PERSERO) WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN PENERAPAN DI NUSA TENGGARA TIMUR FORUM KTI Lombok, 19 Oktober 2011 TANTANGAN KELISTRIKAN DI NTT - Memerlukan investasi tinggi
Lebih terperinciPrakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan
Lebih terperinciPenduduk dan Ketenagakerjaan
Penduduk dan Ketenagakerjaan 3.1. Penduduk Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan, karena penduduk itu sendiri berperan penting dalam proses pembangunan. Berdasarkan hasil olahan proyeksi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI
KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI T 711.14 WIC Berbagai kepentingan penggunaan lahan menyebabkan
Lebih terperinciMedan Dalam Angka Medan In Figure,
1. L E T A K Kota Medan terletak antara : - 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara - 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. 1.Geography Position Medan lies between : - 2º.27'
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 16/07/Th. XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2015 terus mengalami
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT
RENCANA DESIMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT. Peneliti Utama Y Ngongo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciSISTEM STATISTIK NASIONAL
BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG SISTEM STATISTIK NASIONAL BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR
Lebih terperinciPEMETAAN KEUANGAN DAERAH : PENDEKATAN CLUSTER (STUDI PADA APBD PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR TAHUN )
PEMETAAN KEUANGAN DAERAH : PENDEKATAN CLUSTER (STUDI PADA APBD PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR TAHUN 2001-2006) OLEH: LEVI OLIVIA SANTOSO 3203006188 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
Lebih terperinciNUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA
Katalog BPS :1403.52 NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2008 Kerjasama In Cooperation BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB BPS- Statistics of Nusa Tenggara Barat Province Dengan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciPopulation And Manpower
Population And Manpower Penduduk Government Ketenagakerjaan Manpower 3.1. Penduduk Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan, karena penduduk itu sendiri berperan penting dalam proses pembangunan.
Lebih terperinciBAB XIII. PERBANDIGAN REGIONAL KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 JEMBRANA BANGLI BULELENG TABANAN
BAB XIII PERBANDIGAN REGIONAL TABANAN JEMBRANA GINI RATIO : 0,386 IPM : 68,67 BANGLI BULELENG GINI RATIO : 0,393 IPM : 69,16 KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 GINI RATIO : 0,329 IPM : 65,75 GINI
Lebih terperinciKECAMATAN BATULANTEH
Katalog BPS : 1403.5204.070 KECAMATAN BATULANTEH DALAM ANGKA BATULANTEH DISTRICT IN FIGURES 2008 KERJASAMA In Cooperation BAPPEDA KABUPATEN SUMBAWA Regional Development Planning Board of Sumbawa Regency
Lebih terperinciTESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI
TESIS A.A. ASTRI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS A.A ASTRI DEWI NIM 1091561021 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciKATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP
KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciGeografis/ Geographic SEKAT
SEKAT 1 2 BAB I GEOGRAFI CHAPTER I GEOGRAPHIC 1.1. Letak dan Keadaan Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki luas wilayah 20.153,15 km 2. Terletak antara
Lebih terperinciPopulation And Manpower
Population And Manpower Penduduk Government Ketenagakerjaan Manpower Penduduk dan Ketenagakerjaan 3.1. Penduduk Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan, karena penduduk itu sendiri berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR *) Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM / SKRIPSI SISTEM PERWAKILAN DALAM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UUD 1945
PENULISAN HUKUM / SKRIPSI SISTEM PERWAKILAN DALAM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UUD 1945 Disusun oleh Aryo Seno NPM : 02 05 08033 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum
Lebih terperinciANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN BAYI Dl KABUPATEN/KOTA
ANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN BAYI Dl KABUPATEN/KOTA Ni Ketut Aryastami1, Ratih Ariningrum1 ABSTRACT The Ministry of Health had set target it and obligatory for minimum health standard
Lebih terperinciBUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 64 TAHUN 1958 (64/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 64 TAHUN 1958 (64/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA) Sumber: LN 1958/115; TLN NO. 1649 Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 05/05/53/Th. XX, 20 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2016 terus
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 180, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3901)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 180, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3901) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN
Lebih terperinciRegional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue
Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan
Lebih terperinciTjokorda Alit Budi Wijaya I Made Subawa Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana
PENGISIAN KEKOSONGAN JABATAN WAKIL KEPALA DAERAH YANG BERASAL DARI PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 Tjokorda Alit Budi Wijaya I Made Subawa Ni Made
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEMBATA
UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEMBATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Nusa Tenggara
Lebih terperinciRegional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue
Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10.Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan
Lebih terperinciBUPATI BANYUASIN SAMBUTAN
BUPATI BANYUASIN SAMBUTAN Dengan ridho dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Pemerintah Kabupaten Banyuasin bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin dapat menyelesaikan Penyusunan dan Publikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai
Lebih terperinciPopulation and Manpower
Population and Manpower PENDUDUK Population KETENAGAKERJAAN Manpower Penduduk dan Ketenagakerjaan 3.1. Penduduk Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan, karena penduduk itu sendiri berperan
Lebih terperinciPENDUDUK DAN TENAGA KERJA POPULATION AND MANPOWER
PENDUDUK DAN TENAGA KERJA POPULATION AND MANPOWER PENJELASAN TEKNIS Data Kependudukan dapat diperoleh melalui Sensus Penduduk, Registrasi Penduduk dan Survei Kependudukan. a. Sensus Penduduk adalah suatu
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan
Lebih terperinci