BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK"

Transkripsi

1 BUKU SAKU PENCEGAHAN PERDAGANGAN ANAK STOP PERDAGANGAN ANAK Pesan ini disampaikan atas kerjasama : HENTIKAN PERDAGANGAN ANAK Indonesia ACTS Against Child Trafficking

2 Buku Saku Pencegahan Perdagangan Anak LINDUNGI KAMI DARI JERAT PERDAGANGAN ANAK Penulis: Nurhamidah Penyunting : Muhammad Jailani Desain/Layout : Nurhamidah Cetak: Restu Printing-Indonesia Diterbitkan oleh: Yayasan KKSP- Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak Jln. Stella III No. 88 Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Telp Fax childcom@indosat.or.id

3 Kata Pengantar Persoalan perdagangan anak merupakan tanggungjawab Negara untuk menyelesaikannya. Namun pada sisi lain, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan penghapusan perdagangan anak. Melakukan penghapusan perdagangan anak bukan saja menangani anak-anak yang menjadi korban perdagangan anak, namun juga melakukan pencegahan agar anak-anak tidak diperdagangkan. Diantara langkah pencegahan adalah melakukan pendidikan penyadaran kepada masyarakat tentang perdagangan anak dan bahayanya bila anak-anak menjadi korban perdagangan. 1

4 Karena itu, buku saku ini disusun untuk menjadi pegangan bagi masyarakat,khususnya orang dewasa, untuk mengetahui apa, bagaimana perdagangan anak dan siapa yang menjadi korban dan pelakunya. Buku ini juga dimaksudkan untuk menjelaskan secara sederhana perbedaan-perbedaan pengertian perdagangan anak dengan perdagangan manusia, penjualan anak atau pun penyelundupan anak. Selanjutnya, buku ini menjelaskan dengan lugas caracara yang harus dilakukan baik oleh anak sendiri, orang tua, masyarakat hingga Negara untuk mencegah tindak pidana perdagangan anak. Disamping itu, dijelaskan juga apa yang dapat dilakukan pembaca bila menemukan kasus indikasi anak yang diperdagangkan di wilayah asal dan persinggahan/transit, ataupun kasus anak yang menjadi korban perdagangan di wilayah tujuan. Dengan adanya buku saku ini, diharapkan keluarga dan masyarakat memiliki tambahan pengetahuan dalam melindungi anak-anak dari tindak pidana perdagangan anak. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih pada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan input tersusunnya buku saku ini. Salam, Penulis Isi Siapa yang dimaksud dengan anak? 5 Apa yang dimaksud dengan perdagangan manusia? 5 1. Apa yang dimaksud dengan Perdagangan Anak 7 2. Bagaimana kita membedakan perdagangan orang dewasa dengan perdagangan anak 8 3. Bagaimana Proses Perdagangan Anak 9 4. Apa saja bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan? Apa beda perdagangan anak dengan penjualan anak? Apa perbedaan perdagangan anak dengan penyelundupan anak? 13 Apa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak? 15 Dampak yang terjadi pada korban perdagangan Dampak fisik Dampak sosial dan emosional 18 Anak yang berisiko menjadi korban perdagangan 19 Siapa yang dapat menjadi pelaku perdagangan anak? 21 Kapan dan di mana perdagangan anak terjadi? 22 Bagaimana cara kerja pelaku perdagangan anak? 22 Mengenal daerah-daerah Perdagangan Anak Daerah Asal atau Daerah Pengirim Daerah Transit atau Persinggahan Sementara Daerah Penerima atau Daerah Tujuan

5 Siapa yang dimaksud dengan anak? Menurut Konvensi Hak Anak yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Hal yang harus diingat saat menangani korban perdagangan 25 Hal yang harus kita ingat saat menangani korban perdagangan anak 25 Hal yang sebaiknya TIDAK dilakukan saat menangani korban 26 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah asal atau sending area? 27 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah transit? 28 Apa yang harus kita lakukan jika menemukan korban perdagangan di wilayah penerimaan atau receiving area? 28 Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak perdagangan anak? 29 Hukuman bagi pelaku perdagangan anak 31 Apa yang dimaksud dengan perdagangan manusia? Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi 4 5

6 Apa yang dimaksud dengan Perdagangan Anak? Jadi untuk perdagangan manusia terdapat 3 unsur, yaitu PROSES, CARA dan TUJUAN. Unsur Proses meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. Unsur CARA meliputi ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut. Unsur TUJUAN yaitu; tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ tubuh dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materil maupun immateril. Menurut UU No.14 Tahun (UU mengenai ratifikasi Protokol untuk Mencegah dan Menghukum Perdagangan Manusia, terutama Perempuan dan Anak, atau yang dikenal dengan Protokol Palermo) memberikan penjelasan mengenai perdagangan anak, yaitu; perekrutan, transportasi, transfer, penyembunyian atau penerimaan seseorang anak untuk maksud eksploitasi harus dianggap memperdagangkan manusia bahkan bila hal ini tidak melibatkan semua cara kekerasan atau bentuk pemaksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan posisi rentan atau memberikan atau menerima pembayaran, atau keuntungan untuk mendapat izin dari orang yang memegang kendali atas orang lain. 6 7

7 Bagaimana kita membedakan perdagangan orang dewasa dengan perdagangan anak? Seperti telah dijelaskan di atas bahwa perdagangan orang memiliki 3 unsur yaitu unsur proses, cara dan tujuan. Pada perdagangan anak cukup 2 unsur saja. Yaitu proses dan tujuan, sementara unsur cara (ancaman atau paksaan atau bentuk-bentuk lain seperti bujuk rayu, penculikan, penipuan, tipu muslihat atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan persetujuan dari seseorang yang memegang kendali atas seorang anak) adalah tidak relevan digunakan didalam kejahatan perdagangan anak. Prinsip ini menjadi pedoman bagi negara dalam memperlakukan anak-anak korban perdagangan manusia. Prinsip ini memandu upaya-upaya, terutama polisi yang terlibat dalam identifikasi dan bila relevan, kemudian mewawancarai para korban anak. Prinsip utama bagi petugas kepolisian adalah bahwa manusia berusia di bawah 18 tahun, memenuhi unsur direkrut, dipindahkan dan diterima untuk tujuan eksploitasi adalah korban perdagangan anak. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan yang berkenan dengan ijin seorang anak, keterlibatan dalam atau pemahaman atas proses yang mengakibatkan mereka diperdagangkan, hanya boleh digunakan sebagai sarana untuk menggali informasi umum, dan dengan cara apapun, tidak diperbolehkan untuk menentukan apakah seorang anak merupakan korban perdagangan. Demikian pula. Perekrutan, transportasi, transfer, penyembunyian atau penerimaan seorang anak dengan cara adopsi atau pernikahan dini untu tujuan eksploitasi juga dianggap sebagai perdagangan anak. Bagaimana Proses Perdagangan Anak? Anak yang diperdagangkan setidaknya mengalami proses: DIREKRUT. Pada proses ini anak direkrut dari desa atau daerah asalnya dengan cara bujuk rayu, pemaksaan, penculikan, penyekapan, baik oleh orang yang dikenal maupun tidak dikenal. DIPINDAHKAN. Pemindahan ini dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain baik masih berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan berbagai angkutan, baik darat, laut maupun udara. Pada proses ini, anak dipindahkan ke daerah yang tidak dikenal anak sebelumnya, sehingga anak tidak bisa kembali atau mengetahui jalan pulang ke daerah asalnya. DITAMPUNG. Proses pemindahan seringkali melibatkan banyak tempat. Sebelum anak diserahterimakan kadangkala anak-anak ditampung dulu, baik di rumah pelaku, maupun tempat lainnya seperti hotel, tempat penampungan lain atau di satu komunitas. Di tempat ini anak diawasi gerak-geriknya sehingga sulit untuk melarikan diri. Pada proses ini anak sudah mendapatkan perlakuan eksploitasi. DIPINDAHTANGANKAN atau diserahterimakan dari seseorang ke orang lain. Pemindahtangan ini biasanya dilakukan ketika anak sudah berada di daerah tujuan. Anak diserahkan oleh pelaku yang membawa anak dari daerah asal kepada pelaku yang berada di daerah tujuan untuk dipekerjakan dan dieksploitasi. 8 9

8 Bentuk Eksploitasi Anak Apa saja bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan? Bentuk eksploitasi yang dialami anak korban perdagangan adalah eksploitasi ekonomi dan seksual. Akan tetapi banyak anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual sekaligus. Eksploitasi seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tidak terbatas untuk kegiatan pelacuran dan pencabulan. Contoh eksploitasi seksual adalah anak yang dilacurkan dan anak dikawinkan secara kontrak. Pada kenyataannya anak yang dilacurkan dan seringkali mengalami eksploitasi seksual dan ekonomi sekaligus. Eksploitasi ekonomi adalah, bentuk-bentuk pemanfaatan tenaga untuk keuntungan pribadi maupun kelompok. Beberapa contoh dari eksploitasi ekonomi: Pembantu Rumah Tangga Anak (PRTA). Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga bekerja dengan jam kerja yang panjang yang menghalangi anak untuk sekolah dan beristirahat. Anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga seringkali mendapatkan gaji yang lebih rendah dari PRT dewasa, sementara pekerjaannya sama dengan PRT dewasa. PRT anak rentan untuk tidak dibayar karena anak lebih patuh pada majikan. Selain itu, anak juga beresiko mendapat tindak kekerasan, baik kekerasan fisik, mental,maupun seksual karena mereka bekerja pada tempat yang terisolir, yaitu rumah pribadi majikan. Kejadian kekerasan pada rumah majikan tersebut sulit terlihat oleh orang lain. Pemerintah sendiri mengalami 10 11

9 kesulitan dalam penanggulangan jenis pekerjaan yang terburuk bagi anak ini karena tingginya permintaan dan penyediaan pembantu rumah tangga anak. Kawin Kontrak. Kawin kontrak ini tidak ubahnya seperti praktek prostitusi karena dalam praktek kawin kontrak terjadi transaksi seksual. Uang kawin kontrak ini tidak diterima oleh perempuan akan tetapi diterima oleh keluarga dan pihak-pihak lainnya. Praktek ini masih dilakukan dibeberapa wilayah, terutama didaerah terpencil dan penduduknya miskin, dan didaerah wisata. Persoalan yang muncul kemudian sebagai dampak dari praktek kawin kontrak ini adalah pihak perempuan sangat rentan menjadi korban kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, stigmatisasi, diskrimasi dan sulitnya keluar dari lingkaran praktek kawin kontrak. Penghibur kafe. Anak yang menjadi penghibur di kafe seringkali dibayar rendah sementara pekerjaannya berat karena dilakukan pada malam hari dengan resiko yang tinggi seperti kekerasan fisik. Seksual dan mental. Pekerjaan ini merusak moral dan membahayakan diri anak. Dilibatkan dalam perdagangan narkoba. Banyak sindikat maupun jaringan narkoba melibatkan anak-anak sebagai pembuat, perantara bahkan sebagai pemakai. Beberapa aspek yang menyebabkan anak terlibat adalah karena kemiskinan, tekanan teman sebaya, peran keluarga, peran bandar serta masalah yang dihadapi disekolah termasuk putus sekolah. Semakin banyak bandar memakai anak sebagai pengedar maka semakin kecil peluang bandar untuk tercium aktivitasnya oleh aparat kepolisian. Apa beda perdagangan anak dengan penjualan anak? Penjualan anak adalah tindakan atau transaksi dimana seorang anak dipindahkan kepada orang lain oleh siapapun atau kelompok demi keuntungan keuangan atau keuntungan bentuk lain. Penjualan anak bukan tindakan perdagangan anak atau child trafficking tetapi ini adalah tindakan pelanggaran hak anak yang harus diberantas. Penjualan anak tidak saja selalu terindikasi dengan eksploitasi tetapi dalam penjualan anak ada transaksi yang menguntungkan pihak lain. Apa perbedaan perdagangan anak dengan penyelundupan anak? Penyelundupan anak adalah lebih menekankan pada pengadaan atau pengangkutan secara illegal dari satu negara ke negara lain yang menghasilkan keuntungan bagi penyelundup dan atau orang yang menyetujui anak diselundupkan. Penyelundupan tidak mengandung unsur eksploitasi di dalamnya

10 Faktor Penyebab terjadinya Perdagangan Anak Apa faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak? Selama ini di benak orang dewasa selalu menganggap anak adalah sebagai komoditi atau aset yang bisa mendatangkan keuntungan. Anggapan-anggapan seperti ini menempatkan posisi anak sangat rentan untuk menjadi korban. Selain itu ada faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan anak yaitu: Kemiskinan. Penyebab paling besar anak menjadi korban perdagangan adalah kemiskinan. Selama ini anak selalu didokrin dengan wejangan bahwa anak harus membantu perekonomian keluarga terutama bagi anak perempuan. Pendapat- pendapat seperti ini yang menyebabkan anak ingin membantu keluarga dengan bekerja tanpa memikirkan bahaya yang akan dihadapi dengan pekerjaan yang dipilih. Tidak memiliki akte kelahiran. Anak-anak yang tidak memiliki akte akan lebih mudah untuk dimanipulasi umurnya, biasanya ini dilakukan untuk pengurusan dokumen seperti KTP, Pasport, jika anak akan dipekerjakan baik didalam negeri mapun di luar negeri untuk menjadi buruh migran atau tenaga kerja wanita. Anak-anak yang menikah dan bercerai usia dini. Perkawinan dan perceraian yang melibatkan anak berusia dibawah 18 tahun. Menikah pada usia belia sangat rentan dengan perceraian karena perbedaan-perbedaan antara 2 individu yang belum matang. Pernikahan dini jelas melanggar hak azasi seorang anak, seperti hak mereka atas pendidikan, kesehatan yang layak dan kebebasan berekspresi. Pada kenyataannya, sejak seorang anak menikah, mereka dianggap telah dewasa dan mandiri sehingga tidak menjadi tanggungan orang tuanya. Dan secara otomatis mereka akan kehilangan status mereka sebagai anak. Akibatnya ketika anak perempuan bercerai 14 15

11 hak mereka sebagai seorang anak hilang, dan mereka harus tetap memenuhi kebutuhan hidupnya, jadi orang tua tidak akan menanggung beban hidup anak perempuan tersebut walau dia masih berusia dibawah 18 tahun. Untuk itu mereka memberanikan diri untuk pergi ke kota-kota besar untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik untuk bertahan hidup tanpa pendidikan formal, mereka tidak mempunyai ijazah dan ketrampilan yang memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak dari mereka akhirnya yang terbujuk dan terperangkap dalam industri seks komersial. Yatim Piatu. Kondisi anak yang tidak mempunyai keluarga akan menjadi sangat rentan untuk menjadi korban perdagangan. Terutama terhadap pelaku yang membujuk mereka dengan dalih untuk dipelihara, disekolahkan tetapi sebenarnya anak-anak tersebut akan dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Kurangnya pendidikan dan informasi. Kemiskinan menjadi satu penyebab kenapa banyak anak-anak yang putus sekolah baik ditingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP) maupun Sekolah Menengah Umum (SMU). Informasi mengenai bahaya perdagangan anak tidak sampai pada aparat pemerintah lokal. Dalam banyak kasus korban perdagangan anak sebagian adalah anak-anak yang usianya dimanipulasi, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh aparat pemerintah desa. Hal ini dapat terjadi dalam pengurusan dokumen legal seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, Kartu Keluarga ( KK). Kurangnya informasi menyebabkan anak menjadi korban. Perilaku konsumtif (bergaya hidup mewah). Perilaku komsumtif dan pengaruh teman sebaya menjadi pendorong anak untuk rela melakukan apa saja agar diterima oleh lingkungan sekitarnya, termasuk jika mereka harus bekerja sebagai pekerja seks komersial, maupun menjajakan narkoba. Terjerat hutang. Jeratan hutang ini biasanya terjadi pada orang tua. Ketika mereka tidak bisa melunasi hutangnya maka mereka menyerahkan anaknya untuk melunasi hutang tersebut. Posisi anak disini sebagai pembayar hutang orang tua. Suka tidak suka anak harus menjalaninya. Selama rentang waktu tersebut, tidak jarang anak mendapatkan perlakuan eksploitasi. Tingginya permintaan prostitusi anak. Ada mitos di masyarakat, jika melakukan hubungan seksual dengan anak dibawah umur maka akan awet muda dan bertambah perkasa. Mitos ini mendorong semakin gencarnya perekrutan terhadap anak-anak untuk dijadikan pekerja seks komersial. Perekrutan dilakukan dengan berbagai upaya antara lain penculikan, penipuan dan bujuk rayu. Kehancuran keluarga (broken home). Hubungan keluarga yang tidak harmonis juga menjadi pemicu dan menyebabkan anak menjadi korban untuk diperdagangkan. Anak yang menjadi korban ketidakharmonisan keluarga cenderung mempunyai jiwa yang labil sehingga akan sangat mudah untuk dipengaruhi dan menjadi korban. Dampak yang terjadi pada korban perdagangan Korban perdagangan anak akan mengalami dampak fisik. Dampak fisik Korban akan mengalami luka-luka disekujur tubuh akibat kekerasan yang diterimanya dari pelaku. Korban akan mengalami kerusakan organ reproduksi akibat pemerkosaan dan kekerasan seksual. Kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari pemerkosaan 16 17

12 atau tindakan seksual lainnya dari pelaku maupun orang lain. Terinfeksi penyakit menular (spilis, raja singa) dan HIV- AIDS.Korban akan mengalami cacat fisik dan penderitaan ini akan ditanggung korban seumur hidup. Bahkan tidak jarang berakibatkan kematian Dampak sosial dan emosional yang mungkin dialami oleh korban perdagangan Perasaan kehilangan kontrol dan kurangnya rasa aman, kejadian yang traumatis dapat merampas perasaan kontrol seseorang sehingga perasaan tidak nyaman dan kurang aman. Perasaan ini dapat menjadi lebih besar jika proses hukum yang dijalani oleh korban berada diluar kontrol, dan mereka dipaksa berpisah dari orang-orang, tempat dan kegiatan yang membuat mereka merasa aman dan bahagia. Hilang kepercayaan, perdagangan anak sering melibatkan korban di khianati, dibohongi oleh orang-orang yang mereka percayai, sehingga hal ini membuat korban sulit mempercayai orang lain atau membina hubungan dengan orang lain. Stigma sosial dan rasa malu. Korban perdagangan akan memiliki rasa malu karena pengalaman yang dialami selama proses perdagangan misalnya diperkosa, mendapat kekerasan, pelecehan seksual, hamil, tidak berhasil mengumpulkan uang banyak untuk keluarga, pandangan masyarakat yang selalu jelek terhadap korban perdagangan. Rasa rendah diri/hilang kepercayaan diri. Biasanya ini terjadi pada korban yang mengalami kekerasan dan penyiksaan. Ini dapat ditunjukan dalam berbagai tingkah laku termasuk depresi, rasa malu, respon emosional yang kuat dan kelesuan. Respon emosional yang kuat. Trauma perdagangan anak dapat menghasilkan berbagai macam respon termasuk kemarahan, histeria, mudah menangis, diam, mimpi buruk atau flashback (ingatan yang kuat tentang masa lalu). Menunjukan tingkah laku seksual. Korban kekerasan seksual memiliki kecenderungan untuk menunjukkan tingkah laku seksual. Ini dapat ditunjukan lewat tingkah laku seperti merayu dan mencolek-colek, ini terjadi jika korban dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial. Tingkah laku seperti ini cerminan kejadian yang dialami, korban menerima perhatian dalam bentuk interaksi seksual dan mungkin dia merasa bahwa itu salah-satunya untuk dapat mengekspresikan kontrol diri atau mendapatkan perhatian dan respek. Tingkah laku tersebut seringkali terjadi pada situasi dimana korban merasa tidak aman. Mempunyai perasaan tertekan dan cenderung melakukan tindak bunuh diri akibat trauma dan perasaan bersalah yang selalu menghantui pikiran korban. Anak yang berisiko menjadi korban perdagangan Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan berisiko menjadi korban perdagangan karena anak lebih rentan dibanding orang dewasa. Anak sering dianggap lebih lemah, baik secara fisik maupun mental.di samping itu, ada kelompokkelompok anak yang lebih berisiko diperdagangkan, diantaranya adalah: 1. Anak jalanan. Anak yang hidup di jalanan tidak ada yang mengawasi. Umumnya anak jalanan menentukan sendiri segala sesuatu untuk dirinya sendiri. Selain itu, anak jalanan lebih rentan terhadap penculikan, ancaman atau tindak kekerasan lain dimana masyarakat tidak terlalu merespon. Hal ini memudahkan pelaku menjerat atau menculik anak-anak yang hidup di jalanan

13 2. Anak yang mengalami kekerasan seksual. Ini terjadi karena secara psikologis, anak korban kekerasan seksual bahwa dirinya sudah tidak berharga lagi, karena hilangya keperawanan. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tentang arti keperawanman membuat anak tidak nyaman dan rentan dibujuk rayu untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya. 3. Anak yang dilacurkan, atau korban eksploitasi seksual juga sering menjadi target dari pelaku. Hal Ini terjadi anak yang dilacurkan seringkali dikucilkan dari masyarakatnya. Secara psikologis anak tertekan sehingga mudah percaya pada orang lain yang memberikan perhatian. Padahal perhatian ini seringkali semu dan hanya digunakan oleh pelaku perdagangan untuk menjerat anak. 4. Anak yang berasal dari keluarga miskin. Kebutuhan yang mendesak bagi keluarga miskin, terkadang mendorong orang tua memberi ijin anaknya untuk bekerja di daerah lain. Kondisi seperti ini menjadi peluang besar pelaku untuk memberikan iming-iming gaji yang besar serta penghidupan yang layak bagi anak dan keluarganya. Harapan orang tua kepada anaknya ini menjadi pertimbangan bagi anak menerima ajakan pelaku untuk bekerja. 5. Anak yang hanya berpendidikan rendah dan atau putus sekolah. Dalam kondisi seperti ini anak mudah ditipu dengan cara diiming-imingi pekerjaan dengan imbalan besar. 6. Anak korban kekerasan. Yang terjadi, baik di dalam rumah maupun diluar rumah memicu anak untuk menjadi korban perdagangan. Anak korban kekerasan yang tidak mendapat dukungan, baik oleh lingkungan sekitar maupun keluarganya cenderung mencari dukungan dari pihak lain. Dan kondisi ini seringkali dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan anak dengan cara memberikan perhatian dan bujuk rayu. 7. Anak yang kecanduan minuman keras dan narkoba. Anak yang sudah mengalami kecanduan, akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna membeli obat-obatan tersebut. Dalam kondisi ini anak mudah dibujuk rayu untuk bekerja apa saja, termasuk menjadi kurir dalam perdagangan narkoba. Jasa anak sebagai kurir dianggap sangat menguntungkan bagi pihak pengebar, dimana secara materi dengan mempekerjakan anak, imbalan yang diberikan tidak sebesar jika orang dewasa yang melakukan pekerjaan tersebut. Selain itu secara hukum, jika anak tertangkap, pengedar akan sangat mudah melarikan diri agar tidak terjerat secara hukum dalam penyelidikan, dimana selama anak bekerja dengan pengedar/pelaku telah terdokrin untuk upaya tutup mulut dengan berbagai ancaman. Dengan pekerjaan ini, anak rentan mengalami kekerasan fisik, seksual dan mental dari pelaku. Siapa yang dapat menjadi pelaku perdagangan anak? Pelaku perdagangan anak tidak saja melibatkan individu, organisasi/sindikat lintas negara, baik yang terorganisir maupun tidak terorganisir. Orang tua atau suami dapat menjadi pelaku perdagangan anak manakala mereka secara sadar/tidak sadar menawarkan, memberi ijin, menerima uang atas penyerahan anak atau istrinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelaku perdagangan anak yang terorganisir diantaranya adalah agen, calo atau sindikat yang merekrut anak. Agen atau calo dapat merupakan teman, tetangga, keluarga, pacar atau bahkan guru. Perusahaan perekrut tenaga kerja (PJTKI) dengan agen atau calo di daeah tersebut juga dapat menjadi pelaku perdagangan anak, manakala mereka memfasilitasi pemalsuan 20 21

14 Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan paspor serta secara ilegal, menyekap calon pekerja di penampungan dan menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda dengan yang mereka janjikan. Selain itu, calo pernikahan yang merekrut korban dimana pernikahan yang diaturnya menjerumuskan perempuan dalam kondisi perbudakan dan eksploitatif. Aparat pemerintah dapat menjadi pelaku perdagangan anak ketika mereka menyalahgunakan kekuasaan dengan memalsukan dokumen secara illegal sehingga mengakibat-kan terjadinya tindak pidana perdagangan orang.sementara itu majikan, pengelola dan pelanggan tempat hiburan merupakan pelaku eksploitasi anak. Kapan dan di mana perdagangan anak terjadi? Perdagangan anak dapat terjadi kapan saja tanpa mengenal waktu. Akan tetapi pada saat-saat dimana kebutuhan akan tenaga kerja meningkat, baik di dalam atau di luar negeri, maka perekrutan anak akan menjadi lebih gencar. Perdagangan anak dapat terjadi di mana saja tanpa mengenal tempat, bahkan di tempat yang dianggap paling aman, misalnya di rumah atau di sekolah. Tempat umum lainnya seperti mall, terminal bus dan stasiun juga dapat menjadi tempat terjadinya perdagangan anak. Bagaimana cara kerja pelaku perdagangan anak? Pelaku Pelaku perdagangan anak bekerja dengan berbagai cara mulai dari bujuk rayu hingga menggunakan kekerasan. Bujuk rayu/iming-iming yang biasa dipakai antara lain: Menjanjikan kerja dengan gaji yang besar di dalam maupun di luar negeri. Menjanjikan pengasuhan yang baik, misalnya anak dipelihara dan disekolahkan. Menjanjikan kehidupan yang lebih baik, misalnya dengan cara kawin kontrak. Sedangkan kekerasan yang biasa dipakai untuk menjerat korban antara lain kekerasan fisik, mental dan seksual serta penculikan, penyekapan, penipuan dan penjeratan hutang. Mengenal daerah-daerah Perdagangan Anak Perdagangan anak melibatkan banyak daerah. Daerah perdagangan anak dibagi menjadi: Sending Area atau daerah asal Transit Area atau daerah persinggahan sementara Receiving Area atau daerah tujuan. Daerah Asal atau Daerah Pengirim Daerah asal atau pengirim merupakan daerah dimana anak berasal atau daerah sebelum anak dikirimkan kedaerah tujuan. Biasanya daerah asal atau pengirim ini adalah wilayah dimana tingkat kemiskinan dan tingkat anak putus sekolah tinggi sehingga orang tua mengijinkan anaknya bekerja keluar daerah untuk membantu perekonomian keluarga. Segala upaya, misalnya bujuk rayu, pemalsuan dokumen, penculikan terjadi pada daerah asal atau daerah pengirim. Daerah Transit atau Persinggahan Sementara Daerah transit dalam perdagangan anak adalah merupakan daerah persinggahan yang menampung anak-anak yang 22 23

15 direkrut sebelum mencapai daerah tujuan. Pada daerah transit ini, biasanya korban sudah dieksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Beberapa ciri anak korban perdagangan di wilayah transit yang bisa dikenali adalah: Anak berkelompok dan dalam kondisi kebingungan, ketakutan dan defresi. Anak ditempatkan dirumah yang tertutup dan tidak bisa didatangi oleh orang lain atau masyarakat, tempat tinggal tersembunyi atau dirahasiakan. Korban tidak memiliki cukup uang, sehingga tidak bisa pulang ke daerahnya. Tidak mengetahui alamat dan tujuan perjalanan korban tidak membawa KTP, akte kelahiran, paspor atau identitas lainnya. Daerah Penerima atau Daerah Tujuan Daerah penerima atau daerah tujuan adalah daerah akhir dimana anak ditempatkan. Pada daerah ini anak mengalami eksploitasi baik itu secara ekonomi maupun seksual. Bentukbentuk kekerasan yang dialami anak didaerah tujuan antara lain : Anak tidak boleh bersosialisasi atau berkomunikasi dengan masyarakat sekitar tempat anak bekerja. Anak dipaksa hidup dalam komunitas terpantau oleh pelaku perdagangan anak. Identitas anak (KTP, pasport) ditahan oleh pelaku. Anak mengalami kekerasan fisik, emosional maupun seksual. Anak seringkali tidak mendapatkan perlindungan dan terlantar akibat pemerintah dan aparat penegak hukum belum berperspektif korban. Untuk kasus perdagangan anak lintas negara, penanganan kasus belum maksimal karena kerjasama antara negara belum berjalan dengan baik. Hal yang harus diingat saat menangani korban perdagangan Saat bekerjasama dengan orang yang pernah menjadi korban perdagangan berarti kita akan menggali topik yang sangat sensitif, pribadi dan sulit. Untuk itu harus diingat bagaimana sikap kita saat menangani korban perdagangan anak. Dalam konvensi Hak Anak tertulis 4 prinsip umum tentang hak anak : 1. Non Diskriminasi, dimana anak tidak dibedakan dari ras, suku, agama, kemampuan dan pandangan politik. 2. Yang terbaik bagi anak. 3. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak. 4. Penghargaan terhadap pendapat anak, dimana anak berhak untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan, apa yang seharusnya ketika orang dewasa membuat keputusan yang berdampak terhadap mereka, dan agar pendapat mereka juga dipertimbangkan. Hal yang harus kita ingat saat menangani korban perdagangan anak Lindungi keanonimusan atau kerahasiaan korban. Kerahasiaan korban berarti bahwa referensi apapun sebaiknya tidak mencantumkan nama korban kecuali jika korban memberikan ijin. Pastikan semua arsip disimpan pada lokasi yang aman. Kerahasiaan berarti bahwa korban harus mendapatkan layanan secara pribadi tanpa ada yang mengetahui layanan yang dia terima. Identitas korban khususnya yang bekerja pada industri seks harus disimpan sebagai rahasia. Jika anda perlu bicara dengan orang lain mengenai kasus ini minta persetujuan korban

16 Mengadakan pertemuan ditempat yang sepi, tanpa diketahui oleh orang lain dan tanpa gangguan. Menghargai korban. Memperhatikan dan menjadi pendengar yang baik. Beritahu korban bahwa dia dapat mengakhiri pembicaraan kapan saja. Cari tahu apa yang bisa membuat korban merasa nyaman.bantu korban untuk sembuh dari rasa malu dengan memberikan keyakinan bahwa kekerasan yang dialami bukan kesalahannya. Bantu korban untuk mengenali kekuatan dan kenyakinanya sendiri, puji keberaniannya untuk bicara mengenai pengalamannya. Pastikan kata-kata anda tidak menstigma korban atau membuatnya merasa lebih malu. Hal yang sebaiknya TIDAK dilakukan saat menangani korban perdagangan Menggunakan metode komunikasi yang tidak sensitif anak, misalnya hanya dilakukan komunikasi secara verbal/lisan dan sebagainya. Menggali hal-hal detail dari kejadian yang bertujuan untuk memuaskan rasa ingin tahu petugas, sehingga berakibat korban menjadi korban untuk yang kedua kalinya, sebab korban diminta untui mengingat kembali detail kejadian yang menyakitkan. Sibuk dengan penggalian masalah/peristiwa traumatis korban. Tidak menunjukan empaty dan kepedulian kepada korban. Tidak membuat korban merasa tidak didengarkan atau diperhatikan. Terkesan menasehati/menggurui/mengarahkan ataupun menyalahkan. Mengambil jarak dan memperlakukan korban sebagai pasien. Memberikan janji-janji yang tidak dipikirkan secara matang oleh petugas. Mengambil foto tanpa ijin. Menawarkan bantuan yang tidak realistis atau tidak dapat direalisasikan. Memvonis korban dengan argumen yang buruk. Apa yang kita lakukan jika kita menemukan anak yang terindikasi menjadi korban perdagangan di wilayah asal atau sending area 1. Memberikan pemahaman pada orang tua dan anak bahwa anak rentan menjadi korban perdagangan 2. Membangun komunikasi dengan sumber berita, hal ini bisa dilakukan dengan tetangga sekitar lokasi. 3. Menghubungi pihak kepolisian atau aparat desa setempat bahwa ada anak yang terindikasi menjadi korban perdagangan. 4. Berpartisipasi dan mendorong pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan orang tua anak. 5. Memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa anak yang menjadi korban perdagangan adalah korban bukan aib. 6. Membantu integrasi anak pada keluarganya

17 Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan di wilayah transit? Menggali informasi sebanyak mungkin untuk menginformasikan kecurigaan akan adanya anak korban perdagangan. Membangun komunikasi dengan sumber berita. Hal ini bisa dilakukan dengan tetangga sekitar lokasi atau akan lebih baik lagi jika membangun komunikasi tersebut dengan korban langsung. Menghubungi pihak kepolisian untuk menyelamatkan anak dari penampungan Menghubungi rumah aman, baik yang dikelola oleh pemerintah daerah maupun dikelola oleh LSM Bekerjasama dengan polisi untuk membawa korban ketempat yang lebih aman Bekerjasama dengan pemerintah untuk memulangkan korban. Apa yang kita lakukan jika kita menemukan korban perdagangan diwilayah penerimaan atau receiving area? 1. Membangun komunikasi dengan korban tentang keberadaannya dan atau kemungkinan adanya korban lain. 2. Membangun komunikasi dengan sumber berita bila informasi didapat di pihak ketiga dan dilanjutkan dengan investigasi. 3. Menghubungi kepolisian dan aparat terkait setempat untuk penyelamatan anak 4. Membantu anak dalam pemulihan kesehatan phisik dan mental, baik bekerjasama dengan pemerintah terkait, LSM, rumah aman mapupun P2TP2A 5. Membantu proses layanan lanjutan pada anak termasuk reintegrasi anak dengan keluarga. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak perdagangan anak? Pencegahan tindakan perdagangan anak harus dilakukan, sebab mencegah perdagangan anak adalah tugas bersama semua pihak, mulai dari anak, orang tua, guru, masyarakat dan negara harus berperan secara aktif. Peran Negara Melakukan sosialisasi Undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) dan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) baik dikalangan pemerintah, aparat penegak hukum maupun masyarakat. Memberikan registrasi penduduk termasuk anak-anak secara berkala dengan gratis. Menyediakan pendidikan gratis minimal 9 tahun Peran Masyarakat Tidak mempekerjakan anak sebagai pembantu rumah tangga, buruh pabrik, buruh perkebunan, dll. Bila ingin menjadi tenaga kerja diluar negeri, haruslah usianya diatas 18 tahun,mencari informasi yang benar ke Dinas Tenaga Kerja setempat, terutama memastikan tempat atau tujuan atau alamat tempat pekerjaan

18 Jangan biarkan PJTKI/sponsor/calo/orang lain memalsukan identitas anak. Jangan pernah meminta orang lain untuk menyimpan paspor/ktp/kontrak kerja dan dokumen penting lainnya. Peran orang tua Orangtua bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak seperti hak untuk pendidikan, didengarkan pendapatnya, dll. Waspada dengan orang yang membujuk dengan imimgiming gaji tinggi, pekerjaan yang enak, kehidupan yang lebih baik bagi anak, baik oleh orang yang dikenal baik maupun oleh orang yang tidak dikenal. Jangan menjadikan anak sebagai aset keluarga untuk membantu perekonomian keluarga dengan membiarkan anak menjadi pekerja di bawah umur. Peran anak Jangan mudah dibujuk dengan iming-iming gaji tinggi, pekerjaan yang enak, kehidupan yang lebih baik maupun hal-hal yang disukai anak seperti mainan/permen baik oleh orang yang dikenal baik maupun oleh orang yang tidak dikenal; Bila mengetahui adanya tanda-tanda temannya akan diperdagangkan maka anak dapat memberitahu temannya dan orang terdekatnya akan bahaya perdagangan. Melakukan sosialisasi kepada teman sebaya tentang bahaya perdagangan anak. Hukuman bagi pelaku perdagangan anak Ancaman hukuman 15 tahun penjara atau paling singkat 3 tahun penjara dan denda paling banyak Rp (tiga ratus juta rupiah), atau paling sedikit Rp (enam puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 81 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukuman paling singkat 3 tahun penjara dan paling lama 15 tahun penjara dan denda paling banayak Rp (enam ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp (seratus dua puluh juta rupiah) berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang.Ancaman hukuman penjara 9 tahun, berdasarkan pasal 287 ayat (1) KUHP. Ancaman hukuman 5 tahun penjara, berdasarkan pasal 293 KUHP

19 Jika anda mendengar, melihat, mengetahui kasus-kasus perdagangan anak atau anak yang terindikasi untuk diperdagangkan, dapat menghubungi Partner Indonesia Acts dan TdH Netherlands yang tersebar di 10 kota: 1. Medan, Yayasan KKSP (061) Jakarta, Yayasan Jurnal Perempuan (021) , Yayasan Anak dan Perempuan (021) , YKB (021) , Bandung, Institut Perempuan (022) , Pratista Indonesia (0251) , Semarang, KJHAM (024) , YayasanSetara (024) ) 5. Solo, Yayasan KAKAK (0271) , SARI (0271) , Isya Grobogan , KPI Rembang (0295) Yogyakarta, Yayasan SAMIN (0274) 41230, Rifka Annisa (0274) Surabaya, Kawan Kami (031) , KPI Jatim Kupang, Rumah Perempuan (0380) , Inkasih Soe , Yabiku Kefa (0388) 31691, KiperHAM SIKKA , YS3L Lembata Pontianak, LBH-APIK (0561) Mataram, Perkumpulan Panca Karsa (0370) Printed by: restu printing -Indonesia 32

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, menyebutkan bahwa : Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan beberapa peraturan, khususnya tentang hukum hak asasi manusia dan meratifikasi beberapa konvensi internasional

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA 1) Kasus Jual Beli Organ Tubuh Anak Semakin tingginya angka keberhasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 5 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Apa perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Defenisi Human Trafficking Protokol Palermo Tahun 2000 : Perdagangan orang haruslah berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, menyembunyikan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP Di dalam kitab undang-undang pidana (KUHP) sebelum lahirnya undangundang no.21

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA Training HAM Lanjutan Bagi Tenaga Pendidik Akpol Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Vulnerable Groups) Hotel Horison Semarang, 15-17 Januari 2014 MAKALAH PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perdagangan Manusia untuk tenaga kerja (Trafficking in persons for labor) merupakan masalah yang sangat besar. Data Perdagangan Manusia di Indonesia sejak 1993-2003

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFIKING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1. TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1 Abstraksi Perdagangan manusia di Indonesia merupakan suatu fenomena yang luar biasa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Deskripsi UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 1. Sejarah Singkat

Lebih terperinci

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN B U K U S A K U B A G I ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA Penyusun Desainer : Tim ACILS dan ICMC : Marlyne S Sihombing Dicetak oleh : MAGENTA FINE PRINTING Dikembangkan

Lebih terperinci

Bentuk Kekerasan Seksual

Bentuk Kekerasan Seksual Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan 1 Desain oleh Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia 0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling mulia yang mempunyai harkat dan martabat yang melekat didalam diri setiap manusia yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik,

Lebih terperinci

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain.

Apa itu migrasi? Apakah Migrasi Tenaga Kerja? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apa itu migrasi? Migrasi adalah tindakan berpindah ke tempat lain baik di dalam satu negara maupun ke negara lain. Apakah Migrasi Tenaga Kerja? 1 Manfaat Bekerja ke Luar Negeri Membantu ekonomi keluarga.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK C. Tindak Pidana Persetubuhan dalam KUHPidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari tindak kekerasan yang dialami orang terutama perempuan dan anak, termasuk sebagai tindak

Lebih terperinci

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan Bentuk 1 Desain oleh : Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak 7 Perbedaan dengan Undang Undang Perlindungan Anak Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Perlindungan Anak? Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek perdagangan orang di Indonesia, sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan tersebut, serta belum

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Anak Belum ada rumusan yang memadai tentang Human Trafficking, penggunaan yang paling mungkin untuk

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059] UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 111 (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

Lebih terperinci

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN 1 HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN Saya akan mengawali bab pertama buku ini dengan mengetengahkan hak pekerja yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak-anak dalam dunia ketenagakerjaan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan tingkat kelahiran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian serta penyebaran

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak

Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak 2012 Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 2 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3) Perlindungan Anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dari penelantaran, diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi dan/atau seksual, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, perlakuan

Lebih terperinci

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin Bahan Bacaan: Modu 2 Pengertian Anak Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin A. Situasi-Situasi yang Mengancam Kehidupan Anak Sedikitnya

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa perdagangan orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM No. 7, 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI 1 BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA 16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 77 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan : a. diskriminasi terhadap anak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REHABILITASI EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang C3.2.SPOT.007 2 Buku Seri Pendidikan Orang Tua: Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang C3.2.SPOT.007 Judul Buku Seri Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ±

BAB I PENDAHULUAN. Usia Pekerja Jumlah Pekerja Tahun Survei Tahun Tahun ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seorang anak tidaklah lepas dari permasalahan, baik itu masalah ekonomi, sosial, pendidikan yang semuanya tidak dapat diselesaikan oleh si anak itu sendiri.

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA MENGENAI BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON MUTUAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS) PERJANJIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perdagangan orang (trafficking) telah lama terjadi dimuka bumi ini. Perdagangan orang merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Hal

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) NAMA : HARLO PONGMERRANTE BIANTONG NRS : 094 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan

Lebih terperinci

SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK

SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK BAHAN BACAAN SESI 12: PENCEGAHAN PENELANTARAN DAN EKSPLOITASI TERHADAP ANAK A. PENCEGAHAN PENELANTARAN TERHADAP ANAK 1. Apa yang dimaksud dengan penelantaran? Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style LATAR BELAKANG Perdagangan anak ( trafficking ) kurang lebih dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan dan percobaan tindakan yang melibatkan rekruitmen,transportasi, baik di dalam maupun antar negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem hukum dalam suatu negara, dalam hal ini negara kita, Indonesia. Suatu bentuk penerapan peraturan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 32 BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tindak pidana

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA PARIAMAN, Menimbang :

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa perdagangan orang merupakan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.984, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Pencegahan. Penanganan. Perdagangan Orang. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017 ASPEK HUKUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UU NO.23 TAHUN 2004 1 Oleh : Ollij A. Kereh 2 ; Friend H. Anis 3 Abstrak Perkembangan kehidupan sosial dewasa ini menunjukkan menurunnya nilai-nilai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI [LN 2004/133, TLN 4445]

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI [LN 2004/133, TLN 4445] UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI [LN 2004/133, TLN 4445] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 102 (1) Dipidana dengan pidana penjara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SINGGAH PADA PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK ENGKU PUTERI PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT 1 ILHAM GEMIHARTO, 2 KISMIYATI EL KARIMAH 1 Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal ILO dan ILS Memahami prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya

Lebih terperinci

Pemberantasan Perdagangan Orang

Pemberantasan Perdagangan Orang Pemberantasan Perdagangan Orang Dibuat,disadur,disebarluaskan sebagai sosialisasi upaya pemberantasan perdagangan orang berdasar UU 21/2007 UUPTPPO: Perdagangan Orang (Trafficking Manusia) tindakan perekrutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan human trafficking yang terjadi di Indonesia kini kondisinya sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak dalam wujudnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

Bab XII : Pemalsuan Surat

Bab XII : Pemalsuan Surat Bab XII : Pemalsuan Surat Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG LARANGAN EKSPLOITASI SEKSUAL PADA PERNIKAHAN ANAK USIA DINI

BAB II PENGATURAN TENTANG LARANGAN EKSPLOITASI SEKSUAL PADA PERNIKAHAN ANAK USIA DINI BAB II PENGATURAN TENTANG LARANGAN EKSPLOITASI SEKSUAL PADA PERNIKAHAN ANAK USIA DINI Ekspolitasi seksual dalam pernikahan dini bagaikan fenomena gunung es yang sulit untuk ditangani, karena terus meningkat

Lebih terperinci

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan Pasal 281 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa dengan

Lebih terperinci

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR, Menimbang

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK

KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK Modul 1: Membangun kepedulian Waktu: 120 menit Pengantar: KEGIATAN YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN ANAK-ANAK Unit aktivitas belajar ini sangat tepat untuk orang tua atau keluarga yang dinilai kurang sadar akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia adalah kesatuan penegak hukum yang memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan bersama-sama dengan segenap kekuatan pertahanan

Lebih terperinci