BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG KARANG
|
|
- Yulia Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG KARANG A. Gambaran Umum Lokasi Studi Vegetasi Kawasan hutan alam gunung karang merupakan kawasan hutan yang secara umum dapat dikelompokan kedalam tipe hutan sekunder muda. Berdasarakan hasil studi lapangan menunjukan bahwa kawasan hutan alam gunung karang sebagiannya merupakan kawasan perkebunan masyarakat yang dimana kawasan tersebut telah dimanfaatkan warga sekitar untuk di jadikan lahan perkebunan dan dijadikan sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar lereng gunung karang. Berdasarkan hasil kajian ekologi melalui pendekatan analisis struktur dan komposisi vegetasinya menunjukan bahwa batas kawasan hutan alam dengan kebun masyarakat terletak pada ketinggian 1194 mdpl sekitar 800 m dari perkampungan pasir batu dan batas kebun masyarakat dengan hutan alam arah ke sumur tujuh pada ketinggian 1130 mdpl. Masyarakat sekitar lereng gunung karang sudah mulai berkebun pada ketinggian 481 mdpl yang dimana jenis tanaman yang ditanam berupa jenis tanaman sayur mayur, buah-buahan dan jenis tanaman yang memiliki nilai jual di pasaran. Pada kawasan hutan alam gunung karang banyak didominasi oleh beberapa vegetasi pionir, kategori fast growing species misalnya dari kelompok famili euphorbiaceae, moraceae dll. B. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pohon (DBH > 10 cm) Studi tentang struktur dan komposisi jenis pohon pada kawasan hutan alam gunung karang sangat penting dilakukan untuk memberikan gambaran keanekaragaman hayati jenis pohon serta kondisi penutupan vegetasi yang secara umum akan berpengaruh terhadap kondisi ekologi suatu kawasan. Nilai kualitatif struktur tegakan biasanya berhubungan erat dengan nilai-nilai diameter pohon, tinggi pohon maupun basal area atau luas bidang dasar tegakan pada suatu luasan tertentu, sementara itu komposisi jenis pohon sangat berhubungan erat dengan dominansi suatu jenis pada suatu tempat tertentu serta berhubungan erat BLHD Propinsi Banten IV. 1
2 dengan parameter yang ada di dalamnya yang meliputi frekuensi kehadiran jenis, luas bidang dasar dan kerapatan pada masing-masing plot penelitian. Dengan diketahuinya komposisi jenis pohon kita bisa menganalisis seberapa besar keterkaitannya dengan ekosistem pada suatu kawasan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu kawasan dengan komposisi jenis pohon yang lebih beragam cenderung memiliki nilai potensi biodiversity yang tinggi dan juga tingkat kehadiran satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan kawasan yang miskin potensi biodiversity faunanya. Untuk mengetahui kondisi struktur dan komposisi jenis untuk kategori pohon (DBH 10 cm), maka dilakukan kegiatan identifikasi jenis pohon dan pengukuran diameter pohon setinggi dada (DBH). Pada kegiatan identifikasi dan inventarisasi tegakan pada kawasan hutan alam gunung karang, pohon dengan DBH 10 cm di kelompokkan ke dalam kategori pohon. Semua tegakan baik kategori pohon (tress, DBH 10 cm), pancang (sapling, tinggi 2 m, DBH 10 cm) dan kelompok semai ( seedling, tinggi 2 m) yang ditemukan di dalam plot ukuran 20 m x 100 m (0,2 Ha/plot) dilakukan proses inventarisasi dan identifikasi untuk berikutnya dilakukan analisis nilai dominansinya. Dalam kegiatan penelitian ini, nilai dominansi berdasarkan kepada jumlah kehadiran pohon (FR) dan luas bidang dasar (DR) serta density (KR) masing-masing jenis persatuan luasnya. Selain itu dilakukan identifikasi tegakan di dalam plot pengamatan, juga dilakukan kegiatan eksplorasi/identifikasi jenis pohon dan juga vegetasi pendukung (herba liana) yang berada di sekitar lokasi pengamatan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keragaman dan kehadiran vegetasi secara keseluruhan. Untuk mengetahui komposisi vegetasi tingkat pohon, pada kawasan hutan alam gunung karang masing- masing plot studi di buat ke dalam 7 subplot studi yang secara umum hasil perhitungan dominansi jenisnya dapat dilihat pada Tabel IV-1 dan Gambar IV.1. Khusus untuk struktur vegetasi pohon di kawasan hutan alam gunung karang pada plot berukuran 0.28 ha berhasil diidentifikasi sebanyak 14 jenis tegakan kategori pohon (Tabel IV-1). Dari 14 jenis tegakan kategori pohon (Tabel IV-1) tersebut termasuk dalam 10 jumlah jenis kelompok BLHD Propinsi Banten IV. 2
3 famili. Pada kawasan hutan alam Gunung karang memiliki nilai kerapatan pohon yang cukup tinggi sebesar pohon/ha. Di sisi lain tingginya nilai kerapatan pohon juga berdampak pada tingginya nilai basal area (BA) (m²/ha), berdasarkan nilai basal areanya kawasan Gunung Karang dapat di kategorikan kepada kondisi penutupan Hutan sekunder muda dengan dominansi oleh beberapa jenis pionir cepat tumbuh. Tabel IV-1. Nilai dominansi untuk kategori pohon (DBH 10 cm) di lokasi Hutan alam Gunung Karang berdasarkan frekuensi, basal area pohon perhektar dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon. No Nama Jenis Family Kerapatan (pohon/ha) Frek uensi (K) (F) (D) BA (m2/ha) KR FR DR INP 1 Altingia excelsa Hamamelidaceae Canarium Burseraceae denticulatum Canarium Burseraceae dumbia Canarium sp. Burseraceae Castanopsis 5 Fagaceae oviformis Ficus racemosa Moraceae Gironniera Ulmaceae nervosa Homalanthus Euphorbiaceae populneus Litsea tomentosa Lauraceae Nothaphoebe sp. Lauraceae Ochreinauclea 11 Olacaceae maingayi Schima wallichii Theaceae Syzygium sp. Myrtaceae Syzygium 14 Myrtaceae subrotundifolium Jumlah Berdasarkan nilai dominansi Pada Tabel IV-1 dan Gambar IV.1 menunjukan bahwa jenis Canarium dencticulatum merupakan jenis yang paling dominan dengan NPJ 84,40 % dan luas bidang dasar 17,37 m 2 /Ha. Selain Canarium dencticulatum, mengacu kepada Gambar IV.1 menunjukkan bahwa BLHD Propinsi Banten IV. 3
4 NPJ (%) Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan terdapat beberapa jenis dominan lainnya yaitu Schima wallichii (NPJ = 55,01 %) dan luas bidang dasar 7.09 m²/ha, kemudian diikuti oleh Altingia excelsa (NPJ = 44,19 %) dan luas bidang dasar 7.45 m²/ha. Secara umum keberadaan hutan alam gunung karang ini menjadi penting dan strategis bagi konservasi biodiversity fauna karena areal-areal di sekeliling kawasan ini sebagian sudah terbuka untuk dijadikan lahan perkebunan masyarakat sekitar lereng gunung karang. Pada kawasan hutan alam gunung karang ini juga masih terdapat beberapa jenis flora yang sangat penting bagi sumber pakan kelompok satwa liar baik terresterial maupun kelompok arboreal. Beberapa jenis tersebut antara lain Ficus racemosa, Syzygium sp., Nothaphoebe sp. maupun Syzygium subrotundifolium. Secara umum jenis-jenis yang hadir pada plot tersebut merupakan jenis yang pada umumnya hadir di seluruh kawasan hutan tropis. 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 14 Jenis Pohon Dominan Gambar IV.1. Distribusi Nilai Dominansi (NPJ %) untuk Kategori Pohon (DBH 10 cm) di Kawasan Hutan Alam Gunung Karang. BLHD Propinsi Banten IV. 4
5 C. Struktur dan Komposisi Jenis Pancang (Sapling) Dalam upaya mengetahui potensi keanekaragaman hayati dan ekologi serta tegakan pada kawasan Hutan alam di Gunung Karang, maka dilakukan juga identifikasi pada tingkat pancang. Studi struktur dan komposisi pohon tingkat pancang sangat diperlukan dalam rangka mengetahui dinamika populasi tegakan maupun potensi regenerasi dari proses suksesi di kawasan hutan alam Gunung Karang. Untuk kategori pancang, studi dilakukan pada plot yang sama saat proses identifikasi tingkat pohon dilakukan pada masing-masing plot studi. Analisis struktur dan komposisi pancang di kawasan Hutan alam Gunung Karang dilakukan pada 7 plot dengan ukuran (5 m x 5 m). Pada pengamatan di lokasi studi Hutan alam Gunung Karang berhasil diidentifikasi sebanyak 5 jenis pancang yang tergolong kedalam 4 Famili. Dilihat dari keragaman jenisnya pada tingkat pancang, kawasan hutan alam gunung karang memiliki potensi keragaman jenis yang relatif rendah disebabkan telah terjadi pengalihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan masyarakat sekitar Gunung karang. Hasil perhitungan dominansi jenis pada tingkat pancang secara detail dapat dilihat pada Tabel IV-2. Dan Gambar IV.2. berikut ; Tabel IV-2. Nilai dominansi untuk kategori pancang (sapling, tinggi 2 m, DBH 10 cm) di lokasi Hutan Alam Gunung Karang berdasarkan frekuensi, dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon. No Nama Jenis Family Kerapatan (pohon/ha) Frekuensi KR FR SDR 1 Canarium dumbia Burseraceae Canarium sp. Burseraceae Homalanthus populneus Euphorbiaceae Litsea racemosa Lauraceae Schima wallichii Theaceae (K) Jumlah (F) BLHD Propinsi Banten IV. 5
6 SDR (%) Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Berdasarkan pada Tabel IV-2 dan Gambar IV.2 secara umum kawasan hutan alam gunung karang merupakan kawasan dengan jumlah jenis, dan famili pohon yang relatif sedikit pada tingkat pancang. Dari hasil identifikasi diperoleh 5 jenis pancang yang termasuk ke dalam 4 famili. Secara umum diantara 5 jenis pohon kategori pancang terdapat 1 jenis pohon kategori pancang yang memiliki nilai dominansi tertinggi di kawasan hutan tersebut. Pada Tabel IV-2 dan Gambar IV.2 dapat dilihat jenis Schima wallichii mendominasi di lokasi studi hutan alam gunung karang dimana baik dilihat melalui nilai kerapatan relatif maupun nilai dominansi relatifnya memiliki nilai SDR % tertinggi sebesar % sedangkan untuk 4 jenis pohon kategori pancang yaitu Canarium dumbia, Canarium sp, Homalanthus populneus, dan Litsea racemosa memiliki nilai SDR % yang seragam yaitu %. 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Schima wallichii Canarium dumbia Canarium sp. Homalanthus populneus 5 Jenis Pancang Dominan Litsea racemosa Gambar IV.2. Nilai Dominansi (SDR %) untuk Kategori Pohon tingkat pancang (sapling, tinggi 2 m, DBH 10 cm) di Kawasan Hutan Alam Gunung Karang. BLHD Propinsi Banten IV. 6
7 D. Struktur dan Komposisi Jenis Semai (Seedling) Pada masing-masing plot penelitian selain dilakukan perhitungan identifikasi jenis tingkat pohon dan pancang, juga dilakukan perhitungan tingkat semainya. Khusus untuk vegetasi pohon pada tingkat semai dilakukan pada 7 petak ukur (ukuran 2 m x 2 m) yang tersebar di seluruh lokasi penelitian. Secara umum kawasan Hutan alam Gunung Karang berdasarkan struktur dan komposisi pohon pada tingkat semai (seedling) menunjukkan bahwa tingkat kerapatan semai sebesar 2500 pohon/ha. Hasil identifikasi di kawasan Hutan alam gunung karang pada tingkat semai jumlah jenis yang teridentifikasi sebesar 6 jenis yang tergolong kedalam 4 Famili. Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tingkat Semai yang secara umum hasil perhitungan dominansi jenisnya dapat dilihat pada Tabel IV-3 dan Gambar IV.3. Tabel IV-3. Distribusi Nilai dominansi untuk kategori Semai (seedling, tinggi 2 m) di lokasi Hutan alam gunung karang berdasarkan frekuensi, dan kerapatan pohon perhektar masing-masing jenis pohon. No Nama Jenis Family Kerapatan (pohon/ha) (K) Frekuensi (F) KR FR SDR 1 Canarium denticulatum Burseraceae Canarium dumbia Burseraceae Canarium sp. Burseraceae Castanopsis oviformis Fagaceae Ficus magnoliifolia Moraceae Ochreinauclea maingayi Olacaceae Jumlah Berdasarkan hasil analisis data vegetasi pada Tabel IV-3 dan Gambar IV.3 secara umum kawasan hutan alam gunung karang merupakan kawasan dengan jumlah jenis, dan famili pohon yang relatif sedikit pada tingkat semai. Dari hasil identifikasi diperoleh 6 jenis semai yang termasuk ke dalam 4 famili. Secara umum diantara 6 jenis pohon kategori semai terdapat 1 jenis pohon kategori semai yang memiliki nilai dominansi tertinggi di kawasan hutan tersebut. BLHD Propinsi Banten IV. 7
8 SDR (%) Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Pada Tabel IV-3 dan Gambar IV.3 dapat dilihat jenis Canarium denticulatum mendominasi di lokasi studi hutan alam gunung karang dimana baik dilihat melalui nilai kerapatan relatif maupun nilai dominansi relatifnya memiliki nilai SDR % tertinggi sebesar % sedangkan untuk 4 jenis pohon kategori semai yaitu Canarium dumbia, Canarium sp, Castanopsis oviformis, Ficus magnoliifolia dan Ochreinauclea maingayi memiliki nilai SDR % yang seragam yaitu %. Hal ini cukup beralasan mengingat jenis pohon tingkat semai pada plot studi relatif sedikit sebab kawasan hutan alam gunung karang sebagian besar lahannya dijadikan areal perkebunan oleh masyarakat sekitar lereng gunung karang. 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 6 Jenis Semai Dominan Gambar IV.3. Nilai Dominansi (SDR %) untuk Kategori Pohon Tingkat Semai (seddling, tinggi 2 m) di Kawasan Hutan Alam Gunung Karang. BLHD Propinsi Banten IV. 8
9 E. Kehadiran dan Keragaman Jenis Pohon Dari hasil identifikasi dan inventarisasi tegakan kategori pohon, pancang dan semai, selanjutnya dilakukan kombinasi tabulasi data masing-masing kategori untuk mendapatkan informasi kehadiran dan keragaman jenis pohon secara keseluruhan. Ditambahkan juga data dari kegiatan eksplorasi yaitu mengidentifikasi jenis-jenis pohon yang ditemui diluar plot pengamatan vegetasi (plot vegetasi, 0.28 ha). Merujuk kepada hasil kombinasi seluruh data tegakan (Tabel IV.4) di peroleh informasi bahwa sedikitnya terdapat 57 jenis pohon pada lokasi penelitian hutan alam Gunung Karang. Untuk keterangan kehadiran dan keragaman jenis secara terperinci dapat dilihat pada Tabel IV.4. berikut ini : Tabel IV.4. Kehadiran dan keragaman jenis tegakan di lokasi studi hutan alam Gunung Karang. No Jenis Pohon Family Kategori Plot Pohon Pancang Semai Eksplorasi 1 Altingia excelsa Hamamelidaceae Antidesma leucopodium Euphorbiaceae + 3 Barringtonia pendula Lecythidaceae + 4 Canarium denticulatum Burseraceae Canarium dumbia Burseraceae Canarium sp. Burseraceae Canarium sumatranum Burseraceae + 8 Castanopsis oviformis Fagaceae Castanopsis paucispina Fagaceae + 10 Cinnamomum sp. Lauraceae + 11 Cinnamomum sintoc Lauraceae + 12 Cleistanthus brideliifolius Euphorbiaceae + 13 Cleistanthus myrianthus Euphorbiaceae + 14 Dehaasia cuneata Lauraceae + 15 Dichapetalum gelonides Dichapetalaceae + 16 Dichapetalum toxicarium Dichapetalaceae + 17 Diospyros buxifolia Ebenaceae + 18 Dysoxylum sp Meliaceae + 19 Eltingera sp. Zingiberaceae + 20 Ficus benjamina Moraceae + 21 Ficus magnoliifolia Moraceae + + BLHD Propinsi Banten IV. 9
10 Tabel IV-4. Lanjutan No Jenis Pohon Family Kategori Plot Pohon Pancang Semai Eksplorasi 22 Ficus oligodon Moraceae + 23 Ficus racemosa Moraceae + 24 Ficus schwarzii Moraceae + 25 Ficus semicordata Moraceae + 26 Ficus ucinata Moraceae + 27 Ficus variegata Moraceae + 28 Gironniera nervosa Ulmaceae + 29 Glochidion calospermum Euphorbiaceae + 30 Glochidion sericeum Euphorbiaceae + 31 Glochidion sp. Euphorbiaceae + 32 Gordonia sp Theaceae + 33 Homalanthus populneus Euphorbiaceae Hullettia sp. Moraceae + 35 Imperata cylindrica Poaceae + 36 Ixonanthes sp. Ixonanthaceae + 37 Lepisanthes sp Sapindaceae + 38 Lepisanthes tetraphylla Sapindaceae + 39 Litsea noronhae Lauraceae + 40 Litsea racemosa Lauraceae + 41 Litsea tomentosa Lauraceae + 42 Macaranga sp Euphorbiaceae + 43 Nothaphoebe sp. Lauraceae + 44 Noenauclea excelsa Rubiaceae + 45 Ochreinauclea maingayi Olacaceae + 46 Pandanus tectorius Pandanaceae + 47 Porterandia anisophylla Rubiaceae + 48 Prainea sp. Moraceae + 49 Rubiaceae sp Rubiaceae + 50 Schima wallichii Theaceae Syzygium salictoides Myrtaceae + 52 Syzygium sp. Myrtaceae Syzygium stapfianum Myrtaceae + 54 Syzygium subrotundifolium Myrtaceae + 55 Trema tomentosa Urticaceae + 56 Tristaniopsis razakiana Myrtaceae + 57 Vernonia arborea Compositae + Jumlah BLHD Propinsi Banten IV. 10
11 Famili Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Jika merujuk kepada data pada Tabel IV-4 maka kehadiran dan keragaman jenis pohon pada lokasi studi hutan alam Gunung Karang terdapat banyak jenis pohon yang merupakan jenis pohon pakan diantaranya jenis dari kelompok : Syzygium, Ficus, Notaphoebe, Knema, Vernonia dan jenis lainnya. Mengacu pada Gambar IV.4 kelompok famili dari jenis Moraceae merupakan jenis yang paling dominan dibandingkan jenis lainnya. Kelompok family dari jenis moraceae merupakan kelompok jenis pohon pakan bagi satwaliar yang dimana hadir cukup potensial pada kawasan hutan alam Gunung Karang. Jenis-jenis tersebut sangat penting untuk menjaga kehadiran satwa terutama mamalia pada kawasan hutan alam Gunung Karang. Zingiberaceae Urticaceae Ulmaceae Poaceae Pandanaceae Olacaceae Meliaceae Lecythidaceae Ixonanthaceae Hamamelidaceae Ebenaceae Compositae Theaceae Sapindaceae Fagaceae Dichapetalaceae Rubiaceae Burseraceae Myrtaceae Lauraceae Euphorbiaceae Moraceae Jumlah Jenis Gambar IV.4. Perbandingan Jumlah jenis pohon pada masing-masing Famili. BLHD Propinsi Banten IV. 11
12 Gambar IV.5. a) Tutupan tajuk pohon hutan Gunung Karang dan b) Pohon jenis Schima walichii (puspa) yang berdiameter 140 cm ditemukan di sekitar kawah Gunung Karang. BLHD Propinsi Banten IV. 12
13 F. Kehadiran dan Keragaman Vegetasi Pendukung Pada lokasi hutan alam juga dilakukan identifikasi dan inventarisasi keragaman flora vegetasi pendukung untuk melihat seberapa besar kehadiran pada tumbuhan bawah (herba),dan tumbuhan perambat (liana), pada tutupan kawasan hutan alam gunung karang. Kehadiran herba dan liana juga dapat dijadikan indikator untuk melihat tingkat keterbukaan lahan maupun tipe penutupan kawasan. Selain itu juga herba liana merupakan pakan bagi satwa herbivora, sehingga kehadirannya sangat penting dalam proses ekosisitem kawasan hutan. Sedikitnya ditemukan 46 jenis vegetasi pendukung dengan kategori herba, liana, epifit dan palm di hutan alam Gunung Karang. Uraian seluruh jenis vegetasi pendukung yang hadir di hutan alam Gunung Karang dapat dilihat pada Tabel IV-5. Gambar IV.6. Tim melakukan identifikasi pencatatan jenis-jenis flora kelompok herba dan liana yang ada di Gn. Karang. BLHD Propinsi Banten IV. 13
14 Tabel IV-5. Kehadiran dan keragaman jenis vegetasi pendukung (herba, liana,epifit dan palm) pada lokasi studi hutan alam Gunung Karang. No Nama Latin Family Kategori H/L/E/P 1 Alocacia sp Araceae H 2 Alpinia sp Zingiberaceae H 3 Arenga pinnata Arecaceae P 4 Asplenium nidus Aspleniaceae E 5 Bambusa sp Poaceae H 6 Begonia sp. Araceae H 7 Blumea riparia Asteraceae H 8 Callicarpa sp Verbenaceae H 9 Centrosema sp Fabaceae L 10 Clidemia hirta Melastomataceae H 11 Costus speciosus Zingiberaceae H 12 Corymborkis veratrifolia Orchidaceae H 13 Dendrocide sp Urticaceae H 14 Eltingera sp Zingiberaceae H 15 Euphatorium sp Asteraceae H 16 Ficus grosuloides Moraceae L 17 Ficus sp Moraceae L 18 Flagellaria sp Flagellariaceae L 19 Globba sp Zingiberaceae H 20 Heterongium sp Glossopteridaceae H 21 Histiopteris incisa Dennstaedtiaceae H 22 Hyptis Capitata Lamiaceae H 23 Ixora Rubiaceae H 24 Lantana camara Verbenaceae H 25 Leea indica Leeaceae H 26 Melastoma malabathricum Melastomataceae H 27 Microlepia malinensis Dennstaedtiaceae H 28 Microlepia spulurcae Dennstaedtiaceae H 29 Milkania micrantha Asteraceae L 30 Mimosa pudica Fabaceae L 31 Musa abaca Musaceae H 32 Nephrolepis sp. Oleandraceae H 33 Omphalea sp Euphorbiaceae H 34 Pandanus sp Pandanaceae H 35 Pandanus taetorius Pandanaceae H BLHD Propinsi Banten IV. 14
15 Tabel IV-5. Lanjutan. No Nama Latin Family Kategori H/L/E/P 37 Piper aduncum Piperaceae H 38 Poikilos permum sp Cecropiaceae L 39 Puspalum sp Poaceae H 40 Rubus mollucanus Rosaceae L 41 Scleria purpurescens Cyperaceae H 42 Selaginella sp Selaginellaceae H 43 Smilax modesta Smilacaceae L 44 Smilax sp Smilacaceae L 45 Solanum sp Solanaceae H 46 Timonius sp Rubiaceae H Keterangan; H = Herba, L = Liana, E = Epifit, P = Palm Mengacu pada hasil analisis vegetasi pada Tabel IV-5 dan Gambar IV.7 terdapat variasi jumlah herba, liana, epifit dan palm yang berhasil diidentifikasi. Keragaman dan kehadiran Jumlah jenis vegetasi pendukung jenis herba mendominasi di areal studi gunung karang yaitu sebanyak 34 jenis, sedangkan untuk kategori jenis Liana ditemukan sebanyak 10 jenis. Untuk kategori jenis Epifit dan palm masing-masing hanya ditemukan sebanyak 1 jenis. Kehadiran jenis Epifit dan palm yang relatif sedikit di kawasan hutan alam gunung karang dengan tipe tutupan lahan sebagian besar kawasan perkebunan cukup beralasan mengingat pada lokasi seperti ini pada umumnya sudah banyak areal yang terdegradasi sehingga jenis Epifit dan palm tumbuh relatif sedikit. Di sisi lain pada kawasan tersebut juga telah dilakukan pengelolaan yang cukup intensif oleh petani. Sementara itu banyaknya jenis herba dan liana di kawasan alam gunung karang cukup beralasan mengingat kawasan tersebut merupakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan herba dan liana yang masih dapat tumbuh dengan baik pada kawasan hutan yang terbuka dengan tingkat intensitas cahaya matahari yang tinggi. Data hasil eksplorasi vegetasi pendukung diperoleh dari identifikasi pada jalur hutan alam Gunung Karang yang perbandingan jenis tumbuhan BLHD Propinsi Banten IV. 15
16 Jumlah Jenis Profil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan berdasarkan kategori / pengelompokannya dalam kelompok herba, liana, palm dan epifit dapat dilihat pada Gambar IV.5 berikut ini Herba Liana Epifit Palm Kelompok Vegetasi Gambar IV.7. Perbandingan Jumlah jenis herba, liana, epifit dan palm di lokasi studi hutan alam Gunung Karang. G. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Perkebunan Pada lokasi studi di kawasan gunung karang juga dilakukan identifikasi jenis tanaman perkebunan milik masyarakat sekitar lereng gunung karang. Dari hasil analisis vegetasi pada Tabel IV-6 diperoleh data hasil identifikasi dan inventarisasi ditemukan sebanyak 14 Jenis tanaman perkebunan yang sengaja ditanam oleh masyarakat sekitar lereng gunung karang untuk dijadikan sumber mata pencaharian dan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar lereng gunung karang. Adapun uraian seluruh jenis vegetasi tanaman perkebunan yang berada di kawasan Gunung Karang dapat dilihat pada Tabel IV-6 berikut ini : BLHD Propinsi Banten IV. 16
17 Tabel IV-6. Kehadiran dan keragaman jenis tanaman perkebunan pada lokasi studi hutan alam Gunung Karang. No Nama Daerah Nama Ilmiah Family 1 Cengkeh Syzigium aromaticum Myrtaceae 2 Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 3 Kopi Coffea robusta Rubiaceae 4 Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae 5 Macaranga Macaranga sp. Euphorbiaceae 6 Mindi Melia azedarach Meliaceae 7 Pisang Musa abaca Musaceae 8 Rambutan Nephelium sp. Sapindaceae 9 Sengon Paraserianthes falcataria Fabaceae 10 Petai Parkia speciosa Fabaceae 11 Alpukat Persea americana Lauraceae 12 Mahoni Swietenia mahagoni Meliaceae 13 Jambu Syzigium sp. Myrtaceae 14 Suren Toona sinensis Bombaceae Gambar IV.8. Tanaman jenis Swietenia macrophylla (Mahoni) yang ditanam dan ditumpangsarikan dengan sayuran pada hutan tanaman rakyat. BLHD Propinsi Banten IV. 17
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PULOSARI
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PULOSARI A. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pohon (DBH 10 cm) Studi tentang struktur dan komposisi jenis pohon pada kawasan hutan alam gunung pulosari sangat penting
Lebih terperinciBAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG ASEUPAN
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG ASEUPAN A. Struktur dan Komposisi Jenis Kategori Pohon (DBH 10 cm) Untuk memberikan gambaran ekologi dan penutupan kawasan hutan alam di kawasan Gunung Aseupan, maka pendekatan
Lebih terperinciPenyusunan Profil Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Gunung Karang
i PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI (KEHATI) GUNUNG KARANG Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi,
Lebih terperinciPENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.
PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA
Lebih terperinciPENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.
PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG KARANG Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT
Lebih terperinciBAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI
PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Karang Citra Landsat 7 liputan tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan Gunung Karang terdiri dari hutan, hutan tanaman
Lebih terperinciProfil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Aseupan Banten BAB II METODE
BAB II METODE A. Waktu Pelaksanaan Kajian profil keanekaragaman hayati dan dan kerusakan tutupan lahan di kawasan Gunung Aseupan dilaksanakan selama 60 hari kerja, yaitu tanggal 2 Juni s/d 31 Juli 2014.
Lebih terperinciPENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.
PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari
Lebih terperinciProfil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Karang Banten BAB II METODE
BAB II METODE A. Waktu dan Tempat Pengambilan data untuk penyusunan profil keanekaragaman hayati dan perubahan tutupan lahan di kawasan Gunung Karang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni s/d 22 Agustus 2014
Lebih terperinciKondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk
122 VI. PEMBAHASAN UMUM Perluasan TNGH (40.000 ha) menjadi TNGHS (113.357 ha) terjadi atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitar TNGH, terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut
Lebih terperinciIdentifikasi dan Uji Coba Jenis Lokal untuk Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pascatambang. Ishak Yassir
Identifikasi dan Uji Coba Jenis Lokal untuk Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Pascatambang Ishak Yassir Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam-Samboja Ishak Yassir Bukit Bingkirai,
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri
Lebih terperinciProfil Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Tutupan Lahan Gunung Pulosari Pegunungan Akarsari - Banten BAB II METODE
BAB II METODE A. Waktu Pelaksanaan Pengambilan data untuk penyusunan profil keanekaragaman hayati dan perubahan tutupan lahan di kawasan Gunung Pulosari dilaksanakan pada tanggal 17 Juni s/d 15 Agustus
Lebih terperinci1. PENGANTAR. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012
PEMILIHAN JENIS POHON LOKAL CEPAT TUMBUH UNTUK PEMULIHAN LINGKUNGAN LAHAN PASCATAMBANG BATUBARA (STUDI KASUS DI PT. SINGLURUS PRATAMA, KALIMANTAN TIMUR) Burhanuddin Adman 1,*, Boedi Hendrarto 2 dan Dwi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna (Syarifuddin, 2011). Menurut
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Foto Objek Fokal Orangutan Dalam Penelitian Individu jantan dewasa Individu jantan remaja Individu betina dewasa Individu betina dewasa bersama anaknya Lampiran
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Parakasak Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak didominasi oleh kebun campuran. Selain kebun campuran juga terdapat sawah dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan
32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon
Lebih terperinciMengembalikan Fungsi Ekosistem. Fungsi Ekosistem 11/1/2013. Ruang Lingkup. Konservasi. Pemanfaatan dan pelestarian. Restorasi.
Strategi Restorasi Ekologi dalam Konservasi Satwa Liar di Kawasan Hutan Tropis Terfragmentasi Studi Kasus Implementasi Strategi Konservasi Orangutan (Pongo pygmaeus morio) pada Berbagai Multi-Fungsi Landskap
Lebih terperinciMODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.
MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciLampiran 2. Peta sebaran pohon pakan orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan ketinggian pohon (m dpl)
Lampiran 1. Peta sebaran pohon pakan Orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan kelas diameter pohon Lampiran 2. Peta sebaran pohon pakan orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot
Lebih terperinciStruktur dan Komposisi Vegetasi Berdasarkan Ketinggian Kawasan Karst Gunung Kendeng Kabupaten Pati Jawa Tengah
76 BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Mei 2015 Vol. 1 No. 2, p 76-86 ISSN: 2442-2622 Struktur dan Komposisi Vegetasi Berdasarkan Ketinggian Kawasan Karst Gunung Kendeng Kabupaten Pati Jawa Tengah Fahma
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat
Lebih terperinciJl. Gunung Batu No. 5 Po Box 272 Telp. (0251) ; Fax (0251) Bogor 2 Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN HUTAN PAMAH DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) CARITA, PROVINSI BANTEN (Structure and Species Composition of Lowland Primary Forest at the KHDTK Carita,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa
19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung
Lebih terperinciGambar 2 Peta lokasi penelitian.
0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci
Lebih terperinciSukagalih Induk Remaja Bayi individu (mdpl.) X Y
LAMPIRAN 137 137 Lampiran 1 Data identifikasi kelompok owa jawa di koridor TNGHS Lokasi Kelompok Komposisi kelompok Jumlah Ketinggian Titik Koordinat Induk Remaja Bayi individu (mdpl.) X Y Sukagalih 1
Lebih terperinciKeanekaragaman dan potensi tumbuhan di kawasan Hutan Lindung Gunung Pesagi, Lampung Barat
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 3, Nomor 2, Mei 2017 ISSN: 2407-8050 Halaman: 211-215 DOI: 10.13057/psnmbi/m030208 Keanekaragaman dan potensi tumbuhan di kawasan Hutan Lindung Gunung Pesagi, Lampung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal
Lebih terperinciPENDAHULUAN (2) METODOLOGI 4/4/2012 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF DI CAGAR ALAM KAMOJANG ANGGA ZAELANI HIDAYAT E34070032 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu kawasan dilindungi yang pengelolaannya lebih diarahkan untuk melindungi sistem penyangga kehidupan,
Lebih terperinciKERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM
KARYA TULIS KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM OLEH : DIANA SOFIA H, SP, MP NIP 132231813 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara yang kaya akan keanekaragaman jenis flora di dunia. Keanekaragaman hayati di Indonesia jauh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman
Lebih terperinciJudul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah
LAMPIRAN 97 98 Lampiran 1. : Daftar panduan wawancara Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah Oleh : Didik Trinugraha Herlambang / NIM
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan
Lebih terperinciANALISA VEGETASI TEGAKAN HUTAN DI AREAL HUTAN KOTA GUNUNG SARI KOTA SINGKAWANG
ANALISA VEGETASI TEGAKAN HUTAN DI AREAL HUTAN KOTA GUNUNG SARI KOTA SINGKAWANG Analysis on Forest Inventory at The Mountain Gunung Sari in Singkawang City Dwi Agustian Haryanto, Dwi Astiani, dan Togar
Lebih terperinciKOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM
KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical
Lebih terperinciKOMPOSISI DAN KERAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI BAWAH TANAMAN BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.) DI KHDTK HAURBENTES, JASINGA, BOGOR
KOMPOSISI DAN KERAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI BAWAH TANAMAN BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.) DI KHDTK HAURBENTES, JASINGA, BOGOR Oleh Rina Bogidarmanti Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam
Lebih terperinciAnalisis Vegetasi Hutan Alam
Analisis Vegetasi Hutan Alam Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan.
Lebih terperinciAssociation of Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) with Potential To Drugs at Samboja, East Kalimantan
Association of Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) with Potential To Drugs at Samboja, East Kalimantan Noorcahyati, dkk.: Asosiasi Akar Kuning (Fibraurea Tinctoria Lour.)...(4): 232-239 Salah satu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan
Lebih terperinciSTRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002
STRUKTUR VEGETASI Boy Andreas Marpaung / DKK-002 andre.marp@yahoo.com Pemahaman tentang struktur vegetasi penting dalam kegiatan penelitian ekologi hutan. Kesalahan identifikasi struktur akan menyebabkan
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH
ANALISIS VEGETASI DI BAWAH TEGAKAN Dyera lowii Hook.f. DI AREAL REHABILITASI LAHAN GAMBUT DESA LUNUK RAMBA, KALIMANTAN TENGAH Bina Swasta Sitepu 1 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
Lebih terperinci(Varius Kind of Lower Plants on Dipterocarpaceae in KHDTK (Forest Area With Special Purpose) Haurbentes, Kecamatan Jasinga.
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN DIPTEROCARPACEAE DI KHDTK ( KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS ) HAURBENTES, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR (Varius Kind of Lower Plants on Dipterocarpaceae
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
Lebih terperinci:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012
ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 POTENSI FLORA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode ObservasiPartisipatif Plot Sampling dan Transect-walkSystematicSampling yang dikombinasikan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI POHON DI KAWASAN HUTAN BATU BUSUAK PADANG. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas ABSTRACT
ANALISIS VEGETASI POHON DI KAWASAN HUTAN BATU BUSUAK PADANG Rival Yuhendri 1, Erizal Mukhtar dan Elza Safitri 1 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
29 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Parameter Demografi 5.1.1 Ukuran dan Komposisi Kelompok Pengamatan kelompok monyet ekor panjang di HPGW dilaksanakan pada pagi hari dan sore hari. Ukuran kelompok terbanyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
28 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Komposisi dan Struktur Tegakan 5.1.1. Komposisi Jenis Komposisi jenis merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan
23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah
Lebih terperinciREHABILITASI DAN RESTORASI KAWASAN HUTAN: MENYELARASKAN PRINSIP DAN ATURAN (Contoh Kasus: Model Kebijakan Restorasi Kawasan Hutan Konservasi)
REHABILITASI DAN RESTORASI KAWASAN HUTAN: MENYELARASKAN PRINSIP DAN ATURAN (Contoh Kasus: Model Kebijakan Restorasi Kawasan Hutan Konservasi) Oleh: Wawan Gunawan NIP. 19760527 200212 1 005 Contact: 081584685777
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman
41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis Tanaman Agroforestri Komposisi tanaman yang menjadi penyusun kebun campuran ini terdiri dari tanaman pertanian (padi, kakao, kopi, cengkeh), tanaman kayu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,
Lebih terperinciBAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK
BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kawasan Gunung Parakasak memiliki luas mencapai 1.252 ha, namun areal yang berhutan hanya tersisa < 1%. Areal hutan di Gunung
Lebih terperinciDINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG
DINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG PLANT COMMUNITIES DYNAMICS IN THE LIMIT ECOSYSTEMS OF GUNUNG AMBANG NATURE RESERVE Hendra Amon 1), Johny Tasirin ) dan Martina
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan
Lebih terperinciPANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN
PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN TFT 2018 Document Prepared by: The Forest Trust Jl. Dr.Wahidin No 42 Semarang, Jawa Tengah Indonesia Ph +62 24 8509798 1 PENGANTAR DEFINISI Sungai adalah alur atau wadah air
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya
19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor Fisik Lingkungan Faktor fisik lingkungan dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata pada masing-masing lokasi penelitian.
Lebih terperinciB III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.
B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan
Lebih terperinciAnalisis Vegetasi Spermatophyta di Taman Hutan Raya (Tahura) Seulawah Aceh Besar
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 4, Nomor 1 Januari 2003 Halaman: 30-34 Analisis Vegetasi Spermatophyta di Taman Hutan Raya (Tahura) Seulawah Aceh Besar Vegetation analysis of spermatophyte
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik wilayah jelajah mencakup dua aspek, yaitu tipe ekosistem beserta kondisi habitatnya dan populasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Berikut ini merupakan penguraian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua kawasan pesisir di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia atau Kawasan Pantai Barat (Aceh Barat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur dan Komposisi Jenis Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk suatu tegakan (Muller-Dombois dan Ellenberg, 1974; Nabilah,
Lebih terperinciPenelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani Lestari, Kalimantan Timur. Waktu penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994. B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan
14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) II. PRAKTIKUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR MAJOR INTERDEPARTEMEN, STRATA 1 (S-1) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) II. PRAKTIKUM A. Mata
Lebih terperinciKomposisi Jenis dan Struktur Vegetasi pada Kawasan Karst Gunung Cibodas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 05 No. 2 Agustus 2014, Hal 6976 ISSN: 208682 Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi pada Kawasan Karst Gunung Cibodas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor The Species Composition
Lebih terperinciProses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian
4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografi dan Iklim Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan
Lebih terperinciSKRIPSI. Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di. Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah. Ekowisata
SKRIPSI Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah Ekowisata Disusun oleh: Yohanes De Britto Wicaksono Sugita NPM: 100801136 UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR
J. Tek. Ling. Vol. 8 No. 3 Hal. 211-216 Jakarta, September 2007 ISSN 1441-318X PENELITIAN EKOLOGI JENIS DURIAN (Durio spp.) DI DESA INTUH LINGAU, KALIMANTAN TIMUR Muhammad Mansur Peneliti di Bidang Botani,
Lebih terperinci