ANALISIS VEGETASI POHON DI KAWASAN HUTAN BATU BUSUAK PADANG. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas ABSTRACT

Transkripsi

1 ANALISIS VEGETASI POHON DI KAWASAN HUTAN BATU BUSUAK PADANG Rival Yuhendri 1, Erizal Mukhtar dan Elza Safitri 1 1 Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas ABSTRACT Batu Busuak forest area is located in the district Pauah of Padang. On July 4th landslide and flood have been destroyed to the forest and caused the forest structure changes. Based on above reason it is important to analyze the forest structure in Batu Busuak Padang. in order to clarify vegetation analyzes we applied transect along undegraded and degraded area using the quadrant method. The tree composition at degraded areas was families, 49 species and 00 individuals. Further more 1 families, 84 species and 00 individual were found at degraded area. Areca chatecu has the highest important value index on degraded area was 0.64%. Porterandia anisophylla was the lowest one (1.7%). Xerospermum sp has the highest important value index at undegraded area (15.7%) and Micros florida was the lowest one (1.4%). Keywords: structure, composition, forest and Batu Busuak. PENDAHULUAN Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terbesar di dunia setelah Brazil dan Repoblik Kongo. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru (Forest Watch Indonesia-Global Forest Watch, 001). Hutan Batu Busuak yang merupakan salah satu hutan suaka alam yang ada di Sumatera Barat berada di kawasan Kelurahan Lambuang Bukik Kecamatan Pauah Kota Padang. Hutan Batu Busuak telah mengalami beberapa kali bencana banjir dan longsor (4 Juli dan 1 September 01). Menurut wawancara penulis dengan penduduk setempat pada tanggal 10 Agustus 01, bencana ini diakibatkan oleh pembalakan liar yang terjadi di hutan Batu Busuak. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya hasil temuan dari Tim Ekspedisi Batu Busuak I (Tim Sekber Pecinta Alam Sumatera Barat, didukung oleh LSM di Sumatera Barat) pada tanggal 1 Agustus 01 yaitu adanya longsoran tebing bukit di sebelah kanan sungai (sisi selatan) yang masih berpotensi untuk longsor kembali

2 dengan ketinggian tebing ± 15 m. Tim ekspedisi juga menemukan adanya kayu besar yang melintang pada aliran sungai dengan koordinat S00 o E 100 o dengan ketinggian 54 m dpl. Pada koordinat S00 o E 100 o pada ketinggian 97 m dpl juga ditemukan tumpukan kayu dan adanya kayu yang melintang dengan diameter 10 cm dengan panjang ± 0 m dengan jenis kayu Meranti (Rahmadi, 01). Dikhawatirkan vegetasi pohon di hutan Batu Busuak akan terus mengalami penyusutan akibat longsor dan pembalakan liar. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Okvia (008) tentang komposisi vegetasi pohon di hutan Batu Busuak tersebut. Hasil penelitiannya menemukan sebanyak 15 famili, 7 spesies dan 15 individu. Berdasarkan masalah di atas maka penulis telah melakukan penelitian tentang Analisis Vegetasi Pohon di Kawasan Hutan Batu Busuak Padang. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui perbandingan komposisi pada areal terdegradasi dengan areal tidak terdegradasi. ) Untuk mengetahui perbandingan struktur vegetasi pada areal terdegradasi dengan areal tidak terdegradasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Juli 01 di hutan Batu Busuak Padang. Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium ANDA Universitas Andalas Padang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran (100 m), kompas, parang, pisau, gunting tanaman, pancang, tali plastik, goni, kamera digital, alat-alat tulis dan perlengkapan herbarium (kantong plastik, koran, label, mistar dan spidol). Sedangkan bahan yang akan digunakan adalah methanol. Cara kerja: terlebih dahulu dilakukan survei lokasi secara umum. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembuatan jalur transek yang melintasi kawasan hutan Batu Busuak pada areal terdegradasi dan tidak terdegradasi dengan masing-masing sepanjang 1000 m. Pada jalur tersebut dibuat titik pancang yang satu dengan yang lain berjarak 0 m dan garis tegak lurus terhadap jalur sehingga akan terbentuk empat buah kuadran. Sedangkan titik pancang yang akan diamati berjumlah sebanyak 50 titik pancang. Selanjutnya, pada setiap titik pancang dan setiap kuadran akan dilakukan pengukuran jarak dan diameter pohon (diameter 10 cm) dari titik yang terdekat. Di lapangan dicatat jenis-jenis pohon yang didapat, nama daerah maupun nama latinnya, namun demikian semua tumbuhan yang diamati akan dikoleksi untuk

3 diidentifikasi. Selain itu juga di lakukan pengambilan data sekunder berupa suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan iklim (dari data sekunder stasiun terdekat). Data yang didapat di lapangan dianalisis dengan menggunakan rumus: (Indriyanto, 008). jarak pohon rata-rata: d1 d d d d n... d : Jarak pohon d 1 - d n : Jarak masing-masing pohon ke titik n pengamatan : Jumlah pohon yang diamati Kerapatan seluruh jenis/ha m ( Jarak pohon rata rata) Kerapatan suatu jenis Kerapatan relatif suatu jenis (%) Kerapatansuatu jenis = 100% Kerapatansemua jenis Dominansi suatu jenis Jumlah basalsuatu jenis Luas area Dominansi relatif suatu jenis (%) Dominansi suatu jenis = 100% Dominansi seluruh jenis Frekuensi suatu jenis Frekuensi relatif (%) Frekuensi suatu jenis Frekuensi seluruh jenis = 100% n Nilai penting = Keterangan : KR+DR+FR KR: Kerapatan Relatif DR: Dominansi Relatif FR : Frekuensi Relatif HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi pohon Komposisi pohon yang terdapat pada areal terdegradasi di hutan Batu Busuak terdiri dari famili, 49 jenis dan 00 individu. Sedangkan pada areal tidak terdegradasi terdiri dari 1 famili, 84 jenis dan 00 individu. Uraian komposisi pohon secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat pada areal terdegradasi jenis yang memiliki individu terbanyak adalah famili Palmae (15%) yaitu sebanyak jenis dan 0 individu. famili kedua terbanyak adalah (14%) yaitu sebanyak 8 jenis dan 8 individu dan disusul oleh famili Moraceae (10,5%) yaitu sebanyak 7 jenis dan 1 individu. Ketiga famili tersebut dapat dikategorikan sebagai famili yang co-dominan. Sedangkan famili yang memiliki nilai presentase terendah adalah Burseraceae, Myristicaceae, Rubiaceae dan Caprifoliaceae sebanyak 15 jenis dan 41 individu. famili kedua terbanyak adalah (11,5%) yaitu sebanyak 8 jenis dan individu.

4 Sedangkan famili yang memiliki nilai presentase terendah adalah Bombacaceae, Fabiaceae, Piperaceae dan Rubiaceae masing-masing hanya (0,5%). Tabel 1. Komposisi pohon di areal terdegradasi dan tidak terdegradasi. Famili Terdegradasi Tidak terdegradasi Jenis Individu Famili (%) Jenis Individu Famili (%) Anacardiaceae Annonaceae Bombacaceae Burseraceae Caprifoliaceae Clusiaceae Dipterocarpaceae Elaeocarpaceae * ** Fabaceae Fagaceae Lamiaceae * Lecythidaceae Melastomataceae Meliaceae Moraceae * Myristicaceae Myrtaceae Ochnaceae Palmae 0 15* 1 1 Piperaceae Polygalaceae Rubiaceae Rutaceae Sapindaceae Sapotaceae Saurauiaceae Sterculiaceae Stryracaceae Theaceae Thymelaeceae Tiliaceae Urticaceae Jumlah Keterangan : * famili co-dominan ** famili dominan Jika dilihat dari kedua lokasi di atas jumlah individu yang paling bayak ditemukan adalah famili. Hal tersebut juga sama dengan hasil penelitian Okvia (008) di hutan Batu Busuak. Namun berbeda dengan hasil penelitian Mukhtar dkk, (010) di hutan Bukik Gajabuih famili yang paling dominan adalah Urticaceae. Dari uraian di atas dapat diduga kerusakan hutan tersebut masih dapat dikatakan belum begitu parah karena masih ditemukan famili yang umum pada hutan primer.

5 B. Struktur Vegetasi (Nilai Penting) Nilai penting menunjukkan bahwa tingkat penguasaan individu dalam komunitas. Pada Tabel dapat dilihat nilai penting dari 0 jenis pohon utama yang ditemukan pada areal terdegradasi. Paling tinggi adalah jenis Areca cathecu (0,64%) dan terendah Barringtonia pendula (5,1%). Tabel. Nilai penting dari 0 jenis pohon utama yang terdapat pada areal terdegradasi di hutan Batu Busuak Padang. No Jenis Famili KR FR DR NP Areca cathecu Brun. F. Durio zibethinus Rumph. Ex Murray Bellucia pentamera Audin. Artocarpus elastica Reinw. Parkia speciosa Hassk. Arenga pinnata (Wurm.) Merr Macaranga gigantea (Zoll.) Mull.Arg. Macaranga conifera (Zoll.) Mull.Arg. Piper aduncum L. Ficus pandana Brum.f. Herietaria sp. Eugenia fasciculata Wall. Ex Blume Cinnamomum subavenium Miq. Pithecelobium lobatum Benth. Homalanthus populneus (Geiseler) Pax Shorea sp. Litsea sp.1 Baccaurea deflexa Mull.Arg. Durio sp. Barringtonia pendula (Griff.) Kurz. Palmae Bombacaceae Melastomataceae Moraceae Fabaceae Palmae Piperaceae Moraceae Sterculiaceae Myrtaceae Fabaceae Dipterocarpaceae Bombacaceae Lecythidaceae Keterangan: KR = Kerapatan relatif FR = Frekuensi relatif DR = Dominansi relatif NP = Nilai penting Pada Tabel dapat dilihat bahwa nilai penting dari 0 jenis pohon utama yang ditemukan pada areal tidak terdegradasi. paling tinggi adalah Xerospermum sp. (15,7%) famili Sapindaceae dan terendah adalah Mangifera indika (4,4%) Anacardiaceae. famili Dari perbandingan kedua lokasi yang diamati ditemukan suatu yang menarik yaitu pada jenis Barrintonia pendula. Pada lokasi yang tidak terdegradasi jenis tersebut di atas menempati urutan ke- dari nilai pentingnya. Selanjutnya pada lokasi yang terdegradasi jenis tersebut menempati urutan yang ke 0 dari nilai pentingnya. Selanjutnya bila dibandingkan dengan hasil penelitian Mukhtar dkk, (010) di hutan Bukik Gajabuih didapatkan nilai terpenting tertinggi adalah Villebrunea rubescens BI, Mukhtar dkk, (011) di kawasan konsesi HPH PT Andalas Merapi Timber didapatkan nilai terpenting tertinggi adalah Shorea sumatrana dan Okvia (008) di hutan Batu Busuak didapatkan nilai terpenting tertinggi adalah Macaranga tanaria.

6 Tabel. Nilai penting dari 0 jenis pohon utama yang terdapat pada areal tidak Terdegradasi di hutan Batu Busuak Padang. No Jenis Famili KR FR DR NP Xerospermum sp. Tricalysia malaccensis (Hook.f.) Merr Barringtonia pendula (Griff.) Kurz. Uvria feotida Ruiz. & Pav. Ex Don Cryptocarya densiflora Bllume. Quercus oidacarpa Korth. Mallotus wrayi King ex Hook.f. Elaeocarpus punctatus (Blume) King Cyathocalyx ramiflorus Sceff. Villebrunea rubescen Blume. Arthocarpus integer (Thunb.) Merr. Mallotus paniculatus (lam.) Mull.Arg. Pternandra cordata Baill. Macaranga hypoleuca Mull.Arg. Litsea amara BI. Polyalthia rumphii (BI.) Merr Eugenia sp.1 Drypetes celebica Pax & K. Hoff. Pimelodendron sp. Mangifera indika L. Sapindaceae Rubiaceae Lecythidaceae Annonaceae Fagaceae Elaeocarpaceae Annonaceae Urticaceae Moraceae Melastomataceae Annonaceae Myrtaceae Anacardiaceae Keterangan: KR = Kerapatan relatif FR = Frekuensi relatif DR = Dominansi relatif NP = Nilai penting KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Komposisi pohon yang terdapat pada areal terdegradasi terdiri famili, 49 jenis dan 00 individu. Pada areal tidak terdegradasi terdiri 1 famili, 84 jenis dan 00 individu.. Nilai penting tertinggi pada areal terdegradasi adalah Areca cathecu (0,64%) dan yang terendah adalah Porterandia anisophylla (1,7%). Pada areal tidak terdegradasi nilai tertinggi adalah Xerospermum sp. (15,%) dan terendah Microcos florida (1,%). DAFTAR PUSTAKA Forest Watch Indonesia-Global Forest Watch Keadaan Hutan Indonesia. Diakses 9 Agustus 01. Mukhtar, Erizal, Chairul and Tsuyoshi Yoneda Tree Composition And Structure In 1 Years After Illegal Logging In Gajabuih Plot, West Sumatra. Biospectrum Vol. 6 (). Okvia, Y Komposisi Vegetasi Pohon di Hutan Batu Busuak Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Rahmadi. 01. Ekspedisi Batu Busuak I. (Oline). Diakses 9 Agustus 01.