BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Distribusi Pencemaran Logam Berat Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu antara Dayeuhkolot sampai Nanjung. Gambar 5. 1 memperlihatkan wilayah penelitian. Gambar 5. 1 Peta lokasi penelitian Keterangan: batasan segmen pengambilan sampel air dan sedimen Gambar 5. 2 menunjukkan anak-anak sungai yang mengalir ke Sungai Citarum sepanjang segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung. Terlihat adanya aliran masuk dari 9 (sembilan) anak sungai yang mengalir menuju Sungai Citarum. Anak-anak sungai tersebut adalah Sungai Cisangkuy, Sungai Ciputat, Sungai Citepus, Sungai 5-1

2 Cangkudu, Sungai Ciranjeng, Sungai Cimariuk, Sungai Cikambuiy, Sungai Muara Ciwideiy dan Sungai Citarum Lama. PETA DAS CITARUM BAGIAN HULU Waduk Jatiluhur Cikapundung SW Waduk Cirata Waduk Saguling Ci tar u m Ri ve r Cihaur SW Kota Bandung Citarum River Kabupaten Sumedang Ciminyak SW Citarik SW Kabupaten Bandung Ciwidey SW Cirasea SW Kabupaten Garut Cisangkuy SW Gambar 5. 2 Peta DAS Citarum Hulu beserta masukkan anak sungai Selain anak-anak sungai tersebut, sumber pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum berasal dari limbah cair yang dibuang ke sungai oleh beberapa industri yang terdapat di sepanjang Sungai Citarum dan buangan dari aktivitas domestik penduduk sekitar Sungai Citarum. Industri-industri yang terdapat di sepanjang Sungai Citarum terutama segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung ini antara lain industri kertas dan tekstil. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa industri-industri tersebut membuang limbah cairnya langsung ke parit-parit pembuangan yang secara langsung atau tidak langsung, parit-parit tersebut mengalir ke badan Sungai Citarum. Sebagian besar limbah cair industri ini akan bercampur dengan limbah 5-2

3 cair domestik ataupun mengalir ke saluran irigasi seperti nampak pada Gambra (a) (b) (c) Gambar 5. 3 Sumber pencemaran titik di Badan Air Sungai Citarum (a) Saluran irigasi yang bermuara ke Badan Air Sungai Citarum (b) Masukan Anak sungai ke Badan Air Sungai Citarum (c) Buangan cair industri yang memasuki Badan Air Sungai Citarum Pengambilan Sampel 1 Titik pertama pengambilan sampel, tepat terletak di bawah jembatan Dayeuhkolot. Wilayah ini didominasi oleh pemukiman dan pertanian. Titik ini juga padat oleh lalu lintas kendaraan bermotor. Di jembatan ini hampir setiap saat terjadi kemacetan lalu lintas. pengambilan sampel 1 ditunjukkan oleh Gambar Gambar 5. 4 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 1 Dari pengamatan lapangan, di sekitar wilayah ini tidak dijumpai kegiatan industri. Namun, masuknya limbah cair yang berasal dari kegiatan industri di wilayah 5-3

4 Majalaya kemungkinan besar turut mempengaruhi kualitas air di lokasi ini. Limbah cair yang masuk ke badan Sungai Citarum sebelum lokasi pengambilan sampel 1 ini dapat menambah beban konsentrasi pencemaran di lokasi ini, walaupun di sekitar lokasi ini tidak terdapat industri. Adapun debit yang terukur di wilayah ini Qmax = 23 m 3 /detik dan Qmin = 2,55 m 3 /detik (Dinas PSDA Jawa Barat, 27) Pengambilan Sampel 2 Adanya aliran masuk dari Sungai Cisangkuy dengan debit,82 m 3 /detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 2 dapat mempengaruhi beban konsentrasi pencemaran pada badan air Sungai Citarum. Pada Sungai Cisangkuy ini, terdapat industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke Sungai Cisangkuy yang pada akhirnya bermuara ke perairan Sungai Citarum. pengambilan sampel 2 ditunjukkan pada Gambar Gambar 5. 5 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 2 Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian serta masukkan dari Sungai Cisangkuy yang membawa sebagian besar hasil buangan cair industri yang masuk ke badan Sungai Cisangkuy tersebut. 5-4

5 Tabel 5. 1 berikut menunjukkan kualitas Sungai Cisangkuy yang akan memasuki perairan Sungai Citarum. Tabel 5. 1 Kualitas Sungai Cisangkuy (BPLHD Kota Bandung, 27) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Kromium (Cr),4,3, Pengambilan Sampel 3 Kehadiran Balai Besar Pulp dan Kertas sebelum lokasi pengambilan sampel perlu diperhatikan. Buangan dari Balai Besar Pulp dan Kertas ini memasuki perairan Sungai Citarum. Gambar 5. 6 menunjukkan keberadaan industri kertas. Gambar 5. 6 Balai penelitian kertas Adapun lokasi pengambilan sampel untuk titik 3 didominasi oleh kegiatan industri. Namun, di beberapa tempat nampak kawasan pertanian juga mendominasi daerah ini seperti ditunjukkan pada Gambar

6 Gambar 5. 7 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel Pengambilan Sampel 4 pengambilan sampel 4 juga terletak setelah masukkan dari buangan cair industri. Industri yang terdapat tepat sebelum lokasi pengambilan sampel 4 ini adalah industri tekstil. Industri tekstil ini tentunya akan memberikan pengaruh bagi kualitas perairan di Sungai Citarum, sehingga peningkatan pencemaran logam berat perlu diperhatikan. Dari Gambar 5. 8, nampak bahwa limbah cair langsung dibuang ke Sungai Citarum dengan debit 6 L/detik dari sisi kanan dan menghasilkan warna merah. Gambar 5. 8 Buangan industri tekstil di Badan Air Sungai Citarum 5-6

7 Pengambilan Sampel 5 Berdasarkan peta tata guna lahan dan observasi lapangan, diketahui bahwa kondisi tata guna lahan pada lokasi pengambilan sampel 5 didominasi oleh pertanian. Diperoleh adanya aliran masuk ke badan air Sungai Citarum bersumber dari Irigasi Cibedug yang memasuki perairan Sungai Citarum dari sisi kanan seperti nampak pada Gambar Gambar 5. 9 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 5 Adanya aliran masuk dari Irigasi Cibedug ke badan air Sungai Citarum tentunya akan mempengaruhi beban konsentrasi pencemaran di Sungai Citarum. Berbagai aktivitas pertanian dan beberapa aktivitas domestik akan memberikan pengaruh bagi tingkat pencemaran di lokasi 5 ini. Selain itu, diketahui bahwa terdapat beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran irigasi Cibedug Pengambilan Sampel 6 Masuknya Sungai Citarum Lama dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 6 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. pengambilan sampel 6 ditunjukkan pada Gambar 5. 1 yang masih didominasi oleh kegiatan pertanian. 5-7

8 Gambar 5. 1 Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel Pengambilan Sampel 7 Masuknya Sungai Cicangkudu dengan debit,38 m 3 /detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 7 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian dan pemukiman. pengambilan sampel 7 ditunjukkan pada Gambar Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 7 Tabel 5. 2 menunjukkan kualitas Sungai Cicangkudu yang akan memasuki perairan Sungai Citarum. 5-8

9 Tabel 5. 2 Kualitas Sungai Cicangkudu (BPLHD Kota Bandung, 27) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Kromium (Cr),13,1, Pengambilan Sampel 8 Masuknya Sungai Cirajeng dengan debit 1,35 m 3 /detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 8 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. pengambilan sampel 8 ditunjukkan pada Gambar Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian. Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 8 Tabel 5. 3 menunjukkan kualitas Sungai Cirajeng yang akan memasuki perairan Sungai Citarum. 5-9

10 Tabel 5. 3 Kualitas Sungai Cirajeng (BPLHD Kota Bandung, 27) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Kromium (Cr),1,17, Pengambilan Sampel 9 Masuknya Sungai Cikambuy Hilir dengan debit,44 m 3 /detik dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 9 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. pengambilan sampel 9 ditunjukkan pada Gambar Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 2 didominasi oleh kegiatan pertanian. Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 9 Tabel 5. 4 menunjukkan kualitas Sungai Cikambuy Hilir yang akan memasuki perairan Sungai Citarum. Tabel 5. 4 Kualitas Sungai Cikambuy Hilir (BPLHD Kota Bandung, 27) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Kromium (Cr),1,1,1 5-1

11 Pengambilan Sampel 1 pengambilan sampel 1 juga terletak setelah masukkan dari buangan cair industri. Industri yang terdapat tepat sebelum lokasi pengambilan sampel 1 ini adalah industri tekstil. Industri tekstil ini tentunya akan memberikan pengaruh bagi kualitas perairan di Sungai Citarum akibat buangan cairnya yang memasuki perairan Sungai Citarum dengan debit 3 L/detik dari sisi kiri. Gambar menunjukkan kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 1. Selain keberadaan industri tekstil ini, lokasi ini juga didominasi oleh pemukiman penduduk. (a) (b) (c) Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 1 (a) Industri tekstil (b) Limbah cair tekstil yang memasuki Badan Air Sungai Citarum (c) Limbah cair tekstil yang memasuki Badan Air Sungai Citarum Pengambilan Sampel 11 Masuknya Sungai Ciwidey dengan debit 7,62 m 3 /detik dari sisi kanan sebelum lokasi pengambilan sampel 11 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum.. pengambilan sampel 11 ditunjukkan pada Gambar pada Gambar nampak bahwa kegiatan pertanian juga mendominasi wilayah ini. 5-11

12 Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 11 Tabel 5. 5 menunjukkan kualitas Sungai Ciwidey yang akan memasuki perairan Sungai Citarum. Tabel 5. 5 Kualitas Sungai Ciwidey (BPLHD Kota Bandung, 27) Parameter logam berat (ppm) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Kromium (Cr),1,1, Pengambilan Sampel 12 Masuknya Sungai Citarum Lama dari sisi kiri sebelum lokasi pengambilan sampel 12 akan memberikan pengaruh pada tingkat pencemaran di badan air Sungai Citarum. pengambilan sampel 12 ditunjukkan pada Gambar

13 Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel 12 Berdasarkan pada pengamatan di lapangan, tata guna lahan di lokasi pengambilan sampel 12 didominasi oleh kegiatan pertanian serta masukkan dari Sungai Citarum Lama yang membawa sebagian besar hasil buangan cair industri yang masuk ke badan Sungai Citarum Lama tersebut Pengambilan Sampel 13 pengambilan sampel 13 merupakan titik terakhir dalam menentukan lokasi-lokasi pengambilan sampel air dan sedimen di badan air Sungai Citarum pada penelitian ini. ini terletak tepat di bawah Jembatan Katapang. Gambar Kondisi lapangan pada lokasi pengambilan sampel

14 5. 2 Kualitas Air dan Sedimen Daerah Penelitian Kualitas air merupakan parameter-parameter yang dapat mempengaruhi kehidupan biota air. Parameter-parameter tersebut meliputi : sifat fisika (temperatur, warna, dan kekeruhan) dan sifat kimia (kandungan oksigen, karbondioksida, ph, dan amoniak). Pada penelitian ini, analisa parameter air yang dilakukan meliputi : Kondisi temperatur Kondisi ph Kandungan oksigen terlarut Kandungan logam berat yakni Cu, Cd, dan Cr Sedangkan untuk sedimen, analisa parameter yang dilakukan meliputi kondisi ph dan kandungan logam berat Cu, Cd, dan Cr. Pada analisis kualitas air dan sedimen Sungai Citarum, digunakan baku mutu air kelas I yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 21 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang diperuntukkan bagi air baku air minum serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2, Tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Air pada Sungai Citarum dan anak-anak sungainya Parameter Langsung untuk Sampel Air Temperatur Temperatur air merupakan parameter penting karena dapat mempengaruhi kehidupan akuatik, aktivitas biologi, dan mempengaruhi kelarutan gas-gas dan viskositas air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Temperatur juga mempunyai peranan penting dalam mengendalikan ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran temperatur tertentu (batas atas dan batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya (Jati, 26 dalam Saktia, 27) 5-14

15 Peningkatan temperatur perairan sebesar 1 C mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik antara 2-3 kali lipat. Peningkatan temperatur ini disertai dengan penurunan kadar oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan temperatur juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran temperatur optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 2 C - 3 C (Effendi, 23 dalam Saktia, 27). Pengukuran temperatur pada saat sampling dilakukan secara langsung dengan menggunakan termometer. Gambar menunjukkan terdapat stratifikasi thermal pada hampir seluruh titik pengambilan sampel. Terdapat kecenderungan adanya penurunan temperatur seiring dengan bertambahnya kedalaman. Temperatur yang lebih tinggi terukur pada bagian atas (permukaan). Hal ini dikarenakan bagian permukaan mengalami kontak langsung dengan sinar matahari. Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki temperatur yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah (Effendi, 23). T e m p e r a tu r A i r (C ) Temperatur Air Sampling I 22 Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan T e m p e r a t u r A i r (C ) Temperatur Air Sampling II 22 Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan 5-15

16 T e m p e r a tu r ( C ) Temperatur Air Sampling I 22 Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan T e m p e r a t u r ( C ) Temperatur Air Sampling II Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan Gambar Temperatur air pada setiap titik pengambilan sampel Hasil pengukuran temperatur air berada pada kisaran 23 C - 29 C. Kisaran temperatur tersebut masih berada pada kisaran aman dan mendukung organisme akuatik serta dapat ditoleransi oleh mikroalgae perairan tropis (Boney, 1995 dalam Prihantini, 26 dalam Saktia, 27). Tingkat kecerahan juga turut memberikan pengaruh pada penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Tingkat kecerahan yang berkisar antara 6 cm 11 cm menunjukkan bahwa cahaya matahari akan sulit untuk melakukan penetrasi lebih dari kedalaman 1,5 meter. Pada perairan alami, sekitar 53% cahaya matahari yang masuk akan mengalami transformasi menjadi panas dan sudah mulai menghilang (extinction) pada kedalaman satu meter dari permukaan air (Wetzel, 1975 dalam Saktia, 27) Derajat Keasaman ph adalah derajat keasaman yang sangat dipengaruhi oleh alam sekitar sungai dan juga air limbah yang masuk. ph merupakan parameter kimiawi yang mempengaruhi kehidupan akuatik. Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada kisaran ph yang sempit antara 6,5 8,3 (Jati, 26 dalam Saktia, 27). Pengukuran ph dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan alat ph Meter. Prinsip pengukuran ph yaitu elektroda gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensiometri. 5-16

17 Dari Gambar nampak bahwa nilai ph pada sampling pertama mempunyai kisaran yang lebih besar, yakni antara 4,3 9,3, jika dibandingkan dengan nilai ph pada pengambilan sampel kedua yang hanya berkisar antara 7,3 8,2. ph Air Sampling I p H Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan p H ph Air Sampling II Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan 1 ph Air Sampling I 8.5 ph Air Sampling II p H 7 6 p H Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan 7 Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan Gambar ph air pada setiap titik pengambilan sampel Kadar ph erat kaitannya dengan karbon dioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai ph, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbon dioksida bebas. (Mackereth et al, 1989) Lind, 1979 dalam Pratiwi, 26 dalam Saktia, 27 menyebutkan bahwa nilai ph optimum bagi kehidupan fitoplankton adalah 6 8. ph air Sungai Citarum pada umumnya berkisar antara 6-8 kecuali pada lokasi Jolok dan Sapan. Pada lokasi ini, ph air masing-masing adalah 5,9 dan 8,2. ph air anak-anak sungai pada umumnya netral, yaitu berkisar antara 7-8 kecuali pada beberapa lokasi, ph air bersifat basa (> 8) terjadi di Sungai Cirasea (8,4), Sapan (8,2), Cipalasari (8,5), Cisuminta / IPAL Cisirung (9,8), Cibeureum (9,1), Curug Geugeuh (9,5), Cibogo (8,3), Cibodas (1,3), dan Cimahi (8,9) (BPLHD Kabupaten Bandung, 21). 5-17

18 Kandungan Oksigen Terlarut Nilai oksigen terlarut pada waktu dua kali pengambilan sampel berkisar antara 3,5 mg/l sampai 6,2 mg/l. Menurut PP nomor 82 tahun 21, baku mutu untuk sumber air baku air minum, kadar maksimum oksigen terlarut yang boleh ada di perairan adalah 6 mg/l. DO Air Sampling I DO Air Sampling II D O Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan D O Atas Sisi Kiri Atas Sisi Tengah Atas Sisi Kanan D O DO Air Sampling I Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan D O DO Air Sampling II Baw ah Sisi Kiri Baw ah Sisi Tengah Baw ah Sisi Kanan Gambar 5. 2 DO air pada setiap titik pengambilan sampel 5. 4 Analisis Logam Berat terhadap Air Untuk mengetahui konsentrasi tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan kromium (Cr) yang terkandung pada air Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung, dilakukan pengambilan sampel sejumlah 13 titik sampel dengan masing-masing titik dilakukan pengambilan sampel air di bagian tepi kanan dan kiri serta di bagian tengah badan sungai. Sedangkan untuk kedalamannya, di tiap-tiap pengambilan sampel air, dibagi atas dua kedalaman air, yakni bagian atas dan dasar sungai sebelum sedimen. 5-18

19 Tembaga Pada Air Logam berat tembaga merupakan unsur logam berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Tembaga memasuki perairan melalui peristiwa alamiah ataupun sebagai akibat dari aktivitas manusia. Aktivitas manusia, seperti buangan industri, merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan perairan. Tembaga banyak digunakan pada industri yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna seperti industri tekstil. Dalam kondisi normal, keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk ion Cu Cu di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah 2 Cu di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Baw ah 5-19

20 2.5 Cu di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran tembaga pada air di pengambilan sampel I 2 Cu di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah.4 Cu di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Baw ah 5-2

21 1.6 Cu di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran tembaga pada air di pengambilan sampel II Konsentrasi logam berat tembaga yang terdapat di air Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel adalah,2 ppm sampai 187,6 ppm. Gambar menunjukkan konsentrasi logam berat tembaga pada air di waktu pengambilan sampel pertama. Konsentrasi tembaga yang diperoleh berkisar antara,2 ppm sampai 187,6 ppm dengan rata-rata 2,79 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga pada air berkisar antara,3 ppm sampai 1,72 ppm dengan rata-rata,24 ppm yang ditunjukkan oleh Gambar Pada umumnya, konsentrasi Cu yang terlarut dalam badan perairan adalah,2 ppm sampai,5 ppm. Menurut PP nomor 82 tahun 21, baku mutu tembaga untuk sumber air golongan A adalah,2 ppm. Sedangkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2, baku mutu tembaga untuk sumber air sebagai air baku air minum adalah 1 ppm. Bila dalam badan perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu, sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi peristiwa biomagnifikasi terhadap biota-biota perairan. Konsentrasi logam berat tembaga terbesar terdapat pada titik 5-2-b yakni di titik yang terletak setelah masukkan dari Irigasi Cibedug. Titik ini terletak di sisi tengah badan air Sungai Citarum dan terletak di bagian bawah sebelum sedimen. Diduga logam berat tembaga ini berasal dari proses korosi dari tembaga yang mengandung aluminium pada perpipaan yang digunakan sebagai saluran irigasi 5-21

22 (Prima, 26). Namun, keberadaan beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran Irigasi Cibedug (BPLHD, 27) turut memberikan pengaruh pada konsentrasi tembaga di air Sungai Citarum mengingat pada akhirnya irigasi Cibedug ini bermuara ke Sungai Citarum. Dalam penelitian Oginawati (27) disebutkan bahwa penggunaan logam berat Cu adalah pada industri tekstil dan pelapisan logam. Di industri tekstil, logam berat Cu ini digunakan sebagai bahan baku pewarnaan sedangkan pada industri pelapisan logam, logam Cu merupakan bahan baku proses industrinya (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 27). Tembaga (Cu) sering digunakan manusia untuk industri dan pertanian. Produksi Cu saat ini telah meningkat sehingga semakin banyak Cu yang berakhir di lingkungan. Sungai-sungai menyimpan Cu yang berasal dari limbah yang mengandung Cu. Selain itu, keberadaan Cu di dalam tanah akibat turunnya hujan merupakan sumber terbesar dari tingginya konsentrasi Cu di suatu perairan permukaan (Lenntech, 25 dalam Tjokronegoro, 27). Dalam lingkungan perairan, perjalanan tembaga dapat mengalami beberapa proses diantaranya adalah pembentukan kompleks, penyerapan air dalam oksida logam, tanah liat, bahan organik dan bioakumulasi. Pada lingkungan perairan, konsentrasi tembaga tergantung pada ph (Leckie and James, 1974 dalam Connell, 1995). Tembaga dapat larut di air pada kisaran ph 8,1 dan paling banyak terdapat dalam bentuk Cu(OH) 2 yaitu sekitar 9% (Zirino dan Yamamoto dalam Connell, 1995). Kecenderungan profil di atas yakni konsentrasi logam berat tembaga pada bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat di bagian atas. Hal ini terjadi akibat adanya penguapan air sungai yang disertai dengan menguapnya logam berat yang terdapat di bagian atas. Konsentrasi tembaga yang terukur pada sampel bersifat fluktuatif. Garam-garam tembaga divalen, misalnya tembaga klorida, tembaga sulfat dan tembaga nitrat 5-22

23 bersifat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida dan tembaga sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air (Effendi, 23 dalam Saktia, 27) Kadmium Pada Air Logam berat kadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam berat kadmium di perairan bersumber dari electroplating, pupuk fosfat, pigmen, air buangan dan air hujan. Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada perairan tawar alami adalah sekitar,1 ppm,1 ppm (McNeely et al., 1979). Menurut WHO, konsentrasi kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air minum adalah,5 ppm. Pada perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perairan dan peternakan, konsentrasi maksimum kadmium sebaiknya tidak melebihi,5 ppm. Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki konsentrasi kadmium sekitar,2 ppm (Moore, 1991). 5-23

24 .12 Cd di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah Cd di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Bawah.8 Cd di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran kadmium pada air di pengambilan sampel I 5-24

25 .12 Cd di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah.14 Cd di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Bawah Cd di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran kadmium pada air di pengambilan sampel II Dari Gambar dan Gambar 5. 24, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di waktu pengambilan sampel yang pertama berkisar antara,1 ppm sampai,68 ppm dengan rata-rata,5 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan 5-25

26 sampel yang kedua, rata-rata konsentrasi logam berat kadmium pada air adalah,6 ppm dengan kisaran konsentrasi antara,3 ppm sampai,13 ppm. Berdasarkan PP nomor 82 tahun 21, baku mutu kadmium bagi sumber air baku untuk air minum adalah,1 ppm. Sedangkan menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2, kadar maksimum kadmium yang diijinkan ada pada Sungai Citarum adalah sebesar,5 ppm. Kadmium yang terukur pada sampel berasal dari beberapa sumber seperti limbah industri tekstil yang membuang limbahnya ke Badan Air Sungai Citarum. Selain itu, kadmium merupakan salah satu senyawa pembentuk pestisida (Sutarto, 27) mengingat wilayah sekitar lokasi pengambilan sampel juga didominasi oleh area pertanian. Kadmium merupakan bahan aditif dan bahan baku tinta dalam industri kertas (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 27). Konsentrasi kadmium tertinggi diperoleh pada lokasi pengambilan sampel 5 yang merupakan aliran masuk dari Irigasi Cibedug. Diketahui bahwa pada Irigasi Cibedug ini terdapat beberapa industri tekstil yang membuang limbah cairnya ke saluran irigasi ini. Menurut Klein et al (1974), jenis industri tekstil pada umumnya mengandung 3 ppm Cd di air buangannya. Dari profil di atas, diperoleh pula kecenderungan bahwa konsentrasi kadmium di bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat kadmium di bagian atas Kromium Pada Air Dalam badan perairan, logam berat kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium (Cr) secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh faktor fisika, seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada 5-26

27 batuan mineral. Disamping itu, debu-debu dan partikel-partikel Cr yang ada di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. Logam berat kromium terbentuk dari hasil akhir krom electroplating, industri penghasil kromat, industri mobil, pesawat, lokomotif, tanning, fotografi dan lain-lain. 1 Cr di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah 3.5 Cr di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Bawah 5-27

28 Cr di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran kromium pada air di pengambilan sampel I.6 Cr di Air Sisi Kiri Sisi Kiri Atas Sisi Kiri Bawah Cr di Air Sisi Tengah Sisi Tengah Atas Sisi Tengah Bawah 5-28

29 .6 Cr di Air Sisi Kanan Sisi Kanan Atas Sisi Kanan Bawah Gambar Profil pencemaran kromium pada air di pengambilan sampel II Dari Gambar dan Gambar 5. 26, kisaran konsentrasi kromium untuk waktu pengambilan sampel pertama dan kedua berturut-turut adalah,5 ppm sampai 3 ppm dan,5 ppm sampai,58 ppm. Berdasarkan PP nomor 82 tahun 21, baku mutu kromium bagi sumber air baku untuk air minum adalah,5 ppm. Sedangkan menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 39 tahun 2, kadar maksimum kromium yang diijinkan ada pada Sungai Citarum adalah sebesar,5 ppm. Sedangkan standar normal dari kandungan Cr yang terlarut dalam perairan adalah,4 ppm. (Pearce, 1969) Logam berat kromium merupakan logam berat yang digunakan dalam berbagai industri seperti industri tekstil yang banyak terdapat di sekitar DAS Citarum, industri pelapisan logam, karet dan kulit. Pada industri tekstil, logam berat Cr digunakan sebagai bahan baku pewarnaan (Djanarto, 1992 dalam Oginawati, 27). Dari profil di atas, diperoleh pula kecenderungan bahwa konsentrasi kromium di bagian bawah sungai lebih tinggi daripada konsentrasi logam berat kromium di bagian atas. 5-29

30 Tembaga, Kadmium, dan Kromium Pada Air Gambar dan Gambar menunjukkan profil pencemaran Cu, Cd dan Cr di air untuk bagian atas dan bawah. 1.5 Air Sisi Kiri Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd 1 Air Sisi Tengah Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd 5-3

31 Air Sisi Kanan Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Gambar Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen atas di waktu pengambilan sampel I.3 Air Sisi Kiri Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd.4.35 Air Sisi Tengah Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd 5-31

32 .3 Air Sisi Kanan Atas Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Gambar Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen atas di waktu pengambilan sampel II Dari Gambar dan Gambar 5. 28, nampak bahwa konsentrasi logam berat tembaga di hampir seluruh titik dan di tiap-tiap segmen, berada pada konsentrasi tertinggi dibandingkan dengan dua logam berat lainnya. Di segmen bawah pun, konsentrasi logam berat tembaga juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedua logam berat yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar dan Gambar Air Sisi Kiri Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd 5-32

33 2 Air Sisi Tengah Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Air Sisi Kanan Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Gambar Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen bawah di waktu pengambilan sampel I Air Sisi Kiri Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd 5-33

34 .4 Air Sisi Tengah Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Air Sisi Kanan Bawah Konsentrasi Cu Konsentrasi Cr Konsentrasi Cd Gambar 5. 3 Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada air di tiap segmen bawah di waktu pengambilan sampel II Tembaga merupakan unsur logam yang banyak digunakan dalam industri tekstil. Tembaga pada industri tekstil digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan warna. Keberadaan unsur tembaga dengan konsentrasi yang tinggi di perairan Sungai Citarum ini disebabkan karena di sepanjang badan air terdapat banyak industri tekstil yang membuang buangan industrinya ke badan air Sungai Citarum. Disamping itu, masukkan anak-anak sungai yang berada di segmen antara Dayeuhkolot sampai Nanjung juga merupakan sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan buangan beberapa industri tekstil di sekitar alirannya. 5-34

35 Disamping digunakan sebagai bahan baku pembuatan warna di industri tekstil, keberadaan logam berat tembaga di perairan Sungai Citarum juga diperoleh dari penggunaan pipa irigasi dari bahan aluminium yang telah mengalami korosi (Prima, 26) Parameter Langsung untuk Sampel Sedimen Derajat Keasaman Untuk dua waktu pengambilan sampel, nilai ph sedimen berturut-turut di waktu pengambilan sampel pertama dan kedua berada pada rentang 5,8 sampai 6,9 dan 6,4 sampai 6,9 seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.31 berikut. 7 ph Sedimen Sampling I 7.2 ph Sedimen Sampling II 6.5 p H 6 p H Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan 6.3 Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan Gambar ph sedimen pada setiap titik pengambilan sampel Rata-rata nilai ph sedimen untuk pengambilan sampel pertama adalah 6,6, sedangkan rata-rata nilai ph untuk pengambilan sampel yang kedua adalah 6, Analisis Logam Berat terhadap Sedimen Salah satu sifat dari logam berat adalah kemampuannya untuk terakumulasi. Akumulasi logam berat dapat terjadi di tubuh makhluk hidup dan juga ada kalanya suatu logam berat terakumulasi di tanah atau sedimen. Akumulasi adalah pemupukan pencemar secara terus menerus. Gambar merupakan profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung. 5-35

36 Cu di Sedimen 5 Konsentrasi (ppm ) Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan.2 Cd di Sedimen Konsentrasi (ppm ) Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan 4 Cr di Sedimen K o ns e ntr a s i (p pm ) Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan Gambar Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen di tiap segmen di pengambilan sampel I 5-36

37 6 Cu di Sedimen 5 K onsentrasi (ppm ) Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan.25 Cd di Sedimen Konsentrasi (ppm ) Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan K o ns e ntr a s i (p pm ) Cr di Sedimen Sisi Kiri Sisi Tengah Sisi Kanan Gambar Profil pencemaran tembaga, kadmium dan kromium pada sedimen di tiap segmen di pengambilan sampel II 5-37

38 Konsentrasi tertinggi untuk logam berat tembaga, kadmium, dan kromium pada sedimen Sungai Citarum antara Dayeuhkolot sampai Nanjung berturut-turut adalah 52,2 ppm, 1,88 ppm, dan 36 ppm. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan pada tahun 1973 terhadap endapan di Sungai Ottawa dan Rideau di kanada, ditemukan kandungan kromium sebesar 2-22 ppm. Logam berat kromium yang terdapat pada sedimen di kedua sungai tersebut berasal dari buangan industri dan buangan rumah tangga. Selain dari logam berat kromium (Cr) juga ditemukan logam-logam lain seperti logam Cd, Hg, Zn dan Cu (Oliver, 1973). Pada keseluruhan profil di atas, diperoleh konsentrasi logam berat yang makin tinggi di titik terakhir pengambilan sampel. Namun, konsentrasi logam berat turun di beberapa tempat dan mengalami peningkatan di titik berikutnya akibat adanya masukkan dari sumber pencemar seperti anak-anak sungai dan buangan cair industri di sepanjang DAS Citarum Perbandingan Antara Konsentrasi Logam Berat di Air dengan Sedimen Analisis Logam Berat Tembaga Gambar menunjukkan perbandingan konsentrasi logam berat tembaga antara air dan sedimen Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel. 5-38

39 Cu di Air dan Sedimen Sisi Kiri I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen Cu di Air dan Sedimen Sisi Tengah I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen Cu di Air dan Sedimen Sisi Kanan I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen Gambar Profil pencemaran tembaga di air dan sedimen 5-39

40 Dari Gambar 5. 34, konsentrasi logam berat tembaga yang terdapat di air Sungai Citarum untuk dua kali pengambilan sampel adalah,2 ppm sampai 187,6 ppm. Pada waktu pengambilan sampel pertama, konsentrasi tembaga di air bagian atas berkisar antara., 2 ppm sampai 2,2 ppm dan antara,2 ppm sampai 187,6 ppm untuk air di bagian bawah. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga di air berkisar antara,3 ppm sampai,36 ppm di bagian atas dan antara,5 ppm sampai 1,72 ppm untuk air di bagian bawah. Kisaran konsentrasi logam berat tembaga pada sedimen di waktu pengambilan sampel pertama adalah 1,6 ppm sampai 4,4 ppm. Sedangkan di waktu pengambilan sampel kedua, konsentrasi tembaga di sedimen berkisar antara 1,9 ppm sampai 5,6 ppm. Konsentrasi tembaga di perairan bergantung pada interaksi antara sedimen dan air ( Di alam, logam tembaga ini akan membentuk kompleks dan dapat menyerap air membentuk metal oksida, tanah liat, dan bahan organik serta dapat mengakibatkan bioakumulasi (EHC 2, 1998 dalam Prima, 26). Dari Gambar nampak bahwa hampir keseluruhan konsentrasi tembaga di sedimen lebih besar jika dibandingkan konsentrasi tembaga di air. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa tembaga yang dibuang ke air akan cenderung untuk mengendap atau diserap oleh sedimen (EHC 2, 1998 dalam Prima, 26) Analisis Logam Berat Kadmium Di dalam air, kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada perairan tawar alami adalah sekitar,1 ppm,1 ppm (McNeely et al., 1979). Menurut WHO, konsentrasi kadmium maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air minum adalah,5 ppm. Pada perairan yang diperuntukkan bagi 5-4

41 kepentingan perairan dan peternakan, konsentrasi maksimum kadmium sebaiknya tidak melebihi,5 ppm. Cd di Air dan Sedimen Sisi Kiri I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen.7 Cd di Air dan Sedimen Sisi Tengah.6 K o n se n tras i (p p m ) I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen 5-41

42 Cd di Air dan Sedimen Sisi Kanan I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen Gambar Profil pencemaran kadmium di air dan sedimen Dari Gambar 5. 35, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di waktu pengambilan sampel yang pertama berkisar antara,1 ppm sampai,7 ppm di bagian atas dan antara,1 ppm sampai,68 ppm di bagian bawah. Rata-rata konsentrasi kadmium di air untuk waktu pengambilan sampel pertama adalah,5 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel yang kedua, rata-rata konsentrasi logam berat kadmium pada air adalah,6 ppm dengan kisaran konsentrasi antara,3 ppm sampai,1 ppm di bagian atas dan,3 ppm sampai,13 ppm di bagian bawah. Kisaran konsentrasi logam berat kadmium sampel pertama dan kedua berturut-turut adalah,6 ppm sampai,16 ppm dan,17 ppm sampai,23 ppm. Kadmium yang terukur pada sampel air berasal dari beberapa sumber seperti limbah industri tekstil yang membuang limbahnya ke Badan Air Sungai Citarum. Selain itu, kadmium merupakan salah satu senyawa pembentuk pestisida (Sutarto, 27) mengingat wilayah sekitar lokasi pengambilan sampel juga didominasi oleh area pertanian. 5-42

43 Dari Gambar 5. 35, nampak bahwa konsentrasi logam berat kadmium di sedimen memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi kadmium di air di hampir seluruh titik Analisis Logam Berat Kromium Pada badan perairan, masuknya kromium (Cr) secara alamiah terjadi akibat faktor fisika, seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada batuan mineral. Disamping itu, debu-debu dan partikel-partikel Cr yang ada di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga. Logam berat kromium terbentuk dari hasil akhir krom electroplating, industri penghasil kromat, industri mobil, pesawat, lokomotif, tanning, fotografi, dan lain-lain. Standar normal konsentrasi kromium yang terlarut dalam perairan adalah,4 ppm (Pearce, 1969). 3 Cr di Air dan Sedimen Sisi Kiri I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen 5-43

44 Cr di Air dan Sedimen Sisi Tengah I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen 3 Cr di Air dan Sedimen Sisi Kanan I Air Atas I Air Bawah I Sedimen II Air Atas II Air Bawah II Sedimen Gambar Profil pencemaran kromium di air dan sedimen Dari Gambar 5. 36, kisaran konsentrasi kromium untuk waktu pengambilan sampel pertama di bagian atas dan bawah berturut-turut adalah,5 ppm sampai,3 ppm dan,5 ppm sampai 3 ppm. Sedangkan untuk waktu pengambilan sampel yang kedua, diperoleh kisaran konsentrasi di bagian atas dan bawah berturut-turut adalah.5 ppm sampai.16 dan.5 ppm sampai,58 ppm. Dari Gambar 5. 36, diperoleh kisaran konsentrasi logam berat kromium pada sedimen di waktu pengambilan sampel pertama,5 ppm sampai 3,1 ppm dan antara,61 ppm sampai 3,75 ppm di waktu pengambilan sampel yang kedua. 5-44

45 Seperti halnya dua logam berat yang sebelumnya, konsentrasi kromium pada sedimen yang lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi kromium pada air. Salah satu sifat dari logam berat adalah kemampuannya untuk terakumulasi. Akumulasi logam berat dapat terjadi di tubuh makhluk hidup dan juga ada kalanya suatu logam berat terakumulasi di tanah atau sedimen. Akumulasi adalah pemupukan pencemar secara terus menerus. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Hampir seluruhnya, konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di air. Hal ini terjadi karena sedimen cenderung mengakumulasikan logam berat sehingga kandungan logam berat di sedimen akan terus ada dan meningkat karena adanya paparan yang terus menerus. Sedangkan pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi logam berat pada air, akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Hampir seluruhnya, konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi logam berat di air. Hal ini terjadi karena sedimen cenderung mengakumulasikan logam berat sehingga kandungan logam berat di sedimen akan terus ada dan meningkat karena adanya paparan yang terus menerus. Sedangkan pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. 5-45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat. Sungai Citarum berhulu dari mata air di Gunung Wayang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, sedangkan untuk kebutuhan dan ketersediannya cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai

TINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan sumber air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sungai berfungsi sebagai transportasi sedimen dari darat ke laut, untuk pengumpul hujan dan juga berbagai

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam- logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan manusia seperti

Lebih terperinci

Identifikasi Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung

Identifikasi Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Februari 2015 Identifikasi Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen sampai

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air, tanah, dan udara. Banyak industri yang tidak menyadari bahwa

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan Das terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.080 km 2 dan panjang 286,60 km. Sungai Citarum merupakan tempat bermuaranya anak-anak sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia, dan manusia selama hidupnya selalu membutuhkan air. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup, tidak lepas dari lingkungan sebagai sumber kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan caranya

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Sungai Percut Menurut Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu dan Ular Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Asiditas dan Alkalinitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci