BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha Waingapu yang terletak di jalan Adam Malik No. 54 Kelurahan Kambajawa, Kecamatan Kota Waingapu, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha mulai dioperasionalkan pada tanggal 19 Desember 1983 dengan luas bangunan 4.637m 2 dan luas tanah m 2. Rumah Sakit ini adalah rumah sakit tipe D+ dengan kapasitas tempat tidur 121 buah dan memiliki fasilitas pelayanan yaitu satu unit ruangan perawatan rawat jalan (poli umum, poli bedah, poli anak, poli gigi dan mulut, poli kebidanan dan KB, poli mata), satu unit instalasi medik central (instalasi gawat darurat, instalasi bedah sentral, instalasi ICU) dan instalasi penunjang medis (Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi, Instalasi Radiologi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Pemulasara-an Jenasah, Instalasi Dokter Jaga, Instalasi Ruangan Oksigen, Gudang Farmasi). Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha memiliki ruang rawat inap berjumlah 7 ruangan yaitu

2 Ruangan Dahlia untuk penyakit dalam, Ruangan Anggrek untuk pasien anak, Ruangan Bogenvile untuk semua pasien bedah, Ruangan Kemuning untuk kebidanan, ICU untuk pasien emergency, Ruangan VIP dan Utama (RSUD Umbu Rara Meha Waingapu, 2013). Dari 7 ruangan Instalasi Rawat Inap, peneliti melakukan penelitian di satu ruangan yaitu ruangan Bogenvile. Ruangan Bogenvile merupakan tempat perawatan bagi pasien pre dan pasca bedah termasuk pasien post apendiktomi. Ruangan Bogenvile memiliki 12 orang perawat dengan kapasitas 20 tempat tidur. Sebagian besar pasiennya menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Saat penelitian berlangsung peneliti melihat ruang ini memiliki satu buah set sterilisator, pinset 3 buah, gunting kassa 2 buah, gunting plester 2 buah, bengkok 1 buah dan korentang 2 buah. Jumlah pasien di ruang Bogenvile rata-rata 20 pasien tiap bulannya dengan 14 orang tenaga kesehatan yaitu 1 orang dokter umum, 12 orang perawat termasuk kepala ruangan Bogenvile dan pegawai administrasi. Perawat yang berpendidikan S1 1 orang, D3 5 orang, SPK 6 orang. Rumah Sakit ini memiliki tenaga paramedis dan tenaga medis Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tenaga para

3 medis sebanyak 198 orang yaitu S1 Keperawatan 8 orang, D3 Keperawatan 69 orang, SPK 35 orang, D3 Kebidanan 8 orang, Perawat Gigi 2 orang, dan D4 Keperawatan sebanyak 4 orang. Tenaga medis yang terdiri dari dokter ahli bedah 1 orang, dokter ahli obgyn 1 orang, dokter umum 9 orang, dan apoteker 4 orang Karakteristik Responden Penelitian tentang gambaran pelaksanaan perawatan luka post apendiktomi di ruang rawat inap Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu telah dilakukan pada tanggal 2 Juli 2013 sampai dengan 19 Agustus 2013 terhadap 12 orang responden perawat. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja selengkapnya disajikan dalam tabel 1.

4 Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja (n:12) Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase Jenis Kelamin : Pria Wanita Usia : Tahun Tahun Tingkat Pendidikan : SPK/C D3 S1 Masa Kerja : < 5 Tahun >5 Tahun ,7 83, ,7 8,3 16,7 83,3 Sumber : Data Sekunder, 2013 Tabel 1, menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (83,3%). 75% responden berada pada rentang usia antara tahun. Tingkat pendidikan responden didominasi oleh lulusan SPK/C (50%) dan sebagian besar (83,3%) responden bekerja selama lebih dari 5 tahun Gambaran Pelaksanaan Perawatan Luka Post Apendiktomi di Ruang Rawat Inap Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu Observasi tindakan perawatan luka apendiktomi dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap responden. Ditemukan setiap pasien post apendiktomi yang tidak

5 mengalami infeksi mendapat perawatan luka sebanyak dua kali selama dirawat di rumah sakit. Tetapi bagi pasien yang mengalami komplikasi atau infeksi akan dirawat lebih dari tiga atau empat hari dan mendapat perawatan luka lebih dari dua kali. A. Tahap Prainteraksi Pada tahap ini, perawat sebelum melakukan tindakan perawatan luka apendiktomi, terlebih dahulu melihat catatan perawatan pasien kemudian mencuci tangan, dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti set alat steril, sarung tangan steril, pinset anatomis, pinset chirurgis, kassa steril, kapas lidi, alkohol 70%, NaCl 0,9%, povidone iodine/betadin, gunting plester, bengkok, perlak, sarung tangan bersih, kapas alkohol, dan obat luka sesuai advis dokter. Hasil pengamatan disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Tahap Prainteraksi (n:12) Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 3 25 Cukup (56-75) 9 75 Kurang (< 56) 0 0 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013 Berdasarkan tabel 2, tidak ada responden yang masuk dalam kategori kurang pada fase prainteraksi.

6 Sesuai data pada lembar check list, dari 36 tindakan pada tahap prainteraksi perawatan luka apendiktomi, terdapat 28 prosedur tidak membawa sarung tangan steril dikarenakan sarung tangan steril di ruangan maupun di apotik rumah sakit tidak tersedia (sering kehabisan stok). Prosedur tidak menyiapkan bengkok sebanyak 16 kali, dikarenakan keterbatasan jumlah bengkok yaitu hanya satu buah, artinya saat melakukan perawatan luka bengkok masih dipakai oleh perawat lain untuk melakukan perawatan luka apendiktomi pada pasien. B. Tahap Orientasi Pada tahap ini perawat memberikan salam dan memanggil nama pasien dengan namanya kemudian menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan untuk mendapat persetujuan pasien. Hasil pengamatan disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Tahap Orientasi Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 4 33,3 Cukup (56-75) 5 41,7 Kurang (< 56) 3 25 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013

7 Tabel 3, menunjukkan hanya 1/3 dari keseluruhan responden yang mengorientasikan tindakan secara baik kepada pasien. Berdasarkan data dari lembar observasi, dari 36 kali observasi, 5 tindakan (13,9%) di antaranya tidak memberikan salam dan memanggil klien dengan namanya. Prosedur tindakan tidak menjelaskan tujuan, cara dan waktu sebanyak 16 tindakan (44,4%). C. Tahap Kerja Pada tahap ini sebelum perawat melakukan tindakan perawatan luka apendiktomi, terlebih dahulu perawat cuci tangan kemudian menjaga privasi pasien selama tindakan dilakukan, mengatur posisi pasien agar luka terlihat jelas dan mudah untuk dilakukan tindakan perawatan luka post apendiktomi dan berikan perlak di bawah luka pasien kemudian membuka plester dan balutan dengan menggunakan sarung tangan bersih, pinset, dan kapas alkohol kemudian memasukkan balutan kotor ke dalam bengkok. Selanjutnya melakukan pengkajian terhadap kondisi luka jahitan kemudian membuka alat-alat steril dengan tetap mempertahankan supaya tidak terkontaminasi. Dilanjutkan menuangkan larutan NaCl, memakai sarung tangan steril,

8 membersihkan daerah di sekitar luka jahitan sesuai dengan prinsip pembersihan luka dengan pinset dan kapas yang sudah dibasahi NaCl, menutup luka dengan kassa steril menggunakan pinset steril, melepas sarung tangan, fiksasi kassa dengan plester, kemudian merapikan pasien ke posisi semula. Hasil pengamatan tahap kerja disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Tahap Kerja (n:12) Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 0 0 Cukup (56-75) 11 91,7 Kurang (< 56) 1 8,3 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013 Berdasarkan tabel 4, pada tahap kerja tidak seorangpun dari responden masuk dalam kategori baik, sementara jumlah terbanyak terdapat pada kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden (91,7%) disusul oleh kategori kurang sebanyak 1 orang (8,3%). Berdasarkan data pada lembar hasil observasi, tindakan yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh semua responden selama 36 kali observasi adalah prosedur memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya sebelum tindakan dimulai. 19 tindakan (52,8%) tidak menjaga privasi klien saat melakukan perawatan luka post apendiktomi. 10 tindakan (27,8%) tidak mencuci

9 tangan sebelum melakukan tindakan perawatan. Tindakan memasang perlak saat melakukan perawatan luka sebanyak 0% artinya tidak dilakukan sama sekali oleh responden. Dan tindakan tidak menggunakan sarung tangan steril sebanyak 29 tindakan (80,5%). D. Tahap Terminasi Pada tahap ini perawat mengembalikan posisi pasien seperti semula/merapikan, mengevaluasi perasaan pasien setelah dilakukan tindakan perawatan luka, menyampaikan rencana tindak lanjut, mengakhiri kegiatan dan merapikan kembali peralatan yang telah dipakai, kemudian mencuci tangan. Pada tabel 5 tersaji hasil tahapan terminasi. Tabel 5. Tahap Terminasi (n:12) Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 9 75 Cukup (56-75) 2 16,7 Kurang (< 56) 1 8,3 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013 Tabel 5, menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam kriteria baik yaitu sebanyak 9 responden (75%) dari seluruh jumlah responden yang diteliti. E. Tahap Dokumentasi Pada tahap ini perawat mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan sebagai langkah tanggung

10 jawab dengan mencatat waktu dilakukan tindakan/perawatan luka apendiktomi dan kondisi luka operasi apendiktomi, serta menulis nama terang dan tanda tangan perawat di dalam buku catatan asuhan keperawatan. Hasil observasi disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Tahap Dokumentasi (n:12) Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 1 8,3 Cukup (56-75) 3 25 Kurang (< 56) 8 66,7 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013 Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam kategori kurang (66,7%) dan hanya terdapat 1 orang (8,3%) yang masuk dalam kategori baik. Berdasarkan data dari lembar hasil observasi, cukup banyak tindakan menulis nama terang dan tanda tangan petugas kesehatan di dalam buku catatan asuhan keperawatan yang tidak dilakukan responden yaitu sebanyak 34 tindakan (94,4%). F. Perawatan Luka Apendiktomi Berikut adalah distribusi gambaran pelaksanaan perawatan luka post apendiktomi oleh seluruh perawat di ruang Bogenvile Rumah Sakit Umum Daerah Umbu

11 Rara Meha Waingapu. Hasil penelitian selengkapnya disajikan dalam tabel 7. Perawatan luka dimulai dari tahap prainteraksi, orientasi, kerja, terminasi, sampai dokumentasi. Dari 36 tindakan perawatan luka yang diobservasi didapatkan hasil dalam tabel 7. Tabel 7. Perawatan Luka Apendiktomi (n:12) Kriteria Frekuensi Prosentase Baik (76-100) 1 8,3 Cukup (56-75) 10 83,4 Kurang (< 56) 1 8,3 Jumlah Sumber : Data Sekunder, 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa yang masuk dalam kategori cukup memiliki jumlah terbanyak yaitu 10 orang (83,4%) dan jumlah responden yang masuk dalam kategori baik dan kurang memiliki angka yang sama yaitu masingmasing sebanyak 1 orang (8,3%) Pembahasan Karakteristik Responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah perawat di ruang Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu yang berjenis kelamin

12 laki-laki yaitu 2 orang (16,7%) dan perempuan yaitu 10 orang (83,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Muchlas (2004) yang menyatakan bahwa proporsi perempuan dalam personel keperawatan jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Aryani (2008) mengatakan bahwa tidak ada batas ideal perbandingan antara perawat laki-laki dan perempuan. Namun dalam manajemen keperawatan mengenai pengaturan jadwal dinas, dianjurkan dalam satu shift ada perawat laki-laki dan perempuan, sehingga apabila melakukan tindakan yang bersifat privacy bisa dilakukan oleh perawat yang sama jenis kelaminnya misalnya personal higiyene, eliminasi, perekaman EKG, pemasangan asesoris bed side monitor dan lain-lain. b. Karakteristik responden berdasarkan usia Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertumbuhan umur. Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi pertumbuhan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya, yang identik

13 dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan tenaga yang prima (Monks, 2000). Pada usia-usia yang relatif tua, meskipun sudah memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak, namun kondisi fisik yang menurun mengakibatkan penurunan produktivitas (Adisetiawan, 2010). Hal ini sesuai dengan keadaan di ruangan Bogenvile, perawat yang paling dominan di ruangan adalah perawat yang umurnya di atas 30 tahun dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden dari jumlah perawat mengalami penurunan motivasi kerja. c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perawat di ruang Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu mayoritas lulusan SPK/C (Sekolah Penjenang Keperawatan) yang mana setara dengan pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu sebesar 50%, diploma tiga sebesar 41,7% dan hanya 8,3% yang berpendidikan sarjana keperawatan. Menurut Saragih (2010) dalam jurnalnya yang berjudul hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di

14 Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang mengatakan bahwa pada saat ini dasar penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi. Profesionalisme menuntut perawat harus menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi sebagaimana profesi lain yang berkembang. Rendahnya pendidikan perawat dapat menjadi rendahnya pelayanan keperawatan dan daya saing perawat tersebut dengan perawat asing. Untuk itu dituntut kesadaran dari perawat RSUD Umbu Rara Meha Waingapu untuk memikirkan tindak lanjut pendididikannya agar eksistensi mereka dalam pelayanan keperawatan di era globalisasi saat ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Manajemen rumah sakit juga diharapkan memberikan perhatian dan dukungan bagi perawat-perawat yang ingin meningkatkan taraf pendidikannya. d. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat ruang Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu mempunyai masa kerja lebih dari lima tahun (83,3%).

15 Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) masa kerja (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Kreitner dan Kinichi (2004) dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior menyatakan bahwa masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya. Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan semakin tinggi, prestasi yang tinggi didapat dari perilaku yang baik. Kondisi ini apabila dikaitkan dengan pendapat Kreitner dan Kinichi di atas terdapat kesenjangan. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap seluruh responden perawat ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan perawatan luka post apendiktomi belum dapat dikategorikan baik, antara lain yaitu SOP perawatan luka apendiktomi yang masih memilki banyak kekurangan, fasilitas penunjang/alat perawatan luka apendiktomi yang kurang memadai dan pendidikan perawat pelaksana

16 kebanyakan lulusan SPK/C. Jadi, masa kerja yang lama belum tentu akan menyebabkan tingkat prestasi semakin tinggi Pelaksanaan Perawatan Luka Apendiktomi di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu Peneliti telah melakukan observasi pada 12 orang responden perawat, masing-masing sebanyak 3 kali sehingga jumlah observasi total yaitu sebanyak 36 kali. Gambaran pelaksanaan perawatan luka apendiktomi, dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 7 dari 12 responden di Ruang Bogenvile didapatkan pada tahap terminasi dalam kriteria baik sebanyak 75%, sedangkan pada tahap prainteraksi, orientasi, dan tahap kerja masuk dalam kriteria cukup dengan proporsi masingmasing 75%, 41,7%, 91,7%. Pada tahap dokumentasi pelaksanaan perawatan luka pada pasien post apendiktomi dalam kriteria kurang dengan proporsi 66,7%. Hal ini disebabkan oleh SOP perawatan luka apendiktomi RSUD Umbu Rara Meha Waingapu yang masih memiliki banyak kekurangan. Pada saat peneliti melakukan observasi, ditemukan terdapat banyak kesenjangan dalam

17 pelaksanaan SOP tersebut. Setelah peneliti melihat dan membandingkan SOP RSUD Umbu Rara Meha Waingapu dengan SOP Prodi Keperawatan Waingapu, terdapat banyak kekurangan pada SOP RSUD Umbu Rara Meha Waingapu seperti : tidak ada tindakan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan perawatan luka, tidak ada persiapan sarung tangan bersih, perlak, menjaga privasi klien dan mencuci tangan setelah melakukan tindakan. Prodi Keperawatan Waingapu adalah satu-satunya institusi sekolah diploma tiga keperawatan yang ada di Waingapu dan memiliki hubungan kerjasama dengan RSUD Umbu Rara Meha Waingapu. Alasan peneliti menggunakan SOP Prodi Keperawatan Waingapu sebagai SOP pembanding adalah untuk lebih meminimalkan perbedaan-perbedaan yang ada dengan perbandingan SOP di lain tempat, terlebih pula karena kedua instansi tersebut memiliki hubungan kerjasama secara formal. Perry dan Potter (2005) mengatakan Standar Operasional Prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Berdasarkan teori tersebut, pelaksanaan suatu tugas diperlukan gambaran langkahlangkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal)

18 yang tentunya memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan suatu standar yang sudah baku untuk mencapai tujuan. Dengan adanya SOP diharapkan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika tata laksana rumah sakit tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, akan mengakibatkan kerugian yang besar pada pasien, pengunjung, bahkan pihak rumah sakit. Atas persetujuan dari Kepala Bidang Keperawatan RSUD Umbu Rara Meha Waingapu peneliti menggunakan SOP Prodi Keperawatan Waingapu sebagai lembar observasi dalam melakukan penelitian. Hal ini menjadi salah satu faktor sehingga gambaran pelaksanaan perawatan luka pada pasien post apendiktomi sebagian besar masuk dalam kriteria cukup. Jadi menurut peneliti, RSUD Umbu Rara Meha Waingapu perlu meninjau kembali SOP yang digunakan khususnya SOP perawatan luka pasien post apendiktomi dan menyesuaikan dengan SOP Standar Propinsi serta perlu juga mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut.

19 Disamping itu hal ini dipengaruhi juga oleh fasilitas penunjang yang kurang memadai. Kelengkapan fasilitas dalam suatu instansi sangat mendukung berjalannya intansi tersebut. Menurut Depkes RI (2001) bahwa untuk dapat terlaksananya pelayanan yang sesuai dengan standar tentunya harus didukung dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang memadai dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Disamping itu pula ditunjang dengan fasilitas dan sarana rumah sakit yang memadai sehingga pelayanan menjadi berkualitas dan berdampak besar terhadap citra pelayanan rumah sakit yang pada akhirnya dapat memuaskan masyarakat. Fasilitas alat perawatan luka apendiktomi di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu khususnya di ruang Bogenvile yang terbatas, misalnya satu set alat untuk beberapa pasien, dapat dipastikan segi aseptiknya dilanggar, ketersediaan bengkok masih terbatas (1 unit), ketersediaan handscoon steril di ruangan yang masih terbatas (sering kehabisan stok), sehingga dalam melakukan perawatan luka perawat sering kali hanya menggunakan handsoon bersih dan oleh karena keterbatasan set steril perawat melakukan perawatan luka secara bergantian tanpa melakukan sterilisasi ulang.

20 Hal lain yang menjadi faktor penyebab gambaran pelaksanaan perawatan luka pada pasien post apendiktomi di ruang bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu belum dapat dikategorikan baik yaitu karena tingkat pengetahuan responden yang masih kurang. Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu tingkat pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, lingkungan dan media masa. Berdasarkan teori tersebut, jelas bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimilikinya. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari responden adalah lulusan SPK/C yaitu 50%. Menurut Azwar S, (2000) pengetahuan dapat menumbuhkan sikap positif tentang sesuatu sehingga dapat melahirkan minat dan kesadaran seseorang untuk melakukan sesuatu (mengubah perilaku). Kurangnya pengetahuan responden hal ini dikarenakan dalam melaksanakan perawatan luka pada pasien post apendiktomi ada beberapa tindakan keperawatan yang sebenarnya dapat dimodifikasi oleh responden apabila terbatasnya fasilitas di ruang bogenvile. Sebagai contoh,

21 karena keterbatasan bengkok, ketika melakukan perawatan luka apendiktomi sering kali responden harus menunggu yang sebenarnya masih dapat dimodifikasi, seperti dapat digantikan dengan plabot infus bekas, kesadaran akan pentingnya mencuci tangan sebelum melakukan tindakan perawatan luka oleh responden masih sangat minim sehingga sebagian besar tidak melakukan tindakan cuci tangan sebelum melakukan tindakan bahkan setelah tindakan perawatan luka pada satu pasien apendiktomi tidak lagi mencuci tangan tetapi langsung melakukan perawatan luka selanjutnya. Kurangnya kesadaran responden akan pentingnya perawatan luka apendiktomi yang sesuai standar telah berlangsung lama, sehingga sulit untuk mengubah perilaku seperti itu dalam waktu singkat. Hal ini pula yang mengakibatkan gambaran pelaksanaan perawatan luka pada pasien post apendiktomi masuk dalam kriteria yang cukup. Niat dari diri sendiri, bukti ilmiah, proses belajar mengajar dan fasilitas yang memadai diharapkan mampu memperbaikinya. Hal tersebut juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurkusuma (2009) yaitu tentang faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Meticillin-Resistant

22 Staphylococcus aureus (MRSA) pada kasus infeksi luka pasca operasi, dimana hasil dari penelitiannya mengatakan bahwa 17 prosedur tidak memakai sarung tangan, 10 prosedur di antaranya disertai keadaan sarung tangan steril di ruangan tidak tersedia. Teknik ganti balut yang tidak standar sebanyak 25 prosedur, 10 prosedur di antaranya disertai dengan kondisi petugas yang tergesa-gesa. Selain keterbatasan fasilitas rumah sakit, didapatkan pula data tingkat kesadaran yang rendah dan ketidaktahuan tentang prosedur ganti balut yang standar. Petugas yang tidak mencuci tangannya disebabkan karena kurangnya kesadaran akan arti pentingnya cuci tangan (80%), namun dapat juga karena handscrub alcohol habis (20%). Hasil penelitian Mukhadiono (2011) dalam Jurnal Keperawatan Soedirman, volume 6 No.1 tentang pengaruh prosedur dan fasilitas pelayanan terhadap kualitas pelayanan peserta program JAMKESMAS di puskesmas 1 Cilongok, yakni berdasarkan hasil analisis korelasi majemuk dapat diketahui bahwa koefesien korelasi (R) antara prosedur pelayanan dan fasilitas pelayanan dengan kualitas pelayanan menunjukkan angka sebesar 0,740. Jadi ada korelasi positif sebesar 0,740 antara prosedur pelayanan dan fasilitas pelayanan dengan kualitas pelayanan. Hal

23 demikian berarti, semakin baik prosedur pelayanan dan fasilitas pelayanan maka akan semakin baik pula kualitas pelayanan. Ratminto dan Winarsih (2005) menyatakan bahwa Pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kep MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003, dan disempurnakan melalui Kep MENPAN NOMOR 63 Tahun 2004, memberikan ukuran kualitas pelayanan bagi organisasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran ini merupakan hal wajib yang harus dipenuhi oleh organisasi publik dalam pelaksanaan pelayanannya. Ukuran kualitas pelayanan adalah 1) Prosedur pelayanan, 2) Waktu penyelesaian, 3) Biaya Pelayanan, 4) Produk pelayanan, 5) Sarana dan prasarana, 6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan. Dengan demikian jelas bahwa prosedur pelayanan merupakan salah satu ukuran penting dalam menentukan kualitas pelayanan. Pengaruh fasilitas pelayanan terhadap kualitas pelayanan perawatan luka apendiktomi sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Moenir (2001) mengenai fungsi-fungsi dari fasilitas kerja. Dikatakan oleh Moenir bahwa fungsi-fungsi dari fasilitas kerja adalah : 1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan,

24 2) Meningkatkan produktivitas, baik barang atau jasa; 3) Kualitas produk yang lebih baik/terjamin; 4) Ketepatan susunan dan stabilitas ukuran terjamin; 5) Lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelakunya; 6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan; 7) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka. Jadi jelas bahwa fasilitas pelayanan sangat penting artinya dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Fasilitas pelayanan yang lengkap dan memadai merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar pelayanan yang disajikan mampu mencapai kualitas yang tinggi. Sebaliknya, dengan keterbatasan fasilitas pelayanan maka proses pelayanan akan sulit dilakukan secara optimal sehingga akan sulit pula diharapkan terwujud kualitas pelayanan yang tinggi. Keselamatan pasien (patient safety) dalam hal ini tindakan perawatan luka post apendiktomi adalah suatu sitem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien yang disebabkan oleh

25 kesalahan tindakan yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien (KKP-RS, 2005). Peninjauan kembali terhadap SOP yang digunakan secara periodik dan selalu mengevaluasi setiap tindakan perawatan luka post apendiktomi merupakan salah satu bentuk cara untuk mengimplementasikan standar keselamatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS

BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif

Lebih terperinci

RSUD Umbu Rara Meha Waingapu.

RSUD Umbu Rara Meha Waingapu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi non eksperimental

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato diresmikan pada tanggal 6 April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

165

165 164 165 166 167 168 169 LEMBAR PERMOHONAN PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Semarang, Jawa Tengah Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Stevano V. Salawaney NIM

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Rev., cet.14. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Rev., cet.14. Jakarta: PT. Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Adisetiawan, Satrio. 2010. Skripsi : Pengaruh umur, pendidikan pendapatan, pengalaman kerja dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kota Magelang. Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya Feronika Christin Phakpahan, mahasiswi dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Keperawatan & Kebidanan Program Studi Ners akan melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan asuhan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional, merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan zaman, banyak perubahan yang terjadi di dunia dengan adanya perkembangan, baik dibidang teknologi maupun dalam peningkatan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL Analisa kondisi internal RSUD Kabupaten Belitung Timur akan ditentukan terlebih dahulu Variabel internal, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Kepada : Yth. Teman Sejawat Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Di Jakarta Bersama ini disampaikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Yogyakarta, Mei 2016 Kepada Yth.Sdra/I Responden Dengan hormat, \Assalamu alaikum Wr. Wb Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Zolfika Anggraini

Lebih terperinci

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU 2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI Struktur organisasi RSUD Indrasari Rengat adalah Organisasi Staf B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI 1) Direktur Sebagai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis karena perawatan luka cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi 37 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi Sejarah berdirinya RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal berawal dari Balai Pengobatan Karyawan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum Perawatan Luka Bersih (Luka Kering) Kegiatan Belajar III Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, Anda diharapkan mampu

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan TINDAKAN PEMBEDAHAN No. Dokumen : SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS KOTA PUSKESMAS KOTA 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi ROSALIA DALIMA NIP.19621231 198902 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan merupakan suatu perbuatan dimana seseorang atau kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Namun seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman, yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia pun terus berkembang. Dewasa ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan baru

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia PRAKATA Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) 2.1.1 Tata Laksana Kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminankesehatan yang diberikan pemerintah kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi dan modernisasi dunia saat ini, kemajuan di segala bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien dibandingkan tenaga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.383, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Peralatan Kesehatan. Rumah Sakit. Tingkat III. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Masyarakat Tegallalang I merupakan salah satu instansi pemerintah yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan globalisasi ekonomi di dunia menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi memperebutkan sumber daya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan dalam perkembangan teknologi dan kemajuan masyarakat saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dianggap biasa. Kesadaran masyarakat akan arti sehat semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum RSUD Pasaman Barat merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005 dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit ANALISIS FAKT0R FAKTOR MOTIVASI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN DOKTER SPESIALIS DALAM PENULISAN RESEP SESUAI FORMULARIUM DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien : Safety is a fundamental principle of patient care and acritical

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan penelitian dan pengambilan data di bangsal Marwah. Bangsal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan penelitian dan pengambilan data di bangsal Marwah. Bangsal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di jalan K.H Ahmad dahlan No 20 Yogyakarta.

Lebih terperinci

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA 1. SEJARAH RSUD TARAKAN JAKARTA Pada mulanya tahun 1953, rsud tarakan hanya berbentuk balai pengobatan. Kemudian pada tahun 1956, beralih menjadi puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. 1 Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang melimpah,

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial, untuk mencapai suatu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI Jl. Pangeran Diponegoro No.2-4 Medan Telp : (061) 4518766 DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM RS... 3

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan yang tujuan utamanya adalah preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada 5 bangsal yang bernama bangsal Firdaus, bangsal Naim, bangsa Wardah, bangsal Zaitun, dan

Lebih terperinci

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal 1. Nama RumahSakit : Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan 2. Alamat : Jl. Merdeka No. 40 Telp (0636) 20181

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. ObyekPenelitian Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Slogan Perusahaan :Melayani dengan Ramah, Sabar, Kasih, Sayang Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 Telp :(021)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. proses selama 4 tahun akhirnya pada tanggal 17 April 2008 RSUD Kota Depok

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. proses selama 4 tahun akhirnya pada tanggal 17 April 2008 RSUD Kota Depok BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 5.1.1. Sejarah berdirinya rumah sakit RSUD Kota Depok mulai pembangunan tahun 2004, setelah melalui proses selama 4 tahun akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci