PENGARUH SHARE REPURCHASE TERHADAP PERUBAHAN KEKAYAAN SHAREHOLDER DAN BONDHOLDER DI INDONESIA PERIODE
|
|
- Utami Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH SHARE REPURCHASE TERHADAP PERUBAHAN KEKAYAAN SHAREHOLDER DAN BONDHOLDER DI INDONESIA PERIODE Debi Aris Firmansyah dan Lisa Fitrianty Akbar 1. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Skripsi ini membahas tentang pengaruh share repurchase terhadap kekayaan shareholder yang ditinjau dari ada tidaknya abnormal return dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah event study. Selain itu, hal lain yang dibahas adalah tentang wealth transfer dari bondholder kepada shareholder. Berdasarkan penelitian ini, menunjukkan bahwa adanya abnormal return yang diperoleh oleh investor dan variabel free cashflow dan Cumulative excess return terbukti berpengaruh terhadap CAR secara signifikan. Selain itu, tidak ada wealth transfer antara bondholder dan shareholder. The Effects of Share Repurchase to Shareholder and Bondholder s Wealth Transfer in Indonesia period Abstract This thesis is talking about the effect of share repurchase to shareholder s wealth based on abnormal return and the factors that influence it. The Method that used in this thesis is event study. In addition, this thesis is also talking about wealth transfer from bondholder to shareholder. According to this result, there is an abnormal return in the market, and free cashflow and cumulative abnormal return s variabel have an impact to CAR variable significantly. Beside that, there is no wealth transfer between bondholder and shareholder. Keywords: share repurchase, abnormal return, shareholder, and bondholder Pendahuluan Pembelian saham kembali (share repurchase) yang dilakukan oleh perusahaan telah menjadi objek penelitian yang menarik untuk diteliti terkait alasan dilakukannya kegiatan tersebut. menemukan ada tiga alasan utama perusahaan melakukan share repurchase, yaitu harga
2 saham yang undervalued, free cash flow yang besar untuk sementara waktu, dan untuk meningkatkan leverage (Chan et all, 2003). Dari ketiga alasan tersebut, harga saham yang undervalued menjadi alasan yang paling sering digunakan yang mendasari perusahaan melakukan share repurchase. Ketika perusahaaan melakukan share repurchase didasari oleh alasan harga saham yang undervalued, maka menarik untuk melihat ada atau tidaknya abnormal return yang diperoleh oleh shareholder saat pengumuman share repurchase dilakukan. Banyak penelitian menunjukkan pengumuman share repurchase akan direspon positif oleh pasar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut karena beranggapan bahwa harga saham tersebut masih undervalued (signaling hypothesis) sehingga akan menghasilkan abnormal return di saat share repurchase diumumkan (Vermallen, 1981; Comment dan Jarrell, 1991; Liang, 2012). Kebijakan share repurchase ini sendiri dianggap oleh banyak peneliti hanya menguntungkan pemilik saham dan perusahaan saja, tanpa memperdulikan pemegang obligasi. Ada perubahan kekayaan yang dialami pemilik saham dan pemegang obligasi ketika terjadinya share repurchase di Amerika di tahun 1980-an (Maxwell dan Stephen, 2003). Kedua peneliti ini menemukan bahwa terjadi pergerakan kekayaan (wealth transfer) dari pemegang obligasi ke pemilik saham di periode tersebut. Hal itu disebabkan oleh kebijakan share repurchase ini akan mengurangi aset perusahaan sehingga pihak pemberi rating akan menurunkan rating dari obligasi perusahaan tersebut dan mengakibatkan berkurangnya nilai dari obligasi yang dipegang oleh pemegang obligasi perusahaan itu. Penelitian dari Jung, Jun, dan Walkling (2009) mencoba membuktikan mengenai wealth transfer. Dengan menitikberatkan penelitian pada execution option dan wealth transfer yang terjadi diantara pemilik saham dan pemegang obligasi. Penelitian tersebut menggunakan sample sebanyak 366 perusahaan yang melakukan share repurchase dari 7683 perusahaan yang listing di Amerika pada periode Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perubahan kekayaan tersebut benar-benar terjadi. Hanya di tahun 1997 yang mengalami bias akibat dari adanya krisis dunia. Selain itu, hasil lain dari penelitian ini juga membuktikan bahwa perubahan kekayaan lebih terbukti di perusahaan yang memiliki stock option dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki stock option.
3 Dari lima metode share repurchase yang ada, hanya open market repurchase yang digunakan di Indonesia. Metode open market repurchase adalah suatu metode repurchase dimana perusahaan membeli kembali sahamnya melalui broker (tidak secara langsung berhubungan dengan pemegang saham) dengan jumlah saham yang dibeli kembali relatif sedikit Gambar 1. Jumlah Perusahaan yang melakukan pembelian kembali di Indonesia Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan yang melakukan share repurchase dari tahun ke tahun relatif stabil, hanya di tahun 2008 dan 2009 yang tercatat terjadi peningkatan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya krisis Amerika yang terjadi tahun 2008 yang berdampak besar pada bursa saham Indonesia, sehingga diterbitkanlah Peraturan Bapepam LK No. XI B.3 mengenai pembelian kembali saham di saat krisis yang berisi beberapa kemudahan yang didapat perusahaan ketika ingin melakukan pembelian kembali sahamnya di masa krisis, seperti tidak diharuskan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) ketika perusahaan ingin melakukan pembelian kembali sahamnya. Peraturan XI. B.3 tersebut melengkapi peraturan tentang pembelian kembali saham di Indonesia setelah sebelumnya terdapat Peraturan Bapepam LK XI. B.2 (pembelian kembali saham di kondisi pasar yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh share repurchase terhadap perubahan kekayaan shareholder (dilihat dari segi abnormal return) dan bondholder (dilihat dari perubahan peringkat rating) di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga akan meneliti apakah dimasukkannya periode krisis berpengaruh atau tidak terhadap hasil penelitian ini.
4 Tinjauan Teoritis Share repurchase adalah suatu tindakan perusahaan untuk membeli kembali saham mereka yang telah beredar di bursa dan dimiliki oleh para pemegang saham (Megginson, 1997). Tindakan ini merupakan salah satu langkah yang diambil perusahaan untuk mendistribusikan cash flow yang dimilikinya kepada pemegang saham, selain dalam bentuk dividen. Biasanya, perusahaan akan membeli kembali sahamnya di harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Selisih antara harga tersebut dengan harga pasar-lah yang menjadi keuntungan (capital gain) bagi para pemegang saham (Ikenberry, et all 1995). Share repurchase merupakan sinyal yang diberikan perusahaan bahwa sahamnya memiliki nilai intrinsik yang lebih besar daripada harga pasarnya (undervalued), sehingga perusahaan mau membeli kembali sahamnya dengan harga premium atau diatas harga pasar (Asquith dan Mullin, 1986). Pendapat ini didukung oleh Smith (1990) yang menyatakan share repurchase adalah suatu cara bagi perusahaan untuk memberikan sinyal kepada para pemegang saham bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar pada masa yang akan datang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Liano, Huang, dan Manakyan (2003) menunjukkan dalam jangka pendek setelah adanya pengumuman share repurchase, harga saham akan naik sehingga investor dapat memperoleh abnormal return mencapai 3%. Akan tetapi, setelah share repurchase ini selesai, harga saham perusahaan dalam jangka panjang tidak akan mengalami kenaikan yang berarti. Stephen dan Weisbach (1998) menjelaskan waktu yang tepat untuk melakukan share repurchase. Pertama, ketika saham perusahaan tersebut mengalami undervalued. Kedua, ketika perusahaan tidak yakin bahwa peningkatan cash flow akan bersifat permanen, sehingga kelebihan cash flow yang dimiliki akan digunakan untuk membeli kembali sahamnya sebagai cara lain untuk mendistribusikan value kepada shareholders. Akan tetapi, kelebihan free cash flow ini dapat menimbulkan agency problem seperti yang dingkapkan oleh Nohel dan Tarhan (1998), Hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa kelebihan cash flow ini akan memunculkan konflik kepentingan dalam perusahaan tersebut antara para pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan. Pemegang saham akan cenderung
5 memilih untuk membagikan free cash flow tersebut baik dalam bentuk spesial dividen maupun dalam bentuk share repurchase. Akan tetapi, perusahaan memiliki pandangan lain akan hal tersebut. Perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan free cash flow tersebut untuk meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penerimaan proyek meskipun NPV-nya negatif. Apabila perusahaan merasa investasi yang mereka lakukan telah over-invested, maka perusahaan akan menjual kembali proyek yang memiliki NPV negatif itu. Ada dua hipotesis mengenai alasan suatu perusahaan melakukan share repurchase (Jagannathan dan Stephen, 2003). Pertama, earning signalling hypothesis. Earning signalling hypothesis menyatakan bahwa pengumuman share repurchase akan memberikan sinyal adanya peningkatan pendapatan perusahaan yang bersifat abnormal di masa depan. Kedua, pengumuman share repurchase ini akan menjadi sinyal kepada pemegang saham maupun calon investor bahwa saham perusahaan mengalami undervalued tanpa diiringi peningkatan pendapatan perusahaan di masa depan. Dalam melihat hubungan antara pembelian kembali saham dengan adanya perubahan kekayaan pada pemegang obligasi, Maxwell dan Stephen (2003) menemukan bahwa peringkat obligasi dua kali lebih banyak mengalami penurunan daripada peningkatan setelah perusahaan melakukan pengumuman share repurchase dan adanya wealth transfer dari pemegang obligasi kepada pemegang saham. Selain itu, penelitian lain menemukan bahwa adanya efek share repurchase yang berbeda pada wealth transfer perusahaan yang memiliki stock option dengan perusahaan yang tidak memiliki stock option (Kahle, 2002). Namun demikian, penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh Dann (1981) yang menemukan bahwa adanya wealth effect yang positif yang didapatkan oleh pemilik convertible debt, pemilik convertible preferred stock, dan common stock, sedangkan bagi pemilik obligasi maupun saham preferen tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pembelian kembali saham memiliki hubungan yang cukup erat dengan dividen. Grullon dan Michaely (2002) menemukan adanya substitution effect antara dividen dengan share repurchase. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa perusahaan yang biasa membayar dividen, tidak mengurangi jumlah dividennya dan menggantinya dengan share repurchase. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa perusahaan yang membayar dividen dengan jumlah yang besar
6 lebih memilih untuk melakukan share repurchase daripada menaikkan jumlah dividen yang dibayarkan. Pendapat lain diungkapkan Allen, Bernardo, dan Walch (2000) yang menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pembayaran dividen dan melakukan peningkatan atas jumlah dividen yang dibayarkan tersebut cenderung menunjukkan kinerja yang baik, terutama dari segi pendapatan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang melakukan share repurchase cenderung tidak mengalami peningkatan kinerja yang baik, khususnya dari sisi pendapatan. Model Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya perubahan kekayaan yang dialami oleh pemilik saham dan pemegang saham ketika perusahaan tersebut melakukan share repurchase. Untuk melihat perubahan kekayaan pemilik saham dilihat dari ada tidaknya abnormal return yang mereka terima dari kegiatan share repurchase tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study. Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2008:366), event study merupakan suatu teknik penelitian empiris di bidang keuangan yang memungkinkan peneliti untuk memahami pengaruh suatu kejadian (event) tertentu terhadap harga saham perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data cross-section menggunakan estimasi Ordinary Least Square (OLS). Untuk melihat ada tidaknya abnormal return yang didapat pemegang saham, digunakan uji t-test. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan share repurchase pada kondisi pasar yang stabil atau dengan peraturan Bapepam LK No. XI. B.2. Alasan tidak memasukkan perusahaan- perusahaan yag melakukan share repurchase di kondisi pasar yang krisis atau dengan peraturan XI. B.3 adalah membuat hasil menjadi bias sehingga harus dihilangkan. Selain itu, perusahan-perusahaan yang melakukan share repurchase tapi melakukan aksi korporasi lainnya dicoret dari penelitian karena akan menimbulkan bias dalam penelitian ini. Tanggal yang digunakan sebagai t 0 pada penelitian ini adalah tanggal keterbukaan informasi mengenai share repurchase tersebut. Dari 110 pengumuman share repurchase, hanya 46 pengumuman yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian ini.
7 Dalam jurnalnya, Jensen (2000) mengungkapkan bahwa return yang diperoleh dari setiap saham i (i = 1, 2, 3,,i) dihitung menggunakan market model dengan persamaan: R it = α i + β i R mt + ε it dimana R it adalah return dari saham i tersebut dan R mt adalah return pasar (IHSG) di hari t. Sedangkan ε it adalah unexpected return dengan rata-rata 0 dan varian σ 2 j. Parameter dalam model ini diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Jika (α i *, β i *, σ 2 i *) merupakan hasil estimasi OLS dari (α i, β i, σ 2 i ), maka abnormal return (AR) untuk perusahaan i pada hari t adalah: AR it = R it [α i * + β i * R mt ] Sedangkan average abnormal return (AAR it ) adalah: Sedangkan untuk menghitung nilai cumulative abnormal return (CAR) selama event window (k) adalah :!!"#!! =!"#$ k = -7,, +10!!!! Sedangkan untuk average cumulative abnormal return (ACAR) adalah: Setelah mendapatkan nilai AR dan CAR, dilakukan uji t-test untuk melihat apakah kegiatan share repurchase mendapat respon yang baik atau tidak dari pasar. Respon yang baik dari pasar ditandai dengan nilai AAR dan ACAR yang positif pada saat t 0. Setelah melakukan uji beda, dilakukan regresi untuk melihat faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap nilai CAR.
8 Untuk melihat hubungan antara cumulative abnormal return (CAR) dengan faktor-faktor yang terdapat di dalam karakteristik perusahaan, akan digunakan cross section regression model dengan persamaan yang berasal dari jurnal Jung, Jun, dan Walkling (2009), yaitu: CAR = α + β 1 LTDA i + β 2 FCF i + β 3 M/B i + β 4 LNMVE i + β 5 RUNUP + ε i dimana: CAR = Cummulative abnornal return t 0 sampai t +2 LTDA = Rasio utang jangka panjang terhadap total aset, FCF = Kas yang tersedia diakhir pengumuman share repurchase M/B = Rasio market value terhadap book value perusahaan. MVE = Log natural dari nilai pasar dari ekuitas (market value of equity). RUNUP = Kumulatif excess return saham perusahaan terhadap IHSG dari t -30 i t -4 = Tahun sebelum perusahaan melakukan share repurchase Dalam melihat perubahan kekayaan yang dialami oleh pemilik obligasi, cara yang dapat digunakan adalah melihat perubahan peringkat obligasi yang dimiliki bondholder tersebut. Untuk melihat perubahan peringkat obligasi tersebut, penulis membandingkan antara rating yang diprediksi dengan model Kaplan Urwitz Debt Rating dengan rating sebenarnya obligasi. Jika prediksi rating lebih rendah dari rating yang sebenarnya menunjukkan bahwa obligasi tersebut seharusnya memperoleh rating yang lebih rendah dari yang sebenarnya. Hal itu terjadi karena obligasi itu dijamin oleh aset perusahaan tersebut sehingga jika asetnya berkurang, maka akan meningkatkan risiko dari obligasi tersebut yang menyebabkan kekayaan pemegang obligasi akan berkurang akibat penurunan nilai obligasi yang ia miliki. Adapun alasan digunakannya metode Kaplan Urwitz ini adalah karena metode ini sederhana, hanya menggunakan OLS (Ordinary Least Square), serta data dari variabel independennya pun mudah dicari. Adapun model Kaplan-Urwitz Debt Rating adalah sebagai berikut: DR = α + β 1 TA β 2 SD β 3 LEV β 4 BETA + β 5 NI - β 6 STDEV + β 7 INT dimana:
9 DR = Prediksi peringkat obligasi (debt rating) LNTA = Log natural dari total aset SD = Status obligasi perusahaan yang bersangkutan menggunakan dummy variable dengan nilai 1 untuk subordinasi (obligasi subordinasi ialah obligasi yang pembayaran kuponnya menunggu pembayaran dari kupon obligasi yang lebih senior); 0 = bukan subordinasi LEV = Rasio utang jangka panjang terhadap total aset BETA = Beta perusahaan terhadap pasar pada saat repurchase NI = Rasio net income terhadap total aset STDEV = Standar deviasi dari harga saham perusahaan terhadap IHSG pada saat repurchase INT = Interest coverage atau rasio EBIT terhadap beban bunga (interest expense) Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Untuk Abnormal Return a. H0: AAR = 0; ACAR = 0 Tidak ada perbedaan yang signifikan dari nilai AAR dan ACAR selama event window. b. H1: AAR 0; ACAR 0 Ada perbedaan signifikan dari nilai AAR dan ACAR selama event window. Pembuktian Free cashflow Hypothesis H0: β 1 = β 2 = β 3 = β 4 Debt ratio, cash flow, market to book value, market capitalization perusahaan tidak mempengaruhi besarnya nilai CAR secara signifikan. H1: β 1 β 2 β 3 Debt ratio, cash flow, market to book value, market capitalization perusahaan mempengaruhi besarnya nilai CAR secara signifikan. Pembuktian Signalling theory
10 H0: β 5 = 0 RUNUP tidak mempengaruhi besarnya nilai CAR secara signifikan. H1: β 5 0 RUNUP mempengaruhi besarnya nilai CAR secara signifikan. Pengujian Teori Wealth Transfer H0: Tidak terjadi wealth transfer dari bondholder kepada shareholder H1: Terjadi wealth transfer dari bondholder kepada shareholder Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, periode penelitian dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, periode sebelum krisis, yaitu tahun Kedua, periode krisis, yaitu tahun Ketiga, periode setelah krisis, yaitu tahun Pembagian ini berdasarkan keadaan yang terjadi di pasar modal saat itu menurut laporan Bapepam LK. Berikut ini merupakan hasil Average Abnormal Return untuk masing-masing periode. Tabel 1. Average Waktu t -29 t -11 t -13 t 0 t +1 Nilai AAR dan Signifikansi Sebelum Ketika Setelah Keseluruhan Krisis Krisis Krisis Abnormal Return (AAR) Hasil
11 Sumber: Hasil olahan SPSS 20, olahan penulis, 2014 Ket: nilai yang dikosongkan menandakan nilai pada saat itu tidak signifikan. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jika dilihat secara keseluruhan, maka terdapat abnormal return dalam periode tersebut. Hal itu ditandai dengan nilai sebelum titik t 0 yang negatif signifikan (menandakan adanya undervalued) dan nilai pada saat t 0 yang positif signifikan (menandakan adanya respon positif pasar) sehingga mendapatkan abnormal return. Pada periode sebelum krisis, respon positif dari pasar terhadap kegiatan share repurchase juga terjadi. Hal ini bisa dilihat dari nilai AAR sebelum t 0 (sebelum pengumuman) yang signifikan negatif serta nilai t 0 yang positif yang menandakan adanya abnormal return. Hal yang menarik terdapat pada nilai AAR periode ketika krisis dan setelah krisis. Di dua periode itu, abnormal return tidak terjadi. Bahkan pada periode ketika krisis, tindakan share repurchase ini mendapat respon negatif dari pasar. Waktu t0 Tabel 2. Nilai Average Cumulative Abnormal Return (ACAR) Nilai ACAR dan Signifikansi Keseluruhan Sebelum Krisis Ketika Krisis Setelah Krisis Sumber: Hasil olahan SPSS 20, olahan penulis, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil ACAR dengan AAR memiliki kesamaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ACAR pada saat t 0 (pengumuman) untuk periode keseluruhan dan sebelum krisis yang positif dan signifikan. Hal ini menandakan adanya
12 abnormal return dari kedua periode ini. Selain itu, di periode ketika krisis dan setelah krisis juga menunjukkan hasil yang sama. Di kedua periode ini tidak ada respon positif dari pasar yang signifikan sehingga abnormal return dari dua periode ini tidak terjadi. Setelah mendapat nilai CAR, maka nilai CAR ini dimasukkan ke persamaan regresi yang hasilnya adalah: Koefisien (Prob.) Variabel Keseluruhan Sebelum Krisis Ketika Krisis Setelah Krisis C (0.2318) (0.4205) (0.346) (0.5579) WFCF (0.0102) (0.837) (0.2795) (0.7283) WLTDA (0.6225) (0.003) (0.18) (0.0614) WMB Variabel Keseluruhan Sebelum Krisis Ketika Krisis Setelah Krisis (0.1615) (0.1293) (0.3042) (0.1358) WLNMVE (0.3175) (0.5352) (0.2317) (0.2625) WRUNUP (0.0965) (0.0388) (0.2782) (0.6771) R-squared Adjusted R- squared Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Tabel 3. Hasil Regresi Persamaan WCAR
13 Sumber: olahan E-views 6 oleh penulis, 2014 A. Analisa Hasil Regresi Keseluruhan Dengan menggunakan α = 10%, bahwa dari hasil regresi diatas variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya WCAR adalah variabel WRUNUP dengan nilai probabilitas 0,0965 dan WFCF dengan nilai probabilitas 0,0102. Ini berarti bahwa berdasarkan hasil uji diatas menunjukkan bahwa telah cukup bukti untuk menolak H 0 yang artinya free cash flow perusahaan (WFCF) serta cumulative abnormal return (WRUNUP) mempengaruhi besarnya nilai WCAR secara signifikan. Koefisien WFCF yang positif (0,184993) menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara variabel WFCF dengan WCAR. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Jensen (1986) yang menyatakan bahwa wealth effect (besarnya nilai CAR) yang diterima oleh shareholder harus berkorelasi positif dengan cash flow perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi. Hal ini akan membuat semakin besar free cashflow, semakin besar pula agency cost dari free cashflow tersebut yang dapat dikurangi dengan cara mendistribusikan kas Perusahaan melalui share repurchase. Variabel WRUNUP memiliki koefisien yang negatif (-0,124985) yang menunjukkan hubungan negatif antara variabel excess return dari sebelum peristiwa share repurchase dengan besarnya nilai CAR. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan signaling theory yang mengatakan bahwa suatu perusahaan akan memberikan sinyal kepada pasar bahwa sahamnya mengalami undervalued dan pasar memberikan reaksi positif terhadap sinyal tersebut. Kesimpulannya semakin undervalued suatu saham, semakin besar reaksi positif pasar yang ditandai dengan semakin besar nilai CAR yang diperoleh. Untuk variabel lainnya, seperti WLTDA, WLNMVE, dan WMB memiliki probabilitas diatas 0,1 (pada tingkat α=10%) yang berarti hipotesis H 0 diterima. Artinya bahwa pada penelitian ini tidak cukup membuktikan variabel long term debt to assset, market value to total equity, dan market to book value dapat mempengaruhi besarnya variabel CAR secara signifikan. Koefisien WLTDA yang positif (0,018947) menunjukkan bahwa long term debt to total asset ratio memiliki hubungan positif yang tidak signifikan terhadap CAR. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kenaikan utang akan mendorong perusahaan untuk mendistribusikan
14 cashflow pada masa yang akan datang untuk mengurangi agency cost dari free cashflow kedepannya. Koefisien WLNMVE bernilai positif (0,002783) menunjukkan hubungan positif antara variabel WLNMVE dengan WCAR. Hasil ini sesuai dengan pendapat Wells, Cox, dan Gaver (1995) yang menyatakan bahwa wealth effect harus memiliki hubungan positif dengan ukuran perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula agency cost yang muncul. Koefisien WMB bernilai positif (0,007972) menunjukkan hubungan positif antara variabel WMB dengan CAR. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wealth effect harus memiliki hubungan positif dengan ukuran perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula agency cost yang muncul. Dari hasil diatas, hanya variabel WFCF dan WRUNUP yang sesuai dengan hasil dari jurnal acuan, sedangkan variabel lain memiliki hasil yang berbeda. Untuk lebih memperjelas hasil penelitian, maka periode penelitian dibagi menjadi tiga periode, yaitu sebelum krisis ( ), masa krisis ( ), dan setelah krisis ( ). B. Analisa Hasil Regresi Periode Sebelum, Ketika, dan Setelah Krisis Berdasarkan hasil regresi di masa sebelum krisis, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara hasil regresi sebelum krisis ini dengan hasil regresi sesungguhnya. Pertama, koefisien variabel WLTDA yang di regresi pertama memiliki koefisien positif, sekarang menjadi negatif. Kedua, probabalitas variabel WRUNUP yang di regresi awal signifikan, sekarang menjadi tidak signifikan. Ketiga, r 2 yang lebih besar mencapai 0, Berdasarkan hasil regresi di ketika krisis, dapat dilihat bahwa pada masa krisis tidak ada variabel independen yang berpengaruh signifikan, bahkan model penelitian ini pun menjadi tidak sesuai yang mungkin diakibatkan oleh adanya krisis tahun 2008 (krisis Amerika) dan tahun 2010 (krisis Eropa). Hal ini terlihat dari Prob (F.Statistik) sebesar 0, lebih besar dari α = 10% yang menandakan model ini tidak lagi sesuai. Selain itu, dapat dilihat bahwa nilai R squared yang besar ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, karena setelah di adjust nilainya jauh menurun yang menandakan ada yang salah dengan model ini dan juga terdapat
15 autokorelasi negatif yang ditandai dengan nilai Durbin Watson yang dibawah nilai 2 yang menandakan adanya korelasi antar eror secara negatif. Berdasarkan hasil regresi di periode setelah krisis, dapat dilihat bahwa meskipun memiliki nilai R-square yang besar, model ini pun juga tidak signifikan (prob f stat > 0,05). Hal ini bisa berasal dari efek krisis yang masih terasa di pasar modal serta respon investor yang tidak lagi merespon positif kegiatan share repurchase ini yang ditandai dengan nilai AAR dan ACAR yang tidak signifikan. Tabel 4. Hasil Model Wealth Effect Bondholder Sumber: diolah menggunakan Microsoft Excel, oleh penulis, 2014 Dalam melihat pengaruh share repurchase terhadap kekayaan bondholder digunakanlah Kaplan Urwitz Model 1. Dengan model ini, nilai prediksi yang diperoleh langsung dikonversi ke tabel konversi Kaplan Urwitz (lihat Kaplan, 1979) menjadi rating obligasi. Berdasarkan hasil diatas menunjukkan Perusahaan dari Nilai 15 prediksi perusahaan rating tahun yang t+1 Nilai melakukan Prediksi Saat share tahun repurchase Perubahan yang memiliki Rating PT. Metrodata Elektronics Ya obligasi, PT. Indofood hanya Sukses enam Makmur yang mengalami perubahan nilai. Akan tetapi, dari enam Tidak obligasi yang nilainya PT. Berlian berubah, Laju Tanker hanya dua obligasi yang mengalami penurunan peringkat obligasi. Tidak Hal ini PT. Berlian Laju Tanker Tidak sesuai dengan pendapat Dann (1981) yang menyatakan bahwa di perusahaan yang melakukan PT. Medco Energi International Ya share PT. Global repurchase Mediakom dan memiliki obligasi, perubahan kekayaan yang dialami oleh bondholder Tidak tidak signifikan. Adapun penyebab terjadinya hal ini adalah tidak adanya obligasi subordinasi dalam sampel penelitian. Selain itu, adanya peraturan yang ketat untuk perusahaan yang ingin mengeluarkan obligasi (bond covenant) membuat para bondholder tidak perlu khawatir akan menurunnya rating dari perusahaaan yang melakukan share repurchase. Pembahasan
16 Berdasarkan uji t-test menunjukkan bahwa di Indonesia selama periode , terdapat abnormal return pada saham-saham perusahaan yang melakukan pembelian kembali sahamnya. Hal ini ditandai dengan nilai AAR dan ACAR yang positif dan signfikan pada saat t 0 (pada saat pengumuman) yang mengindikasikan adanya respon positif dari pasar terhadap sahamsaham tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jun, Jung, dan Walkling (2009) yang meneliti pengaruh share repurchase di Amerika Serikat dan menemukan adanya abnormal return dari saham-saham tersebut. Selain itu, hal ini sesuai dengan signalling theory yang menyatakan bahwa pengumuman share repurchase akan direspon positif oleh pasar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut karena beranggapan bahwa harga saham tersebut masih undervalued sehingga akan menghasilkan abnormal return di saat share repurchase diumumkan (Vermallen, 1981). Namun, hasil yang berbeda yang terjadi pada periode ketika krisis dan setelah krisis menunjukkan bahwa respon yang dilakukan oleh pasar terhadap pembelian kembali saham perusahaan juga dipengaruhi oleh kondisi pasar modal negara tersebut maupun kondisi pasar modal global. Dari hasil regresi persamaan CAR, terdapat perbedaan hasil yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jun, Jung, dan Walkling (2009). Dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yang signifikan, sedangkan penelitian dari Jun, Jung, dan Walkling (2009) menunjukkan bahwa hampir semua variabel signifikan. Perbedaan ini bisa terjadi karena sifat investor di Indonesia yang berbeda dengan yang berada di Amerika Serikat. Sifat yang berbeda tersebut antara lain, lebih risk taking dan lebih banyak masyarakat yang paham akan saham dibandingkan dengan investor di Indonesia. Selain itu, perbedaan juga berasal dari perbedaan metode share repurchase yang dianut oleh Indonesia dan Amerika Serikat. Untuk hasil persamaan perubahan kekayaan bagi bondholder, juga menunjukkan adanya perbedaan hasil dengan penelitian yang dilakukan oleh Jun, Jung, dan Walkling (2009). Adapun perbedaan tersebut bisa berasal dari peraturan yang ketat di Indonesia bagi perusahaan yang ingin mengeluarkan obligasi serta tidak adanya obligasi subordinasi dari sampel penelitian ini. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan dari hasil penelitian ini antara lain:
17 1) Adanya abnormal return yang diperoleh pemegang saham dalam peristiwa share repurchase ini. Hal itu ditandai oleh nilai AAR (average abnormal return) dan ACAR (average cumulative abnormal return) yang positif dan signifikan pada saat t 0 (hari dimana keterbukaan informasi dilakukan). Hal ini membuktikan adanya wealth effect yang dialami oleh para pemegang saham. 2) Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen FCF (free cashflow) dan RUNUP (cumulative excess return pada t- 30 sampai t -4 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen CAR (cumulative abnormal return). Hal ini sesuai dengan agency cost theory dan signaling theory. 3) Wealth transfer yang menurut expropriation theory terjadi dari bondholder kepada shareholder tidak terbukti dalam penelitian ini. Hal itu bisa dilihat dari prediksi rating dan aktual rating yang sebagian besar tidak mengalami perubahan di periode setelah perusahaan melakukan share repurchase. Alasan utama terjadinya hal tersebut ialah persyaratan yang ketat yang harus dipenuhi suatu perusahaan sebelum perusahaan tersebut mengeluarkan obligasi yang bertujuan untuk melindungi kepentingan bondholder. 4) Dalam meneliti pengaruh share repurchase terhadap shareholder, walaupun telah membuang data perusahaan yang melakukan share repurchase dengan peraturan krisis (Peraturan XI.B.3) di tahun , tetapi efek krisis itu masih terasa dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari tidak bisa digunakannya model penelitian ini ketika meregresi perusahaan yang melakukan share repurchase di tahun yang melakukan share repurchase dengan peraturan kondisi ekonomi stabil (peraturan XI. B.2) akibat Prob. F stat model penelitian tersebut yang diatas α =10%. Selain itu, dampak dari kondisi krisis tersebut juga masih berpengaruh ke data tahun 2011 dan tahun Sedangkan dalam penelitian pengaruh share repurchase terhadap bondholder, efek krisis itu tidak terasa. Saran Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang ingin penulis berikan. Penulis membuat saran tersebut untuk tiga pihak, yaitu akademisi, investor dan calon investor, serta perusahaan. Pertama, bagi akademisi. Penulis memiliki beberapa saran bagi akademisi yang ingin meneliti
18 topik ini di penelitian selanjutnya, seperti memperpanjang periode penelitian, membuang periode krisis jika tidak ingin meneliti efek krisis, menambah variabel independen lainnya, dan menggunakan metode penelitian yang lebih baik untuk melihat pengaruh share repurchase terhadap bondholder, seperti menggunakan year to maturity. Kedua, bagi investor dan calon investor. Untuk investor saham, diharapkan dapat mengambil kesempatan untuk mendapatkan abnormal return ketika ada perusahaan yang melakukan share repurchase di kondisi pasar yang stabil. Untuk investor obligasi, tidak usah takut dan resah untuk tetap berinvestasi di obligasi yang memiliki rating yang baik karena adanya peraturan yang ketat bagi perusahaan yang ingin mengeluarkan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melindungi kepentingan bondholder. Ketiga, untuk perusahaan. Perusahaan diharapkan agar tidak ragu untuk melakukan share repurchase ketika saham perusahaan mereka mengalami undervalued atau ketika perusahaan memiliki free cash flow yang berlebih yang bersifat sementara. Daftar Referensi Allen, Franklin, Antonio E. Bernardo. And Ivo Welch. (2000). A Theory of Dividends Based on Tax Clientele. Journal of Finance 55-6, Asquith, Paul, dan David W. Mullins, Jr. (1986). Signalling with Dividends, stock Repurchase, Equity Isuues. Financial Management, Chan, K., Ikenberry, D., dan Lee, I., (2003). Do managers trade consistently? Evidence linking insider trading to actual share repurchase activity. Journal of Finance. Comment, Robert, dan Gregg A. Jarrell. (1991). The Relative Signalling Power of Dutch- Auction and Fixed Price Self-Tender Offers and Open-Market Share Repurchases. The Journal of Finance Dann, L., (1981). Common Stock Repurchases: An Analysis of Returns to Bondholders and Stockholders. Journal of Financial Economics 9, Grullon, G., Michealy, R., (2004). The Information Content of Share Repurchase Programs. Journal of Finance 59,
19 Jagannathan, M., Stephens, C., (2003). Motives for multiple open-market repurchase programs. Financial Management 32, Jun, S.G., Jung, M., Walkling, R.A., (2009). Share Repurchase, Execution Options and Wealth Changes to Stockholders and Bondholders. Journal of Corporate Finance 15, Kahle, K., (2002). When a buyback isn't a buyback: open market repurchases and employee options. Journal of Financial Economics 63, Kaplan, R.S., Urwitz, G., (1979). Statistical Model of Bond Ratings: A Methodology Inquiry. Journal of Business 52, Liang, W., (2012). Information Content of Repurchase Signals: Tangible or Intangible Information?. Journal of Banking & Finance 36, Liano, M., Huang, G., Manakyan Herman (2003). Market Reaction to Open-Market Stock Repurchase and Industry Affiliation. Quarterly Journal of Business & Economics. Vol. 42. Jensen, M., (1986). Agency costs of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American Economic Review 76, Maxwell, W., Stephens, C., (2003). The Wealth Effects of Repurchases on Bondholders. Journal of Finance 58, Megginson, W., (1997). Corporate Finance Theory. Addison-Wesley Longman Inc. Nohel, T., Tarhan, V., (1998). Share Repurchase and Firm Performance: New Evidence on the Agency Costs of Free Cash Flow. Journal of Financial Economics 49, Smith, Clifford W. Jr. (1990). The Modern Theory of Corporate Finance (2 nd ed). New York: McGraw Hill. Stephen, Clifford P., dan Weisbach, Michael S., (1998). Actual Share Reacqusitions in Open- Market Repurchase Programs. Journal of Finance. Vermaelen, T., (1981). Common Stock Repurchases and Market Signaling: An Empirical Study. Journal of Financial Economics 9,
20 Kahle, K., (2002). When a buyback isn't a buyback: open market repurchases and employee options. Journal of Financial Economics 63, Kaplan, R.S., Urwitz, G., (1979). Statistical Model of Bond Ratings: A Methodology Inquiry. Journal of Business 52,
BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh stock..., Rahma Mieta 1 Mulia, FE UI, 2009 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian saham kembali (stock repurchase) yang dilakukan suatu perusahaan dapat dilihat sebagai suatu bentuk lain dari dividen, karena keduanya merupakan cara utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan untuk meningkatkan nilai para pemegang sahamnya. Bagi perusahaan go public kesejahteraan pemegang saham
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua tanggal sebagai event date, yaitu tanggal pada saat perusahaan mengumumkan rencana pembelian stock repurchase
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Stock Repurchase 2.1.1 Pengertian Stock Repurchase Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian kembali
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. termasuk ke dalam jenis penelitian hypothesis testing karena tujuan dari penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Sekaran dan Bougie (2013) menjelaskan bahwa model penelitian adalah sebuah pilihan dalam mengambil keputusan yang rasional sehingga diperoleh data yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
60 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-ekperimental, dengan jenis deskriptif, dan komparatif. Dilihat dari pengendalian variabel, penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buy Back 2.1.1 Pengertian Buy Back Weston, Mitchel, dan Mulherin (2004: 484) mendefinisikan buy back saham atau share repurchase sebagai suatu tindakan perusahaan public yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Abnormal Return (AR) dan Cummulative Abnormal Return (CAR) 4.1.1 Tanggal Iklan Keterbukaan Informasi sebagai Event Date Berikut adalah hasil perhitungan Average Abnormal
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian yang berkaitan dengan fenomena market overreaction di Bursa Efek Indonesia ini, yang menjadi objeknya adalah seluruh saham yang pernah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. memiliki keinginan selain hanya memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut yang tercermin dalam harga saham perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.
Lebih terperinciDESAIN METODE PENELITIAN
40 BAB IV DESAIN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Dalam Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui media perantara.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai suatu harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang kepemilikan sahamnya sebagian dimiliki oleh publik, manajemen dituntut dan harus bekerja profesional. Dengan cara tersebut, perusahaan akan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman. DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISTILAH... x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISTILAH... x 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 12 1.4 Manfaat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai para pemegang sahamnya. Perusahaan yang go public, tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari kegiatan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai para pemegang sahamnya. Perusahaan yang go public, tingkat kesejahteraan pemegang saham ditunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kas maupun dalam bentuk lainnya. Dividen merupakan konsekuensi yang muncul
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dividen Ross et al. (2008) mendefinisikan dividen sebagai bagian dari laba (earning) yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun dalam bentuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan melihat pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini akan melihat pengaruh Adopsi IFRS terhadap Earnings Response Coefficient di Indonesia pada perusahaan manufaktur. Populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai pengaruh free cash flow, leverage, payout, undervalue, dan size terhadap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian meliputi serangkaian pilihan pengambilan keputusan rasional, sehingga data yang diperlukan peneliti dapat dikumpulkan serta dianalisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Dimana sekunder sendiri adalah perolehan data yang didapat tidak secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan yang telah membagikan kepemilikan kepada publik (go public) mengharuskan manajemen bekerja secara profesional. Publik menuntut sebuah transparansi
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 akan membahas lebih dalam mengenai proses pengolahan data, dimulai dari penjelasan mengenai statistik deskriptif sampai dengan penjelasan mengenai hasil dari analisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak dari pengumuman buy back saham oleh perusahaan terhadap harga saham emiten yaitu dengan melihat ada tidaknya abnormal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini, sesuai dengan tujuan serta manfaat yang dihasilkan, adalah merupakan tipe penelitian menurut tingkat eksplanasinya (level of explanation)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan yang dibangun oleh pemilik modal bertujuan untuk menjalankan bisnis yang dapat memberikan return tertentu bagi pemilik modal. Dalam menjalankan bisnisnya,
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH STOCK REPURCHASE TERHADAP STOCKHOLDER, BONDHOLDER, DAN VALUE PERUSAHAAN DI INDONESIA PERIODE SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH STOCK REPURCHASE TERHADAP STOCKHOLDER, BONDHOLDER, DAN VALUE PERUSAHAAN DI INDONESIA PERIODE 2001-2007 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembelian Kembali Saham/Stock Repurchase/Buy Back
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Kembali Saham/Stock Repurchase/Buy Back Stock repurchase atau pembelian kembali saham atau yang biasa dikenal dengan buy back stock adalah tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanamkan oleh investor dengan tujuan memperoleh keuntungan (return) di masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana yang ditanamkan oleh investor dengan tujuan memperoleh keuntungan (return) di masa yang akan datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offering (IPO) harus memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offering (IPO) harus memberikan informasi yang baik kepada publik. Hal ini dikarenakan informasi tersebut dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi
Lebih terperinciBUY BACK SAHAM SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF KEBIJAKAN. Ana Mufidah 1 Abstrak
BUY BACK SAHAM SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF KEBIJAKAN Ana Mufidah 1 mupid_ah@yahoo.co.id Abstrak Buy back saham atau pembelian kembali saham adalah pembelian kembali saham-saham yang telah diterbitkan oleh
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Struktur Modal dan Kesalahan Valuasi Ekuitas terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Pembelian Kembali Saham Periode
Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kesalahan Valuasi Ekuitas terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Pembelian Kembali Saham Periode 1999-2013 Krisanty Tanwira, Arietta Adrianti 1. Departemen Manajemen,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis
BAB III METODE PENELITIAN Didalam bab ini akan menjelaskan bagaimana cara penelitian ini akan dilakukan. Pada bab ini akan mencakup pembahasan mengenai difinisi dan jenis variabel yang digunakan, populasi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen Dividen merupakan pembagian pendapatan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan sifat dari hubungan antar variabel, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya menjadi besar. Proses dari berkembang untuk menjadi besar apalagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan, sebagaimana manusia, pada mulanya adalah kecil, berkembang dan akhirnya menjadi besar. Proses dari berkembang untuk menjadi besar apalagi sukses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sinyal, baik itu sinyal positif atau sinyal negatif sering disebut dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pembelian Kembali Saham (Stock Repurchase) Emiten yang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas pemberian sinyal, baik itu sinyal positif atau sinyal negatif sering disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang kekurangan modal atau memiliki modal yang terbatas, membutuhkan sumber pendanaan untuk menunjang kegiatan operasional dan mengembangkan usahanya. Alternatif
Lebih terperinciBAB II TIMJAUAN PUSTAKA
BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang termasuk kategori eksperimental dari pengujian teori Efficient Market Hypothesis dan event study.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu
8 II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan berapa banyak deviden yang dibagikan kepada pemegang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputusan investasi dan pembelanjaan jangka panjang, serta keputusan untuk menentukan berapa banyak deviden yang dibagikan kepada pemegang saham adalah masalah
Lebih terperinciANALISIS REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN STOCK REPURCHASE
ANALISIS REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN STOCK REPURCHASE NOVI INDAH SUNARINGTYAS NADIA ASANDIMITRA Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, Kampus Ketintang Surabaya 60231 Email:
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Penilaian kinerja dengan ROA (Return on Asset) ROA yang didapatkan untuk setiap perusahaan sampel tentu saja berbeda-beda dikarenakan dari net incomenya dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoristis 2.1.1 Kinerja Perusahan Setiap perusahaan pasti menganut sebuah prinsip kesinambungan usaha (going concern), oleh karena itu setiap perusahaan akan berusaha
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah historical research yaitu
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis penelitian adalah historical research yaitu kegiatan penyelidikan, pemahaman dan penjelasan keadaan yang telah lalu. Data yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. atau terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Data-data perusahaan yang akan diteliti
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ini mengunakan populasi dari perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Data-data perusahaan yang akan diteliti
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Berikut ini merupakan pembahasan terhadap hasil olahan data dengan menggunakan Eviews versi 4.1. Peneliti melakukan pengolahan data terhadap 128 sampel dari industri manufaktur
Lebih terperinci1BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang dapat mempengaruhi atau memancing reaksi pasar. Reaksi pasar
1BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Objek yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah efektifitas aksi korporasi. Sebuah aksi korporasi yang efektif akan memberikan sinyal kandungan informasi
Lebih terperinciANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA
ANALISIS RESPON PASAR TERHADAP PENGUMUMAN SAHAM BONUS PADA BURSA EFEK INDONESIA Siti Murtopingah Rina Mudjiyanti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT This study is to analysis
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan baru yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. Reaksi harga..., Donny Armando Purba, FE UI, 2009
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Tabel 4.1. dan 4.2. di bawah merupakan statistik deskriptif dan korelasi antar variabel dalam pengujian ini. Rata-rata sampel mendapatkan reaksi pasar berupa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Bank Central Asia, Tbk merupakan salah satu bank go public di Indonesia, yang secara periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Pengukuran kinerja
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas lebih jelas dan terperinci mengenai data yang digunakan dalam penelitian serta metodologi yang digunakan untuk mengolah data tersebut menjadi sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar modal Secara umum, pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk mengadakan penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : EVA (X1) ROA (X2) ROE (X3) Harga Saham (Y)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,antara lain : 1. Christian Herdinata, 2012. Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing) yaitu penelitian untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan di awal penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, internet, surat kabar, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel dependen, variabel independen,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel dependen, variabel independen, dan variabel kontrol 1. Variabel Dependen Variabel dependen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder. Data sekunder yang diperlukan terdiri dari : 1. Tanggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Teoritis 2.1.1 Deviden Deviden secara umum diartikan sebagai pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Besarnya deviden dan tata
Lebih terperinciBAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN
82 BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kausalitas yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengujian hipotesis yang menjelaskan pengaruh variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sampel adalah mengunakan teknik purposive sampling. Adapun Kriteria yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Penentuan Sampel Peneletian Populasi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti
Lebih terperinciTia Yuliawati Dosen Tetap Program Studi Manajemen FEB UNISBA ABSTRACT
PENGARUH NILAI PERUSAHAAN YANG DIUKUR DENGAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Suatu Pengujian Market Timing Theory dalam Kebijakan Struktur Modal Perusahaan) Tia Yuliawati Dosen
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Nilai Perusahaan Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002 : 7), Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Investment Opportunity Set Istilah Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, waktu penelitian ini direncanakan mulai bulan Februari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam suatu penelitian, setelah menetapkan metodologi penelitian maka akan dilakukan analisis data, model, dan pengujian asumsi-asumsi klasik. Setelah prosesproses tadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum
Lebih terperincipenelitian ini ada variabel debt ratio yang kurang sesuai jika diterapkan pada
BAB HI METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sampel penelitian adalah seluruh perusahaan non keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai
Lebih terperinciketerkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1. Signalling theory Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara bagi perusahaan untuk dapat memberikan keuntungan kepada para shareholder-nya. Walaupun kenaikan harga saham dan pembagian dividen merupakan cara
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. (PROPER) yang terdaftar di BEI tahun Pemilihan sampel penelitian
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang mengikuti program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada perusahaan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : RICKY EKO PRAKOSO NIM. B
PENGARUH DIVIDEND YIELD, DPR, EPS, ROE DAN SIZE TERHADAP HARGA SAHAM (Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan, antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan perbedaan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan event study yang menilai kejadian tertetu dalam
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian 4. 1. 1 Event Study Penelitian ini merupakan event study yang menilai kejadian tertetu dalam hal ini adalah pengumuman pembagian saham. Pengumuan pertama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini terdiri atas perusahaan automotif yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III METODE PENELITIAN 3. Metode Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini terdiri atas perusahaan automotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2012 kemudian
Lebih terperinci