PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Danang Sarjono JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Kamis Tanggal : 3 September 2015 Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Eva Banowati, M.Si. NIP Dr. Puji Hardati, M.Si. NIP ii

3 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Selasa Tanggal : 29 September 2015 Penguji Utama Penguji I Penguji II NIP: Penguji III Drs. Moch Arifien, M.Si NIP Dr. Puji Hardati, M.Si NIP Dr. Eva Banowati, M.Si NIP iii

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Danang Sarjono NIM iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita terjatuh. 2. Orang yang bahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya dan kemudian mengucap syukur (Warren Buffet). PERSEMBAHAN: 1. Bapakku Muslimin dan Ibuku Sarobah yang tercinta, yang selalu memberikan doa, dukungan dan segalanya. 2. Adikku tercinta Danil Edi Susilo dan seluruh saudara-saudaraku. 3. Para sahabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan seluruh temantemanku yang ada di Pendidikan Geografi Teman-teman HIMA Geografi periode 2013/ Teman-teman seperjuanganku, Angkatan 2011 Jurusan Geografi. 6. Almamaterku. v

6 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga skripsi dengan judul Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2015 dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di UNNES. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 4. Dr. Eva Banowati, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi. 5. Dr. Puji Hardati, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi. 6. Drs. Moch Arifien, M.Si., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan kritik dan saran selama proses sidang dan revisi skripsi. 7. Santoso S.E., sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Puring Kabupaten kebumen yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. vi

7 8. Margono, A.Md., sebagai petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Krandegan dan Desa Tambak Mulyo yang telah membantu jalannya penelitian. 9. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Sido Dadi dan Kelompok Tani Sido Subur Desa Krandegan serta Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Kelompok Tani Margo Mulyo Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring yang telah membantu dalam penelitian ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung menbantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. mengingat segala keterbatasan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang memerlukan. Semarang, Danang Sarjono NIM vii

8 SARI Danang Sarjono Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Eva Banowati, M.Si., Pembimbing II: Dr. Puji Hardati, M.Si. 155 halaman. Kata kunci: Peranan kelas belajar, kondisi sosial dan ekonomi petani Kelas belajar yang ada pada kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan baru di bidang pertanian. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring, (2) Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Kecamatan Puring. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Krandegan pada Kelompok Tani Sido Dadi dan Sido Subur serta Desa Tambak Mulyo pada Kelompok Tani Ngudi Mulyo dan Margo Mulyo, dengan populasi yaitu anggota kelompok tani dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Sampel penelitian 50 petani yang diambil menggunakan teknik simple random sampling, dan 1 PPL yang diambil menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis Deskriptif Persentase (DP) untuk mengetahui pelaksanaan kelas belajar, kondisi sosial ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar dan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani. Hasil penelitian menunjukkan (1) Pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring sudah dilaksanakan dengan baik pada setiap tahapan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, (2) Kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani sangat meningkat setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring, (3) Kelas belajar pada kelompok tani berperan meningkatkan kondisi sosial petani yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan petani di bidang pertanian serta meningkatkan kondisi ekonomi petani yang meliputi produksi dan pendapatan petani. Simpulan penelitian ini yaitu kelas belajar pada kelompok tani berperan terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Saran dari penelitian ini adalah (1) untuk anggota kelompok tani diharapkan bisa lebih aktif ikut serta dalam kegiatan kelas belajar, (2) untuk ketua kelompok tani diharapkan bisa lebih berusaha mengajak anggotanya untuk mengikuti kegiatan kelas belajar. viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... SARI... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi Kajian Geografi Pertanian Kelompok Tani Kelas Belajar Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani Aspek-Aspek yang Dibutuhkan Petani dalam Usaha Tani Peranan Kelas Belajar Penelitian Terdahulu Kerangka Berpikir Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Lokasi Penelitian Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pelaksanaan Kelas Belajar Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani Metode Pengumpulan Data Uji Instrumen Penelitian Metode Analisis Data ix

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Gambaran Umum Kelompok Tani Sido Dadi Gambaran Umum Kelompok Tani Sido Subur Gambaran Umum Kelompok Tani Ngudi Mulyo Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Mulyo Kondisi Geografis Hasil Penelitian Pelaksanaan Kelas Belajar Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani Pembahasan Pelaksanaan Kelas Belajar Kondisi Sosial Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar Kondisi Ekonomi Petani Setelah Mengikuti Kelas Belajar Peranan Kelas Belajar terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Penelitian terdahulu Jumlah sampel penelitian Kriteria peranan kelas belajar Kriteria peningkatan kondisi sosial dan ekonomi petani Pelaksanaan kelas belajar Kondisi sosial petani setelah mengikuti kelas belajar Kondisi ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar Peranan kelas belajar terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani.. 73 xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Ragam alat bantu peraga penyuluhan Skema kerangka berfikir Lokasi penelitian Penggunaan lahan Desa Krandegan Penggunaan lahan Desa Tambak Mulyo Pelaksanaan kelas belajar Penggunaan traktor Penerapan sistem tanam jejar legowo Pemanenan padi xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Instrumen penelitian Basis data kondisi sosial dan ekonomi petani Inventaris kelompok tani Responden penelitian Validitas dan reliabilitas instrumen Hasil penelitian pelaksanaan kelas belajar Hasil penelitian kondisi sosial petani Hasil penelitian kondisi ekonomi petani Analisis regresi linier sederhana Surat ijin mencari data Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Surat ijin penelitian Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Surat ijin penelitian Desa Krandegan Kecamatan Puring Surat ijin penelitian Desa Tambak Mulyo Kecamatan Puring Surat pemberian penelitian UPT Dinas Pertanian dan Peternakan Wilayah Petanahan Kecamatan Puring xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam Wardiyatmoko, 2013:7). Geografi dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari segala fenomena alam yang ada di bumi, seperti litosfer, hidrosfer, atmosfer, pedosfer dan biosfer. Geografi manusia yaitu cabang geografi yang fokus pada studi pola dan proses pembentukan manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Cabang ilmu ini mencakup geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi sosial, geografi permukiman dan geografi sosial (Wardiyatmoko, 2013:8). Geografi ekonomi merupakan salah satu cabang geografi manusia yang bidang kajiannya merupakan struktur aktivitas keruangan ekonomi, sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang didalamnya terdapat bidang pertanian, industri, transportasi dan sebagainya. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri dan geografi transportasi. Geografi pertanian yang merupakan salah satu cabang dari geografi ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji kegiatan pertanian di bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan (Nursid, 1988:54). 1

15 2 Kegiatan pertanian dalam kajian geografi pertanian meliputi penggunaan lahan pertanian, sistem pertanian, produksi pertanian, penggunaan teknologi pertanian dan komoditas pertanian. Salah satu komoditas pertanian yang menempati posisi strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu komoditi tanaman padi (Rukka dkk, 2008:78). Padi yang diolah menjadi beras merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi penduduk indonesia. Hasil SUSENAS-BPS tahun 2002 sampai dengan 2013 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi beras per kapita yaitu sebesar 1,98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103,18 kg/kapita/tahun (Pusdatin Pertanian, 2014:10). Melihat pentingnya komoditas padi di Indonesia, maka pengembangan komoditas padi tetap menjadi prioritas utama dalam pembangunan tanaman pangan pada sektor pertanian (Pradiana dkk, 2007:172). Hal ini menjadikan petani dituntut kemampuannya dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya agar dapat memproduksi padi lebih banyak supaya mampu mencukupi kebutuhan konsumsi padi di Indonesia. Upaya untuk menumbuhkan kemampuan petani selama ini dilakukan melalui lembaga atau kelompok yang mewadahi pembangunan masyarakat, dalam hal ini yaitu kelompok tani. Kelompok tani yang merupakan kelembagan sosial berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan, ketrampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Keberadaan kelompok tani merupakan salah satu potensi yang mempunyai peranan penting dalam membentuk wawasan, pemikiran dan kemampuan petani untuk menjadikan sistem pertanian yang maju (Rukka dkk, 2008:78).

16 3 Kelompok tani merupakan kelembagaan sosial yang paling penting dan diperlukan di setiap kegiatan usaha tani padi. Kelompok tani mempunyai peran yang sangat vital dalam penerapan atau adopsi teknologi (Nuryati, 2011:125). Pentingnya kelompok tani tersebut didukung oleh banyaknya jumlah kelompok tani di Indonesia yaitu (BPPSDM Pertanian, 2013:81). Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat pertama dalam kepemilikan kelompok tani di Indonesia yaitu Jumlah ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah telah siap menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi, karena dengan adanya kelompok tani, petani dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan mereka melalui kelas belajar yang ada pada kelompok tani (BPPSDM Pertanian, 2013: 81). Kelas belajar dapat menciptakan petani yang mampu menghadapi tantangan dan mengambil peluang untuk dapat berkembang di bidang pertanian yang dijalaninya. Petani yang mampu memanfaatkan peluang tersebut tentunya akan menikmati hasil kerja kerasnya dan dapat memperbaiki bahkan meningkatkan kondisi sosial ekonominya. Kecamatan Puring berposisi di bagian selatan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini memiliki jumlah kelompok tani sebanyak 118. Jumlah ini menjadikan kecamatan ini sebagai kecamatan yang memiliki kelompok tani terbanyak dari total kelompok tani yang tersebar di 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen (Setbakorluh Jawa Tengah, 2015:94). Kecamatan Puring memiliki 23 desa yang setiap desanya memiliki kelompok tani lebih dari satu. Hal ini menandakan bahwa kesadaran petani akan

17 4 pentingnya membentuk kelompok untuk mencapai satu tujuan bersama telah terbangun. Tercatat sebanyak orang sebagai anggota kelompok tani di kecamatan ini dari total penduduk sebanyak orang (BPS Kabupaten Kebumen, 2014:89). Produksi padi kecamatan ini bisa dikatakan tinggi yaitu lebih dari ton setiap tahun, sedangkan pada tahun 2013 mencapai angka ton (BPS Kabupaten Kebumen, 2014:173). Pencapaian ini menjadikan Kecamatan Puring sebagai salah satu Lumbung Padi di Kabupaten Kebumen, karena memiliki produksi padi lebih dari ton setiap tahunnya. Produksi padi yang tinggi ini tidak terlepas dari kerja keras para petani yang terus mengembangkan dan meningkatkan usahataninya melalui pengelolaan lahan pertanian yang tepat guna, penerapan teknologi pada bidang pertanian serta ketrampilan-ketrampilan lain di bidang pertanian yang diperoleh dari kelas belajar pada kelompok tani yang sesuai dengan kajian geografi pertanian. Kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring yang mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan karakteristik sistem pertanian sudah dilaksanakan pada setiap desa, walaupun frekuensi kelas belajar di setiap desa berbeda-beda. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Peranan Kelas Belajar Pada Kelompok Tani Terhadap Kondisi Sosial Dan Ekonomi Petani Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun 2015.

18 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut Bagaimana pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring? Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring? Bagaimana peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut Mengetahui pelaksanaan kelas belajar pada kelompok tani yang didasarkan pada kajian geografi pertanian di Kecamatan Puring Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi petani setelah mengikuti kelas belajar pada kelompok tani di Kecamatan Puring Mengetahui peranan kelas belajar pada kelompok tani terhadap kondisi sosial dan ekonomi petani di Kecamatan Puring Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

19 Bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), sebagai bahan masukan dalam membuat program penyuluhan pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip geografi pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani Bagi masyarakat dan mahasiswa, sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang peranan kelas belajar pada kelompok tani Penegasan Istilah Istilah-istilah yang ditegaskan dari judul penelitian ini yaitu meliputi istilah peranan, kelas belajar, kelompok tani dan sosial ekonomi. Istilah-istilah tersebut akan ditegaskan sebagai berikut Peranan Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Perangkat harapan-harapan yang dimaksud yaitu seperangkat keinginan berupa peningkatan kesejahteraan yang dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, produksi petani dan pendapatan petani sebagai pemegang peran dalam kehidupan bermasyarakat Kelas Belajar Kelas belajar merupakan sistem pendidikan di luar sekolah yang bersifat non formal untuk anggota masyarakat khususnya petani. Kelas belajar dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan, yang disampaikan dengan menggunakan cara ceramah, diskusi, dan praktek/penerapan di lapangan. Terdapat

20 7 dua unsur didalam kelas belajar yaitu petani sebagai pihak yang belajar dan penyuluh pertanian sebagai pengajar. Kelas belajar pada kelompok tani ini yang merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani. Jadi, kelas belajar inilah yang menjadi sarana bagi petani untuk mencari informasi, menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pertanian, dan yang paling utama yaitu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani Kelompok Tani Kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lembaga sosial yang terdiri atas kumpulan petani yang terikat secara non formal dan terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya. Kelompok tani yang merupakan kelembagan sosial berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengetahuan, ketrampilan serta kegotongroyongan berusaha tani para anggotanya. Kelompok tani mempunyai peranan penting dalam membentuk wawasan, pemikiran dan kemampuan petani untuk menjadikan sistem pertanian yang maju Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan (Astrawan, 2014:3). Sosial ekonomi yang dimaksud oleh peneliti adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, produksi dan pendapatan petani.

21 8 Istilah-istilah yang dimaksud dalam judul penelitian ini disimpulkan menjadi peranan diartikan sebagai perangkat harapan yang dikenakan pada petani untuk melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan yang diharapkan, kelas belajar diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk anggota kelompok tani yang di laksanakan dengan kegiatan pelatihan dan penyuluhan, kelompok tani diartikan sebagai lembaga sosial atau kumpulan petani yang terikat secara non formal dan terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, sosial ekonomi yang diartikan sebagai kondisi seorang petani yang berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, produksi petani dan pendapatan petani.

22 BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengertian dan ruang lingkup geografi, kajian geografi pertanian, kelompok tani, kelas belajar, kondisi sosial dan ekonomi petani, aspek-aspek yang dibutuhkan petani dalam usaha tani serta peranan kelas belajar. Pustaka-pustaka tersebut akan dijelaskan sebagai berikut Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti tulisan. Secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi, akan tetapi yang dipelajari dalam geografi tidak hanya berfokus pada berbagai hal yang ada di permukaan bumi, tetapi juga benda-benda di ruang angkasa. Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji segala fenomena yang ada di permukaan bumi, seperti penduduk, fauna, flora, batuan, air, dan interaksi antara fenomena-fenomena tersebut (Wardiyatmoko, 2013:6). Beberapa definisi geografi menurut para ahli geograf adalah sebagai berikut geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that sterted with observations of specific processes wherever they might be located. Pernyataan ini berarti bahwa geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang diawali dengan pengamatan permukaan bumi yang kemudian berkembang 9

23 10 menjadi penelitian proses-proses spesifik pada tempat terjadinya (Preston E. James dalam Wardiyatmoko,2013:6). Tokoh lain menyatakan geography is concerned to provide accurate, orderly, and rational description and interpretation of the variable character of the Earth surface. Arti dari pernyataan ini adalah geografi berkepentingan menyajikan deskripsi yang akurat, teratur, dan rasional serta interpretasi berbagai karakter permukaan bumi (Richard Hartshorne dalam Wardiyatmoko, 2013:6). Salah satu tokoh geografi di Indonesia menyatakan bahwa geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto dalam Saleh, 2014:1) Suatu definisi yang lain yaitu geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya 1988 dalam Saleh, 2014:2). Definisi tersebut telah disepakati oleh para ahli geografi di Indonesia sebagai definisi geografi. Definisi ini mengisyaratkan bahwa geografi memusatkan perhatiannya pada gejala atau fenomena di muka bumi baik pada lithosfer, hidrosfer, atmosfer, maupun biosfer dalam sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan, tetapi senantiasa dalam keterkaitan keruangan (Wahana Komunitas geografi, 2011:1).

24 11 Ruang lingkup studi geografi sangat luas karena mencakup segala sesuatu yang ada di permukaan bumi, oleh karena itu tidak mungkin dapat dikuasai hanya dalam satu bidang ilmu saja. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai bidang disiplin ilmu yang merupakan cabang-cabang dari geografi. Secara garis besar seluruh objek kajian geografi dapat dibedakan atas dua aspek utama yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Aspek fisik dalam hal ini meliputi aspek kimiawi, biologis, astronomis dan sebagainya, sedangkan aspek sosial meliputi aspek antropologis, politis, ekonomis dan sebagainya (Wardiyatmoko, 2013:7). Geografi merupakan bidang ilmu yang memadukan berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian yang bersifat menyeluruh. Kajian geografi meliputi dua cabang utama yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi lapisan atmosfer, batuan atau lithosfer, tanah atau pedosfer, perairan atau hidrosfer, flora dan fauna atau biosfer. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan mengembil manusia sebagai obyek pokoknya (Nursid, 1988:52) Kajian Geografi Pertanian Pengertian geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon (1984) yaitu deskripsi tentang seni mengolah tanah dalam skala luas dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam dan manusia. Ibery (1985) mengungkapkan bahwa geografi pertanian merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas pertanian secara spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi (Saleh, 2014:3). Pengertian lain mengenai geografi pertanian yaitu ilmu yang mengkaji terpolanya

25 12 fenomena geosfer di dalam ruang pada saat tertentu. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses spasial, sedangkan ruang adalah luasan atau daerah di permukaan bumi (April, 2010:36). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka geografi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari atau mengkaji kegiatan pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan lingkungan (Saleh, 2014:3). Geografi pertanian merupakan cabang dari geografi ekonomi dimana bidang pertanian yang dikaji dalam geografi pertanian merupakan struktur keruangan aktivitas ekonomi (Mucien, 2011:2). Geografi ekonomi sendiri merupakan cabang ilmu dari geografi manusia dimana kajian geografi ekonomi berupa aktivitas ekonomi manusia yang dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, kemudian usaha transportasi, distribusi dan konsumsi (Wahana Komunitas Geografi, 2011:1). Geografi pertanian tidak hanya melakukan kegiatan atau aktivitas ekonomi saja, namun terdapat juga aktivitas sosial didalamnya. Aktivitas sosial yang ada dalam geografi pertanian yaitu interaksi antara manusia dengan manusia, seperti keberadaan lembaga sosial kelompok tani yang merupakan suatu kumpulan masyarakat yang membentuk kelompok atas dasar tradisi dan kepentingan yang sama. Jadi geografi pertanian merupakan gabungan dari kegiatan ekonomi, sosial dan alam yang saling berkesinambungan (Saleh, 2014:5).

26 13 Kajian geografi pertanian juga dapat dilihat dari sudut pandang pendekatan ekologis atau kelingkungan yang menekankan antara manusia sebagai makhluk berbudaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan tempat keberadaannya yang berupa interaksi aktivitas manusia dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena manusia dianggap sebagai variabel bebas atau variabel yang dapat mempengaruhi keberadaan lingkungan, sehingga apabila manusia tesebut berada pada kawasan lahan pertanian maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap keberadaan lahan pertanian tersebut (Nugroho, 2015:5). Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan dalam geografi pertanian yaitu pertama lahan pertanian, geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar tetap produktif dan tersedia. Kedua yaitu produksi tanaman, geografi pertanian mencakup dari mulai benih tanaman disebar sampai menjadi hasil yang siap dijual. Ketiga yaitu konservasi sumber daya alam, dalam penerapan geografi pertanian mencakup dalam menunjang proses konservasi sumber daya alam, menjaga kelestarian sumber plasmanutfah yang penting dan berguna bagi manusia. Keempat yaitu penggunaan teknologi pertanian, dalam geografi pertanian penggunaan teknologi pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi dapat ditingkatkan dengan adanya kemajuan teknologi pertanian. Terakhir yaitu dampak lingkungan, kerusakan lingkungan dapat disebabkan dari eksploitasi berlebihan penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang. Geografi pertanian membahas kerusakan lingkungan dengan menggunakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (Saleh, 2014:4-5).

27 Kelompok Tani Kelompok tani menurut Mardikanto (1993) dalam Sihombing (2010:15) diartikan sebagai kumpulan orang-orang atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara non formal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar kesamaan kepentingan dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Jadi kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani supaya mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu saling mengenal di antara sesama anggota, mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani, memiliki kesamaan dalam tradisi, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi (Permentan No.82, 2013:6). Unsur pengikat kelompok tani yaitu adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara para anggotanya, adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya, adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya, adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditetapkan, adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama (Permentan No.82, 2013:6). Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok atau organisasi sosial yang ada di masyarakat (misalnya kelompok pengajian,

28 15 kelompok arisan, kelompok remaja desa, kelompok adat dan lain-lain) dengan jumlah anggota berkisar antara 20 sampai 25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk menumbuhkan poktan, yang terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan produktivitas serta pendapatan dari usahataninya (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:6). Kegiatan-kegiatan kelompok tani yang dikelola oleh kelompok tani tergantung kepada kesepakatan anggota kelompok tani, dapat berdasarkan jenis usaha pertanian, unsur-unsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian dan lain-lain). Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan dalam penumbuhan kelompok tani yaitu kesamaan kepentingan antar petani, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antar petani (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:6). Prinsip-prinsip penumbuhan kelompok tani didasarkan kepada kebebasan yang artinya menghargai individu/petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan serta memilih kelompok tani yang mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu dapat menjadi anggota satu atau lebih dari kelompok tani. Prinsip selanjutnya yaitu keterbukaan yang artinya penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka antara pelaku utama dan pelaku usaha (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:7).

29 16 Proses penumbuhan atau pembentukan kelompok tani diawali dengan para petani yang memiliki tujuan serta keinginan yang sama untuk dapat melakukan usaha tani yang lebih baik kemudian para petani membentuk kelompok yang di beri nama sesuai dengan kesepakatan bersama atau musyawarah mufakat, kemudian dituangkan dalam surat pernyataan yang diketahui oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat. Pemilihan pengurus kelompok tani dilakukan secara musyawarah dan mufakat oleh seluruh anggota. Perangkat kepengurusan kelompok tani sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan seksi-seksi sesuai kebutuhan, yang dituangkan dalam berita acara yang disahkan oleh kepala desa atau lurah dan diketahui oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) (Permentan No.82, 2013:9). Perkembangan kelompok tani menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri memerlukan syarat sebagai berikut: melaksanakan pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus kelompok tani yang diselenggarakan berkala dan berkesinambungan, menyusun rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama, memiliki pengadministrasian organisasi yang rapih, memfasilitasi usaha tani secara komersial, sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha tani pada umumnya dan anggota kelompok tani khususnya, melakukan penilaian klasifikasi kemampuan kelompok tani yang terdiri dari Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama (BPTP Kalimantan Selatan, 2012:8).

30 Kelas Belajar Kelas belajar merupakan bagian dari penyuluhan pertanian yang didalamnya terdapat dua jenis kegiatan yaitu pelatihan dan penyuluhan. Kelas belajar dilakukan oleh penyuluh pertanian pada kelompok tani untuk mengubah perilaku sasaran (petani) agar mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dikehendaki sehingga permasalahan tentang aspek fisik meliputi lahan, iklim, air, dan udara serta aspek sosial meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi dan ekonomi masyarakat yang dihadapi oleh petani dapat diatasi. Melalui kelas belajar, setiap petani dididik agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi walaupun harus melalui tahapan-tahapan tertentu (Setiana, 2005:32). Kelas belajar pada kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota kelompok tani. Kegiatan kelas belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi, dan praktek/penerapan di lapangan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2). Penyuluhan dalam kelas belajar diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kepada peserta didik agar dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku peserta didik, sedangkan pelatihan dalam kelas belajar dapat diartikan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan ketrampilan. Penyuluhan pada kelas belajar dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, sedangkan pelatihan dilaksanakan menggunakan metode praktek/penerapan langsung (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2).

31 18 Pelaksanaan kelas belajar dibagi menjadi tiga tahapan yaitu perencanaan kelas belajar, pelaksanaan kelas belajar dan evaluasi pelaksanaan kelas belajar (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2). Tahap perencanaan kelas belajar meliputi perencanaan materi kelas belajar. Materi kelas belajar harus disusun atas dasar kebutuhan serta permasalahan yang dialami petani. Materi yang baik dalam kelas belajar adalah yang sesuai dengan kajian geografi pertanian, tidak bertentangan atau sesuai dengan adat atau kepercayaan yang berkembang di daerah setempat, menarik karena dapat memperbaiki produksi pertanian, dapat meningkatkan pendapatan, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan pertanian (Setiana, 2005:53). Perencanaan yang kedua yaitu perencanaan tempat kelas belajar. Tempat dilaksanakannya kelas belajar harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan pada kelas belajar atau disesuaikan dengan jenis pelaksanaan kelas belajar yang sudah direncanakan. Perencanaan yang ketiga yaitu perencanaan frekuensi pelaksanaan kelas belajar. Kelas belajar yang baik adalah kelas belajar yang dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, apabila pelaksanaan tersebut sulit untuk dilakukan maka bisa satu kali dalam satu bulan dan apabila pelaksanaan tersebut masih sulit dilakukan maka sekurang-kurangnya kelas belajar bisa dilaksanakan satu kali lebih dari satu bulan (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4). Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan kelas belajar, pada tahap ini terdapat beberapa komponen yang menyangkut kegiatan kelas belajar yaitu peserta, fasilitator, materi, metode, media, pendekatan dan kendala pada saat pelaksanaan kelas belajar. Peserta kelas belajar adalah anggota kelompok tani yang menghadiri

32 19 pelaksanaan kelas belajar dan melakukan presensi. Peserta kelas belajar dikategorikan tinggi apabila dihadiri lebih dari 75% dari total anggota kelompok tani, kategori sedang apabila dihadiri sekitar 50% sampai dengan 75% dari total anggota, kategori rendah apabila dihadiri kurang dari 50% dari total anggota kelompok tani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:4). Fasilitator kelas belajar adalah orang yang memfasilitasi pelaksanaan kelas belajar yang dalam hal ini orang tersebut yaitu petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Materi dalam kelas belajar adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi. Materi kelas belajar yang didasarkan pada kajian geografi adalah materi mengenai kawasan pertanian, komoditas pertanian, sistem pertanian, sistem produksi pertanian, klasifikasi penggunaan lahan untuk pertanian, faktor fisik dan non fisik dalam pertanian, dampak pertanian, karakteristik dan klasifikasi usaha tani, dan strategi pengembangan pertanian (April, 2000:36). Metode penyampaian materi dalam kelas belajar yang digunakan pada penyuluhan ataupun pelatihan yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek, sedangkan metode pendekatan yang digunakan pada kelas belajar ada tiga yaitu: metode berdasarkan pendekatan perorangan (personal approach), metode berdasarkan pendekatan kelompok (group approach), metode berdasarkan pendekatan massal (mass approach). Penggunaan metode penyampaian materi dan metode pendekatan kepada anggota kelompok tani diserahkan sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) (Slamet dalam Setiana, 2005:32).

33 20 Media dalam kelas belajar adalah alat bantu yang digunakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk menyampaikan materi kepada peserta kelas belajar. Media yang digunakan dalam kelas belajar sangat beragam, seperti digambarkan dalam Gambar 2.1. Benda Sampel (contoh) Model (tiruan) Specimen (benda yang diawetkan) Barang Cetakan Pamflet Leaflet Broshur booklet Alat Peraga Penyuluhan Gambar Diproyeksikan Placard Poster Flipchard Photo Sheet Slide Lambang Grafika Diagram Schema Peta Gambar 2.1. Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan (Setiana, 2005:54) Media-media seperti pada Gambar 2.1 merupakan media yang digunakan dalam penyuluhan pertanian secara umum, namun dalam kelas belajar yang didasarkan pada kajian geografi pertanian media yang digunakan yaitu gambar dan alat peraga. Pelaksanaan kelas belajar memiliki kendala atau permasalahan yang dihadapi oleh peserta kelas belajar, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), atau dialami oleh keduanya. Kendala-kendala yang terdapat dalam pelaksanaan

34 21 kelas belajar dibedakan menjadi dua yaitu kendala yang diakibatkan oleh faktor internal dan kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Kendala yang diakibatkan oleh faktor internal yaitu kendala-kendala yang disebabkan oleh permasalahan diri sendiri atau permasalahan dari kelompok tani, sedangkan kendala yang diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu kendala yang disebabkan oleh permasalahan yang timbul dari luar kelompok tani (Setiana, 2005: 35). Tahap yang terakhir yaitu evaluasi pelaksanaan kelas belajar, yang berfungsi untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar di kelompok tani. Evaluasi ini dilakukan dengan mengamati beberapa anggota kelompoktani yang menerapkan dan berhasil. Dilakukan pencatatan penyebab keberhasilan dan penyebab ketidakberhasilan, serta penyebab anggota kelompoktani yang tidak menerapkan hasil belajar mengajar. Catatan yang diperoleh digunakan sebagai dasar merencanakan kegiatan kelas belajar berikutnya (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:7) Kondisi Sosial dan Ekonomi Petani Kondisi dalam arti umum diartikan sebagai pernyataan, keadaan atau sesuatu kenyataan yang dapat dilihat atau dirasakan dan diukur oleh indera manusia (Poerwadarminta, 2002:519). Sosial artinya adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Soekanto, 2007:76), sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barangbarang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Dapat dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehari-hari (Rosandi, 2007:14).

35 22 Berdasarkan pengertian diatas kondisi sosial petani adalah kondisi atau keadaan dari soeorang petani yang berkaitan langsung dengan kehidupan bermasyarakat. Kondisi sosial petani dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pertanian, sedangkan kondisi ekonomi petani adalah kondisi atau keadaan dari seorang petani yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi petani, yang dalam penelitian ini kondisi ekonomi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi dan pendapatan petani. Kondisi sosial petani yang berupa pengetahuan dan ketrampilan terhadap pertanian serta kondisi ekonomi petani yang berupa produksi dan pendapatan petani akan dijelaskan sebagai berikut. Pengetahuan pertanian merupakan kemampuan kognitif seorang petani dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan pemahaman dan penerapan. Pengetahuan pertanian terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pengetahuan jenis basis ekologi pertanian yang berupa ekologi sawah basah dan sawah kering, teknik produksi pertanian yang meliputi: mengatur pengairan, penggunaan bibit, pemupukan, pencegahan serta pemberantasan hama dan penyakit, pengolahan tanah dan cara-cara bercocok tanam (Atmadja, 1981:26) Pengetahuan lainnya yaitu pengetahuan peralatan pertanian meliputi: alat pengolah tanah, alat pemberantasan hama dan penyakit, peralatan panen dan pengolahan hasil, pengetahuan teknologi hasil pertanian meliputi: teknik atau cara panen, cara penjemuran hasil, cara penyimpanan hasil, cara pengolahan hasil, cara pengawetan hasil dan pengetahuan pemasaran hasil pertanian (Atmadja, 1981:27).

36 23 Pengetahuan pertanian dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan pertanian. Pertanyaan tersebut harus singkat dan jelas sehingga mudah dipahami oleh petani (Azhar,2013:4). Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan petani ditunjukkan oleh kata kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, mengidentifikasi, menjelaskan, memberikan contoh. Cara menganalisis pengetahuan pertanian yaitu dengan cara menganalisis hasil jawaban dari petani, contoh dengan pertanyaan menyebutkan jenis alat pengolah tanah, semakin banyak petani mampu menyebutkan jenis alat pengolah tanah maka pengetahuannya terhadap pertanian semakin tinggi. Begitu juga dengan pertanyaan memberikan contoh, semakin banyak petani memberikan contoh dan contoh-contoh tersebut benar atau sesuai dengan materi yang dipelajri maka pengetahuan petani tinggi (Azhar, 2013:4). Ketrampilan pertanian adalah kemampuan psikomotorik seorang petani dalam bidang pertanian yang di peroleh baik dari pendidikan formal, pendidikan nonformal maupun diperoleh secara autodidak. Kemampuan psikomotorik yang dimaksud adalah kemampuan mengolah, menjalankan, dan mempraktekkan secara langsung pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh. Ketrampilan pertanian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu ketrampilan menggunakan berbagai alat pertanian meliputi: alat penggarapan tanah, alat pemberantas hama dan penyakit, peralatan panen, peralatan pengolahan dan pengawetan hasil pertanian (Atmadja, 1981:27). Ketrampilan lainnya yaitu ketrampilan melaksanakan panca usahatani meliputi: kegiatan pengelolaan pengairan, memilih, memelihara dan

37 24 menggunakan bibit, membuat kompos dan menggunakan pupuk, melakukan pencegahan dan pemberantasan hama serta penyakit, menggarap/mengolah tanah, ketrampilan melaksanakan kegiatan usahatani meliputi: melaksanakan kegiatan usaha tani di sawah, melaksanakan kegiatan usahatani di tanah darat, dan melaksanakan kegiatan usahatani di pekarangan, ketrampilan melaksanakan pemungutan (panen) dan pengelolaan hasil pertanian serta ketrampilan mengolah/mengawetkan hasil pertanian (Atmadja, 1981:27). Ketrampilan pertanian dapat diukur dengan menggunakan tes kegiatan, tes ini merupakan alat ukur yang paling baik untuk mengukur ketrampilan petani dimana petani melakukan/mempraktekkan secara langsung ketrampilan yang mereka didapat, kemudian dinilai berdasarkan indikator ketrampilan yaitu: kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, dan kecermatan. Cara menganalisis hasil pengukurannya yaitu dengan cara mengolah hasil praktek petani, semakin kuat, semakin cepat, semakin tepat, semakin seimbang, dan semakin cermat maka petani tersebut memiliki ketrampilan yang tinggi (Azhar, 2013:5). Cara lain untuk mengukur ketrampilan petani yaitu dengan cara menggunakan instrumen berupa matriks yang menyatakan perincian aspek yang akan diukur, dan di beri skor untuk dapat dianalisis hasilnya (Arikunto, 2007:182). Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi semua aktivitas menciptakan barang dan jasa (Herlambang,

38 :30). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka produksi petani adalah kemampuan petani dalam menghasilkan barang yang dalam hal ini adalah hasil panen atau hasil usahataninya. Produksi petani dibagi menjadi dua yaitu produksi dalam satu kali tanam, dan produksi dalam satu tahun. Produksi dalam satu kali tanam adalah produksi hasil pertanian yang diperoleh pada satu kali tanam, sedangkan produksi dalam satu tahun adalah produksi yang dihasilkan petani selama beberapa kali panen namun dalam satu tahun (Gustiyana, 2004:110). Pendapatan petani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan petani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, sedangkan pendapatan bersih yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi (Gustiyana, 2004:116). Pendapatan kotor petani diperoleh dari mengalikan antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau menggunakan rumus TR = Y. Py dimana, TR merupakan total penerimaan, Y merupakan produksi yang diperoleh, dan Py merupakan nilai harga. Pendapatan bersih diperoleh petani dari selisih antara pendapatan kotor dengan biaya produksi atau menggunakan rumus Pd = TR TC dimana, Pd merupakan pendapatan bersih, TR merupakan pendapatan kotor, dan TC merupakan total biaya produksi (Suratiyah, 2009:61).

39 Aspek-Aspek Yang Dibutuhkan Petani Dalam Usaha Tani Usaha tani merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan petani mulai dari menentukan komoditas pertanian, menyiapkan biaya produksi, menentukan waktu tanam, sampai dengan melakukan pengelolaan hasil pertanian (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012:2). Kegiatan usaha tani memerlukan beberapa aspek yang harus dialkukan oleh petani sebagai pelaku usaha tani. Aspek-aspek tersebut meliputi penentuan varietas tanaman padi, waktu tanam pada setiap musim, menentukan pola tanam, penggunaan bibit, pupuk dan alat serta sarana pertanian yang akan digunakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015:6). Aspek-aspek dalam melakukan usaha tani sangat penting diketahui oleh petani sebagai pelaku usaha tani. Kesiapan petani untuk melakukan usaha tani dapat terlihat dari persiapan mengenai aspek-aspek tersebut, seperti penentuan varietas tanaman padi. Tanaman padi sendiri memiliki banyak varietas yang membuat petani harus mampu menentukan varietas apa yang harus digunakan, varietas tanaman padi memiliki banyak jenis dan tiap jenis memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Aspek selanjutnya yaitu penentuan waktu tanam, penentuan waktu tanam ini berkaitan dengan iklim daerah setempat sehingga dibutuhkan kemampuan petani untuk dapat menentukan waktu tanam (Krisna, 2015:6). Menentukan pola tanam juga merupakan hal penting yang perlu diketahui petani, kareana pola tanam merupakan suatu sistem tanam pada sebidang lahan dalam satu musim tanam termasuk di dalamnya masa pengolahan lahan tanah. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan (Wahyudi, 2014:3).

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography. Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PERANAN KELAS BELAJAR TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

Lebih terperinci

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N &

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N & P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N & D i s a m p a i k a n p a d a B i m t e k B u d i d a y a T e r n a k R u m i n a n s i a K e r j a s a m a D i n a s P e t e r n a k a n d a n K e

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY AMPUL PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY PADA POKOK BAHASAN MATERI LITOSFER KELAS X DI SMA NEGERI 1 KESESI TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI www.bimbinganalumniui.com 1. Geografi is the mother of all sciences adalah pendapat yang dikemukakan oleh a. Preston E. James b. Bintarto c. Aristoteles d. Vidal de la Blace e. Huntington 2. Istilah geografi

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan Pertanian Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah socialinstitution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi EDISON, SP KOORDINATOR PENYULUH PERTANIAN B. ACEH Disampaikan pada Pertemuan Penyuluh Pertanian se-kota Banda Aceh BPP Lueng Bata, 5 Maret 2015 Latar

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS TIM PENYUSUN: SETIYO BUDI PURWANTO, SST JAJA SUDIRJA BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratanGunaMemperoleh

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN SERTA PROYEKSI KOMODITAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Lusia Koli Moru NIM. 00151020228 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Oleh: Ajeng Rizki Nugraheni

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Oleh: Ajeng Rizki Nugraheni PEMBAGIAN KERJA DAN CURAHAN WAKTU KERJA WANITADALAM RUMAH TANGGA PETANI KARET DI DESA KARANG AGUNG DAN SUMBER MULYA KECAMATAN LUBAI ULU KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN TUGAS AKHIR SKRIPSI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Tani Kelompoktani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya)

Lebih terperinci

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PNPM (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) MANDIRI DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN USAHA PEDAGANG KECIL

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PNPM (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) MANDIRI DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN USAHA PEDAGANG KECIL PENGARUH PEMBERIAN KREDIT PNPM (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) MANDIRI DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN USAHA PEDAGANG KECIL (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan

Paket 9 GEOGRAFI. Pendahuluan Paket 9 GEOGRAFI Pendahuluan Paket 9 berfokus pada pembahasan geografi. Pembahasan geografi pada paket 9 ini ditekankan pada aspek pengertian, ruang lingkup, tujuan, konsepkonsep dasar dan penerapan geografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota ma 8upun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 12 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG IBU KOTA KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JOMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Fiki Dwi Yuliastutik NIM

SKRIPSI. Oleh. Fiki Dwi Yuliastutik NIM PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA DAN SMK (Studi Kasus pada Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Genteng dan Siswa Kelas XII Akutansi SMK Muhammadiyah 1 Genteng Tahun Ajaran 2010-2011) SKRIPSI Oleh Fiki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 1 PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Ita Ratiyani Rahmadaniar NIM

Skripsi. Oleh : Ita Ratiyani Rahmadaniar NIM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL DAN APLIKASINYA DALAM MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN 5E (LEARNING CYCLE 5E) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Siswa Kelas VII di SMP Negeri 10 Probolinggo Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA SKRIPSI Oleh : Anton Sulistyo NIM. 991510201106 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS 14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 82/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 82/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 82/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT KEWIRAUSAHAAN TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAM TEACHING FACTORY SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH MINAT KEWIRAUSAHAAN TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAM TEACHING FACTORY SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH MINAT KEWIRAUSAHAAN TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAM TEACHING FACTORY SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: Aris Mojiyono NIM: 060210391127 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD) SEMANGAT KEBANGSAAN; CINTA TANAH AIR; MENGHARGAI PRESTASI; BERSAHABAT/KOMUNIKATIF; CINTA DAMAI; SENANG MEMBACA; PEDULI SOSIAL; PEDULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd

PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR MOTIVASI, PERSEPSI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT PARACETAMOL GENERIK DI KECAMATAN BABADAN SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR MOTIVASI, PERSEPSI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT PARACETAMOL GENERIK DI KECAMATAN BABADAN SKRIPSI PENGARUH FAKTOR MOTIVASI, PERSEPSI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN OBAT PARACETAMOL GENERIK DI KECAMATAN BABADAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagian syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian, Kelompok Tani, dan Usahatani padi sawah 2.1.1 Pertanian an merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.8 1. Berikut ini yang bukan merupakan manfaat dari mempelajari ilmu geografi adalah.... memetakan persebaran fenomena

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SDN AJUNG 03 KECAMATAN AJUNG SKRIPSI

KORELASI ANTARA KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SDN AJUNG 03 KECAMATAN AJUNG SKRIPSI KORELASI ANTARA KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SDN AJUNG 03 KECAMATAN AJUNG SKRIPSI Oleh: Devi Amalia Lisalamah NIM. 090210204053 PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU (Studi Kasus Desa Sogaan Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo) SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU (Studi Kasus Desa Sogaan Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo) SKRIPSI ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU (Studi Kasus Desa Sogaan Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo) SKRIPSI Diajukan sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Agrbisnis Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA SURABAYA TAHUN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

NILAI-NILAI KEBERTAHANAN PETANI TEMBAKAU. (Studi Terhadap Moral Ekonomi Petani Tembakau Desa Glagah Wero Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember)

NILAI-NILAI KEBERTAHANAN PETANI TEMBAKAU. (Studi Terhadap Moral Ekonomi Petani Tembakau Desa Glagah Wero Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember) NILAI-NILAI KEBERTAHANAN PETANI TEMBAKAU (Studi Terhadap Moral Ekonomi Petani Tembakau Desa Glagah Wero Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember) VIABILITY OF VALUES TOBACCO PEASENT (Case study about Values

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 11 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS VARIETAS CINTA NUR DI DESA SALEM, KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES

ANALISIS TATANIAGA BERAS VARIETAS CINTA NUR DI DESA SALEM, KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES i ANALISIS TATANIAGA BERAS VARIETAS CINTA NUR DI DESA SALEM, KECAMATAN SALEM, KABUPATEN BREBES SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Oleh : AMELIA CHINTIA

Lebih terperinci

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Oleh: Odhy

Lebih terperinci