BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan dalam ilmu ekonomi merupakan keinginan konsumen terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan dalam ilmu ekonomi merupakan keinginan konsumen terhadap"

Transkripsi

1 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Permintaan Permintaan dalam ilmu ekonomi merupakan keinginan konsumen terhadap barang atau jasa yang disertai dengan kemampuan untuk membelinya (daya beli). Hal ini senada dengan yang kemukakan oleh Ace Partadiredja (1999:166) Permintaan dalam ekonomika berarti keinginan yang didukung daya beli (uang) atau kesediaan untuk membeli Pratama Rahardja (2002:18) mengemukakan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.. Vincent Gaspersz (1999:13) mengemukakan Pada dasarnya permintaan (demand) dalam ekonomi manajerial dapat didefinisikan sebagai kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasrkan kondisi-kondisi tertentu. Periode waktu disini dapat berupa satuan jam, satuan hari, satuan minggu satuan bulan satuan tahun atau periode lainnya. Sedangkan kondisi-kondisi tertentu adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap barang atau jasa itu. Dalam permintaan ini, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu 1. Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukan berapa banyak yang ingin dibeli oleh konsumen.

2 13 2. Apa yang dinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. 3. Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Jadi permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen yang mempunyai daya beli pada waktu serta kondisi tertentu Teori Permintaan Ada dua pendekatan pokok mengenai teori permintaan kosumen yang dikemukakan oleh Richard Billas (1982:55) diantaranya: 1. Teori Permintaan Konsumen Analisis Guna Batas Kaum klasik, mempergunakan guna-batas terukur (measurable marginal utility), yakni kepuasan. Dimana kepuasan yang diperoleh konsumen dari barang dan jasa yang dikonsumsinya dapat dinyatakan dalam angka kardinal. Sehingga teori permintaan analisis guna batas disebut sebagai pendekatan kardinal/ sering juga dikenal dengan marginal utility. Marginal utility merupakan tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen karena tambahan unit barang yang dikonsumsi oleh konsumen tersebut. Pada marginal uitility ini berlaku hukum law of diminishing marginal utility, yang dikemukakan oleh Herman Hendrik Gossen, sehingga dikenal dengan Hukum Gossen. Law of diminishing marginal utility yaitu keadaan dimana kepuasan seseorang akan menurun ketika menambah konsumsinya secara terus menerus. Sadono Sukirno (2000:152) mengemukakan; tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi

3 14 semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.1: a Total utility Maks b q 1 q 2 q 3 Kuantitas barang/ jasa marginal utility q 1 q 2 q 3 Kuantitas barang/ jasa Gambar 2.1 Kurva Utilitas Total dan Utilitas Pada gambar 2.1 (a) diatas ditunjukan pada mulanya kepuasan total konsumen (total utility) meningkat dari q 1 ke q 2 yang berati jika mengkonsumsi suatu barang atau jasa bertambah, maka kepuasannya meningkat. Kurva total utility ini mencapai maksimum, ketika mengkonsumsi sebanyak q 3. Sedangkan pada gambar 2.1(b) ini menunjukkan kurva utilitas marjinal, dimana selama suatu periode waktu yang relatif pendek (semua faktor relevan lainnya diasumsikan

4 15 konstan), ketika konsumen menaikan tingkat konsumsi produk melewati beberapa titik, maka utilitas marjinal dari penambahan konsumsi tersebut akan menjadi kecil atau menurun. Dari gambar tersebut tampak bahwa apabila nilai utilitas total mencapai maksimum, maka nilai utilitas marjinal (Mu) sama dengan nol, selanjutanya, apabila nilai utilitas total menurun, maka nilai utilitas marjinal (Mu) akan menjadi negatif. Pernyataan tersebut membuktikan berlakunya Law of diminishing marginal utility. Asumsi dasar pada pendekatan kardinal ini adalah: 1. Kosumen dikatakan rasional jika mereka senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang jumlahnya terbatas untuk memperoleh kombinasi barang dan jasa yang akan mendatangkan kepuasan maksimum. 2. Kepuasan satu barang dapat diukur/ dikuantifisir dalam satuan ukuran yang disebut satuan kepuasan. 3. Semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh konsumen maka tambahan kepuasan konsumen semakin berkurang. 4. Kepuasan atas suatu barang dapat ditambahkan dengan kepuasan atas suatu barang lainnya. Secara matematis kepuasan konsumen dapat dituliskan sebagai berikut; TU = U + U + U U nx Dimana Tu = total utility, sedangkan U 1 +U n adalah utility atas suatu barang yang dikonsumsi. Kepuasan maksimum diperoleh ketika tambahan kepuasan atas konsumsi suatu barang sama dengan harga barang yang dibayarkan

5 16 (untuk konsumsi satu jenis barang). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MU = P Sedangkan jika mengkonsumsi dua jenis barang, seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai guna marginal dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan (Sadono Sukirno,2000:157). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MU x = P x MU P y y 2. Teori Permintaan Konsumen Anlisis Kurva Indifferen Teori permintaan konsumen analisis kurva idifferen disebut juga dengan pendekatan ordinal, yang dipelopori oleh Jhon. Hicks dan R.J. Allen. Pendekatan ordinal muncul sebagai akibat adanya kelemahan pada pendekatan kardinal, yang menyatakan kepuasan total atau kepuasan tambahan bisa diukur dalam angka. Menurut pendekatan ordinal kepuasan itu tidak perlu diukur, tetapi dibuat peringkat atau ranking (ordinal magnitude). Konsumen harus mampu membuat keputusan untuk memilih suatu barang yang dikonsumsi diantara berbagai pilihan yang dihadapi. Dalam memaksimumkan kepuasan oleh seorang konsumen, Sir John Hicks mengembangkan analisis, yang dikenal dengan analisis kepuasan yang sama. Analisis ini meliputi penggambaran dua macam kurva yaitu kurva kepuasan yang sama dan garis anggaran.

6 17 a. Kurva kepuasan sama (Indifferen curve) Kurva kepuasan sama merupakan kurva yang menggambarkan gabungan barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya. Jika digambarkan akan tampak seperti pada gambar 2.2: A D Barang X B E C F Barang Y Gambar 2.2 Kurva Indifferen Semua titik-titik pada kurva ABC dihubungkan akan memperoleh kurva kepuasan yang sama. Begitu juga pada titik-titik kurva DEF jika dihubungkan akan memperoleh kurva kepuasan yang sama. Namun tingkat kepuasan pada kurva DEF lebih besar dari pada tingkat kepuasan yang dihasilkan kurva ABC. Ini karena kurva DEF dipotong dari tingkat yang lebih tinggi dari kurva ABC. Hal ini Senada yang diungkapkan oleh Richard Billas (1982:88) kurva yang lebih tinggi menunjukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. b. Garis anggaran pengeluaran Kombinasi dua jenis barang (pada kurva indifferen) tidak selamanya bisa dilakukan karena dibatasi oleh pendapatan konsumen. Kombinasi yang berlainan dari dua jenis barang dengan batasan pendapatan konsumen inilah yang disebut dengan garis anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno

7 18 (2000:171) garis anggaran pengeluaran menunjukan berbagi gabungan barangbarang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu. Garis anggaran dapat digambarkan pada gambar 2.3 sebagai berikut: Barang X A B C Barang Y Gambar 2.3 Kurva Garis Anggaran Jika konsumen membelanjakan seluruh pendapatannya untuk barang Y, maka ia dapat membeli 10 unit (titik C), dan sebaliknya Jika konsumen mebelanjakan seluruh pendapatannya untuk barang X, maka ia dapat membeli 10 unit (titik A), dan jika konsumen membeli 9 unit barang X, dia dapat pula membeli 1 unit barang Y(titik B). dengan menghubungkan titik ABC maka diperoleh garis anggaran ABC. Pada pendekatan ordinal ini kepuasan maksimum konsumen diperoleh ketika kurva idiferen bersinggungan dengan garis anggarnnya atau dengan garis anggaran tertentu konsumen dapat mencapai kurva indifferen tertinggi yang mungkin diraihnya. Jika digambarkan akan tampak seperti pada gambar 2.4:

8 19 Barang Y (a) IC 1 IC 2 IC 3 E E1 E2 PCC X1 X2 BL 1 X3 BL 2 BL 3 Barang X (b) Harga P1 P2 P3 X1 X2 X3 D Barang X Gambar 2-4 (a) Kurva harga konsumsi, (b) penurunan kurva permintaan Pada gambar (a) ditunjukan keseimbangan awal terjadi dititik E. bila harga barang X turun, maka kemampuan untuk membeli barang X meningkat dari jumlah anggaran yang tetap, ditunjukan oleh garis anggaran bergeser ke BL 2 (Budget line) dan BL 3. Keseimbangan (kepuasan maksimum) pun berubah dari titik E ke tititik E 1 dan titik E 2. Jika titik-titik keseimbangan tersebut dihubungkan maka terbentuk sebuah garis, yaitu kurva PCC. Kurva PCC tersebut dapat diturunkan menjadi kurva permintaan (lihat gambar b). Pada turunan kurva permintaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat harga barang X makin

9 20 murah (P 3 <P 2 < P 1 ), permintaan X makin bertambah (OX 3 > OX 2 > OX). Hal ini sesuai dengan hukum permintaan. Kurva permintaan dapat diturunkan dalam batasan tiga asumsi; 1) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan. 2) Pendapatan nominal tidak berubah. 3) Harga nominal barang lain tidak berubah. Asumsi pendekatan ordinal: 1. Konsumsi dianggap rasional jika konsumen menginginkan kepuasan maksimum dengan kendala pendapatan dan harga barang yang diketahui. 2. Kepuasan tidak perlu diukur karena konsumen dianggap mampu membuat peringkat atas keputusannya untuk mengkonsumsi sejumlah barang tertentu diantara berbagai barang yang dihadapi. 3. Peringkat kepuasan konsumen yang dinyatakan dalam bentuk indiferen curve dianggap mempunyai bentuk cembung dari titik O. Artinya dua barang yang dikonsumsi harus mempunyai derajat konsumsi yang menurun. Jadi seorang konsumen mau mengorbankan sejumlah barang teretentu untuk mendapatkan sejumlah barang lain dalam perbandingan yang semakin mengecil. 4. Konsumen dianggap konsisten atas keputusan pilihannya Hukum Permintaan Naik turunnya jumlah barang atau jasa yang diminta berhubungan dengan naik turunnya harga. Hal ini dinyatakan dalam suatu hukum, yaitu hukum permintaan. Secara sederhana hukum permintaan dapat dirumuskan berikut:

10 21 Jumlah yang akan dibeli perunit waktu, menjadi semakin besar, apabila harga semakin rendah, cateris varibus (Richard Billas,1982:13) Cateris varibus maksudnya, hukum permintaan berlaku apabila semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga bersifat konstan/tetap, misalnya pendapatan tetap, selera tidak berubah, harga barang-barang lain tetap, pengeluaran iklan tetap serta tidak ada expectation/pengharapan akan adanya perubahan harga yang segera. Apabila digambarkan dalam bentuk kurva maka akan tampak seperti pada gambar 2-5: D Harga 0 Kuantitas Gambar 2.5 Kurva permintaan Kurva permintaan umumnya menurun dari atas kekanan bawah. Menurut Buchari Alma (2000:44) hal ini disebut dengan The law of down ward sloping, dimana jika harga suatu barang dinaikan maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan berkurang, atau bila sesuatu barang atau jasa ditawarkan dalam jumlah yang lebih banyak dipasar, maka harga tersebut hanya dapat dijual dengan harga yang lebih rendah.

11 22 Hukum permintaan ini ada kalanya tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu barang naik justru permintaan terhadap terhadap barang tersebut meningkat. Ada tiga kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku, yaitu: 1) Barang yang memiliki unsur spekulasi, yaitu barang-barang yang dapat menyebabkan seseorang menambah pembeliannya pada saat harga naik. Mereka mengharapkan harga akan naik lagi pada saat harga barang itu naik, sehingga mereka akan memperoleh keuntungan Misalnya emas, saham 2) Barang prestise, yaitu barang yang dibeli seseorang karena adanya unsur gengsi, meskipun harganya naik, permintaan terhadap barang tersebut tetap meningkat. Misalnya mobil mewah, lukisan dari pelukis terkenal. 3) Barang Giffen; untuk barang giffen ini apabila harganya turun menyebabkan jumlah barang yang diminta berkurang. Hal ini disebabkan efek pendapatan yang negatif dari barang giffen lebih besar dari pada naiknya jumlah barng yang diminta karena berlakunya efek substutusi yang selalu poisitif Macam-macam permintaan Menurut Abdullah. N.S (1987:23) ditinjau dari segi kemampuan dan daya belinya, maka permintaan dibagi atas: a. Permintaan potensial, yaitu permintaan yang hanya menunjukan intensitas kebutuhan seseorang akan guna suatu barang tanpa disertai dengan daya beli. b. Permintaan efektif, yaitu permintaan yang tidak hanya menunjukan adanya intensitas kebutuhan juga disertai dengan daya beli.

12 23 Sedangkan jika ditinjau dari jumlah orang yang meminta maka permintaan ini dibedakan atas: a. Permintaan individual, yaitu permintaan yang datang dari seorang individu. Permintaan individual ini dikaitkan oleh dua faktor yaitu: 1) Nilai dari cara mendapatkan dan menggunakan jasa 2) Kemampuan untuk mendapatkan jasa. b. Permintaan kolektif/permintaan pasar, yaitu permintaan yang dilakukan oleh semua orang didalam pasar Ditinjau dari manajemen pemasaran permintaan dibedakan atas: a. Permintaan negatif (negative demand) Pasar dalam keadaan negatif artinya sebagian besar pelaku pasar ini yang dinyatakan oleh pembeli, tidak menyukai produk yang ditawarkan bahkan para penjual bersedia untuk menghapus produk tersebut. b. Tidak ada permintaan Para pembeli/konsumen tidak mengacuhkan produk yang ditawarkan pasar bahkan cenderung tidak tertarik. c. Permintaan yang terpendam (laten demand) Para konsumen memiliki kebutuhan yang kuat yang tidak dapat dipuaskan oleh produk yang ada. d. Permintaan yang menurun (falling demand) Permintaan yang mengalami masa naik turun sesuai dengan keadaan dan kondisi pasar.

13 24 e. Permintaan yang tidak beraturan (irregular demand) Permintaan terhadap barang dan jasa yang kadang-kadang berubah sesuai dengan musim, sehingga hal ini dapat menyulitkan perusahaan dalam mengatur produksinya. f. Permintaan penuh (full demand) Hal ini terjadi jika perusahaan sangat puas dengan hasil penjualan yang telah dicapai. g. Permintaan yang tidak sehat Yaitu permintaan terhadap barang-barang yang memiliki sifat dapat merusak seperti alkohol, obat bius dan lain-lain h. Permintaan yang berlebih Yaitu permintaan yang terlalu banyak dan tidak sesuai dengan jumlah yang tersedia dan bisa diproduksi oleh perusahaan. Lincolin Arsyad (1993:126) mengemukakan bahwa dalam permintaan terdiri dari: a. Permintaan langsung, yaitu permintaan akan jasa yang dapat memuaskan keinginan konsumen secara langsung. b. Permintaan turunan, yaitu permintaan terhadap jasa yang digunakan sebagai input penting dalam pengolahan dan pendistribusian produk-produk lainnya, misalnya permintaan akan pekerja, tenaga penjual, mesin-mesin kantor, peralatn industri dan lain-lain.

14 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2002:18) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa yaitu: 1) Harga itu sendiri Jika harga suatu jasa semakin murah, maka permintaan terhadap jasa itu bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu jasa meningkat maka permintaan terhadap jasa itu turun. 2) Harga jasa lain yang terkait Harga jasa lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu jasa, tetapi kedua macam jasa tersebut mempunyai keterkaiatan. Keterkaiatan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). 3) Tingkat pendapatan perkapita Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu jasa meningkat. 4) Selera atau Kebiasaan 5) Jumlah Penduduk Makin banyak jumlah penduduk, permintaan akan jasa makin banyak. 6) Perkiraan harga dimasa mendatang

15 26 Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu jasa akan naik, adalah lebih baik membeli jasa itu sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja dimasa mendatang. 7) Distribusi pendapatan Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu jasa menurun. 8) Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan Dalam perekonomian modern, bujukan para penjual untuk membeli jasa besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha promosi penjualan ini berupa pengiklanan, pemberian hadiah, pemberian potongan harga dan lain lain. Jika dalam bentuk model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang atau jasa, dinotasikan sebagai berikut: Dx = f ( Px, P y, Y/ cap, sel, pen, P p, Y dist, prom) Keterangan: D x P x = permintaan akan barang x = harga x P y = harga y ( barang substitusi atau komplemen ) Y/ cap = pendapatan perkapita Sel Pen P p = selera atau kebiasaan = jumlah penduduk = perkiraan harga x periode mendatang Prom = upaya produsen dalam meningkatkan penjualan (promosi)

16 27 Richard. A. Billas (1993:12) mengemukakan bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang yang bersangkutan, harga barang-barang lain, pendapatan, selera dan kemakmuran. Secara matematis sederhana dapat dinotasikan sebagai berikut: Dimana: Q da = f(p, P,...P A B Z, I,T, Ŵ) Q da P A = kuantitas barang A`1 = harga A P B. P Z = harga barang lain I T Wˆ = pendapatan = selera(taste) = kemakmuran dan bar (tanda garis diatas huruf, misalnya P ), berarti bahwa variabel ini konstan, jadi f ( ) Q = cateris varibus da P A Vincent Gaspersz ( 1999:13 ) mengemukakan bahwa: Permintaan suatu barang atau jasa (Qdx) pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: harga dari barang atau jasa itu, pendapatan konsumen, harga dari barang-barang atau jasa yang berkaitan, ekspektasi konsumen (yang berkaitan dengan harga barang atau jasa, tingkat pendapatan, dan ketersediaan dari barang atau jasa itu di masa mendatang), selera konsumen, banyaknya konsumen potensial, pengeluaran iklan, atribut atau features dari produk itu, serta faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan tehadap barang atau jasa itu. Dalam bentuk model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang dan jasa, dinotasikan sebagai berikut: Q Dx = f ( P x, I,P r, P e, I e,pa e,t,n,a,f,o)

17 28 Keterangan: Q Dx f P x I P r P e = kuantitas permintaan jasa X = notasi fungsi yang berarti fungsi dari atau tergantung pada = harga dari jasa X = pendapatan konsumen = harga dari jasa lain yang berkaitan = ekspektasi konsumen terhadap harga dari jasa X dimasa mendatang. I e PA e = ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya dimasa mendatang = ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan jasa X itu dimasa mendatang. T N A F O = selera konsumen = banyaknya konsumen potensial = pengeluaran iklan = features atau atribut dari jasa itu = faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap jasa itu. Sadono Sukirno (2000:80) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa adalah harga jasa itu sendiri, harga barang-barang lain, pendapatan para pembeli, distribusi pendapatan, jumlah penduduk serta ramalan mengenai masa datang. Sedangkan menurut Samuelson (1996:62) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu jasa adalah harga, pendapatan rata-rata,

18 29 penduduk, harga barang lain yang berhubungan, selera dan faktor khusus lainnya yang mempengaruhi permintaan jasa tersebut. Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis lain seperti pertambahan penduduk, bencana alam, faktor-faktor sosial politik dan keamanan. Bentuk matematiknya adalah: Dimana: Q i = f(p,y, P,S, K) i n P i Y P n S K = harga jasa yang bersangkutan = pendapatan konsumen = harga barang-barang lain, terutama barang-barang yang bersaingan = selera (taste), kesukaan seseorang atas sesuatu barang. = faktor-faktor non ekonomis lain Abdulah N.S (1987:24) mengemukakan Banyak sedikitnya jumlah jasa yang diminta (D x ) akan tergantung oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Harga jasa yang diminta (P x ) 2) Harga barang-barang substitusi dan barang komplementernya (P s ) 3) Pendapatan konsumen (y) 4) Selera daripada konsumen (t) Kalau hubungan tersebut dinyatakan didalam bentuk fungsi matematik adalah sebagai berikut: D x = (P x, P s, y, t)

19 Harga Harga adalah sejumlah uang yang harus diberikan kepada seseorang untuk memperoleh jasa (Abdulah. N.S, 1987:23). Pada umumnya harga suatu jasa dan jumlah jasa yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari jasa tersebut dipasar jasa. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2000:91) Harga suatu barang atau jasa dan jumlah jasa yang diperjual belikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut terjadi bila jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta oleh para pembeli. Mengenai harga keseimbangan ini tokoh ekonomi Alfred Marshall mengemukakan bahwa keseimbangan output dari suatu jenis komoditi adalah pada keseimbangan antara harga permintaan dan harga penawaran (Imam Chourmain,1994:217). Berikut disajikan gambar 2.6 keseimbangan di pasar barang: D S Harga (rupiah) P S E 1 D q Jumlah barang Gambar 2.6 Harga Keseimbangan Pasar Gambar 2.6 menunjukan bahwa pada harga sebesar P kurva permintaan dan kurva penawaran saling berpotongan yaitu dititik E dengan jumlah barang

20 31 yang diminta sebanyak q. Perpotongan ini memperlihatkan tercapainya keseimbangan pasar, dimana permintaan sama dengan penawaran. Jika kurva permintaan bergeser dan penawaran diasumsikan konstan, maka hal ini akan berpengaruh pada harga keseimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.7: D D 1 S Harga (rupiah) P 2 P 1 0 S q 1 E 1 q 2 E 2 D D 1 Jum lah barang Gambar 2.7 Pergeseran Permintaan Terhadap Keseimbangan Dari gambar diatas menunjukan bahwa kurva perminta bergeser dari DD menjadi D 1 D 1, ini berarti terjadi pertambahan permintaan. Bergesernya kurva tersebut menyebabkan keadaan keseimbangan berpindah dari E menjadi E 1. Perpindahan ini menunjukan bahwa kenaikan permintaan menyebabkan harga naik dari P 1 ke P 2 dan barang yang diperjual belikan bertambah dari q 1 ke q 2. Harga yang murah serta fasilitas dan pelayanan memuaskan maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan meningkat, hal ini sesuai dengan hukum permintaan, Jika harga barang atau jasa X naik/turun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan turun/naik (Vincent Gasversz,1999:14). Hukum permintaan tersebut berlaku jika variabel seperti selera, pendapatan, harga barang lain, serta variabel lainnya dalam fungsi permintaan bersifat konstan/ tidak berubah.

21 32 Berdasarkan hukum permintaan diatas, ketika harga suatu barang atau jasa naik maka kuantitas permintaan terhadap barang atau jasa akan turun. Menurunnya kuantitas barang atau jasa tersebut disebabkan oleh dua alasan yaitu: 1. Efek substitusi Ketika harga suatu barang atau jasa naik, banyak rumah tangga akan beralih, secara keseluruhan atau sebagian, pada barang atau jasa lain yang serupa. Sehingga jumlah yang dibeli dari barang atau jasa yang harganya telah naik itu akan lebih sedikit. 2. Efek pendapatan Ketika harga suatu barang atau jasa naik (bila pendapatan yang diterima oleh konsumen tetap/ tidak berubah), seorang konsumen akan merasa lebih miskin dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa pendapatannya semakin berkurang/sedikit, sehingga mereka akan membatasi konsumsi terhadap barang atau jasa. Untuk menunjukan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang diminta dengan harga (tarif harga), adalah dengan menggambarkannya dalam bentuk grafik pada gambar 2.8: P 3 A Harga (rupiah) P 2 P 1 B C q 1 q 2 q 3 kuantitas barang atau jasa Gambar 2.8 kurva permintaan.

22 33 Kurva yang terbentuk yaitu A, B, dan C dinamai kurva permintaan, yang berarti sebuah kurva yang memperlihatkan hubungan antara berbagai harga dengan berbagai jumlah yang akan dibeli konsumen (pergerakan disepanjang kurva permintaan). Kemiringan yang menurun menunjukan bahwa jumlah barang yang diminta meningkat jika harganya turun dan sebaliknya permintaan akan menurun ketika harga barang tersebut naik. Menurunnya permintaan tersebut, baik karena adanya efek substitusi atau karena adanya efek pendapatan Lokasi Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis. Lokasi merupakan salah satu faktor non ekonomis yang ikut berpengaruh terhadap permintaan jasa. Lokasi adalah suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa. Buchari Alma (1985:48) mengemukakan bahwa lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya. Menurut Justin G Coker (2000:244) mengemukakan bahwa dalam memilih lokasi ini harus mempertimbangkan: 1. Kedekatan dengan bahan mentah Kedekatan dengan bahan mentah merupakan kekuatan besar yang mendorong keputusan memilih lokasi. 2. Kesesuaian persediaan tenaga kerja

23 34 Tersedianya persediaan tenaga kerja, tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, dan sejarah hubungan industri yang nyaman merupakan pertimbangan penting bagi perusahaan padat karya. 3. Tersedianya sarana transportasi yang berkualitas Sarana transportasi tersebut membuat konsumen dapat berkunjung ke toko, penyalur, dan membuat para pengusaha mengirimkan produk jadinya. Pemilihan lokasi untuk perusahaan jasa jelas berbeda dengan pemilihan untuk pabrik. Penetapan lokasi perusahaan jasa harus memperhatikan: 1. Letak para pesaing Dimana para pesaing harus diawasi setiap gerak dan kegiatan yang dilakukannya, sehingga dapat mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi. 2. Dekat dengan fasilitas umum Fasilitas umum ini sangat menunjang lancarnya proses operasional dan menjadikan salah satu daya tarik konsumen. 3. Dekat fasilitas perantara Contohnya adalah sekolah dan lembaga perbankan dengan adanya fasilitas perantara konsumen bimbingan belajar bisa lebih mudah untuk memenuhi kebutuhannya. 4. Kultur masyarakat Kultur sikap masyrakat dimana perusahaan jasa itu berada menentukan juga berhasil tidaknya usaha jasa tersebut, jika keberadaan perusahaan jasa tidak

24 35 diterima dimasyarakat maka prospek perusahaan jasa tersebut tidak akan bagus. 5. Fleksibilitas pengaturan lokasi Lokasi bimbingan belajar merupakan persoalan jangka panjang karena itu rencana lokasi harus memperhitungkan rencana perluasan dimasa yang akan datang. Pada perusahaan jasa penetapan lokasi merupakan hal yang sangat penting karena jika perusahaan jasa didirikan ditempat yang tidak tepat misalnya jauh dari fasilitas umum serta jaraknya sulit dijangkau oleh anggkutan umum, maka jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan jasa akan kurang termanfaatkan oleh para konsumen. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan dari jasa perusahaan tersebut. Lokasi yang strategis, serta memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan jasa Biaya Promosi Biaya menurut The Commite on Cost Concept American Accounting Association (Said Kelana,1994:143) adalah suatu peristiwa /kejadian yang diukur berdasarkan nilai uang yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Biaya dapat digolongkan menjadi tiga golongan biaya, antara lain sebagai berikut: 1. Biaya produksi, adalah biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual contohnya biaya bahanbaku, biaya equipment, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan dan baiaya depresiasi

25 36 2. Biaya pemasaran, merupakan baiaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk contohnya biaya iklan biaya promosi, biaya angkutan darigudang pemasaran kegudang pembeli. 3. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya yang terjadi untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk contoh biaya ini adalah gaji karyawan, dan akuntansi biaya. Pratama Rahardja (2004:135) mengemukakan biaya dapat digolongkan kedalam biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. 1. Biaya produksi jangka pendek, yang terdiri dari biaya total (total cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya vriabel (variable cost). Biaya total jangka pendek sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada jumlah produksi contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi contohnya upah buruh, biaya bahan baku. Mengenai biaya produksi jangka pendek ini dapat dilihat pada gambar 2.9: Biaya TC VC FC kuantitas Gambar 2.9 kurva biaya total (TC), biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC).

26 37 2. Biaya produksi jangka panjang Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel karena itu biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Biaya total jangka panjang adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel. Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Jenis biaya yang diteliti dalam penelitian ini adalah biaya promosi. Biya promosi ini merupakan bagian dari biaya pemasaran. Menurut Philip Kotler (dalam Jaka Wasana 1987:283) mengemukakan bahwa: Biaya promosi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana yang tepat. Peranan promosi ini adalah untuk menaikan kurva akan produk tertentu. Sehingga dalam mencapai tujuan penjualan perusahaan harus bersedia mengeluarkan biaya yang diperlukan untuk promosi. Oleh karena itu kegiatan promosi sangat diperlukan dalam kegiatan usaha, baik barang maupun jasa, termasuk pada jasa bimbingan belajar karena tidak semua usaha jasa dikenal oleh konsumen. Banyak bimbingan belajar memiliki kualitas pelayanan yang baik tetapi tidak diminati oleh konsumen, hal ini disebabkan kurangnya promosi. Agar proses dalam promosi berjalan dengan lancar, maka pihak perusahhaan/pengelola harus menganggarkan biaya yang cukup untuk kegiatan promosi. Anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan sangat berpengaruh

27 38 terhadap kuantitas jasa yang diminta oleh konsumen. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz (2001:18) Jika anggaran untuk iklan dari suatu produk yang ditawarkan meningkat/ menurun, maka kuantitas permintaan jasa X akan meningkat/menurun Kualitas Menurut Kotler (2005:45) menyatakan bahwa lembaga pendidikan menawarkan banyak layanan jasa yang berkualitas bukan hanya pendidikan pendidikan saja tetapi juga lainnya, misalnya asrama, makanan, konseling, dan perencanaan karier, bimbingan, perpustakaan, komputer, dan lain sebagainya. Umumnya yang menentukan tinggi rendahnya kualitas adalah konsumen. Penilaian mereka tentang kualitas ini umumnya terbagi menjadi empat pandangan, yaitu; 1. Corformance to standards or specifications (kesesuaian dengan standar atau spesifikasi) Dalam pandangan ini yang paling penting dari kualitas adalah kesesuaian pelaksanaanya dengan standar atau prosedur atau aturan. Contohnya konfirmasi tentang pendaftaran akan dikirim melalui pos dalam lima hari apakah surat tersebut sampai tepat pada waktunya atau tidak. 2. Consistency Contohnya ialah mengenai kinerja pelayanan jasa pendidikan yang dilakukan sama tiap waktunya. Memang konsistensi itu adalah penting, tetapi apakah layanan tersebut harus konsisten terus-menerus atau tidak, semua itu tergantung pada kebutuhan konsumen yang bermacam-macam. Institusi

28 39 pendidikan harus menghasilkan service rutin dalam cara-cara yang konsistensi yang bagus. 3. Process quality (kualitas proses) Kualitas proses menggambarkan bagaimana proses service yang diberikan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Misalnya membimbing penjurusan program pilihan pendidikan, dinilai dari pada saat pembimbing mendengarkan pertanyaan pertanyaan siswa, memberikan penjelasan dengan jelas, meminta feedback, dan kemudian memastikan bisa menolong siswa tersebut. 4. Outcome quality (kualitas hasil) Kualitas hasil ialah kualitas yang dinilai dari hasil service yang telah diberikan oleh lembaga pendidikan sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh konsumen/siswa. Contohnya dilihat dari lulusan lembaga pendidikan tersebut, apakah siswa dapat masuk ke sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan/favorit sesuai dengan harapan mereka. Jika harapan mereka terpenuhi hal ini dapat diartikan bahwa lembaga pendidikan tersebut mempunyai kualitas yang baik. Jadi pelayanan itu harus dirancang untuk memberikan hasil yang dihargai oleh konsumen yaitu siswanya. Dan jenis penilaian kualitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah Outcome quality (kualitas hasil). 2.2 Konsep Jasa Jasa merupakan kegiatan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap konsumen yang membeli suatu produk tidak terlepas

29 40 dari aspek jasa/ pelayanan yang melekat pada produk tersebut, mulai dari tahap prapembelian hingga tahap purna beli. Philip Kotler (Fandy Tjiptono, 1996:6) mengemukakan, bahwa jasa dapat didefinisikan sebagai berikut: Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Selain itu Fandy Tjiptono (1996:6) mengemukakan bahwa jasa merupakan aktivitas manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual contohnya bimbingan belajar, bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus keterampilan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya. Perkembangan sektor jasa ini erat kaitannya dengan sektor perekonomian hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Fitzsimmon dan sullivan (Fandy Tjiptono, 1996:2) Perkembangan sektor jasa erat kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan aktivitas ekonomi. Adapun tahap-tahap dalam perkembangan ekonomi meliputi: 1. Primer (ekstraktif), meliputi pertanian, pertambangan, perikanan, dan kehutanan. 2. Sekunder (Produksi Barang), meliputi pemanufakturan dan pemrosesan 3. Tersier (Jasa Domestik), terdiri atas restoran dan hotel, salon kecantikan, laundry dan dry cleaning serta pemeliharaan dan reparasi. 4. Kuarter (perdagangan) meliputi transportasi, perdagangan eceran, komunikasi, keuangan dan asuransi, real estate, dan pemerintahan.

30 41 5. Kuiner (perbaikan dan peningkatan kapasitas manusia ), terdiri atas kesehatan, pendidikan (bimbingan belajar), riset, rekreasi, dan kesenian Karakteristik Jasa Ada empat karakteristik pokok pada jasa, diantaranya: 1. Intangibility Jasa bersifat intangibility artinya tidak dapat dilihat, dirasa diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Konsep intangible sendiri memiliki dua pengertian, yaitu: a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa. b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. 2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil dari jasa tersebut.dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutment, konpensasi, pelatihan, dan pengembangan karyawannya. 3. Variability

31 42 Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Bovee, Houston, dan Thill (dalam Fandy Tjiptono,1996:17) mengemukakan: Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu; kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi, bahkan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien ditempat praktik dokter gigi akan berlalu/hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Oleh karena itu perusahaan jasa harus mengevaluasi kapasitasnya (substitusi dari persediaan jasa) guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Menurut Stanton, Etzel, dan Walker (Fandy Tjiptono, 1996:18) mengemukakan bahwa ada pengecualian dalam karakteristik perishability dan penyimpanan jasa. Dalam kasus tertentu jasa bisa disimpan, yaitu dalam bentuk pemesanan, misalnya revarasi tiket kamar hotel dan pesawat.

32 Klasifikasi Jasa Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria (Fandy Tjiptono, 1996:8) yaitu: 1. Segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi: a. Jasa kepada konsumen akhir, misalnya taksi, asuransi jiwa, dan pendidikan. b. Jasa kepada konsumen organisasional, misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi hukum. 2. Tingkat keberwujudan ( tangibility ), jasa dapat dibedakan menjadi: a. Rented goods service; dalam jenis ini konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula. b. Owned goods service; produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara oleh perusahaanjasa. Contohnya reparasi arloji, mobil, dan lain-lain. c. Non-goods service; karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelanggan contohnya supir, dosen, tutor, dan lain-lain. 3. Keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri dari: a. Professional service, misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan pajak, konsultan sistem informasi, dokter, perawat, dan arsitek. b. Nonprofessional service, misalnya supir taksi dan penjaga malam. 4. Tujuan organisasi jasa, jasa terdiri dari:

33 44 a. Commercial service/profit service misalnya penerbangan, bank, jasa parsel, perumahan atau penginapan, operasi rumah tangga, rekreasi dan hiburan, perawatan kesehatan, transportasi, komunikasi dan lain-lain. b. Nonprofit service, misalnya sekolah, yayasan, dana bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan, dan museum. 5. Regulasi, dari aspek regulasi jasa dapat dibagi menjadi a. Regulated service, misalnya pialang, angkuntan umum, dan perbankkan. b. Nonregulated service, seperti makelar, katering, dan pengecatan rumah. 6. Tingkat intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokan menjadi: a. Equipment based service, seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh, ATM, vending machines dan binatu. b. People-based service, seperti pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum. 7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan, jasa dapat dibagi: a. High-contact service, seperti universitas, bank, dokterdan pegadaian. b. Low-contact service misalnya bioskop. Berdasarkan klasifikasi jasa diatas, yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah klasifikasi profit service/comercial (klasifikasi dilihat dari tujuan organisasi jasa), khususnya pada jasa pendidikan (bimbingan belajar). Jasa bimbingan belajar ini, merupakan salah satu wujud dari jasa pendidikan untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada penjelasan selanjutnya.

34 Jasa Pendidikan Sudirman dan Tabrani Rusman dalam Winarti (1997:17) memberikan definisi jasa pendidikan sebagai berikut: Usaha yang dijalankan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lainnya agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Menurut Yusuf Hanafiah (1997:13), pemakai jasa pendidikan dapat digolongkan kepada tiga kelompok, yaitu: 1. Pelanggan primer, yaitu peserta didik atau pihak yang menerima pendidikan secara langsung. 2. Pelanggan sekunder, yaitu pihak yang berkepentingan terhadap kualitas pendidik, antara lain: orang tua, sponsor peserta didik, tenaga kependidikan dan pemerintah. 3. Pelanggan tersier, yaitu masyarakat luar, khususnya dunia usaha dan pemerintah. 2.3 Hubungan Harga, Lokasi, Biaya Promosi, dan Kualitas terhadap Permintaan Hubungan Harga dengan Permintaan Dari definisi permintaan kita dapat mengetahui bahwa permintaan menunjukan adanya hubungan dengan berbagai macam harga dengan jasa yang dibeli oleh konsumen dengan asumsi keadaan lain konstan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, yaitu jika harga naik, maka kuantitas permintaan jasa akan

35 46 turun. Begitu pun sebaliknya jika harga turun, maka kuantitas permintaan jasa akan naik. Hal tersebut berlaku jika variabel seperti selera, pendapatan, harga barang lain, serta variabel lainnya dalam fungsi permintaan bersifat konstan/ tidak berubah. Mengenai Hubungan antara harga yang diminta terhadap permintaan dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut: P1 P D Q1 Q Gambar 2.10: Hubungan harga dengan permintaan Pada saat harga naik dari P ke P1 kuantitas permintaan terhadap suatu jasa akan menjadi lebih sedikit dari Q ke Q1 ini berarti kenaikan harga telah mengurangi hasil penjualan barang atau jasa tersebut. Dalam teori permintaan kita juga mengenal adanya elastisitas atau kepekaan. Dimana Samoelson (1996:79) mendefinisikan elastisitas sebagai suatu pengertian yang menggambarkan kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga tersebut, dengan asumsi bahwa hal-hal lainnya tidak berubah. dengan asumsi bahwa hal-hal lainnya tidak berubah Hubungan Lokasi dengan Permintaan Lokasi termasuk faktor non-ekonomis yang mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan. Lokasi adalah suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa. Buchari Alma

36 47 (1985:48) mengemukakan bahwa Lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya. Menurut Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis (dalam penelitian ini yaitu lokasi). Bentuk matematiknya adalah: Q i = Dimana: f(p,y, P,S, K) i n Pi Y Pn = harga barang yang bersangkutan = pendapatan konsumen = harga barang-barang lain, terutama barang-barang yang bersaingan S = selera (taste), kesukaan seseorang atas sesuatu barang. K = faktor-faktor non ekonomis lain (lokasi) Hubungan biaya pomosi dengan Permintaan Biaya pemasaran merupakan biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk contohnya biaya iklan biaya promosi, biaya angkutan dari gudang pemasaran kegudang pembeli. Biaya promosi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana yang tepat.

37 48 Peranan promosi ini adalah untuk menaikan kurva akan produk tertentu. Sehingga dalam mencapai tujuan penjualan perusahaan harus bersedia mengeluarkan biaya yang diperlukan untuk promosi. Oleh karena itu kegiatan promosi sangat diperlukan dalam kegiatan usaha, baik barang maupun jasa. Banyak perusahaan jasa yang memiliki kualitas pelayanan yang baik tetapi tidak diminati oleh konsumen, hal ini disebabkan kurangnya promosi. Agar proses dalam promosi berjalan dengan lancar, maka pihak perusahhaan/pengelola harus menganggarkan biaya yang cukup untuk kegiatan promosi. Anggaran yang dikeluarkan oleh perusahhaan sangat berpengaruh terhadap kuantitas barang dan jasa yang diminta oleh konsumen. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz (2001:18) Jika anggaran untuk iklan dari suatu produk yang ditawarkan meningkat/ menurun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan meningkat/menurun. Sesuai dengan penjelasan tersebut sudah jelas bahwa biaya promosi memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan jasa. Alat promosi penting dipakai untuk membangun suatu program penjualan yang efektif adalah: a) Iklan b) Kewiraniagaan (personal selling) c) Promosi konsumen d) Metode bertujuan merangsang iklan dan promosi dealer e) Pameran dan eksebisi f) Resiprositas g) Jaminan dan servis

38 49 h) Penawaran kompetitif Semakin besar anggaran untuk biaya promosi maka akan semakin banyak promosi yang dapat dilakukan. Promosi pada umumnya dapat menggeser kurva permintaan atas suatu produk, karena promosi dapat mempengaruhi selera konsumen. Seperti iklan yang memberikan informasi kepada konsumen atas kualitas atau manfaat suatu produk dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut Hubungan Kualitas dengan Permintaan Menurut Wyckof (Fandy Tjiptono, 2002:59), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan menurut Kotler (1995:561), yaitu: a) Realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. b) Responsiveness (Daya tanggap), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. c) Assurance (keyakinan), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. d) Emphaty (empati), yaitu syarat untuk peduli, member perhatian pribadi gadi para pelanggan.

39 50 e) Tangible (berwujud), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai media komunikasi. Umumnya yang menentukan tinggi rendahnya kualitas adalah konsumen. Penilaian mereka tentang kualitas ini umumnya terbagi menjadi empat pandangan, yaitu; a) Corformance to standards or specifications (kesesuaian dengan standar atau spesifikasi) b) Consistency c) Outcome quality (kualitas hasil) d) Process quality (kualitas proses) Penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan hasil perbandingan antara harapan (sebelum menerima jasa) dan pengalaman mereka (setelah menerima jasa). Jika harapan terpenuhi, maka mereka akan puas dan persepsinya positif, dan sebaliknya juka tidak terpenuhi maka tidak puas dan persepsinya negatif. Sedangkan bila kinerja jasa melebihi harapannya, mereka bahagia (lebih dari sekedar puas). Penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh proses penyampaian jasa dan output dari jasa. Maka jika kualitas baik maka akan berhubungan secara positif terhadap permintaan jasa.

40 . 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran adalah proses dimana peruahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran dan Pemasaran Jasa 2.1.1 Definisi Pemasaran Pemasaran pada umumnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Abdullah (2014), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORITIS

BAB 2 URAIAN TEORITIS BAB 2 URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penulis melihat penelitian terdahulu dari penelitian yang dilakukan oleh Monarita (2006) Pengaruh persepsi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jasa Menurut Kotler dalam Nasution (2004:6) jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Permintaan timbul dari keinginan. Keinginan dan permintaan merupakan dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Permintaan timbul dari keinginan. Keinginan dan permintaan merupakan dua 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Permintaan Permintaan timbul dari keinginan. Keinginan dan permintaan merupakan dua hal yang berbeda satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dan melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dan melaksanakan pembangunan di segala bidang fisik material maupun bidang mental spiritual. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Usaha Jasa Menurut Kotler (2006:7) Jasa adalah tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 10, Februari 2017 PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA TOKO BUKU JUANDA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 10, Februari 2017 PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA TOKO BUKU JUANDA DI PONTIANAK PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA TOKO BUKU JUANDA DI PONTIANAK ABSTRAK Rina Marsela email: rina@90gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono, 2002:51) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan memasarkan produk suatu kelompok atau individu untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memperoleh keuntungan. Maka pemasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. (Kotler

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lain. (George R. Terry, Ph.D) Jasa adalah pendekatan keseluruhan dari perusahaan dalam mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI. lain. (George R. Terry, Ph.D) Jasa adalah pendekatan keseluruhan dari perusahaan dalam mewujudkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Usaha jasa Manajemen sebagai proses yang khas yang terdiri dari tindakantindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran 2.1.1 Definisi Manajemen Pemasaran Menurut Daryanto (2011:1), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Mempengaruhi Pelanggan Melakukan Pembelian di Pajak USU (PAJUS).

BAB II URAIAN TEORITIS. Mempengaruhi Pelanggan Melakukan Pembelian di Pajak USU (PAJUS). 14 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pasaribu (2006) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelanggan Melakukan Pembelian di Pajak USU (PAJUS). Berdasarkan uji

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN JASA PETIKEMAS PADA PT GLOBTIC LOGISTICS SERVICES DI MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN JASA PETIKEMAS PADA PT GLOBTIC LOGISTICS SERVICES DI MAKASSAR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN JASA PETIKEMAS PADA PT GLOBTIC LOGISTICS SERVICES DI MAKASSAR S U D I RM A N STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Jasa penyediaan petikemas / container merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengertian manajamen pemasaran sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pengertian manajamen pemasaran sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong dikutip oleh Buchari Alma (2009 : 130) pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individual dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Karakteristik Informasi Manajemen dalam mengelola suatu perusahaan memerlukan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, baik informasi yang bersifat kualitatif maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyaknya persaingan dalam dunia usaha baik industri barang atau jasa menyebabkan perusahaan menentukan strategi pemasaran yang dapat memberikan kepuasan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jasa Banyak ahli yang telah mendefinisikan pengertian jasa sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing, diantaranya: Definisi jasa menurut Kotler dan Keller

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Mursid (2010:26), menyatakan bahwa pengertian dari Pemasaran yaitu pemasaran tidak lain daripada suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam ilmu ekonomi, jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam ilmu ekonomi, jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu ekonomi, jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang singkat dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini dipaparkan untuk menjadi sebuah refrensi dan perbandingan untuk penelitian ini, dimana penjelasannya adalah sebagai berikut: Tabel

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan : Pendekatan nilai guna (utility) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan 15 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa terhadap Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan oleh Elmasnun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi tiap penduduk agar

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi tiap penduduk agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari pembangunan nasional secara menyeluruh.adapun tujuan pembangunan kesehatan adalah mencapai kemampuan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK ABSTRAK Jimmy Email: jimmymannuel@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Service

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran memegang saham peranan penting dalam perusahaan karena bagian pemasaran berhubungan langsung dengan konsumen serta lingkungan luar perusahaan lainnya. Pemasaran

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan salah satu dari hal terpenting bagi perusahaan untuk membantu organisasi mencapai tujuan utamanya adalah mendapatkan laba atau

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen Adalah analisis yang menerangkan : 1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Lovelock dan Writz (1991) mengungkapkan dua pengertian jasa, diantaranya adalah : 1. Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI PERILAKU KONSUMEN TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Perilaku konsumen adalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut William J. Stanton dalam Swastha (2008), menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN 2.1 Jasa 2.1.1 Definisi Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan usaha sektor jasa berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian di Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan, tetapi berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan, jasa serta pemulihan jasa (penanganan komplain).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan, jasa serta pemulihan jasa (penanganan komplain). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini berisikan pengertian dari definisi para ahli, karakteristik, variabel dan faktor yang berkaitan dengan kerangka yang diteliti. Teori ynag digunakan di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran dan Konsep Pemasaran Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas 1 Menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumberdaya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan kebutuhan suatu produk/jasa. 2 Pokok Bahasan 1. Pentingnya konsep

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemasaran Jasa

Pengelolaan Pemasaran Jasa STMIK - AMIK RAHARJA INFORMATIKA MARKETING MANAJAMEN Pengelolaan Pemasaran Jasa Jasa dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

A. Pendekatan Utilitas

A. Pendekatan Utilitas ANALISIS PERMINTAAN Mengapa Penting? 1. Profitabilitas suatu perusahaan ditentukan oleh permintaan akan produk yang dihasilkan. 2. Untuk membuat keputusan bila terjadi : - Perubahan harga - Perubahan pendapatan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Karakteristik Prilaku Konsumen dan Konsep Implementasi Cardinal Utility Approach Abdul Gani, SE MM

Lebih terperinci

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1 TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1 Nilai guna atau utiliti, kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi barang-barang. Semakin tinggi tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN 1. PENDEKATAN KARDINAL Pengertian dan Asumsi Umum Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan mempengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Tujuan utama dari konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. STRATEGI PEMASARAN a. Pengertian Strategi Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB V DESAIN OPERASI JASA

BAB V DESAIN OPERASI JASA Desain Operasi Jasa 42 BAB V DESAIN OPERASI JASA 5.1. Mendefinisikan Jasa Bab ini berkenaan dengan operasi jasa dan apa yang daapt dilakukan untuk memperbaiki masalah pelayanan jasa yang tidak efisien

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Manajemen 2.1.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut Supriyono (1992; 8) memberikan pengertian akuntansi manajemen sebagai berikut : Akuntansi manajemen adalah proses

Lebih terperinci

Permintaan adalah salah satu aspek terpenting dalam ekonomi manajerial, karena perusahaan tidak akan ada dan berkembang tanpa adanya permintaan.

Permintaan adalah salah satu aspek terpenting dalam ekonomi manajerial, karena perusahaan tidak akan ada dan berkembang tanpa adanya permintaan. LOGO Pendahuluan Permintaan adalah salah satu aspek terpenting dalam ekonomi manajerial, karena perusahaan tidak akan ada dan berkembang tanpa adanya permintaan. Permintaan menunjukkan jumlah barang dan

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi TEORI PERILAKU KONSUMEN Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi Kandungan Analitis 1. Sebab-sebab konsumen membeli lebih banyak komoditi pada harga rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga tinggi 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen sehingga memudahkan produsen untuk mencapai tujuannya, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen sehingga memudahkan produsen untuk mencapai tujuannya, baik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu strategi yang menghubungkan produsen dengan konsumen sehingga memudahkan produsen untuk mencapai tujuannya, baik tujuan jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk, menentukan harga, mempromosikan, menditribusikan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk, menentukan harga, mempromosikan, menditribusikan barang dan jasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan aktivitas penting bagi perusahaan dan merupakan sistem keseluruhan dari kegitaan usaha dengan tujuan untuk merencanakan produk, menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian manajemen Keberhasilan suatu produk sangat ditunjang dengan bagaimana perusahaan melakukan manajemennya dengan baik, oleh karena itu penulis akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah: 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian Pemasaran pada mulanya difokuskan pada produk barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir yang dilaksanakan

Lebih terperinci

bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli

bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli BAB II LANDASAN TEORI A. PEMASARAN 1. Pengertian dari Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran. Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menyebabkan banyak

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran. Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menyebabkan banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menyebabkan banyak perusahaan menetapkan strategi pemasarannya yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Pengertian pemasaran secara konseptual kerap mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berikut disajikan definisi pemasaran awal versi

Lebih terperinci

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Deskripsi Modul Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM), 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah penghasilan daerah.

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dan tidak tersingkir dalam persaingan ini. Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan dan tidak tersingkir dalam persaingan ini. Banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan industri yang semakin ketat mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dengan berbagai macam strategi untuk tetap dapat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual, 13 II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kotler dan Amstrong (2008 : 7) Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Secara sederhana, dapat diartikan sebagai pemenuhan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

Pengertian: (QUANTITY DEMANDED) Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Tata Tachman 1

Pengertian: (QUANTITY DEMANDED) Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Tata Tachman 1 PERMINTAAN/ DEMAND Pengertian: KUANTITAS (JUMLAH) YANG DIMINTA (QUANTITY DEMANDED) Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga Tata Tachman 1 KONSEP Jumlah yang diminta merupakan kuantitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan teori-teori mengenai konsep penjualan sebagai landasan penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan. A. Pengertian Penjualan Definisi menjual menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. 2.1.1 Pengertian Pemasaran. Pemasaran merupakan kegiatan manusia yang ditunjukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran sebagaimana diketahui, adalah inti dari sebuah usaha. Tanpa pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan ekonomi yang semakin pesat dewasa ini menuntut setiap badan usaha yang bergerak dalam sektor perekonomian untuk dapat mengantisipasi semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan social. Secara sederhana, dapat diartikan sebagai pemenuhan kepuasan demi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran saat ini di anggap menjadi bagian terpenting dalam kegiatan yang di lakukan oleh sebuah perusahaan, hal ini di karenakan pemasaran merupakan cara

Lebih terperinci