BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penentuan status gizi Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan smoothing NCHS 1981 (Moersintowarti B. Narendra, 2010) Kurva WHO Pada kurva WHO, digunakan penyimpangan 2 SD (standar deviasi) untuk mendefinisikan penyimpangan dalam pertumbuhan. Angka 0 menunjukkan tinggi badan atau berat badan rerata dari anak-anak untuk usianya. Pertumbuhan merupaan keadaan yang dinamis, sehingga untuk mendefinisikan gangguan pertumbuhan diperlukan lebih dari satu kali pengamatan. Penting juga untuk melihat proporsi tinggi badan dengan berat badan seorang anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakakn kurva pertumbuhan yang dikeluarkan oleh WHO atau CDC sesuai dengan usia anak. Cara untuk melakukan plotting dari kurva WHO adalah sebagai berikut. 1. Ukur tinggi badan dengan cara yang sesuai usia anak. 2. Lakukan plotting usia (dalam minggu, bulan atau tahun) yang telah lengkap pada garis vertical. 3. Lakukan plotting tinggi atau panjang badan setepat mungkin pada garis horizontal.

2 6 4. Apabila sudah didapatkan dua titik dari dua atau lebih kunjungan, maka dua titik yang saling berdekatan harus dihubungkan untuk mempermudah membaca tren pertumbuhan anak. Plotting kurva berat badan-usia. 1. Timbang berat badan anak dengan cara yang sesuai usia. 2. Lakukan plotting usia (dalam minggu, bulan, atau tahun) yang telah lengkap pada garis vertikal. 3. Lakukan plotting berat badan pada garis horizontal atau pada ruang antar garis untuk menunjukkan pengukuran berat badan hingga ketelitian 0,1 kg. 4. Apabila sudah didapatkan dua titik dari dua atau lebih kunjungan, maka dua titik yang saling berdekatan harus dihubungkan untuk mempermudah membaca tren pertumbuhan anak. Plotting kurva berat badan-panjang/tinggi badan. 1. Lakukan plotting panjang atau tinggi badan pada garis vertikal. 2. Plot berat badan seteliti mungkin dengan ketelitian hingga 0,1 kg dengan memanfaatkan garis horizontal yang ada atau garis antar ruang. 3. Saat dua titik dari dua kunjungan yang berbeda, maka dihubungkan keduanya untuk memperhatikan tren pertumbuhan anak. Plotting indeks massa tubuh-usia. 1. Lakukan pengukuran IMT dengan menggunakan rumus [BB dalam kg/ (TB dalam m) 2 ]. 2. Lakukan plotting usia (dalam minggu, bulan atau tahun) yang telah lengkap pada garis vertikal. 3. Plot IMT pada garis horizontal atau pada ruang antar garis. Pembulatan IMT dilakukan hingga satu decimal di belakang koma. 4. Apabila dilakukan dua pengukuran pada dua kunjungan yang berbeda maka hubungkan dua titik dengan garis lurus untuk memperhatikan tren pertumbuhan.

3 7 Setelah dilakukan plotting, dapat dilakukan interpretasi data untuk kurva WHO dijelaskan dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Interpretasi Kurva WHO Z-Score Indikator Pertumbuhan Berat badanusia Panjang/tinggiusia Berat badan Di atas 3 (lihat catatan 1) Obesitas Di atas 2 Di atas 1 0(median ) Dibawah 1 Dibawah 2 Dibawah 3 Stunted catatan 4) Severely (lihat stunted (lihat catatan 4) Underweight Severely underweight (lihat 5) catatan Overweight badan-panjang BMI-usia Possible risk of overweight (lihat catatan 3) Wasted Severely wasted Tabel diadaptasi dari World Health Organization Training Course on Child Growth Assessment; c interpreting growth indicator World Health Organization. Tersedia di = merupakan nilai normal Catatan : 1. Fisik yang tinggi jarang menimbulkan masalah. Masalah yang timbul apabila seseorang terlalu tinggi dan keadaan klinis menunjukkan adanya gangguan sistem endokrin, seperti tumor penghasil hormon pertumbuhan. Sebaiknya anak dirujuk apabila terdapat kecurigaan kelainan endokrin

4 8 (contoh: anak dari kedua orang tua yang pendek dan berukuran tubuh tinggi). 2. Anak yang berat untuk usianya jatuh pada rentang ini mungkin memiliki gangguan pertumbuhan namun sebaiknya gangguan ini lebih dalam dikaji dengan bantuan kurva berat badan-panjang badan atau IMT-usia. 3. Titik yang diplot diatas 1 menunjukkan resiko. Tren kearah garis skor Z 2 merupakan resiko. 4. Mungkin saja anak yang stunted jadi overweight. 5. Ini disebut sebagai very low weight dalam modul pelatihan IMCI (Intergrated Management of Childhood Illness. In-service training WHO, Geneva,1997). (Indra Maharddhika, Rini Sekartini, 2014) Kurva CDC Kurva CDC digunakan dengan cara yang hampir sama. Plotting dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Tentukan usia anak pada aksis horizontal. Saat melakukan plotting berat badan-panjang badan, temukan panjang badan pada aksis horizontal. Tarik garis membentuk garis vertikal lurus dari titik tersebut. 2. Gunakan tabel yang sesuai dengan parameter yang sedang diukur (berat badan, panjang/tinggi badan, IMT) dan temukan ukuran yang sesuai yang didapatkan dari pengukuran anak pada garis vertikal. Tarik garis horizontal lurus hingga berpotongan dengan garis vertikal yang sebelumnya telah dibuat. 3. Tandai titik dimana dua garis berpotongan (Indra Maharddhika, Rini Sekartini, 2014). Interpretasi dari hasil plotting grafik tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

5 9 Tabel 2.2 Interpretasi Kurva CDC Indeks Antropometrik Persentil Status Nutrisi IMT-Usia >97 Overweight Berat badan badan-panjang/tinggi >85 - <97 Risk of overweight <5 Underweight >95 Overweight <5 Underweight Tinggi/panjang badan-usia <5 Short stature (Indra Maharddhika, Rini Sekartini, 2014). 2.2 Obesitas Defenisi Obesitas Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh. Sering dihubungkan dengan overweight (kelebihan berat badan), walaupun tidak terlalu identik, oleh karena obesitas memiliki ciriciri tersendiri (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007). Obesitas adalah kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan adipose secara berlebihan, sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal, yang mungkin dapat disebabkan oleh peningkatan massa otot seperti pada atlet binaraga (Dimas Priantono, Titis Prawitasari, 2014). Obesitas adalah keadaan dimana terdapat jaringan lemak berlebihan. Walaupun sering diartikan sebagai peningkatan massa tubuh, tetapi individu dengan massa otot yang besar dapat dinyatakan dengan overweight tanpa peningkatan kadar lemak. Berat badan digolongkan secara kontinu oleh beberapa populasi, jadi perbedaan klinis yang bermakna antar obesitas dan overweight menjadi kacau. Obesitas paling baik didefinisikan sebagai derajat berapapun kelebihan lemak yang memberi resiko kesehatan (Jeffrey S. Flier, Eleftheria Maratos-Flier, 2008).

6 Etiologi Obesitas Obesitas biasanya disebabkan oleh kelebihan masukan makanan bukannya dari kelebihan makanan (overeating) yang masif. Simpanan lemak tubuh bertambah ketika masukan energi melebihi pengeluaran, dan keadaan ini biasanya terjadi bila ada keseimbangan energi yang sedikit positif selama masa yang lama. Anak gemuk tidak makan secara berbeda atau lebih banyak makan junk food atau tepung daripada sebayanya. Pengeluaran energi total selama latihan fisi anak gemuk terkontrol bertambah, tetapi bila dikoreksi menurut kenaikan massa tubuh adalah ekuivalen dengan energy total anak tidak gemuk (nonobese). Angka metabolic istirahat juga sama bila disesuaikan dengan massa tubuh yang aktif secara metabolik (Waldo E. Nelson, 2012). Masukan energi yang berlebihan terdapat pada keadaan sebagai berikut: 1. Gangguan emosional Dalam hal ini makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam memperoleh kasih saying, ketenangan dan ketentraman jiwa yang tidak diperoleh penderita. 2. Kelainan pada otak hipotalamus atau hipofisis yang mengakibatkan gangguan terhadap pusat rasa kenyang. 3. Kelebihan insulin (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007). Penggunaan kalori yang kurang dapat terjadi pada: 1. Merendahnya nilai untu metabolism basal, specific dynamic action dan energy expenditure untuk berbagai kegiatan jasmani. 2. Endokrinopati misalnya hipotiroidea, sindrom adrenogenital dan\sebagainya. 3. Aktivitas jasmani kurang (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

7 11 Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kekurangan aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampain lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup. Penyebab obesitas dinilai sebagai multikausal dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik (Ratu Ayu Dewi Sartika, 2011) Faktor resiko obesitas Faktor resiko untuk terjadinya obesitas bersifat multipel yaitu adanya hubungan yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Riwayat keluarga juga merupakan faktor resiko yang juga menentukan. Jika salah satu orang tua obesitas, maka odds ratio untuk terjadi obesitas pada saat dewasa adalah 3 kali, tetapi jika kedua orang tua obesitas, maka odds ratio untuk terjadi obesitas saat dewasa adalah 10 kali (Nancy F. Krebs, MD, MS, Laura E. Primak, RD, CNSD, CSP, 2009). Faktor lingkungan yang memungkinkan seseorang untuk melakukan intervensi makan. Konsumsi makanan yang manis secara berlebihan, porsi yang besar, konsumsi makanan cepat saji secara rutin dan aktivitas yang kurang memiliki faktor resiko yang lebih besar untuk terjadi kelebihan berat badan (Nancy F. Krebs, MD, MS, Laura E. Primak, RD, CNSD, CSP, 2009) Patogenesis obesitas Kelebihan energi oleh tubuh akan diubah menjadi lemak yang kemudian disimpan sebagai jaringan lemak di bawah kulit dan juga pada organ-organ lain. Kelebihan energi dapat terjadi sebagai akibat masukan energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Waldo E. Nelson, 2012).

8 Gejala klinis obesitas Obesitas dapat menjadi jelas pada setiap umur, tetapi obesitas tampak paling sering pada usia 1 tahun pertama, pada usia 5-6 tahun dan selama remaja. Anak yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara berlebihan biasanya tidak hanya lebih berat daripada yang lain di kelompoknya sendiri tetapi juga lebih tinggi, dan umur tulang lebih tua (Waldo E. Nelson, 2012). Bentuk tubuh, penampilan, dan raut muka penderita obesitas: 1. Raut muka Hidung dan mulut tampak relative kecil dengan dagu yang berbentu ganda 2. Dada dan payudara Bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah tumbuh. Pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan. 3. Abdomen Membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng (pendulum). Kadang-kadang terdapat stria putih atau ungu. 4. Genitalia luar Pada pria penis seakan-akan terpendam dalam jaringan lemak mons pubis, sehingga tampak kecil dari bagian yang tersembul keluar. 5. Anggota badan Lengan atas dan paha tampak besar, terutama pada bagian proksimal. Tangan relatif kecil dengan jari-jari yang berbentuk runcing. Terdapat kelainan berupa koksa vara dengan genu valgum pada tungkai. 6. Kelainan emosi Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau aibat dari keadaan obesitas (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007).

9 Diagnosa obesitas Pakar Committee of Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Service (suatu kelompok penasehat pada Biro Kesehatan Ibu dan Anak, American Academy of Pediatrics and American Medical Association) telah mereomendasikan penggunaan IMT untuk penentuan populasi obesitas dan kelebihan berat badan. Dua kategori telah ditentukan: 1. Remaja dengan IMT pada persentil ke 95 atau lebih menurut umur dan kelamin atau yang IMT nya lebih daripada 30 (mana saja yang lebih kecil) harus dianggap kelebihan berat dan dirujuk untuk evaluasi medik yang menentukan. 2. Remaja dengan IMT nya pada persentil ke 85 atau lebih tetapi kurang daripada persentil ke 95 atau sama dengan 30 (mana saja yang lebih kecil) harus dirujuk ke tingkat skrining kedua (Waldo E. Nelson, 2012). Tujuan tingkat skrining kedua meliputi lima area resiko kesehatan sebagai berikut: 1. Riwayat keluarga, yaitu riwayat keluarge penyakit kardiovaskular positif, kadar kolesterol total orangtua naik (atau riwayat tidak diketahui), riwayat keluarga diabetes mellitus positif, atau riwayat keluarga obesitas orang tua positif 2. Tekanan darah, yaitu kenaikan tekanan darah dengan menggunakan metode dan kriteria Second Task Force on Blood Pressure Control in Children. 3. Kadar kolesterol total, yaitu kenaikan lebih daripada 5,2 mmol/l atau 200 mg/dl 4. Tambahan kenaikan tahunan dalam IMT besar, yaitu kenaikan melebihi dua unit IMT tahun sebelumnya 5. Prihatin mengenai berat badan, yaitu penilaian keprihatinan, emosional dan psikologik perseorangan, yang terkait dengan kelebihan berat atau persepsi kelebihan berat (Waldo E. Nelson, 2012).

10 14 Jika satu atau lebih dari lima area tersebut positif, maka penderita harus mendapat evaluasi medik yang teliti untuk memikirkan keadaan patologis medik primer seperti terdaftar pada diagnosa banding (Waldo E. Nelson,2012) Diagnosa Banding Obesitas Anak dengan obesitas yang ditentukan dengan IMT persentl ke 95 atau lebih dan atau 30 atau lebih menurut umur harus mendapat evaluasi medik yang teliti untuk gangguan yang mungkin mempunyai hubungan medis primer dengan obesitas. Kebanyakan dari gangguan ini jarang. Mereka biasanya dibedakan dari obesitas anak dengan tinggi badan yang pendek, umur tulang terlambat dan perkembangan tanda-tanda kelamin sekunder terlambat. Diagnosa banding pada tabel 2.3 berkaitan dengan kurang dari 1% dari semua kasus obesitas masa anak. (Waldo E. Nelson,2012) Tabel 2.3 Diagnosa Banding Obesitas Penyebab Endokrin Cushing Sindrom Hipertiroidisme Hiperinsulinemia Defisiensi Hormon Pertumbuhan Disfungsi Hipotalamus Sindrom Prader-Willi Sindrom Stein-Leventhal (ovarium polikistik) Pseudohipoparatiroidisme tipe 1 Sindrom Genetik Sindrom Turner Sindrom Laurence-Moon_Biedl Sindrom Alstrom-Hallgren Sindrom lain Sindrom Cohen Sindrom Carpenter

11 Komplikasi obesitas Bayi dan anak gemuk mempunyai resiko cukup tinggi untuk menjadi orang dewasa gemuk. Kenaikan resiko ini dihubungkan dengan keparahan obesitas anak yang lebih besar, interval waktu menurun sampai umur dewasa dan jumlah anggota keluarga yang gemuk lebih besar. Ada hubungan antara obesitas masa anak dan faktor resiko kardiovasular. Pada penelitian Muscatine, anak gemuk mempunyai kadar lipoprotein kolesterol densitas-tinggi sangat lebih rendah, kadar trigliserida lebih tinggi dan tekanan darah sitolik lebih tinggi, walaupun tidak ada perbedaan dengan kisaran normal untuk kolesterol total, kolesterol lipoprotein densitas rendah, apolipoprotein A 1, apolipoprotein B, atau tekanan darah sistolik (Waldo E. Nelson,2012). Obesitas pada masa kanak-kanak memberikan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan. Dampak yang segera terjadi diantaranya: 1. Anak obese cenderung memiliki faktor resiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular, seperti peningkatan kolesterol darah dan tekanan darah. Pada sampel di populasi usia tahun, 70% remaja obese setidaknya memiliki satu faktor resiko penyakit kardiovaskular. 2. Remaja obese lebih beresiko jatuh dalam keadaan prediabetes, suatu kondisi yang menunjukkan risiko tinggi penyakit diabetes mellitus. 3. Anak dan remaja obese memiliki risiko lebih tinggi untuk masalah tulang dan persendian, sleep apnea, masalah sosial dan psikologi seperti stigmatisasi dan kepercayaan diri yang rendah (Nancy F. Krebs, MD, MS, Laura E. Primak, RD, CNSD, CSP, 2008). Dampak jangka panjang obesitan diantaranya : 1. Anak dan remaja obese sangat mungkin menjadi dewasa obese dan oleh karena itu, menjadi lebih beresiko untuk menderita masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes melitus tipe 2, stroke, beberapa jenis kanker dan osteoarthritis. 2. Overweight dan obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko berbagai jenis kanker, seperti kanker payudara, kolon, endometrium, esophagus,

12 16 tiroid, ovarium, serviks, prostat, dan lainnya (Nancy F. Krebs, MD, MS, Laura E. Primak, RD, CNSD, CSP, 2008). Tabel 2.4 Komplikasi obesitas masa anak yang dilaporkan Kardiovaskuler Tekanan darah Naik Kolesterol naik Trigliserid serum naik LDL naik HDL turun Hiperinsulinisme Kolelitiasis Penyakit Blount dan epifisis kaput femoris terlepas Pseudotumor serebri Paru-paru Sindrom Pickwickian Kelainan uji fungsi paru Komorbiditas yang bersifat non kardiovaskular dan non malignan yang berhubungan dengan obesitas pada anak termasuk: 1. Sleep Apnea 2. Masalah ortopedik, yaitu tibia vara, gune valgum, flat kneecap pressure/pain, flat foot, spondilolysthesis, scoliosis dan osteoarthritis 3. Masalah kulit, yaitu infeksi jamur dan acanthosis nigricans 4. Hepatic steatosis, reflus gastro-esofagus, sirosis hepatis 5. hipertensi intracranial yang bersifat benign (pseudotumor cerebri) dapat menyebabkan kebutaan 6. masalah psikologis dan kepribadian yang meliputi low self esteem, depresi, dan ansietas (Victor Grech, 2007).

13 Anatomi kaki Terdapat tiga kelompok tulang pada kaki, yaitu: Delapan buah tulang tarsal (ossa tarsalia), yang memberi bentuk pada bagian mata kaki Metatarsal (ossa metatarsalia I-V), yang merupakan tulang dari metatarsus Palanges (phalanges), yang membentuk bagian jari kaki, setiap jari kaki terdiri dari tiga buah tulang palanges kecuali ibu jari kaki yang hanya terdiri dari dua buah tulang palanges. Gambar 2.1 Tulang Kaki Sumber : Frank H. Netter, 2003

14 Ossa Tarsalia Ossa tarsalia terdiri atas os calcaneus, os talus, os naviculare, os cuboideum, dan tiga buah ossa cuneiforme. Hanya os talus yang bersendi dengan tibia dan fibula pada articulation talucruralis (sendi pergelangan kaki) Os Calcaneus Os calcaneus adalah tulang terbesar dari kaki dan membentuk tumit yang menonjol. Tulang ini ke atas bersendi dengan talus dan di depan dengan os cuboideum. Calcaneus mempunyai enam facies (permukaan) gambar 2.2. Facies anterior kecil dan membentuk facies articularis yang bersendi dengan os cuboideum. Facies posterior membentuk tonjolan tumit dan merupakan tempat pelekatan dari tendon calcaneus (tendon Achilles). Facies superior didominasi oleh dua facies articulares untuk talus, yang dipisahkan oleh alur kasar, yaitu sulcus calcanei. Facies inferior mempunyai tuberculum anterior pada garis tengah, dan tuberculum mediale yang besar serta tuberculum laterale yang lebih kecil pada pertemuan antara facies inferior dan facies posterior. Facies medialis mempunyai sebuah tonjolan yang besar berbentuk kerang, disebut sustentaculum tali, yang membantu menyokong os talus. Facies lateralis hampir rata. Pada bagian anteriornya terdapat peninggian kecil yang disebut tuberculum perineum, yang memisahkan tendo-tendo dari m. peroneus longus dan m. peroneus brevis Os Talus Os talus bersendi di atas dengan tibia dan fibula, di bawah dengan os calcaneus, dan di depan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai caput, collum, dan corpus. Dapat dilihat pada gambar 2.2.

15 Os Naviculare Tuberositas ossis navicularis dapat dilihat dan dipalpasi pada pinggir medial kaki lebih kurang 1 inci di depan dan bawah malleolus medialis; serta memberikan tempat perlekatan untuk bagian utama tendo m. tibialis posterior. Dapat dilihat pada gambar Os Cuboideum Terdapat alur yang dalam pada aspek inferiornya sebagai tempat untuk tendo m. peroneus longus. Dapat dilihat pada gambar Os Cuneiforme Ketiga tulang-tulang kecil berbentuk baji ini bersendi di proksimal dengan os naviculare dan di distal dengan ketiga ossa metatarsalia yang pertama. Bentuk bajinya berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan lengkung transversal kaki. Gambar 2.2 Ossa calcaneus, talus, naviculare, dan cuboideum Sumber : Richard S. Snell, 2006

16 Ossa Metatarsal dan Phalanges Ossa metatarsalis dan phalanges menyerupai ossa metacarpalia dan phalanges pada tangan, dan masing-masing mempunyai caput di distal, corpus dan basis di proksimal. Kelima ossa metatarsalia diberi nomor dari sisi medial ke lateral. Ossa metatarsal pertama besar dan kuat dan berperan penting dalam menyokong berat badan. Pada aspek inferior caput terdapat alur dari ossa sesamoidea medial dan lateral yang terdapat di dalam tendo dari m. fleksor hallucis brevis. Ossa metatarsal kelima mempunyai tuberculum yang menonjol pada basisnya, yang dengan mudah dapat diraba sepanjang pinggir lateral kaki. Tuberculum ini merupakan tempat perlekatan tendo dari m. peroneus brevis. Masing-masing jari kaki mempunyai tiga phalanges, kecuali ibu jari kaki yang hanya mempunyai dua phalanges. Gambar Tulang-Tulang Arcus Pemeriksaan pada kaki yang berartikulasi atau foto lateral kaki, akan dapat dilihat tulang-tulang yang membentuk arcus pedis. Arcus Longitudinalis Medialis. Arcus ini dibentuk oleh calcaneus, talus, os naviculare, ketiga os cuneiform dan ketiga os metatarsalia yang pertama. Arcus Longitudinalis Lateralis. Arcus ini dibentuk oleh calcaneus, cuboideum, dan ossa metatarsalia keempat dan kelima. Arcus Transversus. Arcus ini dibentuk oleh basis metatarsi dan os cuboideum serta ketiga os cuneiform.

17 21 Gambar 2.3 Tulang-tulang yang menyusun arcus longitudinalis medialis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transverses pedis dextra. Sumber : Richard S. Snell, 2006 Memepertahankan arcus longitudinalis medialis 1. Bentuk-bentuk tulang. Sustentaculum tali mempertahankan talus; permukaan proksimal os naviculare yang cekung bersendi dengan caput tali yang bulat; permukaan proksimal os cuneiform mediale yang sedikit cekung bersendi dengan os naviculare. Caput tali yang bulat merupakan keystone pada pusat arcus.

18 22 2. Pinggir-pinggir bawah tulang diikat menjadi satu oleh ligamentumligamentum plantaris, yang lebih besar dan lebih kuat dari ligamentumligamentum dorsalis. Ligamentum yang paling penting adalah ligamentum calcaneonaviculare. Perluasan tendinosa dari insersio m. tibialis posterior mempunyai peran penting dalam hal ini. 3. Yang mengikat kedua ujung arcus menjadi satu adalah aponeurosis plantaris, bagian medial m. fleksor digitorum brevis, m. abductor hallucis, m. fleksor hallucis longus, bagian medial m. fleksor digitorum longus dan m. fleksor hallucis bervis. 4. Yang menggantung arcus dari atas adalah m. tibialis anterior dan posterior serta ligamentum mediale sendi pergelangan kaki (Richard S. Snell, 2006). 2.5 Kaki Sebagai Unit Fungsional Kaki sebagai penyokong berat badan dan pengungkit Kaki mempunyai dua fungsi utama: (1) menyokong berat badan dan (2) berfungsi sebagai pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu berjalan dan berlari. Karena mempunyai satu tulang yang kuat dan bukan beberapa tulang yang kecil, kaki dapat menyokong berat badan dan berfungsi sebagai pengungkit yang kaku untuk gerakan ke depan. Namun, dengan susunan seperti itu kaki tidak dapat menyesuaikan diri terhadap permukaan yang tidak rata, dan gerak maju seluruhnya akan tergantung pada aktivitas musculus gastrocnemius dan musculus soleus. Karena pengungkit ini terdiri atas segmen-segmen dengan banyak sendi, kaki bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan diri terhadap permukaan yang tidak rata. Lagipula, otot-otot fleksor panjang dan otot-otot kecil kaki dapat menggunakan fungsinya pada tulang-tulang kaki bagian depan dan jari-jari (sebagai landasan maju kaki) dan sangat membantu gerakan maju ke depan m, gastrocnemius dan m. soleus (Richard S. Snell, 2006).

19 Arcus pedis Struktur yang bersegmen hanya dapat menyokong berat badan bila dibangun dalam bentuk lengkung. Kaki mempunyai tiga lengkung yang telah ada sejak lahir: arcus longitudinalis medialis, arcus longitudinalis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transverses (gambar 2.4). Pada anak-anak kecil, kaki tampak ceper karena banyak lemak subcutan pada telapak kaki. (Richard S. Snell, 2006) Pada pemeriksaan jejak kaki basah seseorang yang sedang berdiri pada lantai, akan terlihat bahwa tumit, margo lateralis kaki, bantalan bagian bawah caput matetarsal, dan bantalan phalanges distalis berkontak dengan tanah (gambar 2.3). Pinggir medial kaki, dari tumit sampai caput metatarsal pertama melengkung di atas tanah, karena adanya arcus longitudinalis medialis yang penting. Tekanan di ata tanah oleh margo lateralis kaki paling besar pada tumit dan caput metatarsal kelima dan paling kecil di antara kedua daerah ini, karena adanya arcus longitudinalis lateralis yang letaknya rendah. Arcus transverses dibentuk oleh basis kelima as metatarsal, cuboideum, dan cuneiforme. Bagian ini sebenarnya hanya setengah lengkung, dengan basisnya pada pinggir lateral kaki dan puncaknya pada bagian medial kaki. Kaki dapat dianggap sebagai setengah kubah, sehingga bila kedua margo medialis kaki diletakkan bersama, terbentuklah kubah yang lengkap (Richard S. Snell, 2006). Dari keterangan ini dapat dimengerti bahwa berat badan pada posisi berdiri didistribusikan ke kaki melalui tumit dan di depan pada enam titik tumpuan di tanah, yaitu kedua ossa sesamoidea di bawah caput os metatarsal pertama dan keempat caput metatarsalia lainnya (Richard S. Snell, 2006).

20 24 Gambar 2.4 Anatomi Permukaan Kaki Sumber : George H. Thompson, Peter V. Scoles, Gangguan pada Kaki Gangguan pada kaki pediatrik yang paling lazim adalah: 1. Metatarsus adduktus kongenital : masalah yang lazim pada bayi dan anak kecil. Kelainan ini juga dikenal sebagai varus metatarsus jika kaki depan tersupinasi serta adduksi. 2. Kaki kalkaneovalgus : temuan yang relative sering pada bayi baru lahir dan merupakan akibat posisi dalam uterus.kaki tampak hiperdorsifleksi dengan abduksi kaki depan dan bertambahnya valgus tumit. 3. Talipes equinovarus (kaki pekuk) : deformitas bukan hanya pada kaki tetapi seluruh tungkai bawah dan dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: congenital, teratologis dank arena posisi. 4. Talus vertikal kongenital : deformitas kaki yang tidak lazim dengan penyebab yang serupa dengan deformitas kaki talipes equinovarus. 5. Pes planus hipermobil : lazim pada neonatus dan anak belajar jalan karena kelemahan pada kompleks tulang ligamentum kaki dan lemak pada daerah arkus longitudinale mediale.

21 25 6. Penggabungan tarsus : dikenal juga sebagai kaki rata spastic peroneus, merupakan gangguan kaki yang relative sering yang ditandai dengan deformitas datar yang menimbulkan nyeri dan kaku, spasme otot peroneus tetapi tanpa spastisitas yang sebenarnya. Kelainan ini menggambarkan fusi atau kegagalan kongenital segmentasi antara dua atau lebih tulang tarsus. 7. Kaki kavus : kaki dengan kelebihan arkus longitudinal medial yang disertai dengan varus kaki belakang dan kadang-kadang adduksi kaki depan. 8. Osteokondriosis : proses patologis yang melibatkan infark, revaskularisasi, resorpsi, dan penggantian tulang yang terkena. 9. Luka tembus kaki (George H. Thompson, Peter V. Scoles, 2012) 2.7 Pes Planus Hipermobil (flat foot) Defenisi Flat Foot Kaki rata hipermobil atau kaki pronasi merupakan sumber kecemasan bagi orang tua. Pada umumnya, anak tidak menunjukkan gejala dan tidak mempunyai keterbatasan fungsi. Kaki rata lazim pada neonates dan anak belajar jalan karena kelemahan pada kompleks tulang-ligamentum kaki dan lemak pada daerah arkus longitudinal mediale. Anak ini biasanya mengalami perbaikan yang berarti pada usia 6 tahun. Pada anak yang lebih tua, kaki rata fleksibel biasanya akibat kelemahan ligamentum secara menyeluruh, suatu eadaan autosom dominan. Hampir semua ana dan remaja dengan kaki rata yang fleksibel tidak mengalami gangguan (George H. Thompson, Peter V. Scoles, 2012) Manifestasi Klinis Flat Foot Dengan posisi tanpa pembebanan pada anak yang lebih tua dengan kaki rata fleksibel, terdapat arkus longitudinal mediale, tetapi pada posisi dengan pembebanan (menahan berat), kaki menjadi pronasi dengan berbagai tingat pes planus dan valgus tumit. Meskipun diberi beban pada kolam lateral kaki, mengakibatkan berat badan tergeser ke medial, dan terjadi pronasi. Gerakan

22 26 subtalus akan normal atau sedikit meningkat. Kehilangan gerakan subtalus menunjukkan kaki datar yang kaku. Penyebab yang lazim meliputi kontraktur tendon Achilles, koalisi tarsus, kelainan neuromuscular (palsi serebral) dan kelainan familial (George H. Thompson, Peter V. Scoles, 2012) Evaluasi Radiologis Flat Foot Radiografi rutin pada kaki rata fleksibel tidak bergejala biasanya tidak terindikasi. Radiografi AP dan lateral dengan pembebanandilakukan jika ada kekauan atau gejala lainnya. Pada radiografi AP, aka nada valgus tumit yang berlebihan. Pandangan lateral menunjukkan distorsi hubungan garis lurus normalatau sumbu panjang talus dan metatarsus pertama dengan kelonggaran sendi talonavikulare atau navikulokuneiformis, mengakibatkan perataan arkus longitudinal mediale normal (George H. Thompson, Peter V. Scoles, 2012).

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pedis 2.1.1 Ossa Tarsalia Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: A. Talus Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, dibawah dengan os calcaneus, dan didepan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plantar Arch Index 2.1.1 Definisi Pedis adalah regio yang paling banyak terpengaruh variasi anatomi, salah satu karakteristik yang terpenting adalah variabilitas ketinggian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK Oleh: LAVENIA 120100080 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK KARYA TULIS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA 17-21 TAHUN Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar Latar Belakang Apakah lengkung kaki kita normal? Belum ada data plantar pada usia tersebut Tekanan plantar

Lebih terperinci

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus (mengarah ke bawah), varus (mengarah ke dalam/ medial), dan kaki depan adduktus (mendekati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Pergelangan Kaki 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki/ sendi loncat adalah bagian kaki yang terbentuk dari tiga persendian yaitu articulatio talocruralis,

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CALCANEUS SPURS DEXTRA DENGAN MODALITAS ULTRA SOUND DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CALCANEUS SPURS DEXTRA DENGAN MODALITAS ULTRA SOUND DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CALCANEUS SPURS DEXTRA DENGAN MODALITAS ULTRA SOUND DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH

HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi Unit Kerja Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menetapkan batasan hipertensi pada anak sesuai dengan batasan menurut NationalHigh Blood Pressure Education

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

1 DETEKSI DINI PERTUMBUHAN ANAK. Debora S.Liana, dr., Sp.A FK UNDANA 2016

1 DETEKSI DINI PERTUMBUHAN ANAK. Debora S.Liana, dr., Sp.A FK UNDANA 2016 1 DETEKSI DINI PERTUMBUHAN ANAK Debora S.Liana, dr., Sp.A FK UNDANA 2016 2 UU n0.23/2002 ANAK Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang dewasa dan usia balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. orang dewasa dan usia balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegemukan atau obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan bagi orang dewasa dan usia balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita kemungkinan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan sebuah konsep multidimensional yang mencerminkan persepsi diri seseorang akan kebahagiaan dan kepuasan dengan kehidupan. Menurut Renwick dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejumlah ketidaknormalan pada profil lipid, yaitu: peningkatan asam lemak bebas, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas didefenisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak (Wong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

RUPTUR TENDO ACHILLES

RUPTUR TENDO ACHILLES RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Anak 2.1.1 Definisi Pertumbuhan Proses pertumbuhan berjalan seiring dengan pertambahan usia anak. Definisi pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran atau dimensi

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah nasional Kelompok usia yang rentan masalah gizi antara lain usia balita: Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS DEPARTEMEN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Overweight 2.1.1 Definisi Overweight Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas dapat disebabkan karena pola makan dan ketidakseimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, serta terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, serta terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Telapak Kaki Kaki manusia merupakan struktur mekanis yang kuat dan kompleks, kaki terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi yang mana 20 dari sendi ini artikulasinya aktif, serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak tubuh dengan berat badan total lebih besar daripada normal, atau terjadi peningkatan energi akibat ambilan makanan yang berlebihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skin tag merupakan suatu tumor jinak kulit yang terdiri dari jaringan fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai tangkai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Lansia adalah umur untuk populasi orang tua diatas enam puluh tahun yang disepakati oleh United Nation (UN) (World Health Organization, 2015). Lansia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I pasal 1 ayat (1) menjelaskan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1. Defenisi Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci