BAB IV. Implementasi dan Analisa
|
|
- Lanny Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 45 BAB IV Implementasi dan Analisa 4.1 Implementasi Radio streaming dapat diakses dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan player yang mendukung streaming atau dapat dilakukan dengan cara mengakses halaman lppi.umy.ac.id. Gambar 4. 1 Antarmuka website lppi.umy.ac.id
2 Konfigurasi Disisi Server Setelah icecast server di install sesuai penjelasan sub bab 3.3.2, maka langkah selanjutnya adalah melakukan konfigurasi pada icecast server. Langkah konfigurasi adalah sebagai berikut. 1. Konfigurasi icecast.xml Buka file icecast.xml dengan perintah # nano /usr/local/etc/icecast.xml Perintah diatas akan membuka file icecast.xml yang nantinya akan dilakukan konfigurasi agar icecast server dapat digunakan dalam implementasi tugas akhir penulis. <authentication> <source-password>icpass</source-password> <relay-password>icpass</relay-password> <admin-user>admin</admin-user> <admin-password>icpass</admin-password> </authentication> Pada bagian <authentication> mengatur tentang masalah keamanan, hak administrator dan juga sebagai penghubung ke sumber.
3 47 source-password Sandi yang tidak terenkripsi yang bertujuan untuk menghubungkan sumber suara menuju icecast server. Default source-password adalah hackme. Source-password dalam implementasi tugas akhir ini adalah icpass. relay-password Digunakan pada bagian master server sebagai bagian dari otentikasi ketika backup server meminta streaming untuk relay. Default relaypassword adalah hackme. Konfigurasi relay-password dalam implementasi tugas akhir ini adalah icpass. admin-user dan admin-password Admin-user dan admin-password digunakan untuk kebutuhan pengamatan hak administrator dalam mengakses halaman admin berbasis web. Default admin-user adalah admin dan default adminpassword adalah hackme. <listen-socket> <port>8000</port> <bind-address> </bind-address> </listen-socket>
4 48 Pada bagian <listen-socket> adalah untuk mengatur tujuan dari aliran suara yang dikirimkan dari sumber. Default port adalah 8000, port dapat diganti sesuai kebutuhan, yang perlu diperhatikan adalah pengaturan port tidak boleh berselisih dengan aplikasi lain. Default pengaturan bind-address adalah localhost. Port 8000 digunakan sebagai pengaturan pada tugas akhir ini dan bind-address <paths> <logdir>/var/log/icecast</logdir> <webroot>/usr/local/share/icecast/web</webroot> </paths> Pada bagian <paths> mengatur jalur yang mana digunakan untuk berbagai keperluan dalam icecast. <logdir> Paths logdir sebagai pengatur direktori dimana pencatatan berlangsung. Seperti pencatatan error.log dan access.log akan dibuat didalam direktori ini. Direktori logdir dalam implementasi tugas akhir ini adalah /var/log/icecast.
5 49 <webroot> Pengaturan webroot adalah untuk mengatur direktori yang bertugas sebagai wadah untuk semua permintaan file yang statis. Salah satu fungsi dari direktori ini adalah sebagai tempat penyimpanan file mp3 dan ogg vorbis. Sebagai contoh jika webroot di set ke direktori /var/local/icecast dan sebuah request untuk datang, maka file /var/local/icecast/mp3/stuff.mp3 akan dikirimkan. <mount> <mount-name>/lppi</mount-name> <fallback-mount>/lppi.ogg</fallback-mount> <fallback-override>1</fallback-override> </mount> Bagian <mount> berisi tentang pengaturan alamat sebuah stasiun radio. <mount-name> Bagian yang mengatur nama alamat yang dipakai untuk mendengarkan sebuah siaran radio. Default mount-name adalah /stream. Pengaturan pada tugas akhir ini adalah /lppi.
6 50 <fallback-mount> Fallback-mount adalah sebuah pengaturan untuk memindahkan client ke alamat yang sudah ditentukan ketika sumber menutup atau tidak sedang melakukan streaming ketika pendengar terhubung. Pengaturan fallback-mount pada implementasi tugas akhir ini adalah /lppi.ogg. <fallback-override> Fallback-override bernilai 1 dan 0, angka 1 bisa diartikan sebagai enable dan 0 adalah disable. Ketika pengaturan fallback-mount adalah 1 atau enable maka memungkinkan untuk seorang client kembali mendengarkan dari alamat stream yang sebenarnya. 2. Menyalakan server icecast Setelah konfigurasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyalakan server icecast dengan perintah. # Service icecast2 start Setelah menjalankan perintah diatas server icecast sudah berjalan dan siap untuk menerima aliran saura yang dikirimkan dari sumber suara. Untuk mengeceknya apakah server sudah jalan dapat dilakukan dengan cara mengunjungi alamat sesuai dengan konfigurasi server yang dilakukan. Tampilan nya adalah sebagai berikut.
7 51 Gambar 4. 2 Administrator Page Bagian selanjutnya adalah konfigurasi edcast untuk menyalurkan suara dari sumber ke icecast server Konfigurasi Disisi Sumber Konfigurasi diperlukan untuk menghubungkan sumber suara ke server icecast. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3 adalah konfigurasi yang dilakukan dalam implementasi tugas akhir ini. Terdapat beberapa variable yang dinamis seperti rentang bitrate yang merepresentasikan kualitas suara yang dihasilkan.
8 52 Gambar 4. 3 Edcast Pengaturan bitrate harus disesuaikan dengan bandwidth jaringan yang dimiliki agar terjadi kesinambungan antara kualitas dan kenyamanan dalam mendengarkan sebuah siaran radio streaming khususnya radio streaming dakwah. Konfigurasi pada implementasi tugas akhir penulis seperti pada gambar 4.3, adalah sebagai berikut: Bit rate : 48 Sample rate : Channels : 2
9 53 Encoder type : MP3 lame Server type : Iceast2 Server IP : Server Port : 8000 Encoder Password : icpass Mountpoint : /lppi Reconnect Seconds : 10 Authentication : Pengujian Pengujian akan dilakukan menggunakan tipe jaringan yang ada di UMY, yaitu menggunakan koneksi wired dan wireless. Koneksi wireless yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan access point UMY-Student. Pengujian akan dilakukan dengan metode suara dikirimkan melalui komputer sumber menggunakan winamp dan edcast plugin, beberapa server yaitu Web Server dan Streaming Server (Icecast2) sebagai pemancar suara dan beberapa komputer client sebagai pengamat seperti pada gambar 3.6. Penelitian ini menggunakan metode pada gambar 3.6 untuk mengetahui kebutuhan bandwidth radio streaming, dan bukan pada uji coba performansi jaringan, oleh sebab itu penelitian dilakukan menggunakan kondisi jaringan yang sebenarnya.
10 Analisa QoS Radio Streaming Throughput Dilakukan ujicoba melihat throughput dari radio streaming dengan pengaturan encoder dan tipe jaringan yang berbeda Wired Table 4.1 memperlihatkan hasil dari pengamatan throughput yang dihasilkan melalui pengamatan radio streaming menggunakan wireshark melalui jaringan kabel yang ada di UMY. Tabel 4. 1 Throughput dengan pengaturan bit rate yang berbeda Bit Rate Encoder Setting Sample Rate Throughput 48 Kbps Hz 6 KBps 128 Kbps Hz 16 KBps 320 Kbps Hz 40 KBps Perhatikan tabel 4.1 pengamatan menggunakan wireshark menunjukkan bahwa semakin besar pengaturan encoder bit rate maka semakin besar pula throughput yang dihasilkan. Pada gambar 4.4 diperlihatkan graph hasil pengamatan menggunakan perangkat lunak wireshark. Pada gambar 4.4 dilakukan pengamatan melalui jaringan kabel dengan bit rate yang berbeda dan meneliti pengaruhnya terhadap throughput
11 55 yang dihasilkan. Pada gambar 4.4, throughput yang dihasilkan pada pengaturan encoder bitrate 48 kbps adalah 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 128 kbps, throughput yang terjadi sebesar 16 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 320 kbps throughput yang terjadi sebesar 40 KBps. Dengan memperhatikan data-data ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar pengaturan encoder bit rate, semakin besar throughput-nya. (a) 48 (b) 128
12 56 (c) 320 Gambar 4. 4 Throughput dengan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan kabel Pengamatan selanjutnya adalah untuk melihat throughput yang terjadi dengan pengaturan encoder sample rate yang berbeda melalui jaringan kabel. Table 4.2 memperlihatkan hasil dari pengamatan throughput yang dihasilkan melalui pengamatan radio streaming menggunakan wireshark melalui jaringan kabel. Tabel 4. 2 Throughput dengan pengaturan sample rate yang berbeda Sample Rate Encoder Setting Bit Rate Throughput 8000 Hz 48 Kbps 6 KBps Hz 48 Kbps 6 KBps Hz 48 Kbps 6 KBps
13 57 Hasil pengamatan dapat terlihat pada gambar 4.5. Dari hasil pengamatan throughput terhadap pengaturan encoder sample rate yang berbeda melalui jaringan kabel didapatkan hasil yang sama. Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder sample rate Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps, dan terakhir pada pengaturan encoder sample rate Hz didapatkan throughput sebesar 6 KBps. Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran throughput. Kesimpulan ini didapat melalui hasil pengamatan throughput dengan pengaturan encoder sample rate yang berbeda. (a) 8000 (b) 32000
14 58 (c) Gambar 4. 5 Throughput dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) dan (c) Hz melalui jaringan kabel Wireless Tabel 4. 3 Throughput dengan pengaturan bit rate yang berbeda Bit Rate Encoder Setting Sample Rate Throughput 48 Kbps Hz 6 KBps 128 Kbps Hz 17 KBps 320 Kbps Hz 50 KBps Lalu perhatikan pengamatan throughput melalui jaringan wireless UMY dengan pengaturan encoder bit rate yang berbeda-beda. Hasil pengamatan dapat dilihat melalui tabel 4.3 dan grafik gambar 4.6. Pada pengaturan encoder bit rate 48
15 59 Kbps adalah 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 128 Kbps, throughput yang terjadi sebesar 17 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps throughput yang terjadi sebesar 50 KBps. Dengan memperhatikan data-data ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar pengaturan encoder bit rate, semakin besar throughput-nya. Hasil dari pengamatan throughput melalui jaringan wireless ini sedikit berbeda dengan yang menggunakan jaringan kabel, hal ini bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tipe jaringan yang berbeda, banyak nya pengguna jaringan, dan lain-lain. (a) 48 (b) 128
16 60 (c) 320 Gambar 4. 6 Throughput dengan encoder (a)48, (b)128 dan (c)320 Kbps melalui jaringan wireless UMY Selanjutnya dilakukan pengamatan throughput terhadap pengaturan encoder sample rate yang berbeda melalui jaringan wireless di UMY. Hasil dapat dilihat melalui tabel 4.4 dan juga grafik gambar 4.7. Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, didapat throughput sebesar 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder sample rate Hz didapat throughput sebesar 6 KBps, lalu pada pengaturan encoder sample rate Hz didapat throughput sebesar 6 KBps. Dari hasil diatas dan hasil pengamatan throughput pada jaringan kabel dapat diambil kesimpulan bahwa sample rate tidak mempengaruhi throughputnya.
17 61 Tabel 4. 4 Throughput dengan pengaturan sample rate yang berbeda Sample Rate Encoder Setting Bitrate Throughput 8000 Hz 48 Kbps 6 KBps Hz 48 Kbps 6 KBps Hz 48 Kbps 6 KBps Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, didapat throughput sebesar 6 KBps, sedangkan pada pengaturan encoder sample rate Hz didapat throughput sebesar 6 KBps, lalu pada pengaturan encoder sample rate Hz didapat throughput sebesar 6 KBps. Dari hasil diatas dan hasil pengamatan throughput pada jaringan kabel dapat diambil kesimpulan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran throughput. (a) 8000 (b) 32000
18 62 (c) Gambar 4. 7 Throughput dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) dan (c) Hz melalui jaringan wireless di UMY RTT Delay Dilakukan ujicoba untuk mengetahui kelayakan dari radio streaming, pengujian dilakukan dengan cara melihat berapa besar dampak konfigurasi encoder terhadap delay yang dihasilkan, setelah itu diambil kesimpulan konfigurasi mana yang cocok untuk diterapkan dalam radio streaming. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati delay yang terjadi dengan melakukan pengaturan encoder dan tipe jaringan yang berbeda Wired Pada pengamatan ini menggunakan jaringan kabel dengan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda. Untuk pengaturan encoder bit rate masih menggunakan pengaturan encoder pada bitrate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps dengan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.5 dan untuk pengaturan
19 63 encoder sample rate masih menggunakan pengaturan encoder pada sample rate 8000 Hz, Hz dan Hz dengan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4. 5 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda Bit Rate Encoder Setting Sample Rate Delay 48 Kbps Hz 0,05s 128 Kbps Hz 0,05s 320 Kbps Hz 0,05s Hasil pengamatan dapat dilihat melalui tabel 4.5 dan gambar 4.8. Untuk pengamatan delay dengan pengaturan encoder 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps pada jaringan kabel di UMY menghasilkan rata-rata delay sebesar 50 ms, hal ini sangat baik merujuk kepada rekomendasi ITU-T G.114. (a) 48 (b) 128
20 64 (c) 320 Gambar 4. 8 Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan kabel Begitupula dengan percobaan pengukuran delay dengan pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, Hz dan Hz pada jaringan kabel di UMY menghasilkan rata-rata delay sebesar 50 ms. Dengan hasil ini sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan hasil delay yang sangat baik. Tabel 4. 6 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda Sample Rate Encoder Setting Bit Rate Delay 8000 Hz 48 Kbps 0,05s Hz 48 Kbps 0,05s Hz 48 Kbps 0,05s
21 65 Hal ini dapat terlihat dari pengamatan delay pada table 4.6 dan gambar 4.9. Pada pengamatan delay dengan variasi pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, Hz dan Hz dan encoder bit rate 48 Kbps menghasilkan delay sebesar 0.05s. Hal ini membuktikan bahwa sample rate tidak mempengaruhi besaran delay yang terjadi. (a) 8000 (b) (c) Gambar 4. 9 Delay dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) dan (c) 48000Hz melalui jaringan kabel
22 66 Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata delay yang dihasilkan dengan pengaturan bitrate 48 Kbps, 128 Kbps dan 320 Kbps serta pengaturan encoder sample rate 8000 Hz, Hz dan Hz sudah sangat baik sesuai rekomendasi ITU-T G.114 dengan rata-rata delay 50 ms untuk aplikasi radio pada jaringan kabel UMY Wireless Begitupula pada pengujian radio streaming yang melalui jaringan wireless di UMY, dilakukan pengamatan menggunakan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda. Hasil pengamatan menggunakan pengaturan encoder bit rate yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.7 dan untuk hasil dari pengamatan menggunakan pengaturan encoder sample rate yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4. 7 Delay dengan pengaturan bit rate yang berbeda Bit Rate Encoder Setting Sample Rate Delay 48 Kbps Hz 0,05s 128 Kbps Hz 0,05s 320 Kbps Hz 0,05s Pada table 4.7 dan gambar 4.10 menunjukkan hasil dari pengamatan delay dengan pengaturan encoder bit rate yang berbeda pada jaringan wireless UMY. Pada pengaturan bit rate 48 Kbps delay yang terukur adalah 0.05s, sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 128 Kbps delay yang terukur adalah 0.05s, lalu pada
23 67 pengamatan delay dengan pengaturan encoder 320 Kbps, delay yang terukur adalah 0.05s. Dengan hasil ini sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan hasil delay yang sangat baik. (a) 48 (b) 128 (c) 320 Gambar Delay dengan pengaturan encoder (a) 48, (b) 128 dan (c) 320 Kbps melalui jaringan wireless
24 68 Selanjutnya dilakukan pengamatan delay terhadap pengaturan encoder sample rate yang berbeda. Pada table 4.8 dan gambar 4.11 adalah hasil dari pengamatan delay dengan pengaturan encoder yang berbeda-beda. Tabel 4. 8 Delay dengan pengaturan sample rate yang berbeda Sample Rate Encoder Setting Bit Rate Delay 8000 Hz 48 Kbps 0,05s Hz 48 Kbps 0,05s Hz 48 Kbps 0,05s Pada pengaturan encoder sample rate 8000 Hz menghasilkan delay sebesar 0,05s, pada pengaturan encoder Hz didapatkan hasil delay sebesar 0,05s, pada pengaturan encoder 4800 Hz didapatkan hasil delay sebesar 0,05s. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa delay yang terukur sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan hasil delay yang sangat baik.
25 69 (a) 8000 (b) (c) Gambar Delay dengan pengaturan sample rate (a) 8000, (b) dan (c) Hz melalui jaringan wireless Dengan ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi radio streaming sudah sangat baik untuk diaplikasikan didalam jaringan UMY dengan delay rata-rata sebesar 50 ms yang sudah memenuhi rekomendasi G.144 ITU-T dengan kategori sangat baik. Delay dalam radio streaming terjadi karena radio streaming menggunakan protokol TCP, dimana pengiriman paket harus menerima ack now ledgment.
26 Packet Loss Seperti pengujian throughput dan delay, pengamatan packet loss masih menggunakan perangkat lunak wireshark, kali ini pengamatan dilakukan dengan jumlah total kedatangan paket selama rentang waktu yang ditentukan lalu total paket tersebut disaring untuk mencari packet loss yang terjadi dengan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda seperti pengamatan sebelumnya di jaringan wired dan wireless di UMY Wired Berdasarkan bit rate Tabel 4. 9 Packet Loss Bit Rate (Kbps) SampleRate (Hz) Captured Packet Packet Loss (%) % % % Berdasarkan sample rate Tabel Packet Loss SampleRate (Hz) Bit Rate (Kbps) Captured Packet Packet Loss (%) % % %
27 71 Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.9 untuk pengaturan encoder bit rate yang berbeda dan pada tabel 4.10 untuk pengaturan sample rate yang berbeda pada jaringan kabel UMY. Dengan mengamati hasil pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat packet loss, hasil ini sangat baik karena telah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 untuk packet loss yang diperbolehkan dengan penilaian sangat baik Wireless Dari hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.11 untuk packet loss radio streaming melalui jaringan wireless UMY didapatkan hasil bahwa terdapat packet loss pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps sebesar %, dengan hasil ini percobaan packet loss pada jaringan wireless di UMY dikategorikan bagus sesuai rekomendasi ITU-T G.114. Packet loss yang terjadi disebabkan oleh kurang besarnya bandwidth jaringan yang tersedia pada jaringan wireless UMY. Hal inilah yang menyebabkan packet loss terjadi pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps. Sedangkan pada pengaturan encoder bit rate 48 dan 128 Kbps tidak terdapat packet loss, karena besar bandwidth jaringan pada wireless di UMY masih mampu dengan lancar mengalirkan paket data yang dikirim. Berdasarkan bit rate
28 72 Tabel Packet Loss Bit Rate (Kbps) SampleRate (Hz) Captured Packet Packet Loss (%) % % % Berdasarkan sample rate Tabel Packet Loss SampleRate (Hz) Bit Rate (Kbps) Captured Packet Packet Loss (%) % % % Pada pengamatan packet loss dengan pengaturan encoder sample rate 8000, dan Hz yang dapat dilihat pada tabel 4.12 menunjukkan tidak adanya packet loss dan sudah memenuhi rekomendasi ITU-T G.114 dengan masuk kategori sangat baik untuk aplikasi audio. Packet loss dapat disebabkan karena jaringan sedang dibebani oleh trafik yang padat, ataupun karena lebar bandwidth yang kurang besar sehingga mengakibatkan ketidaklancaran dalam pengiriman paket data, hal ini disebabkan karena jumlah paket data yang dikirimkan lebih besar daripada bandwidth yang tersedia sehingga mengakibatkan banyak paket yang menunggu giliran.
29 Maksimal User yang Dapat Mengakses Radio Streaming Setelah melakukan pengujian throughput dari beberapa pengaturan encoder bit rate dan sample rate dan mendapatkan hasilnya, maka kita dapat mengestimasi berapa banyak user yang dapat mengakses radio streaming yang memiliki kapasitas bandwidth 1Gbps. Max user = Bandwidth yang tersedia / Throughput. Bandwidth yang tersedia = 1 Gbps = KBps Tabel Maksimal User Melalui Jaringan Kabel Pengaturan Encoder Throughput yang dihasilkan Maksimal user yang didapat Encoder bit rate 48 Kbps 6 KBps User Encoder bit rate 128 Kbps 16 KBps User Encoder bit rate 320 Kbps 40 KBps User Pada table 4.13 dapat terlihat hasil estimasi penghitungan maksimal user pada setiap pengaturan bandwidth. Estimasi perhitungan maksimal user pada pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda pada pengamatan melalui jaringan kabel. Pada pengaturan encoder bit rate 48 Kbps, throughput yang terukur adalah 6 KBps dengan perhitungan estimasi maksimal user Pada pegaturan encoder bit rate 128 Kbps, throughput yang terukur adalah 16 KBps dengan perhitungan estimasi
30 74 maksimal user Pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps, throughput yang terukur adalah 40 KBps dengan perhitungan estimasi maksimal user Tabel Maksimal User Melalui Jaringan Wireless Pengaturan Encoder Throughput yang dihasilkan Maksimal user yang didapat Encoder bit rate 48 Kbps 6 KBps User Encoder bitrate 128 Kbps 17 KBps User Encoder bitrate 320 Kbps 50 KBps User 4.5 Penilaian Subyektif Penilaian subyektif dibutuhkan untuk mengetahui kualitas suara radio streaming dari sisi pendengaran manusia. Metode pengamatan yang dipakai masih sama seperti pengamatan sebelumnya. Yaitu dengan melakukan pengaturan encoder bit rate dan sample rate yang berbeda. Penelitian subyektif sangat penting untuk mengetahui kualitas sebenarnya suara yang dihasilkan. Kualitas suara yang dihasilkan pada radio streaming berpengaruh besar pada kebutuhan bandwith yang diperlukan hal ini dapat terlihat dengan cara merekam aliran streaming dengan pengaturan encoder yang berbeda dalam rentang waktu yang ditentukan. Hasil pengamatan dibagi dalam dua tipe jaringan, jaringan wired dan wireless.
31 Wired Pengamatan yang dilakukan melalui media kabel di UMY menghasilkan ratarata kualitas output suara yang baik, dari hasil pengamatan subyektif pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps, 128 Kbps dan 48 Kbps output suara yang dialirkan terdengar baik untuk didengarkan, tidak ada informasi yang hilang, tidak terjadi putus-putus (buffering) selama aliran data berlangsung. Hal ini disebabkan karena media kabel lebih stabil dalam mengirimkan arus data dan juga kapasitas bandwidth yang disediakan lebih besar, sehingga dapat menopang aliran data yang besar. Hasil pengamatan melalui jaringan kabel dapat dilihat pada tabel 4.15 dan tabel Berdasarkan bit rate Tabel Kualitas Suara Bit Rate (Kbps) Sample Rate (Hz) Kualitas 48 Kbps Hz Baik 128 Kbps Hz Baik 320 Kbps Hz Baik Berdasarkan sample rate Tabel Kualitas Suara Sample Rate (Hz) Bit Rate (Kbps) Kualitas 8000 Hz 48 Kbps Baik Hz 48 Kbps Baik
32 Hz 48 Kbps Baik Wireless Pengamatan juga dilakukan pada jaringan wireless di UMY yang dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.17 dan tabel 4.18, pada pengamatan didapatkan hasil yang kurang baik pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps. Pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps terjadi sedikit gangguan pada saat aliran suara sedang berlangsung, beberapa kali terjadi putus-putus (buffering) selama proses streaming berlangsung yang menyebabkan ketidaknyamana dalam penerimaan informasi, sedangkan untuk pengaturan encoder 128 Kbps dan 48 Kbps tidak terjadi gangguan sama sekali selama proses streaming berlangsung yang berakibat kenyamanan dalam penerimaan informasi dapat dicapai secara maksimal. Gangguan yang terjadi pada pengaturan encoder bit rate 320 Kbps dapat disebabkan oleh beberapa faktor contohnya adalah beban jaringan yang dilalui, kecepatan akses di sisi client dan lain lain. Berdasarkan bit rate Tabel Kualitas Suara Bit Rate (Kbps) Sample Rate (Hz) Kualitas 48 Kbps Hz Baik 128 Kbps Hz Baik 320 Kbps Hz Kurang Baik
33 77 Berdasarkan sample rate Tabel Kualitas Suara Sample Rate (Hz) Bit Rate (Kbps) Kualitas 8000 Hz 48 Kbps Baik Hz 48 Kbps Baik Hz 48 Kbps Baik Penilaian Ukuran File Dilakukan juga uji coba untuk mengetahui berapa besar pengaruh pengaturan encoder pada kebutuhan bandwidth yang diperlukan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.19 dan tabel Berdasarkan bit rate Tabel Besar bandwidth berdasarkan perubahan pengaturan bit rate Bitrate (Kbps) Pengaturan Encoder Sample Rate (Hz) Ukuran Rekaman (1 menit) KB ,025 KB ,353 KB Berdasarkan Sample Rate
34 78 Tabel Besar bandwidth berdasarkan perubahan pengaturan sample rate Pengaturan Encoder Sample Rate (Hz) Bitrate (Kbps) Ukuran Rekaman (1 menit) KB KB KB 4.6 Pengamatan Pengaturan Encoder Terhadap 20 Stasiun Radio Untuk mendapatkan pengaturan bit rate yang tepat, dapat dilakukan dengan cara merujuk kepada stasiun radio yang sudah menggunakan teknologi streaming dan juga eksistensinya tetap terjaga sampai saat ini. Pengamatan dilakukan terhadap 20 stasiun radio menggunakan winamp. Gambar 4.12 adalah salah satu gambar pengamatan yang didapat dari mengamati pengaturan encoder bit rate stasiun Hardrock FM Bandung. Gambar Contoh salah satu gambar pengamatan Pada gambar 4.12 dapat terlihat beberapa pengaturan-pengaturan yang digunakan oleh stasiun radio Hardrock FM Bandung dengan pengaturan encoder bit rate 32
35 79 kbps, sample rate 44 khz, stereo. Pada table 4.21 adalah daftar lengkap 20 stasiun radio yang diamati beserta pengaturan encoder nya. Tabel Tabel hasil pengamatan No Stasiun Radio Pengaturan Bit Rate (Kbps) 1 Hiz FM 32 2 Radio edukasi Yogyakarta 32 3 KISS FM 32 4 MQFM Bandung Mhz 24 5 Radio Rodja 24 6 Radio Muslim Yogyakarta 24 7 Elshinta Radio 24 8 Kaskus Radio 32 9 Swaragama FM Yogyakarta I-Radio Yogyakarta Mustang 88 FM Jakarta Global FM Jakarta Gen FM Jakarta Megaswara Yogyakarta 93.8 FM FM prambors Yogyakarta Hardrock FM Bandung Ardan FM Bandung FM Hard Rock Radio Bali FM Sindo Trijaya Semarang FM Sindo Trijaya Surabaya 24
36 80 Table 4.22 menunjukkan total pengaturan encoder bit rate yang tertangkap dari 20 stasiun radio. Terdapat 5 stasiun yang memakai pengaturan encoder bit rate 24 kbps. Terdapat 11 stasiun radio yang menggunakan pengaturan bit rate 32 kbps. Terdapat 1 stasiun radio yang menggunakan pengaturan encoder 48 kbps. Terdapat 1 stasiun radio yang menggunakan pengaturan encoder bit rate 40 kbps. Dan terakhir terdapat 2 stasiun radio yang menggunakan pengaturan encoder bit rate 64 kbps. Dari hasil pengamatan pada table 4.22 dapat disimpulkan pengaturan encoder bit rate yang paling banyak digunakan oleh stasiun radio yang diamati adalah 32 kbps. Tabel Jumlah Perhitungan No Pengaturan Bit Rate Jumlah (Kbps) Pengaturan encoder bit rate 32 kbps paling banyak digunakan oleh stasiun-stasiun radio yang sudah menerapkan teknologi streaming dengan beberapa alasan yaitu tidak akan memberatkan dalam sisi penggunaan bandwidth disisi user, dengan pengaturan encoder bit rate 32 kbps suara yang dihasilkan sudah dapat diterima dengan baik dan dengan menggunakan pengaturan encoder yang relative kecil, stasiun radio dapat lebih banyak melayani dan menampung pendengar.
37 81 Sedangkan untuk radio dakwah lppi pengaturan encoder bit rate 32 kbps tidak tepat digunakan karena output suara streaming yang dihasilkan kurang nyaman untuk didengarkan, pengaturan encoder bit rate yang dapat digunakan adalah pada 48 kbps. Hal ini dapat disebabkan oleh perangkat radio streaming yang ada di LPPI tidak seperti yang ada di stasiun radio sebenarnya.
BAB III METODE PENELITIAN
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Dalam penelitian perancangan dan implementasi radio streaming di LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, digunakan beberapa data pendukung sebagai
Lebih terperinciTutorial Membangun Radio Streaming Arie Widodo
Tutorial Membangun Radio Streaming Arie Widodo (arie.widodo@icloud.com) A. Pendahuluan Siaran radio sampai saat ini masih digemari. Orang dapat mendengarkan banyak acara menarik di radio, lalu pesawatnya
Lebih terperinciBAB IV. bandwidth yang terlalu besar dan bertujuan untuk memastikan bahwa delay yang
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Setelah melakukan analisa dan perancangan, langkah selanjutnya adalah implementasi dan pengujian Implementasi yang merupakan penerapan perancangan perangkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Yudi Methanoxy, skripsi.(2010): Analisa QOS Radio Streaming Pada Local Community Network, aspek yang dibahas dalam skripsi ini adalah dipaparkannya
Lebih terperinciBAB III. server, merupakan media yang digunakan untuk mendistribusikan live stream
\ BAB III Analisis dan Perancangan 3.1 analisis perancangan server streaming Terdapat dua hal penting dalam dunia streaming, yang pertama adalah media server, merupakan media yang digunakan untuk mendistribusikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebutuhan Sistem Saat melakukan pengujian jaringan VPN PPTP dan L2TP, dibutuhkan perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis unjuk kerja jaringan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis melakukan analisa terlebih dahulu terhadap topologi jaringan, lingkungan perangkat keras dan juga lingkungan
Lebih terperinciANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP
ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Oleh : MADE SUHENDRA NRP. 2203109044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Gatot Kusrahardjo, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DAN ANALISA QOS RADIO STREAMING DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
IMPLEMENTASI DAN ANALISA QOS RADIO STREAMING DAKWAH STUDI KASUS LPPI (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGAMALAN ISLAM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO
SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO Auliya Fadly [1], Arman Sani [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi. Radio telah digunakan masyarakat sejak zaman orde
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan broadcasting. Saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, termasuk juga perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan broadcasting. Saat ini sistem penyiaran analog
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teknologi Radio Online Streaming Penggunaan internet membuat ketersediaan dari streaming media. Audio streaming memperbolehkan transmisi langsung dari audio melalui internet,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1. PEMBUATAN
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan
Lebih terperinciMohammad Sani Suprayogi Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract
PEMBUATAN RADIO ONLINE DENGAN AUDIO STREAMING DAN VIRTUAL PRIVATE SERVER UNTUK KOMUNITAS BLOGER SEMARANG LOENPIA.NET (Developing Online Radio with Audio Streaming and Virtual Private Server for Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat di dunia, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless
Lebih terperinciANALISA RADIO STREAMING/RADIO INTERNET
ANALISA RADIO STREAMING/RADIO INTERNET Oleh : Muchlis Ginanjar 1,.Yamato., Agustini Rodiah Machdi. ABSTRAK Radio streaming merupakan layanan multimedia dalam bentuk televisi, audio, dan, data yang disalurkan
Lebih terperinciImplementasi Sinkronisasi Uni-Direksional antara Learning Management System Server dan User pada Institusi Pendidikan Berbasis Moodle
Implementasi Sinkronisasi Uni-Direksional antara Learning Management System Server dan User pada Institusi Pendidikan Berbasis Moodle DZATA FARAHIYAH NRP 2206100140 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada Bab IV ini akan dilakukan analisa terhadap performansi terhadap beban jaringan berupa trafik FTP, dan Aplikasi Sales Informasi System pada jaringan virtual private
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN EVALUASI. QoS, yaitu : pengujian terhadap Delay, pengujian terhadap Jitter, pengujian
BAB IV HASIL DAN EVALUASI Pengujian sistem merupakan pengujian terhadap perhitungan yang telah dilakukan. Pengujian tersebut termasuk pengujian terhadap parameter-parameter QoS, yaitu : pengujian terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM
BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM Pada bab ini membahas mengenai hasil dan kinerja sistem yang telah dirancang sebelumnya yaitu meliputi delay, jitter, packet loss, Throughput dari masing masing
Lebih terperinciMODUL 9 PENGUKURAN QoS STREAMING SERVER
MODUL 9 PENGUKURAN QoS STREAMING SERVER TUJUAN PEMBELAJARAN: Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa diharapkan : 1. Mengerti dan memahami QoS (Quality of Service) pada jaringan 2. Mampu mengukur
Lebih terperinciCARA MENJALANKAN PROGRAM
CARA MENJALANKAN PROGRAM 4.1.1 Konfigurasi Router Dalam konfigurasi Wireless Distribution System (WDS) setiap mikrotik wireless dikonfigurasi sama dan saling terhubung yang sedikit berbeda hanya pada mikrotik
Lebih terperinciCara Setting Radio Streaming Menggunakan Shoutcast Winamp
Cara Setting Radio Streaming Menggunakan Shoutcast Winamp Oleh Purba Kuncara http://klikhost.com/radio-streaming Yang dibutuhkan untuk membuat radio streaming ada 2 software : 1. Winamp. Silahkan download
Lebih terperinciA. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa memahami konsep gateway 2. Siswa memahami skema routing 3. Siswa memahami cara kerja router 4. Siswa mampu melakukan konfigurasi static routing B. DASAR TEORI 1. Routing
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN. Bab ini berisi perancangan sistem audio streaming dengan server shoutcast dan icecast.
BAB III PERANCANGAN Bab ini berisi perancangan sistem audio streaming dengan server shoutcast dan icecast. 3.1. Server Shoutcast Arsitektur perancangan sistem audio streaming dengan server shoutcast digambarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Saat pengujian perbandingan unjuk kerja video call, dibutuhkan perangkat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Saat pengujian perbandingan unjuk kerja video call, dibutuhkan perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis perbandingan unjuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. dan pengamatan yang dilakukan terhadap analisis bandwidth dari sistem secara
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Pengujian dan pengamatan yang dilakukan penulis merupakan pengujian dan pengamatan yang dilakukan terhadap analisis bandwidth dari sistem secara keseluruhan yang telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENGEMBANGAN
BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA
Lebih terperinciBab III PERANCANGAN SISTEM
Bab III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah perencanaan dan implementasi video conference dengan dukungan MCU software. MCU software menggunakan OpenMCU v.1.1.7
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik Komposisi Protokol Transport
Analisis Kinerja Analisis kinerja dilakukan berdasarkan nilai-nilai dari parameter kinerja yang telah ditentukan sebelumnya. Parameter kinerja memberikan gambaran kinerja sistem, sehingga dapat diketahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dalam Tugas Akhir ini penulis mencoba untuk mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. globalisasi ini. Informasi merupakan hasil dari pengolahan, manipulasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri informasi adalah suatu hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Informasi merupakan hasil dari pengolahan, manipulasi dan pengorganisasian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radio Internet Radio internet menurut European Broadcasting Union (EBU) yang juga dikenal sebagai web radio, net radio,streaming radio atau e-radio adalah layanan penyiaran
Lebih terperinciGambar berikut merupakan aplikasi yang dibuat untuk mengontrol sebuah mobile. robot sederhana. Pada Tugas Akhir ini, aplikasi tersebut diberi MoBot
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM TELEOPERASI 4.1 Pengontrol Robot Gambar berikut merupakan aplikasi yang dibuat untuk mengontrol sebuah mobile robot sederhana. Pada Tugas Akhir ini, aplikasi tersebut diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada saya sebagai penulis sehingga dapat
Lebih terperinci7.1 Karakterisasi Trafik IP
BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan terhadap kebutuhan informasi semakin meningkat, dimana tidak hanya informasi berupa text dan gambar saja tetapi juga melibatkan semua aspek multimedia
Lebih terperinciMODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS
PRAKTIKUM NEXT GENERATION NETWORK POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA MODUL 7 ANALISA QoS pada MPLS TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang MPLS 2. Mengenalkan pada mahasiswa tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti membutuhkan informasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk mendapatkan informasi, salah satu contohnya adalah melalui banyak
Lebih terperinciANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI
ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan
Lebih terperinciCara Setting Radio Streaming Menggunakan Shoutcast Winamp
Cara Setting Radio Streaming Menggunakan Shoutcast Winamp Oleh Purba Kuncara http://adabisnis.com/shoutcast Yang dibutuhkan untuk membuat radio streaming ada 2 software : 1. Winamp. Silahkan download di
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS. Disajikan Oleh :David Sebastian Kelas :P4 NPM :
ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS Disajikan Oleh Nama :David Sebastian Kelas :P4 NPM :1011010101 Latar Belakang Internet Protocol didesain untuk interkoneksi
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA
ANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA Eko Kurniawan (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO. STUDI PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN VoIP PADA STANDART WIRELESS a, b, dan g.
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO STUDI PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN VoIP PADA STANDART WIRELESS 802.11a, 802.11b, dan 802.11g Subbakhtiar Rizqi Email : tiar.dinus.09@gmail.com ABSTRAK Teknologi Jaringan Komputer
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP
Lebih terperinciBAB IV Hasil dan Analisis. 4.1 Implementasi Implementasi Sharing File Menggunakan Kabel UTP
BAB IV Hasil dan Analisis 4.1 Implementasi 4.1.1 Implementasi Sharing File Menggunakan Kabel UTP Gambar. 4.1 Implementasi Sharring File Kabel UTP Untuk melakukan sharring file secara peer to peer, koneksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media server adalah sebuah komputer khusus atau server perangkat lunak mulai dari enterprice atau database yang menyediakan Video on Demand ( VOD ). Secara singkatnya
Lebih terperinciBAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X
BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X 3.1 Topologi Jaringan VPN IP Cakupan yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah layanan VPN IP Multiservice, dan digunakan topologi jaringan berbentuk
Lebih terperinciBab 4. Implementasi dan Pembahasan
Bab 4 Implementasi dan Pembahasan Pada bab ini dijelaskan tentang implementasi, konfigurasi komponenkomponen dari sistem VoIP yang dibangun. Langkah-langkah instalasi dan konfigurasi Linux Trixbox CE sebagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA
39 BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA Pada bab pengujian dan analisa akan menjelaskan tentang hasil dan berbandingan terhadap quality of service pada jaringan ASTInet yang digunakan di Head Office PT. Trans
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan, latar belakang, gambaran sistem, batasan masalah, perincian tugas yang dikerjakan, dan garis besar penulisan skripsi. 1.1. Tujuan Skripsi ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat berpindahpindah tempat. Meskipun
Lebih terperinciStreaming Radio dengan ubuntu 11.10
Streaming Radio dengan ubuntu 11.10 oleh RHENO SULISTYO Tugas PI ( Praktek Industri ) di Linux Center Jl. Diponegoro No. 219 Mukuh Kediri Telp. ( 0354 ) 7107313 Streaming Radio Radio intenet, radio online,
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut:
52 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Jaringan Perancangan jaringan untuk aplikasi video streaming dengan metode multicast menggunakan perangkat-perangkat sebagai berikut: 1. 3 buah PC dan 1 buah
Lebih terperinciPRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN
PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN I. Tujuan 1. Mahasiswa memahami konsep QoS. 2. Mahasiswa mampu menganalisa QoS pada suatu system jaringan II. Peralatan Yang Dibutuhkan 1. Beberapa komputer yang berfungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internet Protocol Television IPTV (Internet Protocol TV) merupakan sebuah sistem yang mampu menerima dan menampilkan video streaming dalam satu paket internet Protocol. Sebuah
Lebih terperinciAkses Remote Database via Internet
Akses Remote Database via Internet Konfigurasi network sederhana sebuah kantor perusahaan UKM kurang lebih mirip seperti yang ada digambar berikut, tidak harus wirelss network (seperti gambar), bisa juga
Lebih terperinciBAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario
BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN Pada tahap ini dilakukan implementasi sistem yang meliputi spesifikasi sistem untuk perangkat keras dan perangkat lunak pada sistem jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa perubahan yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia telekomunikasi, komunikasi
Lebih terperinciBab IV. Implementasi
Bab IV Implementasi 4.1 IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari implementasi yang sudah di rancang sesuai dengan topologi yang sudah di bahas di bab III. Implementasi yang akan dilakukan adalah
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai prosedur dalam pelaksanaan pengujian, spesifikasi komputer yang digunakan serta hasil dan analisisnya. Pengujian yang dilakukan antara
Lebih terperinciAd-Hoc. Dalam segi keamanan, jaringan ad-hoc dapat di konfigurasi tanpa password (open) atau menggunakan 2 metode yaitu WEP dan WPA.
Ad-Hoc Jaringan Ad-hoc adalah salah satu jenis dari Wireless Local Area Network (WLAN) yang terdiri dari sekumpulan node-node yang berkomunikasi satu sama lain secara langsung tanpa melibatkan node perantara
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer
BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah
Lebih terperinciRancang Bangun Aplikasi Guitar Effect Processor Online Berbasis Java
Rancang Bangun Aplikasi Guitar Effect Processor Online Berbasis Java Muhammad Firdaus - Ary Mazharuddin S., S.Kom., M.Comp.Sc Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi
Lebih terperinciPERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33
PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33 Fernadi H S, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS
ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM Perancangan Topologi Jaringan Komputer VPN bebasis L2TP dan IPSec
BAB 4. PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan sistem Virtual Private Network (VPN) site-to-site berbasis L2TP ( Layer 2 Tunneling Protocol) dan IPSec (Internet Protocol Security),
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed Pada gambar 4.1 adalah lokasi testbed yang akan diambil datanya. Lokasi testbed berada di lingkungan fakultas teknik Universitas, tiga buah router diletakkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1
I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi dan telekomunikasi semakin canggih dan pesat dengan adanya perkembangan internet. Saat ini teknologi informasi dan telekomunikasi sudah
Lebih terperinciEKSPANSI LAYANAN mimio PADA JARINGAN NIRKABEL
EKSPANSI LAYANAN mimio PADA JARINGAN NIRKABEL 802.11 Aditya Rama Mitra, Welly Kamarudin, Liana Tirtasendjaja Universitas Pelita Harapan Fakultas Ilmu Komputer MH Thamrin Blvd No. 2, Lippo Karawaci, Tangerang,
Lebih terperincie. Sebuah Mikrotik RB750r2 f. Sebuah TP-LINK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan percobaan dan perhitungan berdasarkan teori serta parameter-parameter yang ada. Setelah hasil didapatkan dilakukan pengolahan data dan analisis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian terhadap hasil virtualisasi pada sebuah controller. Melalui virtualisasi, sebuah controller dibagi menjadi beberapa
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL SIMULASI 4.1 Instalasi sistem Dalam melakukan simulasi pada jaringan VRRP ini, dibutuhkan program untuk membangun sebuah jaringan VRRP, pada simulasi ini menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input
BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR...
xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... i ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciAkses Remote Database via Internet
Akses Remote Database via Internet Konfigurasi network sederhana sebuah kantor perusahaan UKM kurang lebih mirip seperti yang ada digambar berikut, tidak harus wirelss network, bisa juga kabel LAN. Salah
Lebih terperinciPeran Metode Jaringan Kabel Dan Nirkabel Pada Perbandingan Kecepatan Streaming Online Radio
Peran Metode Jaringan Kabel Dan Nirkabel Pada Perbandingan Kecepatan Streaming Online Radio ABSTRAK Perkembangan Teknologi informasi seiring dengan berkembangnya bentuk jaringan. Adanya dua metode jaringan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Teknologi jaringan Wi-Fi (Wireless Fidelity) saat ini memperlihatkan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi jaringan Wi-Fi (Wireless Fidelity) saat ini memperlihatkan perkembangan pesat, terutama dalam hal kecepatan transfer data yang didukung oleh semakin besarnya
Lebih terperinciTRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management
TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management Jenis Koneksi Congestion Control QoS (Quality of Service) Metode Pengendalian Trafik (QoS) Simulasi Traffic Management
Lebih terperinciANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA
ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Made Suhendra Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas cara pengujian dari pengaturan bandwidth pada setiap teknik antrian sistem operasi, dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah GNU/linux dan FreeBSD,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengendalian kepadatan (congestion control) antrian di jaringan sampai saat ini tetap menjadi issue prioritas tinggi dan sangat penting. Pertumbuhan internet
Lebih terperinciIntegrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis
Integrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis Moodle Sebagai Metode Pembelajaran Jarak Jauh Pada Institusi Pendidikan Esther Sondang Saragih NRP
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN
RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN Ahmad Afis Abror 1,M.Zen Samsono Hadi 2,Idris Winarno 3 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka
1. Pendahuluan Jaringan komputer memegang peran yang signifikan dalam menghadapi persaingan kompetitif di masa yang akan datang, karena dapat memberikan efisiensi pada penggunaan sumber daya yang ada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. packet-switch, jadi dalam bertelepon menggunakan jaringan IP atau Internet.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP sendiri
Lebih terperinciRancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server
Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server Ahmad Budi Setiyawan 1, A.Subhan KH, ST 2, 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PENGUNAAN FRAME RELAY. 4.1 Proses percobaan Penggunaan Frame Relay. Pada proses penganalisaan ini penulis melakukan tes untuk
BAB IV ANALISA PENGUNAAN FRAME RELAY 4.1 Proses percobaan Penggunaan Frame Relay Pada proses penganalisaan ini penulis melakukan tes untuk membandingkan antara pengiriman data dari kantor pusat ke kantor
Lebih terperinci