BAB II LANDASAN TEORI. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa (PBS) yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar (Mulyati, 2000). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropolgi dan tata Negara. IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian yaitu pengetahuan social dan sejarah. Bahan kajian sosiologi mencakup antropolgi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata Negara. Bahan kajian sejarah menurut perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini. (Dik Das Men, 199: 14). Ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran IPS, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit, karena itu proses belajar mengajar perlu dihubungkan dengan kejadian sehari-hari yang dekat dengan siswa. Penyajian objek nyata atau gambar diharapkan dapat mendorong siswa merefleksikan hasil kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ada enam pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPS, yaitu : 9

2 10 1. Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri). 2. Inkuiri Sosial 3. Konstruktivisme 4. Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (salingtemas) 5. Pemecahan masalah 6. Pembelajaran sosial yang bermuatan nilai Pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara narasumber, simulasi/bermain peran, nyanyian, demonstrasi dan peragaan model. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung dari IPS pengajaran (mengajar). Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru harus memberikan peluang seluasluasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan semua siswa secara positif dan edukatif. B. Pengertian Metode Karyawisata Pengertian metode tercantum di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, sedangkan karyawisata adalah bepergian atau mengunjungi suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan.

3 11 Menurut Mahfudh Salahudin, metode adalah suatu cara yang paling tepat digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran, sehingga tujuan dapat dicapai, sedangkan menurut Zuhairini metode dalam mengajar adalah : a. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan. b. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat Bantu mengajar. c. Merupakan kebulatan dalam satu system pendidikan. Metode mengajar sebagai upaya mencapai tujuan, dengan demikian diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelasjelasnya merupakan pesyaratan terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat, kesulitan dalam menentukan dan memilih metode yang tepat. Apa yang ingin dituju oleh suatu program bidang studi melalui unit pengajaran, semua termasuk dalam ruang lingkup dari metodologi. Metode yang tepat dan bervariasi dalam mengajarkan mata pelajaran dalam bidang IPS salah satunya dengan cara mengajak para siswa ke suatu tempat, seperti daerah pegunungan, perkebunan, pesawahan, ataupun museum, yang salah satunya bertujuan untuk menjelaskan kepada para siswa bahwa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa itu harus kita syukuri keberadaanya karena di alam semesta ini terdapat berbagai macam ilmu pengetahuan oleh karenanya harus kita lestarikan agar tidak cepat rusak atau punah. Dalam mempelajari metode karyawan tersebut di atas akan membuat para siswa tertarik mata pelajaran tersebut, khususnya mata pelajaran IPS. Dari beberapa pengertian di atas, jelaslah bahwa metode adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada para siswa, agar siswa dapat menangkap

4 12 pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh siswa dengan baik. Dalam memilih metode mengajar yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik adalah filsafat pendidikan, tujuan pelajaran yang hendak dicapai, anak didik yang kondusif, dan bahan pelajaran yang akan disampaikan. Jadi metode menentukan prosedur yang hendak ditempuh dalam mencapai tujuan. Metode bukan suatu tujuan, melainkan suatu cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dapat di IPS pahami bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan mengajar adalah bagaimana perubahan yang diharapkan itu terjadi, metode nama yang dianggap paling tepat untuk menimbulkan perubahan itu. Penelitian-penelitian ilmiah belum berhasil menemukan dan menunjukkan adanya metode mengajar yang lebih lengkap dibandingkan dengan metode lainnya untuk mencapai tingkah laku yang diharapkan, hal ini disebabkan karena Sarjana dan pendidik belum berhasil dibandingkan dengan metode lainnya untuk mencapai tujuian pengajaran. Variasi-variasi yang terdapat dalam tuntutan pengajaran menimbulkan pula adanya variasi-variasi dalam metode mengajar tidaklah dapat dipisahkan dari tujuan yang hendak dicapai. Apakah tujuan itu berhubungan dengan tingkah laku dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Metode yang digunakan adalah metode yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, memberi kesempatan terjadinya feed back, menstimulur kegiatan-kegiatan dan inisiatif siswa untuk menemukan dan memecahkan problem-problem dan sebagainya. Suatu hal yang tidak dapat disangka lagi, bahwa kebutuhan terhadap metode adalah mutlak dalam pendidikan

5 13 dan pengajaran, karena metode merupakan sarana dari segala macam agar tercapai hasil yang memuaskan. Tanpa metode, maka hasil kerja tidak akan teratur dan berjalan dengan baik. Jadi dalam memberikan pelajaran IPS dan perubahan-perubahan yang diinginkan harus memperhatikan faktor usia, lingkungan, sifat bahan pelajaran, minat, dan kemampuan anak didik. Maka salah satu cara untuk mengefektifkan dan menghidupkan proses belajar mengajar adalah dengan metode karyawisata. Terkadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak untuk ke luar kelas (sekolah), hal ini bertujuan untuk meninjau tempat-tempat tertentu atau objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran, hal ini diharapkan bukan hanya sekedar untuk berekreasi saja, tetapi untuk belajar penggunaan teknik atau metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu yang relevan dengan pelajaran. Objek dari karyawisata ini dapat dilakukan di perkebunan, pabrik, bengkel, dan sebagainya. Metode karyawisata mempunyai sinonim kata, antara lain widya wisata dan study tour. Tujuan dari karyawisata antara lain adalah untuk memperluas wawasan. Metode karyawisata IPS jauh memberikan lebih memberikan pengalaman luas kepada siswa dibandingkan dengan hanya di dalam ruangan. Karyawisata IPS tidak berarti harus dilakukan ke tempat yang jauh, dengan waktu yang lama, biaya

6 14 yang banyak, tetapi dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah seperti halaman sekolah atau kebun sekolah. Ketika kita melakukan karyawisata IPS, seluruh pancaindra kita fungsikan. Selama kegiatan karyawisata berlangsung, sebaiknya kita hanya berperan sebagai pembimbing atau nara sumber, biarkanlah para siswa mengamati, mengukur, menganalisis, dan menarik kesimpulan sendiri, dan supaya hasil lebih maksimal diperlukan guru pembimbing lebih dari satu orang. C. Pelaksanaan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran IPS Karyawisata sebagai metode mengajar memerlukan langkah-langkah yang baik, di antaranya : persiapan dan perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut. a. Persiapan dan Perencanaan Mempersiapakan dan merencanakan karyawisata hendaknya bersamasama dengan anak-anak sekalipun guru sudah mempunyainya. Hal-hal yang perlu dibicarakan bersama, diantaranya : 1. Tujuan dan sasaran yang akan dituju. 2. Aspek-aspek atau permasalahan yang akan diselidiki. Ada baiknya apabila dirumuskan pertanyaan-pertanyaan berkenan dengan Pembelajaran IPS dan aspek-aspek atau masalah yang akan dicapai. 3. Membaca atau mengumpulkan informasi berkenaan dengan karyawisata. 4. Terbentuknya kelompok-kelompok yang akan membahas atau menyelidiki aspek-aspek yang telah dirumuskan. Setiap kelompokpun hendaknya

7 15 membagi-bagi tugas lagi sehingga setiap orang mempunyai tugas yang jelas. Misalnya ada yang harus mengamati, mengumpulkan, bahan-bahan, bertanya, mencatat, dan lain-lain. 5. Membentuk petugas khusus bila perlu, misalnya untuk menghubungi pengurus yang akan dikunjungi, ketua rombongan atau pemimpin kelompok baik untuk diskusi kelak. 6. Waktu karyawisata supaya ditetapkan. b. Pelaksanaan Karya Wisata Karya wisata hendaknya dilakukan dengan tertib. Setiap orang supaya melakukan tugasnya, baik mengumpulkan bahan maupun mencatat yang kemudian akan di laporkan kepada kelompok atau kelas. Mengerjakan tugas dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok kecil. Setiap orang hendaknya mengecek tugasnya yang telah disiapkan sebelumnya apakah telah dilakukan atas belum. c. Tindak Lanjut Karya wisata tidak berakhir pada waktu meneliti kemudian membuat kesimpulan-kesimpulan tertulis, melainkan perlu diikuti dengan suatu tindak lanjut. Hal ini penting karena apa yang diamati seseorang atau kelompok tertentu belum tentu diamati yang lain. Sedangkan tujuan karya wisata supaya semua orang mengetahui semua aspek yang diselidiki. Karena itu dalam tindak lanjut ini perlu ada presentasi atau laporan, kelompok ini diikuti dengan tanya jawab dan diskusi.

8 16 Bahkan ada kalanya seseorang mendemontrasikan hasil penelitiannya. Juga di dalam tindak lanjut ini diadakan penilaian tentang kegiatan mereka, apakah karya wisata itu berjalan lancar, tertib dan bermanfaat? kekurangankekurangan apa yang dirasakan dan bagaimana kemungkinannya untuk memperbaikinya. D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Karyawisata 1. Kelebihan Metode Karyawisata a. Lingkungan menyediakan berbagai hal menarik yang dapat dipelajari siswa, metode karyawisata mempunyai prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses belajar mengajar. b. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, dengan memahami dan menghayati aspekaspek kehidupan yang ada di lingkungannya dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi siswa seperti cinta lingkungan. c. Kegiatan belajar mengajar akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar dan bermakna (meaningful learning) sebab hanya siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarya. d. Pengajaran dengan metode karyawisata dapat lebih merangsang kreatifitas juga aktifitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan cara seperti mengamati, bertanya, membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya.

9 17 e. Siswa dapat berpartisipssi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada objek karyawisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh di sekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau keterampilan mereka. f. Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadap, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencoba teorinya kedalam praktek (Suhardjono 2004 : 85 dalam http//mariaulfah 15.multiply.com/journal/item/3/metode-pembelajaran) mengungkapkan bahwa metode karyawisata (fiel-trip) memiliki keuntungan (a) memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarya, (c) memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) memberi kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir. 2. Kekurangan Metode Karyawisata a. Fasilitas yang diperlukan sulit untuk disediakan siswa di sekolah. b. Biaya yang digunakan untuk acara ini lebih banyak. c. Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. d. Memerlukan koordinasi dengan guru yang lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata.

10 18 e. Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripsda tujuan utama, sedangkan unsur studinya menjadi tambahan. f. Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan ini dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan. g. Jika terlalu sering dilaksanakan, akan dapat mengganggu rencana pelajaran. h. Jika pelaksanaan karyawisata itu terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan minat siswa terhadap karyawisata, sehingga tujuannya tidak tercapai. Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut (Suhardjono 2004 : 85 dalam http//mariaulfah 15.multiply.com/journal/item/3/metode-pembelajaran) adalah : (a) memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) biaya transportasi dan akomodasi mahal. E. Indikator Metode Karyawisata Berdasarkan uraian di atas maka penulis melampirkan indikator metode karyawisata adalah sebagai berikut : a. Metode pengajaran karya wisata 1) Menerapkan metode karya wisata b. Alasan penggunaan metode karya wisata 1) Keuntungan metode karya wisata 2) Menumbuhkan minat belajar siswa 3) Mengembangkan kerjasama siswa

11 19 4) Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran IPS tentang sumber daya alam. c. Tujuan dan sasaran metode karyawisata 1) Memperdalam pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas 2) Mengkonkritkan materi ajar di kelas F. Penerapan Metode Karyawisata Pada Pembelajaran IPS di SDN Kutamanis Penerapan Metode Karyawisata pada pembelajaran IPS kelas IV SDN Kutamanis dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa diharapkan semua siswa terlibat aktif baik fisik maupun mental sehingga para siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna, mudah diingat dan secara tidak langsung dapat meningkatkan minat belajar siswa. Peneliti memilih metode karyawisata dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan berbagai pertimbangan yang dapat dijadikan dasar dalam pemilihan metode tersebut. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain metode yang di IPS kan guru masih klasikal yaitu menggunakan metode ceramah atau terpusat pada guru sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang disampaikan guru. Disamping itu siswa kelas IV khususnya siswa laki-laki banyak yang dikatakan malas untuk mengikuti pelajaran, tak sedikit banyak guru yang mengeluh dengan kelakuan para siswa ketika berada di dalam kelas sewaktu proses belajar mengajar berlangsung. Oleh sebab itu, peneliti berkesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar sesekali siswa perlu diajak ke luar kelas untuk meninjau tempat tertentu

12 20 atau objek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan dan tentu saja untuk mengurangi kebosanan siswa selama belajar di dalam kelas. Metode karyawisata IPS jauh memberikan lebih pengalaman luas kepada siswa dibandingkan dengan hanya di dalam ruangan. Karyawisata IPS tidak berarti harus dilakukan ke tempat yang jauh, dengan waktu yang lama, biaya yang banyak, tetapi dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah seperti halaman sekolah atau kebun sekolah. Dengan mengikuti langkah-langkah dalam penerapan metode karyawisata diharapkan segala yang diingginkan oleh peneliti yaitu untuk mengurangi kebosanan siswa dengan metode yang sama serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran dengan metode karyawisata: a. Persiapan dan Perencanaan Mempersiapkan dan merencanakan karyawisata hendaknya bersama-sama dengan anak-anak sekalipun guru sudah mempunyainya. Hal-hal yang perlu dibicarakan bersama, diantaranya : 1. Tujuan dan sasaran yang akan dituju. 2. Aspek-aspek atau permasalahan yang akan ditanyakan. Ada baiknya apabila dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan Pembelajaran IPS dan aspek-aspek atau masalah yang akan dicapai. 3. Membaca atau mengumpulkan informasi berkenaan dengan karyawisata.

13 21 4. Terbentuknya kelompok-kelompok yang akan membahas atau menyelidiki aspek-aspek yang telah dirumuskan. Setiap kelompokpun hendaknya membagi-bagi tugas lagi sehingga setiap orang mempunyai tugas yang jelas. Misalnya ada yang harus bertanya (bertanya bergantian) mencatat, dan lainlain. 5. Membentuk petugas khusus bila perlu, misalnya untuk menghubungi pengurus yang akan dikunjungi, ketua rombongan atau pemimpin kelompok baik untuk diskusi kelak. 6. Waktu karya wisata supaya ditetapkan. b. Pelaksanaan Karya Wisata Karya wisata hendaknya dilakukan dengan tertib. Setiap orang supaya melakukan tugasnya, baik mengumpulkan bahan maupun mencatat yang kemudian akan dilaporkan kepada kelompok atau kelas. Mengerjakan tugas dapat dilakukan perorangan ataupun kelompok kecil. Setiap orang hendaknya mengecek tugasnya yang telah disiapkan sebelumnya apakah telah dilakukan atas belum. c. Tindak Lanjut Karya wisata tidak berakhir pada waktu meneliti kemudian membuat kesimpulan-kesimpulan tertulis, melainkan perlu diikuti dengan suatu tindak lanjut. Hal ini penting karena apa yang diamati seseorang atau kelompok tertentu belum tentu diamati yang lain. Sedangkan tujuan karya wisata supaya semua orang mengetahui semua aspek yang diselidiki. Karena itu dalam tindak lanjut ini

14 22 perlu ada prestasi atau laporan kelompok yang diikuti dengan tanya jawab dan dikusi. G. Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS 1. Pengertian Motivasi Dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan tercapainya tujuan. Bahkan sudah umum orang menyebut kata motivasi untuk menunjukkan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Motif dapat dibatasi sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tecapainya suatu tujuan. Ini berarti, motif itulah yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu melakukan suatu tindakan. Kemudian dari kata motif ini dapat dikembangkan menjadi motivasi. (Sardiman 2004 : 73) Untuk memperjelas pengertian motivasi, berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Pasaribu dan Simanjuntak (1993:50) mengartikan motivasi sebagai suatu tenaga (dorongan alasan kemauan) dalam diri yang menyebabkan kita berbuat/ betindak yang diarahkan pada tujuan yang hendak di capai. Sedangkan menurut Tabrani Rusyan (1994:99) bahwa Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan di dasari adanya suatu kebutuhan. Selain itu Muhibbin Syah (1995:136) mengatakan bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

15 23 Menurut Mc. Donald seperti yang dikutip Sardiman A.M.(2004:73-74) bahwa Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting. Bahwa Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu mansuia. Perkembangan terjadinya perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena mengangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. a. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. b. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang komplek. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala jiwa, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Motivasi juga mempunyai arti kekuatan pendorong yang ada dalam diri

16 24 seseorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan (Mansur, 1987:42). Sedangkan menurut Uzer Usman (1999:28) memotivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Selanjutnya Abu Ahmadi (1992:140) mengatakan bahw motivasi adalah sesuatu kekuatan dalam diri organisme itu bertindak atau berbuat. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1993:60) mendefinisikan motivasi sebagai berikut : Motivation is an energizing of the organisme that serves to direct that organism toward the good or goals of certain class. Jadi motivasi diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan/ dorongan) yang menggerakan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain motivasi itu akan menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu berbuat, bertindak atau bertingkah laku. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah usaha untuk menyediakan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Walaupun motivasi tumbuh di dalam diri individu, tetapi dalam perkembangannya dapat dirangsang oleh faktor dari luar. 2. Indikator Motivasi Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan dan tidak dapat diamati secara langsung. Tetapi tidak berarti merupakan suatu substansi yang dapat diamati, hanya yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam item-item tertentu, yang menurut Abin Syamsudin (1995:28)

17 25 indikator motivasi adalah : a. Durasi Kegiatan Penggunaan waktu secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar, sehingga dapat memberikan nilai positif terhadap peningkatan kreativitas belajarnya. Kemampuan siswa dalam menggunakan waktu belajar akan di dorong dengan adanya kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi yang dimilki oleh siswanya. b. Frekuensi kegiatannya Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa pada dasarnya dapat dilihat dari frekuensi dalam melakukan kegiatan belajarnya yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Frekuensi kegiatan yang dimaksud disini adalah kemampuan siswa menggunakan waktunya untuk kegiatan belajar. Ini berarti siswa yang memiliki motivasi akan melakukan sebagian besar waktunya untuk kegiatan belajar. c. Persistensi Bagi siswa yang mengetahui dan memahami tujuan belajar serta menjadikannya sebagai motivasi untuk memperoleh prestasi yang setinggitingginya akan bergairah dan bersemangat dalam belajarnya. Sebaliknya bagi siswa yang tidak mengetahui tujuan belajar dan tidak menjadikannya sebagai motivasi akan tampak kurang bergairah dalam belajarnya. d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

18 26 Dengan menumbuhkan kesadaran pada diri siswa bahwa setiap usaha pencapaian prestasi dan tujuan belajar yang setinggi-setingginya akan selalu menghadapi yang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Dalam hal ini siswa dituntut untuk bekerja keras demi tercapainya prestasi belajar yang diharapkannya. Bagi siswa yang memiliki motivasi, masalah motivasi, masalah dan kesulitan belajar akan dijadikan sebagai tantangan, sehingga dituntut untuk bekerja keras dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya bagi siswa yang tidak memiliki motivasi, masalah dan kesulitan belajar sering mengakibatkan kemalasan untuk belajar. e. Tingkat Aspirasi Tingkat aspirasi siswa dalam belajar,baik yang berkenaan dengan maksud, rencana, cita-cita dan sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar adalah dasar bagi pencapaian belajar yang optimal. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk pencapain hasil belajarnya akan didasarkan kepada kebutuhannya, sehingga dalam belajar akan bersungguh-sungguh dan bertumpu pada tujuan yang ingin dicapainya. f. Devosi dan Pengorbanan Usaha untuk meraih prestasi belajar yang optimal jelas memerlukan ketekunan dan pengorbanan, baik aspek tenaga, waktu, pikiran, keuangan, dan lain-lain. Dengan memiliki motivasi belajar yang tinggi, para siswa akan lebih bersemangat dan bergairah untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar meski mereka harus berkorban.

19 27 g. Tingkat Kualifikasi dan Prestasi Tingkat kualifikasi dan prestasi siswa akan diperoleh ketika siswa memasuki lembaga pendidikan sekolah, ketika mengikuti proses belajar mengajar dan ketika siswa menyelesaikan belajarnya pada lembaga sekolah tersebut. Tingkatan kualifikasi dan prestasi belajar siswa berkaitan dengan hasil atau out put yang diperoleh siswa dalam belajar mengajar, dan ketika siswa menyelesaikan belajarnya pada lembaga sekolah tersebut. Tingkatan kualifikasi dan prestasi belajar siswa berkaitan dengan hasil atau output yang diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar. h. Arah Sikap Arah sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kevaliditasan sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan yang diharapkan oleh para siswa. Sikap siswa terhadap kegiatan belajar merupakan reaksi terhadap sasaran kegiatan belajar mengajar yang hendak dicapai secara sadar dan akan tergantung kepada rangsangan yang dihadapinya dalam situasi belajarnya. 3. Macam-macam Motivasi Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. 1) Motif-motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi

20 28 itu ada tanpa dipelajari. 2) Motif-motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari. Di samping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motivasi sebagai berikut: 1) Cognitive Motive, yakni menyangkut kepuasan individual. 2) Self-expression, yakni sebagian dari perilaku manusia. 3) Self-enhancement, yakni melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. 2) Motif-motif darurat, antara lain dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,untuk berusaha, untuk memburu. 3) Motif-motif objektif, yakni menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah 1) Momen timbulnya alasan, sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat berlatih olah raga untuk menghahadapi suatu porseni di sekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta. 2) Momen pilih, yakni dalam keadaan pada waktu ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif atau alasan-alasan itu.

21 29 3) Momen putusan, yakni dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. 4) Momen terbentuknya kemauan, yakni dorongan pada diri seseorang untuk bertindak, melaksanakan putusan itu. d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik 1) Motivasi intrinsik, motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi ekstrinsik, motif-motif yang aktif dan berfungsinya kerena adanya perangsang dari luar.

BAB II METODE KARYAWISATA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD. direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar

BAB II METODE KARYAWISATA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD. direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar 8 BAB II METODE KARYAWISATA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN KLINIK CLINIC TOUR. Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodik Khusus. Dosen Pembimbing : Arika., M.

METODE PEMBELAJARAN KLINIK CLINIC TOUR. Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodik Khusus. Dosen Pembimbing : Arika., M. METODE PEMBELAJARAN KLINIK CLINIC TOUR Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodik Khusus Dosen Pembimbing : Arika., M.Keb Disusun Oleh: 1. Ika Rahmawati (1602430011) 2. Arie Anggraini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH Dwinanto¹, Rif at Hamdy², Zuhermandi³ ¹Mahasiswa Program Studi Penjaskesrek Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam interaksi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang belum juga bisa terselesaikan. Mulai dari kurikulum dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam mata pelajaran IPA di sekolah-sekolah, tujuan dari pengajaran IPA tidak akan tercapai apabila siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok bagi siswa sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi bertujuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Sadiana Lase. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Oleh : Sadiana Lase. Abstrak HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Oleh : Sadiana Lase Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). Menurut Mc.Donald, di dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Permasalahan yang sering ditemukan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Bimafika, 2016, 8, 10 15 Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia sesungguhnya telah menjadi program nasional yang dituangkan dalam UU No. 20/2003 salah satu cara meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Kuartet Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pembelajaran merupakan sesuatu yang harus ditempuh seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar mampu mencapai kualifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar. Pendapat yang sama pun diungkapkan oleh Muhibbin Syah. dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.

BAB II KAJIAN TEORI. belajar. Pendapat yang sama pun diungkapkan oleh Muhibbin Syah. dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Menurut W.S Winkel (2004:526) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu kesatuan. dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama

LANDASAN PSIKOLOGIS BK. Diana Septi Purnama LANDASAN PSIKOLOGIS BK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id Batasan Motif Sumadi Suryabrata (1995) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk manusia yang berakal, berilmu, dan bermoral.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar IPS 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Fasilitas Belajar Penelitian ini fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman,2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah syarat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1.1 Belajar Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi sangat di perlukan dalam kegiatan pembelajaran, dengan kata lain hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Karena motivasi dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap rumah sakit ingin berhasil dalam mewujudkan tujuannya, antara lain menjaga kelangsungan hidup rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akibatnya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Slamet (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran 1. Definisi Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Aktivitas Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana III. METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana tindakan, data penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM 7 BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM A. Keterampilan Proses Sains 1. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ). Sumber daya manusia

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku, ini mengandung makna ciri proses belajar adalah perubahan- perubahan tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu sekolah tentunya semakin banyak konflik.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu sekolah tentunya semakin banyak konflik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, dan budaya mendorong perubahan kebutuhan dan kondisi serta menimbulkan berbagai macam tantangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada pelaksanaan di lapangan peneliti dibantu oleh beberapa orang observer untuk melihat kemunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa maka, peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama pebangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran BAB II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Teori 1. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) Menurut buku panduan PPL FKIP UNPAS (2017, h. 1) PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan kegiatan akademik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kompetensi guru a. Pengertian Guru Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak berinteraksi dengan siswa. Guru mempunyai tugas membuat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata Motif dalam

BAB II KAJIAN TEORI. penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata Motif dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. segenap kedalaman dan keleluasaan pribadi sebagai cadangan pikiran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. segenap kedalaman dan keleluasaan pribadi sebagai cadangan pikiran dan 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pembelajaran Koeswara(2005:45),menjelaskan bahwa proses belajar yang baik adalah proses pembekalan yang melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa pendidikan, ia seakan-akan tidak memiliki keterpaduan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa pendidikan, ia seakan-akan tidak memiliki keterpaduan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang selalu membutuhkan pendidikan. Dengan pendidikan, kebutuhan rohani dan jasmani manusia bisa terpenuhi. Manusia tanpa pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi,

Lebih terperinci