BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang
|
|
- Veronika Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang 1.1.Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah ukuran antropometri yang sangat labil. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka dapat menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). 3 Berat badan dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. 3. Penimbangan berat badan adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk 4. Berat badan merupakan ukuran yang paling 20
2 baik mengenai konsumsi energi, protein dan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlangsung 4. Hal-hal yang harus diperhatikan jika berat badan sebagai salah satu kriteria menentukan keadaan gizi seseorang adalah : Berat badan harus dimonitor untuk memberikan informasi yang memungknkan intervensi gizi preventif secara dini (dan intervensi guna mengatasi kecenderungan penurunan/penambahan berat yang tidak dikehendaki). Berat badan harus dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan, baik gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir 12. IMT ( Indeks Massa Tubuh ) merupakan sarana untuk mengukur resiko penyakit kronis Pasien Schizophrenia Pasien schizophrenia adalah pasien dengan deskripsi suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear 21
3 conciousness) dan kemampuan intelektual tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Schizophrenia merupakan penyakit otak kronis berat yang dapat melumpuhkan kerja otak. Kira-kira 1% penduduk terjangkiti schizophrenia selama jangka waktu hidup mereka. Orang dengan schizophrenia dapat berbicara yang tidak masuk akal, dapat duduk selama berjam-jam tanpa bergerak atau banyak bicara, atau dapat terlihat baik-baik saja sampai mereka mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Kebanyakan orang dengan schizophrenia memiliki kesulitan dalam bekerja atau mengurusi diri mereka sendiri, beban pada keluarga dan masyarakat menjadi cukup signifikan. Perawatan yang tersedia dapat melepaskan banyak dari gejala-gejala gangguan ini, namun kebanyakan orang yang mengalami schizophrenia harus tetap mengalami gangguan yang tersisa sepanjang hidup mereka Gizi Kurang Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang 1. Status gizi baik atau status gizi optimal terjaadi bila tubuh memperoleh cukup zatzat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan serta kesehatan secara umum pada tingkat setingggi mungkin 1. 22
4 Gizi kurang adalah keadaan kekurangan berat badan yang disebabkan oleh kurang gizi karena rendahnya konsumsi energi dalam makanan seharihari 3. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi essensial 1. Klasifikasi gizi kurang pada pasien rawat inap berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab primer gizi kurang adalah karena asupan zat gizi yang tidak adekuat sedangkan penyebab sekunder gizi kurang adalah penyakit yang dapat mempengaruhi asupan makanan, meningkatnya kebutuhan, perubahan metabolisme dan malabsorbsi. 6 Klasifikasi gizi kurang berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan pembagian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam m) pangkat dua 12. Berat badan (kg) IMT = Tinggi badan 2 (m) Batas ambang IMT pada orang dewasa ditentukan dengan merujuk pada FAO/WHO. Batas ambang IMT Indonesia adalah sebagai berikut : 23
5 Tabel 2.1 Batas Ambang IMT Indonesia Status Gizi Kategori IMT Kurang Status gizi kurang tingkat berat Status gizi kurang tingkat ringan <17,0 17,0 18,5 Normal > 18, Lebih Status gizi lebih tingkat ringan Status gizi lebih tingkat berat > 25,0 27,0 > 27,0 Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat DepKes RI Tahun Akibat Gizi Kurang Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidarat 68.6 %, lemak 20.6%, sedangkan protein sebesar 10.8%. Hal ini diperoleh dari Biro Pusat Statistik Tahun 1996, sedangkan WHO (1990) menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak dan 55-75% dari karbohidrat 9. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin 1. Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh 24
6 tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses : Produksi Tenaga Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lelah, dan produktifitas kerja menurun. Pertahanan Tubuh Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terkena infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Struktur dan fungsi Otak Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir berkurang. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen. Perilaku Baik anak-anak maupun dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis 1. Dari keterangan di atas tampak, bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumber daya manusia. 1 25
7 2. Pemberian Makanan Tambahan 2.1 Asupan Makanan Pasien yang memerlukan dukungan gizi : Malnutrisi berat (dengan penurunan berat badan yang mencolok dan atrofi muskuler) Malutrisi sedang (berkurangnya masukkan makanan dalam bulan sebelumnya; parameter nutrisi yang rendah/normal-rendah) Status gizi normal/mendekati normal (tetapi menghadapi risiko KKP (Kekurangan Kalori Protein) akibat penyakit atau sakit yang ada dibaliknya dalam keadaan tanpa dukungan gizi) 20 Pemberian diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) pada pasien gizi kurang adalah langkah yang tepat. Tujuan pemberian diet TKTP ini adalah memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Untuk memudahkan penyelenggaraan, makanan yang diperlukan untuk menambah konsumsi kalori dan protein ditambahkan pada makanan biasa berupa tambahan lauk dan susu
8 Berdasarkan analisis deskripsi terhadap perubahan BB pada pasien schizophrenia dengan gizi kurang pada setelah perlakuan 1 dan setelah perlakuan 2, sebanyak 34.8% pasien tidak mengalami kenaikan BB setalah diberikan perlakuan 1 sedangkan hanya 8.9 % pasien tidak mengalami kenaikkan BB setelah perlakuan. Dengan demikian diharapkan ada perbedaan BB yang signifikan setelah perlakuan 1 dan 2. Perencanaan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor : 1) Kebutuhan gizi sehingga membantu dan mempercepat penyembuhan. 2) Menyesuaikan dengan kebiasaan dan pola makan pasien termasuk makanan kesukaan dan makanan yang dipantang. 3) Keadaan sosial ekonomi (untuk perorangan). 4) Kemampuan rumah sakit 6. Dalam pelaksanaan asuhan gizi, penentuan terapi gizi pasien harus berpedoman pada tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula, tepat bentuk, tepat cara pemberian, serta tepat dosis dan waktu 7. 27
9 Dalam Nirwanawati (1997), perlu adanya aturan yang dipakai untuk memberikan makanan secara rasional yaitu : 1. Tepat Indikasi Perlu ditetapkan apakah pemberian makanan pada penderita secara oral, enteral atau parenteral. 2. Tepat Penderita Kedaaan penderita mempengaruhi tujuan, dosis, jenis makanan yang akan kita berikan. Misalnya bagi penderita penyakit ginjal atau hati perlu ditentukan pilihan jenis maupun dosis protein yang diberikan. 3. Tepat Gizi Misalnya penderita DM perlu diatur kalorinya sesuai dengan BB, TB maupun kondisi pasien pada saat itu. 4. Tepat Dosis Yang dimaksud adalah cara pemberian, tepat waktu dan lama pemberian 5. Waspada terhadap efek samping Efek samping yang terjadi pada makanan oral adalah alergi, sedangkan efek samping makanan enteral adalah kolik dan diare
10 Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, ahli gizi akan mempelajari preskripsi diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Cara pemberian dan bentuk makanan yang akan diberikan disesuaikan dengan kondisi pasien. Apabila dari preskripsi diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka ahli gizi akan mengkonsultasikannya kepada dokter 4. Wewenang tertinggi dalam memberikan pelayanan pada pasien adalah pada dokter, jadi memberikan anjuran diet diperbolehkan sepanjang diketahui atau atas permintaan dokter Bentuk Makanan Tambahan Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mencerna makanan. Oleh karena itu, seorang ahli gizi akan membantu pasien dalam memilih bahan makanan yang dianjurkan atau yang harus dibatasi 10. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk makanan yang dapat diterima dan tidak memberatkan fungsi organ tubuh 7. Bentuk makanan yang biasa diberikan dalam asuhan gizi adalah bentuk makanan yang mengacu pada standar makanan rumah sakit dan standar makanan khusus. Standar makanan rumah sakit terdiri dari 5 macam, yaitu makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, makanan cair dan makanan 29
11 lewat pipa. Dan untuk standar makanan khusus di antaranya adalah diet tinggi kalori tinggi protein, diet rendah kalori, diet rendah garam, dsb 2. nutrisi : Bila terdapat faktor-faktor dibawah ini perlu segera adanya dukungan 1. Masukan makanan yang tidak adekuat selama lebih dari 10 hari. 2. Berat badan turun lebih dari 10 % dalam waktu singkat. 3. Berat badan terakhir kurang dari 80 % dari berat badan ideal. 4. Kadar serum albumin kurang dari 3 gram 20. Dukungan gizi dapat diberikan dengan dua cara yaitu makanan enteral dan makanan parenteral. Makanan enteral merupakan pilihan utama bilamana fungsi gastro intestinal tidak terganggu, karena prosesnya berlangsung fisiologik 20. Makanan Enteral merupakan suatu metode pemberian makanan dalam bentuk cair melalui saluran cerna dengan tujuan meningkatkan keefektifan penyerapan zat gizi 22. Berdasarkan cara pemberiannya nutrisi enteral dapat diberikan melalui jalur oral maupun pipa. Dalam Warpadji Sarwono, dkk Istilah makanan enteral merupakan suatu metode pemberian dalam bentuk cair melalui saluran cerna. Jadi di dalamnya termasuk makanan normal 21. Menurut Iqbal Mustafa tahun 2003 dalam konsesus nutrisi enteral, makanan 30
12 enteral merupakan suatu metode pemberian makanan dalam bentuk cair melalui saluran cerna dengan tujuan meningkatkan keefektifan penyerapan zat gizi 21. Berdasarkan cara pemberiannya makanan enteral dapat diberikan melalui jalur oral maupun pipa 21. Beberapa persyaratan makanan enteral di antaranya adalah : 1. Memiliki kepadatan kalori tinggi (densitas) Agar dalam bentuk cair tetap memiliki kalori yang cukup maka harus memiliki kepadatan kalori tinggi, sehingga dengan volume yang tidak terlalu besar jumlah jumlah dapat dicapai. Kepadatan kalori yang ideal adalah 1 kkal/ml cairan 2. Kandungan zat gizinya seimbang Dalam jumlah minimal untuk kebutuhan sehari-hari harus mudah mengandung semua komponen zat gizi essensial seperti protein, asam amino, lemak, vitamin, elektrolit dan elemen lain yang memenuhi jumlah kebutuhan 3. Memelihara osmolaritas yang sama dengan osmolaritas cairan tubuh Jika osmolaritas makanan enteral tinggi, maka akan menimbulkan diare karena cairan tubuh akan ditarik masuk ke dalam lumen usus. Maka 31
13 agar tidak terjadi hal tersebut, osmolaritas makanan enteral idealnya adalah mmol sesuai dengan osmolaritas cairan ekstraseluler. 4. Mudah diabsorbsi Bahan baku enteral, sebaiknya berasal dari komponen yang mudah diabsorbsi sehingga hanya memerlukan sedikit kegiatan pencernaan. 5. Dibuat hanya untuk 24 jam 21. Keuntungan makanan enteral : 1. Ekonomis 2. Memacu sekresi hormon pencernaan 3. Mencegah atrofi villi 4. Mencegah pertumbuhan bakteri dan translokasi bakteri 5. Tanpa resiko sepsis kateter dan flebitis Indikasi pemberian makanan enteral adalah pasien dengan gangguan intake lewat oral dan intake oral tidak mencukupi Asupan Makanan Tambahan Daya terima makanan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya. 32
14 Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak menghabiskan makanan disajikan antara lain : 1. Faktor internal Faktor yang berasal dari dalam diri si penerima makanan sendiri seperti nafsu makan, kebiasaan makan dan rasa bosan. 2. Faktor eksternal Faktor makanan itu sendiri terutama menyangkut kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makanan (penampilan dan rasa makanan), waktu makan, jarak makan dan juga cara penyajian makanan 13. Menurut Sunita Almatsier dalam Ismayanti dalam gambaran daya terima makanan terhadap cita rasa makanan pada pasien rawat inap dewasa di perawatan kelas II RS Haji Jakarta, faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima makanan yang disajikan antara lain adalah cita rasa makanan, faktor demografi (umur dan tingkat pendidikan) faktor lingkunngan dan selera makan 14. Berdasakan data yang diolah Direktorat Bina Gizi Masyarakat dari 107 RS Pemerintah dari berbagai kelas, 40% makanan yang disajikan baru dalam arti fisik saja. Hal ini merupakan tantangan bagi pelaksanaan pelayanan gizi di Rumah Sakit untuk dapat menyajikan makanan dengan baik. Dalam 33
15 penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit selalu dikaitkan dengan adanya sisa makanan 9. Sisa makanan adalah makanan yang tidak dimakan pasien. Dalam hal ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu waste dan plate waste. Waste adalah bahan makanan yang hilang yang tidak dapat diolah maupun tercecer. Sedangkan plate waste adalah makanan terbuang karena disajikan tetapi tidak dihabis dikonsumsi 13. Analisa sisa makanan adalah suatu hal yang menggambarkan daya terima pasien yang merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi pelayanan gizi yang diberikan. Sisa makanan merupakan salah satu factor yang dapat dipakai untuk menilai pelayanan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pelayanan gizi rawat inap di suatu rumah sakit 5. Terjadinya sisa makanan yang tidak dihabiskan pasien kemungkinan karena porsi yang terlalu besar. Pasien yang tidak bisa menerima karena tidak punya selera makan atau sebab-sebab lain 13. Untuk menambah daya tarik makanan biasanya makanan disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan
16 Tujuan dari pengukuran sisa makanan adalah : 1. Mengetahui asupan makanan pasien yang dirawat. 2. Monitoring dan evaluasi asupan zat gizi sebagia acuan dalam pemberian obat yang dapat mempercepat masa penyembuhan 3. Evaluasi menu makanan yang disajikan rumah sakit 19. B. Kerangka Berfikir Dalam penelitian ini, kerangka berfikir yang peneliti gunakan adalah pengembangan dan penggabungan ini dianalisis melalui perbedaan berat badan dan daya terima makanan setelah diberikan makanan tambahan susu dan telur dalam bentuk modisko pada pasien schizophrenia di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan (RSJSH) Perbedaaan penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang adalah perbedaan penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang setelah perlakuan 1 dan 2. Perbedaan rata-rata asupan makanan tambahan adalah perbedaan rata-rata jumlah makanan tambahan yang dikonsumsi oleh pasien schizophrenia dengan status gizi kurang baik pada pelakuan 1 dan 2. Salah satu intervensi untuk pasien dengan gizi kurang di RSJSH adalah dengan pemberian makanan tambahan berupa susu dan telur untuk meningkatkan berat badan pasien Selama ini susu dan telur disajikan dalam 35
17 bentuk terpisah. Artinya telur diolah dengan direbus dan susu bubuk putih 25 gr dengan gula pasir 15 gr dicampur ditambah air sehingga menjadi 200 cc susu. Dalam pemberiam intervensi tersebut kami menemukan kendala di antaranya adalah kondisi psikologis pasien dan sulitnya menambah berat badan pasien. Maka dari permasalahan di atas saya ingin mencoba merubah bentuk makanan tambahan susu dan telur yang pada awalnya terpisah menjadi bentuk modisko. Diharapkan makanan tambahan dalam bentuk ini dapat lebih diterima oleh pasien dan lebih efektif untuk meningkatkan berat badan pasien. Status gizi seseorang baik itu status gizi kurang maupun status gizi lebih disebabkan karena adanya gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh factor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang dapat disebabkan oelah kemiskinan, kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua factor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan utilisasi zat gizi dan ekskresi. 36
18 C. Kerangka Konsep Infeksi Status Gizi Bentuk Makanan tambahan Asupan Makanan Tambahan Berat Badan Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti 37
19 SKEMA ALUR PENELITIAN Bentuk 1 Tanpa Perlakuan Bentuk 2 Susu + telur (terpisah) susu + telur (modisko) 7 hari 2 hari 7 hari BB1 BB2 BB3 BB4 Δ BB1 ΔBB2 D. Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan rata-rata penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang berdasarkan bentuk makanan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta 2. Ada perbedaan rata-rata asupan makanan tambahan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang berdasarkan bentuk makanan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta 3. Ada perbedaan rata-rata penambahan berat badan pasien schizophrenia dengan status gizi kurang berdasarkan asupan makanan tambahan di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. 38
BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet
BAB V PEMBAHASAN A. Perubahan Berat Badan Pasien Berat badan dalam adalah salah satu parameter yang memberikan status gizi seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan
BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciFungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit
P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasien yang berobat ke rumah sakit memiliki status gizi berbeda-beda, ada yang sangat kurus, kurus, normal hingga pasien yang berbadan gemuk. Pada umumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diet Pasca-Bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan berdiri pada tahun 1023, berawal dengan nama RSJ Grogol (Jelambar). Pada ahun 1942
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit sebagai salah satu dari pelayanan penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan paripurna Rumah Sakit
Lebih terperinciGIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme
Lebih terperinciOLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI
OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. Men. Kes No. 134 / Men. Kes / IV / 1978 dan SK. Men. Kes No. 983 / 1992 menyebutkan bahwa Instalasi Gizi merupakan wadah yang
Lebih terperinciPROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA A. Rencana Asuhan Gizi NAMA PASIEN : An. Jacinda Widya USIA : 3 th 6 bl MRS : 8/5/2013 AHLI GIZI : Bu.Widyaningsih PENGKAJIAN DATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit, pada dasarnya terdiri dari kegiatan pengadaan makanan,
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit, pada dasarnya terdiri dari kegiatan pengadaan makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, penyuluhan/konsultasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Makanan Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi dengan pengamatan sisa makanan tidak di konsumsi setelah makanan disajikan (Sutarjo, 1999 dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi
Lebih terperinci8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kanker Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi
Lebih terperinciEsti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH
Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH Suatu model problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID
ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara epidemiologi, pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh banyak orang khususnya masyarakat Medan. Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit
Lebih terperinciPedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman
Siti Sulastri SST TERAPI? Sama dengan Pengobatan : Remediasi masalah kesehatan. Suatu cara / proses kegiatan yang berkaitan untuk menanggulangi masalah kesehatan tubuh Terapi Gizi : usaha untuk memulihkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak
Lebih terperinciB A B II TINJAUAN PUSTAKA
B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu yang tidak berkelanjutan. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana
PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pedoman diet Tujuan pedoman adl memelihara status gizi yang baik. Pedoman ada 2, yaitu: pedoman umum dan pedoman rumah sakit. Pedoman
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang diawali dengan adanya tumor yaitu pembengkakan pada tubuh akibat berkembangbiaknya sel-sel yang bersifat abnormal. Tumor
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n =
24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan
Maida Pardosi Analisis FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Perdarahan EFEKTIVITAS PENGOBATAN STRATEGI DOTS DAN PEMBERIAN TELUR TERHADAP PENYEMBUHAN DAN PENINGKATAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan pengadaan makanan yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bahan makanan, persiapan, pengolahan, pemorsian, serta pendistribusian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami pasien sebelum maupun setelah masuk rumah sakit. Salah satu malnutrisi yang sering dijumpai adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AIR SUSU IBU 1. ASI Sebagai Makanan Bayi ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang diekresi oleh kedua belah kelenjar mammae dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi. Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi penyelenggaraan makanan, yang dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.
1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL
PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciA. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids
A. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada
Lebih terperinci