Boks 1. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI
|
|
- Ari Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Boks 1. DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI I. PENDAHULUAN Pemilukada yang diselenggarakan di Provinsi Jambi pada tanggal 19 Juni 2010 bukan saja menjadi media implementasi prinsip demokrasi namun juga berdampak secara ekonomi. Dalam tahapan pemilukada biasanya terjadi peningkatan pengeluaran, baik yang dilakukan oleh peserta pemilukada maupun yang bersumber dari pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Kondisi ini berpotensi memberi dampak yang positif bagi kinerja perekonomian terutama yang berasal dari meningkatnya belanja konsumsi beberapa sektor terkait. Ada beberapa sektor yang ditenggarai menerima dampak meningkatnya pengeluaran karena Pemilukada. Sektor dimaksud diantaranya adalah industri pengolahan kertas dan barang cetakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya (jasa perusahaan) serta sektor jasa pemerintahan. Dampak tersebut akan menjadi sangat optimal bila belanja pemilukada tersebut secara maksimal terserap oleh pelaku ekonomi di Provinsi Jambi. Bila mencermati fenomena yang terjadi, tidak semua dana pengeluaran pemilukada dibelanjakan di daerah Provinsi Jambi. Beberapa argumentasi yang dapat menjelaskan fenomena tersebut antara lain, pertama adanya penggunaan jasa konsultan marketing politik yang berasal dari Jakarta. Kedua, kapasitas dan teknik produksi pada sektor ekonomi terkait yang masih terbatas. Dengan demikian terdapat kecenderungan sebagian besar belanja konsumsi dalam pemilukada terjadi diluar Provinsi Jambi. Bila hipotesis ini benar maka pemilukada tidak secara signifikan berdampak terhadap perekonomian Jambi. Untuk lebih mengetahui secara spesifik dampak pemilukada terhadap perekonomian Jambi maka diperlukan sebuah kajian singkat lebih lanjut. II. KERANGKA KONSEPSIONAL Indikator ekonomi yang paling umum digunakan untuk memahami perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diamati dari perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara konsepsional ada 3 pendekatan dalam perhitungan nilai PDRB yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pengeluaran (consumption approach) dan pendekatan pendapatan (income approach). Pendekatan pertama dan kedua merupakan pendekatan yang lebih populer digunakan dalam menganalisis perekonomian suatu daerah guna perumusan kebijakan. i
2 Pada pendekatan produksi, perekonomian dikelompokan kedalam sembilan sektor produksi. Nilai PDRB dihitung berdasarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing sektor produksi. Dalam kasus pemilukada, pengeluaran yang terjadi akan mendorong dan menjadi stimulus pada sektor-sektor yang terkait sehingga diharapkan berdampak terhadap perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan pendekatan pengeluaran, nilai PDRB dihitung berdasarkan pengeluaran yang dilakukan oleh 4 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga (C), swasta (I), pemerintah (G) dan perdagangan luar negeri (X-M). Dampak pengeluaran pemilukada akan terlihat melalui peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran lembaga swasta nirlaba. Bila kita mencoba melakukan analisis dampak Pemilukada terhadap perekonomian maka analisis akan dimulai dari seberapa besar dana yang tersalurkan kepada masyarakat dalam aktivitas pemilukada. Secara substantif, kucuran dana ke masyarakat berasal dari dua sumber yaitu dari dana kampanye calon peserta pemilukada dan partai pengusung serta dana APBD untuk membiayai penyelenggaraan pemilukada. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah. Ini berarti, pemerintah daerah harus mengalokasikan besaran dana tertentu didalam APBD untuk membiayai penyelenggaraan pemilukada. Bila dikaitkan dengan konsep PDRB, berarti kucuran dana yang dianggarkan dalam APBD ini dihitung sebagai pengeluaran pemerintah (G) yang akan menjadi stimulus dalam perekonomian dan pada akhirnya mempengaruhi besaran perkembangan perekonomian daerah. Pada sisi lain, dalam Undang-Undang No. 32 pasal 83 ayat (1) Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, menyatakan bahwa dana kampanye pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diperoleh dari pasangan calon yang bersangkutan, partai politik dan/atau gabungan partai politik yang mengusulkan, dan/atau sumbangan pihak-pihak lain yang meliputi sumbangan perseorangan dan/atau badan hukum swasta, serta dapat berupa uang, barang, dan/ atau jasa. Semua dana kampanye tersebut harus dilaporkan secara transparan dan akuntable sesuai dengan Peraturan KPU No. 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam konsep PDRB, penggunaan dana kampanye yang berasal dari peserta pemilukada ini diperhitungkan sebagai pengeluaran lembaga swasta nirlaba atau non profit. Secara makro, dampak pemilukada terhadap perekonomian akan terlihat dari besaran total dana yang berperan sebagai stimulus dalam perekonomian. Bila logika ini dipakai maka dampak pemilukada secara sederhana dapat diukur dari multiplier effect yang dihasilkan dari kegiatan pemilukada tersebut yaitu dengan menggunakan rumus ii
3 1 ME = xdp. Dimana ME adalah koefisien multiplier effect, MPC adalah marginal 1 MPC provensity to consume sedangkan DP adalah besaran total dana pemilukada yang dikucurkan ke masyarakat. Konsep di atas tentu saja memerlukan asumsi yang ketat dalam implementasinya. Dalam artian, semua dana yang terpakai dalam pemilukada semuanya dilepaskan dalam wilayah daerah tersebut sehingga benar-benar berfungsi sebagai stimulus bagi pelaku ekonomi yang ada. III. DAMPAK PENGELUARAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN Secara umum, dampak pemilukada lebih didasarkan pada besaran pengeluaran yang dilakukan oleh peserta pemilukada dan pemerintah daerah yang dianggarkan dalam APBD. Dengan demikian, dalam menganalisis dampak pemilukada tersebut harus beranjak dari kedua hal tersebut. Dampak Dana (Kampanye) Peserta Pemilukada Terdapat beberapa pos pengeluaran yang harus dibiayai oleh peserta pemilukada. Pertama, dana untuk partai pengusung. Dana ini pada prinsipnya akan digunakan oleh partai pengusung untuk menggerakan mesin partai dalam memobilisasi konstituen partai. Pengeluaran dari pos pertama ini diharapkan memberi dampak pada pergerakan sektor transportasi serta sektor riil dalam memenuhi konsumsi. Kecenderungan umum, dana yang dikeluarkan oleh pasangan calon pemilukada berada pada besaran 3 milyar rupiah sehingga secara total diperkirakan sekitar 12 milyar rupiah dana yang dikeluarkan untuk pos ini. Kedua, dana untuk keperluan kampanye, termasuk didalamnya dana untuk membiayai promosi melalui media massa atau media lainnya, tim sukses, mobilitas massa dan mendatangkan hiburan dari luar kota. Besaran dana untuk kegiatan ini pada kisaran 7 milyar rupiah atau 28 milyar rupiah untuk empat pasangan calon. Secara umum hanya sebagian kecil dana yang akan terserap didaerah. Idealnya, diharapkan pengeluaran dari pos ini dapat maksimal terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Namun kecenderungan yang terjadi, peralatan kampanye dalam skala besar diproduksi justru di luar Provinsi Jambi. Sehingga dampak pengeluaran dari pos ini menjadi tidak maksimal. Ketiga adalah pengeluaran untuk membiayai konsultan marketing politik. Kegiatan yang harus dibiayai biasanya didahului dengan survey hingga sampai pada kegiatan pencitraan calon. Untuk keperluan ini dibutuhkan dana sebesar 3 milyar rupiah. Hal ini biasanya dilakukan oleh konsultan dari Jakarta. Ini berarti, hampir keseluruhan pengeluaran pos ini tidak terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Keempat, dana yang dikeluarkan pada saat pemungutan suara berlangsung. Fenomena riil yang ditemui, peserta pemilukada menyiapkan 2-10 orang saksi pada masing-masing TPS, yang berjumlah sebanyak 700 TPS. Masing-masing saksi diberi uang saku berkisar Rp ,- sampai dengan Rp iii
4 ,- Bila dipakai skenario minimal maka diperkirakan dana yang akan dikucurkan oleh keempat peserta pemilukada sebanyak 1,26 milyar atau (700x4x3x ). Perkiraan diatas menyimpulkan bahwa pengeluaran dana yang dilakukan oleh peserta pemilukada masih belum berdampak optimal. Karena hampir 50% dana yang dikeluarkan untuk pos kedua dan ketiga justru dibelanjakan diluar daerah sehingga lebih bersifat capital out flow. Bila dikalkulasikan secara keseluruhan berarti dana yang terserap dalam perekonomian lokal pada kisaran 33,26 milyar rupiah, sisanya sebesar 20 milyar rupiah bersifat capital out flow. Dampak Anggaran Pemerintah Untuk Pemilukada Sesuai dengan amanah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Untuk Provinsi Jambi, dana yang dianggarkan dalam APBD adalah sebesar 50 milyar. Dana tersebut digunakan untuk membiayai semua tahapan pemilukada, baik pengeluaran yang bersifat honor maupun untuk peralatan kegiatan pemilukada. Pengeluaran yang dianggarkan melalui APBD ini diharapkan memiliki dampak terhadap pergerakan ekonomi lokal, terutama yang terkait dengan honor pada saat pelaksanaan pemilukada dan upah tenaga kerja dalam pencetakan kertas suara. Sedangkan bahan pencetakan peralatan pemilukada justru didatangkan dari luar Jambi. Dana yang terserap dari anggaran yang dialokasikan dalam APBD diperkirakan pada kisaran 25% atau 12,5 milyar. Dampak Pemilukada Terhadap Perekonomian Berdasarkan perkiraan yang telah dilakukan, dari total pengeluaran yang dilakukan oleh peserta pemilukada yaitu sebesar 53,26 milyar rupiah dan pengeluaran yang dianggarkan pemerintah sebesar 50 milyar maka diperkirakan dana yang terserap dalam perekonomian Jambi hanya sebesar 45,76 milyar rupiah. Diperkirakan, dari besaran dana tersebut hanya memberi dampak ekonomi yang kecil pada sektor industri pengolahan (industri kertas dan barang cetakan), sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya (jasa perusahaan) dan sektor jasa-jasa (jasa pemerintahan). Bila diskenariokan semua pengeluaran yang terjadi dalam pemilukada terserap oleh semua sektor ekonomi di Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi dampak multiplier effect sebesar 295,03 milyar rupiah atau akan memberi daya tumbuh ekonomi cukup besar yaitu 1,90%. Namun dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada terserap oleh pelaku ekonomi lokal yaitu hanya sebesar 45,76 milyar rupiah atau hanya 44,23% maka multiplier effect yang tercipta adalah sebesar 130,74 milyar rupiah atau akan mendorong ekonomi tumbuh hanya sebesar 0,63%. iv
5 IV. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi catatan terhadap dampak pengeluaran pemilukada terhadap perekonomian daerah Provinsi Jambi. 1. Diperkirakan besaran pengeluaran dana kampanye peserta pemilukada mencapai angka 13,4 milyar rupiah per peserta, melebihi angka 4 milyar seperti yang dilaporkan secara resmi. Sedangkan pengeluaran pemerintah yang dianggarkan dalam APBD 2010 adalah sebesar 50 milyar rupiah. 2. Dampak pengeluaran pemilukada terhadap kinerja konsumsi daerah tidak terlihat secara significant. Dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada terkucur didaerah Jambi karena belanja pemilukada hampir 55,77% dibelanjakan di luar Jambi terutama untuk membiayai pencetakan peralatan kampanye, artis penghibur dan konsultan marketing politik. 3. Bila diasumsikan, semua dana yang dikucurkan dalam kegiatan pemilukada terserap pelaku ekonomi Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi multiplier effect terhadap perekonomian Jambi sebesar 295,03 milyar rupiah atau dapat mendorong bertambahnya daya tumbuh perekonomian Jambi sebesar 1,90%. Namun dikarenakan perkiraan dana yang terserap oleh pelaku ekonomi Jambi hanya pada kisaran 44,23% maka multiplier effect yang tercipta hanya pada kisaran 130,74 milyar rupiah atau hanya dapat mendorong ekonomi Jambi pada kisaran 0,63%. v
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008
No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA
No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 31/08/31/Th. X, 14 Agustus 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2008 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari
Lebih terperinci(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN
KONTRIBUSI INVESTASI SWASTA TERHADAP PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN 2010 2014 Pendahuluan Dalam perhitungan PDRB terdapat 3 pendekatan, yaitu
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20
No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen
No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 64/11/61/Th. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 TUMBUH 4,45 PERSEN Besaran Produk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.III, 10 Nopember 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada triwulan III-2009 meningkat sebesar
Lebih terperinciSAMBUTAN. Jambi, September 2011 KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI. Ir. H. AHMAD FAUZI.MTP Pembina Utama Muda NIP
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI JAMBI Ketersediaan data yang tepat dan akurat serta pada Time leg yang tidak terlalu jauh sangat dibutuhkan dalam penyusunan pembangunan daerah dan ini sesuai dengan amanat
Lebih terperinciBAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN
BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 adalah memberikan otonomi yang luas kepada setiap daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan menumbuhkembangkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010
No. 01/02/53/Th. XIV, 07 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No.29/05/33/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2014 mencapai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/08/33/Th.III, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN II TH 2009 TUMBUH 1,8 PERSEN Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 20/05/Th.XVII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2014 secara triwulanan (q-to-q) terjadi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK No. 07/02/53/TH.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR 5,62 Y on Y 2,37 Q to Q Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan IV 2013 Tumbuh sebesar 5,62% (Y on Y) dan 2,37%
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 10/02/14/Th.XV, 5 Februari 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Tahun 2013 mencapai 6,13 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan IV tahun 2013, yang diukur dari Produk Domestik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013
No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013
No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013
No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK No. 07/08/53/TH.XV, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR 4,76 Y on Y 4,54 Q to Q Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan II 2012 Tumbuh sebesar 4,76% (Y on Y) dan 4,54%
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 34/05/21/Th. IX, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT SEKTOR EKONOMI PDRB KEPRI
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010
No. 46/11/51/Th. IV, 5 Nopember PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN PDRB Provinsi Bali I meningkat sebesar 2,65 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan terjadi di hampir semua
Lebih terperinciESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.
No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciBoks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi
Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Program pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara bertahap, sistimatis dan sesuai
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1
Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008
BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012
No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2014
No. 63/11/72/Th. XVII, 05 November PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/ Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013
No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007
BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 75/11/12/Thn. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, yang diukur berdasarkan kenaikan Produk
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013
No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan ekononomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009
No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
Lebih terperinciKINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014
No.29/05/71/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I/2014 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %
No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.21/05/12/Th.VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai
Lebih terperinciVI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK
VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012
No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/02/18/Th.XIV, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,97 PERSEN SELAMA TAHUN 2013 Sebagai dasar perencanaan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi
Lebih terperinciSumber: [11 Februari, 2010]
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen dibandingkan tahun 2008. Dimana nilai Produk Domestik
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata bahasa Inggris Consumption, berarti pembelanjaan yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep konsumsi merupakan konsep yang di Indonesiakan dari kata bahasa Inggris Consumption, berarti pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.20/05/31/Th. XIII, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2011 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No.06/05/18/Th.XIV, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,28 PERSEN Dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi dibutuhkan informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN
BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013
No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011
No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARATTRIWULAN I-2014
No. 22/05/91/Th.VIII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARATTRIWULAN I-2014 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2014 mencapai Rp 13.647,54 miliar, sedangkan menurut harga konstan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan
Lebih terperinci