BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Suharto Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. 1
2 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Bagaimana memformulasikan kerangka berpikir? 2. Apa pengertian hipotesis? 3. Apa fungsi dan kegunaan hipotesis? 4. Apa saja ciri hipotesis yang baik? 5. Apa saja macam-macam hipotesis? 6. Apa saja bentuk-bentuk perumusan hipotesis berdasarkan rumusan masalah? 7. Apa saja kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis? 8. Bagaimana cara menguji hipotesis? 9. Apakah semua penelitian harus berhipotesis? 2
3 BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa dia mempunyai anggapan seperti yang diuraikan dalam hipotesis. Penulisan kerangka pikir didasarkan atas pendapat ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya. Dalam penyusunan proposal, kerangka pikir akan terkait erat dengan masalah yang diteliti, variabel dan kajian pustaka. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). Adapun proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis digambarkan pada bagan berikut: 3
4 Berdasarkan bagan di atas, dapat diberi penjelasan sebagai berikut: 1. Menetapkan Variabel yang Diteliti Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan. 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat 4
5 berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. 3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teoriteori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu. 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betulbetul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri. 5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas. 6. Sintesa kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 7. Kerangka Berpikir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir, yaitu dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan 5
6 dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif). 8. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja. Bila kerangka berpikir berbunyi karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah, maka hipotesisnya berbunyi Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka pikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi, kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesis tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Contoh Teori Kerangka Berpikir dan Hipotesis Judul penelitian: Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori kepemimpinan dan motivasi kerja. Paradigma penelitian (model hubungan antar variabel) X Y X = Kepemimpinan Y = Motivasi Teori: Teori Kepemimpinan 1. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tuhuan yang telah ditetapkan bersama (Megginson). 6
7 2. Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang individu mempengaruhi anggota kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi yang telah ditentukan (Jerald Greenberg, Robert A Baron, , Nehavior in Organizations). Sintesa: Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. Teori Motivasi 1. Motivasi adalah proses yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku orang untuk mencapai beberapa tujuan (Grenberg, Baron. 2001). 2. Motivasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan orang memilih jalan tertentu. (Griffin, Moorhead, 2000). Sintesa: Motivasi adalah seperangkat faktor yang dapat mrmbangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seseorang untuk memilih jalan tertentu dalam mencapai tujuan. Kerangka Berpikir: Bila kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi orang lain, maka pengaruh tersebut akan dapat membangkitkan, mendorong, dan memelihara perilaku seseorang mencapai tujuan. Hipotesis: Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dan motivasi kerja. B. Pengertian Hipotesis Penelitian Setelah mengemukakan permasalahan serta memeriksa bahan pustaka yang berkaitan, peneliti siap untuk menyusun suatu hipotesis. Dikutip pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (dalam Arikunto, 2010), tentang pemecahan masalah, seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan 7
8 pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya, yaitu: 1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai melalui membaca. 2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap sumber data. Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel. Pengertian ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua penelitian yang hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mengajukan hipotesis. Jika dalam penelitian peneliti hanya mempunyai satu variabel maka tebakan jawabannya juga menyangkut satu variabel. Hipotesis yang semula merupakan dugaan, setelah dibuktikan melalui data yang dapat dipercaya keabsahannya lalu berubah status menjadi thesa (kebenaran). Itulah sebabnya istilah yang digunakan adalah hipotesis yang merupakan gabungan dari hypo (dibawah) dan tesa (kebenaran). Secara keseluruhan berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar), dan baru diangkat menjadi kebenaran kalau telah disertai bukti-bukti. Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti 8
9 prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuangnya waktu dengan sia-sia. Bagaimana mengetahui kedudukan suatu hipotesis? 1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat? 2. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu. 3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut. Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian, namun tidak selalu semua penelitian harus berorintasikan hipotesis. Jenis penelitian eksploratif, survey, atau kasus, dan penelitian pengembangan biasanya justru tidak berhipotesis. Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya. Sehubungan dengan hal ini G.E.R Brurrough (dalam Arikunto, 2010) mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi: 1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude) 2. Penelitian tentang perbedaan (differencies) 3. Penelitian hubungan (relationship) Ahli lain yaitu Deabold Van Dalen (dalam Arikunto, 2010) mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis, yaitu: 1. Case studies 2. Causal comparative studies 3. Correlations studies C. Fungsi dan Kegunaan Hipotesis Secara sederhana, beberapa fungsi hipotesis antara lain: 9
10 1. Untuk menguji teori Teori adalah perangkat yang relatif luas digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan kejadian. Ilmuwan mengembangkan suatu teori untuk menjelaskan dan menerangkan fenomena, dan ia menggunakan suatu cara yang dengannya teori bisa diuji atau diarahkan pada pemeriksaan atau penyanggahan. Jarang peneliti menguji teori secara langsung. Paling sering terjadi ia mengadakan pengujian hipotesis yang menghasilkan dan dihasilkan dari teori. Jika hipotesisnya teruji seperti yang ditetapkan oleh peneliti atau jika pengamatan empirisnya sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam hipotesis, kita bisa mengatakan bahwa teorinya terdukung untuk sebagian. Biasanya membutuhkan banyak pengujian untuk hipotesis yang berbeda dari teori yang sama guna mengetahui nilai prediktif dan kelayakan sebagai alat untuk menjelaskan suatu kejadian atau rangkaian beberapa kejadian. Oleh karenanya hipotesis dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan dari teori dalam bentuk yang bisa diuji. 2. Untuk mendorong teori Merupakan kecenderungan beberapa hipotesis tertentu tidak berhubungan dengan suatu teori. Bisa terjadi bahwa sebagai hasil dari suatu hipotesis, suatu teori akhirnya tersusun. Dengan demikian suatu fungsi lain dari hipotesis adalah untuk mendorong teori yang bisa menerangkan suatu keadaan. Meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori kepada hipotesis, kadangkadang hal sebaliknya terjadi. 3. Untuk menerangkan fenomena sosial Hipotesis juga menunjukkan fungsi deskriptif. Setiap kali hipotesis diuji secara empiris, ia menceritakan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena tersebut bertambah. Bahkan meskipun hipotesis ditolak, pengujian menjelaskan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang tidak kita ketahui sebelumnya. Beberapa kegunaan hipotesis antara lain: 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. 10
11 Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah penelitian, orang harus melangkah lebih jauh dari sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-fakta itu. Antar hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis dapat diuji dan divalidasi melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan. 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. Pertanyaan tidk dapat diuji secara langsung. Misalnya, kita tidak dapat menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa secara nyata? akan tetapi orang dapat menguj hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut. komentar guru terhadap hasil pekerjaan siswa menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara nyata. Atau lebih spesifik lagi skor hasil belajar siswa yang menerima komentar dari guru lebih tinggi daripada yang tidak menerima komentar guru atas hasil pekerjaannya. Selanjutnya dapat diuji hubungan antara kedua variabel yaitu komentar guru dan prestasi siswa. 3. Memberikan arah kepada penelitian Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian, hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sederhana hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesis dapat menjadi dasar dalam menentukan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan. Contoh: hipotesis yang menyatakan penggunaan metode cooperative lebih baik daripada metode ceramah. Hipotesis ini menuntun peneliti untuk menentukan metode penelitian sekaligus 11
12 penentuan sampelnya. Bahkan hipotesis ini memberikan petunjuk analisis statistik yang harus dilakukan. Dari pernyataan hipotesis tersebut jelas peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar menggunakan metode cooperative dan metode ceramah kemudian dianalisis dengan tes atau teknik analisis data uji beda agar dapat diketahui signifikansinya. 4. Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. Peneliti dapat melaporkan diseputar jawaban-jawaban hipotesis sehingga membuat penyajian laporan lebih berarti dan mudah dibaca secara sistematis. D. Ciri Hipotesis yang Baik Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami paling tidak memuat variabel-variabel permasalahan penelitian. Apakah variabelvariabel tersebut dihubungkan, diperbandingkan, atau diuji keberpengaruhannya. Hipotesis hendaknya memuat nilai prediktif (mengandung dugaan yang sesuai dengan kajian literature), bersifat konsisten (tidak bertentangan dengan teori dan penelitian sebelumnya). Hipotesis harus dapat diuji. Berikut adalah beberapa ciri hipotesis yang baik menurut beberapa ahli. Ary, D, dkk (1982) (dalam Wagiran) mengemukakan ciri hipotesis yang baik: 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabelvariabel. Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. 3. Hipotesis harus dapat diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji (testability) berarti dapat ditahkikkan (verifiable) artinya deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan berdasarkan pengalaman, apakah akibat yang tersirat secara deduktif itu benarbenar terjadi atau tidak. 12
13 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya tidak betentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. 5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hal ini bukan hanya memudahkan pengujian hipotesis, melainkan menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. Tuckman, B (1982) (dalam Wagiran) menyebutkan ciri hipotesis yang baik, terutama dalam bidang pendidikan adalah: 1. A hypothesis should be based on a sound rationale. It should follow from previous research and lead to future research; its confirmation or disconfirmation should contributed to educational theory or practice a major characteristic of good hypothesis is that is consistent with previous research. 2. Hypothesis provides a reasonable explanation. 3. States as clearly and concisely as possible the expected relationship between two variables and defines those variables in operational, measurable term. A simply but clearly stated hypothesis makes it easier for consumer to understand, simplifies its testing, and facilitates formulation of conclusions following data analysis. 4. Defined hypothesis must be (and will be if well formulated and stated) testable. It should be possible to support or not support the hypothesis by collecting and analyzing data. E. Macam-macam Hipotesis Dalam penelitian terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian muncul bila penelitian dilakukan pada populasi, sedangkan hipotesis statistik muncul apabila penelitian dilakukan pada sampel. Hipotesis statistik muncul untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya diuji dengan data sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Dalam pembuktian ini muncul taraf signifikansi, taraf kesalahan dan kepercayaan dari pengujian. Terdapat dua hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. 13
14 Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Dalam kegiatan penelitian yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Jika penelitian ingin menguji apakah hasil penelitian itu signifikan atau tidak maka diperlukan hipotesis statistik. Yang diuji dalam hipotesis statistik adalah hipotesis nol, karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi. Penyelidikan bisa berasal dari masalah-masalah praktis, dari situasi tingkah laku yang diamati, dari penelitian sebelumnya atau dari teori-teori dalam bidang terkait. Dengan demikian, hipotesis dapat diperoleh secara induktif dari pengamatan tingkah laku atau secara deduktif dari teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Hipotesis penelitian biasanya akan sama banyaknya dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Dengan kata lain hipotesis penelitian akan mencakup rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis ini pada umumnya tidak diuji dengan teknik statistik, namun merupakan jawaban sementara yang akan menuntun peneliti untuk bertindak di lapangan. Hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi hipotesis induktif dan hipotesis deduktif. Hipotesis induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. 1. Hipotesis Induktif Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati. Maksud peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan kecenderungan atau kemungkinan adanya hubungan-hubungan dan kemudian merumuskan penjelasan sementara tentang tingkah laku yang diamati itu. 14
15 Penyelidikan terhadap hipotesis induktif yang berasal dari persoalan seharihari sering dapat membantu menunjukkan pemecahan persoalan-persoalan seperti itu. Tetapi karena hipotesis itu berasal dari masalah-masalah lokal yang bersifat khusus, maka hasil yang mempunyai daya penjelas yang terbatas kendatipun ada gunanya. 2. Hipotesis Deduktif Berbeda dengan hipotesis yang dirumuskan sebagai generalisasi dari hubungan yang diamati, ada hipotesis yang ditarik deduktif dari teori. Hipotesis ini memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum, karena kerangka untuk menempatkannya secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan yang telah ada dalam teori itu sendiri. Ilmu tidak dapat berkembang secara efisien kalau setiap studi tetap merupakan upaya yang terpisah-pisah. Ilmu menjadi kumulatif dengan membangun di atas kumpulan fakta dan teori yang ada. Hipotesis yang berasal dari suatu teori dikenal sebagai hipotesis deduktif. Dalam bentuk yang sederhana, teori menyatakan hubungan-hubungan yang dipercaya ada dalam kumpulan fakta yang komprehensif. Kebanyakan teori bukan merupakan spekulasi belaka, melainkan dibangun di atas fakta-fakta yang sudah diketahui sebelumnya. Teori yang baik menata apa yang sudah diketahui serta memberikan kerangka untuk meramalkan apa yang masih belum diketahui. Kemudian melalui penalaran deduktif dari suatu teori, dirumuskan hipotesishipotesis. Pada tahap perumusan hipotesis, orang tidak tahu apakah deduksideduksi ini benar atau tidak. Data empiris mengenai hipotesis tersebut harus diperoleh. Apabila data tersebut mendukung hipotesis, maka hasil penelitian tersebut dapat dimasukkan ke dalam teori. Proses ini dapat berfungsi sebagai teknik untuk menguji kemampuan (adequacy) suatu teori. Peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada dalam bidang yang menarik minatnya. Setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori ini. Pendekatan yang paling banyak dipakai ialah menggunakan cara berfikir deduktif untuk dapat sampai pada akibat-akibat logis 15
16 dari teori yang bersangkutan. Deduksi ini kemudian dijadikan hipotesis dalam studi penelitian. Hipotesis statistik dipergunakan jika peneliti melakukan analisis dengan hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan teknik statistik yang menggambarkan pengambilan data keseluruhan ke arah sebagian populasi disebut sebagai proses inferensi. Teknik statistik dalam menganalisis sampel ini sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika hasil analisis dari sampel tersebut kemudian dipergunakan untuk menyimpulkan hasil analisis keseluruhan, maka proses tersebut dinamakan generalisasi. Bila peneliti langsung menggunakan populasi sebagai dasar analisis, apakah ia masih perlu hipotesis? Jawabannya adalah hipotesis penelitian tetap pelu diajukan sebagai arah dalam melakukan kegiatan lapangan, sedangkan hipotesis statistik kurang diperlukan. Peneliti langsung dapat langsung menganalisis data kemudian langsung memperoleh hasilnya yang menggambarkan apa yang diteliti saat ini. Hipotesis statistik secara umum dapat dibedakan menjadi empat yaitu: hipotesis nihil, hipoteis riset, hipotesis alternatif, dan hipotesis pengarah. 1. Hipotesis Nol/Nihil Hipotesis nihil merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan, tidak ada pengaruih atau tidak ada perbedaan antara variabel yang diteliti. Hipotesis ini merupkan hipotesis dasar penelitian kuantitatif yang pada intinya merupakan pernyataan teoritis yang perlu diuji. Hipoteiss nol adalah kebalikan dari hipotesis penelitian. Hipotesis nol merupakan peryataan mengenai kenyataan suatu hal tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penelitian. Misalnya peneliti mengajukan hipotesis pendapatan petani didaerah miskin adalah Rp ,00 hipotesis nol akan berbunyi pendapatan petani di daerah miskin adalah bukan Rp , jika peneliti mampu memperlihatkan bahwa perkiraan pendapatan petani di daerah miskin adalah Rp ,00, maka ia menyimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak atau dianggap tidak ebnar. Secara logis kita bisa menyimpulkan bahwa tidak benar jika pendapatan rata-rata petani di daerah miskin adalah bukan Rp ,00. Oleh karenanya pernyataan pendapatan petani di daerah miskin adalah Rp ,00, 16
17 diterima. Dengan kata lain peneliti menyususn situasi yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan. Ia menyususn pernyataannya sedemikian rupa sehingga penerimaan atas yang satu menjadi penyangkalan atau penolakan bagi yang lainnya. Hipotesis nol adalah hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Mengapa peneliti tidak langsung menguji hipotesis penelitian, tetapi justru hipotesis nol. Alasannya adalah: 1. Karena seorang ilmuwan menetapkan perannya yang lebih tidak memihak dan obyektif mengenai fenomena dibandingkan dengan orang awam, maka akan tampak seakan ia tidak berlaku obyektif jika ia berusaha untuk membuktikan kebenaran sesuatu yang diyakini benar dari semula. Mencoba menunjukkan kebenaran hipotesis penelitian bagi seseorang setidaknya mengimplikasikan suatu bias yang nyata ke arah mencoba mengukuhkan perkiraan seseorang itu dan mengabaikan berbagai hal yang cenderung menyangkal keyakinan orang tersebut. 2. Lebih mudah untuk membuktikan sesuatu yang salah ketimbang membuktikan sesuatu yang benar. Hipotesis nol diyakini merupakan alat yang akan bertindak sebagai petunjuk yang benar dari berbagai hal sampai terbukti sebaliknya. 3. Kebiasaan. Para peneliti terutama peneliti sosial biasanya menggunakan hipotesis nol untuk diuji. 4. Probabilitas benar atau salah. Contoh penggunaan hipotesis nol dari hipotesis statistik: Hipotesis statistik perbedaan: H0: X1 = X2 Ha: X1 X2 Hipotesis nol menyatakan bahwa rata-rata kelompok 1 adalah sama dengan rata-rata kelompok 2. Hipotesis alternatif menyatakan bahwa rata-rata dari kedua kelompok tidak sama satu sama lain. Hipotesis Statistik kaitan (korelasi): H0: rxy =0 Ha: rxy 0 17
18 Hipotesis nol menyatakan bahwa hubiungan antara variabel X dan Y adalah sama dengan nol. Hipotesis alternatif menyatakan hubungan antara variabel x dan variabel y adalah tidak sama dengan nol. Hipotesis statistik tentang perkiraan nilai: H0: X = 75 Ha: X 75 Hipotesis nol menyatakan bahwa rata-rata (dari suatu ciri sampel) adalah sama dengan 75. Hipotesis alternatif menyatakan bahwa rata-rata (dari suatu ciri sampel) adalah tidak sama dengan Hipotesis Riset Hipotesis ini sering digunakan untuk mendampingi hipotesis nol. Hipotesis riset merupakan penggambaran terhadap ide peneliti yang dikembangkan dari hasil kaji teoritik. Hipotesis ini tidak diuji namun sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipoetsis pertama. Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari kajian teoritis jika hipotesis pertama atau hipoetsis nihil gagal, maka hipotesis riset akan ditolak. Sebagai contoh dalam analisis misalnya H0 ditolak pada tingkat signifikansi tertentu maka hipotesis riset secara otomatis akan tidak ditolak. Demikian pula sebaliknya bila H0 diterima maka otomatis Ha akan diterima. Contoh: H0: = Ha: Arti: hipotesis nihil menyatakan tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata grup saru dengan nilai rata-rata grup dua. Disamping itu peneliti juga mengajukan hipotesis tandingan atau hipotesis riset yang menyatakan ada perbedaan nilai ratarata grup satu dan grup dua. Yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil, yaitu jawaban sementara dari hasil kajian pustaka atau setelah peneliti menyusun landasan teori. 3. Hipotesis Alternatif Hipotesis ini merupakan pernyataan operasional hipotesis penelitian. Hipotesis ini adalah harapan yang beradsarkan teori. Jika literatur yang digunakan 18
19 menyatakan bahwa penemuan-penemuan teknik belajar tertentu adalah efektif, maka kita harus membuat hipotesis yang sama atau harapan yang sama. Jika hasil survey menyatakan bahwa teknik pengajaran tersebut tidak efektif, hipotesis kita adalah hipotesis nol. Hipotesis ini dapat digunakan untuk mendapatkan pernyataan selain hipotesis nihil. Contoh: H0: Ha: 4. Hipotesis Penyearah Hipotesis dapat langsung atau tidak alngsung. Hipotesis nol biasnya dalam bentuk tidak alngsung karena arahnya tidak ditentukan. Untuk itu digunakan uji dua pihak, sementara hipotesis yang arahnya ditentukan memerlukan uji satu pihak. Hipotesis yang hanya menyatakan ada perbedaan termasuk hipotesis tidak langsung dengan alasan bahwa sifat perbedaan itu tidak ditentukan. a. Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah. Contoh: ada hubungan antara nilai matematika dan nilai IPA. b. Ha terarah: 1) Tingkat kekayaan berpengaruh terhadap kelancaran berusaha 2)... berpengaruh terhadap... 3) Terdapat korelasi... dan... c. Ho terarah: 1) Tingkat kekayaan tidak berpengaruh terhadap kelancaran berusaha 2)... tidak berpengaruh terhadap... 3) Tidak terdapat korelasi... d. Ha tidak terarah 1) Ada pengaruh kekayaan terhadap kelancaran berusaha 2) Ada pengaruh... terhadap... 3) Ada korelasi... dan... e. H0 tidak terarah 1) Tidak ada pengaruh kekayaan terhadap kelancaran berusaha 2) Tidak ada pengaruh... terhadap... 19
20 3) Tidak ada korelasi antara... dan... Dalam hipotesis terarah peneliti sudah dengan berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut namun baru menyatakan ada pengaruh. F. Bentuk-bentuk Perumusan Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah Betuk-bentuk hipotesis sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif; dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif/hubungan. Pada butir 2 berikut akan diberikan contoh judul penelitian, rumusan masalah dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang diteliti. a. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh: 1) Rumusan Masalah Deskriptif a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X? b) Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT.Y? 2) Hipotesis Deskriptif 20
21 Daya tahan lampu pijar merk jam ( ). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi. Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk jam. Tidak sama dengan ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari jam. 3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel) Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian: a) Semangat kerja karyawan di PT dari kriteria ideal yang ditetapkan. b) Semangat kerja karyawan di PT paling sedikit dari kriteria ideal yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ). c) Semangat kerja karyawan di PT paling sedikit dari kriteria ideal yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih kecil atau sama dengan ). Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah: a) Semangat kerja karyawan di PT b) Semangat kerja karyawan di PT c) Semangat kerja karyawan di PT Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel) a) hipotesis berbentuk presentase b) c) 21
22 Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut tidak sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan diberikan pada bab tersendiri, yaitu pada bab analisis data. b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: 1) Rumusan Masalah Komparatif Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y? 2) Hipotesis Komparatif Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut: Hipotesis Nol: 1) Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau 2) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan ( ) PT Y ( lebih besar atau sama dengan paling sedikit). 3) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan ( ) PT Y ( lebih kecil atau sama dengan paling besar). Hipotesis Alternatif 1) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau lebih kecil dari karyawan PT Y. 2) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil daripada ( ) PT Y. 3) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada ( ) PT Y. 3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut: 22
23 1) Ho: Ha: 2) Ho: Ha: 3) Ho: Ha: X X rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT c. Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. 1) Rumusan Masalah Asosiatif Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual. 2) Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual. 3) Hipotesis Statistik, berarti tidak ada hubungan., tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang ( ) dari nol berarti ada hubungan. nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. G. Kekeliruan yang Terjadi Pada Hipotesis Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. Contoh: 23
24 Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul, memang ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti. Tentu saja kesimpulan ini salah menurut norma umum. Pembuktian hipotesis mungkin benar. Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya mereka belajar. Yang salah adalah perumusan hipotesisnya. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Apabila terjadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalahkan hipotesisnya. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada suatu pengujian hipotesis ikut berperan. Misalnya: Faktor untung-untungan, faktor soal tes yang sudah bocor, faktor menyontek dan sebagainya. (Sugiyono, 2001) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan (alpha). 2. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan (beta). Macam Kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis Kesimpulan Keadaan Sebenarnya dan Hipotesis benar Hipotesis salah Keputusan Tidak membuat Terima hipotesis Kesalahan macam II kesalahan Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat 24
25 kesalahan Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan. 2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II. 3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I. 4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan. Misalnya: peneliti menetapkan kesalahan berarti bahwa jika kita menerapkan kesimpulan penelitian kita, akan ada penyimpangan sebanyak. Besar kecilnya resiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I. Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umunya sudah diterapkan terlebih dahulu misalnya, dan sebagainya. Pada umunya untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf signifikansi atau, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang risikonya menyangkut jiwa manusia, diambil atau, bahkan mungkin. Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi berarti sama dengan menolak hipotesis atas dasar taraf kepercayaan, artinya apabila kesimpulan tersebut diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, akan cocok untuk orang dan bagi orang lainnya terjadi penyimpangan. H. Cara Menguji Hipotesis Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). 25
26 Seperti telah diketahui bersama bahwa fungsi hipotesis adalah untuk memberikan suatu pernyataan terkaan tentang hubungan tentatif antara fenomenafenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan-hubungan ini akan diuji validitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interest, dalam artian bahwa hipotesis harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis ditolak karena tidak sesuai dengan data, misalnya, keadaan ini tidak berarti si peneliti akan kehilangan muka. Bahkan harga diri peneliti akan naik jika si peneliti dapat menerangkan mengapa hipotesisnya tidak valid. Penolakan hipotesis dapat merupakan penemuan yang positif, karena telah memecahkan ketidaktahuan (ignorance) universal dan memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Akan tetapi, seorang ilmuwan tidak dapat mengetahui bukti positif atau negatif kecuali ilmuwan tersebut mempunyai hipotesis dan dia telah menguji hipotesis tersebut. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya. Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh. Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik, dan teknikteknik pengujian. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan disain penelitian yang digunakan. Yang penting disadari adalah hipotesis harus diuji dan dievaluasikan. Apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau dengan logika? Ilmuwan tidak akan mengakui validitas ilmu pengetahuan jika validitas tidak diuji secara menyeluruh. Satu kesalahan besar telah dilakukan jika dipikirkan bahwa hipotesis adalah fakta, walau bagaimanapun baiknya kita memformulasikan hipotesis tersebut. Secara umum hipotesis dapat diuji denga dua cara, yaitu mencocokkan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji 26
27 hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dikerjakan dengan menggunakan disain percobaan. Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka si peneliti memilih suatu desain di mana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan dalam menguji hipotesis pada penelitian yang menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya. I. Penelitian Tanpa Hipotesis Mungkin kita bertanya, apakah semua penelitian harus berhipotesis? Terkait dengan pertanyaan tersebut, untuk memberikan jawabannya, (Arikunto, 2002) menjelaskan ada dua alternatif jawaban. Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan. Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan. Contoh: Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A. Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan). 27
28 Problematika 2: Problematika 3: Hipotesis: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan) Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A? Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A. 28
29 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian. Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat: a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ). b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β). B. Saran Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin kompleks mengikuti perkembangan masa. 29
30 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Wagiran. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi). Yogyakarta: Deepublish Publisher. 30
RESUME MATAKULIAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan
Lebih terperinciRESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd.
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih.
Lebih terperinci[1] [2]
MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Resume Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Rabu, 26 Oktober 2016 Diresume oleh Fevi Rahmawati Suwanto, 16709251005 S2 Prodi PMat Kelas A Universitas
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Resume Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Rabu, 26 Oktober 2016 Diresume oleh Fevi Rahmawati Suwanto, 16709251005 S2 Prodi PMat
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kerangka Berpikir Pada penulisan karya ilmiah, ada beberapa langkah penting yang perlu ada dalam penulisan, salah satunya adalah kerangka berpikir. Kerangka
Lebih terperinciMEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober
Lebih terperinciMerumuskan Hipotesis Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013
Merumuskan Hipotesis Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam
Lebih terperinciOleh: Nur Azizah (NIM )
RESUME MATERI MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd. Oleh:
Lebih terperinciKERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Berikut adalah bagan dalam memformulasikan kerangka pikir dan hipotesis dalam suatu penelitian. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
Lebih terperinciPERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN
PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan hipotesis penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 7.1. Menjelaskan pengertian hipotesis 7.2. Menjelaskan
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori
BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,
Lebih terperinciA. Pengertian Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
Lebih terperinciA. Pengertian Hipotesis Setelah menemukan fenomena penelitian kemudian menyusun desain penelitian dan rerangka konseptual penelitian, langkah
PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti
Lebih terperinciPertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis
Pertemuan 4 Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan bentuk-bentuk hipotesis. Menguraikan tentang Kerangka Berfikir
Lebih terperinciHANDI EKO PRASETYO.SKOM,MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
HANDI EKO PRASETYO.SKOM,MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON Buku Acuan McMillan, J.H. & Schumacher, Sally. 2001. Research in Education.New York: Logman. Creswell, John W. 1994. Research Design, Qualitative
Lebih terperinciJURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA HIPOTESIS Semester V 2013 Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM. Definisi HIPOTESIS PENELITIAN H ipotesis merupakan gabungan dari kata "hipo" yang artinya dibawah,
Lebih terperinciMODUL DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS
DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS MODUL 10 DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Pendahuluan Pada bab VIII telah dipelajari mengenai cara-cara menaksir parameter. Berdasarkan penaksiran yang dilakukan, lalu kesimpulan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN Yang diampu oleh Bpk. Gusnar Mustapa, S.E., M.M. Disusun oleh Kelompok III: EVI ARISTA
Lebih terperinciHIPOTESIS PENELITIAN
HIPOTESIS PENELITIAN (Metodologi Penelitian ) oleh Nanang Ade Putra 16709251025 Fitri Ayu Ningtiyas 16709251037 Annisa Eprila Fauziah 16709251040 Program Strudi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Lebih terperinciHIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIPOTESIS PENELITIAN Tujuan Pembelajaran Setelah mendapatkan materi ini, maka diharapkan agar para mahasiwa dapat memahami mengenai; a. Definisi hipotesis penelitian
Lebih terperinciPenentuan hipotesis adalah menjadi bagian yang penting dalam melakukan dan merancang sebuah penelitian. Hipotesis merupakan bagian dari tujuan
Penentuan hipotesis adalah menjadi bagian yang penting dalam melakukan dan merancang sebuah penelitian. Hipotesis merupakan bagian dari tujuan penelitan. Namun, tidak semua penelitian memiliki hipotesis
Lebih terperinci1. Variabel Penelitian 2. Landasan Teori 3. Kerangka Pikir 4. Kajian Penelitian yang Relevan 5. Hipotesis
1. 2. Landasan Teori 3. Kerangka Pikir 4. Kajian Penelitian yang Relevan 5. Hipotesis Afid Burhanuddin, M.Pd. Afid Burhanuddin, M.Pd. 1 Variabel? Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
Lebih terperinciPENGERTIAN Pertama Kedua Ketiga MACAM MACAM TEORI
PENGERTIAN Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Menurut Kerlinger (1973:9), teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
Lebih terperinciTelaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH
Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH Tinjauan/ Telaah Pustaka Merupakan identifikasi dan analisis dari dokumen-dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda
Lebih terperinciPertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma
Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma 1 OBSERVASI Identifikasi bidang Permasalahan 3 PENDEFINISI AN MASALAH Pembatasan
Lebih terperinciProsedur Penelitian (1)
HAND OUT MATA KULIAH Prosedur Penelitian (1) Tedi Priatna Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1 Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kenyataan dan harus
Lebih terperinciJENIS-JENIS PENELITIAN
Andriani Kusumawati JENIS-JENIS PENELITIAN Berdasarkan: 1. Tujuan 2. Kedalaman analisisnya 3. Pendekatan analisis atau Proses 4. Logika Penelitian 5. Kategori fungsionalnya 6. Hasil yang diharapkan dari
Lebih terperinciMERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, MERUMUSKAN HIPOTESIS
MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR, MERUMUSKAN HIPOTESIS MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahan yang sedang diteliti. Asumsi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2014
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2014 HIPOTESIS E-mail: aditya.12st@gmail.com Facebook: ddt_12id@yahoo.com Blog: adityasetyawan.wordpress.com Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH.
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH. (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi) Oleh : TINI HENDRAYATI
PENGUJIAN HIPOTESIS MAKALAH (Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliahi Metodologi Penelitian Bidang Studi) Oleh : TINI HENDRAYATI 110210302024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna pendekatan yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah. Adapun metode
Lebih terperinciBab 3 METODE PENELITIAN
Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku
Lebih terperinciTugas Individu Metodologi Penelitian II Resume Buku
Tugas Individu Metodologi Penelitian II Resume Buku Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Metodologi Penelitian II Disusun oleh: CINDY SANDOVA 11415203267 Dosen Pembimbing: Drs.Hartono,M.Pd
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN KUANTITATIF. Imam Gunawan
METODE PENELITIAN KUANTITATIF Imam Gunawan METODE PENELITIAN KUANTITATIF Memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia, yang dinamakan variabel.
Lebih terperinciRAGAM / JENIS PENELITIAN
RAGAM / JENIS PENELITIAN Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah juga disebut sebagai studi literature atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis penting adalah
Lebih terperinciIII METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2014.
III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Metro pada tahun 04. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa TRANS7 terhadap Perubahan Sikap (Studi Pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan keguanaan. 1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi
METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Menurut Juliansyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini dengan judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Sendiri dan Pendapatan Margin terhadap Pembiayaan
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Hipotesis
PENGUJIAN HIPOTESIS. Pengertian Hipotesis Dari arti katanya, menurut Arikunto (: ) hipotesis berasal dari penggalan kata, hypo yang artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang
Lebih terperinciVII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan
Lebih terperinciDinotasikan dengan Ho Penulisan, Ho : µ = suatu angka numerik Ditulis dengan tanda =, walaupun maksudnya adalah, ataupun
Hipotesis Ali Muhson, M.Pd. By Ali Muhson (c) 2013 1 Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menyusun dan menguji hipotesis penelitian yang berkaitan dengan gejala pendidikan dan ekonomi By Ali Muhson (c) 2013
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam melakukan penelitian, hal ini diperlukan oleh peneliti agar dapat menjelaskan maksud dari penelitian.
Lebih terperinciBAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1. KERANGKA TEORITIS Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara yang digunakan untuk meneliti sesuatu sehingga dapat diambil kesimpulan. Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik
III. METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi
Lebih terperinciPERUMUSAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA
PERUMUSAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA PERTEMUAN III ISFENTI SADALIA Masalah Penelitian Tahap paling krusial, sebab tujuan akan menjawab permasalahan. Kalau permasalahan tidak jelas, penelitian tidak bisa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini bagian yang pertama akan dijelaskan tentang halhal yang berkaitan dengan matematika mulai dari pengertian matematika, karakteristik matematika,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil objek
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian pada Giant Supermarket, Jl Z. A. Pagar Alam, Bandarlampung. Adapun
Lebih terperinciBAB 3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian umumnya dimulai dengan adanya permasalahan yang perlu
BAB 3 PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Permasalahan Penelitian Penelitian umumnya dimulai dengan adanya permasalahan yang perlu dicari pemecahanya atau jawaban secara ilmiah. Pertemuan
Lebih terperinciPENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASROOM ACTION RESEARCH ) Oleh: TIM PENGAJAR PTK DEPARTEMEN ELEKTRO PPPPTK BOE / VEDC MALANG
PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASROOM ACTION RESEARCH ) Oleh: TIM PENGAJAR PTK DEPARTEMEN ELEKTRO PPPPTK BOE / VEDC MALANG 19 30 OKTOBER 2009 1 MENGAPA HARUS PTK? MENGAJAR SAMBIL MENELITI UNTUK MENINGKATKAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, karena dalam memberikan gambaran atas suatu peristiwa atau gejala menggunakan alat bantu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan mutlak harus disertakan. Metode atau metodologi penelitian ini akan
BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dalam menyusun penelitian skripsi, metode atau metodologi penelitian yang digunakan mutlak harus disertakan. Metode atau metodologi penelitian ini akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)
Lebih terperinci4) Judul Penelitian. 1) Latar Belakang Masalah. 2) Indikasi Masalah. 3) Batasan Masalah
4) Judul Penelitian 1) Latar Belakang Masalah 2) Indikasi Masalah 3) Batasan Masalah Bertolak dari masalah Pada penelitian kuantitatif judul menunjukkan variabel yang akan diteliti terutama variabel independen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Konseling kelompok dalam penelitian ini adalah konseling kelompok yang diikuti siswa yang sering bermasalah disekolah yang dilakukan oleh ahli
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang mempunyai tujuan untuk menguji hipotesa dari data-data yang dikumpulkan sesuai teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
38 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang penulis akan menentukan objek yang akan diteliti sebagaimana judul yang diambil. Hal ini untuk
Lebih terperinciTUGAS METODOLOGI PENELITIAN PENENTUAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
TUGAS METODOLOGI PENELITIAN PENENTUAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF Disusun Oleh : 1. Wahyu Sekti Retnaningsih 2. Susilowati Halim 3. Sulis 4. Winarno 5. Rika Program Magister Pendidikan Biologi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menguji suatu data yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian
BAB III METODOLOGI PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Menguji suatu data yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian memerlukan suatu metode. Sehubungan dengan hal tersebut, Winarno Surakhmad (1991 : 131)
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian dengan menggunakan
Lebih terperinciHipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Tidak semua penelitian harus memakai hipotesis, namun peneliti akan sampai pada taraf penentuan apakah penelitiannya akan menggunakan hipotesis atau tidak. Pengertian Hipotesis Proses
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. merupakan proses yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
41 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan yang di lakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan untuk mencari kebenaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam suatu penelitian karya ilmiah, terlebih dahulu dipahami metodologi peneilitian. Metodologi penelitian yang dimaksud merupakan seperangkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2015, hlm. 2) mengatakan, Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan mendasarkan pada teori
Lebih terperinciKONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN
KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat
Lebih terperinciDrs. Rudi Susilana, M.Si. -
Keterkaitan antara Masalah, Teori dan Hipotesis Kegiatan penelitian dimulai dari adanya masalah, dan penelitian itu sendiri merupakan salah satu upaya menemukan jawaban atau pemecahan masalah dengan menggunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013;3). Penelitian pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013;3). Penelitian adalah penerapan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Siaran Mutiara Fajar Di Radio Suara Giri FM Gresik terhadap perilaku
50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian Berdasarkan analisis datanya penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian dengan menggunakan analisis data
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN
21 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dengan cara apa data tersebut diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto)
METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL (Dharminto) Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah. Selain itu juga dimaknakan sebagai suatu penyelidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kasus, dimana dalam metode ini dilakukan pembahasan masalah berdasarkan kondisi yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Jenis dan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengertian deskriptif menurut (Nazir, 2005)
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai dengan pendapat Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Bisnis mendefinisikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan
37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian menurut Silalahi ( 2010 : 180) yaitu, rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kemampuan numerik peserta didik terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksploratif, yakni menghimpun informasi
Lebih terperinciKONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN
KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Pengertian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
Lebih terperinciBAB 2 ETIKA, KLASIFIKASI DAN PROSES PENELITIAN
BAB 2 ETIKA, KLASIFIKASI DAN PROSES PENELITIAN A. ETIKA PENELITIAN Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu
Lebih terperinciMENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART II)
SMART WRITER MENULIS PROPOSAL PENELITIAN: METODE PENELITIAN KUANTITATIF (PART II) MUFID, S.AG., SS., M.HUM Disampaikan pada kegiatan pelatihan Smart Writer: Penulisan Proposal Penelitian yang diselenggarakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,
Lebih terperinci