BAB V KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA"

Transkripsi

1 BAB V KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA Bab v ini merupakan isi dari penggambaran tujuan penelitian tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga. Keberadaan punk di Salatiga pada bab ini akan mulai digambarkan dari sejarah lahirnya komunitas punk di Salatiga, keberadaan komunitas anak muda sebagai komunitas punk, punk di Salatiga dilihat dari prinsip dan tindakannya, hingga pada penggambaran golongangolongan punk di Salatiga Sejarah Komunitas Punk Di Salatiga Lahir dan berkembangnya komunitas punk di Salatiga tidak terlepas dari keberadaan Universitas di Kota Salatiga, khususnya keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana. Punk dikenal oleh remaja dan kaum muda Salatiga dari tiga media. Sebagaimana umumnya punk di kenal oleh remaja dan kaum muda di berbagai belahan dunia melalui media massa, aliran musik punk, dan melalui proses pengenalan. Yang berbeda dengan umumnya adalah jika ditempat lain lebih dipengaruhi oleh musik dan media massa, di Salatiga lebih dikenal oleh remaja dan kaum muda melalui tindakan pengenalan yang dilakukan oleh aktor. Punk mulai dijumpai di Salatiga pada sekitar tahun 2001 dan pada tahun 2003-an sampai dengan 2009 mengalami perkembangan yang dapat dikatakan pesat. Perkembangan komunitas punk ini sangat dipengaruhi oleh semakin banyaknya mahasiswa dari kota-kota besar ataupun komunitas punk dari luar kota masuk ke Salatiga. Sebelum berkembang seperti saat ini pada awalnya (sekitar 2001) punk di Salatiga diperkenalkan oleh seorang mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari ibukota Jakarta. Aktor yang dianggap sebagai cikal bakal (pentolan) atau pionir komunitas punk di Salatiga ini di kenal dengan nama Rudy, mahasiswa fakultas hukum UKSW angkatan 2001 dan pada saat ini (2007) telah menyelesaikan studinya. 63

2 Rudy merupakan aktor awal generasi komunitas Punk di Salatiga. Anggota komunitas punk yang juga menjadi sumber informasi dalam penelitian ini menyatakan bahwa pada awalnya prinsip dan gaya berpakian punk diperkenalkan oleh Rudy. Daniel salah satu anggota komunitas punk di Salatiga mengakui bahwa awalnya ia mengatahui prinsip-prinsip perlawanan yang dilakukan oleh komunitas punk, aliran musik dan demontrasi gaya berpakian untuk memperolok kemapanan diperkenalkan oleh Rudy. Rudy sendiri mengetahui dan mempelajari punk sejak masa SLTP di Jakarta. Pada awalnya Rudy tertarik dengan punk karena aliran musiknya. Atas ketertarikan itu kemudian salah satu saudara Rudy meperkenalkan punk secara lebih dalam kepadanya. Melalui ketertarikan dan proses penganalan di atas Rudy mendalami berbagai prinsip-prinsip perlawanan yang diusung oleh komunitas punk sejak awal lahirnya di Inggris. Setelah lulus SLTA pada tahun 2001 Rudy memilih untuk melanjutkan studi di UKSW, disinilah dimulai proses terbentuknya generasi punk di Salatiga. Proses pengenalan yang dilakukan oleh Rudy dimulai dari mempertontonkan/mendemonstrasikan gaya berpakian yang berbeda dengan masyarakat umumnya. Melalui cara-cara demikian Rudy mulai menunjukkan eksistensi dirinya sebagai seorang punkers, barikut kutipan wawancara bersama Rudy seorang pionir lahirnya komunitas punk di Salatiga; Pada saat masuk untuk menjadi mahasiswa disalah satu fakultas di UKSW tahun 2001, saya tidak menemukan/melihat seorangpun mahasiswa menggunakan asesoris Punk. Dengan tetap pada pendirian saya, setelah mengenal Punk sejak SLTP di Jakarta, saya tetap memakai atribut yang menggambarkan bahwa saya adalah salah satu mahasiswa dengan gaya hidup dan mempunyai prinsip hidup komunitas Punk 1. Pada saat ini komunitas punk dapat dijumpai baik dalam kampus ataupun di luar kampus. Komunitas punk Salatiga tidak dapat dengan mudah untuk diketahui jumlah anggotanya. Hal ini karena dipengaruhi oleh, prinsip hidup yang dianut oleh mereka, bahwa mereka jarang sekali hidup dan menetap dalam suatu 1 Hasil wawancara bersama Rudy pada 21 September

3 wilayah tertentu, melainkan berkelana dari satu kota ke kota yang lain. Namun satu yang dapat dipastikan bahwa pada saat ini komunitas punk pada sore hingga malam hari berkumpul di depan kampus UKSW. Kelompok ini berkumpul di depan book store UKSW, yang kebetulan juga salah satu anggotanya adalah pedagang kaki lima yang berjualan di depan kampus UKSW. Sejalan dengan pengakuan Rudy, anggota komunitas punk Salatiga yang juga menjadi informan kunci dalam penelitian ini mengakui bahwa Rudy merupakan seorang pelopor (pionir) untuk memperkenalkan punk di Salatiga. Sebagaimana di ungkapkan oleh Daniel ataupun Ahmed bahwa pada awalnya mereka mengenal punk di Salatiga karena diperkenalkan atau diceritakan oleh Rudy. Untuk lebih detil dibawah ini disampaikankutipan wawancara: Kami mengenal Punk secara dalam melalui Rudy. Memang ada banyak informasi tentang Punk namun Rudy melalui gaya hidup, gaya berpakian dan pembicaraannya telah memperkenalkan prinsipprinsip Punk pada remaja dan kaum muda di Salatiga, khususnya pada remaja dan kaum muda disekitar kampus UKSW 2. Berdasarkan data di atas, sejarah komunitas punk di Salatiga dipelopori oleh seorang mahasiswa asal ibu kota Jakarta. Melalui gaya hidup, gaya berpakian dan cerita-cerita dalam tongkrongan Rudy menunjukkan eksistensi dirinya sebagai punkers dan pada saat yang sama Rudy telah memperkenalkan punk bagi remaja dan kaum muda di Salatiga khususnya remaja dan kaum muda disekitar kampus UKSW. Sebagai mahasiswa Rudy secara tidak langsung juga telah memperkenalkan punk pada civitas akademika UKSW melalui demontrasi cara berpakian yang mencolok dan berbeda dengan umumnya. Berdasarkan data di atas punk di Salatiga merupakan sebuah komunitas yang lahir dari sebuah proses pengenalan. Proses pengenalan ini berjalan secara terus-menerus pada generasi-generasi selanjutnya. Rangkaian proses pengenalan yang paling nampak adalah bahwa Rudy mengenal punk karena diperkenalkan oleh saudaranya, kemudian pada saat studi di Salatiga Rudy memperkenalkan 2 Hasil wawancara bersama Ahmed salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga yang juga merupakan mahasiswa UKSW. Wawancara dilakukan pada September

4 punk pada kaum muda di Salatiga. Demikian selanjutnya proses pengenalan ini dilakukan secara turun-temurun antar generasi. Proses mengenal punk ini kemudian membuat kaum muda ikut ambil bagian didalamnya dengan meniru cara berpakian dan prinsip-prinsip punk seperti punk yang lahir di Inggris. Hal yang jelas berbeda disini adalah bahwa punk di Inggris lahir atas respon masyarakat tehadap kondisi ekonomi yang kacau balau pada 1970-an tetapi di Salatiga lebih merupakan proses imitasi (meniru) punk di Inggris. Kelahiran punk di Inggris erat kaitannya dengan kebeprihakan terhadap kelompok pekerja yang tidak mendapat perhatian dari pemerintahan Inggris. Oleh karena itu berpengaruh terhadap gaya dandanan yang merepresentasikan keberpihakan terhadap kelompok pekerja. Jika di Inggris cara berpakian merupakan representasi dari keberpihakan terhadap kelompok pekerja, menurut komunitas punk Salatiga merekapun juga demikian. Cara-cara berpakian punk di Inggris adalah dengan menggunakan pakian-pakian kelas pekerja (sepatu boot, celana jeans, dan baju kaos) pada masa awal 1970-an. Sebagai komunitas yang lahir dari proses meniru komunitas di Inggris, punk di Salatiga juga menggunakan cara berpakian kelas pekerja ala Indonesia sebagai representasi keberpihakan terhadap kelompok pekerja. Akan tetapi pada saat ini juga terdapat banyak sekali kaum muda dan mahasiswa yang mengambil gaya berpakian punk sebagai style tanpa ikut mengambil spirit dan perlawana arahan perlawanan komunitas punk Kaum Muda Salatiga dan Punk Punk adalah komunitas yang lahir dari remaja dan kaum muda terpelajar yang berasal dari kelas pekerja. Mereka membentuk komunitas dengan cara berpakian yang menunjukkan identitas sebagai kelompok pekerja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kebijakan ekonomi pemerintahan Inggris yang tidak memperhatikan kelompok pekerja. Selain itu kelompok muda terpelajar ini menggunakan gaya berpakian yang berbeda dengan gaya dandanan umumnya untuk memperolok kemapanan kelompok kapitalis dan penguasa. 66

5 Dengan memakai sepatu bot, bretel, potongan rambut yang khas dan unik, kaos ketat, dan musik yang menghentak-hentak merupakan suatu brikolasi simbolis yang penuh gaya yang menyampaikan pesan ketegaran, maskulinitas, dan aroma kelas pekerja. Paparan singkat di atas menunjukkan adanya hubungan erat antara kehidupan kaum muda (khususnya kaum muda terpelajar) dengan kemunculan Punk di Inggris. Demikian pula dengan di Salatiga kemunculan Punk mempunyai hubungan yang erat dengan kaum muda terpelajar. Sebagaimana telah di gambarkan dalam sejarah lahirnya bahwa lahirnya komunitas punk karena diperkenalkan oleh kaum muda terpelajar (mahasiswa). Hubungan erat antara lahirnya komunitas punk dengan kaum muda sepertinya dipengaruhi oleh sikap dan tindakan kaum muda selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Keinginan kaum muda untuk keluar dari batasan-batasan yang ada. Selain hal yang umum ini, hal yang mendasar adalah terkait dengan prinsip bahwa kelompok muda khususnya mahasiswa merupakan saat dimana idealisme keberpihakan mulai muncul dan berkobar-kobar. Terdapat berbagai motivasi yang melatarbelakangi remaja dan kaum muda di Salatiga untuk menganut semangat anti kemapanan yang diusung komunitas Punk. Motivasi itu, mulai dari ketertarikan terhadap musik, asesoris, gaya hidup hingga motivasi yang didasari pada hal yang substansial untuk ikut dalam prinsip pemberontakan Punk. Informan kunci dalam penelitian ini memiliki landasan motivasi yang berbeda-beda seperti tergambar dalam kutipan hasil wawancara bersama Ahmed dibawah ini : Punk awalnya tidak saya kenal. Tetapi gaya dandanan punk sudah sering dilihat baik video klip musik, ataupun melihat kaum muda yang memakainya. Saya tertarik dengan gaya dandanan punk, kemudian barulah akhirnya sebagai gaya dengan ciri dan mempunyai makna yang mendalam semakin saya pelajari dan dalami 3. 3 Wawancara bersama Ahmed dilakukan pada September

6 Tidak jauh berbeda dengan motivasi awal Ahmed untuk mengenal punk landasan motivasi ini juga hampir sama dengan motivasi awal Denis untuk mengenal punk, seperti dikutip dibawah ini; Pada awalnya saya hanya tertarik dengan aliran musik punk. Bedasarkan ketertarikan itu kemudian musik, prinsip dan gaya berpakian serta maknamakna dari berbagai simbol punk diperkenalkan oleh teman, dengan mengajak saya bergabung ketempat tongkrongan mereka. Berawal dari pengenalan inilah kemudian akhirnya saya mengambil prinsip-prinsip dan semangat punk 4. Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa punk Salatiga merupakan hasil dari proses meniru yang dilakukan oleh kaum muda. Landasan motivasi yang melatarbelakangi ketertarikan terhadap punk lebih dilandasi oleh musik dan gaya berpakian dari pada sikap dan prinsip-prinsip ketidak puasan. Akan tetapi yang mendasar disini adalah bahwa gaya berpakian dan musik telah menjadi pintu masuk bagi motivasi kaum muda untuk mengenal punk secara lebih jauh khususnya terhadap prinsip-prinsip perlwanannya. Selain karena motivasi di atas, pada akhir-akhir ini tidak jarang remaja dan kaum muda mengambil semangat Punk untuk melegalkan berbagai sikap bebas mereka. Mereka mengambil gaya hidup Punk tanpa mengambil spiritnya. Bagi komunitas Punk yang menjiwai nilai pemberontakan memandang Punk merupakan kemandirian komunitas, adalah sebuah jiwa yang menolak bentuk struktur-struktur yang menjadi penindas. Namun juga dalam banyak kejadian banyak dari anggota komunitas yang salah mengartikan nilai Punk itu sendiri. Salah satu Ideologi Punk adalah do it yourself, yang berarti kemadirian komunitas 5, namun harus dibedakan secara tegas dengan be your self. Banyak anggota komunitas yang mengaku dirinya komunitas Punk dengan menentang suatu bentuk kemapanan untuk tidak mengikuti aturan lingkungan sosial bahkan pada lingkungan sosial 4 Wawancara di lakukan pada bulan awal Desember Kemandirian yang dimaksud adalah kamandirian dalam komunitas tersebut, misalnya kemandirian untuk menuju kesuatu kota tanpa harus mengeluarkan biaya, ataupun dapat melakukan hal yang umunya menurut orang mengluarkan biaya, sedangkan jika dilakuakn oleh komunitas ini tidak harus dengan mengeluarkan biaya. 68

7 terkecil. Apabila ada yang demikian itu hanya merupakan sangkalan belaka. Misalnya mereka tidak pergi sekolah karena memang mereka tidak menginginkan hal tersebut, dan orang tua mereka menuntut sedemikian rupa dalam kasus yang demikian tidak dapat dikatakan sebagi Ideologi komunitas do it yourself 6. Berdasarkan motivasi yang berbeda-beda untuk ikut dalam komunitas Punk pada akhirnya individu-individu didalamnya mempunyai pemahaman yang berbeda pula tentang Ideologi Punk. Ada anggota komunitas yang hanya ikut dalam suatu komunitas Punk dengan hanya mengambil fashion ala Punk sebagai suatu gaya hidup tanpa memahami makna dan keberpihakan gaya hidup demikian, ada pula anggota komunitas yang mengambil semangat anti kemapanan ini untuk melegalkan berbagai macam perilaku bebas, seperti mabuk-mabukkan ataupun mengkomsumsi narkotika. Namun meskipun demikian, diantara berbagai motivasi yang demikian diantara mereka terdapat motivasi-motivasi yang benar-benar dilandaskan pada prinsip dan keberpihakan Punk. Saat ini tidak jarang kita menemukan komunitas yang menamakan dirinya sebagai Punkers, namun tidak memahami apa yang melandasi dan melatarbelakangi kehadiran Punk itu sendiri. Mereka hanya mengambil gaya hidup Punk tanpa memahami Punk sesungguhnya Komunitas Punk di Salatiga: Prinsip dan Tindakan Komunitas gerakan anak muda yang disebut Punk saat ini dapat dijumpai di Salatiga, khususnya di sekitar kampus UKSW. Aktivitas keseharian gerakan anak muda yang disebut Punk sangat beragam, namun diantara beragamnya aktivitas satu yang dapat dipastikan adalah mereka mempunyai gaya hidup bahkan prinsip hidup yang sama. Namun, tidak gampang untuk langsung mengatakan komunitas yang memakai atribut Punk juga adalah juga komunitas yang 6 Di kutip berdasarkan hasil wawancara dengan Rudy pionir komunitas Punk di Salatiga, yang juga merupakan informan kunci dalam penelitian ini. Wawncara dilaksanakan pada November 2007 di Salatiga. 7 Dikutip berdasarkan hasil wawancara terhadap Daniel salah satu anggota komunitas Punk Salatiga. Wawancara dilakukan pada bulan November

8 mempunyai prinsip hidup Punk. Karena tidak jarang remaja atau kaum muda yang mengambil semangat anti kemapanan yang diusung komunitas Punk hanya sebagai trend gaya hidup, ataupun hanya sekedar gaya dandanan. Mereka tidak mengambil spirit dari prinsip Punk namun hanya meniru penampilan luarnya. Komunitas Punk di Salatiga terbentuk dari beragam latar belakang idndividu, maupun latar belakang sosial budaya. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh beragamnya suku dan latar belakang kehidupan masyarakat Salatiga. Misalnya saja Rudy dari Jakarta, Ahmed dari Jawa Tengah, ataupun Dennis dari Bandung dan anggota lainnya dengan latar belakang sosial dan budaya masingmasing. Dengan prinsip anti terhadap kemapanan komunitas Punk yang terdiri dari individu-individu melebur menjadi satu bagian komunitas untuk mendemontrasikan prinsip hidup dan pemberontakan kaum Punk melalui penampilan juga melalui aliran musik. Dalam sejarahnya Punk merupakan sebuah identitas, gaya hidup sekaligus prinsip hidup. Bagi komunitas yang menganut prinsip menganggap bahwa Punk adalah, suatu rasa tidak paus, suatu pemberontakan, suatu kemarahan, suatu kebencian terhadap kemapanan. Menurut mereka musik ataupun asesoris Punk hanya merupakan media penyampaian ide atau pesan kemarahan dan kebencian terhadap kemapanan yang ada. Sejalan dengan itu kemudian dibawah ini petikan wawancara bersama Ahmed 8, anggota komunitas Punk di Salatiga. Punk tidak lain adalah sebutan bagi komunitas yang menentang atau anti hirarki, komunitas anti pemerintah. Artinya anti terhadap suatu bentuk ketidak adilan dalam pemerintahan atau sebuah sikap memberontak. Punk pada dasarnya adalah sebuah ideologi pemberontakan, media penyampaian pesan dan seruan-seruannya adalah musik dan gaya hidup 9. Dengan demikian maka sangatlah jelas bahwa Punk bukanlah sekedar aliran musik, bukan pula sekedar gaya hidup akan tetapi merupakan sebuah prinsip. Melalui musik dan asesoris atau atribut-atributnya sebagai bentuk ekspresi jiwa, komunitas Punk menyampaikan pesan-pesan secara verbal dan 8 Ahmed anggota komunitas Punk di Salatiga. 9 Dikutip berdasarkan hasil Wawancara yang dilaksanakan padanovember 2007, di Salatiga. 70

9 nonverbal kepada struktur dan kepada publik akan penolakan komunitas Punk terhadap keadaan yang normal (menurut mereka keadaan yang berpihak pada elit). Bagi komunitas Punk di Salatiga, prinsip pemberontakan yang diusung, penyampaiannya tidak terbatas pada aliran musik dan gaya hidup tetapi juga dapat langsung diserukan dalam aksi-aksi demonstrasi. Komunitas punk Salatiga pernah bergabung dalam beberapa aliansi seperti Salatiga bersatu tolak kenaikan BBM tahun 2005, ataupun rakyat Salatiga peduli air (RSPA) tahun 2007, dan aliansi anti nuklir tahun 2007 dan Walaupun terdapat banyak pandangan bahwa komunitas Punk di Indonesia tidak lahir dari tanggapan atas kondisi tertentu, warna pemberontakan atas kemapanan tetap menjadi roh perjuangan komunitas Punk. Di Salatiga komunitas Punk berulang kali terlibat langsung dalam demonstrasi untuk melakukan orasi-orasi atas rasa ketidaksetujuan. Contoh paling sederhana adalah ketika komunitas Punk bersama-sama dengan organisasi mahasiswa dan organisasi masyarakat ikut dalam demontrasi dan orasi-orasi penolakan terhadap rencana pembangkit tenaga nuklir di Jepara. Kami terus terlibat dalam demontrasi dan orasiorasi, khususnya tentang rencana pembangunan tenaga nuklir. Menurut kami nuklir adalah sebuah senjata yang tidak mendatangkan keuntungan, nuklir hanya merugikan saja. Seperti apa yang terjadi di Rusia ketika proyek tersebut mengalami kebocoran, maka orang yang ada dalam radius nuklir menjadi mutan (wajah tak berbentuk manusia). Nuklir tidak lain adalah alat penghancur paling berbahaya dan tidak mendatang keuntungan yang positif bagi masyarakat 10. Komunitas punk di Salatiga menunjukkan identitas mereka sebagai kelompok yang tidak hanya meniru cara berpakian dan penikmat musik punk tetapi melalui demontrasi mereka terus mengaspirasikan ketidakpuasan dan ketidak setujuan. Ini membuktikan bahwa bentuk-bentuk tindakan perlawanan komunitas punk Salatiga tidak terbatas pada gaya rambut yang berbeda dengan gaya rambut umumnya, cara berpakian yang berbeda dengan cara berpakian umumnya ataupun asesoris lain yang berbeda dengan yang normal berlaku di 10 Dikutip berdasarkan hasil Wawancara bersama Rudy salah satu informan kunci dalam penelitian ini, wawancara dilaksanakan pada November 2007 di Salatiga. 71

10 masyarakat tetapi juga melalui demonstrasi yang dengan tegas menunjukkan perjuangan mereka melalui orasi-orasi yang bersifat politik. Walaupun demikian, oleh karena gaya hidup yang berbeda dengan gaya hidup yang diluar dari yang normal pada banyak tindakan mereka tidak jarang komunitas Punk dianggap masyarakat bahkan masyarakat kampus sekalipun sekedar sebagai komunitas pembuat onar, preman ataupun brandalan. Pada awalawal tumbuhnya komunitas Punk di sekitar UKSW terdapat banyak sikap penolakan yang mereka alami. Akan tetapi sikap penolakan yang demikian tidak menjadi hambatan berarti bagi komunitas yang melakukan pergerakan sosial dari demonstrasi gaya hidup dengan prinsip pemberontakannya. Menurut mereka sebagian kecil dari alasan perjuangan pemberontakan Punk adalah pada bentukbentuk kemapanan yang hanya berpihak pada kelompok masyarakat elit penguasa ketimbang masyarakat miskin dan kelas pekerja. Dengan demikian Punk di Salatiga juga merupakan sebuah perjuangan dan keteguhan mempertahankan prinsip Punk. Oleh karena itu maka, terlepas dari komunitas yang hanya mengambil fashion sebagai gaya hidup, Punk di Salatiga perlu dipahami sebagai perjuangan atau pemberontakan yang berlandaskan pada sebuah prinsip yang tidak hanya sekedar penampilan luarnya Golongan-Golongan Punk Di Salatiga Komunitas Punk di Salatiga dapat digolongkan dalam beberapa golongan berdasarkan ciri-ciri dan kekhasan tertentu yang dijadikan sebagai identitas dari kelompoknya. Berdasarkan golongan-golongan dalam berbagai aliran Punk maka Punk di Salatiga dapat dikategorikan menjadi beberapa macam yaitu; Anarcho Punk; Glam Punk; Ska Punk; dan Punk Fashion. 72

11 Anarcho Punk Anarcho Punk adalah komunitas Punk yang menutup diri dengan orang lain. Kekerasan menjadi bagian dari kehidupan komunitas ini. Tidak jarang komunitas ini terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk golongan lain. Dalam semangat anti kemapanan seperti diusung idologi Punk, Ideologi yang dianut oleh komunitas ini adalah anti Authoritarianism dan anti Capitalis. Crass, Conflick, Flux of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk. Komunitas punk Salatiga dengan golongan anarcho salah satunya adalah Rudy. Sebenarnya pada awal lahirnya punk di Salatiga jika dilihat dari golongannya maka golongan anarcho adalah golongan yang pertama ada. Komunitas golongan anarcho Salatiga menempati tempat tongkrongan didepan kampus UKSW, baik itu didepan book store UKSW ataupun didepan Gereja Kristen Jawa (GKJ) saat ini dikedua tempat ini dibangun halte. Tempat ini mulai dijadikan tempat tongkrongan oleh komunitas punk golongan anarcho sekitar tahun 2005-an hingga saat ini (2009). Kebetulan tempat tongkrongan berdampingan dengan salah satu warung anggota komunitas punk. Pada saat-saat tertentu kedua tempat tongkrongan ini juga dijadikan tempat tongkrongan golongan punk lainnya misalnya ska punk, ataupun oleh kelompok anak muda yang lain. Golongan Anarcho memiliki ciri sebagai golongan punk yang dikenal dengan sikap yang keras, menutup diri dan selalu berpegang pada prinsip perlawanan. Golongan ini seringkali terlibat dalam bentrokan baik itu dengan golongan punk yang lain ataupun anak jalanan. Jika diperhatikan secara seksama gaya berpakian golongan ini sedikit berbeda dengan golongan lainnya. Mereka menggunakan pakian-pakian yang sangat mencolok dan memiliki 73

12 atribut yang banyak. Ini sengaja ditampilkan sebagai sebuah identitas dari ekpresi keras dan prinsip perlawanan yang diunsung. Komunitas golongan Anarcho Punk ini adalah komunitas yang cukup banyak dianut oleh kaum muda di Salatiga. Pada awal tumbuh dan berkembangnya Punk di Salatiga komunitas golongan Anarcho Punk adalah golongan punk yang dianut dan diperkenalkan oleh Rudy. Pada saat ini komunitas golongan anarcho punk di Salatiga dan jumlahnya tidak lebih dari belasan orang. Walaupun merupakan golongan punk yang pertama dikenalkan namun anggotanya kebanyakan berasal dari luar Salatiga dan hanya menetap di Salatiga dengan alasan studi, dan ketika lulus akan kembali ke kotanya masing-masing. Oleh karena itu kemudian komunitas golongan punk keanggotaannya hampir selalu berganti Glam Punk Anggota komunitas Punk golongan Glam Punk merupakan komunitas yang terdiri dari seniman. Realitas yang dialami seharihari menjadi acuan penting bagi komunitas ini untuk menuangkan berbagai ekspresi jiwa termasuk perlawanan untuk dituangkan dalam karya seni. Dengan demikian komunitas sangat berbeda dengan Anarcho Punk yang tidak jarang terlibat dalam bentrokan fisik, golongan glam Punk adalah komunitas yang jarang bahkan tidak bersentuhan dengan bentrokan-bentrokan fisik. Golongan ini tidak selalu menggunakan gaya dandanan punk umumnya. Golongan ini lebih bebas, namun tetap menunjukkan kebepihakan pada kelas pekerja. Ciri perlawanan golongan ini adalah dengan mengekspresikan prinsip perlawanan melalui hasil karya seperti karikatur, grafitty, dan lain sebagainya. 74

13 Kelompok ini lebih mempunyai ciri sebagai seniman sekaligus sebagai komunitas punk. Satu yang mencolok dari golongan ini adalah bahwa mereka dapat dikatakan sebagai seniman yang melakukan perlawanan melalui karya-karyanya. Kelompok ini merupakan kelompok muda dengan gaya dandanan punk dan mengekspresikan karya-karya yang menunjukkan perlawanan terhadap keadaan yang normal (mapan). Komunitas-komunitas seperti ini juga dapat dijumpai di Salatiga walaupun komunitas tidak banyak jumlahnya, golongan ini tidak secara tegas menyatakan dirinya sebagai bagian dari komunitas Punk Ska Punk Ska Punk merupakan penggabungan antara Punk sebagai Ideologi perlawanan dengan aliran musik asal Jamaica Reggae. Gaya hidup sebagai identitas golongan ini adalah gaya hidup Punk sekaligus gaya hidup reggae sebagai aliran musik asal Jamaica yang terkolaborasi dalam Ideologi pemberontakan. Tumbuhnya golongan ini ditandai oleh masuknya punk pada tahun sekitar 2001 dan minat kaum muda Salatiga yang menikmati musik reggae. Band-band reggae sejak sekitar tahun 2000-an banyak lahir di Salatiga. Misalnya saja band reggae Langen Suko ataupun band Papua Roots. Ciri golongan ini adalah mereka menggabungkan antara idiologi pemberontakan punk dengan berbagai prinsip-prinsip perlawanan terhadap ketertindasan yang diusung melalui lagu reggae oleh Bob Marley di Jamaica pada sekitar 1970-an. Gaya dandanan reggae yang paling mencolok adalah rambut yang dibuat gimbal, ataupun asesoris lain seperti gelang hingga baju dan topi yang menggabungkan tiga warna sekaligus seperti merah, kuning 75

14 dan hijau yang biasanya juga dihiasi gambar daun ganja. Gaya dandanan dengan ciri reggae ini dipadukan gaya dandanan punk menjadi sebuah gaya dandanan dengan prinsip perlwanan terhadap kemapanan Punk Fashion Golongan terakhir adalah golongan kaum muda dan mahasiswa biasa yang hanya meniru gaya dandanan Punk. Mereka tidak menjiwai idologi perlawanan Punk namun mereka memiliki ketertarikan dengan gaya berpakaian komunitas Punk. Terkadang dalam usaha meniru gaya dandanan tidak jarang komunitas ini terkesan merusak gaya dandanan Punk karena gaya dandanan Punk dikolaborasikan dengan trend berpakian saat ini. Jika dilihat dari gaya dandanan saja golongan punk fashion ini hampir tidak dapat dibedakan dengan komunitas punk sesungguhnya. Hal ini karena berbagai gaya dandanan punk beserta asesoris ditiru dan kemudian dijadikan sebagai gaya berpakian oleh kelompok ini. Walaupun gaya dandanannya hampir sama namun terdapat sedikit cela yang membedakan antara kelompok punk fashion dengan punk yang mengusung prinsip perlawanan. Punk yang mengusung perlawanan, menggunakan pakaian yang terlihat kusam (warna pudar), menggunakan pakaian dengan merk lokal bahkan tanpa merk yang menggambarkan keberpihakan terhadap kelompok buruh (kelas pekerja), sedangkan kelompok punk fashion menggunakan pakaian yang terlihat rapi dan mewah, menggunakan pakaian dengan label-label tertentu yang tidak dapat dijangkau oleh kaum buruh. Jelas bahwa golongan punk fashion tidak mewakili prinsip perlawanan apa-apa. Jumlah komunitas ini semakin hari semakin bertambah, apalagi didukung oleh pandangan pasar saat ini yang telah berubah 76

15 menjadi komoditas. Saat ini atribut Punk dengan sangat mudah dijumpai ditoko-toko dengan harga yang murah. Ironis memang bagi sebuah pergerakan dengan prinsip yang kuat, karena pengaruh pasar telah berubah menjadi komoditas. 77

16 Tabel 5.4. Golongan-Golonngan Punk Berdasarkan Ciri dan Jumlah Komunitas Golongan Ciri Wilayah Jumlah Anarcho Ciri anarkho punk adalah sikap keras dan tertutup. Golongan ini adalah golongan yang mengutamakan prinsip perlawanan. Gaya berpakian kusam, dengan banyak atribut lainnya, sangat mewakili kaum pekerja. Glam Golongan ini tidak selalu menggunakan gaya dandanan punk umumnya. Golongan ini lebih bebas, namun tetap menunjukkan kebepihakan pada kelas pekerja. Ciri perlawanan golongan ini adalah dengan mengekspresikan prinsip perlawanan melalui hasil karya seperti karikatur, grafitty, dan lain sebagainya. Ska Menggabungkan antara idiologi pemberontakan punk dengan prinsip perlawanan terhadap ketertindasan yang diusung oleh musik reggae. Golongan ini memiliki gaya dandanan punk umumnya, yang khas adalah golongan ini mengkolabarikan gaya dandanan punk dengan rambut gimbal, dan atribut-atribut reggae. Fashion Punk fashion menggunakan pakaian yang terlihat rapi dan mewah, menggunakan pakaian dengan label-label tertentu yang tidak dapat dijangkau oleh kaum buruh (kelas pekerja). Komunitas punk golongan ini memiliki wilayah tongkrongan di depan UKSW khususnya didepan book store UKSW dan didepan GKJ Diponegoro 50. Saat sekarang (2009) tempat tongkrongan komunitas golongan anarkho adalah dihalte wilayah depan kampus UKSW. Tidak dapat dipastikan tempat tongkrongan golongan ini di Salatiga. Karena mereka lebih terbuka dalam bergaul. Komunitas golongan ini memiliki beberapa tempat tongkrongan. Di lapangan pancasila Salatiga dan terkadang diwilayah depan kampus UKSW. Komunitas golongan ini tidak selalu nampak diwilayah tongkrongan, namun kelompok ini dapat dengan mudah dijumpai ketika ada pertunjukkan band-band reggae. Kelompok ini dapat dijumpai di berbagai tempat di Salatiga. Komunitas Orang. Data ini sangat sulit untuk dipastikan. Karena prinsip hidup berkelana dari kota satu ke kota yang lain menjadikan komunitas ini tidak hidup menetap. 15 orang 40 Orang Jumlahnya tidak dapat dipastikan. Masalahnya kelompok hampir setiap hari berganti Sumber: Disusun berdasarkan hasil wawancara terhadap Ibeng dan Ahmed anggota komunitas punk Salatiga pada tanggal 16 Juli

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas sepintas tentang beberapa item dari kondisi fisik wilayah Kota Salatiga sebagai pengetahuan umum tentang tempat dimana komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seringnya melihat sekelompok remaja berpakaian unik dan beberapa orang menyebut mereka aneh. Mereka berdiri dipersimpangan lampu merah membawa gitar kecil sambil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Perlu dibedakan antara metodologi dengan metode penelitian agar tidak terjadi kerancuan dalam analisisnya. Metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Musik merupakan bahasa universal yang dikenal oleh seluruh masyarakat di dunia. Di dalam musik terjadi proses komunikasi melalui nada nada dan lirik yang dirangkai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya. Masyarakat dapat disebut juga dengan komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur.

I. PENDAHULUAN. makhluk individu yaitu makhluk yang hidup untuk dirinya sendiri. Dalam. yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Tetapi manusia dalam kehidupan pribadinya disebut sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Punk lahir di Inggris pada pada akhir 70an sebagai budaya tandingan dari budaya mainstream pada zamannya. Dipicu sebuah perasaan yang menjadi rahasia umum dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Marjinal MARJINAL adalah sebuah group musik band dari sekian banyak gruop band indie di indonesia yang beraliran punk. Marjinal yang terinspirasikan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di Indonesia salah satu kota yang dikenal sebagai pusat fashion adalah kota Bandung. Kota ini menjadi salah satu kota yang dinamis dalam hal mode bahkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Setiap orang memiliki kekuatan untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri, manusia itu sendiri yang bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara

BAB I PENDAHULUAN. awalnya adalah melalui gaya busana yang dikenakan oleh mereka. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas Punk menjadi salah satu bagian dalam masyarakat kota yang tidak mengikuti arus yang dibentuk oleh pasar. Citra identitas sebuah komunitas Punk hadir dalam

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. GAYA HIDUP KOMUNITAS REGGAE (Studi pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL) di Bandar Lampung)

HASIL WAWANCARA. GAYA HIDUP KOMUNITAS REGGAE (Studi pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL) di Bandar Lampung) HASIL WAWANCARA GAYA HIDUP KOMUNITAS REGGAE (Studi pada Komunitas Reggae Lampung () di Bandar Lampung) 1. Bagaimana gaya hidup Komunitas Reggae Lampung (): 1.1 Bagaimana makna yang dikomunikasikan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka pesat juga perkembangan dalam dunia mode dan fashion. Munculnya subculture seperti aliran Punk, Hippies,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang

BAB I PENDAHULUAN. Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran musik Emo merupakan sub aliran dan musil punk rock yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh perkembangan musik yang sangat fenomenal di dunia yaitu musik rock.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3

BAB I PENDAHULUAN. Kreatifitas : daya cipta, kemampuan untuk menciptakan. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Pengertian squatting sebagai wadah kreatifitas anak punk di Surakarta, dapat diuraikan sebagai berikut: Squatting : beranda atau tempat tinggal bagi anak punk yang dihuni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini, kita dapat melihat perkembangan kota yang begitu maju dan pesat di segala aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan kepada para pelaku bisnis untuk memulai usahanya, menimbulkan banyak sekali bermunculan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan sistem yang masih konservatif di Eropa dan Amerika kurun waktu an. Pergerakan Underground yang didominasi generasi muda

I. PENDAHULUAN. dan sistem yang masih konservatif di Eropa dan Amerika kurun waktu an. Pergerakan Underground yang didominasi generasi muda I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Underground dalam bahasa Indonesia berarti bawah tanah merupakan istilah gerakan kelompok masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah dan sistem yang masih konservatif

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai makluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan istilah dari baju dalam menjadi T-Shirt dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan istilah dari baju dalam menjadi T-Shirt dikaitkan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaos adalah pakaian yang digunakan sebagai baju dalam, baju dalam yang biasanya digunakan polos dan tidak memiliki gambar. Namun setelah diterakan gambar pada permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan agar terjadi kebersamaan dan persamaan makna. Komunikasi bisa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaikinya. Tentu saja seseorang pengarang tidak harus menggurui

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaikinya. Tentu saja seseorang pengarang tidak harus menggurui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Peran karya sastra sangat penting bagi masyarakat, karena karya sastra sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap negara mempunyai kebudayaan yang beragam serta setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Budaya sendiri merupakan suatu kebiasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A 14204011 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita yang akan diberi nama Dista. Dista merupakan bisnis distro khusus untuk balita yang memberikan pelayanan pembungkus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 Genre musik hardcore adalah sebuah bentuk budaya tandingan terhadap budaya mainstream yang tersedia di masyarakat, yang berada dalam sebuah kancah alternatif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok dan juga penunjang penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang memakainya. Begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Sistem yang ada di Negara Republik Indonesia adalah sistem demokrasi sehingga melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang mode dan cara berpakaian mendukung perkembangan pasar produk fashion menjadi cukup pesat. Adanya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunikan suatu produk, merupakan salah satu cara yang sering digunakan perusahaan untuk meningkatkan daya saing produknya, karena semakin unik suatu produk, maka konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep-diri 1. Pengertian Konsep-Diri Menurut Hurlock (1999) konsep-diri merupakan pandangan individu mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua komponen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk, atau layanan. semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. produk, atau layanan. semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Brand adalah adalah segala sesuatu yang terkait dengan perusahaan, produk, atau layanan. semua atribut, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Ini adalah apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar bebas tekstil dan produk tekstil (TPT) telah dimulai seiring dihapuskannya aturan kuota tekstil. Hal ini menuntut industri TPT untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya. Kemajemukan bangsa yang terbangun dari perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai musik, disadari atau tidak, siapapun dan dimanapun setiap orang selalu menikmati sebuah musik. Musik dapat didefinisikan secara luas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet muncul dipertengahan 1990-an sebagai medium massa baru yang amat kuat. Internet adalah jaringan kabel, telepon dan satelit yang menghubungkan komputer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa banyak pengusaha membuka bisnis ritel di berbagai pusat perbelanjaan. Tak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung dikenal oleh dunia internasional sebagai tempat lahirnya karya musik dan musisi berbakat. Hal ini disebabkan tingginya apresiasi masyarakat Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oleh Luthfi Seli Fauzi, kognitif adalah semua proses dan produk pikiran untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik seringkali digunakan sebagai media untuk berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain, baik untuk menyampaikan pesan atau perasaan maupun mengisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia sendiri. Seseorang mempunyai kebebasan untuk berpikir dan berperasaan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota Bandung telah dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia sampai tahun 2013 mencapai kurang lebih 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen (http://www.republika.co.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,

Lebih terperinci

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Baju Sisa Import Awul-awul Berkembangnya gaya fashion di negara kita, memang tidak dapat dihindari lagi. Dari model terkenal, artis ibukota hingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Visual dalam Video Klip Doushite Kimi Wo Suki Ni Natte Shimattan Darou dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Visual dalam Video Klip Doushite Kimi Wo Suki Ni Natte Shimattan Darou dan BAB II KAJIAN PUSTAKA. KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, tesis, dan jurnal penelitian, ditemukan beberapa penelitian yang memiliki relevansi

Lebih terperinci

Ordinary Faith. Timothy Athanasios

Ordinary Faith. Timothy Athanasios Ordinary Faith Timothy Athanasios Bab I Para Pencari Kebenaran Dan Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan Kamu. (Yohanes 8:32) You want the truth? You can t handle the truth!

Lebih terperinci