DIFUSI HASIL INOVASI PERGURUAN TINGGI UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT
|
|
- Veronika Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DIFUSI HASIL INOVASI PERGURUAN TINGGI UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT Eni Harmayani Pusat Studi Pangan dan Gizi -UGM Fak. Teknologi Pertanian UGM Komisi Teknis Pangan dan Pertanian -DRN Disampaikan dalam Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional Seminar Nasional Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi untuk Daya Saing Bangsa Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
2 DIFFUSION Diffusion is the way in which innovation spread, through market or non-market channels, from their first worldwide implementation to different consumers, countries, regions, sectors, markets, and firms (
3 DIFUSI INOVASI PT Penyebarluasan hasil-hasil inovasi perguruan tinggi ke pengguna (petani, UMKM, industri, konsumen, negara, berbagai sektor, pasar dan usaha).
4
5 Mengapa perlu difusi hasil inovasi Perguruan Tinggi? WITHOUT DIFFUSION AN INNOVATION WILL HAVE NO ECONOMIC IMPACT!
6 4 Elemen dalam Difusi (Rogers, 1997) The Innovation Communication Time The social system (context)
7 1. The Innovation Why do the innovation spread more quickly than others? Relative advantage (lebih baik dari sebelumnya) Compatibility (sesuai kebutuhan) Complexity (mudah tidaknya dipahami dan digunakan) Trialability (dapat diuji coba pada skala terbatas) Observability to those people within the social system (visible bagi orang lain)
8 2. Communication Proses dimana para pihak berbagi informasi untuk mencapai kesepahaman. Media masa efektif dalam memberikan informasi dan membentuk pengetahuan tentang inovasi Jalur interpersonal efektif dalam membentuk dan mengubah perilaku terhadap ide baru Kebanyakan orang mengevaluasi suatu inovasi bukan dari scientific research tetapi melalui evaluasi subyektif dari orang-orang terdekat (near peer) yang telah mengadopsi inovasi tersebut.
9 3. Time Innovators (2.5%) Early adopters (13.5%) Early majority (34%) Late majority (34%) Laggards (16%)
10 4. The Social system Unit-unit yang saling terkait dalam penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan bersama. Anggota/AKTOR: individu, kelompok informal; organisasi atau sub sistem PERAN? - Urutan mulai bergerak? - Inisiatif mulai aktor yang mana, menyinggung yang mana? Bagaimana menciptakan kemanfaatan yang jelas dipahami? Belum paham Advokasi Modal masing-masing untuk berkontribusi? Sistem sosial membentuk batas dimana difusi terjadi.
11 Contoh Difusi Hasil Inovasi Perguruan Tinggi Untuk Pemberdayaan Masyarakat Industrialisasi bahan prebiotik dari umbi lokal untuk produksi pangan fungsional melalui sinergi Petani- UMKM-BUMN- Pemerintah- PerguruanTinggi
12 Mengapa umbi lokal? Thus Promote food diversity Protect biodiversity and provide social benefits Contribute to local economy and sustainable livelihood Can be used to build strong food security and sustainability
13 Budidaya Umbi-umbian Lokal Berperan dalam Menjaga dan Melestarikan Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati Ground cover Budiadi, 2014
14 Roadmap Pengembangan Produksi Glukomanan dari Umbi Porang Fase 1 Fase 2 Manfaat Kesehatan komponen bioaktif dan prototipe produk (tahun ) Karakterisasi (Bahan mentah, tepung dan produk) kandungan gizi, komponen bioaktif, sifat fisiko kimia(tahun 2010) Hilirisasi produk Desain proses, rancangbangun mesin, dan peralatan produk pangan berbasis umbi ( ) Bussines plan PRODUK PANGAN FUNGSIONAL PREBIOTIK Survey Produksi, Potensi dan Produktivitas Umbiumbian Lokal (Tahun 2010)
15 PORANG (Amorphophallus oncophyllus) Tanaman lokal yang tumbuh baik di bawah tegakan hutan Produktivitas dan potensi ekonomi tinggi, namun belum banyak dikembangkan baik oleh masyarakat, akademisi, pemerintah, maupun industri Kaya glukomanan (serat pangan) yang dapat digunakan sebagai ingridien pada pangan dan non pangan. Tepung porang mengandung sekitar 50 % glukomanan
16 POTENSI PORANG DI INDONESIA Indonesia mengekspor Porang dalam bentuk chip dan tepung ke Jepang dan China. Namun kita mengimpor Glukomanan powder dari mereka. Data Impor dari Jepang Harga Jual Porang = 4.5 USD/kg Harga Beli Glukomanan = 55 USD/kg Sumber: website pdpi LIPI (2009)
17 Glukomanan merupakan serat pangan yang potensial dimanfaatkan sebagai pangan fungsional
18
19 TEKNOLOGI PENGOLAHAN GLUKOMANAN DARI PORANG Belum ada industri yang mengolah porang menjadi glukomanan Bahan baku porang sudah banyak dibudidayakan Mendorong pengembangan teknologi pengolahan glukomanan dari porang yang memenuhi standar komersial. INOVASI YANG DIHASILKAN: * Teknologi Ekstraksi Glukomanan dari porang untuk skala industri dan siap dilakukan hilirisasi produksi glukomanan yang memenuhi standar komersial. * Aplikasi glukomanan untuk produksi pangan fungsional
20 INOVASI & PENINGKATAN NILAI TAMBAH Porang segar Rp Rp 3.000,-/kg Chip porang Rp Rp ,-/kg Tepung porang bebas oksalat Rp Rp ,-/kg Glukomanan Rp ,- Rp ,-/kg
21 PRODUKSI GLUKOMANAN SKALA PILOT PLANT di FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UGM
22 Pengeringan irisan porang menggunakan cabinet dryer Chip porang kering
23 PENGERINGAN PORANG MENGGUNAKAN PENGERING KABINET
24 PENGERINGAN PORANG MENGGUNAKAN PENGERING HIBRID
25 CHIP PORANG KERING Produksi FTP UGM Produksi rakyat
26 Inovasi proses ekstraksi glukomanan telah berhasil dilakukan dengan spesifikasi yang memenuhi standar komersial.
27 Konsep Pengembangan Porang untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Petani Pembuat chip Pembuat tp porang Industri Glukomanan UMKM/Indus tri Pangan Fungsional Petani Pembuat chip Pembuat tp porang PASAR Petani Masyarakat UMKM Masyarakat
28 Konsep Kluster Industrialisasi bahan Prebiotik dari Umbi-umbian Lokal INDUSTRI DISTRIBUTOR PASAR Petani UMKM Masyarakat AKADEMISI
29 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN GLUKOMANAN DARI PORANG Difusi teknologi pengolahan tepung porang untuk bahan baku glukomanan di wilayah Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul
30 Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Persiapan pelaksanaan kegiatan Sosialisasi teknologi pengolahan tepung porang ke petani Pembuatan prototipe peralatan teknologi Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) pengolahan tepung porang Pendampingan aplikasi teknologi pengolahan tepung porang bebas kalsium oksalat dan pemasaran oleh tim pengusul dan Pemda Gunungkidul untuk keberlanjutan.
31 Pembinaan Budidaya Porang melalui Agroforestry Performa tanaman porang yang tumbuh subur di bawah tegakan dan kebun petani Desa Nglanggeran dan JawaTimur
32
33 Sosialisasi teknologi pengolahan tepung porang ke petani
34 PEMBUATAN TEPUNG PORANG Chip porang Tepung porang Mesin penepung
35 MESIN PENGAYAK CYCLONE SEPARATOR TEPUNG PORANG BEBAS KALSIUM OKSALAT
36 Output Teknologi pengolahan tepung porang bebas kalsium oksalat dikuasai oleh petani Prototipe peralatan teknologi berhasil dibuat dan siap diaplikaskan untuk produksi tepung porang bebas kalsium oksalat Pendampingan pengolahan tepung porang di tingkat kelompok tani dan penguatan kelembagaan kelompok tani untuk produksi dan pemasaran. Pendampingan dilakukan oleh tim dari UGM dan Pemda Gunungkidul DIY. Petani dan Gapoktan sebagai pemasok industri glukomanan
37 HIRILISASI HASIL RISET UGM INDUSTRI GLUKOMANAN DAN PANGAN FUNGSIONAL PT. SWAYASA PRAKARSA
38 Pengembangan Produk Makanan Sehat/Pangan Fungsional dari Umbi-umbian Lokal oleh Industri Aspek yang dievaluasi: PRODUK: Kategori Produk Kualitas Originalitas Prospektif Fitur /prototipe PASAR: Demand Market potensial Market share Nilai tukar Tingkat persaingan replacement, dll REGULASI : Sertifikat Produksi Ijin edar produksi Standar-standar,dll
39 Pangan fungsional yang telah diadopsi oleh industri : Prebiotic Cookies dan Nutrishake
40 Kesimpulan Keberhasilan difusi tergantung pada hasil inovasi, kesiapan para aktor dalam berperan untuk tujuan bersama, komunikasi dan kontribusi masing-masing pihak, serta sistem sosial. Difusi Inovasi PT berperan memberikan manfaat dalam berbagai sektor : - peningkatkan kesejahteraan masyarakat dan nilai ekonomis bahan lokal - pemberdayaan masyarakat, menyerapan tenaga kerja - peningkatkan kemadirian dan daya saing bangsa - kesehatan, kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati
41 Terimakasih
BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umbi porang merupakan bahan baku glukomanan yang saat ini banyak dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di kawasan hutan dan lereng
Lebih terperinciPraktikum Perilaku Konsumen
Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi
Lebih terperinciDIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri
DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,
Lebih terperinciPENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP
PENDIDIKAN Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP DEFINISI Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah sebuah proses
Lebih terperinciTOPIK SEMBILAN. Drs. Rudi Susilana, M.Si Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan - FIP - UPI
TOPIK SEMBILAN TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan konsep divusi dan inovasi Mengidentifikasi ciri-ciri inovasi Mendeskripsikan masing-masing komponen inovasi Menganalisis sifat-sifat inovasi Menjelaskan inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan. Kegiatan budidaya tersebut diperkirakan akan dapat membawa keuntungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam yang berupa kayu saja, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakenaragaman (diversifikasi) pangan sudah diusahakan sejak tahun 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu belum dapat dihilangkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konservasi hutan.porang merupakan jenis talas-talasan yang tumbuh liar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tanaman lokal yang mulai banyak dikembangkan di Indonesia untuk mendukung program konservasi hutan.porang merupakan jenis
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
Lebih terperinciPENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN
PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Seafast center LPPM Departemen Ilmu & Teknologi Pangan KETAHANAN PANGAN (Food Security) UU No 7 (1996) Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Berdasarkan dari kerangka permasalahan yang ada dan dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka landasan teori yang akan dipakai adalah teori
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN U M U M Pengembangan budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN RISET ANDALAN PERGURUAN TINGGI DAN INDUSTRI DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE
PANDUAN PELAKSANAAN RISET ANDALAN PERGURUAN TINGGI DAN INDUSTRI DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PATTIMURA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2 0 1 3 Standart
Lebih terperinciLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012
SIDaI.7 Pembuatan sistem pengolahan mokaf di kabupaten Wonogiri Dr. Maria M. Suliyanti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012 LATAR BELAKANG Latar Belakang: Di Wonogiri ada 25 Kecamatan penghasil sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciKIAT MENDAPATKAN. (PROPOSAL IbM dan IbIKK)
KIAT MENDAPATKAN DANA PKM DIKTI (PROPOSAL IbM dan IbIKK) 2 3 1 3 5 4 6 BAGI MISI PROGRAM I b M = IPTEKS bagi MASYARAKAT I b W =IPTEKS bagi WILAYAH I b K = IPTEKS bagi KEWIRAUSAHAAN I b PE = IPTEKS
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciKegiatan Prioritas Tahun 2010
Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciRINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul
RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan di
Lebih terperinciDalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI), Rogers
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN HAYATI DARAT INDONESIA SEBAGAI SUMBER PANGAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI DARAT INDONESIA SEBAGAI SUMBER PANGAN Disampaikan pada KONPERENSI NASIONAL DAN GERAKAN PEREMPUAN TANAM,TEBAR & PELIHARA TAHUN 2008 Puji Sumedi, Anida Haryatmo, Ani Mardiastuti KEHATI
Lebih terperinciPendahuluan. Inovasi, teknologi dan temuan baru atau introduksi sesuatu belum tentu langsung
Pendahuluan Inovasi, teknologi dan temuan baru atau introduksi sesuatu belum tentu langsung diterima oleh petani. Kajian adopsi dan difusi inovasi pertanian penting dilakukan untuk mendapatkan strategi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan,
Lebih terperinciELEMEN DIFUSI. Yogi Suwarno.
ELEMEN DIFUSI Yogi Suwarno www.difusiinovasi.co.cc Difusi Diffusion is the process by which (1) an innovation (2) is communicated through certain channels (3) over time (4) among the members of a social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, umbi-umbian, kacangkacangan dapat dijumpai.
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS A. Latar Belakang
Direktorat Buah dan Florikultura BAB I PENDAHULUAN PETUNJUK TEKNIS A. Latar Belakang KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI BUAH Produk buah merupakan salah satu komoditas hortikultura DAN FLORIKULTURA TAHUN 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan
Lebih terperinciTABEL 4.2 PERUMUSAN TOPIK RISET UNGGULAN INSTITUSI
TABEL 4.2 PERUMUSAN TOPIK RISET UNGGULAN INSTITUSI KOMPETENSI ISUE STRATEGIS KONSEP PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH TOPIK RISET YANG DIPERLUKAN Fakultas Kedokteran Mal Nutrisi Ketersediaan nutrisi akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk di Indonesia kini mulai meminati makan mi sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan harga yang terjangkau
Lebih terperinciTEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT
PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciPENGOLAHAN UMBI PORANG (ILES-ILES)
PENGOLAHAN UMBI PORANG (ILES-ILES) Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support
Lebih terperincidan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,
dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat
Lebih terperinciPENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KONYAKU ILES-ILES (Amorphophallus onchophyllus) COKELAT SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN SEHAT BAGI PENDERITA OBESITAS BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan Disusun
Lebih terperinciTANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL SEAFAST Center LPPM Dept Ilmu dan Teknologi Pangan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Presentasi disampaikan pada acara Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENGGUNAAN ALAT DAN ATAU MESIN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan
Lebih terperinciSalah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi adalah saluran/media. Seorang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi adalah saluran/media. Seorang komunikator dalam proses komunikasi pastilah menggunakan unsur media sebagai alat
Lebih terperinciSosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012
Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Issue : Kemampuan petani didalam menjamin mutu dan keamanan pangan segar yg dihasilkan relatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim yang tropis, dan memiliki kekayaan sumber daya alam serta keberagamannya. Indonesia juga terletak
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciDR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI
DR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI VISI KEMENRISTEKDIKTI Terwujudnya Pendidikan Tinggi Yang Bermutu Serta Kemampuan Iptek Dan Inovasi Untuk Mendukung
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gembili Menurut Nur Richana (2012), gembili diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta ( tumbuhan berbiji
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan pada beras menimbulkan masalah baru bagi pemerintah daerah karena harus menyediakan dana untuk subsidi biaya transportasi ke wilayah-wilayah terpencil. Peran
Lebih terperinciIDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO
RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciASPEK SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA ABSTRACT
1 ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA Totok Mardikanto Guru Besar Penyuluhan Pertanian pada Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT C onsidering aspect of human resources
Lebih terperinciAGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh
Lebih terperinciI PENDAHULUAN
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciDukungan Peraturan Perundangan untuk pengembangan Inovasi; Kasus Smart Card. Makassar 9 Agustus 2017
Dukungan Peraturan Perundangan untuk pengembangan Inovasi; Kasus Smart Card Makassar 9 Agustus 2017 Latar belakang program Smart Card (1/3) Smart Card dibutuhkan di Indonesia dalam jumlah cukup besar NB.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari bahwa fungsi pangan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat
Lebih terperinciTHEORY (IDT) DAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Seminar Nasional Sains dan Aplikasi Komputasi (SENSAI.OM), 25 September 2013 ANALISIS PEMANFAATAN TEKNOLOGIINFORMASI MENGGUNAKAN PENEKATAN INNOVATION AND DIFFUSION THEORY (IDT) DAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE
Lebih terperinciTEMANGGUNG (25/11/2015)
2015/11/25 13:42 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENYEBARLUASAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI METODE DEMONSTRASI CARA/HASIL TEMANGGUNG (25/11/2015) www.pusluh.kkp.go.id Salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosis merupakan produk olahan daging yang terdapat di dalam selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya. Diantara berbagai
Lebih terperinciPenataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN
Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ide penelitian ini berawal dari pertanyaan Bagaimana cara meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Peran secara langsung antara lain berupa kontribusi
Lebih terperinciBALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
KODE : SIDA X 8 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN OGAN ILIR (OI) Perekayasa/ Peneliti: Mardison, S. STP, MSi BALAI BESAR PENGEMBANGAN
Lebih terperinciMANAJEMEN AGRIBISNIS
MANAJEMEN AGRIBISNIS Pokok Bahasan : DEFINISI DAN RUANG LINGKUP SISTEM AGRIBISNIS PERBEDAAN PERTANIAN DAN AGRIBISNIS TAHAPAN PERKEMBANGAN PERTANIAN MENUJU AGRIBISNIS SISTEM AGRIBISNIS KONSEP MANAJEMEN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 8 Januari 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 8 Januari 2014 Outline: Pendahuluan Ruang Lingkup Proposal Yang Didanai 2014 Seleksi & Pelaksanaan Hasil Seleksi & Pengiriman Proposal
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANFAATAN PORANG
TEKNOLOGI PEMANFAATAN PORANG ENDRIKA WIDYASTUTI FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2012 04/04/2012 1 PENDAHULUAN PORANG (Amorphophallus oncophyllus) TANAMAN ASLI INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sayuran sehingga potensi produk sayuran memiliki peluang besar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara tropis memiliki potensi untuk menghasilkan aneka macam sayuran sehingga potensi produk sayuran memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Sayur-sayuran merupakan
Lebih terperinciPOTENSI GANYONG SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DALAM UPAYA MENUNJANG KETAHANAN PANGAN
POTENSI GANYONG SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DALAM UPAYA MENUNJANG KETAHANAN PANGAN Nur Hidayat, Irnia Nurika dan Isti Purwaningsih Jur. Teknologi Industri Pertanian FTP UB Malang. Disampaikan Pada Seminar
Lebih terperinciOleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 2, No. 1: 43-48 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK TEPUNG ONGGOK PADA TIGA METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA [CHARACTERIZING OF ONGGOK FLOUR USING THREE DIFFERENT DRYING METHODS]
Lebih terperinciINDUSTRI PANGAN SEHAT Berbasis Sumberdaya Lokal
INVESTMENT PLAN INDUSTRI PANGAN SEHAT Berbasis Sumberdaya Lokal Healthy Food Industry Local based Resources PT Bermitra Abdi SelaraS Pengantar Investment Plan dari Industri Pangan Sehat (IPS) yang menghasilkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN SEGMENTASI KESADARAN LINGKUNGAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TERHADAP PRODUK BERKEMASAN
IDENTIFIKASI DAN SEGMENTASI KESADARAN LINGKUNGAN KONSUMEN DAN PRODUSEN TERHADAP PRODUK BERKEMASAN LAPORAN PENELITIAN Ketua Peneliti: Catharina B. Nawangpalupi, PhD. (NIK: 19970782) Anggota Peneliti: Frans
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang
Lebih terperinciADOPTION AND DIFFUSION OF INNOVATION (3)
6 th Meeting ADOPTION AND DIFFUSION OF INNOVATION (3) -Anie Eka Kusumastuti, S.Pt., MP., M.Sc.- email: anieeka@ub.ac.id Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang Adopsi: Proses penerimaan
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya ** A. Pendahuluan Era globalisasi sekarang ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI
Lebih terperinciPelatihan Pembuatan Trek Suit Mas (Tepung Senerek Untuk Susu, Biskuit Dan Mie Basah) Guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo
Pelatihan Pembuatan Trek Suit Mas (Tepung Senerek Untuk Susu, Biskuit Dan Mie Basah) Guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo Hasna Rafida 1*, Didik Irawan 2, Fatkhussarifin 3, Ellyana Bhekti
Lebih terperinci5 / 7
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia semakin terancam akibat pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi seperti mengkonsumsi karbohidrat
Lebih terperinciDESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM
DESAIN STUDI KELAYAKAN Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tujuan: Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami: Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan studi kelayakan?
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK Tim Peneliti : Dr. Bambang Sayaka PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinci