EKSISTENSI GERAKAN GREENPEACE DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSISTENSI GERAKAN GREENPEACE DI INDONESIA"

Transkripsi

1 EKSISTENSI GERAKAN GREENPEACE DI INDONESIA Tugas Akhir Kelas Gerakan Politik 2008 disusun oleh: A. sudiana Sasmita 21292/SP Dadan Ramdhani 21622/SP Hani Arya P /SP Hani Fauziah 21794/SP Ikhda Nurnoviyati 21554/SP Keke Eskatario 21507/SP Susilo Hardjono 21870/SP Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada 2008

2 Pendahuluan: Suatu Sintesis Nalar dan Refleksi Greenpeace adalah organisasi independen yang berkampanye menggunakan konfrontasi kreatif anti kekerasan untuk mengungkap permasalahan lingkungan global, dan untuk memaksa solusi bagi sebuah masa depan yang damai dan hijau. Target Greenpeace adalah untuk memastikan kemampuan bumi untuk kelangsungan hidup bagi semua keanekaragamannya. (pernyataan Resmi Greenpeace) Pernyataan di atas agaknya menjelaskan gerakan Greenpeace sebagai salah satu gerakan sosial baru yang disintesiskan oleh Rajendra Singh. Menurutnya, paradigma yang memandang gerakan sosial secara binner yakni: paradigma mobilisasi sumber daya yang memusatkan pada peran nalar (dan aksi kolektif) dan paradigma orientasi identitas yang menekankan peran refleksi (daripada nalar), dapat disintesiskan dalam memahami gerakan sosial. 1 Hal ini dikarenakan kritik terhadap salah satu paradigma tersebut justru menyiratkan tuntutan untuk mensintesiskan keduanya. Sekaligus untuk memperlihatkan kesamaan asumsi keduanya yang sama kuat bahwa gerakan sosial berada dalam situasi sarat konflik. Begitupun dalam pernyataan resmi Greenpeace tersebut, tersirat adanya peran kuat dari nalar dan aksi kolektif yang diwujudkan aktor-aktornya dalam bentuk organisasi independen berkonfrontasi dengan caranya yang kreatif dan anti kekerasan untuk mengungkap permasalahan lingkungan global. Di sini paradigma mobilisasi sumber daya bisa kita temukan. Namun, tersirat pula adanya tekanan akan peran kuat dari refleksi dalam gerakan ini yang terwujud dari pernyataannya, bahwa mereka memaksakan solusi yang damai dan hijau dengan memastikan kemampuan bumi untuk kelangsungan hidup bagi semua keanekaragamannya. Secara nalar, tentu solusi damai dan hijau sangat sulit untuk dicapai dengan kondisi dunia dan jelajah kapitalisme yang kian merambah hampir ke seluruh pelosok Bumi. Padahal untuk kelangsungan hidup manusia sendiri sekarang begitu sulit dipastikan, apalagi kelangsungan semua keanekaragaman di Bumi. Sehingga, secara logis menjadi wajar untuk pesimistik memastikan kemampuan Bumi demi kelangsungan hidup bagi semua keanekaragamannya (tanah, bumi, air, tumbuhan, dsb). Terlebih lagi, dalam prakteknya, Greenpeace berhadapan 1 Rajendra Singh. Teori Gerakan sosial Baru dalam wacana Jurnal Ilmu Sosial Transformatif Nomor XI tahun Hlm:52

3 dengan perusak alam yang acapkali dilakukan oleh negara dan pasar atas nama kebutuhan masyarakat (setidaknya kebutuhan manusia untuk bertahan hidup). Dalam hal ini, memaksakan solusi damai dan hijau dengan memastikan kemampuan Bumi demi keanekaragamannya boleh jadi merupakan peran kuat dari refleksi (ketimbang nalar) yang bisa kita telaah dari paradigma orientasi identitas. 2 Selanjutnya menurut Singh, petunjuk yang digunakan untuk memahami sintesis keduanya bisa dilihat dari konsepsi Habermas tentang aksi teleologis (1985: 86) dalam kerangka pilihan aktor dalam menggali pertolongan untuk menuju perangkat alternatif guna menyadari tujuan. Aksi teleologis berkorespondensi dengan konsepsi aksi rasional (teori mobilitas sumber daya). Kemudian, rumusan Habermas tentang aksi dramaturgis (ibid.:80-100) yang merujuk pada penyingkapan berdayaguna dan ekspresif dari subjektivitas seseorang, perasaan, gairah, pengalaman, dan identitas ke dunia objektif, ke dunia yang lain. Di sini tampak jembatan antara nalar dan refleksi yaitu sistem norma yang mendefinisikan orientasi dunia aktor. 3 Sehingga, walaupun kedua paradigma tersebut agaknya saling meminggirkan satu sama lain, tetapi dapat diintegrasikan ke dalam paradigma gerakan sosial yang relatif koheren dengan meletakkan konsepsi masyarakat (sebagai sistem norma) yang didefinisikan oleh konsepsi aksi sosial. Karena itu, konsepsi gerakan sosial berkorespondensi dengan konsepsi jenis masyarakat spesifik. Dengan begitu, gerakan Greenpeace bisa kita lihat berkorespondensi dengan masyarakat ramah lingkungan. Di sinilah penting kiranya untuk melihat eksistensi gerakan Greenpeace di Indonesia yang telah terhimpit oleh kapitalisme dan gerak industrialisasi dalam struktur ekonomi global, sekaligus berada dalam struktur masalah lingkungan global. Keberadaan Greenpeace di Indonesia agaknya akan menunjukkan karakteristik spesifik dari masyarakat di Indonesia. Utamanya, dengan memahami konflik kepentingan kapitalisme yang pragmatis dengan kepentingan untuk pelestarian alam hingga ke anak-cucu, merupakan situasi konfliktual di negeri ini. Sehingga, dalam asumsi situasi konfliktual tersebut-lah tulisan ini hendak memaparkan bagaimana eksistensi gerakan Greenpeace di Indonesia berkorespondensi dengan jenis masyarakat spesifik-nya. 2 Pendapat ini kami temukan dari pandangan yang melihat Greenpeace sebagai gerakan sosial baru, tetapi diskusi kami mempermasalahkan paradigma yang akan digunakan. Tidak hanya sebatas pada karakteristik GSB. Kemudian mengantarkan pada sintesis dua paradigma gerakan sosial dari Rajendra Singh sebagai upaya dalam menelaah keberadaan greenpeace di Indonesia. (2 Juni 2008) 3 Rajendra Singh, op.cit. hlm:53

4 Bagian-bagian makalah ini dimulai dengan greenpeace di Indonesia yang memaparkan bagaimana melihat eksistensi greenpeace di Indonesia, strategi gerakan yang menjelaskan kontekstualisasi yang dilakukan greenpeace dalam kegitannya, dan bagian Penutup untuk memahami seperti apa korespondensi greenpeace dan masyarakat (Indonesia). Greenpeace di Indonesia 4 Greenpeace bermula dari pembentukan Don t Make a Wave Committee oleh sejumlah warga Kanada dan warga asing dari Amerika Serikat di Vancouver di tahun Komite ini dibentuk dengan tujuan untuk mencegah percobaan bom nuklir Amerika Serikat (Cannikin) di bawah Pulau Aleutia di Amchitka, Alaska. Perjalanan ke Amchitka ini mengalami kegagalan, Amerika Serikat tetap melakukan ujicoba nuklirnya. Pada tanggal 30 September 1971 Kapal Greenpeace ditangkap US Coast Guard di Pulau Akutan dan di kirim kembali ke Sand Point. Kapal penangkap ikan yang digunakan Don t Make a Wave Committee, The Phyllis Cormack yang namanya kemudian diganti menjadi Greenpeace tidak pernah sampai Amchitka, tetapi gerakan yang dilakukan telah menunjukkan konsistensi mereka dalam menyelamatkan lingkungan. Pembentukan Don t Make a Wave Committee pun berhasil meletakkan dasar untuk aktivitas-aktivitas Greenpeace berikutnya Pada 4 Mei 1972, Don t Make a Wave Committee pun secara resmi berganti nama menjadi Greenpeace Foundation. Nama Greenpeace sendiri dikombinasikan dari kata green (hijau) dan peace (damai) oleh Bill Darnell. Di akhir era 70an, isu lingkungan yang semakin merebak kemudian memunculkan gerakan-gerakan lingkungan baru, dan lebih dari 20 kelompok lingkungan di Amerika Utara, Eropa, New Zealand, dan Australia mengadopsi nama Greenpeace untuk nama kelompoknya. Greenpeace Foundation yang bermarkas di Vancouver kemudian mengalami krisis di tahun timbul masalah-masalah keuangan, konflik antar kantor perwakilan mengenai fundraising, bahkan berujung ke terancam pecahnya Greenpeace sebagai gerakan global. David McTaggart 4 Bagian ini ditulis untuk memperjelas analisis dari kelompok pembuat makalah sebelumnya, greenpeace: dinamika dan eksistensi gerakan Lingkungan. Sekaligus merespon diskusi kelas yang menyiratkan untuk memperdalam greenpeace di Indonesia.

5 kemudian melobi Greenpeace Foundation Canada untuk menerima sarannya tentang struktur baru Greenpeace yang memungkinkan untuk menyatukan kantor-kantor Greenpeace yang tersebar di bawah bantuan organisasi global tunggal, dan di tanggal 14 Oktober 1979 Greenpeace International akhirnya didirikan. Kemudian struktur ini tetap berjalan hingga sekarang. Prinsip dasar struktur baru ini, menurut kami lebih pada upaya untuk menjaga kemandirian keuangan dan menunjang kinerja organisasi Greenpeace. Bukan pada penyeragaman strategi gerakan, tetapi memaksimalkan efisiensi dan efektivitas organisasi. 5 Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya secara resmi tanggal 24 November 2006, Greenpeace pun membuka kantor di Indonesia. walaupun secara operasional, telah ada sejak juli Kantor greenpeace di Indonesia berpusat di Cikini, Jakarta. Hingga penulisan makalah ini, ada sekitar 32 kantor cabang greenpeace Indonesia yang telah dibuka di daerah-daerah. Sebelumnya, greenpeace telah membentuk kantor regional greenpeace Asia Tenggara yang diketuai oleh Emmy Hafild (periode ). Tetapi tetap membuka kantor nasional greenpeace Indonesia. menurut Hafild, Greenpeace Indonesia diperlukan untuk mendukung gerakan lingkungan yang telah ada karena pemerintah belum serius menanggapi masalah lingkungan hidup. Maksudnya, barangkali membantu greenpeace Asia Tenggara yang telah berdiri lebih dulu. Apalagi anggota greenpeace yang berasal dari Indonesia cukup banyak, sedangkan isu lingkungan cenderung belum ditanggapi serius oleh pemerintah Indonesia. 6 Keberadaan greenpeace di Indonesia, sekaligus menambah barisan gerakan lingkungan di Indonesia. Tak heran, peran gerakan ini nampaknya belum begitu terlihat di khalayak masyarakat Indonesia. Berbeda dengan gerakan lingkungan yang telah hadir terlebih dahulu, seperti: WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), KTH(Kelompok Tani Hutan),dsb. Terlebih, dalam isu lingkungan di tingkat lokal nampaknya Greenpeace Indonesia belum menunjukkan perannya yang sesuai dan memadahi. Sejalan dengan hal itu, kami menguraikan pemahaman tentang eksistensi greenpeace Indonesia di tahun ke-2 berdasar tanggal resmi pembentukan greenpeace Indonesia. Eksistensinya bisa kita lihat dari 3 hal: 5 Berbeda dengan pendapat kelompok pembuat makalah sebelumnya yang menganggap struktur ini hirarkis-otoriter dan untuk menyeragamkan strategi gerakan kepada semua kantor nasional/regional greenpeace. 6 Bisa kita lihat pula dari website greenpeace Indonesia yang integral dengan greenpeace Asia Tenggara. pun,hampir tidak ada dikotomi yang membedakan anggota greenpeace Indonesia dan greenpeace Asia Tenggara. kecuali, dalam hal teritori cakupan kerja.

6 Pertama, kontribusi yaitu dengan melihat sejauhmana kontribusi gerakan greenpeace bagi solusi permasalahan lingkungan di Indonesia. Dalam hal ini, kontribusi greenpeace di Indonesia memang cukup terlihat. Buktinya, mereka telah melakukan cukup banyak kegiatan yang mendesak pemerintah dan perusahaan untuk menjaga lingkungan. Diantaranya, kampanye untuk surga yang hilang di hutan Papua, demonstrasi terhadap lumpur lapindo, kampanye penyelamatan hutan Indonesia, dll. Kedua, keanggotaan. Sampai tahun 2007 tahun lalu, keanggotaan greenpeace telah bertambah cukup pesat. Sekitar ribuan orang yang telah bergabung sebagai anggota greenpeace. Baik itu yang bersifat sebagai Supporter, mereka yang berpartisipasi dalam Greenpeace dan tergabung secara resmi sebagai anggota dengan membayar iuran sebesar Rp ; volunteer hanya berpartisipasi pada kegiatan Greenpeace, namun tidak melibatkan jumlah uang tertentu; maupun cyberactivist, forum sukarelawan yang dibangun Greenpeace di jaringan internet sama seperti volunteer untuk menjadi cyberactivist tidak perlu membayar iuran tertentu. Hanya saja, keanggotaan yang bersifat volunteer agaknya lebih banyak diikuti daripada cyberactivist. Mengingat di Indonesia, penggunaan jaringan internet belum dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Ketiga, pengakuan. Maksudnya, kontribusi dan keanggotaan greenpeace seharusnya juga dilihat dari pengakuan masyarakat (indonesia) terhadap dirinya. Ketika masyarakat mengakui eksistensinya, maka gerakan ini bisa disebut eksis. Tidak semata-mata hanya melihat dari dalam greenpeace, tetapi melihat pula dari luar diri greenpeace masyarakat. Dalam istilah yang lain, ada kontekstualiasasi gerakan agar menyentuh masyarakat di tingkat lokal baik secara organisasi formal mendirikan kantor cabang di daerah, maupun secara reflektif meningkatkan pemahaman bagi masyarakat tentang misi yang damai dan hijau untuk kelangsungan Bumi beserta keanekaragamannya. Maka dari itu, agar eksistensi gerakan ini bisa bertambah kuat, maka perlu upaya yang lebih kontekstual terkait strategi gerakan yang mereka gunakan. 8 Hal ini juga dikarenakan struktur greenpeace dari internasional ke regional/cabang tidak mengurangi otonomi dari tiap kantor regional/nasional, termasuk greenpeace di Indonesia untuk melakukan kontekstualisasi strategi gerakan. 7 Jumlah besarnya uang iuran ini seperti disampaikan oleh salah seorang anggota greenpeace Indonesia dari jurusan ilmu pemerintahan, yaitu Hendra Januriansyah (12 Maret 2008) 8 Hampir senada dengan pandangan kelompok pembuat makalah yang lama (kelompok 9), bahwa greenpeace Indonesia perlu berpikir ulang tentang strategi gerakannya.

7 Kontekstualisasi gerakan bisa kita simak dari uraian di bawah ini tentang strategi gerakan greenpeace yang secara umum masih berada dalam jalur strategi yang digunakan oleh seluruh greenpeace di dunia. Tetapi, kegiatannya secara spesifik telah menunjukkan beberapa perbedaan dari segi operasionalnya. Tak lain, ini dilakukan untuk menarik pengakuan eksistensi greenpeace Indonesia di tingkat lokal daerah. Strategi Gerakan Sejak awal pendiriannya, Greenpeace relatif tidak berpusat pada seorang tokoh kharismatik. Greenpeace di Indonesia seperti halnya greenpeace di negara lain, memiliki pola gerakan yang berbasis pada jaringan. Hal ini bisa dilihat dari kerja sama yang dibangun oleh greenpeace di Indonesia dengan lembaga-lembaga lain yang juga concern dalam permasalahan lingkungan hidup. Misalnya saja kampanye penyelamatan hutan Indonesia yang diadakan oleh Greenpeace Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat pada tanggal 16 Februari Aksi kampanye yang merupakan bentuk keprihatinan terhadap rusaknya hutan Indonesia ini adalah kerja sama Greenpeace Indonesia dengan berbagai pihak. Diantaranya adalah dengan komisi lingkungan hidup DPR, anggota DPD RI perwakilan Jakarta, dan juga yayasan Pitaloka milik artis Rieke Dyah Pitaloka. Selain bekerja sama dengan lembaga dalam negeri. Keberadaan Greenpeace Indonesia yang masih sangat muda menyebabkan Greenpeace Indonesia harus banyak belajar kepada Greenpeace Asia Tenggara yang lebih dulu berdiri. Adanya jaringan yang kuat di antara Greenpeace dan lembaga lain yang bergerak dalam masalah lingkungan hidup, diharapkan akan mempermudah terciptanya misi Greenpeace serta mempertahankan eksistensi Greenpeace di Indonesia. Dalam melakukan gerakannya, Greenpeace tidak melakukan aksi yang bersifat konvensional seperti unjuk rasa atau pemogokan. Akan tetapi Greenpeace lebih cenderung melakukan aksi dengan metode operasional gerakan yang bersifat non-konvensional. Contohnya adalah aksi pemblokiran yang dilakukan Greenpeace terhadap kapal tanker yang sedang mengisi CPO untuk keperluan ekspor di Pelabuhan Dumai. Aksi ini mirip sabotase. Contoh lain adalah aksi menuangkan ratusan kilogram lumpur yang didatangkan langsung dari porong ke kantor Menko Kesra Abu Rizal Bakrie untuk menuntut penyelesaian kasus lumpur Lapindo. Bisa dikatakan, Greenpeace selalu menggunakan cara yang unik dalam setiap aksinya. Tentu saja aksi yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia tersebut tidak pernah

8 dengan menggunakan kekerasan. Karena hal ini sesuai dengan prinsip Greenpeace yaitu non violence direct action. Menurut Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara, Emmy Hafild, aksi tanpa kekerasan yang dilakukan Greenpeace pada dasarnya adalah bertujuan untuk mengembalikan hak-hak sipil masyarakat. Contoh aksi tanpa kekerasan yang dilakukan Greenpeace Indonesia adalah aksi simbolik pemotongan lukisan pohon dengan menggunakan gergaji pada kampanye penyelamatan hutan Indonesia pada bulan Februari Target gerakan Greenpeace tentu saja adalah pihak-pihak yang dianggap telah merusak lingkungan, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan besar yang selama ini ditengarai telah ikut andil dalam rusaknya lingkungan lewat limbah-limbah pabrik yang mereka hasilkan. Selain perusahaan-perusahaan, pemerintah yang melakukan legalisasi bagi perusakan alam pun merupakan target gerakan Greenpeace. Sedangkan dalam metode pembiayaan, Greenpeace merupakan organisasi yang mandiri secara finansial. Pembiayaan yang dilakukan oleh Greenpeace bersifat kolektif, yaitu berasal dari iuran para anggotanya sebesar 50 ribu rupiah tiap bulannya. Selain kolektif dari para anggotanya, Greenpeace Indonesia mendapatkan bantuan dana dari Greenpeace pusat semacam subsidi silang. Dalam menjaga kenetralannya, Greenpeace tidak pernah mau menerima donasi dari perusahaan atau pemerintah yang disinyalir akan mengganggu netralitasnya. Medium gerakan yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia merupakan kombinasi diantara medium terbuka dan terselubung. Ambil contoh, dalam kampanye anti penebangan hutan. Mereka mendokumentasikan melalui video amatir dan pemotretan untuk memperlihatkan ke publik. Sekaligus diperlihatkan ke perusahaan yang terkait. Akibatnya, perusahaan kadang menuntut agar gerakan ini meminta ijin terlebih dahulu kepada mereka. Tak jarang hal ini yang menyebabkan greenpeace disebut anarkis. Sedangkan menurut greenpeace sendiri, aksi ini diperlukan untuk menangkap basah dari target gerakan yang telah merusak alam. Utamanya, di Indonesia dimana laju degradasi hutan sangat pesat sekitar 1 juta hektar per tahun. Sedangkan sistem hukum kita masih terdapat celah untuk diakali oleh tersangka pengrusakan hutan. Pun, hukumannya belum bisa membuat para pelaku pengrusakan lingkungan menjadi jera. Maka, medium yang terbuka dan terselubung lah yang digunakan oleh greenpeace Indonesia. Penutup: Korespondensi Greenpeace dan Masyarakat (Indonesia)

9 Akhirnya, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa konsepsi masyarakat spesifik didefinisikan dari konsepsi aksi sosial. Dalam makalah ini, berarti konsepsi tentang masyarakat ramah lingkungan di Indonesia didefinisikan dari aksi sosial yang mendukung dan menjaga eksistensi gerakan sosial yang mengangkat isu lingkungan. Singkatnya, dari segi operasional konsep, seberapa besar partisipasi baik kuantitas mupun kualitas dari masyarakat untuk mendukung gerakan lingkungan di Indonesia. sebagai wujud kepedulian satu sama lain (baca: gerakan lingkungan dan masyarakat). Sehingga, korespondensi greenpeace sebagai salah satu gerakan lingkungan yang telah berdiri di Indonesia dengan masyarakat bisa kita petakan. Tepatnya, kita petakan dari konsep operasionalnya, yakni partisipasi. Partisipasi dari segi jumlah yakni dengan menjadi anggota greenpeace di Indonesia memang tak dapat diragukan lagi. Jumlahnya yang ribuan orang menyiratkan suatu bentuk kepedulian masyarakat secara umum bagi eksistensi gerakan ini. Walaupun greenpeace berasal dari luar, seringkali ada yang berpendapat bahwa gerakan ini berlawanan dengan wawasan nasionalisme. Yang paling ekstrim, kecurigaan membawa kepentingan asing. 9 Gerakan ini dalam prakteknya telah mendapat tempat yang cukup luas di Indonesia. selain karena jumlah anggota (terutama yang bersifat volunteer) semakin banyak, greenpeace Indonesia hingga 2008 ini telah membuka 32 kantor cabang di daerah. Hampir setara dengan jumlah provinsi di Indonesia dengan persebaran yang cukup merata. Apalagi gerakan ini cukup dikenal di kalangan anak muda melalui banyak event yang kreatif untuk menggugah kepeduliaan akan isu lingkungan. Kendatipun demikian, dari segi kualitas, gerakan ini masih terus mencari-cari bentuk yang sesuai dengan konteks Indonesia. begitu juga partisipasi masyarakat secara kualitas, masih terkesan coba-coba. Buktinya, banyak yang tertarik dengan ikut-serta terlibat dalam gerakan, namun memilih menjadi volunteer. Memang alasan kuatnya ialah sifat volunteer tidak mengumpulkan iuran wajib setiap bulan. Tetapi, alasan demi penjajakan sebelum berperan aktif dengan greenpeace Indonesia boleh jadi merupakan alasan yang kuat pula. Lebih-lebih, usia greenpeace Indonesia yang baru berkisar 2 tahun. Selain itu, masyarakat yang terlibat dalam gerakan ini kebanyakan adalah relatif kawula muda dan pengguna internet yang kebanyakan diakses oleh kelas menengah ke atas. 10 Hal ini hampir serupa dengan yang dialami oleh gerakan lingkungan yang lain di Indonesia seakan ada 9 Kecurigaan ini pernah pula diungkapkan oleh Nizam Zulfikar pada sesi tanya jawab diskusi kelas. (12 Maret 2008) 10 Pendapat ini diutarakan oleh Silfiana agar kami mengklarifikasi pandangan kami yang menganggap greenpeace adalah gerakan sosial baru. (12 Maret 2008)

10 anggapan bahwa gerakan itu hanya diperuntukkan oleh kawula muda ataupun pengguna internet. Padahal greenpeace Indonesia secara nyata, merangkul semua elemen dengan tidak memandang usia, pekerjaan, kelas sosial, dst. Sebagai contoh, kampanye anti penebangan hutan yang melibatkan salah satu suku di daerah kalimantan. Pun, rekruitmen keanggotaan yang terbuka bagi siapa saja. Walaupun dari segi informasi rekruitmen yang digunakan greenpeace memang mengandalkan jaringan internet. Tetapi, digaris-bawahi, tak ada batasan untuk menjadi anggota baik dari segi jumlah, waktu pendaftaran, dsb. Oleh karena itu, korespondensi masyarakat dan gerakan greenpeace dari segi kuantitas memang telah menunjukkan tingkat hubungan yang cukup baik. Dengan keanggotaannya yang mencapai ribuan dan puluhan kantor cabang di Indonesia, bolehlah kita menyebut korespondensi yang terjadi memang cukup signifikan. Tetapi, tidak kemudian menyebut bahwa masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat spesifik yang ramah/peduli lingkungan. Hal ini dikarenakan secara kualitas, yang terjadi lebih pada penjajakan terhadap suatu gerakan lingkungan. Barangkali pemaknaan eksistensi greenpeace masih lebih dipandang secara nalar di dalam kehidupan masyarakat (termasuk sebagian anggota greenpeace Indonesia) ketimbang secara reflektif. Padahal Greenpeace sesuai pernyataan resminya, merupakan gerakan yang menunjukkan eksistensinya secara nalar dalam bentuk organisasi independen, dan secara reflektif dengan memaksakan solusi damai dan hijau, serta memastikan kemampuan Bumi untuk kelangsungan keanekaragaman di dalamnya. Sekaligus perlu sekiranya riset lebih lanjut untuk memperdalam korespondensi secara kualitas yang memetakan eksistensi secara nalar dan reflektif dari gerakan greenpeace di Indonesia ini. Referensi: Aditjondro, George Junus. Pola-Pola Gerakan Lingkungan Refleksi Untuk Menyelamatkan Lingkungan Dari Ekspansi Modal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

11 Singh, Rajendra. Teori Gerakan Sosial Baru dalam Wacana Jurnal Ilmu Sosial Transformatif no.xi tahun 2002., Chronology, the Founding of Greenpeace, html, diakses 24 Maret 2007, How is Greenpeace Structured?, Riky Ferdianto, Greenpeace Buka Kantor Perwakilan di Indonesia, Forum Diskusi Volunteer Greenpeace Indonesia.

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan LSM Greenpeace Asia Tenggara di Indonesia merupakan organisasi gerakan soial baru yang terlihat dari isu-isu yang diperjuangkan oleh LSM ini dan jaringan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU Disusun oleh : ELISABETH NIGA BEDA (151070007) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Pertama

BAB V PENUTUP Pertama BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penggerak gerakan sosial. Sebagai suatu bentuk tindakan kolektif yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor penggerak gerakan sosial. Sebagai suatu bentuk tindakan kolektif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Volunterisme dan gerakan sosial merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan sangat erat. Volunterisme atau kesukarelawanan merupakan suatu faktor penggerak gerakan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan bisnis di sektor dagang dan jasa mengalami pergerakan yang fluktuatif. Peran kondisi industri bisnis global sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan

Lebih terperinci

MEMAHAMI PERAN NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS. Dewi Triwahyuni

MEMAHAMI PERAN NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS. Dewi Triwahyuni MEMAHAMI PERAN NON-GOVERNMENTAL ORGANIZATIONS Dewi Triwahyuni SEJARAH SINGKAT bermula dari sekelompok kecil orang yang memutuskan untuk bersama-sama memprotes pengujian nuklir di Amchitka, lepas pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kerusakan lingkungan sudah bukan merupakan hal yang baru dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Konflik

Makalah Manajemen Konflik Makalah Manajemen Konflik Disusun Oleh : Muhammad Ardan Fahmi (17082010008) JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2017-2018 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia di muka bumi. Peran penting sumberdaya hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum,

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini memaparkan kegiatan kolektif anti sampah visual di Yogyakarta. Sampah visual yang dimaksud adalah media promosi atau iklan yang berada di luar ruangan

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga

BAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini sangatlah pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan dengan berbagai keunggulannya masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat tercapai dan sebaliknya pembangunan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC

ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC PUSAT KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERADABAN MARITIM ARAH KEBIJAKAN KELAUTAN PASCA PEMILU 2009 DAN WOC LAPORAN HASIL SEMENTARA SURVEY Suhana (Kepala Riset dan Kebijakan) 5/2/2009 LAUT UNTUK KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah

Lebih terperinci

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan

Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan Pandangan dan Sikap Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Atas Rancangan Undang-Undang Pemberantasan Perusakan Hutan Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan

Lebih terperinci

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA 1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keampuan siswa dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

INDONESIA CERDAS 2020

INDONESIA CERDAS 2020 Abstrak INDONESIA CERDAS 2020 J. Eka Priyatma rektor@usd.ac.id Untuk mengembangkan perguruan tinggi sehingga mampu mengatasi persoalan pembangunan nasional maupun persoalan peradaban bangsa, Pemerintah

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dengan segala kemampuanya untuk beradaptasi telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan, tahap perkembangan manusia dari era prasejarah sampai sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka penulis akan menjelaskan inti dari setiap uraian dari bab sebelumnya. Kesimpulan dari rumusan masalah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam

BAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam BAB IV KESIMPULAN Sebagai negara yang berorientasi industri ekspor, Jepang memang terus dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam ekonominya ini. Selain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian 3.2 Penentuan Subyek Penelitian dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian 3.2 Penentuan Subyek Penelitian dan Sumber Data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pendekatan kualitatif. Bagi peneliti kualitatif, realitas sosial adalah wujud bentukan (konstruksi) para subyek penelitian

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka akan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan 213 BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan dan dampak implementasi model pembelajaran menulis makalah berbasis penelitian serta peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan bagi keluarga, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di berbagai daerah dan di segala bidang. Pembangunan ini sendiri bertujuan

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi dibutuhkan sebagai pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Namun fungsi dari komunikasi tidak hanya terbatas sebagai pengantar bahasa dan interaksi manusia,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI 145120407111043 C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI Citra Diri : Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung serta memberikan beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan global saat ini sedang menghadapi sejumlah isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan akibat interaksi aktivitas manusia dengan ekosistem global (NAAEE, 2011).

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa hakim telah menjalankan fungsi pengembangan hukum lingkungan perdata terutama

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya penggunaan hutan dan beragamnya alih fungsi hutan di Indonesia telah menyebabkan kerusakan yang parah terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di Indonesia

Lebih terperinci

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO Smile Indonesia LOBI DAN NEGOSIASI PENGERTIAN LOBI Istilah Lobi = lobbying. berarti orang atau berarti orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota parlemen KATA LOBI Lobby {kata benda}

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan PAR. Dimana PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action

Lebih terperinci

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global. BAB V KESIMPULAN Greenpeace sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak pada bidang konservasi lingkungan hidup telah berdiri sejak tahun 1971. Organisasi internasional non pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan merupakan ibukota dari provinsi Jawa Barat. Bandung juga merupakan kota yang sedang berkembang di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL Refleksi 2006 dan Perspektif 2007 Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada Stabilitas Ekonomi Mampukan Pemerintah KIB ciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih terperinci

Pernyataan Misi

Pernyataan Misi USDA Departemen Pertanian Amerika Serikat (Departemen Pertanian informal atau USDA) adalah departemen eksekutif federal Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci