LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Agustinus Sulistyo Tri P., SE., MSi 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Agustinus Sulistyo Tri P., SE., MSi 2"

Transkripsi

1 1 PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Agustinus Sulistyo Tri P., SE., MSi 2 Abstrak Sumber Daya Aparatur merupakan aset yang paling berharga bagi suatu organisasi sehingga harus dikelola dengan baik. Pengelolaannya mencakup semua tahapan sejak perencanaan formasi sampai dengan pensiun. Setiap tahapan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, terintegrasi secara utuh. Demikian pula halnya dengan pengelolaan sumber daya aparatur di Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kualitas sumber daya aparatur yang bagus yang saat ini dimiliki LAN harus dikelola dengan baik supaya bisa menjadi sumber daya bukan justeru menjadi sumber masalah. Meskipun dalam studi empiris ditemukan masih ada kelemahan dalam pengelolaannya akan tetapi hal itu menjadi satu kesempatan untuk melakukan perbaikan. Key words : Sumber daya aparatur, reformasi birokrasi, manajemen sumber daya manusia. A. Pendahuluan Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, sumber daya aparatur mempunyai peran yang sangat besar. Sehingga harus dikelola dengan baik supaya bisa menjadi motor penggerak reformasi birokrasi. Bagaimana dengan kondisi sumber daya aparatur di Lembaga Administrasi Negara (LAN)? Keberadaan LAN diatur berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Di Pasal 4 disebutkan bahwa LAN mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Sementara itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2005 kedudukan LAN adalah sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dimana 1 Rewrite hasil Kajian Telaahan Kebijakan : Penataan Sistem Manajemen SDM LAN Tahun 2011, Pusat KKSDA LAN 2 Peneliti Muda LAN, bertindak sebagai peneliti utama kajian 1

2 dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB) sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 106. Sedangkan secara khusus Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LAN diatur dalam Keputusan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara, dalam melaksanakan tugasnya LAN menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu di bidang administrasi negara; b. Pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam rangka pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas sumber daya aparatur; c. Pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di bidang pembangunan administrasi negara; d. Penelitian dan pengembangan administrasi pembangunan dan otomasi administrasi negara; e. Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (Diklat) aparatur negara; f. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAN; g. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan Instansi Pemerintah di bidang administrasi negara; dan h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Untuk mendukung tugas dan fungsinya tersebut, saat ini LAN didukung oleh 788 orang pegawai. Berikut disajikan data pegawai LAN menurut jenjang pendidikan. No Tabel 1 Jumlah Pegawai LAN menurut Jenjang Pendidikan per April 2011 Tingkat Pendidikan Unit Kerja S3 S2 S1 D3 SLA SMP SD Jml 1. Kepala LAN Sekretariat Utama Dep Bid. Kajian Kinerja Kelemb & SDA Dep Bid. Kajian Manaj Kebij & Pelay Dep Bid. Litbang Adm. Pemb &

3 Otomasi Adm. Negara 6. Dep Bid. Pembinaan Diklat Aparatur Dep Bid. Diklat SPIMNAS INSPEKTORAT PKP2A I LAN Bandung PKP2A II LAN Makassar PKP2A III LAN Samarinda PKP2A IV LAN Aceh STIA LAN Jakarta STIA LAN Bandung STIA LAN Makassar Peg dipekerjakan di unit lain Total % 4,7 29,6 27,9 9,3 24,2 3,2 1,0 100 Sumber : Bagian Kepegawaian LAN Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pegawai LAN mempunyai pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3), yaitu sebanyak 490 orang atau 62,18%. Sementara itu apabila dilihat dari jenis kelaminnya, maka pegawai LAN yang berjenis kelamin pria ada sebanyak 474 orang (60,15%) dan perempuan sebanyak 314 orang (39,85%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pegawai yang bekerja di LAN masih didominasi oleh pegawai pria. Informasi yang diperoleh dari Bagian Kepegawaian menyebutkan bahwa saat ini LAN belum mempunyai grand design dalam pengelolaan pegawainya. Penentuan kebutuhan pegawai belum sepenuhnya didasarkan pada beban kerja yang ada di masingmasing unit, tetapi masih didasarkan pada jumlah pegawai yang pensiun, pegawai yang mengundurkan diri dan usulan-usulan dari unit. Akan tetapi pada praktiknya usulan ini seringkali tidak sesuai dengan formasi yang ditetapkan oleh Kementerian PAN dan RB. Sehingga tidak ada kesesuaian antara kebutuhan pegawai dengan formasi yang ada. Dalam rekrutmen dan seleksi disebutkan masih ada masalah karena pegawai belum tahu apa tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya. Sehingga pada saat sudah diterima mereka masih belum tahu apa yang harus dikerjakan. Kondisi ini berdampak pada saat penempatannya. Ada beberapa pegawai yang penempatannya tidak tepat, tidak sesuai dengan jabatan yang dilamarnya, misalnya dosen yang ditempatkan di unit 3

4 kajian. Kondisi ini berdampak unit-unit selalu merasa kekurangan pegawai meskipun secara kuantitas terpenuhi tetapi secara kualitas tidak terpenuhi. Demikian pula dalam pengembangan pegawai belum bisa dilakukan secara maksimal karena adanya keterbatasan anggaran. Sementara pengembangan yang dilakukan saat ini belum mencerminkan kebutuhan nyata dari masing-masing unit. Penilaian kinerja yang dilakukan di LAN masih menggunakan DP3, yang bersifat subjektif dan tidak mampu memotret kinerja nyata pegawai. Selama ini kinerja pegawai juga dilihat dari tingkat kedisiplinan masuk dan pulang kerja. Absensi dilakukan dengan menggunakan hand key dan menjadi dasar dalam memberikan uang makan. Dalam sistem karier pegawai, LAN juga belum mempunyai satu kebijakan yang pasti sehingga semua hanya bersandar pada keputusan Baperjakat. Masalah juga terjadi dalam mutasi pegawai, ada pegawai yang sering dimutasi tetapi ada juga pegawai yang tidak pernah dimutasi sampai belasan tahun. Pegawai yang dimutasi identik dengan pegawai yang mempunyai masalah. Selain itu seringkali ada juga pimpinan yang terus mempertahankan seorang pegawai karena merasa cocok. Demikian juga dalam pemberhentian pegawai, sangat sulit rasanya untuk memberhentikan seorang pegawai yang melanggar peraturan. Kondisi ini lebih disebabkan karena adanya rasa tidak enak dan rasa kemanusiaan saja bukan karena masalah kebijakan. Permasalahan-permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan pegawai LAN perlu diperbaiki. Perbaikan pengelolaan perlu dilakukan di setiap tahapan, yaitu sejak perencanaan sampai pemberhentian. Dalam rangka pemenuhan tujuan tersebut maka diperlukan satu grand design pengelolaan pegawai yang mencakup semua tahapan pengelolaan pegawai. B. Reformasi Birokrasi LAN Reformasi bagi LAN dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang terencana untuk mewujudkan birokrasi yang profesional, bebas dari KKN, memiliki kinerja tinggi dan mampu memberikan pelayanan secara efektif dan efisien. Mewujudkan hal tersebut tentu tidaklah mudah. Akan tetapi ada empat kunci yang diyakini bisa membawa keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di LAN, yaitu : 1) adanya komitmen yang 4

5 kuat serta adanya konsistensi menuju arah yang sudah ditetapkan; 2) penuh imajinasi dan kreativitas tinggi untuk menumbuhkan inovasi dan keunggulan daya saing; 3) kebersamaan untuk membangun integritas dan loyalitas; serta 4) kegigihan, kesabaran dan keikhlasan sebagai peningkat kualitas berkelanjutan. Pelaksanaan reformasi birokrasi di LAN juga dibuat dalam road map reformasi birokrasi LAN yang dimulai pada tahun dan dibagi dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Tujuan jangka pendek adalah mewujudkan kinerja prima operasional lembaga LAN. Kegiatan yang dilakukan dalam jangka pendek ini meliputi : peningkatan kompetensi SDM LAN, membangun kapasitas dan profesionalisme tenaga fungsional, peningkatan budaya pelayanan (stake holder service orientation), membangun jejaring kemitraan strategis praktisi dan lembaga pendidikan baik di dalam ataupun luar negeri, membangun landasan sistem knowledge management, e-learning dan e-library, penataan kelembagaan LAN sesuai dengan kebutuhan. Tujuan jangka menengah adalah kinerja prima layanan pemangku kepentingan. Dengan kegiatan meliputi : menjalankan program unggulan bagi pengembangan aparatur negara, membangun leadership dan assessment center bagi penyiapan pemimpin masa depan, implementasi knowledge management dan e-learning, penyelenggaraan pelayanan kajian kebijakan, fasilitasi, konsultasi dan advokasi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam jangka pendek maupun menengah tersebut diharapkan mampu mendukung tujuan reformasi birokrasi LAN dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan LAN sebagai institusi handal dan berkualitas internasional, baik di bidang kajian dan penelitian maupun diklat aparatur. Dalam Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tersebut dicantumkan adanya delapan area perubahan yang diharapkan bisa dilakukan dengan reformasi birokrasi. Kedelapan area perubahan tersebut adalah : organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik dan budaya kerja aparatur. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di LAN, kedelapan area perubahan tersebut dikembangkan menjadi sembilan program kegiatan. Sembilan kegiatan ini pada dasarnya ada dalam tiga sasaran reformasi birokrasi, yaitu perubahan kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya aparatur. Kesembilan program reformasi LAN tersebut 5

6 adalah : Program manajemen perubahan yang berfokus pada area perubahan culture set dan mind set, Program penataan peraturan perundang-undangan yang berfokus pada area perubahan regulasi, Program penataan dan penguatan organisasi yang berfokus pada area perubahan organisasi, Program penataan tata laksana yang berfokus pada area perubahan proses kerja, Program penataan sistem MSDM yang berfokus pada area perubahan SDM, Program penguatan pengawasan yang berfokus pada area perubahan pengawasan, Program penguatan akuntabilitas kinerja yang berfokus pada area perubahan akuntabilitas, Program peningkatan kualitas pelayanan publik yang berfokus pada area perubahan pelayanan, Program monitoring, evaluasi dan pelaporan yang berfokus pada area perubahan pengawasan dan akuntabilitas. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan LAN, khususnya pada tahun 2011 ini, Tim Reformasi Birokrasi LAN menetapkan tiga quick wins. Quick wins yang pertama adalah pelaksanaan otomatisasi pelayanan informasi pembinaan dan penyelenggaraan diklat, yang kedua adalah otomatisasi pelayanan akademik dan administrasi STIA LAN dan yang ketiga adalah penerapan e-office di lingkungan LAN. Ketiga quick wins tersebut diharapkan bisa menjadi pijakan keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di LAN. Keberhasilan ketiga quick wins tersebut akan menjadi key leverage bagi bergulirnya reformasi birokrasi di LAN. C. Rencana Strategis LAN Visi dan Misi LAN Visi LAN untuk 5 (lima) tahun mendatang adalah : Menjadi institusi yang handal dalam pengembangan sistem administrasi negara dan peningkatan kompetensi SDM penyelenggara negara. Untuk mewujudkan visi organisasi, upaya yang akan dilaksanakan pada kurun waktu lima tahun mendatang adalah memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan kapasitas aparatur negara dan sistem administrasi negara guna mewujudkan tata pemerintahan yang baik, melalui : Perumusan kebijakan dalam bidang administrasi negara; Pengkajian, penelitian, dan pengembangan dalam bidang administrasi negara; Pembinaan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan aparatur negara; Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara; Perkonsultasian 6

7 dan advokasi dalam bidang administrasi negara; Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi administrasi. 2. Tujuan, Sasaran dan IKU LAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi, maka tujuan organisasi LAN adalah : Menyediakan rekomendasi kebijakan bagi peningkatan kinerja penyelenggaraan administrasi negara; Menghasilkan kajian bidang administrasi negara guna mendorong transformasi administrasi NKRI secara struktural, sistemik, akuntabel, konsisten dan berkelanjutan; Menghasilkan sistem diklat aparatur untuk menjamin terwujudnya aparatur yang profesional; Menyelenggarakan diklat aparatur secara efektif dan efisien dalam mendukung peningkatan kompetensi dan kapasitas aparatur negara yang akuntabel, handal, profesional, bersih dan bebas KKN; Memberikan pelayanan perkonsultasian yang berkualitas di bidang administrasi negara; Menyelenggarakan kegiatan pengembangan ilmu administrasi negara melalui pendidikan dan pengembangan teknologi administrasi; Meningkatkan kapasitas kelembagaan, tatalaksana dan sumberdaya manusia aparatur LAN yang profesional. Ukuran kinerja pencapaian tujuan organisasi dirumuskan dalam berbagai sasaran strategis sebagai berikut : Tersedianya rekomendasi kebijakan yang berkualitas bagi instansi pusat dan daerah; Ketepatan kajian dan litbang dengan kebutuhan; Peningkatan kualitas pembinaan diklat aparatur; Penyelenggaraan diklat aparatur yang sesuai standar; Profesionalisme pelaksanaan advokasi; Pengembangan ilmu dan teknologi administrasi; Pengembangan organisasi LAN berbasis kinerja; Publikasi dan diseminasi produk LAN yang terintegrasi; Peningkatan kualitas sarana dan prasarana. Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut disusunlah indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut : Persentase hasil kajian/litbang LAN yang disebarluaskan ke stakeholder. Persentase hasil kajian dan litbang LAN yang dijadikan bahan referensi stakeholder. Jumlah lembaga diklat yang terakreditasi. Jumlah pedoman kediklatan yang diterbitkan. Persentase diklat aparatur yang terselenggara sesuai standar. Persentase lulusan diklat aparatur dengan predikat minimal memuaskan. Tingkat 7

8 kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan diklat aparatur. Persentase permintaan advokasi bidang administrasi negara dari instansi lain yang terpenuhi. Jumlah penerbitan ilmiah di bidang ilmu administrasi, Persentase lulusan STIA dengan IPK di atas 3,00 dengan masa studi di bawah 5 tahun. Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan LAN. Skor evaluasi SAKIP LAN. Persentase pelaksanaan Reformasi Birokrasi LAN. Persentase tingkat kepuasan stakeholder atas produk-produk LAN. Persentase pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kerja yang memadai. 3. Arah Kebijakan dan Strategi LAN Arah kebijakan dan strategi LAN merupakan uraian sistematis yang meliputi cara untuk mencapai tujuan dan sasaran. Secara terstruktur uraian tersebut diilustrasikan dalam sebuah peta strategi yang komprehensif. Peta strategi ini merupakan suatu proses penggambaran atas dasar hubungan sebab akibat antara satu sasaran stratejik dengan sasaran stratejik lainnya untuk menguji alur pikir suatu strategi. Peta strategi ini mempunyai empat perspektif, yaitu : perspektif nilai tambah nasional, perspektif nilai tambah pemangku kepentingan, perspektif proses kerja internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Terkait dengan arah kebijakan dan strategi nasional, LAN untuk lima tahun ke depan ( ) merumuskan beberapa kebijakan dan strategi sebagai berikut : Peningkatan kualitas pembinaan dan penyelenggaraan diklat melalui pembaharuan sistem diklat penyelenggara negara, Ketepatan perencanaan dan pelaksanaan kajian dan litbang melalui konsolidasi dan kepatuhan pelaksanaan sesuai dengan kaidah akademik dan akuntabilitas, Profesionalisme pelaksanaan advokasi melalui pemetaan kebutuhan dari pemangku kepentingan, Pengembangan ilmu dan teknologi administrasi melalui revitalisasi kelembagaan perguruan tinggi kedinasan sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan pemangku kepentingan, Pengembangan organisasi LAN berbasis kinerja melalui reformasi birokrasi LAN, Publikasi dan diseminasi produk LAN yang terintegrasi melalui koordinasi dalam konsolidasi publikasi LAN, Peningkatan kualitas sarana dan prasarana melalui modernisasi tata kerja dan prasarana fisik. 8

9 D. Alokasi Anggaran dalam Pengelolaan Pegawai LAN Dalam pengelolaan pegawai, khususnya dalam upaya pengembangan kemampuannya tidak bisa lepas dari kebutuhan anggaran. Anggaran menjadi satu bagian kunci dari pengelolaan pegawai LAN. Berikut ini disajikan dukungan anggaran yang diperoleh LAN dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya serta jumlah anggaran yang digunakan untuk belanja pegawai dan anggaran yang digunakan untuk pengembangan pegawainya. Dalam Tabel berikut disajikan pagu anggaran yang diperoleh LAN selama periode dan anggaran yang diperlukan untuk belanja pegawai. Anggaran Tabel 2 Rasio Perbandingan Pagu Anggaran dan Belanja Pegawai Tahun Anggaran X Pagu Anggaran LAN Anggaran Belanja Pegawai Sumber : Biro POK LAN Rasio (%) 15,48 17,98 16,13 20,10 Dilihat dari nominal anggaran belanja pegawai LAN selalu meningkat jumlahnya (hanya pada tahun 2012 mengalami penurunan). Sementara apabila dilihat dari rasio antara pagu anggaran dan belanja pegawai masih normal, karena masih dibawah 25% dari total pagu. Kenaikan rasio yang cukup signifikan terjadi pada tahun Belanja pegawai ini cenderung selalu naik karena terkait dengan adanya penambahan pegawai yang harus dibayar gajinya. Selanjutnya dalam grafik dibawah ini digambarkan bahwa untuk kegiatan pengembangan pegawai khususnya diklatpim atau diklat struktural mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun Akan tetapi untuk periode tahuntahun berikutnya terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sementara untuk diklat prajabatan terus mengalami kenaikan anggaran sejak Kondisi ini terjadi karena diklatpim dan diklat prajabatan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh LAN untuk mengangkat PNS menduduki jabatan struktural dan mengangkat CPNS 9

10 menjadi PNS. Yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan pegawai melalui pendidikan gelar yang anggarannya justeru terus mengalami penurunan, khususnya pada tahun Demikian juga untuk kegiatan pengembangan pegawai melalui diklat teknis yang terus mengalamai penurunan. Kondisi mengenaskan justeru terjadi pada alokasi anggaran untuk diklat fungsional yang hilang sejak tahun LAN setiap tahun merekrut CPNS untuk posisi peneliti dan widyaiswara yang memerlukan sertifikasi untuk bisa melaksanakan tugas jabatannya. Tetapi sejak tahun 2010 anggaran untuk mengirimkan diklat fungsional tidak disediakan. Bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Grafik 1 Anggaran Pengembangan Pegawai Lembaga Administrasi Negara, Jakarta Tahun Diklatpim Diklat Prajab Diklat Gelar Seminar dll Diklat Teknis Diklat Fungs Sumber : Biro POK LAN E. Profil dan Distribusi Pegawai LAN 1. Jumlah Pegawai menurut Kelompok Jabatan Jumlah pegawai LAN, baik di LAN Pusat Jakarta, PKP2A Bandung, PKP2A Makassar, PKP2A Samarinda, dan PKP2A Aceh serta STIA yang ada di Jakarta, Bandung dan Makassar per April 2011 berjumlah 788 orang. Dari 788 orang pegawai LAN tersebut, 151 orang (19,16%) diantaranya menduduki jabatan struktural yang tersebar baik di LAN Pusat, PKP2A maupun STIA. Kemudian 215 orang (27,28%) diantaranya menjabat sebagai pejabat fungsional tertentu yang terdiri dari 11 kelompok jabatan 10

11 fungsional, yaitu : analis kepegawaian, arsiparis, auditor, dokter, dosen, peneliti, perawat, perencana, pranata humas, pustakawan dan widyaiswara. Sisanya sebanyak 422 orang (53,55%) adalah staf pelaksana. Potret ini tentunya belum memberikan gambaran ideal karena lebih dari separuh pegawai LAN (53,55%) adalah staf pelaksana sementara yang menjabat fungsional tertentu hanya sebesar 27,28% saja. Dari 151 pegawai LAN yang menjabat jabatan struktural tersebut, ada 7 orang (4,64%) menjabat struktural eselon I, 20 orang (13,25%) menjabat struktural eselon II, 50 orang (33,11%) menjabat struktural eselon III dan 62 orang (41,06%) menjabat struktural eselon IV. Sementara di STIA, 3 orang (1,9%) menjabat sebagai Ketua STIA dan 9 orang (5,96%) menjabat sebagai Pembantu Ketua (Puket) STIA. Grafik 2 Jumlah Pejabat Fungsional LAN per April 2011 Widyaiswara Pustakawan Pranata Humas Perencana Perawat Peneliti Dosen Dokter Auditor Arsiparis Analis Kepegawaian JF Sumber : Bagian Kepegawaian LAN 2. Jumlah Pegawai menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sementara itu apabila dilihat dari jenis kelaminnya, dari 788 orang pegawai LAN tersebut, sebanyak 474 orang (60,15%) diantaranya adalah pria dan sisanya sebanyak 314 orang (39,85%) adalah wanita. Dari data tersebut terlihat bahwa pegawai pria masih mendominasi di LAN. Dari Grafik dibawah ini dapat diketahui bahwa mayoritas pejabat struktural LAN ada di kelompok umur tahun, ini berarti masih ada waktu 11

12 10 tahun untuk berkarier. Sementara yang ada di kelompok umur ada 39 orang (25,83%). Kelompok ini adalah pejabat-pejabat struktural yang harus segera dicarikan penggantinya karena akan segera memasuki BUP. Dalam hal pengkaderan menjadi keharusan untuk bisa memperoleh pengganti yang tepat. Grafik 3 Jumlah Pejabat Struktural LAN menurut Kelompok Umur per April Pegawai >60 Sumber : Bagian Kepegawaian LAN Pejabat eselon I ada sebanyak 6 orang, pejabat eselon II ada sebanyak 12 orang, pejabat eselon III ada sebanyak 6 orang, pejabat eselon IV ada sebanyak 10 orang, Ketua STIA ada 3 orang dan Pembantu Ketua STIA ada 2 orang. Dari sebaran tersebut terlihat bahwa untuk pejabat struktural eselon IV, III dan II yang masih mempunyai peluang untuk promosi akan terkendala dalam usia pensiunnya. Maka dalam melakukan kebijakan promosi perlu mempertimbangkan umur pejabatnya supaya masa pengabdiannya bisa maksimal tidak sekedar menunggu masa pensiun. 3. Jumlah Pegawai menurut Pola Mutasi Dalam grafik berikut ini disajikan jumlah pegawai menurut pola mutasinya berdasarkan lamanya berada disatu unit kerja (TMT unit). Dari grafik tersebut terlihat bahwa belum ada pola yang standar yang dilaksanakan di LAN terkait dengan mutasi 12

13 pegawainya. Ada pegawai yang masa TMT unitnya lebih dari lima tahun sementara ada juga yang kurang dari lima tahun. Pegawai yang terhitung mulai tanggal (TMT) di suatu unit 3-5 tahun, yaitu sebanyak 184 orang (23,25%). Sementara yang TMT unitnya lebih dari lima tahun ada sebanyak 212 orang (26,9%). Berikut disajikan grafiknya. 60 Grafik 4 Jumlah Pegawai menurut Masa Kerja di Unit Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV PUKET JF JFU >10 Sumber : Bagian Kepegawaian LAN Grafik tersebut memberikan gambaran yang menarik, ternyata ada pegawai yang TMT unitnya lebih dari atau sama dengan 10 tahun dan jumlahnya cukup banyak, yaitu ada 49 orang. Apabila dibandingkan dengan total keseluruhan pegawai LAN memang tidak banyak hanya sebesar 6,22%. Dari grafik terlihat bahwa mayoritas pegawai yang TMT unitnya lebih dari 10 tahun adalah pejabat fungsional dan staf. Secara lengkap sebarannya adalah sebagai berikut, 2 orang pejabat struktural eselon II, 4 orang pejabat struktural eselon III dan 3 orang pejabat struktural eselon IV, kemudian 41 orang pejabat fungsional dan 19 orang staf umum. Kondisi ini tentunya harus mendapat perhatian khususnya untuk para pejabat strukturalnya karena terkait dengan karier mereka. Pangkat dan golongan mereka tentunya akan mentok dan tidak bisa naik lagi. 13

14 4. Jumlah Pegawai menurut Kelompok Golongan Selanjutnya dalam Grafik berikut ini disajikan sebaran pegawai LAN menurut golongannya. Grafik 5 Jumlah Pegawai LAN menurut Kelompok Golongan per April Pegawai Gol IV Gol III Gol II Gol I Sumber : Bagian Kepegawaian LAN Dari Grafik tersebut, terlihat bahwa mayoritas pegawai LAN berada di golongan III, yaitu sebanyak 407 orang (51,65%). Kemudian pegawai dengan golongan IV ada sebanyak 187 orang (23,73%) dan golongan II sebanyak 181 orang (22,97%). Sementara pegawai golongan I hanya sebanyak 13 orang (1,65%). Gambaran ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai LAN berada di golongan menengah. Kondisi ini juga sesuai dengan data pegawai LAN menurut tingkat pendidikan sebagaimana digambarkan didepan. Gambaran ini tentunya menjadi sumber daya yang maksimal untuk bisa mewujudkan visi, misi LAN kedepan. F. Kondisi Sistem Manajemen SDM LAN Saat Ini Permasalahan manajemen SDM di LAN dapat dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu permasalahan pada tahap perencanaan, permasalahan pada tahap pola 14

15 karier dan permasalahan pada tahap pemberhentian. Permasalahan perencanaan mencakup masalah yang ada dalam perencanaan formasi dan masalah seleksi dan rekrutmen. Permasalahan pola karier mencakup masalah yang ada dalam penempatan, diklat, penilaian kinerja, disiplin, mutasi dan promosi. Sementara permasalahan di tahap pemberhentian adalah pada saat pensiun. 1. Perencanaan Permasalahan dalam perencanaan formasi terkait dengan penetapan syarat kualifikasi untuk calon pegawai yang tinggi tapi tidak dikelola dengan baik, sehingga setelah diterima tidak bisa maksimal. Pada beberapa tahun terakhir ini, formasi CPNS di LAN selalu mencantumkan kualifikasi S2 untuk posisi peneliti, widyaiswara dan dosen. Sementara posisi lain seperti analis, teknisi dan beberapa lainnya masih mencantumkan S1 atau D3. Pada kenyataannya formasi ini sangat sulit dipenuhi, kondisi ini terpotret dari sedikitnya calon yang melamar posisi tersebut. Dengan sedikitnya pelamar maka akan menyulitkan LAN dalam memilih calon yang terbaik karena pilihannya terbatas. Kondisi inilah yang seringkali membuat formasi S2 di LAN sepi peminat. Ada saran dari nara sumber untuk membatalkan formasi yang peminatnya sedikit karena kurang persaingan. Juga ada saran untuk menurunkan kualifikasi tersebut menjadi S1 saja tetapi dengan ambang batas yang tinggi sehingga diperoleh calon pegawai yang benar-benar berkualitas. Mereka bisa dikembangkan untuk menempuh pendidikan S2 setelah masuk menjadi PNS LAN. Permasalahan berikutnya dalam perencanaan adalah ditutupnya formasi untuk SLTA. Beberapa narasumber menyatakan bahwa sebenarnya formasi SLTA masih diperlukan, khususnya untuk tugas yang bersifat teknis/administrasi. Sementara pegawai-pegawai baru yang direkrut dari S1 atau S2 agak susah atau tidak mau kalau diminta mengerjakan tugas-tugas teknis/administrasi, apalagi yang memang bukan merupakan tugas utama dari formasi yang dilamar. Formasi yang diumumkan oleh LAN kepada masyarakat umum ternyata belum disertai dengan penjelasan/deskripsi yang memadai dari masing-masing jabatan sehingga pelamar tidak tahu apa jabatan yang dilamarnya secara jelas. Kondisi ini 15

16 berdampak para calon pelamar hanya coba-coba saja melamar sesuai kualifikasi yang dimilikinya tanpa tahu mau jadi apa, bagaimana kerjanya, apa bidang kerja dari jabatan yang dilamarnya. Deskripsi jabatan ini dirasakan sangat penting karena spesifikasi jabatan-jabatan yang ada di LAN memang berbeda dengan jabatan-jabatan yang ada di instansi lain. 2. Rekrutmen dan Seleksi Dari data dan informasi yang ditemukan di lapangan Tim menemukan bahwa proses rekrutmen dan seleksi yang dilakukan di LAN belum didasarkan pada kompetensi. Saat ini proses yang dilakukan masih fokus pada pengetahuan (knowledge) saja, keterampilan (skill) dan perilaku (attitude) belum bisa terpotret. Hal ini terlihat dari materi tes yang diujikan yang hanya menjaring knowledge saja. Saat ini tahapan dalam proses rekrutmen dan seleksi mencakup kelengkapan administrasi, tes tertulis, psikotest dan wawancara. Masing-masing tahapan dilakukan dengan sistem gugur, artinya apabila peserta tidak lolos pada satu tahap maka dia tidak bisa dipanggil untuk tahap berikutnya. Akan tetapi dari informasi nara sumber, ada kalanya pada saat tahapan akhir (wawancara) ada peserta yang batal karena suatu hal maka ranking dibawahnya yang lolos psikotest bisa dipanggil. Dalam hal ini penyusunan ranking harus benar-benar ketat dan proses pemanggilan juga harus benar-benar transparan. Dalam proses seleksi, ada saran untuk mengundang semua peserta yang lolos seleksi administrasi untuk mengikuti tes tahap pertama. Selama ini hanya sepuluh (10) calon terbaik untuk masing-masing formasi yang dipanggil. Pertimbangannya semua pelamar yang memenuhi syarat administrasi mempunyai hak yang sama untuk ikut tes. Hal ini juga akan memperbesar peluang untuk memperoleh calon yang terbaik. Memang hal ini membutuhkan biaya yang sangat besar, akan tetapi ini hanya di tahap awal saja. Setelah tes tahap pertama, hasilnya disusun dalam ranking dengan ambang batas tertentu untuk masing-masing formasi. Dengan cara ini maka LAN akan memperoleh calon pegawai yang lebih berkualitas. Seleksi diharapkan bisa 16

17 menghasilkan calon-calon pegawai yang berkualitas dari segala aspek sehingga proses seleksinya pun harus ketat dan profesional. 3. Penempatan Penempatan pegawai baru selama ini tidak ada masalah. Mereka langsung ditempatkan di unit sesuai formasi yang dilamar. Permasalahan penempatan justeru untuk pegawai-pegawai yang lama. Selama ini belum ada pola mutasi yang diterapkan di LAN. Sebagaimana data yang disampaikan oleh nara sumber, penempatan pegawai belum memenuhi prinsip right man on the right place. Kondisi ini juga merupakan dampak dari tidak terkontrolnya pemilihan jurusan dalam pendidikan. Pemilihan jurusan pendidikan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan unit dan dikontrol sepenuhnya oleh Bagian Kepegawaian atau Atasan Langsung pegawai/eselon II. Sehingga penempatan setelah kembali dari menempuh pendidikan tidak menjadi masalah dan unit dapat memperoleh manfaat secara maksimal. Tim menemukan bahwa ada pejabat fungsional yang penempatannya tidak sesuai. Misalnya ada dosen yang ditempatkan di unit kajian. Diskusi dengan nara sumber memberikan gambaran yang berbeda, ada yang menyatakan kondisi tidak bermasalah tetapi ada juga menyatakan bermasalah. Secara substansi mungkin tidak ada masalah akan tetapi dalam perolehan angka kredit mungkin akan menjadi masalah. Permasalahan dasarnya adalah adanya keterbatasan jumlah peneliti sehingga kursi tersebut diisi oleh dosen. 4. Pengembangan dan Diklat Pengembangan pegawai yang dilakukan oleh LAN selama ini belum dikaitkan dengan jalur karier pegawai. Pengembangan pegawai baik melalui diklat maupun non diklat tidak dikaitkan dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki pegawai serta unit kerjanya. Tim secara acak menemukan ada pegawai yang lebih dari 5 tahun belum pernah diikutkan dalam satu diklatpun, Tim menemukan juga ada pegawai yang sama sekali tidak mempunyai kompetensi teknis yang menjadi dasar dalam melaksanakan tugasnya (mengoperasionalkan komputer). 17

18 Anggaran yang disediakan oleh LAN untuk pengembangan pegawai sangat terbatas. Maka LAN memberi keleluasaan pegawai untuk mencari beasiswa dari instansi lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Pengembangan pegawai seharusnya berlaku untuk semua pegawai, baik yang menjabat sebagai struktural maupun fungsional (umum maupun tertentu). Pengembangan pegawai disini bukan hanya terkait dengan melanjutkan pendidikan, tetapi juga keikutsertaan dalam seminar baik di dalam maupun luar negeri, diklat teknis dan fungsional serta diklat kepemimpinan. Semua pegawai seharusnya mempunyai hak yang sama sesuai dengan jabatan dan tuntutan pekerjaannya. Selain ada fasilitasi yang diberikan oleh LAN kepada pegawai untuk pengembangan pegawai, masing-masing pegawai juga dituntut untuk secara aktif mengembangkan kemampuannya secara mandiri. Terutama pegawai-pegawai yang menjabat sebagai pejabat fungsional tertentu yang selalu dituntut untuk mengembangkan kemampuannya. 5. Penilaian Kinerja Sampai saat ini, secara formal LAN masih menggunakan DP3 sebagai satusatunya instrumen untuk menilai kinerja pegawai, meskipun pada prinsipnya DP3 sudah tidak mampu mengukur kinerja nyata pegawai. Pada saat implementasi reformasi birokrasi di LAN, ada satu intrumen yang diperkenalkan untuk mengukur kinerja pegawai, yaitu berupa LKM (laporan kinerja mingguan). Secara institusional LKM sudah diperkenalkan sebagai instrumen penilaian kinerja pegawai tetapi secara formal masih menggunakan DP3. Instrumen LKM akan mencatat kinerja pegawai setiap minggunya dan output yang dihasilkan. Selanjutnya atasan langsung akan mereview dan menilai kinerja pegawai berdasarkan kontrak yang sudah disepakati diawal tahun berjalan. Dengan LKM ini kinerja pegawai akan dikontrol dan diarahkan supaya bisa mencapai tujuan yang diharapkan. 6. Mutasi 18

19 Selama ini tidak ada pola mutasi yang jelas di LAN. Pegawai-pegawai yang dimutasi belum melalui suatu sistem yang terencana dan terprogram dengan baik. Ada pegawai yang tidak pernah pindah tapi ada juga pegawai yang sering pindah. Tim juga menemukan bahwa selama ini mutasi pegawai belum mempertimbangkan latar belakang pendidikan, diklat yang pernah diikuti dan pengalaman yang dimiliki pegawai. Permasalahan mutasi antar instansi juga menjadi permasalahan. Karena Tim menemukan ada pegawai (khususnya di PKP2A) yang minta pindah ke instansi lain. Kondisi sebaliknya juga terjadi, pegawai dari instansi lain minta pindah ke PKP2A. Menurut nara sumber, perpindahan antar instansi ini memang tidak bisa dihindari tetapi yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan masing-masing unit dan kesesuaian kompetensi. Selama kedua kriteria tersebut bisa dipenuhi, mutasi antar instansi tidak menjadi masalah. Hal ini perlu ada pengaturan tertentu oleh LAN supaya LAN tidak sekedar dijadikan batu loncatan saja. Masalah mutasi antar instansi juga dialami oleh STIA, khususnya terkait mutasi tenaga-tenaga dosen. STIA seringkali kebanjiran permintaan dari pejabat-pejabat dari luar LAN yang melamar menjadi dosen STIA. Permintaan ini agak sulit dipenuhi karena keterbatasan jam mengajar yang ada di STIA dan juga kekuatan anggaran yang terbatas. Sehingga memang diperlukan ketegasan untuk mutasi dari luar instansi ini. Dua kriteria, yaitu kebutuhan unit dan kesesuaian kompetensi harus tetap menjadi fokus dalam menerima pegawai dari luar. 7. Promosi Promosi yang dilakukan di LAN selama ini menurut nara sumber memang belum menggunakan sistem yang profesional. Hal ini disebabkan karena keterbatasan data pegawai yang disiapkan oleh Biro Umum dan Bagian Kepegawaian. Data base kepegawaian yang ada belum mampu menyimpan data kinerja pegawai. Selama ini yang tersimpan hanya data administrasi saja, terkait pangkat, golongan, jenjang pendidikan dan latar belakang pendidikan, diklat yang diikuti, masa kerja dan pengalaman kerja. Tetapi bagaimana kinerja dan perilaku pegawai selama bekerja 19

20 belum terekam dengan baik. Kondisi inilah yang menyebabkan Tim Baperjakat kesulitan dalam menentukan calon-calon pejabat yang akan dipromosikan. Permasalahan inilah yang perlu diantisipasi oleh unit pengelola kepegawaian supaya kegiatan promosi pegawai dapat berjalan baik. Data base pegawai harus disiapkan secara komprehensif, semua hal yang terkait dengan pegawai selama bekerja di LAN harus dicatat dan didokumentasi dengan baik dan teratur. Hal-hal yang terkait kinerja pegawai, baik kinerja bagus atau kinerja buruk harus dicatat dan didokumentasi sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan bisa diambil lagi. Nara sumber juga menyarankan adanya talent pool, yaitu sekelompok pegawai yang mempunyai kinerja bagus dan berpeluang untuk dipromosi. Talent pool ini bisa untuk pegawai yang berpeluang promosi di jabatan struktural (yang mengutamakan kompetensi leadership dan managerial) maupun promosi di jabatan fungsional (yang mengutamakan kompetensi teknis). Dengan adanya talent pool akan semakin mempermudah Tim Baperjakat dalam memilih calon yang akan dipromosi. Kondisi ini juga akan meminimalisir jumlah calon. Selama ini calon pegawai yang dipersiapkan adalah semua pegawai yang memenuhi persyaratan administrasi (kecukupan pangkat dan jabatan). Dengan adanya talent pool maka calon akan semakin terseleksi. Apalagi dengan adanya assessment center di PKP2A Jawa Barat akan semakin mempermudah pelaksanaan seleksi. 8. Pola Karier Unit pengelola kepegawaian belum mempunyai pola yang bisa diikuti dan dimengerti oleh pegawai sebagai acuan kariernya. Pola karier yang sudah disusun draftnya belum bisa dimanfaatkan karena belum dilegal formalkan. Sehingga belum bisa dimanfaatkan pegawai dan pejabat dalam merencanakan kariernya. Kondisi ini berdampak pada tidak maksimalnya upaya pengembangan pegawai. Pegawai yang sudah mengikuti diklat tertentu dimutasi ke unit yang tidak terkait langsung dengan diklatnya. Kondisi ini tentunya membuat kompetensi yang diperoleh melalui diklat menjadi tidak berguna. 20

21 Pola karier perlu disusun lengkap dengan syarat kompetensi jabatan yang dibutuhkan. Secara prinsip seharusnya semua pegawai pada awal masa kerjanya adalah pejabat fungsional dengan tugas dan tanggung jawab yang sudah jelas. Selanjutnya dalam proses melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut dilakukan penilaian, bagi yang mempunyai kompetensi leadership dan managerial bisa dipromosi ke jabatan struktural. Sementara yang mempunyai kompetensi di bidang teknis tetap bisa melanjutkan di jalur jabatan fungsional. Promosi ini dilakukan melalui kegiatan fit and proper test di assessment center. Pola karier pegawai mencakup 3 hal, yaitu adanya assessment center, job requirement dan track record. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam pola karier masih pada administrasi belaka, yaitu kesesuaian pangkat dan jabatan. Unsur kinerja belum menjadi pertimbangan utama karena belum ada dukungan data yang jelas. Kondisi ini terlihat dari masih sulitnya menurunkan (demosi) khususnya pejabat struktural. Pola zig zag antara jabatan struktural dan fungsional memungkinkan diterapkan di LAN asalkan memenuhi standar kompetensi masing-masing jabatan. Selama ini perpindahan antar jabatan terkesan untuk memperpanjang masa pensiun saja. Pola zig zag juga harus diterapkan sejaka level bawah (struktural eselon IV, fungsional pertama) tidak bisa langsung dari jenjang menengah atau bahkan jenjang tinggi. Karena akan menimbulkan culture shock atau gegar budaya untuk si pegawai maupun bawahannya. Culture shock muncul karena tidak adanya pengalaman memimpin (bagi pejabat struktural) dan tidak adanya pengalaman teknis (bagi pejabat fungsional). Pola zig zag di LAN banyak diterapkan di jabatan dosen dan widyaiswara. Dampaknya ada dosen yang tidak punya jam mengajar, atau widyaiswara yang tidak mampu mengajar. Kondisi ini tentunya akan merugikan instansi LAN. 9. Disiplin Selama ini disiplin pegawai masih kurang mendapat perhatian serius. Meskipun sudah didukung dengan absensi hand key, ternyata fenomena 804 masih terjadi. Fenomena 804 artinya, pegawai masuk kerja jam 8 pagi, pulang jam 4 sore, tetapi waktu diantara dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore pegawai tidak tahu kemana. 21

22 Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan adanya waskat (pengawasan melekat) dari atasan langsung. Akan tetapi nara sumber menyatakan bahwa kadangkala ada rasa ewuh pakewuh untuk mengingatkan anak buah. Penerapan disiplin jam kerja ini juga masih mengundang polemik karena ada yang merasa kurang pas. Apakah ini berlaku untuk semua pejabat, baik struktural maupun fungsional. Apakah berlaku untuk semua jenjang dari pejabat eselon I sampai staf terendah? Hal ini terkait dengan tuntutan tugas dan tanggung jawab masing-masing pejabat yang memang berbeda. Selain kondisi tersebut, secara teknis ternyata alat absensi hand key yang ada masih belum maksimal. Alat ini masih sering mengalami kesalahan teknis, masih ada pegawai yang tidak terekam datanya dengan baik. Selain itu ternyata alat ini belum terintegrasi antara yang ada di LAN Pejompongan dengan LAN Pusat, sementara banyak pegawai yang bekerja di dua tempat tersebut. 10. Pensiun Terkait dengan pensiun, masalah yang muncul adalah bagaimana memberi penghargaan dan perhatian yang layak bagi pegawai yang masuk pensiun. Penghargaan dan perhatian ini bukan hanya untuk pejabat tetapi semua pegawai dari pejabat tertinggi sampai pegawai terendah. Hal ini perlu mendapat perhatian karena banyak pegawai setelah masuk masa persiapan pensiun (MPP) mengalami stres. Kondisi ini disebabkan karena hilangnya kesibukan dan rutinitas yang biasa dilakukan menjadi hilang setelah masuk pensiun. Masalah tersebut bisa diatasi dengan memberikan pembekalan berupa keterampilan atau pengetahuan praktis yang bisa dimanfaatkan oleh pegawai setelah pensiun. Sementara itu untuk penghargaan dan perhatian, LAN bisa memberikan semacam penyematan lencana pensiun secara bersama-sama yang dilakukan oleh pimpinan LAN. Dalam satu periode pensiun pegawai yang masuk usia pensiun dikumpulkan secara bersama-sama dan dalam satu acara formal yang dihadiri pejabat LAN diberikan ucapan terima kasih dan perpisahan. Dengan cara ini, pegawai merasa akan lebih dihargai atas kontribusinya selama bekerja di LAN. 22

23 Permasalahan lainnya terkait dengan batasan BUP (batas usia pensiun) dan perpanjangannya serta perpindahan dari jabatan struktural ke fungsional. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tim ada beberapa pejabat yang mengajukan pindah dari jabatan struktural ke fungsional setelah mendekati masa pensiun. Kondisi ini tidak menjadi masalah selama masih memenuhi syarat administrasi maupun kompetensi yang dipersyaratkan. G. Rencana Strategis Sistem Manajemen SDM LAN 1. Visi Pengelolaan SDM LAN Sesuai dengan visi LAN untuk menjadi institusi yang handal dalam pengembangan sistem administrasi negara dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia penyelenggara negara, maka visi pengelolaan sumber daya manusia LAN dapat dirumuskan sebagai berikut : Menjadikan sumber daya manusia LAN yang berkinerja tinggi dalam memberikan kontribusi bagi pengembangan sistem administrasi negara melalui reformasi birokrasi. 2. Misi Pengelolaan SDM LAN Sejalan dengan misi LAN sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis LAN , maka misi pengelolaan sumber daya manusia LAN adalah : a) Menyelenggarakan manajemen kepegawaian yang profesional sehingga bisa sebagai role model bagi instansi lain; b) Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia secara terukur dan sistematis sesuai dengan kebutuhan LAN sebagai sebuah organisasi yang dinamis; c) Mengembangkan karier individual sumber daya manusia berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kompetitif dan meritokrasi. 3. Tujuan Tujuan pengelolaan sumber daya manusia LAN sesuai dengan visi dan misi diatas adalah : a) Mewujudkan sistem pengelolaan SDM LAN yang berdasarkan manajemen kinerja, b) Menyediakan tenaga-tenaga yang selalu siap merespon perubahan lingkungan strategis yang dihadapi oleh LAN baik dalam lingkup global, regional 23

24 maupun nasional, c) Menjamin bahwa setiap individual pegawai LAN mendapat kesempatan yang sama untuk dikembangkan, diberdayakan dan diperhatikan hak-hak serta kewajibannya dalam rangka mewujudkan visi dan misi LAN, d) Menciptakan lingkungan kerja dan budaya kerja yang produktif melalui transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM yang terintegrasi. 4. Prinsip-prinsip Pengelolaan SDM LAN Pengelolaan sumber daya manusia LAN dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip : a) Keadilan, bahwa pengelolaan pegawai LAN didasarkan pada persamaan hak dan kewajiban sesuai dengan tanggung jawab jabatan yang diembannya; b) Meritokrasi, bahwa pengelolaan pegawai LAN didasarkan pada prestasi kerja bukan pada senioritas; c) Kompetisi, bahwa dalam pengelolaan pegawai LAN dibuka ruang untuk saling berkompetisi secara sehat dan profesional; d) Pemberdayaan, bahwa pengelolaan pegawai LAN selalu mengedepankan pemberdayaan, yaitu bertambahnya kemampuan yang dimiliki pegawai; e) Mengedepankan kepentingan organisasi diatas kepentingan individu. H. Sistem Manajemen SDM LAN Masa Depan Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pengelolaan SDM LAN saat ini banyak sekali permasalahan yang harus segera dipecahkan. Persoalan utama yang dihadapi adalah belum adanya grand design pengelolaan SDM LAN yang disusun secara komprehensif. Selama ini permasalahan pengelolaan SDM masih dipandang secara parsial sehingga solusi yang diambil tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara maksimal. Grand design pengelolaan SDM LAN harus segera disusun lengkap dengan pola karier dan pola diklat yang menggambarkan mau kemana pegawai selama masa kerjanya dan diklat apa yang harus diperoleh untuk meningkatkan kompetensinya. Berikut ini diberikan gambar pola karier dan pola diklat untuk pegawai LAN dimasa depan supaya pengelolaan SDM LAN mampu menghasilkan pegawai yang profesional. Gambar 1 Pola Karier Pegawai LAN di Masa Mendatang 24

25 PENSIUN ESELON I UTAMA GOL IV GOL III MADYA MUDA PERTAMA ESELON II ESELON III ESELON IV 2-3 x mutasi 3-5 tahun 3 kompartemen 2-3 x mutasi 3-5 tahun 2/3 kompartemen 2-3 x mutasi 3-5 tahun 1/2 kompartemen GOL II JALUR FUNGSIONAL UMUM JALUR FUNGSIONAL TERTENTU JALUR STRUKTURAL ORIENTASI REKRUTMEN Dalam Gambar tersebut, semua pegawai LAN adalah pejabat fungsional tertentu, artinya semua pegawai mempunyai keahlian tertentu dan profesional dibidangnya masing-masing. Jabatan fungsional ini sudah ditentukan sejak pegawai berstatus CPNS sesuai dengan formasi yang mereka lamar. Kedepan LAN tidak perlu lagi merekrut pegawai golongan I, tetapi langsung golongan II (tingkat SLTA/D3) dan golongan III (Sarjana). Pegawai ini siap dan bisa masuk menjadi pejabat fungsional. Golongan II masuk dalam jabatan fungsional keterampilan dan golongan III masuk dalam jabatan fungsional keahlian. Setelah memperoleh diklat sertifikasi untuk masing-masing jabatan fungsional yang mereka lamar, maka pegawai masuk kedalam jalur fungsional. Bagi yang profesional di bidang pekerjaannya maka langsung meniti di jalur fungsional terus sampai mencapai puncak kariernya. Sementara bagi pegawai yang mempunyai potensi dan kompetensi untuk dipromosikan kedalam jalur struktural maka dia bisa masuk ke jalur struktural. Ada perbedaan mendasar dalam kedua jalur yang ada di LAN, jalur struktural mengutamakan 25

26 kompetensi leadership dan managerial, sementara jalur fungsional mengutamakan kompetensi teknis/fungsional. Jalur zig zag antara jabatan fungsional dan jalur struktural bagi pegawai LAN dimungkinkan selama ada kesesuaian kompetensi. Sebagaimana dijelaskan didepan, bahwa semua pegawai LAN adalah pejabat fungsional sehingga untuk bisa dipromosi ke jalur struktural mereka harus mempunyai kompetensi leadership dan managerial. Pola zig zag harus dilakukan sejak level struktural terendah (eselon IV). Pola zig zag tidak bisa dilakukan untuk level menengah (eselon III) yang membawahi eselon IV. Akan tetapi bisa dilakukan bagi struktural eselon III yang tidak membawahi eselon IV, misalnya di lingkup kajian dan litbang. Hal ini didasari bahwa kepemimpinan tidak bisa diperoleh secara instan sehingga dikhawatirkan akan terjadi gegar budaya (cultural schock) bagi pegawai yang dipromosi ke eselon III dan harus membawahi pejabat eselon IV. Maka untuk pola zig zag di eselon III harus ada special treatment dan melalui seleksi yang ketat. Promosi atau kenaikan jenjang di jalur fungsional tertentu dilakukan dengan penghitungan angka kredit (PAK) sesuai kebijakan masing-maisng instansi pembinanya. Setiap pejabat mampu memenuhi angka kredit sesuai tanggung jawabnya maka dia bisa dipromosi ke jenjang berikutnya. Promosi di jalur fungsional sifatnya lebih terbuka dan tidak terbatas. Sementara itu untuk promosi di jalur struktural dibatasi oleh jumlah posisi yang tersedia. Promosi di jalur struktural didasarkan pada penilaian kinerja pimpinan terhadap kepemimpinannya. Selain itu di LAN perlu diberikan batas masa menjabat (3-5 tahun) bagi masing-masing jenjang/eselon, hal ini untuk menjamin mengalirnya karier semua pegawai. Promosi untuk ke jenjang yang lebih tinggi juga harus mengikuti pola tertentu. Semakin tinggi jenjangnya diharapkan semakin luas wawasan yang dimiliki pegawai yang dipromosi. Untuk keperluan itu maka pola promosi harus digabung dengan pola mutasi peagwai. Untuk pejabat struktural eselon IV yang akan dipromosi ke eselon III harus pernah mutasi di 2-3 jabatan IV di satu atau dua kompartemen yang berbeda. Demikian juga untuk pejabat struktural eselon III yang akan dipromosi ke eselon II minimal harus pernah dimutasi di 2-3 jabatan yang berbeda di dua atau tiga kompartemen yang berbeda. untuk eselon II yang strategis, misalnya di Inspektorat dan Kepala Biro harus pernah menjabat di tiga kompetemen yang ada di LAN. karena posisi 26

27 ini sangat strategis sehingga perlu penguasaan wawasan yang luas tentang LAN. Untuk promosi eselon II ke eselon I maka harus pernah dimutasi di 2-3 jabatan yang berbeda di tiga kompartemen dan atau pernah duduk sebagai Kepala PKP2A. Dengan pola ini diharapkan semua pejabat struktural mempunyai kemampuan yang merata dan profesional dibidangnya masing-masing. Pola karier pegawai sebagaimana dijelaskan didepan perlu didukung dengan pola diklat pegawai. Dengan pola diklat yang terarah diharapkan dapat diperoleh hasil yang maksimal. Dalam Gambar berikut ini disajikan pola diklat pegawai LAN mendatang. Pada masa awal, CPNS diberikan diklat prajabatan yang merupakan diklat wajib untuk bisa diangkat menjadi PNS. Pada masa ini, apabila CPNS tidak lulus dalam diklat prajabatan maka dia tidak bisa diangkat menajdi PNS. Selanjutnya setelah melalui masa kerja tertentu, maksimal dua tahun peagwai dapat diikutkan dalam diklat sertifikasi supaya bisa diangkat dalam jabatan fungsional sesuai formasi yang dilamarnya. Apabila pegawai tidak lulus dalam diklat sertifikasi ini maka dia tidak bisa diangkat menjadi pejabat fungsional dan harus menempuh kembali diklat sertifikasi. Setelah lulus diklat sertifikasi maka pegawai dapat bekerja maksimal sebagai pejabat fungsional dan menempuh karier di jalur fungsional. Berada di jalur fungsional berarti harus menguasai kompetensi teknis dan fungsional sesuai bidangnya. Apabila dalam pelaksanaan tugas tersebut dan dari penilaian kinerjanya, pimpinan melihat bahwa pegawai mempunyai peluang dan potensi untuk dipromosikan kedalam jalur struktural maka dia bisa diikutkan dalam diklat kepemimpinan sesuai jenjangnya. Diklat kepemimpinan sebaiknya diberikan sejak level terendah dari jenjang struktural (eselon IV). Karena diklat ini akan menjadi dasar dalam kariernya kedepan. Semua pejabat struktural sebaiknya menempuh semua jenjang diklat kepemimpinan dari yang terendah sampai tertinggi (level eselon IV, III, II dan I). Pengecualian untuk di unit kajian dan litbang yang memang tidak mempunyai jenjang eselon IV maka bisa langsung ke jenjang eselon III. Akan tetapi inipun harus dengan pertimbangan yang hati-hati dan profesional. Gambar 2 Pola Diklat Pegawai LAN di Masa Mendatang 27

28 Profesional di jalurnya atau zig zag JS-JF Diklat teknis/fungsional, Diklatpim Struktural Diklatpim Fungsional Diklat Sertifikasi JF, PNS (umum) Diklat Prajabatan CPNS Setelah mencermati pola karier pegawai LAN dan pola diklatnya, berikut disajikan ulasan masing-masing tahapan dalam pengelolaan pegawai LAN kedepan. Pengelolaan pegawai LAN harus diawali dengan sebuah konsep bahwa pegawai adalah aset. Karena merupakan aset maka perlu dikelola untuk mempertahankan, memotivasi dan mempromosi supaya pegawai dapat memberikan yang terbaik dari diri mereka. Berikut disajikan ulasannya tahap per tahap. 1. Perencanaan Perencanaan kebutuhan pegawai yang dilakukan harus merujuk pada tugas pokok yang diemban LAN. Tugas pokok yang menjadi tanggung jawab LAN adalah dibidang kajian dan diklat maka jabatan-jabatan utama yang diperlukan adalah peneliti, analis kebijakan publik (jabatan fungsional baru), widyaisawara dan dosen. Unit kajian didukung oleh peneliti dan analis kebijakan publik sementara unit diklat didukung oleh widyaiswara dan dosen. Sementara unit sekretariat didukung dengan jabatan-jabatan lain yang relevan. Setelah jabatan ditetapkan selanjutnya menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk masing-masing jabatan tersebut. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis 28

KATA PENGANTAR. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi

KATA PENGANTAR. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi pemerintah yang berperan sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH 1 GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PEGAWAI ASN PEGAWAI ASN PNS PPPK Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; Menduduki jabatan pemerintahan. Diangkat dengan perjanjian

PEGAWAI ASN PEGAWAI ASN PNS PPPK Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; Menduduki jabatan pemerintahan. Diangkat dengan perjanjian PERENCANAAN SDM ASN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 4 MENENTUKAN ASUMSI DASAR Pelaksanaan UU Aparatur Sipil Negara Reformasi Mendasar : Mewujudkan PNS dan PPPK sebagai

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) PEMBEKALAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) WISNU SARDJONO SOENARSO KEPALA

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Pangkalpinang, April 2014 POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP LAN TAHUN 2012 i

KATA PENGANTAR. LAKIP LAN TAHUN 2012 i KATA PENGANTAR P uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Lembaga Administrasi Negara Tahun 2012 dapat tersusun.

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN RB @2017 PENDAHULUAN BAGAIMANA TRANSFORMASI BIROKRASI INDONESIA? 2025 2018 2013 Dynamics bureaucracy Vision and Performance based

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2011 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Pembinaan. Pengembangan Karir. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2014

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2014 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 214 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (86) LEMBAGA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL - 1 - KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POLA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA EMBAGA A LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN UJI POTENSI DAN UJI KELAYAKAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KONSEP/DRAFT (I) RAPAT TGL 22 DES 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KARIER LULUSAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KONSEP/DRAFT (II) RAPAT TGL 22 DES 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KARIER LULUSAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR integeritas, profesional, akuntabel RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja 1. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Permentan No.30 Tahun 2011) A. BAGIAN ORGANISASI 1. Subbagian Evaluasi Organisasi Subbagian Evaluasi

Lebih terperinci

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan Disajikan di Universitas Diponegoro, Semarang 8 November 2011 Bagian Ketatalaksanaan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan Nasional 2011 20/07/2017

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (86) LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/SK/MENKES/V/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata

Lebih terperinci

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan karena kekuasaan-nya pulalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan pada Acara Kunjungan Kerja Menpan-RB di Provinsi Banten 20 Januari 2012

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Perjanjian kinerja atau yang pada beberapa waktu lalu disebut dengan Penetapak kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh para

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2011 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2012 i KATA PENGANTAR LAKIP LAN 2011 KATA PENGANTAR Rentang dua tahun pertama pelaksanaan Rencana Strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4. No.1, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pegawai. Pola Karir. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2013-2014 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Lampiran 2 Kode Program/ Kegiatan Outcome/ Output Indikator kinerja (IKU/ IKK) 06 Program Penyelenggaraan Manajemen Negara A Deputi Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2011 Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc. Restrukturisasi/Penataan Tugas Unit Kerja di LAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2011 Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc. Restrukturisasi/Penataan Tugas Unit Kerja di LAN REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR Reformasi Birokrasi yang diselenggarakan LAN maupun instansi pemerintah lainnya memerlukan pemenuhan beberapa prasyarat sebagai langkah awal guna mewujudkan tujuan reformasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KABUPATEN BLITAR NOMOR : 050/08/ /2017 TENTANG

KEPUTUSAN KABUPATEN BLITAR NOMOR : 050/08/ /2017 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SDM Jl. WR. Supratman N0. 13 Telp. (0342) 806135 Fax. 808478 E-mail : bkd@blitarkab.go.id B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAN

Lebih terperinci

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Nomor : 05 Tahun 2008 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAG UMUM SUB BAG PERENCANAAN DAN KEPEGAWAIAN SUB BAG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. No.726, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD Identifikasi permasalahan dilakukan untuk melihat kompleksitas permasalahan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana OUTLINE GRAND DESIGN DAN ROAD MAP REFORMASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS ASESMEN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

Penyelengaraan akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh

Penyelengaraan akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelengaraan akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah kepada publik atau

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKERETARIAT NEGARA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI Lampiran II Peraturan Menpan dan RB No. 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Adi Suryanto, M.Si

Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Adi Suryanto, M.Si PERJANJIAN KINERJA KATA PENGANTAR Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014

Lebih terperinci

STANDAR 4 SUMBER DAYA MANUSIA

STANDAR 4 SUMBER DAYA MANUSIA 34 STANDAR 4 SUMBER DAYA MANUSIA a. Sumber Daya Manusia Tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen tetap Prodi MSDM sepenuhnya mengacu pada Peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri No 14

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 INDIKATOR

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 INDIKATOR MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA LAN SASARAN Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1805, 2014 KEMENPAN RB. Analis Keuangan. Pusat. Daerah. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI BAB II GAMBARAN PELAYANAN BIRO ORGANISASI II.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Biro Organisasi Tugas dan Fungsi pada Biro Organisasi berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN. Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN. Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan 6 BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, merupakan Instansi Pemerintah Daerah Lamongan yang

Lebih terperinci

LKIP Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Magetan tahun Bab I Pendahuluan

LKIP Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Magetan tahun Bab I Pendahuluan LKIP Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Magetan tahun 2016 Bab I Pendahuluan LKIP Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Magetan tahun 2016 Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan Daftar Isi Kata Pengantar Daftar

Lebih terperinci