BOKS PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BOKS PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 BOKS PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH Pengembangan UMKM melalui klaster merupakan pendekatan yang sudah mengglobal dilakukan di beberapa sentra industri di Indonesia. Namun masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif atau dormant (90%). Bank Indonesia memang perlu untuk turut mengembangkan klaster sebagai upaya percepatan pertumbuhan sektor riil bagi UMKM melalui Pilot Project Klaster. Dari pelaksanaan Pilot Project tersebut diharapkan diperoleh model klaster untuk selanjutnya dapat direplikasikan ke klaster di wilayah lain Untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan melalui program inisiatif Percepatan Pengembangan Sektor Riil, Kantor Bank Indonesia Semarang turut berpartisipasi dalam proyek klaster mebel rotan di Kecamatan Gatak, Sukohardjo. Pelaksanaan program inisiatif Percepatan Pengembangan Sektor Riil melalui Pilot Project klaster mebel rotan tersebut didasari oleh fakta yang menunjukkan belum optimalnya realisasi pertumbuhan kredit perbankan baik secara nasional maupun regional selama tahun Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan melalui percepatan sektor riil, KBI Semarang bersama empat Kantor Bank Indonesia lain (Me, Bandung, Surabaya, Mataram) satu wilayah di Jakarta (Banten) melaksanakan program kerja inisiatif dimaksud. Di wilayah Jawa Tengah, KBI Semarang telah melakukan kesepakatan dengan GTZ RED sebagai lembaga yang telah melaksanakan Proyek Pengembangan Ekonomi Wilayah di Subosukawonosraten. Kerjasama tersebut dilakukan berdasarkan kemitraan kontribusi bersama dalam berbagai kegiatan Bantuan Teknis dengan sasaran UMKM yang bergerak dalam sektor mebel rotan di wilayah Trangsan, Sukoharjo. Melalui kegiatan Bantuan Teknis tersebut, diharapkan tujuan Pengembangan Ekonomi Wilayah maupun Percepatan Pengembangan Sektor Riil dapat tercapai, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan aktivitas perekonomian. Usaha mebel merupakan salah satu usaha potensial di wilayah Surakarta. Industri mebel di wilayah ini melibatkan 216 eksportir serta menyerap tenaga kerja sebesar kurang lebih orang. Dengan output kurang lebih 690 kontainer 40 FT/bulan, industri ini mencatat nilai ekspor sebesar Rp. 841,23 miliar. Sementara subsektor mebel rotan - yang mayoritas produsennya berada di klaster mebel rotan Desa PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 54

2 Trangsan Sukoharjo merupakan salah satu komoditas ekspor utama bagi Kabupaten Sukoharjo setelah tekstil produk tekstil. Industri mebel rotan saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang diakibatkan dari aya perubahan kebijakan pemerintah terkait dengan ekspor rotan mentah ke luar negeri, sistem distribusi bahan baku rotan dalam negeri yang terpengaruh kebijakan tersebut, serta semakin ketatnya persaingan di pasar mebel rotan dunia, terutama persaingan dengan Cina Vietnam. Meskipun masa depannya terlihat tidak menentu, namun sebagian besar pembeli internasional masih merasa optimis terhadap mebel rotan Indonesia, yang mereka anggap masih memiliki prospek cukup bagus di beberapa pasar seperti Eropa, Jepang Australia. Dari hasil diskusi terbatas serangkaian wawancara yang dilakukan terhadap para pelaku usaha di sektor mebel ekspor mebel rotan di wilayah Surakarta (termasuk di dalamnya klaster mebel rotan di Trangsan, Sukoharjo) dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan utama industri mebel rotan di wilayah ini yaitu: Kelangsungan pasokan bahan baku rotan. Hal ini terkait dengan dampak dari Permendag 12/2005 yang memperbolehkan ekspor bahan baku rotan ke luar negeri, telah menyebabkan terhambatnya distribusi bahan baku di dalam negeri. Masih banyaknya peraturan/kebijakan yang dirasakan menghambat industri mebel rotan (misalnya, Terminal Handling Cost, berbagai pungutan ekspor, dsb). Kesenjangan kualitas SDM yang berpengaruh pada kualitas waktu pengiriman. Disamping itu kesadaran para produsen terhadap kompetisi di pasar global juga relatif masih lemah. Rendahnya produktivitas dibandingkan beberapa negara pesaing (Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia Thailand). Sebagian besar proses produksi tata letak produksi masih berbentuk home industry dengan tata letak produksi yang tradisional, serta belum mempertimbangkan aspek efisiensi kontrol kualitas. Kesenjangan pengetahuan tentang hubungan dengan pasar internasional (misal, pemahaman tentang tren kebutuhan pasar, pemahaman kontrak, negosiasi, penangangan komplain dari pembeli serta sistem pembayaran ekspor). Rendahnya inovasi desain produk. Banyak pembeli menyatakan tentang sulitnya menemukan produk-produk dengan desain baru. Di samping itu partisipasi dari univesitas serta lembaga-lembaga pendidikan terkait dalam mendukung proses inovasi masih sangat terbatas. Melihat berbagai permasalahan yang masih dihadapi oleh sub sektor mebel rotan, dengan melihat penurunan daya saing yang dimiliki oleh sub-sektor mebel ini khususnya di pasar ekspor, maka Program red dari GTZ bekerjasama dengan KBI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 55

3 Semarang melaksanakan kegiatan pendampingan/bantuan teknis dengan mengaplikasikan pendekatan value chain di klaster mebel rotan Trangsan, Sukoharjo. Meskipun telah diimplementasikan secara luas di Indonesia, pendekatan klaster masih menjadi perdebatan baik di kalangan akademisi maupun pelaku dunia usaha. Sebagian besar stakeholder mengartikan klaster sebagai sentra. Sentra di Indonesia diartikan memiliki kesamaan dengan definisi klaster. Pendekatan klaster sebagian besar hanya mempertimbangkan sisi produksi semata, dimana seluruh permasalahan peluang hanya dilihat dari sisi pang produsen. Sehingga pada tataran implementasinya banyak upaya dukungan UMKM melalui pendekatan klaster hanya menciptakan solusi-solusi parsial. Pada kenyataannya di dalam sebuah klaster terdapat mata rantai nilai (value chain) yang selama ini secara tidak langsung menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas bisnis sehari-hari produsen di sebuah klaster. Value chain didefinisikan sebagai sebuah rangkaian proses produktif mulai dari penyedia input dari suatu produk, produksi, pemasaran distribusi hingga ke konsumen akhir. Pendekatan ini secara sistematis memperhitungkan keseluruhan tahapan dari proses produksi. Juga analisis dari berbagai keterkaitan aliran informasi sepanjang rantai nilai. Pendekatan ini juga memberikan analisa terhadap mata rantai yang melalui lintas batas daerah bahkan antar negara, memperhitungkan pula kebutuhan pembeli standar-standar internasional, serta memungkinkan aya benchmarking secara internasional (Ritcher, 2005). Value chain secara umum terdiri dari tiga atau lebih pelaku, mulai dari produsen, pengolahan, distributor, para perantara penjualan, pembeli besar, pembeli retail hingga akhirnya sampai ke konsumen. Para pelaku/mitra dalam mata rantai nilai disini saling bekerjasama untuk menentukan tujuan bersama, saling berbagi resiko manfaat, serta melakukan investasi baik dalam hal waktu, tenaga sumberdaya yang ada untuk meningkatkan hubungan kerja di antara mereka. Penerapan pendekatan value chain dalam konteks klaster industri akan menciptakan keterkaitan integrasi yang lebih kuat di antara para pelaku untuk memperkuat klaster itu sendiri, meningkatkan daya saing dari sub-sektor yang bersangkutan. Melalui pendekatan value chain, sektor atau sub sektor potensial dapat dilihat sebagai sebuah rangkaian dari proses produktif (fungsi-fungsi). Kemampuannya untuk menciptakan keterkaitan. Nilai lebih dari pendekatan value chain adalah, kemampuannya untuk menciptakan keterkaitan institusional koordinasi di antara pemasok, produsen, pedagang distributor. Bagi ekonomi lokal wilayah, pendekatan value chain juga dapat dijadikan sebagai model yang menciptakan keterkaitan aktif antar pelaku dalam mata rantai suatu sektor/sub-sektor unggulan, PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 56

4 serta dengan institusi stakeholder terkait lainnya guna penguatan daya saing sektor/seub-sektor yang bersangkutan. Gambar 1. Pendekatan value chain untuk mendukung UMKM Mitra kelompok sasaran klaster adalah Asosiasi Produsen Mebel Handicraft (ASMINDO Komda Surakarta) Produsen mebel rotan di klaster Desa Trangsan, Sukoharjo. Tujuan program klaster agar UMKM di klaster mebel rotan dapat meningkatkan daya saingnya melalui penguatan value chain serangkaian strategi penguatan penciptaan layanan usaha bagi UMKM. Segkan Output yang diharapkan antara lain adalah : Terdapat 5 perusahaan menciptakan produk baru ditawarkan ke pasar ekspor melalui kegiatan pameran. Telaksananya 3 kegiatan pelatihan untuk mendukung UMKM di klaster rotan, meliputi pelatihan CEFE (Competency based Economic Formation of Enterprises) untuk Bisnis Start Up Improving Business Manajemen Produktivitas Kualitas. Tersedianya rencana pemasaran (marketing plan) untuk klaster Tersedianya publikasi kegiatan dukungan UMKM di klaster rotan berupa Pameran Business Gathering. Hasil yang ingin dicapai dari berbagai kegiatan tersebut adalah produktivitas kualitas untuk menciptakan volume ekspor sebagai dampak dari kepuasan konsumen, kemudian produk baru hasil melalui penerapan manajemen desain dapat diterima oleh pasar. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 57

5 Kegiatan pelaksanaan bantuan teknis sampai dengan akhir Tahun akan dilakukan sebagaimana project planning matrix berikut ini. Project Planning Matrix (PPM) GTZ red dengan KBI Semarang Judul kerjasama : Pengembangan Klaster UMKM melalui Pendekatan Value Chain Tujuan utama: Peningkatan daya saing UMKM di klaster melalui penguatan mata rantai nilai serta hubungan antar para pelaku dalam mata rantai nilai tersebut Durasi proyek : Mei Desember (8 bulan) Strategi melalui pemberian Bantuan Teknis berupa, Pembinaan, Business Gathering, Pameran, Publikasi, Workshop Tujuan Indikator Aktivitas Waktu Metodologi Menciptakan Lapangan Kerja melalui Usaha Baru Dari waktu ke waktu meningkatkan ketrampilan UMKM secara spesifik kapasitas para desainer lokal perusahaan dalam melakukan inovasi produk. Menyediakan jasa pelayanan yang spesifik guna meningkatkan daya saing Ketrampilan wirausaha para pelaku ekonomi meningkat kinerja keseluruhan membaik kinerja UKM secara spesifik Paling tidak 1 prototipe lini produk baru berhasil dikembangkan/ diproduksi oleh perusahaan peserta pelatihan. Produk-produk /prototipe hasil keluaran rogram dipamerkan dalam pameran dagang/mebel pada tahun atau 2008, serta tersedianya ringkasan hasil analisis kepuasan calon pelanggan. Paling tidak terdapat 1 permintaan dari pembeli terhadap lini produk baru yg dikembangkan CEFE Start up (Competence Based Economic Formated Enterprise) CEFE BIC Pengembangan Desain Produk 21 Mei 8 Juni Agustus Juni Klasikal, Game Klasikal, Game kelas di lokasi perusahaan (coaching)pamer an produk hasil pelatihan Kelompok Sasaran Calon Pengusaha Pengusaha Pengusaha UMKM Desainer lokal (inhouse freelance) Universitas/in stitusi pendidikan/ vocational training PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 58

6 Tujuan Indikator Aktivitas Waktu Metodologi kapasitas UKM dalam aspek PPIC (plan production inventory control) pengetahuan ketrampilan UKM dalam penggunaan bahan baku finishing yang ramah lingkungan Menyediakan ruang dialog bagi para UKM untuk mengakses pasar sumber-sumber penaan Membuka pasar baru yang potensial bagi UKM mebel Menurunnya komplain dari pembeli sebesar 30 % Meningkatnya kepuasan pembeli terhadap kualitas produk sebesar 30 % Para peserta memperoleh pengetahuan mengenai bahan baku finishing yang ramah lingkungan 50% diantaranya mengimplementasik an ketrampilan yang diperoleh dari pelatihan dalam kerja harian mereka Paling tidak 100 UKM di sektor mebel hadir mendapatkan informasi mengenai peluang pasar, pameran yang inovatif serta produk-produk pembiayaan untuk UKM, serta 20% diantaranya menindaklanjuti melalui pembicaraan bisnis dengan para narasumber. Ketrampilan pemasaran UKM serta angka penjualan mereka meningkat 20 % Manajemen Produktivitas Peningkatan Kualitas Finishing Business Gathering dengan topik Penawaran Akses Pasar Ekspor, Pameran yang Inovatif Pembiayaan untuk UKM Industri Mebel Marketing Plan Agustus Agustus - Sept Agustus kelas di lokasi workshop (coaching kelas praktek Temu usaha Focus group discussion Kajian pasar Kelompok Sasaran Produsen furniture (skala kecilmenengah), BDS Providers Produsen furniture (skala kecilmenengah), SMK institusi pendidikan desain/ kayu Pengusaha di sektor mebel, BDS provider, Universitas, Perbankan, Asosiasi, Pers Industri mebel ekspor di wilayah Solo secara keseluruhan PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 59

7 Tujuan Indikator Aktivitas Waktu Metodologi Memperkenal kan, memasarkan produk inovatif berbasis desain. (tes pasar) Diseminasi program klaster UMKM melalui pendekatan value chain Fasilitasi dalam Pameran Produk Ekspor di Jakarta Publikasi program Paling tidak terdapat 5 permintaan dari pembeli terhadap lini produk baru yang dikembangkan. Tersedianya ringkasan hasil analisis masukan dari para pembeli terkait dengan produk-produk baru yang dipamerkan Terinformasikannya keseluruhan program (konsep, strategi, aktivitas hasil2 monitoringnya) kepada lembagalembaga terkait dengan UKM masyarakat luas. November Pameran produk furniture inovatif hasil pelatihan desain Penyusunan booklet program Kelompok Sasaran Pengusaha di sektor mebel ekspor yang ikut dalam pelatihan pengembang an desain Lembagalembaga terkait dengan pengembang an UKM masyarakat luas Mendorong terciptanya replikasi program oleh lembagalembaga lain. Paling tidak 1 lembaga bersedia menai program klaster UMKM melalui pendekatan value chain untuk tahun 2008 (untuk sektor di luar sektor mebel) Workshop Value chain November Presentasi, diskusi panel kelompok Pers, bankers, asosiasi, BUMN, universitas PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN II- 60

1. Fasilitasi Akses Pembiayaan Komoditas Sapi Potong di Kabupaten Grobogan

1. Fasilitasi Akses Pembiayaan Komoditas Sapi Potong di Kabupaten Grobogan B O KS : P RO G RA M F A S IL ITA S I P ERC EP A TA N P EM B ERD A Y A A N EKO N O M I D A ERA H (F P P ED ) D A N P EN G EM B A N G A N KL A S TER KB I S EM A RA N G I. PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan :

Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan : LATAR BELAKANG Gubernur BI pada Penutupan Forstra 2007 : Destination Statement BI tahun 2013 : Menjadi lembaga yang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, sebagai hasil dari penguatan integritas

Lebih terperinci

Keterkaitan ini bisa dalam bentuk kaitan dengan pembeli {forward linkage) dan

Keterkaitan ini bisa dalam bentuk kaitan dengan pembeli {forward linkage) dan 11 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini, pengembangan UMKM di Indonesia dengan menerapkan strategi klaster semakin banyak mendapat perhatian terutama untuk mendapatkan pola pengembangan sentra

Lebih terperinci

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

VII PENUTUP. (1) Pendirian TBBR di desa Trangsan Sukoharjo sangat dibutuhkan terutama oleh

VII PENUTUP. (1) Pendirian TBBR di desa Trangsan Sukoharjo sangat dibutuhkan terutama oleh VII PENUTUP 6.1. Kesimpulan (1) Pendirian TBBR di desa Trangsan Sukoharjo sangat dibutuhkan terutama oleh pengrajin karena dengan adanyatbbr diharapkan akan membantu mengatasi kelangkaan ketersediaan BBR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

POLA KERJASAMA REGIONAL PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH. DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

POLA KERJASAMA REGIONAL PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH. DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri POLA KERJASAMA REGIONAL UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH Disampaikan oleh DEDI MULYADI Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Pada RAKER Departemen Perindustrian Makassar, 25 28 Maret 2008

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM DI WILAYAH SURAKARTA

STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM DI WILAYAH SURAKARTA STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM DI WILAYAH SURAKARTA Disampaikan oleh: Ravik Karsidi Heru Irianto Dalam Diskusi Regional Kerjasama Bank Indonesia Solo dengan Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR Oleh : A. CANDRA WASONO PUTRO L2D 003 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara

Lebih terperinci

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

Proposal Usaha Kerajinan Rotan Proposal Usaha Kerajinan Rotan DISUSUN OLEH ASEP SOPYAN, SP.,M.Si Penata Tk.I Nip. 19650720 199303 1 007 No. Hp 081321782532 1 A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal dengan sumberdaya alamnya yang melimpah. Hal tersebut didukung dengan adanya sebagian besar penduduk Indonesia yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya.

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya. BOKS D PERAN SEKTOR KEUANGAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI BALII Pariwisata di Indonesia dalam dua dekade terakhir ini berkembang cukup pesat setelah melewati masa-masa berat pada tahun 1970-an. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini semakin tinggi, dimana persaingan antara perusahaan besar dan tidak terkecuali bagi usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, bisnis kian berfluktuasi dan persaingan bisnis semakin ketat. Fluktuasi bisnis ini disebabkan oleh ketidakpastian lingkungan bisnis dan stabilitas perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Industri mebel

Lebih terperinci

(Tisara DIDESATRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO. Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc

(Tisara DIDESATRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO. Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc KELAYAKAN TERMINAL BAHAN BAKU UNTUK PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DIDESATRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO Roos Kities Andada ri, SE., MBA, Ph.D Albe rt Kriestian NAN, SE, MM, Ph.D Linda Ariany Mahastanti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat 15 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan sejak adanya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat luas dan mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Solo, 26 Januari 2017 OUTLINE Latar Belakang Benchmarking Trading House di Luar Negeri

Lebih terperinci

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA Noneng Masitoh Irman Firmansyah Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Iindustri kerajinan bordir

Lebih terperinci

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun. BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002). I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan proyeksi pemerintah pada tahun 2004, berada pada kisaran angka 4,5%-5% (BPS, 2003). Harapan yang optimis ini dibarengi dengan kebijakan

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL Oleh : MARGONO KETUA APKJ Team penyusun : Legiman Arya Pendahuluan APKJ sebagai lembaga yang terlahir dari keinginan

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

Adanya Kegiatan Usaha

Adanya Kegiatan Usaha Seminar Nasional PERDAMAIAN BERKELANJUTAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA Membangun Sentra Baru bagi Pertumbuhan yang Menarik-Minat Sektor Swasta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Direktorat Pegembangan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

METODE HIBAH PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DP2M DIKTI

METODE HIBAH PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DP2M DIKTI METODE HIBAH PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DP2M DIKTI Disampaikan Oleh : DR. ROZA ELVYRA, M.Si Pelatihan Penulisan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat Hibah DP2M DIKTI Pendanaan Tahun 2016 LPPM Universitas

Lebih terperinci

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N TRANS LUXURY HOTEL, BANDUNG, 2 3 MEI 2017 ALILA HOTEL, SOLO, 8 9 MEI, 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri mebel merupakan hal yang penting bagi Indonesia karena selain memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa, juga menciptakan lapangan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN OLEH BANK UMUM DAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas akan di tandai dengan globalisasi sebagai akibat dari Liberalisme/Revormasi ekonomi yang didukung dengan majunya teknologi dan transportasi.

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti di Indonesia walaupun mengalami guncangan pada tahun 2015, tahun 2016 ini diproyeksikan bisa bertumbuh sekitar 6-7%. Menurut Eddy (2016), perwakilan

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN DESA WISATA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN ROTAN. impian, gagasan dan cita-cita untuk membangkitkan kembali semangat kehidupan

MENGEMBANGKAN DESA WISATA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN ROTAN. impian, gagasan dan cita-cita untuk membangkitkan kembali semangat kehidupan MENGEMBANGKAN DESA WISATA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN ROTAN impian, gagasan dan cita-cita untuk membangkitkan kembali semangat kehidupan PROFIL DESA TRANGSAN 1 Nama Desa Trangsan, Kec. Gatak, Kab. Sukoharjo

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik karena banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian, maupun karena kontribusinya yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini menunjukan perubahan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan)

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Program Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya di Daerah Asal Kerjasama: Badan Nasional Penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam arti terdapat sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ABSTRAK PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Edy Suandi Hamid Rektor Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh dinamika perekonomian

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh Danareksa

Lebih terperinci

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan European Union Potensi rotan ramah lingkungan Manfaat rotan ramah lingkungan Solo, (Provinsi Jawa Tengah) Surabaya (Provinsi Jawa Timur) SNV menyadari besarnya kebutuhan akan produk rotan Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dimulai dari sektor perbankan pada tahun 1991 dengan pendirian

Lebih terperinci

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM Jumlah usaha mikro dan kecil di Indonesia relatif sangat banyak (lebih dari 42 juta unit), sedang pada sisi

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Agribisnis adalah segala bentuk kegiatan bisnis yang berkaitan dengan usaha tani (kegiatan pertanian) sampai dengan pemasaran komoditi

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP)

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 5.1 Strategi Pemberdayaan Program Small and Medium Enterprie Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya adalah rotan. Keberadaan bahan baku rotan di dunia tidak kurang dari 80% berada di indonesia.

Lebih terperinci