BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting akutaria, klaim, dan reasuransi retrosesi. Penjaminan (underwriting) adalah Proses penaksiran/penilaian dan penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/ memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari segi keuangan. Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di asuransikan atau yang jatuh tempo. Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada perusahaan reasuransi lain. Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-

2 an. Dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Dengan adanya deregulasi dan Undang-Undang tersebut pemerintah memberikan kemudahan dalam hal perijinan, yang tujuannya adalah untuk memacu tumbuhnya perusahaanperusahaan baru, pada gilirannya akan meningkatkan hasil produksi/premi nasional. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat. Laporan Research and Markets, bertajuk Indonesia Insurance Report Q yang dikeluarkan awal Juli 2009 lalu menyebut, industri asuransi Indonesia tumbuh 43% tahun lalu. Lembaga riset yang berpusat di Dublin Irlandia ini menyebutkan, total premi asuransi di Indonesia tahun 2008 mencapai Rp 78,267 triliun. Diantaranya berasal dari asuransi jiwa Rp 54,400 triliun dan premi non jiwa Rp 23,867 triliun. Mereka memperkirakan pada 2013 nanti premi asuransi jiwa mencapai Rp 134,207 triliun sedang non jiwa Rp 29,109 triliun. Research and Markets memperkirakan tahun ini premi non jiwa akan meningkat lebih drastis meski perekonomian melambat. Lonjakan premi antara lain datang dari asuransi kendaraan, baik yang sukarela ataupun wajib karena dalam masa kredit. ( 23 juli 2009). Saat ini, kekuatan permodalan dalam perusahaan asuransi merupakan faktor penting, faktor kecukupan modal pada industri asuransi dikenal sebagai

3 Risk Based Capital (RBC). Risk Based Capital (RBC) menjadi acuan yang tak dapat ditawar. Oleh karena itu Departemen Keuangan menetapkan perusahaan asuransi di Indonesia saat ini wajib memiliki Risk Based Capital (RBC) minimal 120 persen ( Risk Based Capital (RBC) merupakan rasio kecukupan modal terhadap resiko yang ditanggung dan menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kesehatan perusahaan asuransi, khususnya yang terkait dengan solvabilitas atau kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajibannya. Risk Based Capital (RBC) diperoleh dari hasil membandingkan selisih kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban dengan batas minimum tingkat solvensi. Faktor yang lain yang perlu diperhatikan adalah profitabilitas, likuiditas, stabilitas premi, dan teknis. Berdasarkan sumber dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia pada saat ini ada 8 perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) (lihat tabel 1.1). Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) adalah status yang dikenakan sebelum sebuah perusahaan yang bersangkutan benar-benar ditutup pemerintah. Hal tersebut dikarenakan perusahaan asuransi tidak memenuhi Risk Based Capital (RBC) yang telah ditetapkan pemerintah. Berikut ini tabel perusahaan-perusahaan asuransi yang dikenakan status Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU).

4 Tabel 1.1 Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) Perusahaan Asuransi Yang Dikenakan Pembatasan Kegiatan Usaha No (PKU) 1 PT Asuransi Prima Perkasa Internasional 2 PT Anugerah General Insurance 3 PT Asuransi Anugerah Bersama 4 Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia 5 PT Asuransi Jiwa Buana Putera 6 PT Asuransi Jiwa Elite 7 PT Asuransi Jiwa Mukjizat Utama 8 PT Asuransi Jiwa NussaLife Financial Sumber : diakses tanggal 16 Februari 2010 (Oleh Peneliti) Risk Based Capital (RBC) diperlukan bagi perusahaan asuransi nasional guna mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dan sebagai pegangan bagi para nasabah untuk menganalisa apakah perusahaan itu cukup punya modal atau tidak jika seorang membeli polisnya atau ikut melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan asuransi, sebagaimana dilakukan terhadap lembaga-lembaga keuangan lainnya seperti bank sangat perlu dilakukan. Dalam prakteknya, pemeriksaan untuk pengawasan rutin yang seharusnya selalu dapat dilaksanakan secara berkala sulit dipenuhi di setiap negara karena keterbatasan dana dan tenaga pada instansi pembina dan pengawasan perusahaan asuransi sehingga harus dibuat skala perioritas untuk menentukan perusahaan asuransi yang akan diperiksa. Skala perioritas tersebut ditentukan oleh tingkat kinerja keuangan perusahaan asuransi dengan ukuran yang dipakai di masing-masing negara. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini terdapat

5 perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit dari perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Sistem Early Warning System (EWS) merupakan tolak ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Perhitungan sistem Early Warning System (EWS) digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Satria, 1994:5). Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio keuangan. Early Warning System (EWS), kemudian hasil analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) dibandingkan dengan suatu standar atau tolak ukur tertentu. Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur rasio keuangan Early Warning System (EWS) perusahaan asuransi, yaitu tolak ukur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Menurut data hasil olahan Lembaga Manajemen FEUI, data laba industri asuransi umum meningkat 24,23 persen dari Rp 1,58 triliun pada Desember 2006 menjadi Rp 1,96 triliun pada Desember Sedangkan laba industri asuransi jiwa tumbuh 20,85 persen dari Rp 2,34 triliun pada Desember 2006 menjadi Rp 2,83 triliun pada Desember 2007.

6 Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka peneliti ingin mengukur kinerja keuangan dengan mempergunakan rasio keuangan Early Warning System (EWS) pada PT. Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian, dimana masing- masing perusahaan asuransi tersebut memiliki Risk Based Capital (RBC) tertinggi dan terendah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka judul dalam penelitian ini adalah : Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) ). B. Perumusan Masalah Suatu masalah dapat timbul dikarenakan adanya hambatan, rintangan ataupun tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah Bagaimana kinerja keuangan pada Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ) yaitu PT. Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk selama tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009 berdasarkan tolak ukur rasio Early Warning System (EWS). C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang

7 telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Early warning Sytem (EWS) adalah tolak ukur perhitungan dari The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Manfaat dari Early Warning System (EWS) adalah membantu mengidentifikasi masalah dalam perusahaan asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan dan perbaikan dapat segera dilakukan. Perhitungan sistem Early Warning System (EWS) digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan (Satria,1994:5). Kinerja keuangan perusahaan asuransi dapat diketahui mengalami peningkatan ataupun mengalami penurunan dari hasil analisis rasio keuangan. Alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat melihat antara rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, profitabiltas, dan rasio teknis). Rasio-rasio tersebut mempunyai kemampuan pembeda yang paling tinggi dalam mengelompokkan perusahaan, apakah perusahaan masuk kedalam kelompok sehat atau kelompok kurang sehat. Secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.1. dibawah ini:

8 Rasio rasio Keuangan Early Warning System (EWS) : 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Teknis Kinerja Keuangan Baik Kinerja Keuangan Buruk Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Satria (1994:5) Selain beberapa rasio keuangan Early Warning System (EWS), pemerintah Indonesia menerapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi yakni setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki modal minimum sebesar Rp , (seratus milyar rupiah ) berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 Pasal 6, dan setiap perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling banyak 300 % (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424 /KMK.06/ 2003 pasal 35. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk selama periode tahun 2006, 2007, 2008, dan Manfaat Penelitian Manfaat peneliti melakukan penelitian pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk, adalah :

9 a. Bagi perusahaan PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk, sebagai bahan masukan dan menjadikan suatu perbandingan dalam melihat kinerja keuangan perusahaan. b. Bagi peneliti, akan memberikan kontribusi bagi pemikiran peneliti dalam memperluas cakrawala berfikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya dalam analisis rasio keuangan. c. Bagi pihak lain, sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada masa yang akan datang. E. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan berdasarkan Early Warning Sysyem (EWS) pada PT.Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk berdasarkan laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun Definisi Operasional Variabel Kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dapat diketahui dengan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas atau liquidity ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi likuid atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:71):

10 Rasio Likuiditas = b. Rasio Solvabilitas dan Umum (Solvency and overall ratios) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan asuransi kerugian dalam mendukung kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko yang telah dilakukan. Rasio Batas Solvabilitas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:67): Rasio Batas Solvabilitas = c. Ratio Teknis (Technical Ratio) Cadangan teknis terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim. Rasio ini dapat mengukur secara kasar tingkat kecukupan cadangan yang diperlukan dalam menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan resiko. Rasio Cadangan Teknis dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:74) : Rasio Cadangan Teknis = 3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT.Asuransi Multi Guna Darma, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana, Tbk (Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) ). b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2010.

11 4. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian, untuk membantu memecahkan masalah yaitu dengan data sekunder. Data Sekunder yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti mendapatkan data sekunder dari buku-buku, majalah, hasil karangan, dan informasi dari internet. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data pendukung berupa literature, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti. 6. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif yang digunakan oleh peneliti adalah menghitung rasio rasio keuangan berdasarkan Early Warning System (EWS) dan tolak ukur yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. b. Metode Analisis Kuantitatif Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Metode analisis kuantitatif yang dipakai dalam penelitian skripsi, yaitu :

12 1) Metode Analisis Vertikal Merupakan analisis data yang membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industry yang sama. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio Early Warning System. Berdasarkan acuan dari penelitian salustra satria terhadap perushaan asuransi di Indonesia, alat-alat rasio untuk mengukur kinerja keuangan menggunakan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Adapun alat alat analisis rasio Early Warning System (EWS) yang digunakan adalah, sebagai berikut : a) Rasio Likuiditas b) Rasio Solvabilitas dan umum c) Rasio Cadangan Teknis Asumsi: Hasil analisis menggunakan rasio Early Warning System (EWS) akan dibandingkan dengan menggunakan tolok ukur rasio Early Warning System (EWS) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Tolak ukur dari masing-masing rasio adalah sebagai berikut Tabel 1.2 Tolak Ukur Rasio Early Warning System Batas Rasio Minimum a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 1,2 b. Rasio Batas Solvabilitas (Solvency Margin 1,2 Ratio) c. Rasio Cadangan Teknis 0,4 Batas Maksimum Sumber : Satria (1994:97)

13 Selain beberapa rasio di atas, pemerintah Indonesia menerapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi yakni setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus memiliki modal minimum sebesar Rp ,(seratus milyar rupiah ) berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.63 Tahun 1999 pasal 6, dan setiap perusahaan asuransi hanya dapat memiliki Premi Netto paling banyak 300% (tiga ratus peratus) dari modal sendiri periode berjalan berdasarkan keputusan menteri keuangan Republik Indonesia No. 424 /KMK.06/ 2003 Pasal 35. Rasio likuiditas memiliki tingkat batas minimum 120% (seratus dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi memiliki rasio likuditas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya. Rasio solvabilitas memiliki tingkat batas minimum 120% (seratus dua puluh per seratus) yaitu 1,2. Jika perusahaan asuransi memiliki rasio solvabilitas lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya. Rasio cadangan teknis memiliki tingkat batas minimum 40% (empat puluh per seratus) yaitu 0.4. Jika perusahaan asuransi memiliki lebih dari 120 %, perusahaan tersebut memiliki kondisi/ kesehatan keuangan perusahaan yang baik begitu sebaliknya.

14 2) Metode Analisis Horizontal/ Trend Analysis Metode analisis yang membandingkan kegiatan usaha suatu perusahaan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada periodeperiode sebelumnya. Sehingga dapat terlihat perkembangan dari kinerja keuangan PT Asuransi Multi Artha Guna, Tbk dan PT. Asuransi Ramayana dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dengan bank yaitu perusahaan investasi yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Selama lima tahun belakangan yaitu tahun 2011 hingga 2015, aset industri

BAB I PENDAHULUAN. baik. Selama lima tahun belakangan yaitu tahun 2011 hingga 2015, aset industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan asuransi di Indonesia menunjukkan angka kemajuan yang baik. Selama lima tahun belakangan yaitu tahun 2011 hingga 2015, aset industri asuransi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri perusahaan asuransi di Indonesia sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh masyarakat setiap saat, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat, perusahaan asuransi dituntut untuk profesional dalam pengelolaannya. Salah satu tuntutannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya perlindungan dari berbagai risiko, dapat menimbulkan kerugian financial

BAB I PENDAHULUAN. upaya perlindungan dari berbagai risiko, dapat menimbulkan kerugian financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri asuransi berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran industri asuransi merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going concern. Going concern, adalah suatu keadaan dimana perusahaan dapat tetap beroperasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri asuransi syariah di Indonesia pada lima tahun terakhir terindikasi mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System 58 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang memberikan jasa perlindungan kepada masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Pada sub bab ini peneliti terduhulu yang sudah melakukan penelitian adalah: 1. Kirmizi dan Susi Surya Agus, 2011 Peneliti ini mengambil judul Pengaruh Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut William G. Zikmun, et al (2009:118) mengenai variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang memiliki variasi nilai atau yang merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era sekarang, industri asuransi merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Peneltian pertama yang dilakukan oleh Karuniawati (2007) dengan objek penelitian yang dilakukan pada PT. Asuransi Jiwasraya. Hasil penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 3, Desembers 2012, Hlm. 239-245 PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya ekonomi dan teknologi yang sangat pesat, hal ini memungkinkan datangnya resiko besar pula yang

Lebih terperinci

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Kehadiran industri asuransi merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan lagi pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri tersebut merupakan hal yang rasional dan tidak terelakan pada situasi sekarang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam hukum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Asuransi a. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa inggris insurance, yang berarti pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bisnis yang memberikan layanan jasa kepada para. pelanggannya. Sebagaimana bisnis lainnya yang bergerak dalam insdustri

BAB I PENDAHULUAN. satu bisnis yang memberikan layanan jasa kepada para. pelanggannya. Sebagaimana bisnis lainnya yang bergerak dalam insdustri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi merupakan salah satu bidang jasa yang dilakukan dalam mengantisipasi masalah gejolak sosial dan ekonomi yang tidak pasti. Jenis perusahaan asuransi

Lebih terperinci

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN RISK BASED CAPITAL UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI (Studi pada PT. Asei 20112013) Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pola kehidupan manusia yang semakin maju pada saat ini akan mempengaruhi risiko yang akan terjadi pada kehidupan manusia itu sendiri. Risiko-risiko

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Perusahaan Asuransi Istilah asuransi mengacu pada pertanggungan atau perlindungan finansial yang terkait dengan pergantian kerugian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang menjadikan perekonomian negara tidak stabil. Akibat dari ketidakstabilan tersebut banyak perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 55 ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 ANALYSIS FINANCIAL PERFORMANCE BASED

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, salah satunya di bidang jasa yaitu usaha asuransi yang semakin berkembang. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masa yang akan datang. Perkembangan perusahaan asuransi di

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masa yang akan datang. Perkembangan perusahaan asuransi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tahun 2008, terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat. Ini berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage default).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan, gunanya untuk memproteksi usaha dari segala macam bentuk kecelakaan yang tidak diinginkan. Usaha asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Saat ini, jasa perasuransian semakin diperlukan baik oleh perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Saat ini, jasa perasuransian semakin diperlukan baik oleh perorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, jasa perasuransian semakin diperlukan baik oleh perorangan maupun oleh dunia usaha di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya berbagai risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (sumber : (sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (sumber :  (sumber : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang jasa dan dapat dijadikan sebagai salah satu pilar perekonomian di Indonesia,

Lebih terperinci

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 1, APRIL 2017; p-issn: e-issn:

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 1, APRIL 2017; p-issn: e-issn: JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 1, APRIL 2017; 15-32 ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN RISK BASED CAPITAL PADA PT. ASURANSI BINA DANA ARTA, Tbk Lili Sarce Joi Sapari Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012). 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, dimana landasan kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari nasabah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar ANALISIS PENGARUH RBC, RASIO UNDERWRITING, RASIO HASIL INVESTASI, RASIO PENERIMAAN PREMI, DAN RASIO BEBAN KLAIM TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI (Studi Kasus Pada 9 Perusahaan Asuransi Kerugian Yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia, menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi baik oleh perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Early Warning System Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1992

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1992 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Teoritis 2. 1. 1. Usaha Perasuransian Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Pasal 1 Ayat 1 1992 adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi payung untuk mengantisipasi krisis keuangan, karena dana asuransi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan asuransi saat ini sangat pesat. Sampai tahun 2013 jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 perusahaan, untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham (Studi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Asuransi Bumiputera sebagai perusahaan asuransi pelopor di Indonesia, yang keberadaannya masih berada di tingkat tertinggi dalam dunia perasuransian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) didirikan sebagai realisasi komitmen Pemerintah untuk mengembangkan ekspor non migas nasional.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa keuangan merupakan salah satu komponen yang ada didalam sistem perekonomian Indonesia. Industri jasa keuangan terdiri dari berbagai lembaga seperti:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaannya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat, khususnya di bidang ekonomi sangat berpengaruh pada

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RASIO KEUANGAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan kehadiran industriindustri baru, yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Solvabilitas Seperti dijelaskan dalam Bab III sebelumnya, bahwa setiap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN ASURANSI JASA DALAM MENILAI KINERJA OPERASIONAL USAHA SECARA PERIODIK

ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN ASURANSI JASA DALAM MENILAI KINERJA OPERASIONAL USAHA SECARA PERIODIK Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.20, No.1 Januari 2016, hlm. 50 62 Terakreditasi SK. No. 040/P/2014 http://jurkubank.wordpress.com ANALISIS TATA KELOLA KEUANGAN ASURANSI JASA DALAM MENILAI KINERJA OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia pada masa sekarang ini karena setiap aspek kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong keberlangsungan globalisasi dunia dengan cepat dan dinamis. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong keberlangsungan globalisasi dunia dengan cepat dan dinamis. Keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan tekhnologi, komunikasi dan informasi pada saat ini telah mendorong keberlangsungan globalisasi dunia dengan cepat dan dinamis. Keadaan tersebut membawa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemenuhan dana sebuah perusahaan dapat berasal dari sumber dana internal ataupun dari sumber dana eksternal perusahaan. Sumber dana internal perusahaan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan kinerjanya. Perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan kinerjanya. Perkembangan ilmu pengetahuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dituntut untuk senantiasa meningkatkan produktivitas, kualitas produk yang dihasilkan, efisiensi dan yang paling penting inovasi untuk dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga intermediasi secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu lembaga depositori, lembaga intermediasi investasi, dan lembaga intermediasi yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya.

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan sektor ekonomi syariah di Indonesia berkembang pesat. Tidak hanya pertumbuhan positif yang ditunjukkan oleh perbankan syariah, hal itu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG Maria Indah Agustina Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Asuransi merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE 2008-2012 SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat- syarat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada saat ini kemajuan teknologi didalam dunia usaha khususnya di Indonesia sangatlah berkembang. Maka dari itu dilihat dari sisi perusahaan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Signaling Theory (Teori Sinyal) Bagi investor atau calon investor informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi saham sangat rentan terhadap situasi politik dan ekonomi. Bursa saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Tingkat Solvabilitas Untuk menghitung rasio RBC (Risk Base Capital) untuk setiap triwulannya maka terlebih dahulu kita harus menghitung besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaaan harus mengadakan efisiensi di berbagai bidang, terutama. manajer keuangan untuk mencari sumber dana yang murah dan

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaaan harus mengadakan efisiensi di berbagai bidang, terutama. manajer keuangan untuk mencari sumber dana yang murah dan 0 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dimana persaingan perusahaaan tidak hanya berasal dari dalam negeri, tapi juga dari industry internasional. Oleh karena itu perusahaaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei 2011 merupakan tonggak sejarah dimana secara resmi PT Sampoerna Investama

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Perputaran total aktiva pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 adalah : a. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk yang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan : 1. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perusahaan adalah organisasi yang melakukan suatu kegiatan usaha dan memiliki tujuan untuk mendapatkan laba. Perusahaan memerlukan perencanaan yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-104/BL/2006 TENTANG PRODUK UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aspek kehidupan manusia yang menjadi kepentingan tidaklah selalu berada dalam keadaan aman, namun seringkali dikelilingi oleh berbagai macam bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan adanya sebuah bank. perekonomian mendapatkan manfaat berupa

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan adanya sebuah bank. perekonomian mendapatkan manfaat berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian secara keseluruhan dimana akan memperoleh manfaat keberadaan adanya sebuah bank. perekonomian mendapatkan manfaat berupa mekanisme adanya alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

PENGARUH EARLY WARNING SYSTEM (EWS) DAN RISK BASED CAPITAL (RBC) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT. ASURANSI RAMAYANA, TBK

PENGARUH EARLY WARNING SYSTEM (EWS) DAN RISK BASED CAPITAL (RBC) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA PT. ASURANSI RAMAYANA, TBK Name Amalia Nurul Hiday Nama : Merrienda Utami NPM Npm : 24212552 20212684 Major Pembimbing : Dr. Accounting Armaini Akhirson, SE., MMA Advisor : Dr. Misdiyono PENGARUH EARLY WARNING SYSTEM (EWS) DAN RISK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari. pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian negara Indonesia tidak lepas dari pengaruh peran perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dan berada pada peringkat ke-13 terbesar di dunia. Selain itu Indonesia juga berada pada peringkat ke-2

Lebih terperinci