ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG Maria Indah Agustina Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan/financial loss, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya/fortuitious event. Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat mengetahuinya melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi-laba (income statement), khususnya pada perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio Early Warning System pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan yang terkandung di dalamnya berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting. Perhitungan Early Warning System digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi. Di samping itu, sistem ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasional perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Kata Kunci : Analisis, Kinerja Keuangan, Early Warning System. PENDAHULUAN Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan/financial loss, yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya/fortuitious event. Perusahaan asuransi menghimpun dana yang cukup besar dimana dana tersebut merupakan pengelolaan keuangan yang mendasar dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan dari dana inilah digunakan untuk seluruh kegiatan operasional perusahaan asuransi seperti pendapatan premi, beban klaim, maupun penawaran surat berharga perusahaan di pasar modal dilakukan. Selain untuk kegiatan operasional, pengelolaan keuangan juga merupakan salah satu faktor utama dalam penilaian performa 1

2 perusahaan. Baik atau tidaknya pengelolaan keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan hal diatas maka dirasakan sangat perlu untuk memperhatikan kinerja keuangan suatu perusahaan. Untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, kita dapat mengetahuinya melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca (balance sheet) dan laporan rugi-laba (income statement). Selain itu juga laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi bagi pemakainya untuk pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dari suatu perusahaan merupakan gambaran dari laporan keuangan sebuah perusahaan, karena di dalam laporan keuangan ini terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit dari perusahaan. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, khususnya perusahaan asuransi dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dibuat oleh The National Association of Insurance Commissioners (NAIC) atau yang dikenal dengan analisis rasio keuangan Early Warning System (EWS). Rasio pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan asuransi, dimana dengan perhitungan rasio ini kita dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan (financial performance) suatu perusahaan asuransi. LANDASAN TEORI Pengertian Asuransi Menurut Darmawi (2006:3), asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung, dimana penanggung menjamin pihak kepada tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil. Menurut Purba (2006:40), asuransi ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, karena sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2007:81), kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen keuangan. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis keuangan, yang selanjutnya dikatakan bahwa analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat sesuai prinsip akuntansi. Menurut Husnan (2007:68), kinerja keuangan adalah alat untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana seorang analisis keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara dua/lebih data keuangan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis yang hanya mengemukakan data laporan keuangan saja. 2

3 Pengertian Analisis Kinerja Keuangan Menurut Husnan (2007:70), diantara alat-alat analisis kinerja keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang yang dihadapi oleh perusahaan dibidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio pada dasarnya merupakan kejadian masa lalu, oleh karena itu faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang, akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha di masa yang akan datang. Untuk itu seorang analis dituntut agar dapat memberikan hasil analisis dan interprestasi yang baik dan cermat, sebab hasil analisis akan bermanfaat dalam menentukan kebijakan manajemen keuangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Menurut Munawir (2007:81), mengemukakan bahwa menganalisis kinerja keuangan memerlukan rasio keuangan yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Kinerja keuangan yang menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan, akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada analis tentang kondisi perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut mengalami perubahan setiap tahun. Pengertian Web Menurut Rianto (2007:2), web adalah fasilitas hypertext yang mampu menampilkan data berupa teks, gambar, suara, animasi dan multimedia lainnya, dimana diantara data-data tersebut saling terkait dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam membaca data tersebut dibutuhkan sebuah browser seperti internet eksplorer, netscape, opera ataupun mozila firefox. Pengertian Early Warning System Menurut Satria (2006:12), Early Warning System adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan bagi kinerja keuangan perusahaan asuransi yang bersangkutan. Menurut Munawir (2007:82), Early Warning System merupakan suatu sistem yang menghasilkan rasio-rasio keuangan dari perusahaan asuransi yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan dan bertujuan untuk untuk memudahkan melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. ANALISIS 1. Analisis Masalah Penelitian ini dilakukan pada. PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa asuransi dengan menyediakan berbagai jenis produk asuransi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang berdasarkan Early Warning System ditinjau dari rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting. Pada bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun 2008, 2009, dan Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan maka diperlukan analisis terhadap laporan keuangan. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System bertujuan agar dapat mengelola keuangan 3

4 dengan baik dan mengendalikan jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara lebih efektif. Dengan menganalisis laporan keuangan akan didapat seberapa besar kinerja keuangan yang dihasilkan telah memenuhi standar tingkat batas yang ditetapkan, sehingga hasil yang dicapai dapat menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi tersebut. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan dalam Bab I sebagai pedoman dalam analisis terhadap permasalahan pada laporan tugas akhir ini, penulis akan mencoba untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan masalah pokok yang dihadapi perusahaan adalah laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan cenderung tidak stabil. Perkembangan keuangan perusahaan yang mengalami penurunan secara signifikan ditambah dengan belum diterapkannya pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System, maka PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang hendaknya memerlukan perencanaan dan pengawasan terhadap permasalahan ini dan mengetahui sehat atau tidaknya perusahaan asuransi di setiap tahunnya. Permasalahan yang akan dibahas sesuai batasan masalah adalah membatasi analisis pada kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio keuangan yang terkandung didalamnya sesuai data yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan asuransi. Dalam melakukan analisa terhadap kinerja keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, maka penulis menggunakan laporan keuangan periode tiga tahun untuk menghitung nilai rasio keuangan, yang kesimpulannya akan menunjukkan perolehan tingkat batas sebagai perbandingan standar kesehatan perusahaan tersebut. 2. Analisis Rasio Keuangan Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan seberapa besar jumlah kewajiban yang mampu dipenuhi oleh perusahaan dari penggunaan seluruh kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.11/PMK.010/2011 mengenai kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), maka untuk menghitung jenis kekayaan tersebut sebelum dilakukan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1 Nilai Jenis Kekayaan Yang Diperkenankan (dalam Rupiah) Jenis Investasi Keterangan Deposito Sertifikat BI Penyertaan langsung Kas dan bank Non Piutang premi Investasi Piutang reasuransi Aktiva tetap Jumlah Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang 4

5 Selanjutnya setelah diketahui nilai dari jenis kekayaan yang diperkenankan untuk digunakan sebagai pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas, maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 3.2 sebagai berikut : Tabel 2. Nilai Rasio Likuiditas (dalam Rupiah) Keterangan Jumlah Kewajiban Total Kekayaan Yang Diperkenankan Rasio Likuiditas 52% 48% 50% Kelompok Sehat Sehat Sehat Sumber : Hasil Pengolahan dari PT. ACA Cabang Palembang Dari perhitungan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah kewajiban dan total kekayaan yang diperkenankan setiap tahun terjadi penurunan. Hasil perolehan terbesar jumlah kewajiban diraih pada tahun 2008 sebesar Rp ,00 sedangkan total kekayaan yang diperkenankan diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp ,-. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun 2008 adalah 52%, pada tahun 2009 adalah 48%, dan pada tahun 2010 adalah 50% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun dibawah 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok sehat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kewajiban perusahaan termasuk piutang premi dan piutang reasuransi tidak perlu dikhwatirkan lagi, karena besarnya aset yang dimiliki oleh PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada tahun menjadi kurang baik. Meskipun masih terdapat penurunan jumlah kewajiban, hal ini juga memicu keputusan perusahaan untuk mengurangi dana ke jumlah investasi. Jumlah investasi yang kurang memuaskan pada tahun 2009 sebesar Rp ,00 menjadi sebesar Rp ,00 pada tahun 2010 mengakibatkan kerugian dari tingkat keuntungan perusahaan. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio likuiditas dapat dilihat melalui Gambar 1 : 5

6 Rasio Likuiditas Tingkat Batas 53% 52% 51% 50% 49% 48% 47% 46% 52% 50% 48% Gambar 1. Grafik Rasio Likuiditas Berdasarkan gambar 1 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun dinyatakan sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian yang cukup serius atas hak penagihan atau piutang kepada tertanggung, agen dan reasuradur dapat teratasi/dimanage dengan cara seefisien mungkin. Misalnya dalam hal perusahaan memberikan diskon premi kepada tertanggung atau agen, maka diskon tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya. Demikian juga dalam hal terdapat uang muka pembayaran klaim dari/ke pihak reasuradur (cash loss), maka jumlah tersebut langsung dikurangkan dalam piutang reasuransinya. Di samping itu, investasi pada yang merupakan sumber dana atas penghasilan dana-dana yang belum digunakan/idle cash dapat digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga, sehingga dengan demikian mengurangi risiko krisis likuiditas. Bilamana perusahaan menyadari bahwa jumlah investasi yang dimilikinya sudah besar maka akan diambil sebagian untuk ditanamkan dalam jenis investasi yang dapat memberikan penghasilan kepada perusahaan asuransi dalam bentuk bunga. Berkaitan dengan bunga, hal tersebut juga dapat terlihat dari janji untuk membayar di kemudian hari, yang dalam arti bahwa janji itu terkandung suatu kesanggupan untuk mengembangkan dana (premi) yang diterima dari masyarakat. Misalnya dalam menetapkan tingkat premi telah diperhitungkannya unsur bunga yang akan dibayarkan kepada tertanggung atau pemegang polis pada saat terjadi klaim. Dengan demikian, sudah teroptimalnya taksiran pada hutang klaim yang dihasilkan oleh perusahaan. Adapun pada hutang reasuransi yang mengalami penurunan setiap tahun disebabkan karena adanya pembayaran hutang reasuransi tersebut. Sejalan dengan karakteristik usaha asuransi, PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang telah mengikuti ketentuan perundangan yang berlaku saat ini bahwa perusahaan asuransi bukan hanya didorong untuk melakukan invested assets yang aman dan menguntungkan melainkan juga agar dalam melakukan investasi terdapat diversifikasi. Untuk itu pengaturan diversifikasi dibagi menjadi jenis investasi yang termasuk dalam jenis kekayaan yang diperkenankan. Berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang menghindari pengelolaan keuangan seperti hutang 6

7 jangka panjang yang dikaitkan dengan tingginya risiko tingkat bunga. Apabila tingkat bunga pada masa mendatang diperkirakan akan meningkat, maka pihak kreditur akan mengenakan beban bunga yang tinggi. Hal ini mendasari untuk berasumsi bahwa semakin lama jangka waktu hutang tersebut, maka akan semakin besar ketidakpastian untuk dapat melunaskannya. Hutang jangka panjang yang dimaksud seperti hutang obligasi, kredit investasi dan hutang hipotik. 3. Analisis Rasio Keuangan Solvabilitas Rasio solvabilitas menekankan pada jumlah modal yang dapat melindungi kelebihan penerimaan premi dari pengaruh yang tidak menguntungkan. Rasio ini sangat penting bagi pemilik perusahaan. Sebelum dilakukan pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas, terlebih dahulu akan dilakukan perhitungan untuk premi neto sebagai bagian dari nilai rasio solvabilitas. Pengertian premi neto menurut penjelasan pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah No adalah premi yang dihasilkan setelah dikurangi dengan premi bruto dan premi reasuransi. Berikut ini tabel nilai premi neto pada : Tabel 3. Nilai Premi Neto (dalam Rupiah) Keterangan Premi bruto Premi reasuransi ( ) ( ) ( ) Jumlah Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Setelah nilai dari premi neto selesai ditentukan dan dihitung, berikutnya sebagai pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas, maka akan disajikan perhitungan pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4. Nilai Rasio Solvabilitas (dalam Rupiah) Keterangan Jumlah Modal Premi Neto Rasio Solvabilitas 67% 76% 71% Kelompok Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Dari perhitungan pada tabel 3.4 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah modal dan premi neto setiap tahun terjadi penurunan. Perkembangan keuangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang yang mendapat hasil perolehan terbesar dari segi jumlah modal diraih pada tahun 2008 sebesar Rp ,00 sedangkan hasil dari perhitungan premi neto 7

8 pada laporan laba rugi diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp ,00. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio solvabilitas pada tahun 2008 adalah 67%, pada tahun 2009 adalah 76%, dan pada tahun 2010 adalah 71% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun masih belum cukup diatas 120%, maka dapat termasuk dalam kelompok tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah modal yang dihasilkan oleh perusahaan meliputi dana pemegang saham semakin berkurang dan menandakan berkurangnya kemampuan keuangan perusahaan dalam menunjang kewajiban yang mungkin timbul dari penutupan risiko. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada tahun menjadi kurang baik. Premi yang merupakan pendapatan murni dari usaha asuransi menjadi bagian dalam perkembangan keuangan perusahaan asuransi yang tercermin dari pendapatan premi. Meskipun masih terdapat penurunan premi neto, hal ini mengindikasikan terbatasnya kesiapan perusahaan ketika menghadapi pertumbuhan premi yang tinggi. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio solvabilitas dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.2 berikut : Gambar 2. Grafik Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas Tingkat Batas 78% 76% 74% 72% 70% 68% 66% 64% 62% 76% 71% 67% Berdasarkan dari gambar 2, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun dinyatakan tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum berada diatas 120%. Ketidakstabilan rasio solvabilitas ini disebabkan karena belum terampil didalam mengontrol jumlah modal pemegang saham (stockholder) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik dalam meningkatkan dana kekayaan kedudukan pemegang saham. Namun pada kenyataannya jumlah modal lebih kecil daripada premi neto yang berasal dari tertanggung, agen atau reasuradur. Setiap perusahaan asuransi memiliki prospek pertumbuhan keuangan yang berbeda, karenanya meskipun nilai modal yang dihasilkan rendah tidak selalu berarti bahwa perusahaan tersebut undervalued. Nilai modal yang rendah dapat disebabkan karena laba perusahaan asuransi yang bersangkutan tidak mengalami pertumbuhan keuangan, mengalami perlambatan pertumbuhan keuangan atau bahkan mengalami kesulitan finansial. Dalam hal ini berarti kekurangan pada adalah mengalami perlambatan pertumbuhan keuangan yang disebabkan kondisi keuangan setiap tahun 8

9 menunjukkan penurunan, menjadikan nilai modal yang telah dikumpulkan masih belum cukup mengimbangi lajunya premi neto yang dihasilkan. Hubungan antara modal dengan premi neto adalah tingkat pendapatan/income usaha asuransi yang dananya berasal dari perbedaan kepemilikan tetapi bersama-sama memiliki kepentingan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Kerugian dari pengaruh premi yang tidak menguntungkan mengakibatkan beberapa hal seperti penerapan tingkat premi yang sedemikian rendah menyebabkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi, penerapan tingkat premi yang berlebihan menyebabkan rusaknya kompetisi underwriting yang sehat antar perusahaan asuransi, dan penerapan tingkat premi mempunyai nilai bersifat diskriminatif apabila tertanggung dengan luas penutupan asuransi serta tingkat risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda. Pemberlakuan pada disini adalah penerapan tingkat premi yang rendah dibandingkan dengan perusahaan asuransi lain, yang mengakibatkan gejolak tidak stabilnya premi neto yang diterima. Seyogyanya PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang hendaknya mengubah pemberlakuan tingkat premi tersebut dengan cara premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi berdasarkan ketentuan didalam polis asuransi agar premi yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya sehingga dapat dijadikan acuan untuk memberikan asumsi terbaik bagi pemegang polis maupun perusahaan asuransi sendiri. Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi dalam rasio solvabilitas yaitu : 1. Komitmen dari manajemen keuangan untuk mencapai target kinerja keuangan yang baik dengan melihat pertumbuhan keuangan dari hasil laba yang diperoleh dan pengembangan asset-aset yang dimilikinya. 2. Fokus penempatan modal pada perusahaan karena biasanya pemegang saham (stockholder) ingin mengetahui return (tingkat pengembalian) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. 3. Pemanfaatan pengaruh peranan nasabah yang masih tetap mempercayakan dananya disimpan di perusahaan asuransi yang bersangkutan. 4. Kemandirian perusahaan dalam mengurangi peranan reasuransi sebagai pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi. a. Analisis Rasio Keuangan Underwriting Rasio underwriting merupakan penentu pokok dari posisi laba usaha perusahaan asuransi. Peningkatan keuntungan usaha asuransi tersebut sebagai usaha utama perusahaan. Untuk menghitung seberapa besar hasil underwriting diatas pendapatan premi, maka pengukuran kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio underwriting akan disajikan perhitungan data nilai rasio pada Tabel 3.5 sebagai berikut : 9

10 Tabel 5. Nilai Rasio Underwriting (dalam Rupiah) Keterangan Hasil Underwriting Pendapatan Premi Rasio Underwriting 27% 29% 34% Kelompok Tidak sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang Pendapatan premi adalah sejumlah uang yang dihimpun dari nasabah yang memiliki/membeli polis asuransi dari perusahaan asuransi. Dari perhitungan pada tabel 3.5 diatas, dapat diketahui bahwa pendapatan premi setiap tahun terjadi penurunan. Hasil perolehan terbesar dari segi hasil underwriting diraih pada tahun 2008 sebesar Rp ,00 sedangkan dari segi pendapatan premi diraih juga pada tahun 2008 sebesar Rp ,00. Adapun posisi yang menunjukkan nilai rasio likuiditas pada tahun 2008 adalah 27%, pada tahun 2009 adalah 29%, dan pada tahun 2010 adalah 34% dengan perolehan secara keseluruhan per tahun masih belum cukup diatas 40%, maka dapat termasuk dalam kelompok tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa hasil underwriting yang dihasilkan oleh perusahaan kurang mampu dalam mengalami proses underwriting sehingga jumlah beban yang dimiliki cukup besar dapat mengurangi laba perusahaan. Seiring bertambahnya tahun mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan pada pendapatan premi untuk tahun menjadi kurang baik. Padahal dari pendapatan premi inilah suatu perusahaan asuransi memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk perbandingan kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System berupa rasio underwriting dapat dilihat jelas melalui Gambar 3.3 berikut : Gambar 3. Grafik Rasio Underwriting Rasio Underwriting Tingkat Batas 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 27% 29% 34% Berdasarkan dari gambar 3 diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan pada PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang selama periode tahun dinyatakan tidak 10

11 sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 40%. Meskipun nilai rasio underwriting menunjukkan tingkat batas yang tidak sehat tetapi setidaknya PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang mulai menunjukkan kemampuannya dalam misi menciptakan perusahaan asuransi yang sehat, dimana peranan perusahaan untuk meningkatkan pelayanan underwriting harus selalu diupayakan. Dokumen dasar dalam melakukan suatu pertanggungan adalah surat permohonan tertulis atau aplikasi yang diajukan tertanggung kepada perusahaan asuransi disebut dengan formulir pengajuan asuransi. Di dalam formulir tersebut memuat ketentuan informasi lengkap antara lain mengenai jenis produk asuransi, tarif premi yang dikenakan, jumlah premi yang akan dibayar, dan informasi lainnya mengenai timbulnya kerugian. Ketentuan informasi inilah bagi perusahaan asuransi digunakan untuk tujuan underwriting dan indentifikasi klaim. Faktor penyebab belum tercapainya tingkat batas yang diharapkan sesuai dengan tingkat kesehatan perusahaan asuransi, jika dilihat dari kekurangan PT. Asuransi Central Asia Cabang Palembang adalah ketidakmampuan dalam memaksimalkan laba melalui penentuan seleksi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan laba bersih bagi perusahaan. Tanpa underwriting yang cermat, perusahaan asuransi tidak mampu bersaing karena dalam prakteknya untuk menarik nasabah harus ada ketelitian mengenai risiko yang baik dan risiko yang kurang menguntungkan dalam obyek yang diasuransikan, sesuai dengan informasi data yang diperoleh. Di samping itu, masih bertumpunya fungsi pemasaran dalam penjualan polis asuransi yang menekan biaya komisi. Upaya yang dilakukan oleh dalam menstabilkan tingkat keuntungan dari usaha asuransi adalah menghindari pertanggungan yang melebihi batas kemampuan (own retention) asuransi tersebut, baik dari harga pertanggungan maupun tingkat/kualitas risikonya (degree quality of risk). Hal ini perlu dilakukan karena mengingat adanya pengelolaan keuangan perusahaan asuransi yang merupakan pengelolaan dana hasil underwriting akan menentukan seberapa besar tingkat pertumbuhan dan pencapaian laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Namun keberhasilan ini kurang memiliki arti apabila tingkat hasil underwriting yang dapat diperoleh tidak dikelola secara optimal. Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil underwriting sebagai hasil yang didapat atas kegiatan operasional perusahaan asuransi meliputi komponen berupa pendapatan underwriting (premi) dan beban underwriting (beban klaim dan beban komisi). Dengan kata lain, diharapkan agar lebih bisa mengoptimalkan kegiatan operasionalnya melalui perkiraan seleksi risiko yang tepat dilakukan oleh bagian underwriting, untuk kegiatan pemasaran produk asuransi tidak bergantung kepada agen/broker sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. b. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransi sesuai data yang diperoleh dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi selama periode tahun dalam mengelola keuangannya dan mengendalikan jalannya kegiatan operasional perusahaan asuransi secara lebih efektif dengan menggunakan tiga indikator rasio keuangan, meliputi rasio likuiditas, solvabilitas dan underwriting. Berdasarkan data yang diperoleh untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan maka pada Tabel 3.6 dapat dilihat kinerja keuangan berdasarkan Early Warning System pada dengan menggunakan tiga rasio keuangan. 11

12 Tabel 6. Nilai Early Warning System Rasio Keuangan Likuiditas Solvabilitas Underwriting % 67% 27% % 76% 29% % 71% 34% Kelompok Sehat Tidak sehat Tidak sehat Sumber : data diolah dari PT. ACA Cabang Palembang PENUTUP Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System pada untuk tahun , maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Perhitungan rasio likuiditas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 120%. Hal ini disebabkan karena pengendalian efisiensi baik hutang-piutang yang dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan. Selain itu, pemanfaatan dari jumlah investasi yang dimiliki terealisasi sebagian sebagai simpanan yang nantinya dapat digunakan sebagai pengalihan apabila perusahaan mengalami krisis likuiditas. Demikian juga, dalam tindakan prinsip kehati-hatian seperti hutang jangka panjang tidak diperlukan bagi perusahaan dikarenakan risiko tingkat bunga yang tinggi. 2. Perhitungan rasio solvabilitas selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut belum berada diatas 120%. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman sumber daya manusia mengenai pemanfaatan modal perusahaan ditambah juga penerapan pada tingkat premi yang rendah menyebabkan dampak yang berpengaruh besar karena pendapatan premi yang dihasilkan tidak dirasakan manfaatnya bagi perusahaan. 3. Perhitungan rasio underwriting selama tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan kelompok yang termasuk tidak sehat karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut berada dibawah 40%. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan bagian underwriting dalam menentukan seleksi risiko dan ditambah dengan ketergantungan perusahaan untuk menjual polis asuransinya kepada agen/broker. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Darmawi, Herman Manajemen Asuransi. Bumi Aksara. Jakarta. Husnan, Suad Manajemen Keuangan Asuransi, Teori dan Terapan. Jilid Pertama, Rineka Cipta. Jakarta. Munawir Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Kedua, Liberty. Yogyakarta. Purba, Radiks Memahami Asuransi di Indonesia. Edisi Baru, Aditya Media. Yogyakarta. Riyanto, Bambang Dasar-dasar Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Ketujuh, BPFE. Yogyakarta. 13

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 2 Nomor 2, Desember 2016 55 ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967 ANALYSIS FINANCIAL PERFORMANCE BASED

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dengan bank yaitu perusahaan investasi yang bergerak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk mengatur bagaimana perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN UNDERWRITING RATIO

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN UNDERWRITING RATIO ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, DAN UNDERWRITING RATIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT MANDIRI AXA GENERAL INSURANCE DI INDONESIA PASCA OJK (OTORITAS JASA KEUANGAN ) Putri Kurnia Widiati

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 3, Desembers 2012, Hlm. 239-245 PENGARUH FINANCIAL EARLY WARNING SIGNAL TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga intermediasi secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu lembaga depositori, lembaga intermediasi investasi, dan lembaga intermediasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan asuransi merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang memberikan jasa perlindungan kepada masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupan baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG Devi Mutiana Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang Abstrak Tujuan utama laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Early Warning System Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going concern. Going concern, adalah suatu keadaan dimana perusahaan dapat tetap beroperasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aspek kehidupan manusia yang menjadi kepentingan tidaklah selalu berada dalam keadaan aman, namun seringkali dikelilingi oleh berbagai macam bahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan asuransi saat ini sangat pesat. Sampai tahun 2013 jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98 perusahaan, untuk

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA

2015 PENGARUH LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DI BURSA EFEK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, salah satunya di bidang jasa yaitu usaha asuransi yang semakin berkembang. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini sesuai dengan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh profit atau keuntungan yang maksimal dan kontinue. Untuk. dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat komplek.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh profit atau keuntungan yang maksimal dan kontinue. Untuk. dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat komplek. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh profit atau keuntungan yang maksimal dan kontinue. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Rentabilitas yaitu: Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) Rasio Rentabilitas atau disebut

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio

BAB II URAIAN TEORITIS. Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham (Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh membagi satu angka dengan angka lainnya. Jadi, rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-05 Analisis Pengaruh Rasio Klaim Dan Underwriting Terhadap Profitabilitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi adalah proses dari tiga aktivitas yaitu pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian transaksi ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) PALEMBANG

ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) PALEMBANG ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA (PERSERO) PALEMBANG Noviyanita Jurusan Akuntansi POLTEK PalComTech Palembang Abstrak Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

Lebih terperinci

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN RISK BASED CAPITAL UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI (Studi pada PT. Asei 20112013) Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang menjadikan perekonomian negara tidak stabil. Akibat dari ketidakstabilan tersebut banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Perusahaan Asuransi Istilah asuransi mengacu pada pertanggungan atau perlindungan finansial yang terkait dengan pergantian kerugian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada setiap akhir usaha, setiap perusahaan atau lembaga menyusun laporan keuangan yang selanjutnya dilaporkan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System 58 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016 Periode 07 Laporan Neraca Dana Perusahaan 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang ISO 9000 ISO merupakan suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional yang dikembangkan oleh The International Organization for Standarization (ISO) di Geneva,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2007 bisa dikatakan sebagai tahun harapan bahwa bisnis asuransi akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai fenomena alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedudukan manajemen keuangan dalam perusahaan merupakan pelaksana dari fungsi keuangan perusahaan. Fungsi keuangan yang utama meliputi dua hal yaitu kegiatan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals (GARP) dan Badan Sertifikasi Manajemen resiko (BSMR; 2005:A3) adalah suatu lembaga yang telah memeperoleh

Lebih terperinci

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 481/KMK.017/1999 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016 Periode 8 07 Periode 8 06 Laporan Neraca Dana Perusahaan 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia

Lebih terperinci

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN ASSETS DEFAULT RISK DALAM KEGIATAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL PADA ASURANSI JASA TANIA TBK (ASJT) DAN ASURANSI BINTANG TBK (ASBI) MELATI DAN BUDI HERMANA mel_sweet_melati88@yahoo.co.id

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tahun 2008, terjadi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat. Ini berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage default).

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor Laporan Neraca Dana Perusahaan No, 5 6 7 8 9 0 5 6 7 8 9 0 5 Kekayaan Investasi Deposito Saham Syariah Sukuk/ Obligasi Syariah SBSN Surat Berharga Syariah diterbitkan oleh Bank Indonesia Surat Berharga

Lebih terperinci

DIGIET ARY SETYAWAN B

DIGIET ARY SETYAWAN B ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Kasus pada Bank Perkreditan Rakyat BKK Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2005-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Sumitro Djojohadikusumo, Lantai 14 Jl. Lapangan Banteng Timur 1-4 Jakarta - 10710 LAPORAN KEUANGAN / REASURANSI

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Saham Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi Gabungan Saldo SAK Saldo

Lebih terperinci

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g, Neraca Konsolidasi 30 Juni 2009 dan 2008 ASET 2009 Catatan 2008 Investasi 2f,3 Deposito berjangka 147.379.881.024 2c,31 111.631.639.513 Obligasi dimiliki hingga jatuh tempo 4.000.000.000 1.000.000.000

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian kinerja keuangan Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan. Kinerja yang baik menunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan dalam laporan keuangan terutama disediakan dalam neraca. Posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP Naskah Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Menara Merdeka, Mailing Room Lantai 12 Jl. Budi Kemuliaan I No.2 Jakarta Pusat - 10710 LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA Halaman i K e p a d a Yth. Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktorat Pengawasan Perasuransian Gedung Menara Merdeka, Mailing Room Lantai 12 Jl. Budi Kemuliaan I No.2 Jakarta Pusat - 10110 LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin membaik,lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin membaik,lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah Indonesia yang semakin membaik,lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi semakin pesat khususnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Kebijakan yang diterapkan oleh PT. Prudential Life Assurance dalam metode pengakuan pendapatan dan beban perusahaan yaitu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar ANALISIS PENGARUH RBC, RASIO UNDERWRITING, RASIO HASIL INVESTASI, RASIO PENERIMAAN PREMI, DAN RASIO BEBAN KLAIM TERHADAP LABA PERUSAHAAN ASURANSI (Studi Kasus Pada 9 Perusahaan Asuransi Kerugian Yang Terdaftar

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014 K e p a d a Yth. OTORITAS JASA KEUANGAN U.P. Direktorat IKNB Syariah Gedung Sumitro Djojohadikusumo Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta - 10710 LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS TRIWULAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN SASARAN-SASARAN BELAJAR Merancang jumlah kebutuhan dan sumber permodalan untuk menjalankan usaha; Menyusun proyeksi kinerja keuangan perusahaan; Menganalisis kelayakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Penilaian kinerja keuangan bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukiran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran pasar modal merupakan suatu hal yang penting dalam dunia perekonomian, karena pasar modal dapat berfungsi sebagai alternatif investasi bagi para investor

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laporan keuangan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laporan keuangan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan harus memberikan informasi kepada para pemegang saham ataupun masyarakat umum tentang usaha mereka. Informasi tersebut sangat berguna sebagai dasar

Lebih terperinci

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Rasio Profitabilitas 2.1. Pengertian dan Unsur-unsur Laporan Keuangan Pada umumnya, setiap perusahaan membuat laporan keuangan sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika rumusan ekonomi secara singkat sebagai ilmu tentang usaha manusia mencari kepuasan memenuhi kebutuhannya menuju kesejahteraan, maka jelas, bahwa asuransi yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia, termasuk dengan industri asuransi berada dibawah lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan kunci perekonomian suatu negara, baik itu negara yang sedang berkembang maupun negara yang telah maju. Bank mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri asuransi syariah di Indonesia pada lima tahun terakhir terindikasi mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Asuransi dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Solvabilitas Seperti dijelaskan dalam Bab III sebelumnya, bahwa setiap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang tersebar di wilayah Bali merupakan bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha LPD

Lebih terperinci

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi LPKJ_1 ASET Investasi Deposito Berjangka Sertifikat Deposito Aset Tetap Lain Aset Lain Jumlah Bukan Investasi JUMLAH ASET LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas Utang Utang Klaim Utang Koasuransi Utang Reasuransi

Lebih terperinci

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013 K e p a d a Yth. OTORITAS JASA KEUANGAN U.P. Direktorat IKNB Syariah Gedung Sumitro Djojohadikusumo Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta - 10710 LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS TAHUNAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi.

BAB II LANDASAN TEORITIS. saham agar dapat meminimalkan kemungkinan risiko yang akan terjadi. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Signaling Theory (Teori Sinyal) Bagi investor atau calon investor informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan sangat dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO Oleh A. Solikhin (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK Dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci