REKOMENDASI SARASEHAN PUSTAKAWAN KEAHLIAN DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL The Media Hotel & Towers Jakarta Senin, 29 Agustus 2016

Transkripsi

1 REKOMENDASI SARASEHAN PUSTAKAWAN KEAHLIAN DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL The Media Hotel & Towers Jakarta Senin, 29 Agustus 2016 Sarasehan Pustakawan merupakan ajang silaturahmi, bercurah pendapat dan menyamakan persepsi dalam rangka pelaksanaan tugas profesi jabatan fungsional Pustakawan di Lingkungan Perpustakaan Nasional. Kegiatan ini dibuka oleh Dra. Woro Titi Haryanti, MA (Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan). Hadir pula Drs. Dedi Junaedi, M.Si (Sekretaris Utama), Drs. Supriyanto, M.Si (selaku narasumber 1), T. Syamsul Bahri, SH., M.Si (narasumber 2), Dra. Wuri Setya Intarti (narasumber 3), Dra. Fathmi, SS. dan Dra. Subeti Makdriani (Pustakawan Utama), dan diikuti oleh 138 Pustakawan Tingkat Keahlian di Lingkungan Perpustakaan Nasional. Kegiatan ini menghasilkan beberapa rekomendasi, sebagai berikut: Bagi Perpustakaan Nasional 1. Perlu realisasi penunjukkan/penugasan Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Pustakawan di Kedeputian 1 (Pasal 41 ayat 1) dan Kedeputian 2 (Pasal 86 ayat 1) sesuai dengan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI. Diharapkan dengan adanya koordinator fungsional, mekanisme kerja struktural-fungsional dapat lebih terwujud dan tidak tumpang tindih pekerjaan. Hal tersebut membutuhkan komitmen dan konsensus bersama dengan tujuan menguatkan peran pustakawan dalam mendukung secara rasional dan proporsional tugas pokok dan fungsi. 2. Tindak lanjut nomor 1 di atas, perlu adanya Koordinator Fungsional tingkat Perpustakaan Nasional RI, Koordinator Fungsional Pustakawan, dan fungsional yang lain Pasal (Deputi 1) dan Pasal (Deputi 2). 3. Perlu dibentuk sebuah Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepustakawanan (Puslitbang) yang mewadahi seluruh aktifitas pustakawan Indonesia khususnya di Perpusnas dalam 1

2 melakukan pengkajian dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan penelitian dan pengkajian khususnya di Lingkungan Perpustakaan Nasional dengan dukungan pembiayaan. 4. Perlu pemetaan jabatan (jenjang jabatan) dan beban kerja pustakawan dalam rangka pengembangan profesi yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pustakawan bekerjasama dengan Bagian Kepegawaian Perpustakaan Nasional sehingga dapat menempatkan pustakawan sesuai dengan jenjang jabatannya, bisa mengembangkan diri dan lingkungannya, serta tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan angka kredit. 5. Perlu peran aktif model sarang tawon. Teknis dari pelaksanaan model sarang tawon dalam sistem kerja pustakawan dapat mengadaptasi dari Sistem Kredit Semester pada Universitas. Seorang Pustakawan dalam mengisi SKP selain melaksanakan tugas wajib sesuai dengan unit kerjanya, dapat melaksanakan tugas tambahan di luar unit kerjanya/pusatnya. Adapun pustakawan yang dapat mengerjakan tugas tambahan lintas pusat perlu mendapat persetujuan Atasan langsung dan Koordinator fungsional pustakawan. Hal ini dapat terwujud bila terdapat kesepakatan dari masing-masing pusat untuk memberi kesempatan dan membagi pekerjaan kepada pustakawan di luar unit kerjanya atau menyerahkan pembagian kerja kepada Koordinator Fungsional Pustakawan. 6. Perlu diberi kesempatan yang sama dalam pengembangan kompetensi digital atau dari sisi Teknologi Informasi kepada seluruh Pustakawan di Perpustakaan Nasional, baik itu kesempatan mengikuti diklat maupun menghadiri seminar dan workshop. 7. Perlu adanya pengembangan profesi melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan sesuai dengan jenjang jabatan pustakawannya, seperti seseorang yang akan menjadi Pustakawan Muda perlu mengikuti diklat Pustakawan Muda, seseorang yang akan menjadi Pustakawan Madya perlu mengikuti diklat Pustakawan Madya dst, dalam rangka pengembangan profesional yang berkelanjutan (Continuing Professional Development), dan bentuk lain seperti seminar, magang kerja, dan lain-lain. 8. Perlu diberi kesempatan yang sama bagi seluruh Pustakawan dalam batas-batas usia maksimal dalam memperoleh kesempatan BEASISWA seperti PASCASARJANA dan lain-lain dari PUSDIKLAT. 2

3 9. Perlu diberi kesempatan yang sama bagi seluruh Pustakawan untuk magang di Luar Negeri atau pertukaran pustakawan dengan negara lain dalam rangka mengikuti perkembangan perpustakaan secara internasional. 10. Perlu dibangun standar profesi untuk mensejajarkan pustakawan dengan profesi/fungsional lainnya (termasuk pengakuan keberadaan dan tunjangannya), tanpa mengabaikan dasardasar/ landasan profesionalisme. 11. Mengusulkan agar ada perwakilan pejabat fungsional pustakawan dalam TIM BAPERJAKAT dalam pengangkatan Pejabat Struktural yang berasal dari pustakawan dan fungsional lainnya. 12. Perlu dibentuk Dewan Perpustakaan Nasional yang melibatkan Pustakawan sesuai amanah Undang Undang 43 Tahun Perlu dipertimbangkan pengembangan jabatan fungsional konservator seperti Jabatan Fungsional Pustakawan, khususnya di Bagian Preservasi. Dengan adanya fungsional pustakawan khusus preservasi, diharapkan dapat bekerjasama dengan instansi lain dan melakukan kegiatan-kegiatan di luar seperti workshop, seminar dan lain-lain. 14. Perlu adanya sebuah ruangan rapat/diskusi bagi pustakawan. Bagi Pustakawan Ahli Madya dan Pustakawan Ahli Utama 1. Perlu diberi kesempatan dan dilibatkan dalam rangka pembinaan perpustakaan dan pustakawan di pusat dan daerah sesuai dengan Permenpan RB Nomor 9 Tahun Perlu peran aktif Pustakawan dalam pengambilan kebijakan sesuai jenjang dan tugas jabatannya. Bagi Tim Penilai 1. Perlunya keterbukaan tata nilai dan /atau sosialisasi yang lebih intens terkait produk hukum (surat-surat edaran dan aturan-aturan) mengenai Tim Penilai Jabatan Fungsional Pustakawan, karena selama ini banyak pustakawan yang tidak mengetahuinya. 2. Perlu ditingkatkan komunikasi dan tata nilai antara tim penilai dengan pustakawan yang mengajukan DUPAK misalnya ringkasan (summary) alasan-alasan penolakan angka kredit 3

4 yang diajukan dan ditandatangani oleh Ketua Tim Penilai, sehingga Pustakawan tidak mengalami kebingungan mengenai DUPAK yang telah ditolak/dicoret oleh Tim Penilai. 3. Perlu kesepakatan aturan mengenai penilaian preservasi digital khususnya yang dihitung Tim Penilai misalnya judul, sedangkan jumlah halaman yang diolah bisa sampai ribuan. Hal ini sangat merugikan Pustakawan. 4

5