Peningkatan profesionalisme pustakawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peningkatan profesionalisme pustakawan"

Transkripsi

1 Peningkatan profesionalisme pustakawan Alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli Suharyanto Librarian National Library of Indonesia Abstrak Profil pustakawan berdasarkan data pustakawan dari web Pusat Pustakawan Perpustakaan Nasional RI Juni 2013 diantaranya menunjukkan bahwa jumlah pustakawan berjumlah 3198 terdiri dari pustakawan tingkat ahli berjumlah 1637 orang dan pustakawan tingkat terampil berjumlah 1561 orang. Data tersebut menggambarkan bahwa jumlah pustakawan tingkat terampil lebih banyak dari dari pustakawan tingkat ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa pustakawan yang ada belum pada tahap profesional. Salah satu solusi untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan adalah meningkatkan kualitas pustakawan tingkat terampil beralih jenjang ke pustakawan tingkat ahli. Namun demikian ahli jalur tersebut mempunyai beberapa permasalahan diantaranya: penilaian angka kredit, perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur dan profesionalisme pustakawan. Kesimpulan dari tulisan ini adalah perlu adanya peninjauan ulang tentang angka kredit teruta untuk pustakawan yang beralih jalur dari tingkat terampil ke tingkat ahli, Perpustakaan Nasional RI bertindak sebagai fasilitator dalam dalam permasalahan angka kredit, peningkatan profesionalisme pustakawan melalui pendidikan dan pelatihan. Kata kunci: Alih jalur, Angka kredit, Jabatan fungsional, pustakawan, profesionalisme Latar Belakang Jabatan fungsional pustakawan merupakan salah satu dari 114 jabatan fungsional tertentu. Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Jabatan fungsional pustakawan keberadaannya telah diakui mulai tahun 1988 berdasarkan KEPMENPAN No. 18 Tahun 1988, kemudian direvisi dengan KEPMENPAN No. 33 Tahun 1998 dan terakhir direvisi 1

2 dengan KEPMENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Jenjang jabatan fungsional pustakawan berdasarkan KEPMENPAN No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli. Perbedaan kedua jenjang ini didasarkan atas latar belakang pendidikan pustakawan. Tingkat terampil bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan D2/D3 Pusdokinfo atau D2/D3 Nonpusdokinfo ditambah diklat yang disetarakan. Sedangkan tingkat ahli adalah bagi pejabat fungsional pustakawan yang berlatar belakang pendidikan minimal S1 Pusdokinfo atau S1 Nonpusdokinfo ditambah diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah 3198 orang terdiri dari 1637 pustakawan terampil dan 1561 pustakawan ahli. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa jumlah pustakawan tingkat terampil sebanyak (51%), pustakawan tingkat ahli sebanyak (49%). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah pustakawan tingkat terampil lebih banyak dibandingkan dengan tingkat ahli. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualifikasi pustakawan masih pada taraf teknisi atau penunjang profesional belum pada tahap profesional. Guna meningkatkan kualitas pustakawan maka diperlukan peningkatan pengembangan karier dari jenjang pustakawan terampil ke pustakawan ahli. Pengembangan karier dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli diantaranya melalui mengikuti pendidikan lanjutan ke S1 perpusdokinfo atau S1 nonperpusdokinfo ditambah dengan pendidikan dan pelatihan alih jalur. Hal lain yang perlu dicermati ketika pustakawan yang akan beralih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli penilaian angka kreditnya tidak dapat diakui secara penuh. Unsurunsur yang diakui adalah pendidikan ditambah 75 % dikalikan unsur pokok dan pengembangan profesi sedangkan untuk unsur penunjang tidak dapat diperhitungkan. Peningkatan karier pustakawan sangat banyak ditentukan oleh kemampuan individual dan kemandiriannya. Dalam pengembangan karir pustakawan mempunyai peluang untuk mencapai pangkat dan jabatan tertinggi, sepanjang pustakawan yang bersangkutan dapat memenuhi angka kredit serta peraturan lainnya yang telah ditetapkan. Karier pustakawan juga 2

3 sangat ditentukan oleh pustakawan itu sendiri, oleh karena itu setiap pustakawan harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam bidang kepustakawanan baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Mencermati latar belakang tersebut diatas maka dapat disebutkan beberapa permasalahan yang menyangkut ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli, yaitu sbb: Pofil pustakawan berdasarkan jenjang jabatan Penilaian angka kredit Perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur Profesionalisme pustakawan 2. Tinjauan Teori 2.1. Pengertian Pustakawan Undang-undang R.I No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Dalam KEPMENPAN Nomor : 132/KEP/M.PAN/12/2002 Pejabat fungsional Pustakawan yang selanjutnya disebut Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya. Dari defenisi diatas jelas bahwa pustakawan merupakan profesi yang memiliki kompetensi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan kepustakawan atau perpusdokinfo dan bekerja secara profesional dalam pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. 3

4 2.2. Jenjang Jabatan Pustakawan Pustakawan Terampil Pustakawan Terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Diploma II Perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau Diploma II bidang lain yang disetarakan Dalam Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 tahun 2008, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, telah diatur bahwa untuk pengangkatan Pustakawan Tingkat Terampil harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Berijazah paling rendah D2 bidang Perpusdokinfo atau D2 bidang lain ditambah mengikuti dan lulus Diklat calon Pustakawan Terampil. b. Pangkat paling rendah Pengatur Muda Tk. I, golongan ruang II/b. c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir. d. Memenuhi angka kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagai lampiran III Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 sesuai jenjang jabatan yang akan didudukinya, yang berasal dari pendidikan dan pelatihan atau ditambah angka kredit dari kegiatan unsur utama lainnya. Pustakawan Tingkat Ahli Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana strata satu (S1) perpusdokinfo atau sarjana lainnya yang disetarakan. Pengangkartan pertama dalam jabatan pustakawan Tingkat Ahli harus memenuhi syarat : a. Berijazah paling rendah Sarjana (S1) bidang perpusdokinfo atau Sarjana dibidang lain ditambah mengikuti dan lulus Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. b. Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan III/a. c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir. 4

5 d. Memenuhi angka Kredit kumulatif minimal yang ditentukan sebagaimana lampiran IV Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12 /2002 sesuai jenjang jabatan yang akan didudukinya yang berasal dari pendidikan dan atau ditambah angka kredit dari kegiatan unsur utama lainnya Alih Jalur dari Pustakawan Tingkat Terampil ke Pustakawan Tingkat Ahli Seseorang yang telah menduduki jabatan pustakawan tingkat terampil dapat beralih ke Jabatan Pustakawan Tingkat Ahli apabila dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Lulus S1 bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau S1 bidang lain ditambah pendidikan (Diklat) Pustakawan Tingkat Ahli ( Alih Jalur). 2. Masa kerja dalam pangkat terakhir minimal 2 tahun. 3. Memiliki angka kredit komulatif minimal 100 yang diproleh dari tugas pokok dan unsur utama lainnya yang dituangkan dalam PAK. 4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terahir. Prosedur Alih Jalur dari Jabatan Pustakawan Tingkat Terampil ke Jabatan Pustakawan Tingkat Ahli adalah sebagai berikut : 1. Yang bersangkutan mengikuti pendidikan tingkat Sarjana ( S1 ) baik bidang Perpusdokinfo atau S1 bidang lain. 2. Bagi yang mendapatkan pendidikan non-perpustakaan maka yang bersangkutan harus mengikuti dan lulus Diklat Pustakawan Tingkat Ahli ( Diklai Alih Jalur ). 3. Mengajukan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit ( DUPAK ) dari butir-butir kegiatan unsur utama yang meliputi Pendidikan, Pengorganisasian dan Pemasyarakatan kepustakawanan, Pengkajian dan Pengembangan Profesi. 4. Setelah mendapatkan Penetapan Angka Kredit ( PAK ) dari pejabat yang berwenang Pustakawan tersebut dapat diusulkan menjadi Pustakawan Tingkat Ahli. 5. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai dengan pustakawan penyelia, yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang bersangkutan beralih ke jabatan pustakawan tingkat ahli dihitung sebesar 100 % Angka kredit yang berasal dari 5

6 unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang berasal dari kegiatan unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan perpusdokinfo) dan/atau ditambah angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi. Pustakawan tingkat terampil yang menduduki pangkat Pengatur Tk.I, Golongan ruang II/b sampai dengan II/d jenjang jabatan pustakawan pelaksana dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a dan diangkat dalam jabatan Pustakawan Tingkat Ahli, dengan ketentuan : 1. Minimal telah satu tahun dalam jabatan terakhir. 2. Setiap penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP3 ) paling rendah bernilai baik dalam 1 tahun terakhir. 3. Memenuhi jumlah Angka Kredit Kumulatif minimal yang ditentukan untuk pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a dan jenjang jabatan yang akan didudukinya. 3. Pembahasan Profil Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan Saat ini jumlah jabatan fungsional pustakawan yang terjaring dalam pangkalan data Pusat Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI pada bulan Juni 2013 berjumlah Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pustakawan tingkat terampil lebih banyak dibandingkan dengan pustakawan tingkat ahli. Pustakawan tingkat terampil berjumlah 1637 orang (51 %) pustakawan tingkat ahli 1561 orang (49 %). Hal ini menunjukkan bahwa kualifikasi pustakawan sebagian besar masih pada tingkatan teknisi atau penunjang profesional, belum sepenuhnya pada tahapan tingkat ahli, sehingga masih perlu ditingkatkan. Seorang pustakawan, sebagaimana dikehendaki dalam Pasal 3 KEP. MENPAN No. 132/KEP/M.PAN/12/2002, Pustakawan adalah Pejabat Fungsional yang berkedudukan 6

7 sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpusdokinfo instansi pemerintah. Artinya bagaimana seorang pustakawan dapat berperan sacara rasional dan proporsional dalam mendukung tugas pokok dan fungsi dimana saja mereka bekerja, yaitu di Lembaga Kerja Pustakawan (LKP) atau Perpustakaan sudah sepantasnya pustakawn harus kompeten. Berikut profil pustakawan berdasarkan jenjang jabatan fungsional pustakawan. Tabel. 2 Profil Pustakawan Berdasarkan Jenjang Jabatan No. Jenjang Jabatan Jumlah Porsen (%) 1. Pustakawan Utama Pustakawan Madya Pustakawan Muda Pustakawan Pertama Pustakawan Penyelia Pustakawan Pelaksana Lanjutan 7. Pustakawan Pelaksana Jumlah Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni 2013 Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari (20% 3198 orang, 12 orang (1 %) sebagai pustakawan utama, 458 orang (14 %) sebagai pustakawan madya, 644 orang (20 %) sebagai pustakawan muda, 477 orang (20 %) sebagai pustakawan pertama, 842 orang (49 %) sebagai pustakawan penyelia, 501 orang (26%) sebagai pustakawan pelaksana lanjutan, 842 orang (16 %) sebagai pustakawan pelaksana. Secara umum data tersebut menggambarkan bahwa paling banyak pustakawan menduduki jabatan pustakawan penyelia sebanyak 842 orang (49 %) dan yang paling sedikit adalah pustakawan utama sebanyak 12 orang (1 %). Data tersebut jika dikelompokan berdasarkan tingkatan jabatan pustakawan tingkat ahli dan pustakawan tingkat terampil dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut. 7

8 Tabel. 3 Profil Pustakawan Berdasarkan Tingkatan Jabatan No. Tingkatan Jabatan Jumlah Porsen (%) 1. Pustakawan Ahli Pustakawan Terampil Jumlah Sumber: Pangkalan data Pusat Pengembagan Pustakawan, Perpustakaan Nasional, Juni 2013 Tabel 3 menunjukkan bahwa pustakawan terampil lebih banyak jika dibandingkan dengan pustakawan ahli, yaitu dari 3198 orang, 1637 orang (51%) merupakan pustakawan terampil dan 1561 (49% ) orang merupakan pustakawan tingkat terampil. Kondisi ini harus dicermati bahwa tingkatan jabatan fungsional pustakawan di Indonesia sebagian besar masih pada kualifikasi teknisi atau penunjang profesional sehingga harus ditingkatkan dari tingkat terampil ke tingkat ahli. Guna meningkatkan kualitas jenjang jabatan fungsional pusakawan yang ada perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya : (1) Pustakawan mengikuti pendidikan formal S1 perpusdokinfo atau S1 nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur. (2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI perlu mengadakan diklat alih jalur pustakawan lebih sering lagi baik diadakan di Perpustakaan Nasional RI atau diadakan di provinsi-provinsi atau bekerjasama dengan instansi yang membutuhkan Penilaian angka kredit Penilaian angka kredit ahli jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli tidak diperhitungkan secara penuh. Angka Kredit yang dimiliki pustakawan pelaksana sampai dengan pustakawan penyelia, yang akan digunakan untuk menentukan jabatan pada saat yang bersangkutan beralih ke jabatan Pustakawan Tingkat Ahli dihitung sebesar 100 % Angka kredit yang berasal dari unsur pendidikan formal ditambah 75 % angka kredit kumulatif yang berasal dari kegiatan unsur utama yaitu tugas pokok (unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan unsur pemasyarakatan perpusdokinfo) dan/atau ditambah angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi. Sedangkan untuk unsur penunjang tidak diperhitungkan. 8

9 Penghitungan angka kredit ini dapat merugikan pustakawan yang akan meningkatkan kariernya ke jenjang pustakawan tingkat ahli dimana angka kredit yang telah dikumpulkan tidak dapat diakui secara penuh. Prinsip dari pengembangan karier adalah bagaimana seorang pustakawan dapat mengumpulkan dan menambah angka kredit untuk naik ke jenjang pangkat maupun jabatan yang lebih tinggi. Menyikapi permasalahan tersebut diatas ada beberapa solusi yang dapat diambil, diantaranya: Rumus 1 untuk ahli jalur untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli adalah sebagai berikut : 100 % pendidikan + 80 % (Unsur pokok dan pengembangan profesi) Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kredit. Angka 80 % (Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Pada rumus ini unsur penunjang tidak di perhitungkan. Berikut tabel rumus 1 Tabel 4. Rumus 1 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur No. Unsur Kegiatan Angka Kredit 1. Pendidikan 100 % 2. Pengorganisasian dan pendayagunaan 80 % koleksi bahan pustaka/sumber informasi 3. Pengembangan profesi 80 % Tabel 4 menunjukkan bahwa Unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, Unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit yang tertuang dalam juknis jabatan pustakawan dan angka kreditnya pada Bab V Pustakawan yang melaksanakan tugas di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari setiap angka kredit butir kegiatan yang dilakukan. Unsur pengembangan 80 % artinya artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini juga mengacu pada penilaian angka kredit. 9

10 Rumus 2 untuk alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli adalah sebagai berikut : 100 % pendidikan + 80 % (Unsur pokok + pengembangan profesi + unsur penunjang). Dengan rumusan ini maka seorang pustakawan tingkat terampil yang akan beralih jalur ke pustakawan tingkat ahli tidak banyak mengalami pengurangan angka kreditnya. Angka 80 % (Unsur pokok dan pengembangan profesi) ini mengacu pada angka kredit untuk pustakawan yang melakukan tugas satu tingkat diatas jenjang jabatannya. Berikut rincian rumus 2 yang dituangkan dalam bentuk tabel rumus 2. Tabel 5. Rumus 2 Penilaian Angka Kredit Alih Jalur No. Unsur Kegiatan Angka Kredit 1. Pendidikan 100 % 2. Pengorganisasian dan pendayagunaan 80 % koleksi bahan pustaka/sumber informasi 3. Pengembangan profesi 80 % 4. Penunjang 80 % Tabel 5 menunjukkan bahwa unsur pendidikan 100 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur pendidikan yang didapatnya diakui secara penuh, unsur pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka /sumber informasi 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 % hal ini mengacu pada penilaian angka kredit, unsur pengembangan profesi 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 %, unsur penunjang 80 % artinya pustakawan yang akan beralih jalur unsur ini hanya diakui 80 %. Pada rumus ini unsur penunjang juga di perhitungkan sebesar 80 % sehingga pustakawan tingkat terampil yang telah melakukan kegiatan pengembangan profesi tidak mengalami kerugian Perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur 10

11 Perbedaan persepsi antara pustakawan, tim penilai, bagian kepegawaian dalam proses alih jalur dari pustakawan tingkat terampil kepustakawan tingkat ahli. Sering terjadi perbedaan persepsi antara tim penilai (sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan atasan langsung sehingga menghambat dalam proses alih jalur pustakawan tingkat terampil ke tingkat ahli. Di beberapa instansi sering terjadi masalah dalam proses ahli jalur, meskipun petunjuk dan aturannya sudah jelas namun masih saja beberapa unit terkait memiliki penafsiran yang berbeda dalam proses alih jalur sehingga pustakawan yang tingkat terampil sering tertunda peralihannya ketingkat ahli karena antara tim penilai dengan BKD sering bertentangan dalam menerapkan proses alir jalur. Permasalahan tersebut dapat diatasi sebgai berikut Perlu adanya koordinasi yang berkesinambungan antara tim penilai bagian kepegawaian (BKD atau BKN) dan atasan langsung sehingga memiliki kesamaan persepsi terhadap memahami dan menerapkan alih jalur pustakawan. Perpuskaan Nasional RI selaku pembina jabatan fungsional pustakawan perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap ke beberapa instansi terutama dalam penerapan proses kerja tim penilai dan bagian yang terkait, apakah sudah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, jika belum perlu diadakan bimbingan teknis atau koordinasi sehingga mulai dari tingkat pusat, instansi, provinsi, kabupaten/kota memiliki standar yang sama dalam hal penilaian dan dalam proses alih jalur Profesionalisme pustakawan Pekerjaan pustakawan terampil dengan ahli jelas berbeda. Kenyataan dilapangan sering sekali pustakawan terampil yang sudah beralih ke tingkat ahli tidak mampu mengerjakan pekerjaan tingkat ahli terutama dalam hal pengkajian pengembangan perpusdokinfo. Hal ini sering terjadi pada pustakawan tingkat terampil yang mengambil pendidikan S1 nya non perpusdokinfo. Untuk beralih ke tingkat ahli maka yang bersangkutan harus mengikuti Diklat Pustakawan Tingkat Ahli (alih jalur), mengingat waktu diklat yang cukup singkat sehingga berdampak pada pelaksanaan dilapangan ketika pustakawan tersebut mengerjakan pekerjaan tingkat ahli. Memang secara logika pasti terjadi perbedaan antara pustakawan yang mengikuti pendidikan minimal 2 atau 3 tahun S1 perpusdokinfo dengan pustakawan yang S1 bidang lain hanya ditambah pengetahuan perpusdokinfo atau pekerjaan tingkat ahli melalui diklat pustakawan tingkat ahli (ahli jalur) yang hanya ditempuh dalam 1 sampai dengan 3 bulan. 11

12 Apakah mungkin dengan waktu pendidikan (diklat) yang singkat ini akan sama kualitasnya dengan pustakawan yang menempuh pendidikan formal dengan waktu yang cukup lama. Memang belum dapat dipastikan bahwa mereka yang menempuh pendidikan yang lebih lama yang lebih berkualitas atau lebih mampu mengerjakan pekerjaan pustakawan tingkat ahli dibanding yang hanya mengikuti diklat dalam waktu yang singkat. Perlu dilakukan penelitian kecil untuk mengetahui kemampuan dalam melaksanakan tugas pustakawan tingkat ahli antara mereka yang berpendidikan S1 perpusdokinfo dengan S1 bidang lain ditambah diklat alih jalur. Sehingga nanti akan terungkap siapakah yang lebih mampu dalam menjalankan tugas pustakawan tingkat ahli, apakah yang berlatar belakang S1 perpusdokinfo atau S1 bidang lain ditambah diklat ahli jalur? Bagi pustakawan ahli yang nantinya tidak mampu melakukan pekerjaan pustakawan tingkat ahli terutama pengkajian pengembangan perpusdokinfo, maka perlu diuji kompetensi kembali di bagian atau butir kegiatan yang mereka kurang mampu melaksanakannya. Membuat pelatihan di lingkungan instansi sendiri atau bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI untuk membina, mendidik pustakawan tingkat ahli yang kurang mampu dibidang tertentu. Sebagai contoh ketika pustakawannya lemah dibidang pengkajian, jadi perlu dibuat diklat diinstansi sendiri memfokuskan pada kompetensi pengkajian dengan mengundang instruktur yang berpengalaman baik dari instansi sendiri atau dari luar dengan harapan selesai mengikuti diklat tersebut pustakawan tersebut mampu melakukan kegiatan pengkajian. Sebab kalau diklatnya harus ke pusat atau ke instansi yang jauh dan harus masuk asrama dengan waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pustakawan sehingga hasilnya tidak maksimal. 4. Penutup 4.1. Kesimpulan Peningkatan kualitas pendidikan pustakawan di jenjang fungsional pustakawan tingkat terampil perlu ditingkatkan. Diantaranya melanjutkan ke jenjang S1 perpusdokinfo maupun S1 nonperpusdokinfo ditambah dengan diklat alih jalur Penilaian angka kredit alih jalur dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan ahli dengan rumus 100 % pendidikan + 80 % (unsur pokok + pengembangan profesi) perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan pustakawan. 12

13 3.... Perlu adanya koordinasi yang terpadu dan serasi antara lembaga/unit/instansi terkait dengan Perpustakaan Nasional RI, Badan Kepegawaian Daerah dan Badan Kepegawaian Nasional dalam memahami aturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun 2003, Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 : Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya Pustakawan yang telah beralih ke jenjang pustakawan tingkat ahli perlu meningkatkan kualitas kerjanya melalui kegiatan: (1) pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo (2) Menulis tentang perpusdokinfo (3) membuat dan atau menyusun panduan, pedoman, standar perpusdokinfo Saran Lembaga/instansi /badan yang terkait memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pustakawan tingkat terampil untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (sarjana) Perpustakaan Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan kiranya dapat melakukan revisi terhadap rumusan penilaian untuk pustakawan yang akan beralih dari pustakawan tingkat terampil ke pustakawan tingkat ahli Perpustakaan Nasional RI sebagai pembina jabatan fungsional pustakawan sudah selayaknya dapat menjadi fasilitator yang dapat memberikan arahan atau kordinasi antara tim penilai (sekretariat tim penilai), bagian kepegawaian BKD/BKN, atasan langsung disetiap instansi. Bila memungkinkan bagian tersebut seluruh Indonesia di undang dalam satu forum untuk menyamakan persepsi terhadap peraturan dan prosedur yang berlaku terkait dengan jabatan fungsional pustakawan dengan harapan terjadi standarisasi atau keseragaman dalam penilaian jabatan fungsional pustakawan Pustakawan disarankan membentuk kelompok diskusi baik di lingkungan unit kerja maupun antar unit kerja guna meningkatkan kemampuannya dalam mengkaji dan mengembangkan 13

14 perpustakaan, kemampuan menulis serta menyusun panduan, pedoman, standar tentang perpusdokinfo. DAFTAR PUSTAKA Gusti Ayu Komang Suryati. Sekilas Alih Jalur Pustakawan Tingkat Terampil untuk Meniti Puncak Karier Jabatan Fungsional Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, Kartini. Pengantar jabatan fungsional pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 23 Tahun 2003 dan No. 21 Tahun Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 : Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2012 Racman Herman S., Zulfikar Zen. Etika kepustakawan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. 14

15 Sarwidiarti Mrihastuti. Prosedur pengusulan penilaian angka kredit. Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, Suharyanto. Pengembangan Profesi Pustakawan pusbangkol.pnri.go.id/.../pengembangan%20pro. Supriyanto. Pengembangan Jabatan Fungsional Pustakawan. Materi Diklat,2012. Titiek Kismiayati. Opong Sumiati. Bidang kegiatan pustakawan dan unsur-unsur yang dinlai Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, Tri Listiyowati. Tugas pokok dan fungsi tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Bahan ajar diklat Tim penilai jabatan fungsional pustakawan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI,

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP AYO JADI PUSTAKAWAN Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP E-mail: yuvenyuni@gmail.com Abstrak: Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 menyebutkan ada 101 rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil (PNS) salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL Yuyun Widayanti Pelaksana STAIN Kudus E-mail : (yuyun083@gmail.com) Abstrak : Jabatan fungsional pustakawan adalah salah satu jabatan fungsional

Lebih terperinci

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009 ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009 Anna N Nuryani Arsiparis BPAD Provinsi DIY LATAR BELAKANG Pemerintah telah memberikan pengakuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014 Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014 Suharyanto Pustakawan Madya Perpustakaan Nasional RI Suharyanto_m @ yahoo.com -- FB : Suharyanto Mallawa Abstrak Jabatan fungsional

Lebih terperinci

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997

Lebih terperinci

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb No.272, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penggerak Swadaya Masyarakat. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN : 1. Undang-Undang Nomor 5 Th 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional;

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

XX. TEKNISI LITKAYASA

XX. TEKNISI LITKAYASA XX. TEKNISI LITKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 entang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

PROSEDUR PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER PROSEDUR PENGANGKATAN PERTAMA DALAM JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2015 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

by Opong-Sosialisasi Perka No. 2 Th 2017-Perpusnas 18 Juli 2017

by Opong-Sosialisasi Perka No. 2 Th 2017-Perpusnas 18 Juli 2017 1 SOSIALISASI PERATURAN KEPALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING PusatPengembanganPustakawan 2 Perpustakaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 28 TAHUN 2005 T E N T A N G KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/60/M.PAN/6/2005 TENTANG

Lebih terperinci

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4

Lebih terperinci

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Sekretariat Jenderal DPR RI 15 April 2014 Setyanta Nugraha Karo Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 10/22/2013 Karo Analisa APBN 1 PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2014 NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN MANDIRI LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN PENGARUH PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA Oleh : Agustiawan, S.S NIP. 19790714

Lebih terperinci

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI BADAN PUSAT STATISTIK PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI (Berdasarkan : SK MenPAN Nomor 66/Kep/M.PAN/7/2003 (Perka BPS Nomor 16 Tahun 2008) Bagian Jabatan Fungsional TUJUAN PENETAPAN

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, - 2 - BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 67 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Ketentuan yang mengatur tenaga fungsional penyuluh kehutanan adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 130/KEP/M.PAN

KATA PENGANTAR Ketentuan yang mengatur tenaga fungsional penyuluh kehutanan adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 130/KEP/M.PAN PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KEHUTANAN DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN KEHUTANAN Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran MATERI BUKU 1. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama Kepala Lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer PENDAHULUAN Tujuan dan Keuntungan Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer Pengertian, Rumpun Jabatan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Jenjang Jabatan Tujuan dan Keuntungan 1.1. Tujuan Penetapan Jabatan

Lebih terperinci

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP

Prof. dr Ali Ghufron Mukti., MSc., PhD NIP KATA SAMBUTAN Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan ditetapkan dalam rangka pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan pengelolaan laboratorium

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Di Sampaikan Pada Acara Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Kementerian PUPR Yogyakarta, 9 Februari

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PENGERTIAN PENGERTIAN

PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PENGERTIAN PENGERTIAN PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN BIRO HUKUM DAN ORGANISASI MENDUKUNG TERCAPAINYA PEMBANGUNAN KES DIBERDAYAKAN JABATAN PUSTAKAWAN JAFUNG PUSTAKAWAN MENJAMIN PEMBINAAN KARIER KEPANGKATAN, JABATAN, PROFESIONALISME

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING

PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING Oleh: Opong Sumiati Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.08/MEN/V/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.08/MEN/V/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.08/MEN/V/2007 TENTANG PEDOMAN POLA KARIR DAN POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGGERAK SWADAYA MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 132/KEP/M.PAN/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06 TAHUN 2002 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PENYESUAIAN JABATAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA NOMOR 09/KEP/M.PAN/2/2002 KEPALA

Lebih terperinci

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM Provinsi JawaTengah JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING 30/8/2017 Kominfo, Hotel Sahira-Bogor-2017 1 Penyesuaian/Inpassing adalah proses

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA Disampaikan pada Sosialisasi Pembinaan Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Makassar,

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN Dra. Nadimah, MBA. ASISTEN DEPUTI STANDARISASI JABATAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

XV. PRANATA KOMPUTER

XV. PRANATA KOMPUTER XV. PRANATA KOMPUTER K. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI 2006 Kajian pembentukan jabatan fungsional di Setjen DPR RI: Wiyakarsa/Analis Kebijakan Parlemen/Analis Anggaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.218,2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Pustakawan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.218,2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Pustakawan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.218,2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Pustakawan. KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

1. Pengangkatan Pertama

1. Pengangkatan Pertama LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : TANGGAL : URAIAN PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PEMERINTAHAN I. JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA KREDITNYA A. Pembinaan Karier 1. Pengangkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

- 3 - Pasal Jabatan

- 3 - Pasal Jabatan PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN PELATIH OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.697, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Statistisi. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh : Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

I. PENGAWAS PERIKANAN

I. PENGAWAS PERIKANAN I. PENGAWAS PERIKANAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Dasar Hukum Jabatan Fungsional

Dasar Hukum Jabatan Fungsional Dasar Hukum Jabatan Fungsional 1 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No. 43 Tahun 1999 2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994

Lebih terperinci

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN Penulis: 1. Drs. Mamat, MM 2. Rihard Hasugian, S.Sos PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1805, 2014 KEMENPAN RB. Analis Keuangan. Pusat. Daerah. Jabatan Fungsional. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN

TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN LAMPIRAN IX : PERMENKES NOMOR : 262/MENKES/PER/IV/2009 TANGGAL : 8 April 2009 TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN 1. TATA KERJA TIM PENILAI b. Kedudukan, Tugas dan Fungsi 1) Tim Penilai Departemen Sesuai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh: Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN TUGAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan

KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS) Aba Subagja Sekretaris Deputi Bidang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER Pengangkatan Pertama dan Diklat Penjenjangan Penilaian Angka Kredit Pembebasan Sementara dan Pemberhentian 2 Formulir Pengangkatan Pertama dan Diklat Penjenjangan

Lebih terperinci