VIII. PEMBAHASAN. = Bobot realisasi minggu ke-n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n = Nilai total dari satuan pekerjaan-n = Bobot pekerjaan ke-n

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VIII. PEMBAHASAN. = Bobot realisasi minggu ke-n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n = Nilai total dari satuan pekerjaan-n = Bobot pekerjaan ke-n"

Transkripsi

1 91 VIII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek Tugas konsultan pengawas dalam kegiatan manajemen proyek adalah mengawasi dan memastikan kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan memenuhi bobot kemajuan kerja sesuai dengan jadwal pada setiap minggunya. Cara yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah dengan melakukan pengendalian terhadap alokasi kerja yang dilaksanakan kontraktor setiap minggunya. Untuk dapat memenuhi rencana kerja yang telah ditetapkan, konsultan pengawas memberikan sejumlah saran mengenai jenis dan kuantitas pekerjaan kepada kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor kemudian didokumentasikan dalam sebuah laporan harian yang selanjutnya dirangkum dalam laporan mingguan yang diserahkan kepada konsultan pengawas. Dokumen tersebut kemudian digunakan sebagai data dalam pengawasan dan pembobotan penyelesaian pekerjaan. Dokumen laporan harian dan mingguan yang diberikan oleh kontraktor kemudian diperiksa silang (cross references) terhadap data yang dimiliki oleh konsultna pengawas. Persamaan yang digunakan dalam menentukan bobot pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor adalah : dimana, R n Σ RW n Σ W n B n = Bobot realisasi minggu ke-n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n = Nilai total dari satuan pekerjaan-n = Bobot pekerjaan ke-n Persamaan tersebut digunakan dalam menentukan seluruh realisasi bobot pekerjaan terlaksana dilapangan. Berdasarkan hasil pengawasan secara keseluruhan, kontraktor yang bertugas dalam proyek ini memiliki kemampuan rendah dalam menjalankan rencana proyek. Hal ini tampak dari bobot penyelesaian pekerjaan yang hampir selalu minus atau berada pada kisaran angka di bawah bobot penyelesaian pekerjaan yang ditetapkan setiap

2 92 minggunya. Rangkuman dari keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan kotraktor tiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC Rencana progres perminggu Kumulatif rencana Realisasi progress per minggu Kumulatif realisasi progress Deviasi rencana per minggu Kumulatif deviasi per minggu Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Minggu VI Minggu VII Minggu VIII Minggu IX Minggu X Minggu XI Minggu XII Dari tabel di atas tampak bahwa kontraktor memiliki bobot minus pada setiap minggunya, kecuali pada minggu ke-7, 8, 11 dan 12. Bobot minus ini merupakan indikasi bahwa kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal rencana yang ditetapkan atau memiliki performa dibawah rencana kerja, selain itu bobot minus tersebut juga terus terakumulasi pada minggu-minggu berikutnya sehingga seluruh bobot pekerjaan yang ada pada kolom deviasi kumulatif memiliki nilai negatif. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada minggu-12 atau pada akhir masa pekerjaan, kumulatif rencana kerja yang seharusnya sudah dikerjakan oleh kontraktor adalah sebesar 84,08 % sedangkan pada realisasinya, kontraktor hanya mampu merealisasikan pada kisaran bobot sebesar 81,48 %. Hal ini menunjukan bahwa kontraktor masih berada di bawah target pekerjaan yang direncanakan dengan deviasi kumulatif pada minggu terakhir adalah sebesar -2,61 %. Nilai minus ini berasal dari pekerjaan pengadaan tanah, penentuan lokasi dan pekerjaan penanaman lantana serta pengadaan penopang bambu yang masih kurang dari ketetapan kontrak. Performa rendahnya kinerja kontraktor juga tercermin pada rencana dan realisai kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23. Dalam pelaksanaan kerjanya, kontraktor tidak bekerja sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

3 93 Seluruh pekerjaan dikerjakan di luar jadwal atau tidak sesuai dengan rencana. Sebagai salah satu contoh yaitu pada pekerjaan pengadaan kantor gudang dan lapangan yang direncanakan dilaksanakan pada minggu-2 dan baru direalisasikan kontraktor pada minggu-9. Hal ini mengakibatkan keberadaan kantor dan gudang lapangan dirasakan kurang bermanfaat sebagaimana seharusnya. Secara umum, keterlambatan tersebut diatas disebabkan karena subkontraktor sebagai pihak pelaksana pekerjaan di lapangan tidak mampu bekerja secara optimal dan merupakan dampak lanjutan dari kurang baiknya komunikasi serta koordinasi antara kontraktor dengan sub-kontraktor lanskap. Minimnya sponsoritas yang diberikan oleh kontraktor kepada sub-kontraktor ditengarai sebagai penyebab utama timbulnya permasalahan selama masa pelaksanaan penanaman. General Superintendant (GS) yang ditugaskan oleh PT. SK kurang dapat bekerja sama dengan Site Manager (SM) CV. BIF. Hal ini mengakibatkan proses penyampaian informasi terkadang berjalan lambat atau bahkan terhambat. Hal tersebut berdampak pada terlambatnya upaya penanggulangan masalah yang terjadi di lapangan. Selain itu GM juga dirasakan kurang menguasai pelaksanaan proyek secara keseluruhan, hal ini tampak dari ketidakpahaman GM terhadap metode maupun bahan yang digunakan dalam pekerjaan penanaman. Pada lingkup manajemen perubahan, dilakukan sejumlah perubahan yang lebih bersifat korektif. Perubahan tersebut dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap gambar kerja dan dokumen kontrak yang dilakukan dalam pekerjaan pendahuluan, sejumlah perubahan kemudian diusulkan kepada pihak PT. Jasa Marga cabang CTC. Koreksi yang dilakukan terhadap gambar kerja dilakukan dengan jalan melakukan penggambaran ulang terhadap seluruh gambar pada lanskap ruas Cengkareng, sedangkan pada lanskap ruas Jagorawi koreksi hanya dilakukan dengan memperbaiki jumlah tanaman yang terdapat pada gambar tersebut agar sesuai dengan jumlah tanaman yang tercantum pada dokumen kontrak. Sedangkan perubahan pada dokumen kontrak dilakukan menyangkut jumlah dan spesifikasi dari beberapa jenis tanaman dan kuantitas tanah merah yang harus diadakan oleh kontraktor. Dalam perubahan kontrak kerja, terjadi perubahan terhadap beberapa jenis pekerjaan hingga lebih dari 10 % dari ketetapan dokumen kontrak dan merupakan suatu hal yang seharusnya tidak diperkenankan. Hal tersebut sesuai

4 94 dengan ketentuan dalam perubahan kontrak kerja (Variation Order - VO) yang diperkenankan sesuai dengan Kepres No. 08 tahun Perubahan tersebut terjadi pada item pekerjaan pengadaan tanah urugan, penambahan tanaman baru berupa nanas merah, ubi singapur, rumput gajah mini dan sambang darah. Rangkuman dari VO yang terjadi terhadap dokumen BQ dapat dilihat pada Lampiran 26. Perubahan kerja terbesar terdapat pada pekerjaan pemberian tanah dan pengadaan pupuk untuk pekerjaan penanaman, penambahan pekerjaan instalasi pot ruas Cengkareng serta adanya penambahan tanaman baru yang pada awalnya tidak terdapat dalam ketentuan gambar kerja seperti bayam merah, ubi singapur, nanas merah, sambang darah dan penanaman rumput gajah mini. Selain itu, perubahan juga terjadi pada alokasi waktu keseluruhan yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan penanaman. Waktu yang diberikan kepada kontraktor diperpanjang dengan adanya surat permohonan addendum waktu kerja selama 3 minggu. Adapun waktu tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pengadaan tanah dan penanaman lantana (Lantana cammara) pada ruas Cengkareng yang terdapat pada Km sampai dengan Km Kondisi dan Permasalahan Teknis PT. SK selaku kontraktor utama merupakan kontraktor dengan latar belakang sebagai penyedia layananan jasa konstruksi bangunan dan fasilitas umum, sedangkan CV. BIF selaku sub-kontraktor merupakan rekanan PT. Jasa Marga cabang CTC yang telah menangani berbagai proyek penanaman lanskap jalan tol pada kantor cabang PT. Jasa Marga dengan sejarah kerja (track record) yang cukup baik. Perbedaan latar belakang ini menjadikan kontraktor dengan sub-kontraktor memiliki pemahaman dan tujuan pelaksanaan kerja yang berbeda. Harga penawaran kontraktor PT. SK dalam dokumen penawaran (tender) yang berada di bawah harga normal, menjadikan sub-kontraktor CV. BIF sebagai penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman tidak dapat menyediakan tanaman sesuai dengan spesifikasi pada dokumen kontrak secara sempurna. Hal ini terutama tampak pada tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) yang ditanam pada kedua ruas jalan tol tersebut yang hanya memiliki ketinggian setengah dari ketentuan spesifikasi tanaman yang tercantum dalam dokumen kontrak.

5 95 Permasalahan teknis yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini mencakup: penentuan lubang tanam, penyediaan armada penyiraman dan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, keterbatasan sumberdaya dalam pengadaan tenaga kerja dan faktor eksternal. Dalam penentuan lubang tanam pada masing-masing ruas, PT. BIF selaku pelaksana pekerjaan penanaman mendapatkan kesulitan dalam menentukan lubang tanam sesuai dengan gambar rencana yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan SM tidak mau menentukan titik lubang tanam apabila tidak disertai oleh perwakilan konsultan pengawas yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam pekerjaan pembuatan lubang tanam. Dampak dari hal tersebut adalah semakin banyaknya waktu yang diperlukan dalam menentukan titik lubang tanam dan berakibat pada semakin mundurnya waktu pelaksanaan dari setiap item pekeraan yang ada dalam dokumen kontrak. Sedangkan faktor eksternal yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini adalah adanya fenomena alam berupa banjir rob (air pasang) yang terjadi pada ruas Cengkareng di sekitar Km-22 sampai dengan Km-27 yang merupakan lokasi penanaman Lantana sp. dan Nerium oleander. Sedangkan tanaman palm jepang (Pthycosperma sp.) dan pucuk yang diletakan pada lokasi yang berbatasan dengan pemukiman penduduk pada ruas Cengkareng menjadikan tanaman tersebut sebagai jenis tanaman dengan tingkat kerusakan tertinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya. Kerusakan pada umumnya disebabkan oleh adanya aktivitas penggembalaan hewan ternak yang dilakukan oleh penduduk sekitar. Daun dari tanaman tersebut dimakan oleh kambing yang digembala disekitar lokasi penanaman. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan relokasi tanaman atau dengan melakukan penggantian jenis tanaman dengan menggunakan tanaman lain. Pada permasalahan yang menyanggkut adanya aktifitas penggembalaan hewan ternak, tanaman palm jepang ditukarkan lokasi penanamnnya dengan tanaman thevetia. Hal ini merupakan saran yang berasal dasri SM yang menginformasikan bahwa hewan ternak tidak menyukai tanaman thevetia. Permasalahan teknis lain terdapat pada pemasangan bambu penyangga pada pohon atau palm yang tidak sesuai dengan ketentuan kerja. Beberapa jenis pohon yang seharusnya memiliki bentukan penopang menyerupai tripod hanya dipasangkan dengan 2 (dua) buah penopang, itu pun dengan cara pemasangan yang kurang baik. Penopang tersebut tidak ditancapkan dengan baik ke dalam

6 96 tanah sehingga tidak memiliki fungsi sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan ukuran lubang tanam tidak dipenuhi sebagaiman ketentuan pada dokumen kontrak. Lubang tanam yang dibuat pada lokasi pekerjaan hanya dibuat dengan ukuran 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali ukuran bola akar. Walaupun ukuran tersebut merupakan ukuran lubang tanam yang ideal bagi penanaman tanaman, namun ketidaktepatan ini berdampak pada tidak terpenuhinya penyediaan tanah dan pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam. Selain itu, ukuran lubang tanam yang relatif besar tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki struktur dan kandungan hara tanah disekitar tanaman yang akan ditanam pada lubang tersebut. Dalam ketentuan-ketentuan kontrak kerja yang tidak dideskripsikan dengan jelas, kontraktor melakukan beberapa pengurangan atau pemangkasan biaya operasional secara keseluruhan melalui : 1) Tidak menyediakan kelengkapan keaman kerja yang memadai seperti rompi dan helm proyek 2) Tidak melakukan pengaturan lalu lintas untuk menjamin keamanan dan keselamatan, baik pekerja maupun pengguna jalan tol 3) Pengadaan alat keselamatan kerja yang sangat minim Sedangkan pada pihak konsultan permasalahan timbul akibat adanya ketidak-lengkapan seragam dan perlatan lapang lapang. Peralatan lapang yang sangat vital dalam kegiatan pengawasan yaitu kamera yang digunakan untuk kegiatan pendokumentasian. Pada awal minggu pertama, konsultan pengawas tidak memiliki kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Selain itu, kendala utama dalam melaksanakan kegiatan pengawasan adalah keterbatasan penggunaan sarana mobilisasi yang lengkap dengan kelengkapan keamanan pelaksanaan kerja di jalan tol yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan. Selain itu, posisi CI dalam anggota tim pengawas kurang dapat berperan dengan baik. Hal ini dikarenakan pada pertengahan bulan-3, CI mengundurkan diri dalam keterlibatannya pada pelaksanaan proyek ini. Permasalahan lain yang dihadapi oleh konsultan pengawas adalah keterbatasan dalam mengawasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor di lapangan secara langsung dikarenakan keterbatasan dalam sarana mobilisasi yang dapat digunakan oleh konsultan pengawas. Hal ini sangat

7 97 berpengaruh pada pekerjaan pengadaan tanah ke lokasi tanam yang umumnya dilaksanakan pada malam hari. Dalam melakukan penjaminan terhadap pemenuhan jumlah tanaman yang harus dipenuhi, kontraktor diwajibkan melakukan penggantian terhadap seluruh tanaman yang mengalami kematian, baik pada ruas Jagorawi maupun pada ruas Cengkareng. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pemeriksaan tanaman yang telah tertanam, terdapat sejumlah tanaman yang mengalami kematian, baik dikarenakan oleh kesalahan pra-penanaman, rendahnya tingkat pemeliharaan pasca-penanaman maupun adanya gangguan dari aktifitas penduduk sekitar. Perincian hasil pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman No Nama Pohon Kuantitas BQ Hidup Mati Ruas Jagorawi 1 Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 2.5 m Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) 3 m Palm sadeng (Livistonia rotundifolia) m Bunga kupu kupu (Bauhinia purpurea) Kamboja (Plumeria rubra) Ki Hujan (Samanea saman) Pucuk merah (Euginia oleana) Pandan kuning (Pandanus pygmeus) Pisang hias (Helliconia psittacorum) Nusa indah (Musaenda sp) Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) Euphorbia (Euphorbia milii) Bunga kertas (Bougenvillea glabra) Rumput gajah mini (Axonopus sp) Ruas Cengkareng 1 Palm anggur (Latania sp) Bintaro (Cerbera odolam) Thevetia (Thevetia peruviana) Ki Hujan (Samanea saman) Kamboja (Plumeria rubra) Kamboja bali (Plumeria fragrans) Palem jepang (Ptycosperma macharturii) Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima) Pucuk merah (Euginia oleana) Bunga mentega (Nerium oleander) Bunga mentega Var. (Nerium oleander Var) Pandan kuning (Pandanus pygmeus) Lili air mancur (Hymenocalis speciosa) Pisang hias (Helliconia psittacorum) Lantana (Lantana camarra) Rumput gajah mini (Axonopus sp) 50 Sumber : hasil pengamatan lapang

8 98 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kematian yang terjadi pada tanaman disebabkan karena adanya gangguan yang berasal dari adanya aktifitas penduduk sekitar. Beberapa tanaman seperti trembesi (Samanea saman) dan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mati dikarenakan ditebang untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Tanaman palm jepang (Spermathophyta sp) dan pucuk merah (Euginia oleana) mengalami kematian karena adanya aktifitas penggembalaan hewan ternak. Sedangkan tanaman lantana (Lantana cammara) mengalami kematian dikarenakan minimnya penyiraman yang diberikan pascapenanaman. Secara keseluruhan, permasalahan teknis yang dijumpai dalam pekerjaan penanaman lebih mengarah pada pemenuhan pekerjaan sesuai dengan kualitas dan ketetapan kerja dalam kontrak Peran Pengawasan Peran pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas lebih berpengaruh pada pemeriksaan kelengkapan dokumen administrasi dan gambar kerja pada masa pekerjaan pendahuluan. Sedangkan dalam masa penanaman, konsultan pengawas lebih berperan sebagai peredam dalam meminimalisasi dampak dari kekurangan atau kesalahan yang terjadi selama proyek berlangsung. Peran konsultan sebagai pengendali jalannnya proyek kurang dapat dirasakan karena keterbatasan wewenang yang dimiliki. Selain itu, konsultan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak dapat bersifat independen dalam menerapkan sanksi terhadap kelalaian yang dilakukan oleh kontraktor. Hal ini disebabkan karena adanya interfensi yang berasal dari pihak satgas. Setiap masukan, saran atau teguran yang diberikan oleh kepada kontraktor tidak dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan pihak satgas dapat menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor walaupun dengan segala kekurangannya.

Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan

Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan 104 Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan Pelaksana lapang Pelaksanaan pekerjaan Kelengkapan laporan harian Harian Chief Inspector tidak Pengajuan Disetujui? Mingguan ya Pembaharuan

Lebih terperinci

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 30 VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 6.1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya pekerjaan di lapangan. Jenis pekerjaan pendahuluan mencakup

Lebih terperinci

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A3420138 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. ORGANISASI PROYEK

IV. ORGANISASI PROYEK 19 IV. ORGANISASI PROYEK 4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09 September

Lebih terperinci

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK 25 V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data lapangan, 1 (satu) orang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel LAMPIRAN 126 127 Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel No Judul Gambar Keterangan 1 Guard House Gambar 41 2 Desain pada Gazebo Gambar 54 3 Desain

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A3420138 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG ABSTRAK

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG ABSTRAK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN BANGUNAN KONSTRUKSI DI KOTA BANDUNG Maksum Tanubrata 1 dan Deni Setiawan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK 5.1 Penjadwalan Kerja Dengan Bar Chart dan Curva S Merupakan suatu planing yang baik bila pembuatan penjadwalan kerja pada pelaksanaan suatu kegiatan/proyek dibuat,

Lebih terperinci

BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI

BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI 3-1 BAB III PESERTA PROYEK KONTRUKSI 3.1 Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Tahap Konseptual Beserta Pola 3.1.1 Tahap Perencanaan Pemilik (owner) PEMDA KAB. BANDUNG BARAT Konsultan Perencana CV DATUM KONSULTAN

Lebih terperinci

3.1 STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN Gambar.3.1 Struktur Organisasi Lapangan (Sumber : Proyek Lexington Residence PT. PP (Persero), Tbk) III -1 3.1.1 Project Manager (PM) Project manager adalah pihak yang

Lebih terperinci

Owner (Pemilik Proyek)

Owner (Pemilik Proyek) Owner (Pemilik Proyek) Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor (Pelaksana Proyek PIHAK TERKAIT seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah keterlambatan waktu, pembengkakan biaya, dan rendahnya kualitas. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT.

PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT. PERANAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP PELAKSANAAN MECHANICAL ELECTRICAL PLUMBING (ME-P) PROYEK PEMBANGUNAN PT. TRAKINDO UTAMA Tycho Priestley Giovanni Wuwungan J.E.Ch. Langi, J.P. Rantung,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Pada bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang digunakan untuk mengolah

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO

I T S INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA. Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO Biodata Penulis TRI WAHYU NUR WIJAYANTO 3109.105.008 ANALISA PERHITUNGAN PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL MIDTOWN SURABAYA TRI WAHYU NUR WIJAYANTO 3109.105.008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan kebutuhan dari pemilik proyek, yang tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan kebutuhan dari pemilik proyek, yang tidak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan proyek di masa sekarang terus meningkat sejalan dengan permintaan dan kebutuhan dari pemilik proyek, yang tidak lepas dari perkembangan permasalahan selama

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. proses pemikiran yang tangguh dalam mengatasi persoalan pelaksanaan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. proses pemikiran yang tangguh dalam mengatasi persoalan pelaksanaan BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Teknik Penjadwalan Time Schedule adalah metode pengendalian proyek yang merupakan proses pemikiran yang tangguh dalam mengatasi persoalan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualifikasi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001), definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU Nomor:

PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU Nomor: PEMERINTAH KOTA PEKANBARU DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN Jl. DT. SETIAMAHARAJA NO.2 KECAMATAN BUKIT RAYA TELP.(0761) 7873955 PEKANBARU - 28281 PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 06 ISSN: 459-977 ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI AKIBAT PENGELOLAAN SHOP DRAWING Desi Dwi Rahayu,Muhammad Abduh, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,Institut

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Proyek rehabilitasi jaringan irigasi yang dikerjakan oleh CV Muara Kencana mengalami keterlambatan pengerjaan pada minggu ketiga dan minggu keempat. Hasil atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Dan Manajemen Proyek Proyek adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, dan dilaksanakan sampai benar-benar memberikan hasil atau keluaran-keluaran

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Tinjauan Umum Setelah melaksanakan kegiatan Kerja Praktik selama dua bulan yaitu mulai dari 15 Agustus sampai dengan 15 Oktober 2016 di Proyek Pembangunan Rumah Susun

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan bahasan dari proses pengumpulan data dan tahap analisa data dengan statistik, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain : a. Hipotesa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Laporan Kemajuan Proyek Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara didalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa (service) yang unik.

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 181-190 PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT 1 Sanny Stephanie dan 2 Dwi Dinariana 1 Program S1

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II: TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Latar Belakang Perusahaan PT. PRIMER EKA PROPERTI bergerak di bidang owner/pemilik proyek dengan berkantor pusat yang beralamat Jl. Gatot Subroto Km3 No.78, Cimone, Karawaci,

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan

BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK. akan semakin diperlukan jika proyek termasuk dalam proyek yang kompleks dan BAB VI PENGENDALIAN DAN KEMAJUAN PROYEK 6.1. Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN ORGANISASI DAN SISTEM KONTRAK. merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mongkoordinasi dan

BAB III MANAJEMEN ORGANISASI DAN SISTEM KONTRAK. merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mongkoordinasi dan BAB III MANAJEMEN ORGANISASI DAN SISTEM KONTRAK 3.1 Manajemen Organisasi Proyek Dalam membangun suatu proyek, perlu adanya suatu sistem manajemen proyek yang merupakan rangkaian kegiatan suatu usaha dalam

Lebih terperinci

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus BAB V PENERAPAN INDIKATOR KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK STUDI KASUS Pada bab 4 telah coba dikembangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang didasarkan atas telaah terhadap studi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 66 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Sinar Mutiara Indah Perusahaan konstruksi CV Sinar Mutiara (SMI) didirikan pada tahun 1970, dengan tujuan utama

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PERUBAHAN PEKERJAAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI

STUDI ANALISIS PERUBAHAN PEKERJAAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI STUDI ANALISIS PERUBAHAN PEKERJAAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI Martuarasi Siburian NRP: 9221027 NIRM: 41077011930228 Pembimbing : Yohanes Lim Adianto, Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DERMAGA PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) DAEO MAJIKO KABUPATEN PULAU MOROTAI I. LATAR BELAKANG Dalam rangka Pembangunan Dermaga PPI Daeo Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah satu bagian dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan kontrak, dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA 3.1. Rancangan Survey 3.1.1. Tujuan survey Survey ini didesain dengan tujuan untuk mengidentifikasi terhadap ketersediaan data primer berupa jenis-jenis data yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pelaksanaan proyek konstruksi tentu diharapkan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan jadwal yang telah ditentukan yakni dapat diselesaikan tepat waktu,

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI...

Lebih terperinci

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off

Kata kunci: perbandingan biaya, penambahan tenaga kerja, jam kerja (kerja lembur), time cost trade off ABSTRAK Pelaksanaan proyek konstruksi sering kali ditemukan masalah-masalah seperti penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan kontrak atau terlambat dari yang telah direncanakan di dalam kontrak. Faktor-

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.. Kesimpulan Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang berkedudukan sebagai kontraktor dan konsultan yang berada di daerah DKI Jakarta. Sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 161 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Penerapan Quality Assurance dari segi teknik dan ketepatan waktu oleh PT. Citra Dinamika Interindo pada pekerjaan desain interior di Hotel Sahid belum sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara berkala melalui metode yang tepat. Pada hakekatnya evaluasi diyakini sangat berperan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengendalian Proyek Suatu kegiatan pengawasan/monitoring suatu Proyek supaya proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber

Lebih terperinci

PROGRAM : PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI, RAWA DAN JARINGAN PENGAIRAN LAINNYA SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 U M U M

PROGRAM : PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI, RAWA DAN JARINGAN PENGAIRAN LAINNYA SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 U M U M PROGRAM : PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI, RAWA DAN JARINGAN PENGAIRAN LAINNYA KEGIATAN : REHABILITASI/PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERKERJAAN : REHABILITASI JARINGAN IRIGASI D.I.R. SERUYAN

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU SURAT PEMBORONGAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU PELAJARAN DAN BUKU PEGANGAN GURU MATA PELAJARAN --------------------------------------

Lebih terperinci

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK

BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK BAB V PENJADWALAN DAN EVALUASI PROYEK 5.1 Penjadwalan Kerja Dengan Bar Chart Merupakan suatu planing yang baik bila pembuatan penjadwalan kerja pada pelaksanaan suatu kegiatan/proyek dibuat, selain merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan bagian yang penting dari sistem informasi manajemen proyek.

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, makapengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan proyek pertama penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal tambahan waktu penyelesaian sebesar 138 hari

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan proyek pertama penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal tambahan waktu penyelesaian sebesar 138 hari BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dari pembahasan yang telah dibuat oleh penulis, dapat diambil beberapa simpulan, antara lain : 1. Pada proyek pertama evaluasi minggu ke-2 dengan deviasi 3,21% diperoleh nilai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Menurut Setiadi dan Andi (2013), monitoring pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan kegiatan pengamatan jalannya aktivitas

Lebih terperinci

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK TCE-06 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat Tlp.

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai BAB VII MANAJEMEN RESIKO 7.1 Pendahuluan Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai permasalahan.namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus dicari jalan keluarnya.segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada beberapa area. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (mode, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Bangunan Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap proyek konstruksi memiliki perencanaan dan jadwal pelaksanaan yang terstruktur dengan baik, mulai dari awal pengerjaan hingga berakhirnya proyek

Lebih terperinci