PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A"

Transkripsi

1 PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN ANGGA ARDIYANSYAH. Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol. Studi Kasus Jalan Tol Cawang Tomang Cengkareng. Di bawah bimbingan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN. Kegiatan pengawasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan proyek lanskap agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan profesionalitas kerja dibidang arsitektur lanskap. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek, khususnya proyek lanskap jalan tol. Kegiatan magang ini dilaksanakan dalam sebuah proyek penataan lanskap jalan tol pada ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) dengan cara berpartisipasi aktif sebagai seorang Landscape Inspector (LI) pada sebuah konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK), baik dalam kegiatan pengawasan lapang maupun kegiatan administratif. Pelaksanaan konstruksi lanskap dilaksanakan oleh PT. Sinar Kemala (SK) dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora (BIF). Lokasi pelaksanaan pekerjaan penanaman terletak pada tiga lokasi berbeda, yaitu lanskap jalan tol ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km, lanskap ruas Jagorawi sepanjang 2,8 km dan nurseri Cipinang. Pekerjaan magang dimulai pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 didalam masa pekerjaan penanaman. Manajemen proyek yang dimaksudkan dalam kegiatan magang mencakup pengertian proyek dan bagaimana sebuah proyek dijalankan, terutama pada pengaturan dan pengorganisasian sumber daya. Sumber daya dalam pelaksanaan proyek mencakup sumberdaya manusia dan modal. Kedua sumberdaya tersebut diorganisasikan ke dalam sebuah kegiatan manajemen yang mencakup kegiatan manejemen waktu, kualitas, perubahan, resiko dan masalah serta manajemen komunikasi dalam menghasilkan pelayanan jasa konsultasi yang baik kepada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC yang berperan sebagai pihak pemberi kerja. Dalam pekerjaan pengawasan, kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah dilaksanakannya pekerjaan pendahuluan berupa pemeriksaan terhadap dokumen kerja atau kontrak yang digunakan. Pemeriksaan tersebut mencakup

3 pemeriksaan aspek legal kontrak, konsep disain serta gambar kerja (shop drawings). Dalam kegiatan dihasilkan sejumlah koreksi terhadap kesalahan atau kekeliruan yang ada dalam masing-masing dokumen. Kesalahan yang terdapat dalam dokumen kontrak mencakup ketidaklengkapan persyaratan administrasi, kesalahan notasi gambar kerja dan kesalahan perhitungan dalam dokumen kuantitas dan kualitas barang (Bill of Quantity). Setelah koreksi dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan agar menghasilkan kualitas produk pekerjaan sesuai dengan keinginan pemberi kerja. Pengawasan dilakukan terhadap pekerjaan persiapan, revitalisasi nurseri Cipinang, pekerjaan penanaman dan ruang terbuka gerbang tol. Kegiatan yand dilaksanakan selama pekerjaan persiapan mencakup kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengadaan kantor dan gudang lapang, pengadaan tempat penampungan tanaman sementara, pengadaaan keamanan dan keselamatan kerja, kegiatan pengaturan lalu lintas, pengadaan alat bantu kerja, kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan pematokan lubang tanam dan pengadaan penyangga bambu. Pengawasan pekerjaan penanaman dibagi kedalam dua daerah kerja, yaitu penanaman pada lanskap ruas jalan tol Cengkareng dan lanskap ruas jalan tol Jagorawi. Berdasarkan jumlah dan kategori, tanaman yang digunakan terdiri atas tanaman semak sebesar 95 %, pohon 1,97 %, perdu 1,55 %, rumput 1,18 % dan palm sebesar 0,38 %. Sedangkan berdasarkan bobot penanaman terhadap penyelesaian proyek yaitu semak 35,32 %, pohon 33,75 %, palm 26, 97 %, perdu 3,11 %, dan rumput 0,99 %. Pengawasan penataan ruang terbuka gerbang tol merupakan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi pot pada gerbang Prof. Dr. Sedyatmo dan gerbang tol Cililitan. Tanaman yang digunakan dalam penataan gerbang tol adalah pandan bali (Pandanus sp.), bunga kertas (Bougenvillea glabra.), lili bakung (Hymenocalis speciosa) dan lantana (Lantana cammara). Sedangkan pengawasan revitalisasi nurseri Cipinang mencakup pengawasan pembersihan lahan, instalasi paranet dan tiang penyangga, pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi, pengadaan titik air, pemangkasan pohon eksisting dan pembuatan lubang pengolahan kompos. Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah dan volume pekerjaan.

4 Pemeriksaan terhadap kuantitas dilakukan melalui pencacahan alat dan bahan yang digunakan pada masing-masing pekerjaan, sedangkan pengawasan terhadap kualitas pekerjaan dilakukan melalui kegiatan seleksi berdasarkan standar mutu masing-masing jenis pekerjaan. Hasil dari kegiatan pengawasan secara keseluruhan terangkum dalam lembar rencana dan realisasi proyek serta lembar dokumen perubahan kerja. Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Dalam pekerjaan ini, kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %. Diakhir masa pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Selain itu, juga terdapat sejumlah masalah yang berkenaan dengan teknis pelaksanaan di lapangan. Masalah tersebut mencakup penentuan titik tanam, ketidaksesuaian ukuran lubang, pengadaan tanah urugan dan hingga perawatan tanaman pasca-tanam. Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan penyelesaian pekerjaan, diperlukan pengadopsian metodologi proyek dengan perencanaan kerja mendetil. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan pengorganisasian anggota dengan baik. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga penutupan proyek.

5 PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Lanskap Jalan Tol Cawang Tomang Cengkareng) Nama : ANGGA ARDIYANSYAH NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Tanggal lulus:..

7 KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada rasul Allah yang paling mulia Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang setia hingga akhir masa. Skripsi ini berjudul Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Dalam kesempatan ini penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing studi yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dan Bapakku, A Fikar dan istri, Doni, Niko, dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan secara moral, material, doa, dan nasihat serta semua pengorbanannya, 2. Omah, Mas Iya, Mba Ida, Mba Indri dan Mba Hera beserta suami di Bekasi, Om Mumuh dan Bi Euis yang ada di Majalengka, serta Om Didi dan Bi Tuti yang selalu memberikan dukungannya tanpa kenal lelah, 3. Bapak Ir. Soeliantoro selaku Direktur PT. Buetari Nusa Kreasi yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk melangsungkan praktek. Bapak Ir. Soedirmanto untuk kesempatan, bimbingan dan arahannya selama magang. Bapak Ir. Khairul Tanjung dan Istri atas saran, bimbingan dan dorongannya, baik secara profesi maupun pribadi. 4. Mas Munawir, Yames Sumitra, Kang Asep dan Mas Aris sebagai rekan kerja yang sangat baik sepanjang pekerjaan, 5. Bapak Subari, Bapak Pudjo, Bapak Dede, Bapak Sugianto dan seluruh Satgas Pemeliharaan maupun pihak PT Sinar Kemala selaku Kontraktor Pelaksana yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada penulis,

8 6. Imam, Dudi Fahutan (rasa terimakasih yang sebesar-besarnya), Gin gin, Jupree, Yayat, Asril, Asbok, Icha, Hijrah, Iffa dan teman-teman lanskap lainnya yang selalu memberi semangat kepada penulis. 7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Juga semoga apa yang telah kita lakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin Yaa Rabbal alamiin Bogor, Juni 2008 Penulis

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1983, di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ke dua dari empat orang bersaudara pasangan Ahmad Firmansyah Rasyid dan Ika Rifka Tisna. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di TK Anggraeni pada tahun 1987, kampung Ciomas, Bogor. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Rimba Putra Madya Bogor. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan studi di SLTPN 6 Bogor, dan kemudian pada tahun 1998 melanjutkan ke SMUN 5 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa studi, penulis pernah berperan sebagai anggota perencanaan rest area tol Palimanan- Kanci, sebagai Lanskap Inspector (LI) pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng dan freelance ilustrator.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Magang Tujuan Umum Tujuan Khusus Kegunaan Magang... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Klasifikasi Jalan di Indonesia Jalan Tol Lanskap Jalan Proyek Manajemen Proyek Pelayanan Jasa Konsultasi III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Magang Kerangka Kerja Metode Pelaksanaan Magang Persiapan Pekerjaan Pengawasan Pengumpulan Data Analisis Perumusan Solusi Batasan Studi IV. ORGANISASI PROYEK 4.1. PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) Organisasi Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK 5.1. Manajemen Waktu... 26

11 5.2. Manajemen Kualitas Manajemen Perubahan Manajemen Resiko Manajemen Masalah/Kendala Manajemen Komunikasi VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 6.1. Pekerjaan Pendahuluan Pemeriksaan Aspek Legal Kontrak Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan Pemeriksaan Rencana Kerja Non-Penanaman Pemeriksaan Rencana Kerja Penanaman Pemeriksaan Disain Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Cengkareng Konsep Areal Gerbang Bandara Konsep Areal Median dan Bahu Jalan Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Jagorawi Konsep Areal Gerbang Tol Konsep Areal Kantor Cabang Konsep Areal Bahu Jalan Konsep Penataan Areal Median Jalan Konsep Welcome Area Nurseri Pemeriksaan (Review) Gambar Kerja Pengawasan Pekerjaan Persiapan Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan Pengadaan Penampungan Tanaman (Nurseri) Sementara Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja Pengaturan Lalu Lintas Pengadaan Foto Proyek Pengadaan Alat Bantu Kerja Pembersihan Lahan Penanaman Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam Pengadaan Steger Bambu Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri Pembersihan Lahan Instalasi Paranet dan Tiang Penyangga Pemeliharaan Jalur Sirkulasi Pengadaan Titik Air Pemangkasan Pohon Eksisting Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah Pengawasan Pekerjaan Penanaman Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman Metode Pemindahan Tanaman Spesifikasi Lubang Tanam Metode Penanaman... 76

12 Penanaman Tanaman Keras Penanaman Tanaman Lunak Pemeliharaan Pasca Tanam Pemupukan Penjarangan Penyiraman Pemangkasan dan Perbaikan Penyiangan/Pendangiran Pemupukan Awal Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol Kriteria Pemilihan Tanaman Mekansime Pekerjaan Pemasangan Pot Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas Penyusunan Materi Rapat Penerbitan Surat Resmi Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas VII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek Kondisi dan Permasalahan Teknis Peran Pengawasan VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas Alokasi waktu pekerjaan magang Jenis, sumber dan cara pengambilan data Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga Susunan anggota konsultan pengawas dan lingkup pekerjaannya Kontraktor dan sub-kontraktor pekerjaan lanskap CTC Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) Aspek legal kontrak konsultan pengawas Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan penanaman Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja Ringkasan pemeriksaan gambar rencana dan gambar kerja jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi Hasil pemeriksaan (review) dan koreksi terhadap gambar kerja lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi Acuan skala gambar kerja Ketentuan ukuran lubang tanam Ketentuan jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman Jadwal pelaksanaan rapat mingguan (management meeting) Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman... 96

14 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Siklus pelaksanaan proyek Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang Alur pikir pekerjaan magang Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC Alur pelaksanaan kerja penataan lanskap jalan tol Persentase jumlah tanaman berdasrkan jumlah Persentase jumlah tanaman berdasrkan bobot pekerjaan Kondisi tanaman palm pada lokasi penampungan (nurseri) sementara Konsep umum penataan lanskap ruas Cengkareng Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Cengkareng Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi Konsep penataan gerbang tol Konsep penataan lanskap areal kantor cabang Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi Konsep penataan median jalan ruas Jagorawi Konsep penataan area penerimaan nurseri Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan Pekerjaan pembersihan lahan penanaman Pekerjaan pematokan lubang tanam yang didampingi oleh konsultan pengawas Kondisi eksisting nurseri Cipinang Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi Pekerjaan pengadaan titik air penyiraman Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada nurseri Cipinang Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek... 70

15 31. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dalam pekerjaan penanaman Pekerjaan pembuatan lubang tanam Metode penanaman dan pemasangan steger tanaman yang ideal Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot... 86

16 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan Alur manajemen pengadaan perubahan kerja Alur manajemen resiko dan masalah/kendala Alur manajemen komunikasi Visualisasi tanaman yang digunakan pekerjaan penataan lanskap CTC Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi Jenis, lokasi, ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm Detil penanaman pot Aplikasi metode WBS (Work Break Down Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC Rencana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.392/PRT/M/ Perubahan kontrak (Variation Order VO) pada BQ Daftar istilah

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan darat merupakan unsur penting dalam usaha perkembangan perekonomian. Pada wilayah wilayah yang telah tinggi tingkat perkembangannya serta telah menunjukkan adanya potensi ekonomi dan finansial yang cukup tinggi, terdapat kecenderungan ketidakefisienan waktu perjalanan dan berkurangnya kenyamanan berkendara. Untuk menghindari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu jalan arteri bertipe bebas hambatan yang menghubungkan antara satuan wilayah ekonomi yang ada di dalam sebuah pulau atau antar propinsi yang memungkinkan (PP No. 18 Tahun 1990) yang ditujukan untuk memperlancar arus lalu lintas pada daerah yang telah berkembang, menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi serta membantu meringankan beban pemerintah. Gagasan pemabangunan jalan arteri bertipe bebas hambatan dengan biaya yang diperoleh diluar APBN, yaitu berasal dari para pemakai jalan itu sendiri dihasilkan karena adanya asas pemerataan ekonomi yang diusung oleh pemerintah. Jalan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah jalan tol. Jalan tol pertama yang ada di Indonesia diresmikan oleh presiden Indonesia H.M. Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 dengan nama Jagorawi (Jakarta-Bogor- Ciawi) dengan panjang 43 Km. Pada tanggal 1 Maret 1978, pemerintah terlebih dahulu membentuk dan meresmikan sebuah badan usaha yang bertugas dalam mengelola seluruh jalan tol yang ada di Indonesia dan dinamakan PT. Jasa Marga (Persero) sebagai salah satu bentuk badan usaha pemerintah yang bergerak dalam pelayanan jasa pengelolaan jalan tol. Pada awalnya perkembangannya, keberadaan jalan tol lebih ditekankan pada pembangunan struktur jalan dan kurang memperhatikan penataan terhadap lanskap di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan sebagai bentuk peningkatan pelayanan terhadap pengguna jalan, penataan terhadap lanskap yang ada di sekitar jalan tol saat kini telah mendapatkan perhatian khusus dan menjadi salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan. Hal yang membedakan sebuah lanskap jalan tol dengan lanskap lainnya, yaitu : 1.) lanskap jalan tol merupakan bentang lanskap luas yang terdiri dari berbagai jenis lanskap yang berbeda, 2.) tingkat keberagaman tanaman yang

18 2 tinggi, 3.) kondisi iklim mikro pada daerah sepanjang jalan yang kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 4.) pertimbangan keamanankenyamanan pengguna jalan tol serta pertimbangan terhadap 5.) aspek visual dalam menciptakan suatu lanskap yang fungsional dan estetis. Lanskap jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah ruas jalan tol yang berfungsi selain untuk meningkatkan pelayanan, juga berkaitan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Dalam hubungannya dengan ilmu arsitektur lanskap, penanggulangan permasalahan dari adanya dampak negatif suatu aktifitas manusia dilakukan melalui penataan lanskap yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan, perancangan, konstruksi lanskap dan kegiatan pengelolaan. Pada lanskap jalan tol, pengelolaan lanskap yang berada di dalam daerah milik jalan (damija) sepenuhnya berada dalam tanggung jawab PT. Jasa Marga (Persero) di bawah Departemen Bagian Pemeliharaan pada masing-masing kantor cabang yang termasuk ke dalam kegiatan rutin. Jenis pekerjaan pengeloaan jalan tol yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) mencakup pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan tol dan jalan penghubungnya yang meliputi pelaksanaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan penanganan darurat dan peningkatan jalan tol dan jalan penghubung (Peraturan Menteri PU No. 02 tahun 2007 pasal 13). Dalam praktiknya, PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol tidak melaksanakan seluruh kegiatan pemeliharaan tersebut secara mandiri. Sejumlah pekerjaan pengelolaan dilimpahkan kepada pihak rekanan melalui proses lelang pekerjaan atau tender, termasuk didalamnya adalah pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang berada dibawah daerah kerja PT. Jasa Marga (Persero) cabang CTC yang merupakan lokasi magang. Pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap jalan tol merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur lanskap yang kurang mendapat perhatian dan jarang digunakan dalam penelaahan dan penelitian untuk pengembangan ilmu arsitektur lanskap. Hal ini menjadikan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap, dalam kasus ini adalah lanskap jalan tol sebagai sebuah kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan ditelaah lebih lanjut.

19 Tujuan Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Kegiatan magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dari kegiatan/ pekerjaan yang sesungguhnya di lapang pada bidang arsitektur lanskap, khususnya pekerjaan pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol serta melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan pengawasan Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan memahami sistematika dan alur pelaksanaan sebuah proyek lanskap jalan tol, melaksanakan tugas pengawasan yang didelegasikan serta melakukan analisis terhadap berbagai kondisi dan pelaksanaan di lapang dan alternatif pemecahan masalah Kegunaan Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, profesionalitas dan pengalaman kerja di dalam dunia arsitektur lanskap, khususnya pada manajemen proyek lanskap jalan tol. Selain itu, hasil magang ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi pihak (stake holder) yang terlibat dalam pelaksanaan sebuah proyek lanskap.

20 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kepentingan lalu-lintas serta merupakan satu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hirarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) Klasifikasi Jalan di Indonesia Sesuai Undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan atas dua kategori utama, yaitu : 1) Jalan primer, yaitu jaringan jalan pada tingkat nasional yang menghubungkan satu kota dengan kota lainnya; dan 2) Jalan sekunder, yaitu jaringan jalan yang berada di dalam kota Sedangkan secara hirarkis, jalan masih terbagi lagi dalam tiga kelompok berdasarkan peranannya sebagai prasarana transportasi: 1) Jalan arteri, diperuntukkan bagi perjalanan jarak jauh dengan kecepatan tinggi. Adapun jalan yang diklasifikasikan sebagai jalan arteri adalah jalan propinsi, jalan tol dan atau jalan bebas hambatan 2) Jalan kolektor, disediakan bagi lalu lintas jarak menengah dengan kecepatan kendaraan sedang, jalan yang termasuk dalam kategori ini adalah jalan kabupaten 3) Jalan lokal, merupakan jalan yang berfungsi untuk melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri jarak dekat dengan kecepatan kendaraaan rendah Jalan sebagai bagian dari lanskap jalan, terdiri atas sejumlah komponen jalan yang saling berhubungan satu sama lain, Peraturan No. 13 Tahun 1980 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga mendefinisikan komponen tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu: 1) Daerah Manfaat Jalan (damaja) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.

21 5 Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan. 2) Daerah Milik Jalan (damija) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Damija dimanfaatkan untuk Damaja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan. 3) Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) adalah ruas di sepanjang jalan di luar Damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan tujuan agar tidak menganggu pengemudi dan konstruksi bangunan jalan Jalan tol Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 Pasal 44 tentang jalan, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif. Namun, dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif. Sebagai jalur lintas alternatif, jalan tol ditujukan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain dimana para pengguna jalan harus membayar sesuai dengan tarif yang berlaku yang didasarkan pada golongan kendaraan. Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sebagai sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya kurang tepat. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway atau expressway (free berarti gratis, dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollroad atau tollway - kata toll berarti biaya) (Anonim, 2008). Untuk memenuhi standar sebagai sebuah jalur lintas alternatif (Anonim, 2008) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah jalan tol yang membedakannya dengan jalan sejenis, perbedaan tersebut mencakup : 1) Jalan tol harus merupakan jalan alternatif dari jalan umum yang ada, sehingga tidak ada pemaksaan pemakai jalan menggunakan jalan tol.

22 6 2) Tidak memiliki simpangan sebidang dengan jalan lainnya sehingga kelancaran lalu lintas di jalan tol dapat terjamin. 3) Jalur untuk masuk dan keluar terkendali, artinya setiap jalan masuk dan keluar harus mempunyai lajur penyesuaian kecepatan (taper) yang memadai sehingga lalu lintas yang masuk atau keluar jalan tol. 4) Mempunyai spesifikasi teknis tinggi, dan dirancang untuk kecepatan tinggi. 5) Biaya operasi kendaraan melalui jalan tol ditambah pembayaran tol harus masih lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui lintas alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara lain bahan bakar, pelumas, keausan dan nilai waktu. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 tentang standar pelayanan jalan tol, perbedaan tersebut dinyatakan dalam sebuah standar pelayanan jalan tol yang dapat dilihat pada Lampiran Lanskap Jalan Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi dengan segala sifatnya dan kehidupan yang ada didalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan (Simonds, 1983). Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan atau tapak pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dan merupakan bentukan permanen yang dapat mengubah karakter sebuah lanskap (Simonds, 1983). Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pemakai jalan serta diusahakan untuk meciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dengan fungsi untuk mendukung aktifitas penggunaan terus-menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk

23 7 lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial dan membangun visual (Booth, 1983). Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut sebagai jalur hijau karena didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau (Dirjen Bina Marga, 1996). Menurut Dirjen Bina Marga (1996), terdapat beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan merancang jalur hijau jalan, yaitu: 1) Pada jalur tanaman tepi. Jalur tanaman sebaiknya diletakkan pada tepi jalur lalu lintas, yaitu antara jalur lalu lintas kendaraan dan trotoar. Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2) Pada median jalan. Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0.8 meter, sedangkan lebar yang ideal adalah 4-6 meter. Pemilihan jenis tanaman harus memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah persimpangan pada daerah bukaan (u-turn), pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan dan untuk bentuk median yang ditinggikan atau diturunkan. 3) Pada tikungan. Pemilihan tanaman sebaiknya mempertimbangkan jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.8 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. 4) Pada daerah persimpangan. Persyaratan geometrik yang harus dipenuhi adalah bebas pandangan harus terbuka agar tidak mengurangi jarak panfang pengemudi. Pilihan jenis tnaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang atau tidak sebidang. Tujuan dari penanaman jalur tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang bagi utilitas dan perlengkapan jalan baik yang terletak di atas maupun di bawah

24 8 permukaan tanah serta untuk penanaman pohon tepi jalan (Lynch 1971) serta berfungsi juga sebagai alat perbaikan lanskap dan memberi kesempatan pengalaman visual bagi pengemudi kendaraan atau pemakai jalan, di samping memenuhi kebutuhan lalu lintas (Erawati, 2006). Permasalahan utama lanskap jalan adalah pencemaran (polusi) udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan organisme hidup terutama manusia dan hewan, menyebabkan kerusakan properti dan menurunkan tingkat keamanan dan kenyamanan berkendara (de Nevers, 2000) sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Frick dan Mulyani (2006) mengatakan bahwa solusi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara dapat dilakukan melalui penanaman di sekitar lanskap jalan. Ismayadi dan Subiandono (2008) mengatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman yang ditujukan terhadap perbaikan lingkungan. Eckbo (1955) memberikan klasifikasi hotikultura dan klasifikasi fisik dalam pemilihan tanaman yang dapat digunakan pada lanskap jalan. Klasifikasi hortikultura meliputi syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit dan pemangkasan. Sedangkan klasifikasi fisik meliputi tujuan desain, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan sifat budidayanya. Sedangkan Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan bahwa tanaman yang akan ditanam disekitar jalur jalan atau di daerah perkotaan harus dipilih dan memiliki toleransi terhadap lingkungan sekitar yang kurang bersahabat agar bisa bertahan hidup Proyek Kata proyek berasal dari bahasa latin projectum yang dalam kata kerjanya berubah menjadi proceire yang berarti melemparkan sesuatu ke depan dan berasal dari dua suku kata, yaitu pro- (πρό) yang berarti sesuatu yang mendahului dan -iacere yang berarti melemparkan. Kata proyek itu sendiri berarti sebagai sesuatu yang ada atau muncul sebelum ada hal lain yang terjadi (Anonim, 2008). Proyek merupakan suatu fungsi yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing bagian bertanggung jawab dan mengacu kepada dasar kesepakatan yang telah disetujui dan ditentukan baik sebelum maupun pada

25 9 masa pelaksanaan pekerjaan (Burges dan White, 1984). Sedangkan Westland (2006) mendefinisikan proyek sebagai sebuah upaya unik untuk menghasilkan serangkaian produk dan atau jasa dalam lingkup waktu, biaya dan kualitas yang terdefinisi dengan jelas yang memenuhi standar ketentuan pemberi kerja, dan berbeda dengan operasional bisnis yang serupa dikarenakan : 1) Bersifat unik Proyek tidak melibatkan adanya pengulangan terhadap proses pekerjaan. Setiap pelaksanaan proyek yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan sebelumnya. Pengulangan terjadi hanya pada proses pelaksanaan aktifitas identik dan bukan pada produk yang dihasilkan 2) Memiliki jangka waktu pelaksanaan yang jelas Sebuah proyek memiliki jangka waktu yang ditentukan dari awal hingga akhir waktu pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek 3) Terdapat anggaran pekerjaan baku Alokasi anggaran pelaksanaan proyek direncanakan sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan pemilik proyek 4) Keterbatasan penggunaan sumberdaya tersedia Jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang dapat digunakan terbatas pada kesepakatan masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan 5) Melibatkan resiko Pelaksanaan proyek selalu disertai dengan adanya ketidakpastian yang terhadap hal tidak terduga 6) Tercapainya perubahan yang menguntungkan Umumnya tujuan dari pelaksanaan proyek adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi melalui penanganan perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kerja Sebuah proyek pada umumnya memiliki sebuah siklus yang mencakup 4 (empat) tahap, yaitu : 1) inisiasi proyek, 2) perencanaan proyek, 3) pelaksanaan dan 4) pengakhiran atau penutupan proyek (Westland, 2006) sebagaimana yang tampak pada Gambar 1. Senada dengan hal tersebut, Newell (2002) mengatakan bahwa setiap proyek, tidak terkait dengan ukuran maupun jenis proyek yang dijalankan, akan memiliki siklus dengan awal dan akhir pekerjaan yang terdefinisi dengan jelas.

26 10 review pelaksanaan pendefinisian proyek kontrol dan pengawasan perencanaan mendetil Gambar 1. Siklus pelaksanaan proyek Newel (2002) menambahkan bahwa kegiatan pengawasan merupakan salah satu bagian dari siklus proyek yang berada diantara pelaksanaan dan penutupan proyek. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk mengendalikan pelaksanaan sebuah proyek agar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik oleh menejer proyek dalam sebuah kegiatan manajemen proyek (Lewis, 2007) Manajemen Proyek Lewis (2007) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan, alat dan tehnik dalam menjalankan aktivitas proyek untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Westland (2006) mendefinisikan manajemen proyek sebagai keahlian, proses dan alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan sebuah proyek dengan baik. Sedangkan Idad (2003) mendiefinisikan kegiatan tersebut sebagai proses pengkoordinasian keahlian dan tenaga kerja melalui metode atau alat dalam menghasilkan produk yang diinginkan.

27 11 Westland (2006) mengatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan manajemen proyek mencakup : 1) Keahlian khusus. Pengetahuan, keahlian khusus dan pengalaman dibutuhkan dalam mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kerja 2) Peralatan manajemen. Peralatan manajemen proyek yang digunakan mencakup form dan dokumen kerja, piranti lunak (software) perencanaan serta checklist pemeriksaan 3) Rangkaian proses kerja yang berbeda. Diperlukan adanya pemahaman terhadap manajemen tehnik dan proses kerja yang diperlukan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap waktu, biaya, kualitas dan cakupan pekerjaan. Rangkaian manajemen proyek yang diperlukan mencakup manajemen waktu, biaya, kualitas, perubahan, resiko dan menajeman permasalahan Pelayanan Jasa Konsultasi Jasa konsultasi digolongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa murni dikarenakan tidak terdapat produk tangible yang dihasilkan dalam pelayananannya (Stoner dan Freeman, 1994). Jasa konsultasi pengawasan pekerjaan proyek berkaitan dengan kegiatan pengawasan dan pengendalian proses, alat dan bahan yang digunakan dalam menjalankan sebuah proyek. Pengawasan (monitoring) pekerjaan berkaitan dengan tata cara pemeriksaan kualitas yang dilakukan secara kuantitatif (Stoner dan Freeman, 1994). Pengawasan terhadap kualitas suatu pekerjaan hanya dapat berjalan dengan efektif, apabila spesifikasi standar telah ditentukan dan dipahami dengan baik, terdapat pendelegasian tanggung jawab pada setiap tingkatan, adanya perencanaan yang didikung oleh sumber daya yang memadai serta dilakukan secara berkelanjutan (Westland, 2006). Berkaitan kegiatan jasa konsultasi pengawasan, Burgess dan White (1984) mengemukakan masa (waktu) pendendalian pekerjaan pada tiga kategori waktu kerja, yaitu : 1) Masa pra-konstruksi, yang mencakup rancangan, rencana kerja, pengaplikasian teknologi yang digunakan, ketepatan pemilihan alat dan bahan

28 12 2) Masa konstruksi, yang mencakup metode pemindahan dan penggunaan alat dan bahan kerja, keahlian dan ketersediaan sumberdaya manusia serta ketepatan spesifikasi yang ditetapkan; dan 3) Masa pasca-konstruksi, yang mencakup perlindungan pasca-konstruksi serta teknik perlindungannya

29 13 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilangsungkan pada PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor. PT. BNK merupakan konsultan manajemen dan teknik yang memenangkan proses tender untuk kegiatan pengawasan pekerjaan penataan lanskap jalan tol pada PT Jasa Marga cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang terdapat pada Gambar 2. Gambar 2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang Kegiatan pekerjaan penanaman dan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng secara keseluruhan terbagi atas tiga kegiatan utama, yaitu : 1) Kegiatan penanaman, 2) Kegiatan perawatan dan 3) Kegiatan pemeliharaan. Masing-masing dari kegiatan tersebut memerlukan waktu 3 bulan sehingga waktu keseluruhan dari pekerjaan penataan lanskap jalan tol adalah selama 9 bulan yang dimulai dari bulan November 2007 sampai dengan Agustus Keikutsertaan kegiatan magang dilangsungkan selama 3 bulan pertama pada kegiatan penanaman yang mencakup seluruh aspek dalam pengawasan

30 14 dan administrasi pekerjaan. Tabulasi waktu pelaksaan pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada Tabel 2 merupakan alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan magang Kerangka Kerja Pengawasan terhadap pekerjaan lanskap merupakan salah satu hal penting yang diperlukan dalam menjamin kualitas dari bentukan lanskap yang akan dibangun. Pemahaman terhadap berbagai item pekerjaan, spesifikasi maupun jenis material yang akan digunakan merupakan hal yang penting dalam kegiatan pengawasan mengingat permasalahan aktual di lapangan lebih bersifat insidentil dan spesifik tapak. Alur kerja kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan 1) Orientasi Tapak 2) Pengenalan Dengan Pihak Terkait Langsung Pekerjaan Pengawasan : 1) Persiapan Penanaman 2) Penanaman 3) Pemeliharaan Masa 3) Penjelasan Lingkup dan Spesifikasi Pekerjaan Lanskap Ruas Jagorawi Lanskap Ruas Tomang Cengkareng Permasalahan / Kendala Analisis Pertimbangan Aspek Manajerial Pertimbangan Teknis Waktu Kualitas Perubahan Resiko/Masalah Komunikasi Alokasi dan Keterbatasan Sumber Daya Kondisi Lapang Spesifikasi Solusi Praktis Studi Pustaka Skripsi Hasil Magang Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol Gambar 3. Alur pikir pekerjaan magang

31 15 Tabel 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas No Uraian 1. Pengadaan jasa konsultasi perancangan Transaksi Langsung 2. Pengadaan Jasa Konsultasi Pengawasan Pemilihan Langsung 3. Pengadaan Jasa Pemborongan Pelelangan Terbatas dgn Prakualifikasi 4. Pelaksanaan Pekerjaan a. Penanaman b. Perawatan c. Pemeliharaan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Waktu pelaksanaan magang Tabel 2. Alokasi waktu magang No 1 Orientasi lapang 2 Pengawasan revitalisasi nurseri 3 Pengawasan Penanaman ruas Jagorawi 4 Pengawasan Penanaman ruas Cengkareng Uraian 2007 September Oktober November Desember

32 16 Hal-hal yang berhubungan dengan kendala yang menghambat proses pekerjaan di lapangan akan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang dapat diterapkan di lapangan Metode Pelaksanaan Magang Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan pembelajaran aktif dengan ikut berperan serta dalam setiap kegiatan yang terkait dengan pekerjaan lanskap, serta menjalankan tugas-tugas pekerjaan lanskap yang ditugaskan oleh pihak konsultan tempat magang. Status mahasiswa adalah sebagai Landscape Inspector (LI). Dalam pelaksanaan kegiatan magang, kegiatan yang akan dilakukan terbagi atas : kegiatan persiapan, pekerjaan pengawasan (lapangan), pengumpulan data, analisis, perumusan solusi/pemecahan masalah dan penyusunan skripsi Persiapan Pada awal pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan orientasi keadaaan lapang, pengenalan jenis pekerjaan, material yang akan digunakan, tata cara pengawasan, standar keamanan dan metode kerja di sekitar jalan tol, pengenalan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilangsungkan serta penjelasan atas dokumen kontrak sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan Pekerjaan Pengawasan Kegiatan magang yang dilakukan secara umum meliputi pengawasan lapang dan pekerjaan administrasi. Kegiatan pekerjaan pengawasan lapang mencakup pekerjaan persiapan dan pengolahan lahan, pemeriksaan dan pencacahan seluruh material tanaman yang akan digunakan pada kegiatan penanaman dan proses pengerjaannya, pelaporan keadaan kerja di lapangan serta pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama masa penanaman. Sedangkan kegiatan administrasi mencakup seluruh kegiatan surat menyurat, pembuatan dokumen rapat mingguan dan pembuatan laporan bulanan sebagai bentuk pelaporan kepada pihak PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Jenis kegiatan kerja yang diikuti selama magang adalah seluruh kegiatan yang mencakup kegiatan pengawasan maupun kegiatan pendataan pada kedua lokasi

33 17 ruas penanaman serta pada lokasi nurseri Cipinang. Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan magang terbagi atas dua pekerjaan pokok, yaitu pekerjaan penanaman ruas jalan tol dan pekerjaan revitalisasi nurseri Pengumpulan Data Merupakan tahap pengambilan data baik yang berupa data ekologis maupun data teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penanaman dan pengawasan pada lanskap jalan tol. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan lapang), pengukuran dan perhitungan, pembuatan dokumentasi kegiatan, serta melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan penataan lanskap jalan tol (baik dari pihak konsultan, kontraktor maupun PT Jasa Marga (Persero), Tbk). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, laporan kegiatan maupun dokumen-dokumen kerja yang terkait. Jenis, sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis,sumber dan cara pengambilan data No Jenis Data Sumber Cara pengambilan 1 Lanskap Lokasi Proyek a. Lokasi Pekerjaan Dokumen kontrak dan Studi pustaka, tinjauan Orientasi lapang lapang, wawancara b. Jenis Pekerjaan Dokumen kontrak dan Tinjauan pustaka, Orientasi lapang pengamatan lapang 2 Kegiatan Pengawasan a. Jenis dan Kuantitas Dokumen kontrak Tanaman b. Dokumentasi Proyek Lapangan Pengamatan lapang c. Alat dan Bahan Pekerjaan Pengamatan lapang Lapangan Pengawasan d. Metode Kerja Konsutan Wawancara, Wawancara, Dokumen kontrak Studi literatur 3 Administrasi a. Aspek Legal Kontrak Dokumen kontrak Stuid literatur b. Organisasi Proyek Orientasi proyek Pengamatan lapang, studi liteatur

34 Analisis Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan mencakup analisis kualitatif dan kuantitif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan pada data verbal ataupun fisik yang tidak terukur seperti hasil wawancara dan kuisioner, dokumentasi hasil pekerjaan dan dokumen-dokumen kontrak kerja. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan terhadap data baik lapangan maupun non-lapangan, yang terukur seperti persebaran jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah dan jenis material yang digunakan untuk kemudian dipadankan dengan permasalahan yang timbul di lapangan dan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pengawasan, analisis lebih ditujukan sebagai bahan penilaian terhadap kinerja kontraktor lanskap dalam pelaksanaan kewajibannya Perumusan solusi Solusi atau pemecahan masalah yang dirumuskan merupakan hasil analisis atas laporan kondisi dan permasalahan yang timbul di lapangan. Lebih lanjut lagi, dalam penyusunan laporan magang, solusi yang dihasilkan di lapangan tersebut kemudian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli dari buku referensi, majalah ilmiah dan sumber lainnya Batasan Studi Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu kegiatan pengawasan dalam masa penanaman pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC, baik dalam kegiatan administrasi maupun pekerjaan fisik di lapang dan tidak mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan pasca konstruksi. Kegiatan ini merupakan bagian dari pekerjaan lanskap yang berada di bawah Bagian Pemeliharaan jalan tol ruas Cawang Tomang - Cengkareng PT Jasa Marga (Persero), Tbk.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A3420138 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. ORGANISASI PROYEK

IV. ORGANISASI PROYEK 19 IV. ORGANISASI PROYEK 4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09 September

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK 25 V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data lapangan, 1 (satu) orang

Lebih terperinci

VIII. PEMBAHASAN. = Bobot realisasi minggu ke-n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n = Nilai total dari satuan pekerjaan-n = Bobot pekerjaan ke-n

VIII. PEMBAHASAN. = Bobot realisasi minggu ke-n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n = Nilai total dari satuan pekerjaan-n = Bobot pekerjaan ke-n 91 VIII. PEMBAHASAN 7.1. Manajemen Proyek Tugas konsultan pengawas dalam kegiatan manajemen proyek adalah mengawasi dan memastikan kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan memenuhi bobot

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN BAB VII PENGHIJAUAN JALAN Materi tentang penghijauan jalan atau lansekap jalan, sebagian besar mengacu buku "Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996" merupakan salah satu konsep dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN JALAN TOL CIREBON (PALIMANAN KANCI)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 30 VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN 6.1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya pekerjaan di lapangan. Jenis pekerjaan pendahuluan mencakup

Lebih terperinci

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Outline Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A34201024 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 RINGKASAN FAIKA RAHIMA ZORAIDA.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan raya yang merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK ISYANI. Evaluasi Tanaman bagi Pengembangan Lanskap

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul Rest Area (Tempat Isirahat) : Berdasarkan Standar Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol No. 007/BM/2009, suatu tempat dan fasilitas yang disediakan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 Tentang: JALAN TOL Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

REST AREA KM 22 JALAN TOL SEMARANG-SOLO

REST AREA KM 22 JALAN TOL SEMARANG-SOLO TUGAS AKHIR 37 Periode April - September 2011 REST AREA KM 22 JALAN TOL SEMARANG-SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG

REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REST AREA JALAN TOL SEMARANG - BATANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : FURQON HAKIM

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PERMUKIMAN DI KOTA BARU PARAHYANGAN, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT KARINA DWI PRADITA A

PEMELIHARAAN LANSKAP PERMUKIMAN DI KOTA BARU PARAHYANGAN, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT KARINA DWI PRADITA A PEMELIHARAAN LANSKAP PERMUKIMAN DI KOTA BARU PARAHYANGAN, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT KARINA DWI PRADITA A34204034 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan tol merupakan jalan alternatif bagi kendaraan beroda empat atau lebih dengan sistem berbayar. Jalan tol berfungsi sebagai jalan bebas hambatan yang memberikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS TOL CIKAMPEK PURWAKARTA PADALARANG (CIPULARANG)

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpindahan orang dan barang di Pulau Jawa, masih mendominasi prasarana transportasi jalan dibanding dengan prasarana jalan lainnya. Kondisi tersebut menjadikan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri konstruksi sebagai salah satu sektor usaha yang memberikan sumbangan yang cukup terlihat bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan penting industri konstruksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan

Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan 104 Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan Pelaksana lapang Pelaksanaan pekerjaan Kelengkapan laporan harian Harian Chief Inspector tidak Pengajuan Disetujui? Mingguan ya Pembaharuan

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1985 TENTA NG JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1985 TENTA NG JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1985 TENTA NG JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PERANCANGAN VERTICAL GARDEN PADA DINDING JALAN UNDERPASS BOGOR MENGGUNAKAN BARANG BEKAS, SEBAGAI SOLUSI MENGHINDARI VANDALISME DAN PERBAIKAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN : PKM

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN

REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TA 33 REST AREA TOL KANCI-PEJAGAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : MEHTY

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan lalu lintas didefinisikan sebagai kondisi dimana pengguna jalan terhindar dan jauh dari adanya kecelakan. Menurut Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU

PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon spp.) DI PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT UNIT HTI MURNI SAGU, SELAT PANJANG, RIAU DENGAN ASPEK PENGATURAN JARAK TANAM Oleh : ADITYA RAHMAN A 24051727 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 12, 1990 (ADMINISTRASI. PERSERO. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3405)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA SIMPANG SUSUN STA 15 + 400 JALAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci