FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN WANITA PASANGAN INFERTIL DI KECAMATAN UJUNG PANDANG KOTA MAKASSAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN WANITA PASANGAN INFERTIL DI KECAMATAN UJUNG PANDANG KOTA MAKASSAR"

Transkripsi

1 FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN WANITA PASANGAN INFERTIL DI KECAMATAN UJUNG PANDANG KOTA MAKASSAR DETERMINANT FACTORS AFFECTING ANXIETY FEMALE INFERTILE COUPLE IN MAKASSAR DISTRICT UJUNG PANDANG Sanghati, ¹ Buraerah H.Abd. Hakim, ² M. Furqaan Naiem, ³ ¹ Yayasan Pendidikan Makassar (YAPMA) Institusi Akademi Keperawatan Makassar, ²Bagian Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, ³ Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: SANGHATI, S.Kep. Jl. Hertasning Makassar HP : a.sanghati@yahoo.com

2

3 PENDAHULUAN Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah, kekhawatiran atau cemas yang bersifat subjektif dan adanya aktifitas system saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang dimanifestasikan oleh tingkah laku psikologi dan berbagai pola perilaku (Barbieri, R.L. 2009). Berdasarkan laporan WHO, di dunia ada sekitar juta pasutri mempunyai problem Infertilitas dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (ketidakmampuan mengandung atau menginduksi konsepsi) baru. Tidak tertutup kemungkinan jumlah itu akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian dari setiap pasangan, pada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak dan mereka menginginkan anak kembali seperempatnya atau 15% berada di bawah kesuburan normal. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lama, namun kadangkala sebuah perkawinan harus menghadapi masa-masa sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan akan berakhir dengan perceraian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian meliputi cemburu, tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, tidak memiliki keturunan, poligami, kawin paksa, menikah dibawah umur, KDRT, perbedaan prinsip, perbedaan agama dan gangguan pihak keluarga (Calan, V.J., dkk, 2009). Infertilitas membawa implikasi psikologis, terutama pada perempuan. Sumber tekanan sosio-psikologis pada perempuan berkaitan erat dengan kodrat deterministiknya untuk mengandung dan melahirkan anak. Sementara pada laki-laki adalah perasaan sedih, kecewa, kecemasan dan kekhawatiran menghadapi masa tua. Pada masyarakat yang patriarkis Jawa laki-laki diidentitaskan sebagai mahkluk yang lebih kuat daripada perempuan. Anak merupakan sumber kejantanan, kekuatan dan kapasitas seksual laki-laki. Persepsi hasil konstruksi sosial atas identitas gendernya membuat laki-laki merasa rendah ketika tidak mempunyai anak, sehingga kesalahan dilimpahkan pada pihak perempuan (Demartoto, 2008). Perceraian pasangan suami istri (Pasutri) di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dan berdasarkan data Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama, angka perceraian di Indonesia mencapai 10% dalam setiap tahunnya. Perceraian dalam sebuah rumah tangga bukan hanya berdampak pada suami istri semata, namun pada anak atau keturunannya. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta kecemasan yang dialami wanita yang tidak memiliki anak, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian ini. Tujuan penelitiaan ini adalah untuk menganalisis hubungan ancaman perceraian, perbedaan umur, dan kekerasan dengan

4 kecemasan wanita pasangan infertil di Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan Tahun BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar. Jenis penelitian menggunakan desain cross sectional study. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri yang belum hamil dan melahirkan yang ingin memiliki anak yang berdomisili di kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan tahun Sampel sebanyak 266 yang diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu sampel diambil dari wanita yang infertil yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Lemeshow, 1997). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia yang memuat pertanyaanpertanyaan maupun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menggali informasi mengenai variabel-variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini yang erat kaitannya dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia baik responden di rumah masing-masing. Data karakteristik, variabel dependen dan variabel independen diolah dengan menggunakan SPSS For Windows 16. Untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi kecemasan wanita pasangan infertil digunakan uji bivariat dan melihat besarnya hubungan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. digunakan analisis regresi berganda logistik. HASIL Analisis Deskriptif Karakteristik Umum Responden Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur, kejadian kecemasan wanita pasangan infertil terbanyak ditemukan pada rentang umur tahun yaitu dimana kelompok yang mengalami kecemasan lebih besar dari kelompok tidak cemas yaitu 49,6% pada kelompok cemas dan 48,1% pada kelompok tidak cemas. Berdasarkan usia

5 perkawinan menunjukkan bahwa kejadian kecemasan wanita pasangan infertil terbanyak ditemukan pada usia perkawinan 1-10 tahun dimana kelompok cemas lebih besar dari kelompok tidak cemas. Berdasarkan tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa persentase responden terbanyak pada tingkat pendidikan akademik/ PT dimana jumlah persentasenya masing-masing sebesar 53,4% pada kelompok cemas dan kelompok tidak cemas. Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa persentase pekerjaan responden yang tertinggi yaitu PNS. Dimana kelompok cemas lebih besar dari pada kelompok tidak cemas yaitu 30,8% kelompok cemas dan 27,1% kelompok tidak cemas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Bivariat Pada variabel ancaman perceraian, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 61,4% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 38,6%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0.218, dimana ancaman perceraian memberikan konstribusi sebesar 21,8% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel perbedaan umur antara istri dan suami 5 tahun, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 64,1% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 35,9%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara perbedaan umur antara istri dan suami dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0,182, dimana perbedaan umur antara istri dan suami memberikan konstribusi sebesar 18,2% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel kekerasan, menunjukkan bahwa wanita pasangan infertil yang mengalami kecemasan sebanyak 61,2% lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 38,8%. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p = (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Selanjutnya, berdasarkan uji koefisien phi didapatkan kekuatan hubungan lemah yaitu 0,107, dimana kekerasan memberikan konstribusi sebesar 10,7% terhadap kecemasan wanita pasangan infertil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

6 Hasil Analisis Multivariat Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada tabel 10, menunjukkan bahwa tidak semua variabel memiliki hubungan bermakna secara statistik. Dari hasil analisis tersebut ditetapkan bahwa ancaman perceraian dan perbedaan memiliki hubungan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik uji Wald yang mempunyai nilai signifikan value lebih kecil dari 0,05. Dari hasil nilai statistik wald didapatkan bahwa faktor ancaman perceraian (wald = 10,981; p= 0,001) merupakan faktor paling dominan mempengaruhi kecemasan wanita pasangan infertil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai p = (p<0,05). Pada variabel perbedaan umur antara istri dan suami 5 tahun, diperoleh nilai p = (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan antara perbedaan umur antara istri dan suami dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Pada variabel kekerasan, diperoleh nilai p = (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kecemasan wanita pasangan infertil. Perceraian merupakan hal yag tidak diinginkan bagi setiap wanita. Baik yang baru menikah apalagi yang sudah bertahun tahun menikah. Perceraian ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Namun disini akan dibahas penyebab perceraian akibat belum memiliki keturunan. Setiap pasangan tentunya menginginkan kehidupan perkawinannya akan berlangsung lama, namun kadangkala sebuah perkawinan harus menghadapi masa-masa sulit yang tidak dapat dielakkan lagi dan akan berakhir dengan perceraian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian meliputi cemburu, tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, tidak memiliki keturunan, poligami, kawin paksa, menikah dibawah umur, KDRT, perbedaan prinsip, perbedaan agama dan gangguan pihak keluarga. Pada masyarakat Indonesia, masih beranggapan bahwa tujuan sebuah pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Seorang wanita yang telah melewati beberapa bulan hari pernikahannya, sering terlontar pertanyaan pertanyaan dari keluarga atau kerabat yang menanyakan apakah ia sudah hamil atau belum. Tekanan tekanan dari pihak luar ini sering kali menjadi sumber masalah dalam hubungan suami istri, selanjutnya pertanyaan itu akan menjadi hal yang sensitif apabila seorang wanita tidak kunjung hamil (Agustiani, H, 2007). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Molino, A,et.al di Italya secara case control bahwa wanita yang tidak mempunyai keturunan (infertilitas) secara signifikan

7 meningkatkan risiko kecemasan mengalami perceraian dengan p= 0,003, OR = 3,26 (1,17-10,2). Dampak lanjutan dari situasi perceraian ini adalah pemberian label yang tidak menguntungkan pada kaum perempuan. Perempuan menjadi janda dan laki-laki. menjadi duda. Label janda dan duda sebenarnya memiliki nilai yang sama secara sosial, namun secara budaya konotasi janda akibat perceraian selalu berkonotasi negatif dimata masyarakat. Terlebih bila janda itu muda dan tak memiliki anak (Molino, A,et.al, 2010). Faktor usia juga turut mempengaruhi kesuburan. Semakin tua usia, semakin kecil peluang perempuan untuk bisa hamil. Perempuan usia memiliki kemungkinan hamil 2x lebih besar dibandingkan usia tahun, begitu juga dengan laki-laki. Semakin tua, kualitas sperma akan menurun, sekalipun tetap bisa membuahi. Memasuki usia 35 tahun, kesuburan wanita akan menurun dan menurun drastis di usia 37 tahun sampai masuk ke masa menopause, tahun. Cadangan sel telur terus berkurang setiap kali wanita menstruasi dan akan habis saat menopause. Pada pria, usia tidak membatasi tingkat kesuburan. Pabrik sperma akan terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal. Pasangan infertil juga bisa dari pasangan yang sudah menikah selama satu tahun, melakukan persetubuhan secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi, tapi tidak juga menghasilkan anak. Bila setelah setahun tidak punya anak juga, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan. Kalau usia istri sudah lebih dari 35 tahun, dengan sendirinya pemeriksaan harus dilakukan lebih cepat lagi yaitu kira-kira 6 bulan setelah menikah (Eunpu, D.L. 2012). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Richardson dkk terhadap 30 orang untuk kasus, yang dipilih adalah wanita yang mengalami kecemasan setelah didiagnosis tidak memiliki keturunan dan kontrol dipilih dari pasien wanita yang tidak mengalami masalah ketidaksuburan menemukan penderita dengan perbedaan jarak umur antara istri dan suami yang mengalamai kecemasan akibat tidak memiliki keturunan peningkatan risiko 4,56 kali (CI = 1,41-5,49, p= 0,000) (Richardson. dkk, 2010). Kekerasan terhadap jenis kelamin perempuan dapat terjadi secara fisik seperti pemukulan dan non fisik seperti pelecehan seksual. Ini terjadi karena perbedaan gender dan sosialisasi gender yang amat lama yang menempatkan perempuan sebagai mahkluk lemah, sehingga kekerasan terjadi karena kekuasaan laki-laki. Ketidakmampuan hamil oleh wanita cenderung menjadi faktor pendorong kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya. Seyogianya tanggung jawab untuk menjaga hubungan yang lebih sakral dan bertanggung jawab untuk keluarga, memerlukan keterampilan dan kesiapan mental yang harus matang yang dilakukan pasangan suami istri. Karena dimana ketika seorang wanita mempunyai keputusan untuk menikah dan menjadi seorang istri, maka dia harus siap untuk menjaga

8 keutuhan keluarga dan menjadi pendamping untuk suaminya. Perannya sangat penting, dimana ia harus bisa mengendalikan diri dan meluangkan banyak waktunya untuk mengurus seluruh kebutuhan keluarganya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Argyo Demartoto, untuk secara luas faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infertiliats dan memperkirakan probabilitas individu untuk terkena infertil menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara Kekerasan Dalam Rumah tangga dengan peningkatan risiko kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai OR= 2,38 (CI:1,08-5,25) (Demartoto, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis peneltian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu ada hubungan antara ancaman perceraian dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,001 < 0.05), ada hubungan antara perbedaan umur dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,005 < 0.05), tidak ada hubungan antara kekerasan dengan kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan hasil uji statistik chi square (p 0,114 > 0.05), hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel ancaman perceraian merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian kecemasan wanita pasangan infertil dengan nilai Wald sebesar 10,981 dan signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat disampaikan sebaiknya pasangan suami istri memeriksakan kesehatan reproduksi sedini mungkin dan mengutamakan komunikasi untuk meminimalisir terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga dan melakukan adopsi anak untuk lebih menjaga keharmonisan keluarga. Bagi calon pasutri, sebaiknya dilakukan premarital konseling sehingga mereka mempunyai perencanaan dan persiapan setelah pernikahan. Bagi suami, tidak selalu menganggap diri sebagai yang benar sehingga menempatkan perempuan diposisi kedua dalam segala hal serta dapat dengan leluasa berkuasa sehingga kasus kekerasan tidak terjadi. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H. (2007). Psikologi perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Barbieri, R.L. (2009). Female infertility: Reproductive endocrinology physiology, pathophysiology, and clinical management. (5th ed.), Philadelphia: Elsevier Saunders. Bomar, P.J. (2010). Promoting health in families: Applying family research and teory to nursing practice. Philadelphia: W.B. Saunder.

9 Calan, V.J., dkk. (2009). Strategies for coping with infertility. British Journal of Medical Psychology, 62, Demartoto, Argyo. (2008). Dampak Infertilitas Terhadap Perkawinan (Suatu Kajian Perspektif Gender). FIP.Universitas Sebelas Maret; Surakarta. Eunpu, D.L. (2012). The Impact Of Infertilty And Treatment Guidelines For Couples Therapy. The American Journal Of Family Therapy, 23, Molino, A,et.al. (2010). Correlations threat of divorce and infertility characteristics in 2256 infertility patients British Journal of infertility (2010) 91, Murti, Bhisma. (1995). Prinsip dan Metode Riset. Gadjah Mada University Press. Richardson et.al. (2010). Risk Factors for anxiety infertile woman in Chinese Women : A Case-Control Study. International Journal of Maternal Health Research 5 (1):1-11,2010. Lemeshow, Stanley, dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Terjemahan oleh Dibyo Pramono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

10 Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Usia Perkawinan, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Dan Kelompok Umur Kejadian Kecemasan Karakteristik Responden Cemas Tidak Cemas Total n % n % n % Umur (Tahun) , ,4 37, , , , ,5 10 7, ,5 Usia Perkawinan , , , , , ,6 Tingkat Pendidikan SD 6 4,5 5 3,8 11 4,1 SMP 8 6,0 11 8,3 19 7,1 SMA 48 36, , ,3 Akademi / PT 71 53, , ,4 Pekerjaan PNS 41 30, , ,9 Pegawai Swasta 19 14, , ,1 Wiraswasta 31 23, , ,7 Buruh 10 7,5 7 5,3 17 6,4 IRT 32 24, , ,9 Total Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Besar Risiko antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat Variabel Ancaman Perceraian Terancam Tidak Terancam Perbedaan Umur 5 tahun < 5 tahun Kekerasan Kejadian Kecemasan Cemas Tidak Cemas N % Phi n % n % ,4 39,6 64,1 44, ,6 60,4 35,9 55,9 Ada 30 61, ,8 Tidak Ada , ,5 Total , , P Value

11 Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Variabel Wald p Ancaman Perceraian Perbedaan Umur Kekerasan Constan

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pasangan suami istri memiliki keturunan merupakan hal yang di sangat diharapkan. Namun, sebanyak 15% pasangan didunia memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR Prevention Mother to Child HIV Transmission in Jumpandang Baru Health Center Makassar Resty Asmauryanah, Ridwan Amiruddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan. Kehadiran anak merupakan hal yang sangat dinantikan, bukan hanya oleh pasangan yang menikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan merupakan tujuan utama sebuah pernikahan untuk meraihnya diperlukan usaha bersama antara suami dan istri, tanpa adanya usaha dari suami dan istri maka kebahagiaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu

Lebih terperinci

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sah guna melanjutkan silsilah garis keturunan dalam memelihara keberlangsungan kehidupan (Tamrin, 2009). Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian Dalam penelitian ini distribusi variabel respon yang di ambil adalah gambaran dari sampel yang antara lain

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin. memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin. memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pasangan suami istri pada hakikatnya ingin memiliki anak sebagai tujuan dan aspek penting dari pernikahan mereka. Tapi keinginan memiliki anak tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

Fajarina Lathu A INTISARI

Fajarina Lathu A INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG MENOPAUSE DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI KE ISTRI PADA MASA MENOPAUSE DI DUSUN SOROWAJAN KELURAHAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Fajarina Lathu A INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas yang didefinisikan sebagai kegagalan untuk hamil setelah satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi,

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal 12 sampai 22 Juni 2017. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode Purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasien 2.1.1 Defenisi Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

ANALISIS ADOPSI TEKNOLOGI ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI (STUDI KASUS : BANK MANDIRI CABANG KELAPA DUA)

ANALISIS ADOPSI TEKNOLOGI ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI (STUDI KASUS : BANK MANDIRI CABANG KELAPA DUA) ANALISIS ADOPSI TEKNOLOGI ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI (STUDI KASUS : BANK MANDIRI CABANG KELAPA DUA) http://www.gunadarma.ac.id/ OLEH : AHMAD SOLEHUDIN (30402072)

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL MASIH MEMILIH DUKUN BERANAK DALAM MELAKUKAN BANTUAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARITAING KECAMATAN ALOR TIMUR KABUPATEN ALOR-NTT Seprianus Lahal 1, Suhartatik

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita umumnya memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria 1, Sinta Nuryati 2 1 Poltekkes Kemenkes Bandung 2 Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara biologis, setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Kemampuan bereproduksi (menghasilkan keturunan) ini merupakan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual dalam model regresi memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian case control, yaitu untuk mempelajari dinamika pengaruh antara

Lebih terperinci

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman 15-21 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR DOMINAN PENYEBAB PERNIKAHAN USIA DINI di KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan negara berkembang. Angka prevalensi yang cukup tinggi serta menghasilkan dampak sosial,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 ABSTRAK Etik Sulistyorini, SST 1 Tri Rahayu 2 Masalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. Metode pengumpulan data dalam

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

Jurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id

Jurnal Kebidanan 07 (02) Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id Jurnal Kebidanan 07 (02) 115-222 Jurnal Kebidanan http : /www.journal.stikeseub.ac.id ANALISIS KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DITINJAU DARI RIWAYAT KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP INFERTILITAS DI RS MARGONO

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah satu propinsi di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Timur menunjukkan angka kejadian yang cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono,

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal (Potter & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono, 2001), tugas perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa, memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan angka fertilitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Kelurahan Parupuk Tabing Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017. Metode pengambilan

Lebih terperinci

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Diyah Intan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu berkembang biak. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa manusia berkembang biak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG INFERTILITAS DI YAYASAN KLINIK BERSALIN Hj. DARNELIS ZAM DARUSSALAM BANDA ACEH NANA SARI Mahasiswa STIKes U'budiyah Banda Aceh Abstract

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SEKOLAH DASAR GMIM 52 MAPANGET KECAMATAN TALAWAAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SEKOLAH DASAR GMIM 52 MAPANGET KECAMATAN TALAWAAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SEKOLAH DASAR GMIM 52 MAPANGET KECAMATAN TALAWAAN Dina V. Rombot G.D. Kandou, A.J.M.Rattu, J. M. Pangemanan Anak sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian survei analitik observasional dengan metode cross sectional. B. Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan disampaikan data hasil penelitian analisis hubungan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan disampaikan data hasil penelitian analisis hubungan BAB 5 HASIL PENELITIAN Di dalam bab ini akan disampaikan data hasil penelitian analisis hubungan konsep diri dengan faktor keturunan dan persepsi terhadap gaji yang diterima oleh tenaga perawat di Rumah

Lebih terperinci