ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR. O l e h HEMNUR ZUHRISKI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR. O l e h HEMNUR ZUHRISKI A"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR O l e h HEMNUR ZUHRISKI A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RINGKASAN HEMNUR ZUHRISKI. Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling Di Kelurahan Tegallega Kota Bogor. Di bawah bimbingan RATNA WINANDI Perdagangan kecil terdiri dari pedagang yang membuka tempat berjualan sederhana yang didatangi oleh konsumen atau pedagang keliling yang mendatangi konsumennya. Salah satu dari pedagang keliling yaitu pedagang sayur keliling. Pedagang sayur keliling adalah pedagang yang produknya berupa berbagai jenis sayuran yang dibawa kerumah rumah guna memenuhi kebutuhan konsumen. Kecamatan Bogor Tengah merupakan salah satu kawasan dengan penduduk terpadat di Kota Bogor. Hal ini menjadikan kecamatan Bogor Tengah sebagai salah satu sentra pedagang sayur keliling di Kota Bogor. Pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega mendatangi konsumennya pada pagi sampai siang hari. Tidak jarang beberapa pedagang datang pada waktu yang sama dengan pedagang lainnya sehingga konsumen bebas memilih produk yang mereka butuhkan dari beberapa pedagang sekaligus. Produk yang ditawarkan oleh pedagang sayur keliling sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harga yang dibeli juga tidak jauh berbeda dengan di pasar. Permasalah dalam penelitian ini dirumuskan (1) berapa tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling, (2) apakah usaha pedagang sayur keliling ini menguntungkan. Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kelurahan Tegallega Kota Bogor. Penelitian dibagi kedalam empat wilayah. Wilayah satu dari Jalan Rumah Sakit sampai Jalan Malabar, wilayah dua dari Babakan Fakultas sampai Tegal Mangga, wilayah tiga merupakan perumahan Baranang Siang III, dan wilayah empat disekitar perbatasan Tegallega dan Cimahpar. Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan = TR TC dan R/C. Dari analisis Total penjualan yang diperoleh terlihat bahwa wilayah sangat mempengaruhi para pedagang sayur keliling dalam menjajakan sayurannya. Wilayah tiga merupakan wilayah yang memiliki nilai penjualan tertinggi bila dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya. Rata rata pedagang sayur keliling diwilayah tiga memperoleh total penjualan dalam satu minggu sebesar Rp ,67. Total penjualan terendah berada pada wilayah empat, penyebabnya karena wilayah ini tidak memiliki kepadatan penduduk seperti di wilayah tiga. Rata rata pedagang sayur keliling di wilayah empat dalam satu minggu memperoleh total penjualan sebesar Rp ,33. Berdasarkan pendapatan tunai yang diperoleh oleh pedagang sayur di masing masing wilayah terlihat bahwa pedagang sayur keliling di wilayah memperoleh pedapatan tunai sebesar Rp ,67 dengan pendapatan total sebesar Rp ,85. Pendapatan tunai terendah terdapat pada wilayah empat dengan nilai sebesar Rp ,00 dan pendapatan total sebesar Rp ,07. Pendapatan tunai dipengaruhi oleh biaya biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan oleh masing masing pedagang di masing masing wilayah berbeda. Dari hasil analisis pendapatan pedagang sayur keliling yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha pedagang sayur keliling dimasing masing wilayah menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C rasio di tiap tiap wilayah.

3 Pedagang sayur keliling diwilayah tiga memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,072. Sedangkan nilai R/C rasio terendah terdapat pada wilayah empat yakni sebesar 1,046. Dari kedua nilai R/C rasio dapat diketahui bahwa usaha pedagang sayur keliling menguntungkan karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Perbedaan R/C rasio antar wilayah tidak terlalu besar, hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja dimasukkan kedalam analisis. Saran yang dianjurkan oleh penulis kepada para pedagang di wilayah satu dan dua adalah sebaiknya para pedagang sayur menjual lebih banyak jenis sayuran karena memiliki kelebihan penduduk dibandingkan dengan wilayah yang lain. Wilayah tiga hendaknya pedagang sayur lebih meningkatkan kualitas sayuran dengan cara mengemas sayuran lebih bagus dan kebersihan dagangan harus diperhatikan. Pedagang sayur diwilayah empat supaya lebih mendekatkan diri dengan konsumen agar pembeli lebih banyak lagi.

4 ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR O l e h HEMNUR ZUHRISKI A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5 P E R N Y A T A A N DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR ADALAH BENAR BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 23 Juli 2008 HEMNUR ZUHRISKI A

6 Judul Nama Mahasiswa : Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Kelurahan Tegallega Kota Bogor : Hemnur Zuhriski N R P : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ratna Winandi, MS N I P Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr N I P Tanggal Kelulusan :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Solok, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 22 Maret 1984 dari Bapak Hermulis Lyra (Alm) dan Ibu Nurmaini. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 02 Kubang Nan Raok Kanagarian Supayang dari tahun 1990 sampai Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Kota Solok. Kemudian pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Padang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Diploma 3 Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institu Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan ridho Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penelitian dengan judul Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling di Kelurahan Tegallega Kota Bogor bertujuan menganalisis pendapatan yang diperoleh pedagang sayur keliling. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan sebagai literatur maupun sebagai masukan bagi pedagang sayur keliling dalam mengambil keputusan strategi pemasaran. Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi sebuah karya yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca. Bogor, 23 Juli 2008 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Papa (Alm) Hermulis Lyra dan Mama Nurmaini dan Adik adikku Herdian Zuhfitriadi, Herdiani Suspita Sari dan Hermi Qorbainati atas kasih sayang, dukungan dan doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Tintin Sarianti, SP selaku dosen komisi pendidikan yang telah memberikan saran demi perbaikan skripsi ini. 5. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah bersedia menjadi dosen evaluator pada waktu kolokium. 6. Seluruh pengajar dan staf sekretariat ekstensi MAB yang telah membantu penulis selama ini. 7. Keluarga besar pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk diskusi. 8. Octhri Zelvina atas kesetiaan selama ini sehingga skripsi ini selesai. 9. Uda Insyaf Malik dan Uni Dewi Irawati atas biaya siswa, semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Anak anak Bafak 007 yang telah memberi canda dan tawa selama ini ; Ari, Aroel, Pajri, Indra, Okwan, Harli, Andi, Raja, Handika, Yo, Erfan, Rhena dan Putra. 11. Teman teman Tekben 39 atas persahabatannya selama ini. 12. Rekan rekan ekstensi MAB yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kenangannya. Akhirnya, semoga amal baik Bapak, Ibu, dan rekan rekan mendapat berkat dari Allah SWT.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Informal Pedagang Sayur Keliling Pendapatan Tinjauan Studi Terdahulu... 9 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pendapatan Usaha Biaya Usaha Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Peneletian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Pendapatan Usaha BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

11 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Lokasi Pedagang Syur Keliling Karakteristik Pedagang Sayur Keliling Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Berdagang Modal Banyaknya Jenis Sayuran yang Dijual BAB VI ANALISIS PENDAPATAN 6.1 Analisis Usaha Pedagang Sayur Keliling Analisis Biaya Pedagang Sayur Keliling Analisis Total Penjualan Pedagang Sayur Keliling Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 36

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Kota Bogor Tahun Sebaran Umur Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun Sebaran Pengalaman Berdagang Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun Sebaran Modal Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun Sebaran Banyaknya Jenis Sayuran yang Dijual Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun Biaya Variabel, Biaya Tetap, Biaya Diperhitungkan, Total Biaya dan Total Biaya Tunai (Rp/minggu) Biaya Variabel, Biaya Tetap, Biaya Diperhitungkan, Total Biaya dan Total Biaya Tunai (Rp/minggu) Pendapatan Tunai, Pendapatan Total, R/C Rasio Atas Biaya Tunai, dan R/C Rasio Atas Biaya Total (Rp/minggu)... 31

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian... 15

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jenis Biaya Pedagang Sayur Keliling di Kelurahan Tegallega Kota Bogor (Rp/minggu) Kuesioner Analisis Pendapatan Pedagang Sayur Keliling Kelurahan Tegallega Kota Bogor... 39

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal sebagai sebuah bentuk ekonomi bayangan dalam negara. Ekonomi bayangan digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang tidak mengikuti aturan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kegiatan ekonomi bayangan merupakan bentuk kegiatan ekonomi yang bergerak dalam unit unit kecil sehingga bisa dipandang efisien dalam memberikan pelayanan. Dilihat dari sisi sifat produksinya, kegiatan ini bersifat subsistem yang bernilai ekonomis dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari khususnya bagi masyarakat yang ada dilingkungan sektor informal (Rachbini dan Hamid, 1994). Menurut Saragih (2001), wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah pusat kegiatan ekonomi nasional. Bappeda Jawa Barat menjelaskan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional meningkat dari 14.6 persen pada tahun 1983 menjadi 16.7 persen pada tahun Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat lebih tinggi (rata rata 8.7 persen per tahun) daripada laju pertumbuhan ekonomi nasional (rata rata 7.2 persen per tahun). Perdagangan besar, perdagangan menengah dan perdagangan kecil relatif meningkat tiap tahunnya. Jumlah perusahaan perdagangan dan rata rata laju pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel 1. Rata rata pertumbuhan perdagangan kecil menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar yaitu 6.20 persen bila dibandingkan dengan jumlah perdagangan besar dan perdagangan menengah yang hanya 3.62 persen dan 2.72 persen. Hal ini membuktikan bahwa jumlah pedagang

16 kecil di kota Bogor terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu mencapai angka pada Tahun Laju pertumbuhan perdagangan yang tinggi menunjukkan daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Namun, pertumbuhan perdagangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan akan menyebabkan tingkat persaingan perdagangan yang tinggi. Tabel 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Perusahaan Perdagangan Kota Bogor Tahun Keterangan Tahun Rata rata Perdagangan besar (Unit) Laju pertumbuhan (%) Perdagangan menengah (Unit) Laju pertumbuhan (%) Perdagangan kecil (Unit) Laju pertumbuhan (%) Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor, Tahun 2004 Ritel moderen seperti pasar swalayan umumnya menunggu konsumen untuk berbelanja kebutuhan sehari hari, menggunakan teknologi tinggi, sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki sumber dana yang kuat dalam melakukan pemasaran sayuran. Hal ini bertolak belakang dengan pemasaran sayuran secara tradisional dimana para pedagang kecil mengunjungi konsumen ke rumah rumah sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen, teknologi yang digunakan masih tradisional, kurang memperhatikan kualitas sumberdaya manusia dan terbatasnya modal yang dimiliki. Pedagang kecil secara substansial diartikan sebagai usaha kecil masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dengan lingkungan usaha yang relatif kecil, terbatas dan tidak bersifat tetap. Dalam pengertian ini pedagang kaki lima sering dilekati ciri ciri perputaran uang lambat, tempat usaha yang tidak tetap, modal terbatas, segmen pasar pada masyarakat kelas menengah ke bawah dan jangkauan

17 usaha yang tidak terlalu luas (RAMLI, 2003). Pedagang kecil sudah ada dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan suatu kota terutama pada negara negara yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesempatan kerja yang tidak seimbang dengan tuntutan masyarakat untuk memperoleh pekerjaan. Sebagian dari pedagang kecil yang bergerak di sektor informal adalah orang orang yang tidak memiliki kesempatan dan kemampuan yang memadai untuk tertampung bekerja di sektor formal. Orang orang yang tidak tertampung di sektor formal tersebut membuat kegiatan ekonomi di sektor informal menjadi alternatif terbaik. Sektor informal dicirikan sebagai produsen skala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk produksi barang serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan penyediaan jasa (Sumarti, Syaukat dan Nuryana, 2003) Perdagangan kecil terdiri dari pedagang yang membuka tempat berjualan sederhana yang didatangi oleh konsumen atau pedagang keliling yang mendatangi konsumennya. Salah satu dari pedagang keliling yaitu pedagang sayur keliling. Pedagang sayur keliling adalah pedagang yang produknya berupa berbagai jenis sayuran yang dibawa kerumah rumah guna memenuhi kebutuhan konsumen. Kecamatan Bogor Tengah merupakan salah satu kawasan dengan penduduk terpadat di Kota Bogor. Hal ini menjadikan Kecamatan Bogor Tengah sebagai salah satu sentra pedagang sayur keliling di Kota Bogor. Ada beberapa daerah yang menjadi sentra pedagang sayur keliling di kecamatan Bogor Tengah yaitu diantaranya Kelurahan Tegallega, Sempur, Muara dan Lebak Kantin. Pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega memiliki keunikan yaitu tinggal di daerah

18 yang sama yaitu di daerah Ciwaluya dan berasal dari daerah yang sama yaitu Cilacap. Pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega mendatangi konsumennya pada pagi sampai siang hari. Tidak jarang beberapa pedagang datang pada waktu yang sama dengan pedagang lainnya sehingga konsumen bebas memilih produk yang mereka butuhkan dari beberapa pedagang sekaligus. Produk yang ditawarkan oleh pedagang sayur keliling sesuai dengan kebutuhan konsumen dan harga yang dibeli juga tidak jauh berbeda dengan di pasar. 1.2 Perumusan Masalah Jumlah pedagang sayur keliling di kelurahan Tegallega terus bertambah dan bisa menjadi ancaman bagi pedagang sayur yang sudah ada sebelumnya mengingat pasar yang akan mereka perebutkan tidak bertambah. Hal ini akan berakibat pada perubahan pendapatan yang akan diterima oleh para pedagang sayur keliling. Pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega merupakan pedagang yang tinggal secara berkelompok sehingga para pedagang membagi wilayah penjualan menjadi empat wilayah. Pembagian ini dimaksudkan agar tidak terjadi perpecahan didalam mengunjungi pelanggan. Pendapatan yang diperoleh oleh masing masing pedagang ditiap tiap wilayah juga tidak akan berbeda jauh. Berdasarkan dari uraian di atas maka perlu dilakukan kajian kajian yang akan ditelaah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Berapa tingkat pendapatan yang diperoleh oleh pedagang sayur keliling ditiap tiap wilayah? 2. Apakah usaha pedagang sayur keliling ini menguntungkan?

19 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling. 2. Menganalisis tingkat efisiensi dari usaha pedagang sayur keliling. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari kondisi pedagang sayur, khususnya pedagang sayur keliling. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi policy maker, seperti Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah juga Pemerintah Daerah untuk memberikan pembinaan kepada pedagang sayur keliling maupun pedagang sayur keliling sendiri dalam upaya meningkatkan pendapatannya.

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Informal Menurut Undang Undang Republik Indonesia no.9 tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan per tahun sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp (3) milik warga negara Indonesia, (4) berdiri sendiri, dan (5) bentuk usaha perorangan. Ciri ciri sektor informal adalah produsen berskala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk produksi barang, serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan penyedia jasa (Sumarti, Syaukat, dan Nuryana, 2003). Sektor informal merupakan komponen ekonomi lokal dan nasional yang tumbuh secara cepat. Walaupun pendapatan secara individu rendah, secara kolektif pendapatan tersebut relatif tinggi (Syaukat dan Sutara, 2004). Sektor informal bukan hanya menjadi pilihan bagi pencari kerja yang kurang terdidik atau terlatih dari kalangan miskin, tetapi juga menjadi pilihan beberapa pencari kerja terdidik atau terlatih dari kalangan menengah yang sulit menembus kesempatan kerja pada sektor formal. Sektor informal dapat secara langsung berkontribusi terhadap penurunan dan pengentasan kemiskinan (Syaukat dan Sutara, 2004). Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa sektor informal menjadi tumpuan ekonomi dari banyaknya penduduk di kota kota negara

21 berkembang yang sebagian besar penduduknya berada pada kategori menengah dan miskin seperti pada kelompok pedagang sayur keliling di lokasi pengkajian. 2.2 Pedagang Sayur Keliling Menurut Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 13 tahun 2005 tentang penataan pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima adalah penjual barang atau jasa yang secara perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang tergolong dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat sementara atau tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang mudah dipindahkan dan dibongkar pasang. Menurut Ramli (2003), pedagang kaki lima diartikan sebagai usaha kecil masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dengan lingkungan usaha yang relatif kecil, terbatas dan tidak bersifat tetap. Dalam pengertian ini, pedagang kaki lima sering dilekati oleh ciri ciri perputaran uang kecil, tempat usaha yang tidak tetap, modal terbatas, segmen pasar pada masyarakat kelas menengah ke bawah dan jangkauan usaha yang tidak terlalu luas. Karakter utama dari pedagang sayuran adalah: 1. Mengusahakan agar barang dagangannya habis terjual pada hari itu juga. Hal ini karena dagangannya bersifat tidak tahan lama atau jumlahnya sedikit hingga diharapkan ada perputaran modal. Akibatnya pedagang sayur akan berusaha sedekat mungkin dengan calon pembelinya. 2. Bekerja setiap hari selama kondisinya memungkinkan.

22 3. Cara penyajian dan pengemasan barang sangat sederhana. Pengemasan cenderung meninggalkan sampah dan menurunkan kualitas produk baik secara fisik maupun estetika. 4. Biasanya jenis sayuran yang dijajakan berubah ubah sesuai dengan musim tanam sayuran. 5. Harga yang ditawarkan fluktuatif karena menyesuaikan dengan kondisi komoditi, dagangan dan waktu berdagang serta kelangkaan barang serta daya tawar menawar (Muhtar, 1999). 2.3 Pendapatan Kadarsan (1995), Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Penerimaan tersebut bersumber dari hasil pemasaran atau penjualan hasil usaha sedangkan pengeluaran merupakan biaya total yang digunakan selama proses produksi. Pendapatan dapat diartikan dari dua pendekatan, yaitu : pendapatan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode seperti keadaan semula. Definisi tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan didefinisikan sebagai jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang. Lipsey (1995) menerangkan bahwa definisi dari pendapatan adalah selisih antara hasil yang diterima dari penjualan dengan biaya sumberdaya yang telah

23 dipergunakan untuk membuatnya, jika biaya lebih besar dari pendapatan maka pendapatan negatif atau biasa disebut kerugian. Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan faktor faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Pendapatan dari kegiatan normal biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan dapat dipengaruhi oleh tingkat penjualan, dimana semakin tinggi penjualan akan semakin besar pula pendapatan yang mereka terima. Selain penjualan, pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor faktor penghambat seperti besarnya modal yang mereka miliki. Semakin besar modal yang dimiliki akan semakin besar pula pendapatan yang akan mereka terima. 2.4 Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian mengenai pedagang telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Nauly (1999) tentang analisis mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayur keliling di Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Penelitian ini membahas mengenai kondisi lingkungan internal yang dilihat dari fungsi fungsi pemasaran dan strategi pemasarannya dan eksternal langsung dari usaha pedagang sayur keliling serta faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menyimpulkan bahwa lingkungan eksternal yang berpengaruh dari usaha pedagang sayur keliling adalah pemasok, pesaing dan pelanggan. Besarnya

24 modal, pengalaman, pemasok dan pendidikan merupakan faktor faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Hasil regresi menyatakan bahwa faktor tersebut mempunyai hubungan positif dengan pendapatan. Jenis kelamin secara statistik tidak berpengaruh nyata, sedangkan pengalaman berkorelasi nyata dengan strategis lokasi tempat berjualan. Lubis (2000) meneliti tentang strategi hidup pedagang sayur yang bekerja di sektor informal, kasus pada pedagang sayur di kelurahan Tegallega. Peneltian ini bertujuan untuk mempelajari strategi hidup pedagang sayur yang bekerja di sektor informal, menelaah berbagai faktor yang menyebabkan pedagang sayur bekerja di sektor informal dan mempelajari adaptasi sosial dan ekonomi dalam strategi pedagang sayur. Hasil penelitian ini adalah para penduduk pendatang asal pedesaan di kelurahan Tegallega melakukan gerak penduduk dengan tujuan ekonomi yaitu memperoleh sumber mata pencaharian pokok dan mata pencaharian tambahan. Penduduk pedesaan umumnya menekuni usaha di sektor perdagangan dan jasa informal. Faktor yang menyebabkan gerak penduduk pedesaan ke perkotaan yaitu kondisi fisik alam daerah asal yang kurang menguntungkan seperti topografi alam yang bergunung, usaha tani lahan kering, dan tadah hujan. Melakukan gerak penduduk bagi pedagang sayur yang bekeluarga merupakan upaya untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Sedangkan Simanjuntak (2002) melakukan penelitian tentang pola migrasi dan kepemimpinan informal dalam kelompok migran pedagang sayur di perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan proses migrasi yang dilakukan migran pedagang sayur berlangsung dengan pola sirkuler. Pola menetap yang tidak permanen dan berulang, dimana pada waktu waktu tertentu secara berkala mereka

25 pulang ke daerah asal dengan membawa hasil usahanya. Kepemimpinan yang berlangsung dibedakan latar belakang dan kedekatan dengan kelompok. Pemimpin yang berasal dari dalam kelompok memiliki pola hubungan yang bersifat ekonomis dan kultural. Sedangkan pemimpin yang berasal dari luar kelompok memiliki hubungan dengan kelompok yang dilandasi motif ekonomi dan keamanan. Fungsi kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin adalah perintis kegiatan usaha dan suatu peran untuk meningkatkan kehidupan migran dengan mengajak mereka berdagang sayur. Selain itu pemimpin berfungsi sebagai pendorong dan pemersatu. Hal ini berhubungan dengan motif ekonomi yang saling menguntungkan diantara pemimpin yaitu sebagai pemilik sarana produksi atau ekonomi dengan pedagang sayur sebagai penyewa atau pemakai sarana ekonomi tersebut.

26 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pendapatan Usaha Menurut Hernanto (1993), usahatani didefinisikan sebagai orang dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan orang itu sendiri diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang orang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani (bersama keluarganya), tanah (bersama fasilitas yang ada di atasnya seperti bangunan bangunan, saluran air) dan tanaman ataupun hewan ternak. Pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan total dan pendapatan tunai. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Pendapatan tunai dihitung dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai. Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan pokok, yaitu : penerimaan usaha yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan semua produk (Soekartawi, et, al. 1984). Penerimaan usaha meliputi jumlah penambahan invetaris, nilai penjualan hasil, nilai pengguna rumah dan yang dikonsumsi (Hernanto, 1993). Penerimaan usaha ada dua yaitu : penerimaan total usaha adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha ditambah nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. Penerimaan tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk

27 3.1.2 Biaya Usaha Biaya usaha terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai usaha didefinisikan sebagi jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pembelian barang dan jasa. Biaya tunai usaha merupakan biaya yang dipakai untuk membeli sayuran. Biaya tidak tunai usaha adalah biaya yang diperhitungkan yaitu sumberdaya milik pedagang misalnya biaya untuk penyusutan alat, tenaga kerja dan sewa gerobak serta makan. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah R/C atau perbandingan antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C menunjukkan besarnya pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Jika nilai R/C lebih besar dari satu berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sebaliknya, jika R/C lebih kecil dari satu maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh. Alat yang digunakan untuk menganalisa efisiensi usaha adalah R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai Kerangka Pemikiran Operasional Pengaruh mobilitas penduduk dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah bisa secara positif atau negatif. Dari sisi positifnya, penduduk yang memenuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahteraannya akan mencari daerahdaerah yang berpeluang untuk membuka usaha usaha produktif atau kesempatan kerja yang menjanjikan. Pedagang sayur keliling adalah salah satu usaha yang banyak ditemui di daerah perumahan. Keterampilan khusus tidak dituntut dalam usaha ini dan modal yang kecil sekalipun dapat masuk dalam usaha ini.

28 Pendapatan pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega dilihat dari wilayah berjualan. Pedagang sayur keliling dibagi kedalam empat wilayah yaitu wilayah satu yang memulai aktivitasnya dari Jalan Rumah Sakit sampai Jalan Malabar, wilayah dua mereka berjualan di Babakan Fakultas sampai Tegal Mangga, wilayah tiga yang menjajakan dagangannya di perumahan Baranang Siang III, dan wilayah empat disekitar perbatasan Tegallega dan Cimahpar. Dengan adanya pembagian wilayah diharapkan tidak terjadi penumpukan pedagang sayur disatu wilayah saja. Pembagian wilayah juga dapat memberikan keleluasan kepada pedagang untuk mencari konsumen baru diwilayah mereka berdagang sehingga pendapatan dari berjualan dapat ditingkatlkan. Disamping itu tingkat keuntungan yang diperoleh pedagang sayur keliling juga tidak berbeda jauh untuk masing masing wilayah. Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

29 Tingkat persaingan semakin meningkat Berapa pendapatan pedagang sayur keliling ditiap tiap wilayah Apakah usaha pedagang sayur keliling ini menguntungkan Analisis Pendapatan Π = TR TC R/C Ratio Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa kelurahan Tegallega merupakan salah satu sentra pedagang sayur keliling di Kota Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pedagang sayur keliling yang menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Kuesioner tersebut berisi pertanyaan pertanyaan yang disusun secara rapi dan mudah dimengerti. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Faperta IPB dan lembaga lembaga lain yang terkait. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan pada pedagang sayur keliling. Pengambilan responden dengan menggunakan metode stratified sampling yaitu metode pengambilan responden dengan cara menggelompokkan menurut wilayah. Jumlah responden yang digunakan yaitu jumlah keseluruhan pedagang sayur keliling di kelurahan Tegallega sebanyak 14 orang.

31 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu kalkulator dan software komputer Microsoft Excel Analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan usaha dan R/C rasio. 4.5 Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha adalah keuntungan yang diperoleh setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangkan dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya saat ini berhasil atau tidak. Informasi yang dibutuhkan dalam analisis pendapatan adalah total penerimaan dan total pengeluaran usaha dalam jangka waktu yang ditetapkan. Total penerimaan diperoleh dari total produk yang dijual dikali dengan harga jual masing masing produk. Total pengeluaran adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Total pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu kegiatan usaha. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah sebagai berikut : TR = Px X Qx TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan Π = TR TC Keterangan : TR = Total penerimaan usaha TC = Total biaya usaha Π = Total pendapatan Px = Harga produk Qx = Jumlah produk Biaya tunai = Biaya tetap + Biaya variabel (dikeluarkan langsung) Biaya diperhitungkan = Biaya tetap + Biaya variabel (tidak dikeluarkan langsung)

32 Total pengeluaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel (variabel cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya mempunyai pengaruh langsung terhadap jumlah produk yang dijual. Apabila biaya variabel ditambah maka produk yang dijual juga bertambah, begitu juga sebaliknya. Jika biaya variabel dikurangi maka jumlah produk yang dijual berkurang. Biaya variabel meliputi biaya pembelian sayuran dan biaya pengemasan. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi jumlah produk yang dijual yang meliputi sewa gerobak. Biaya diperhitungkan merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan tetapi tidak dikeluarkan oleh pedagang sayur keliling namun tetap harus diperhitungkan. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan sayuran, biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja yang tidak dikeluarkan. Biaya penyusutan diperhitugkan dengan mengurangi nilai total pembelian dengan nilai sisa diakhir umur ekonomis, kemudian dibagi dengan umur ekonomis dengan menggunakan rumus berikut ini : Keterangan : Nb Ns n = Nilai pembelian (Rp) = Nilai sisa (Rp) = Jangka usia ekonomis (Tahun) Tingkat keberhasilan usaha dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Analisis tersebut dikenal dengan nama Revenue Cost Ratio (R/C) yang dihitung dengan membandingkan antara total penerimaan dengan total biaya. Makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang

33 diperoleh semakin besar. Nilai R/C ratio yang lebih besar dari satu (R/C > 1) menunjukkan kegiatan usaha efisien karena penerimaan lebih besar dari pengeluaran. Nilai R/C ratio yang lebih kecil dari satu (R/C < 1) menunjukkan kegiatan usaha tidak efisien karena penerimaan lebih kecil dari pengeluaran. Rumus R/C ratio adalah sebagai berikut : Keterangan : TR TC = Total penerimaan usaha (Rp) = Total pengeluaran usaha (Rp)

34 BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kota Bogor terletak antara sampai dengan Lintang Selatan, dengan ketinggian tempat antara meter dari permukaan laut. Suhu udara rata rata berkisar antara 26 0 C dengan suhu suhu udara terendah 21,8 0 C dan tertinggi 30,4 0 C serta kelembaban udara kurang lebih 70 persen. Curah hujan Kota Bogor terbesar mencapai sampai mm pertahun yang puncaknya terjadi pada bulan Desember dan Januari. Secara geografis Kota Bogor terletak ditengah tengah wilayah Kabupaten Bogor dengan batas batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja (Kabupaten Bogor), sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin (Kabupaten Bogor), sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi (Kabupaten Bogor) sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga (Kabupaten Bogor). Luas wilayah Kota Bogor adalah hektar. Secara administratif, Kota Bogor terbagi menjadi enam kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Tengah Dan Kecamatan Tanah Sereal. Secara keseluruhan meliputi 68 kelurahan, 210 dusun, 623 RW, dan RT. Kedudukan geografis Kota Bogor yang berada ditengah tengah wilayah Kabupaten Bogor sehingga sangat strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan

35 ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata. Hal ini yang dijadikan bagi para pebisnis untuk mejadikan Kota Bogor sebagai tempat untuk melakukan transaksi bisnis. Kelurahan Tegallega merupakan daerah yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah dengan luas wilayahnya sekitar 162,35 hektar. Kelurahan Tegallega terdiri dari 9 RW dan 51 RT. Adapun batas batas wilayahnya sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Kelurahan Tegal Gundil : Kelurahan Paledang dan Kelurahan Babakan : Kelurahan Baranang Siang : Kelurahan Tanah Baru. 5.2 Keadaan Lokasi Pedagang Sayur Keliling Pedagang sayur keliling mulai aktivitasnya dengan membeli sayuran di Pasar Bogor pada pukul WIB. Setelah selesai berbelanja para pedagang sayur keliling melakukan proses pengemasan di sepanjang jalan Rumah Sakit II (samping kampus IPB Baranang Siang). Proses pengemasan berlangsung sampai pukul WIB, kemudian sebagian pedagang sayur keliling mulai mendatangi konsumen dari Babakan Fakultas sampai Tegal Mangga dan sebagian lainnya mulai berjualan dari jalan Malabar sampai ke Cilebende. Lokasi yang dilalui oleh pedagang sayur keliling melewati gang gang rumah yang kecil dengan kontur tanah yang tidak beraturan. Rata rata pedagang sayur keliling menempuh perjalanan sejauh 10 sampai 15 kilometer melalui rute pulang yang sama atau jalan pintas menuju jalan Ciwaluya.

36 5.3 Karakteristik Pedagang Sayur Keliling Pedagang sayur keliling yang menjadi responden berasal dari Desa Cugenang Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan informasi yang diperoleh pedagang sayur keliling merantau karena penghidupan di pedesaan yang sangat sulit disamping itu untuk memenuhi kebutuhan keluarga di kampung. Para pedagang sayur keliling, sebelumnya merupakan buruh tani yang bekerja di tempat asalnya. Atas ajakan dari saudara atau teman yang lebih dahulu menggantung hidup dari berjualan sayuran maka semakin lama penjual sayur keliling dari waktu ke waktu semakin banyak. Pekerjaan berdagang sayur keliling dilakukan karena perkembangan perumahan dan pertumbuhan penduduk di sekitar kelurahan Tegallega yang pesat sehingga menimbulkan kebutuhan sayuran dan kebutuhan dapur semakin meningkat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang sayur keliling diketahui bahwa karakteristik dapat dilihat dari segi kelompok umur, tingkat pendidikan dan lama mengeluti usaha, modal dan banyaknya jenis sayuran yang dijual Umur Kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor umur. Umur yang produktif tentu akan memberikan kemudahan dalam memasarkan sayuran. Bila umur pedagang sayur keliling yang semakin tua tentu akan berdampak terhadap berapa banyak jumlah yang mampu dibawa untuk berjualan. Dari hasil wawancara terhadap 14 orang pedagang sayur keliling, pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pedagang sayur keliling sebesar 4 orang berkisar pada umur tahun (28,6 %). Sedangkan umur tahun berjumlah sebesar 2 orang (14,3 %) dan umur tahun

37 sebanyak 2 orang (14,3 %). Fakta ini menunjukkan bahwa pedagang sayur keliling bekerja pada umur produktif. Tabel 2. Sebaran Umur Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun 2008 Umur Jumlah pedagang Persentase (%) a tahun b tahun c tahun d tahun ,3 21,4 28,6 14, Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap cara memasarkan produk. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi berbelanja di pasar atau menjual produk langsung ke konsumen. Berdasarkan hasil wawancara pada 14 orang pedagang sayur keliling pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pedagang sayur keliling terbesar tidak tamat SD sebanyak 6 orang (42,9 %) dan terendah sebanyak 3 orang (21,4 %). Responden tidak tamat SD karena kemampuan ekonomi yang kurang mendukung sehingga tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tabel 3. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah pedagang Persentase (%) a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SLTP/Sederajat ,9 35,7 21, Pengalaman Berdagang Pengalaman berdagang dapat mempengaruhi cara dan keahlian berdagang misalnya menentukan volume penjualan, kerjasama dengan pedagang pengumpul dan kecepatan memperoleh informasi pasar. Semakin lama seseorang berjualan tentunya telah banyak pelanggan yang berlangganan di pedagang sayur tersebut.

38 Kemudahan dalam mendapatkan kualitas sayuran yang dijual juga akan semakin mudah karena para pedagang sayur telah memiliki pedagang pengumpul di pasar Bogor. Keakraban ini yang dimanfaatkan oleh pedagang sayur yang telah lama melakukan usaha berdagang sayur karena pengalaman berjualan sayuran yang telah mencapai di atas 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, 9 orang pedagang mempunyai pengalaman berdagang antara tahun (64,9 %). Pengalaman berdagang tahun (Tabel 4) berjumlah 2 orang (14,3 %). Tabel 4. Sebaran Pengalaman Berdagang Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun 2008 Pengalaman Berdagang Jumlah pedagang Persentase (%) a tahun b tahun c tahun ,3 21,4 64, Modal Modal yang digunakan akan menentukan seberapa banyak jenis sayuran yang akan dijual. Berdasarkan Tabel 5, pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega memiliki modal yang beragam. Keberagaman modal ini disebabkan karena masing masing pedagang sayur keliling tidak ada yang melakukan peminjaman modal melalui bank karena akses peminjaman yang terlalu rumit disamping jaminan yang dimiliki oleh pedagang sayur tidak ada. Pedagang yang memiliki modal antara Rp Rp sebanyak 8 orang (57,1 %) dan modal terendah berkisar antara Rp Rp hanya 1 orang atau 7,1 persen. Umumnya pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega ini hanya mengandalkan modal yang dibawa dari kampung dan ada juga yang meminjam kepada teman atau saudara yang lebih dahulu berjualan. Biasanya dicicil setiap

39 hari dari keuntungan yang mereka peroleh setelah dikeluarkan untuk biaya membeli sayuran dan biaya yang dibutuhkan setiap harinya. Tabel 5. Sebaran Modal Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun 2008 Modal Jumlah pedagang Persentase (%) a. Rp , Rp , b. Rp , Rp , c. Rp , Rp , d. Rp , Rp , ,3 21,4 57,1 7, Banyaknya Jenis Sayuran yang dijual Semakin banyak jenis sayuran yang dijual maka akan membuat pelanggan semakin banyak karena produk yang dijual lebih beragam. Salah satu yang menjadikan banyaknya jumlah sayuran yang dijual oleh pedagang sayur keliling adalah memanfaatkan jumlah penduduk yang padat. Perumahan Baranang Siang IV merupakan salah satu perumahan elit yang terletak di Kelurahan Tegallega. Sehingga pedagang sayur keliling yang berjualan di wilayah tiga memanfaatkan kondisi ini untuk menjual lebih banyak sayuran. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pedagang sayur keliling yang menjual jenis sayuran sebanyak jenis sebanyak 8 orang atau 57,1 persen. Banyaknya jenis sayuran yang dijual juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat ditempat pedagang sayur keliling berjualan. Tabel 6. Sebaran Banyaknya Jenis Sayuran yang dijual Responden Pedagang Sayur Keliling Tahun 2008 Banyaknya jenis sayuran yang dijual Jumlah pedagang Persentase (%) a jenis b jenis c jenis d jenis ,4 57,1 14,3 7,1

40 BAB VI ANALISIS PENDAPATAN 6.1 Analisis Usaha Pedagang Sayur Keliling Analisis yang dilaksanakan pada pedagang sayur keliling ini dilakukan pada 14 orang pedagang berdasarkan wilayah penjualan. Pada penelitian ini, analisis usaha pedagang dibagi menjadi empat wilayah yaitu wilayah satu ada 4 orang pedagang yang memulai aktivitasnya dari Jalan Rumah Sakit sampai Jalan Malabar, wilayah dua ada 4 orang pedagang, mereka berjualan di Babakan Fakultas sampai Tegal Mangga, wilayah tiga terdapat 3 orang pedagang yang menjajakan dagangannya di perumahan Baranang Siang III, dan wilayah empat disekitar perbatasan Tegallega dan Cimahpar ada 3 orang pedagang sayur keliling. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sayuran yang terjual terhadap pendapatan pedagang sayur keliling, biaya yang dikeluarkan dan R/C rasio. Pendapatan merupakan selisih antara total penjualan dengan total biaya yang dikeluarkan. Pendapatan pedagang sayur keliling dapat dilihat dari dua hal yaitu : (1) pendapatan atas biaya yang tidak dikeluarkan namun diperhitungkan sebagai biaya (biaya diperhitungkan), (2) pendapatan atas biaya total yaitu penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Cara menghitung pendapatan pedagang sayur keliling yaitu dengan cara menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan sayuran yang laku terjual dan resiko yang tidak terjual pada saat hari berjualan. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan.

41 6.2 Analisis Biaya Pedagang Sayur Keliling Pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega mengeluarkan biaya untuk pembelian sayuran, pengemasan, sewa gerobak, konsumsi, resiko tidak laku, penyusutan alat dan biaya tenaga kerja. Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar dikeluarkan oleh pedagang sayur di wilayah 3 yaitu sebesar Rp ,00 dengan biaya pembelian sayuran senillai Rp ,00 dan biaya pengemasan Rp 9.000,00. Sedangkan biaya terendah terdapat pada wilayah empat yaitu sebesar Rp ,33 dengan biaya pembelian sayuran sebesar Rp ,33 dan biaya untuk pengemasan sebesar Rp 8.500,00. Hal yang menyebabkan terjadi perbedaan biaya variabel terletak pada jumlah sayuran yang dibeli oleh masing masing pedagang di wilayah tempat mereka berjualan. Wilayah tiga merupakan salah satu perumahan elit di Kelurahan Tegallega sehingga pedagang sayur memanfaatkan kondisi ini untuk menjual sayuran dengan jenis yang lebih banyak bila dibandingkan dengan wilayah empat. Pedagang sayur di wilayah empat menjual jenis sayurannya lebih sedikit karena pemukiman peduduk yang kurang padat sehingga daya beli konsumen yang sangat rendah. Biaya pembelian sayuaran dapat dilihat pada Lampiran 1. Wilayah dua merupakan wilayah dengan kontur tanah yang tidak rata sehingga biaya konsumsi yang dikeluarkan lebih besar daripada ketiga wilayah yang lain karena permukaan jalan yang dilalui lebih rata. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh pedagang sayur diwilayah tiga sebesar Rp 7.000,00. Untuk biaya sewa gerobak yang dikeluarkan oleh pedagang sayur di Kelurahan Tegallega sama, hal ini disebabkan karena pedagang sayur menyewa

42 gerobak pada satu orang, yaitu sebesar Rp 1.500,00. Sewa gerobak langsung dibayar setalah para pedagang sayur selesai berjualan. Tabel 7. Biaya Variabel, Biaya tetap, Biaya Diperhitungkan, Total Biaya dan Total Biaya Tunai (Rp/minggu) No Biaya Biaya W1 W2 W3 W4 1 Biaya Variabel Biaya Pembelian Sayuran , , , ,33 Biaya Pengemasan , , , ,00 Total Biaya Variabel , , , ,33 2 Biaya Tetap Sewa Gerobak 1.500, , , ,00 Konsumsi 6.000, , , ,00 Total Biaya Tetap 7.500, , , ,00 3 Biaya Diperhitungkan Biaya Resiko Tidak Laku 9.662, , , ,33 Biaya Penyusutan Alat 62,06 67,82 72,15 75,60 Biaya Tenaga Kerja , , , ,00 Total Biaya Diperhitungkan , , , ,93 4 Total Biaya , , , ,26 5 Total Biaya Tunai , , , ,33 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa biaya diperhitungkan lebih besar dikeluarkan oleh para pedagang sayur di wilayah tiga dengan rincian biaya : biaya resiko sayuran yang tidak laku sebesar Rp ,67, biaya penyusutan alat Rp 72,15 dan biaya tenaga kerja Rp ,00. Biaya resiko sayuran tidak laku lebih besar bila dibandingkan dengan tiga wilayah yang lain disebabkan karena jumlah sayuran yang dijual lebih beragam sehingga tingkat resiko untuk tidak terjual juga lebih tinggi. Sedangkan biaya tenaga kerja di Kelurahan Tegallega sama karena dihitung berdasarkan Upah Minimum Kota Bogor sebesar Rp ,00 per bulan sehingga upah rata rata sebesar Rp ,00.

43 Total biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega terdapat pada wilayah tiga yaitu sebesar Rp ,82 dan total biaya tunai sebesar Rp ,00. Sedangkan total biaya paling rendah dikleuarkan oleh pedagang sayur di wilayah empat yaitu sebesar Rp ,26 dan total biay tunai sebesar Rp , Analisis Total Penjualan Pedagang Sayur Keliling Informasi yang diperoleh dari para pedagang sayur keliling di Kelurahan Tegallega bahwa sayuran yang dibeli dalam satuan kilogram, kemudian dibungkus kedalam plastik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hal ini yang disenangi oleh ibu ibu rumah tangga berbelanja dari pedagang sayur keliling karena jumlah yang dibeli telah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sehingga tidak perlu menyimpan sayuran bila bersisa atau dibuang begitu saja. Total penjualan yang diterima oleh pedagang merupakan hasil dari jumlah sayuran yang dijual dikalikan dengan harga jual. Komponen penjualan sayuran di Kelurahan Tegallega dikelompokkan berdasarkan wilayah penjualan. Berdasarkan dari perhitungan terlihat bahwa penjualan sayuran terbesar terdapat pada wilayah tiga dengan nilai penjualan sebesar Rp ,67. Para pedagang sayur di wilayah tiga menjual sayuran antara 48 sampai 74 jenis sayuran. Sedangkan total penjualan terendah terdapat pada wilayah empat dengan total penjualan sebesar Rp ,33 dengan 42 sampai 52 jenis sayuran. Pedagang sayur keliling di wilayah satu menjual jenis sayuran antara 40 sampai 60 jenis sayuran sehingga total penjualan yang diperoleh pedagang di wilayah tersebut Rp ,00 (Tabel 8).

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR. O l e h HEMNUR ZUHRISKI A

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR. O l e h HEMNUR ZUHRISKI A ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR KELILING DI KELURAHAN TEGALLEGA KOTA BOGOR O l e h HEMNUR ZUHRISKI A14105552 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Oleh : RENIE CONNIE A

Oleh : RENIE CONNIE A ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH PADA PERUSAHAAN TRISNO INSAN MANDIRI MUSHROOM (TIMMUSH) DESA CIBUNTU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh : RENIE CONNIE A 14105591

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN MEREK TEH DALAM BOTOL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA (Kasus Di Kota Bogor)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN MEREK TEH DALAM BOTOL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA (Kasus Di Kota Bogor) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN MEREK TEH DALAM BOTOL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA (Kasus Di Kota Bogor) Oleh: WAHYU PURBIANTORO A 14103605 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A 14105548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR Oleh : Irwan Firdaus A 14104572 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A

STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : DIAN HERYANTO A STRATEGI PEMASARAN MIE INSTANT GAGA MIE 100 PADA PT JAKARANA TAMA FOOD INDUSTRY KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : DIAN HERYANTO A14105662 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK

PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN KONSUMEN BERPENDAPATAN TINGGI DI BOGOR TERHADAP KERIPIK KENTANG PRINGLES DAN PRODUK TRANSGENIK Oleh : BABAN SUBANDI A14105518 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A14105670 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR BAB I PENDAHULUAN Kota Bogor merupakan Kota yang pesat pembangunan serta terdekat dengan Ibu Kota Negara. Disisi lain merupakan kota dengan tujuan wisata dari berbagai sudut daerah dimana semua daerah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT. Oleh: KRUSTIN HALYANI A

ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT. Oleh: KRUSTIN HALYANI A ANALISIS KONSUMSI RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR PROPINSI JAWA BARAT Oleh: KRUSTIN HALYANI A14301085 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Aulia Noviandi Barus A

Aulia Noviandi Barus A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PENILAIAN EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI USAHA KECIL PADA BMT DANA INSANI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROPINSI YOGYAKARTA Aulia Noviandi Barus A14104054

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai)

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) Oleh : DARMA SAUT PARULIAN SITUMORANG A 14105660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci