Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang )"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Tanah merupakan tempat untuk melakukan seluruh aktifitas dalam kehidupan manusia. Seiring pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan, pada saat ini telah terjadi pergeseran budaya manusia Indonesia terhadap pengakuan norma dan hukum hak kepemilikan tanah yang sebelumnya cenderung kepada pengakuan tanah sebagai fungsi sosial bergeser kearah fungsi ekonomi. Dale dan McLaughlin (1999:1) menyatakan bahwa hubungan antara manusia dengan tanah merupakan suatu kepentingan yang mendasar dalam setiap kehidupan masyarakat dan akan lebih jelas lagi dalam bentuk hak milik tanah. Hubungan tersebut telah berkembang dalam cara yang berbeda, dari yang dikontrol penuh oleh negara melalui bentuk penguasaan tanah komunal menjadi hak milik tanah individual Kegiatan pembangunan yang pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanah. Pembangunan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan mendorong upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, pada kenyataannya menimbulkan banyak persoalan tentang kepastian hukum atas hak milik tanah. Perbedaan nilai, kepentingan dan pendapat atau persepsi antara pemerintah dan swasta dengan masyarakat dalam kegiatan pembangunan tersebut seringkali menjadi salah satu sumber terjadinya konflik pertanahan yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam Forum Ilmiah Tahunan (FIT-ISI) tanggal 24 Oktober 2007 di Jakarta, menyatakan bahwa jumlah sengketa tanah di Indonesia tercatat sebanyak lebih dari sengketa. Konflik, sengketa dan perkara tanah banyak juga terjadi di Kota Bandar Lampung. Sebagai daerah yang sedang berkembang dan merupakan daerah transit yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, konflik, sengketa dan

2 perkara pertanahan masih sangat dominan jika dibandingkan dengan konflik, sengketa dan perkara lainnya. Berdasarkan data di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, sampai dengan tahun 2006 setidaknya tercatat lebih dari 120 konflik dan sengketa pertanahan dan 55 perkara pertanahan di Pengadilan Negeri Tanjungkarang dan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung. Salah satu konflik pertanahan di Kota Bandar Lampung yang sudah lama dan hingga saat ini belum dapat diselesaikan adalah konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang (selanjutnya disebut PT. PELINDO II Cabang Panjang) dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada, Panjang Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan. PT. Pelindo II Cabang Panjang menguasai tanah berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 35 tanggal 5 Juni 1928 (Staatsblad No. 195 Tahun 1928) dan SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1987-Nomor KM.154/AL/106/PHB-87 tanggal 23 Juli 1987 tentang Batas- Batas Daerah Lingkungan Kerja (selanjutnya disebut DLKR) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (selanjutnya disebut DLKP) Pelabuhan Panjang. Wilayah pelabuhan, berdasarkan PP No. 1 Tahun 1969 tentang Susunan dan Tata Kerja Kepelabuhanan dan Daerah Pelayaran dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yaitu DLKR dan DLKP, namun berdasarkan UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran Jo. PP No. 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, ditetapkan bahwa wilayah pelabuhan hanyalah di lokasi DLKR, sehingga terhadap tanah di DLKP bukan lagi menjadi kewenangan pelabuhan untuk mengelolanya. Tanah DLKR, oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang (dahulu Perum Pelabuhan II Jakarta) diajukan permohonan hak atas tanahnya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung yang dikabulkan dengan diterbitkannya sertipikat Hak Pengelolaan (selanjutnya disebut HPL) Nomor 01/Way Lunik/1989 tanggal 3 Nopember 1989 seluas M². 2

3 Tanah eks.dlkp, oleh warga masyarakat diajukan permohonan haknya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Berdasarkan data di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, sampai tahun 2002 telah diterbitkan sebanyak sertipikat hak atas tanah di lokasi eks. DLKP tersebut. Konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat mulai mengemuka sejak awal masa reformasi tahun 1998, dengan diajukannya permohonan hak milik atas tanah oleh warga masyarakat kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kantor Wilayah BPN Propinsi Lampung, akan tetapi karena permohonan hak tersebut diajukan diatas tanah HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang, maka permohonan tersebut oleh Badan Pertanahan Nasional tidak dikabulkan karena tanpa seijin pemegang HPL. Penguasaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh warga masyarakat tersebut seharusnya tidak terjadi, karena terhadap tanah yang terdaftar haknya seharusnya tidak bisa dikuasai oleh pihak lain kecuali atas seijin pemegang hak atas tanah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa administrasi pertanahan di Indonesia belum tertib, karena proses administrasi pertanahan menurut Dale dan Mc. Laughlin (1988:6) tidak hanya meliputi fungsi keterlibatan dalam pengaturan pengembangan dan penggunaan tanah, pengumpulan pendapatan yang bersumber dari tanah melalui penjualan, leasing dan pajak, tetapi meliputi juga penyelesaian konflik yang berkaitan dengan kepemilikan dan penggunaan tanahnya. Konflik pertanahan diatas yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian mengenai penyelesaian konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan Kota Bandar Lampung. 3

4 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah rumusan penyelesaian konflik antara PT.PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan? Untuk menjawab pertanyaan penelitian utama tersebut, diperlukan perumusan masalah penelitian sekunder. Pertanyaan-pertanyaan penelitian sekunder tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apakah prosedur pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang telah dilakukan sesuai ketentuan peraturan pemberian hak atas tanah? 2. Bagaimanakah penguasaan fisik tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang berdasarkan kondisi eksisting? 3. Bagaimana bentuk konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan? 4. Bagaimana bentuk penyelesaian konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan rumusan penyelesaian konflik antara PT.PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan. Tujuan utama penelitian tersebut dapat dicapai melalui tujuan-tujuan penelitian sekunder yang telah ditetapkan sebagai berikut : 1. Mengkaji prosedur pemberian HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang apakah telah sesuai dengan ketentuan peraturan pemberian hak atas tanah. 2. Mengkaji kondisi eksisting penguasaan fisik tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang. 4

5 3. Mengkaji bentuk konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan. 4. Mengkaji bentuk penyelesaian konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menemukan teori yang cocok untuk memecahkan masalah penelitian dan menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari. Selain berguna dalam mengembangkan pemahaman, penalaran dan pengalaman peneliti, penelitian ini juga dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan merangsang munculnya penelitian lebih lanjut. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah khususnya BPN maupun pihak-pihak lain yang terkait sebagai acuan dalam menyelesaikan konflik penguasaan dan pemilikan tanah Alur Pikir Penelitian Pemerintah telah mengeluarkan peraturan mengenai pemberian hak atas tanah, tetapi dalam prakteknya masih sering terjadi konflik menyangkut perbedaan nilai, kepentingan dan pendapat dan atau persepsi antara warga atau kelompok masyarakat dan atau warga atau kelompok masyarakat dengan badan hukum (privat atau publik), masyarakat dengan masyarakat mengenai status penguasaan dan atau penggunaan atau pemanfaatan bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu. Konflik, berasal dari kata con-fligere, conflictum yang berarti saling berbenturan yaitu semua bentuk benturan, tabrakan, ketidak sesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi yang antagonis bertentangan (Kartono 5

6 dalam Siregar 2002:13), sehingga apabila konflik telah terjadi, maka konflik tersebut tidak boleh dibiarkan berkembang menjadi suatu kekuatan destruktif, oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menyelesaikan konflik tersebut. Penyelesaian konflik (conflict resolution), menurut Surbakti dalam Siregar (2002:18) lebih merujuk pada sebab-sebab konflik daripada manifestasi konflik. Ini berarti bahwa untuk menyelesaikan suatu konflik perlu diketahui latar belakang atau akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik tersebut, sehingga dapat diselesaikan secara tuntas. Penanganan suatu konflik pada dasarnya dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu melalui litigasi dan non litigasi. Penyelesaian konflik melalui litigasi dilakukan dengan mengajukan gugatan ke pengadilan, sedangkan penyelesaian melalui non litigasi dilakukan dengan cara yang ada dalam alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian konflik melalui lembaga pengadilan (litigasi) seringkali dirasakan tidak efektif. Menurut Harahap (1996:17), berperkara di pengadilan dapat terjadi pemborosan waktu, biaya dan lain-lain. Dan satu hal yang paling mendasar adalah hasil penyelesaian sengketa seringkali jauh memuaskan para pihak. Lembaga peradilan, pada kenyataannya kurang dipercaya oleh masyarakat, untuk itu perlu ditempuh model penyelesaian konflik yang dapat mencerminkan rasa keadilan masyarakat yaitu dengan cara Alternative Dispute Resolution. (Saleh 2004:330). Teknik-teknik penyelesaian konflik melalui alternative disputes resolution atau alternatif penyelesaian sengketa, menurut Reksodiputro dalam Saleh (2004: 330), nampaknya dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik di bidang perpertanahan yang memiliki kharakter unik karena keterkaitannya dengan masyarakat dan di dalamnya meliputi teknik negosiasi, konsiliasi/mediasi dan arbitrase. 6

7 Penyelesaian konflik, dengan demikian dapat dilakukan melalui mekanisme pengadilan (litigation process) dan diluar pengadilan yang dikenal dengan alternatif penyelesaian sengketa. Dari mekanisme penyelesaian konflik tersebut, khususnya penyelesaian diluar pengadilan dalam pelaksanaannya tentu saja harus melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders. Alur pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar gambar I.1 berikut ini : Gambar I.1 Alur pikir penelitian 7

8 I.6. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis (socio-legal research), yaitu cara penelitian lapangan untuk memperoleh gambaran data dan fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Kegiatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Dalam tahap ini dilakukan identifikasi dan perumusan masalah yang dilakukan dengan identifikasi permasalahan yang ada, menentukan tujuan penelitian, melakukan kajian pustaka tentang teori dan prosedur pemberian hak atas tanah, teori konflik dan resolusi konflik serta mempelajari penelitianpenelitian terdahulu. 2. Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. data primer, diperoleh secara langsung dengan cara penelitian lapangan (field research) melalui wawancara dengan para narasumber dari PT. PELINDO II Cabang Panjang, tokoh masyarakat, Badan Pertanahan Nasional dan pihak-pihak terkait untuk memperoleh informasi mengenai proses pemberian hak pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang, keberadaan warga masyarakat di lokasi hak pengelolaan, kepentingan para pihak yang berkonflik, bentuk konflik, intensitas, kompleksitas konflik serta bentuk penyelesaian konflik yang telah dilakukan oleh para pihak. b. data sekunder, diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan (library research) baik di Kantor Badan Pertanahan Nasional maupun di Kantor PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui penelusuran data-data mengenai proses pemberian hak pengelolaan atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang, riwayat penguasaan tanah oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat, data-data konflik antara para pihak dan resolusi konflik yang pernah ditempuh oleh para pihak serta data-data spasial yang menunjukkan lokasi konflik maupun kondisi eksisting penguasaan tanahnya. 8

9 3. Pengolahan Data Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah. Pengolahan data tersebut mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. editing, yaitu data diperiksa kembali kelengkapannya, kejelasan dan relevansinya dengan penulisan yang dilakukan. Terhadap data yang belum lengkap dan kurang jelas, diupayakan untuk kelengkapannya dengan melakukan konfirmasi ulang ke sumber data yang bersangkutan. b. coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban yang merupakan hasil wawancara dengan memberikan kode-kode tertentu pada jawaban agar mudah untuk dianalisis; c. penyusunan dan pengelompokan data (informasi) yang diperoleh sesuai dengan kerangka yang menjadi pokok bahasan yang telah ditetapkan secara sistematis dan rinci. d. pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu check, recheck dan cross check terhadap data yang diperoleh. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan cara mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara antara lain sebagai berikut : - membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; - membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 4. Analisis data Data yang telah dikumpulkan dan disusun secara secara sistematis kemudian dilakukan analisis dengan metode deskriptip kualitatif yang dikaitkan dengan konsep atau teori yang ada yaitu teori pemberian hak atas tanah, teori konflik dan teori resolusi konflik. 5. Kesimpulan Kesimpulan diperoleh dari kegiatan analisis data dengan metode deskriptif kualitatif sehingga dapat diintepretasikan secara kualitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian. 9

10 Adapun metodologi penelitian tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut I.2 berikut ini : Gambar I.2 Metodologi penelitian I.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, alur pikir penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. 10

11 2. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang kajian teoritis mengenai pemberian hak atas tanah di Indonesia untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian hak atas tanah dan pentingnya penguasaan fisik bidang tanah dan penggunaan tanah dalam suatu pemberian hak atas tanah, kajian teoritis mengenai konflik untuk mengetahui bentuk konflik dan akar permasalahan yang menyebabkannya serta kajian teoritis tentang bentuk penyelesaian konflik untuk mengetahui berbagai macam bentuk penyelesaian konflik. 3. Bab III Pelaksanaan Penelitian, berisi tentang wilayah penelitian dan pelaksanaan penelitian yang dijelaskan secara terperinci per tahapan pelaksanaan penelitian. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil pelaksanaan penelitian mengenai prosedur pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang dan kondisi eksisting penguasaan tanah di lapangan dan analisisnya dengan menggunakan teori pemberian hak atas tanah yang dibantu dengan identifikasi pemanfaatan dan penggunaan tanah dengan Citra Ikonos. Hasil penelitian mengenai bentuk konflik yang terjadi antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat dan analisisnya dengan menggunakan teori konflik dan hasil penelitian mengenai penyelesaian konflik yang telah ditempuh oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat dan analisnya dengan menggunakan teori penyelesaian konflik. Hasil analisis tersebut diatas kemudian dipergunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian utama yaitu rumusan penyelesaian konflik. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran, merupakan bab yang berisi kesimpulan dari hasil penelitan yang dilakukan dan saran sesuai dengan kesimpulan yang diambil. 11

12 12

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Analisis Pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Pertanyaan penelitian sekunder ke-satu yaitu apakah pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang

Lebih terperinci

Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan

Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. pemberian HPL atas nama PT.PELINDO II Cabang Panjang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh : JOKO SUBAGYO NIM :

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh : JOKO SUBAGYO NIM : PENYELESAIAN KONFLIK PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH (Studi Kasus Antara PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Dengan Warga Masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way

Lebih terperinci

BAB III Pelaksanaan Penelitian

BAB III Pelaksanaan Penelitian BAB III Pelaksanaan Penelitian III.1.Daerah Penelitian Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang meliputi wilayah administrasi Kelurahan Pidada, Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sebagian besar kehidupan masyarakatnya masih bercorak agraris karena sesuai dengan iklim Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya masih bercorak agraria, maka bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis. BAB I PENDAHULUAN Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan

A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan antara kepentingan perseorangan atau badan hukum perdata dengan pejabat atau badan Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota Baru Bandar Kemayoran atau lebih dikenal sebagai Kemayoran adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota Jakarta yang semula dikenal karena fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan berkembangnya suatu masyarakat, kebutuhan akan tanah baik sebagai tempat tinggal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Setiap negara hukum menghendaki segala tindakan atau perbuatan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, tanah merupakan salah satu faktor terpenting dan harta yang paling berharga yang banyak diminati oleh setiap warga, khususnya warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian negara. Pada dasarnya bank itu melaksanakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian negara. Pada dasarnya bank itu melaksanakan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sektor perbankan mendapatkan perhatian yang sangat besar dari pemerintah, karena sektor ini dapat mempengaruhi kesejahteraan rakyat dan laju pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat di dalam kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika sosial yang terjadi dewasa ini terus berkembang demikian pesat sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala aspek

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai 36 I. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini terjadi perkembangan perekonomian yang sangat pesat dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK I. PEMOHON Yan Herimen, sebagai Pemohon I; Jhoni Boetja, sebagai Pemohon II; Edy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktivitas di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISITIK PENYELESAIAN SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI TINGKAT MAHKAMAH AGUNG (077K)

ANALISIS KARAKTERISITIK PENYELESAIAN SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI TINGKAT MAHKAMAH AGUNG (077K) ANALISIS KARAKTERISITIK PENYELESAIAN SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI TINGKAT MAHKAMAH AGUNG (077K) Felix Hidayat 1, Christian Gunawan 2 1 Staff Pengajar, Komunitas Bidang Ilmu Manajemen dan Rekayasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini dapat dilihat bahwa mata kuliah Hukum Islam telah menjadi mata kuliah dalam perguruan tinggi umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai negara maritim. 1

BAB I PENDAHULUAN. moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai negara maritim. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ribuan tahun yang lalu pelabuhan-pelabuhan yang ada pada awalnya dibangun di sungai-sungai dan perairan pedalaman, kemudian berkembang secara bertahap, pelabuhan dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sangat mendambakan dan menghargai suatu kepastian, terutama sebuah kepastian yang berkaitan dengan hak atas suatu benda yang menjadi miliknya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha, yang meliputi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan tentang tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting sekali oleh karena sebagian besar daripada kehidupannya adalah bergantung pada tanah.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu permasalahan. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak semula setiap orang memerlukan orang lain. Seseorang memerlukan orang lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMBAGIAN IMBALAN JASA BAGI KURATOR DI PENGADILAN NIAGA JAKARTA. Oleh : HERU PERMANA PUTRA PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA (PK I)

SKRIPSI PEMBAGIAN IMBALAN JASA BAGI KURATOR DI PENGADILAN NIAGA JAKARTA. Oleh : HERU PERMANA PUTRA PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA (PK I) SKRIPSI PEMBAGIAN IMBALAN JASA BAGI KURATOR DI PENGADILAN NIAGA JAKARTA Oleh : HERU PERMANA PUTRA 07 140 107 PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA (PK I) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 1 No.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dapat dikembangkan dengan lebih cepat serta mempunyai daya saing yang kuat.

BAB I. Pendahuluan. dapat dikembangkan dengan lebih cepat serta mempunyai daya saing yang kuat. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Penyediaan prasarana dan sarana fasilitas pelayanan umum perkotaan sangat penting artinya dalam menunjang berbagai aktivitas masyarakat baik dibidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis pendirian Yayasan adalah tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan, maksudnya

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 68/PUU-XIII/2015 Implikasi Interpretasi Frasa Anjuran Mediator dan Konsiliator pada Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial I. PEMOHON 1. Muhammad Hafidz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah digugat di pengadilan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah digugat di pengadilan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah sebagai subyek hukum dalam aktifitasnya kadangkala terlibat sengketa perdata dengan mitra bisnisnya atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta merupakan kota yang berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat, sehingga luas tanah yang ada semakin sempit. Banyak tanah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sebagaimana dalam sengketa perdata,

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 1 PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur Palur) Disusun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara hukum pada prinsipnya mengakui bahwa kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang menjamin hak-hak pribadi dan komunal.

Lebih terperinci

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN

BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN BAB II PERAN KANTOR PERTANAHAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI DI KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN A. Peranan Kantor Badan Pertanahan Kota Medan Badan Pertanahan Nasional (disingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada tanah. Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia karena kehidupan manusia tidak bias terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan di Indonesia. Lembaga wakaf juga sudah ada semenjak masuknya agama Islam di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 149/PUU-VII/2009 Tentang UU Ketenagalistrikan Perusahaan listrik tidak boleh memiliki usaha yang sama dalam satu wilayah I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada Bab IV, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktor Penyelenggara Pengadaan Tanah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Krik and Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap I. PEMOHON Erwin Arifin, SH., MH. Kuasa Hukum Sirra Prayuna, SH., Badrul

Lebih terperinci

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENDATAAN, PERENCANAAN, DAN PENGELOLAAN TANAH DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Pendaftaran Tanah 2.1.1. Pengertian Pendaftaran Tanah Rumusan pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJASAMA 2014 RESOLUSI KONFLIK

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJASAMA 2014 RESOLUSI KONFLIK KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT KELEMBAGAAN DAN KERJASAMA 2014 RESOLUSI KONFLIK MASALAH HUKUM PADA YAYASAN PENYELENGGARA 1. PERATURAN PERUNDANGAN 2. SUMBER KONFLIK ANTARA PENGURUS YAYASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktifitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak I. PEMOHON RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak Cuaca, SH., MH. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan di Indonesia merupakan sebuah perbuatan yang sakral dan menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang melaksanakannya, hal tersebut senada dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan nasional saat ini negara dituntut untuk senantiasa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat diperlukan antara lain untuk mengetahui apakah topik penelitian kita telah dilakukan oleh peneliti lain. Hal itu ditujukan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH 1 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri dan Kantor Pertanahan Surakarta) A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan tanah semakin meningkat misalnya untuk pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan tanah semakin meningkat misalnya untuk pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan yang menyangkut tanah di Indonesia sepertinya tidak ada habishabisnya. Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan penduduk akan tanah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita jaga sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanah memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran teratentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif.

METODE PENELITIAN. pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. a. Pendekatan yuridis normatif adalah melihat

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM)

SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM) SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PENYEDIAAN JASA SATUAN PENGAMAN (SATPAM) ANTARA PT.PLN (PERSERO) CABANG PADANG DENGAN PT. CAHAYA CITRA MULIA (CCM) Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua terpenuhi oleh pemerintah berkaitan dengan masalah kebutuhan primer dan sekunder. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai nilai dan arti

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai nilai dan arti 3 yang tersebar jumlahnya. Salah satunya adalah penggunaan lahan pada tanah timbul atau tanah wedi kengser yang biasanya terdapat di sekitar wilayah bantaran sungai. Tanah wedi kengser merupakan sumber

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014). RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 61/PUU-XIV/2016 Perbedaan Akibat Hukum dalam Hal Jangka Waktu Terlampaui bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk Menetapkan dan/atau Melakukan Keputusan dan/atau

Lebih terperinci

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam cara yaitu: a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas tanah. Sengketa tanah tidak dapat dihindari dizaman sekarang, ini disebabkan karena berbagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah I. PEMOHON Suta Widhya, SH. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 7 Ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Negara Indonesia

Lebih terperinci

1 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kegiatan pelayanan pengecekan merupakan salah satu jenis pelayanan pertanahan yang merupakan tugas pokok dan fungsi Kantor Pertanahan. Kegiatan pelayanan pengecekan ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, III. METODE PENELITIAN Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI Oleh : ANGGA ZIKA PUTRA 07 140 077 PROGRAM KEKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya tanah merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai salah satu modal dasar tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan dan penghidupan manusia, karena

Lebih terperinci