BAB III Pelaksanaan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III Pelaksanaan Penelitian"

Transkripsi

1 BAB III Pelaksanaan Penelitian III.1.Daerah Penelitian Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang meliputi wilayah administrasi Kelurahan Pidada, Panjang Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan Kelurah Kota Bandar Lampung yang dapat dilihat pada gambar III.1 sebagai berikut : Lokasi penelitian Gambar III.1 Lokasi penelitian III.2. Daerah Kajian Penelitian Daerah kajian penelitian dibatasi terhadap tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang terletak di wilayah administrasi Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung dengan luas ± 9,013 Ha yang dapat dilihat pada lampiran 1 tesis ini. Daerah kajian penelitian tersebut dipilih dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1. Dengan pembatasan daerah penelitian, diharapkan penelitian bisa dilaksanakan secara lebih terfokus. 2. Warga masyarakat pada lebih aktif dalam upaya penyelesaian konflik tanahnya jika dibandingkan dengan warga masyarakat lainnya.

2 3. Lokasi yang dipilih sebagai daerah penelitian pernah dilakukan inventarisasi oleh Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. 4. Hasil penelitian terhadap permasalahan yang sama dapat diterapkan di lokasi lain sepanjang permasalahannya sejenis. III.3.Alat Penelitian 1. Perangkat keras (hardware) pengolah data, terdiri dari 1 (satu) set laptop Compaq Presario dengan spesifikasi teknis : processor Intel Celeron M, RAM 512 MB, harddisk 60 GB, Mouse dan Printer HP deskjet Perangkat lunak (software), terdiri dari Ms.Office 2003 untuk penulisan laporan penelitian dan pembuatan slide presentasi dan Autodesk Map untuk pengolahan digitasi Citra Ikonos yang sudah terkoreksi III.4. Pelaksanaan Penelitian Tahapan kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian seperti pada gambar III.2 berikut ini : Gambar III.2 Diagram alir penelitian 41

3 III.4.1. Persiapan Tahap persiapan dimulai dengan kegiatan identifikasi dan perumusan masalah yang dilakukan dengan identifikasi permasalahan yang ada, menentukan tujuan penelitian, melakukan kajian pustaka tentang teori dan prosedur pemberian hak atas tanah, teori konflik dan resolusi konflik serta mempelajari penelitianpenelitian sejenis yang terdahulu. III.4.2. Pengumpulan Data III Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini terdiri dari : 1. data primer, diperoleh secara langsung dengan cara penelitian lapangan (field research) melalui wawancara dengan para narasumber dari PT. PELINDO II Cabang Panjang, tokoh masyarakat, Badan Pertanahan Nasional dan pihakpihak terkait. Data yang dibutuhkan adalah data mengenai : a. riwayat penguasaan tanah oleh PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat; b. pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang; c. kepentingan PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat atas tanah HPL yang menjadi obyek konflik; d. bentuk penyelesian konflik yang telah dilakukan oleh para pihak. 2. data sekunder, diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan (library research) baik di Kantor Badan Pertanahan Nasional maupun di Kantor PT. PELINDO II Cabang Panjang. Data yang dibutuhkan adalah data mengenai : a. riwayat penguasaan tanah oleh PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat; b. pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang; c. kepentingan PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat atas tanah HPL yang menjadi obyek konflik; d. bentuk penyelesian konflik yang telah dilakukan oleh para pihak; e. kondisi eksisting penguasaan fisik bidang tanah HPL f. Citra Ikonos terkoreksi yang telah di-overlay dengan peta pendaftaran tanah 42

4 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Observasi, dilakukan dengan merekam apa yang terjadi di lapangan berupa fenomena atau gejala dari pihak-pihak yang berkonflik dan perilaku aparat pemerintah, BPN dan tokoh masyarakat dalam melakukan upaya penyelesaian konflik 2. wawancara, merupakan alat untuk merekam persepsi dan opini dari narasumber melalui kegiatan tanya jawab yang berlangsung secara lisan tentang obyek yang diteliti 3. studi kepustakaan, merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan mempelajari literatur ilmiah dan peraturan serta arsip yang mengandung konsep dan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. III Hasil Pengumpulan Data III Data Riwayat Penguasaan dan Pemilikan Tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang Tanah pelabuhan Panjang dikuasai oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang sejak jaman Hindia Belanda berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 35 tanggal 5 Juni 1928 yang dimuat dalam Staatsblad Nomor 195 Tahun Tanah pelabuhan menurut PP Nomor 1 Tahun 1969 tentang Susunan dan Tata Kerja Kepelabuhanan dan Daerah Pelayaran, terdiri dari 2 (dua) daerah yaitu DLKR dan DLKP Pelabuhan yang batas-batasnya akan ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar Menteri Dalam Negeri dan Gubernur/Kepala Daerah. Batas-batas DLKR dan DLKP tersebut kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun Nomor KM.154/AL/106/PHB-87 tanggal 23 Juli 1987 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Panjang. PT. PELINDO II Cabang Panjang mengajukan permohonan hak pengelolaan atas tanah DLKR kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Atas permohonan tersebut Kepala BPN menerbitkan SK Pemberian Hak Pengelolaan (HPL) Nomor 16/ HPL/BPN/89 43

5 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. Nomor 16/HPL/BPN/89/A/29 tanggal 3 Mei Berdasarkan keputusan pemberian HPL tersebut, oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung diterbitkan Sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember 1989 seluas M2 atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta (sekarang PT. PELINDO II Cabang Panjang). PT. PELINDO II Cabang Panjang, berdasarkan PP Nomor 1 Tahun 1969 mempunyai kewenangan untuk mengelola DLKR dan DLKP, karena menurut peraturan tersebut DLKP meliputi juga daratan disekeliling DLKR Pelabuhan (pasal 3 ayat 3). Tetapi dengan dikeluarkannya UU Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran Jo. PP Nomor 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, DLKP Pelabuhan berubah dari wilayah daratan menjadi wilayah perairan. Selanjutnya PP Nomor 70 tahun 1996 tersebut diganti dengan PP Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan. Dan berdasarkan PP tersebut batas-batas DLKR dan DLKP Pelabuhan Panjang ditetapkan oleh Gubernur Lampung dengan Surat Keputusan No. 57 tahun 2001 tanggal 12 Nopember Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang pada awalnya secara administratif meliputi 3 (tiga) kelurahan yaitu Way Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan Kecamatan Panjang. Berdasarkan PP Nomor 4 Tahun 2001, tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota Bandar Lampung, terjadi pemekaran wilayah di lokasi tanah HPL tersebut sehingga pada saat ini tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada, Panjang Utara, Panjang Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang. III Data Riwayat Penguasaan Tanah Oleh Warga Masyarakat Riwayat penguasaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh warga masyarakat dapat diperoleh berdasarkan keterangan dari para narasumber yaitu mantan Lurah Way Lunik, tokoh masyarakat Kelurahan Way Lunik dan Kelurahan Pidada serta dari PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui wawancara mendalam (depth interview). 44

6 Hi. Kamaluddin Lubis, 78 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Way Lunik dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008, menerangkan bahwa narasumber dan warga masyarakat mulai menguasai tanah pelabuhan sejak tahun Tanah tersebut semula rawa-rawa yang mereka timbun untuk didirikan rumah semi permanen. Tahun 1977, sebagian rumah warga masyarakat dibayar ganti rugi karena pada lokasi tersebut dibangun PT. Semen Baturaja. Selanjutnya warga masyarakat mendirikan rumah di lokasi lain tetapi masih didalam tanah pelabuhan Panjang. Dalam perkembangannya penguasaan tanah tersebut semakin luas dan menjadi pemukiman penduduk. Narasumber Endang Suherman, 64 tahun, dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008, menerangkan bahwa narasumber adalah mantan Lurah Way Lunik yang menjabat dari tahun Narasumber tidak mengetahi pasti kapan warga masyarakat menguasai tanah pelabuhan, akan tetapi pada saat narasumber mulai menjabat sebagai Lurah Way Lunik tahun 1985, tanah tersebut telah dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman penduduk. Narasumber Edyson Hutabarat, 68 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Pidada dalam wawancara tanggal 15 Maret 2008 menerangkan bahwa narasumber sudah menguasai tanah pelabuhan Panjang sejak tahun Pada sekitar tahun itu juga warga masyarakat mulai menguasai tanah pelabuhan yang semula rawa untuk diurug dan dibangun rumah semi permanen. Hi.Sardi, 65 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Pidada dalam wawancara tanggal 16 Maret 2008 menerangkan bahwa narasumber telah menguasai tanah pelabuhan Panjang sejak tahun Pada saat itu dilokasi tanah yang dikuasainya masih sepi, namun tidak lama kemudian warga masyarakat mulai menguasai tanah yang semula rawa tersebut untuk dibangun rumah hingga menjadi pemukiman sampai sekarang ini. Data pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, menunjukkan bahwa sebagian besar warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung 45

7 Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang tidak memiliki bukti awal kepemilikan tanah. Sedangkan sebagian kecil lainnnya memiliki Surat Keterangan Hak Milik Bangunan Rumah Tempat Tinggal yang pada umumnya dikeluarkan antara tahun 1983 sampai dengan tahun 1986 oleh Lurah Way Lunik dan Kelurahan Panjang Utara. Substansi dari bukti awal kepemilikan tersebut pada intinya menerangkan bahwa yang bersangkutan mempunyai rumah diatas tanah pelabuhan. Disamping bukti awal tersebut, sebagian kecil warga masyarakat juga mempunyai surat bukti pembayaran pajak Iuran Pendapatan Daerah (IPEDA) yang dikeluarkan antara tahun 1983 sampai dengan III Data Proses Pemberian HPL Kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Proses penerbitan HPL atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang, berdasarkan data-data yang ada pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : 1. PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan surat tanggal 19 Oktober 1988 mengajukan permohonan hak kepada Kepala BPN melalui Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan melampirkan SK Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1987-Nomor KM.154/AL/106/PHB- 87 tanggal 23 Juli 1987 dan Peta Situasi tanggal 3 Oktober 1988; 2. Setelah kegiatan yang menjadi kewenangannya dilaksanakan, Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung menyampaikan permohonan tersebut kepada Kepala Direktorat Agraria Propinsi Lampung dengan Daftar Pengantar Nomor AG.100/KAB.117/PHL/1988 tanggal 1 Nopember 1988; 3. Selanjutnya, Kepala Direktorat Agraria Propinsi Lampung menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Kepala BPN dengan Daftar Pengantar Nomor AG.110/DA.3606/PH/1988 tanggal 15 Nopember 1988; 4. Oleh Kepala BPN kemudian diterbitkan Surat Keputusan No. 16/HPL/ BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 tentang Pemberian Hak Pengelolaan atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta seluas M2 yang terletak di Kelurahan Way Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan Kecamatan Panjang Kotamadya Bandar Lampung, Propinsi Lampung Jo. Nomor 46

8 16/HPL/BPN/89/A/29 tanggal 3 Mei 1989 tentang Ralat Atas Surat keputusan Kepala BPN tanggal 4 Pebruari 1989 Nomor 16/HPL/ BPN/ Setelah semua kewajiban sebagaimana tertuang pada Surat Keputusan Pemberian HPL tersebut dipenuhi oleh pemohon, selanjutnya oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung diterbitkan sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember 1989 (SU Nomor 2/1989 tanggal 3 Oktober 1988) atas tanah seluas M2 yang terletak di kelurahan Way Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan Kecamatan Panjang Kotamadya Bandar Lampung Propinsi Lampung atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta (sekarang PT.PELINDO II Cabang Panjang). Warkah permohonan penerbitan hak pengelolaan atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang, dari hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Lampung hingga saat ini belum diketemukan. Tetapi surat keputusan Kepala BPN Nomor 16/HPL/BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. SK Nomor 16/ HPL/BPN/ 89/A/29 tanggal 3 Mei 1989 mengenai pemberian hak pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang bisa diperoleh. Menurut ketentuan PMDN Nomor 5 Tahun 1973 yang telah diganti dengan PMNA/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, ditentukan bahwa sebelum hak atas tanah diberikan kepada pemohon, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan tanah oleh petugas Panitia Pemeriksaan Tanah. Panitia tersebut bertugas untuk memeriksa dan meneliti data fisik dan data yuridis bidang tanah yang diajukan permohonan haknya yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara yang selanjutnya dipakai sebagai salah satu dasar pertimbangan BPN dalam menerbitkan hak atas tanahnya. Warkah permohonan pemberiam hak pengelolaan atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang yang sampai saat ini belum diketemukan setidaknya mempersulit peneliti dalam menggali informasi mengenai pertimbangan apakah yang dijadikan dasar bagi Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk menerbitkan surat keputusan hak pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang atas 47

9 tanah yang sebagian telah dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman penduduk. Terlebih lagi dalam keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional tersebut sama sekali tidak disebutkan adanya BA Panitia Penelitian Tanah maupun informasi mengenai penguasaan tanah oleh warrga masyarakat tersebut. Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang pada saat ini sebagian dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman. Untuk itu, terkait dengan pemberian HPL tersebut kiranya penting untuk mengkaji apakah penguasaan tanah oleh warga masyarakat dilakukan sebelum atau sesudah HPL tersebut diberikan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang. Kegiatan awal dalam rangka penerbitan suatu hak atas tanah adalah pelaksanaan pengukuran. Data mengenai pelaksanaan pengukuran seharusnya bisa diperoleh dari Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kanwil BPN Propinsi Lampung. Tetapi data tersebut tidak bisa diperoleh karena data yang ada hanyalah hasil pengukuran tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang berupa Peta Situasi Nomor 3 Oktober Sedangkan vieldwerk maupun data pendukung lainnya juga belum diketemukan. Informasi mengenai penguasaan tanah oleh warga masyarakat dapat diperoleh melalui wawancara dengan petugas ukur yang ditunjuk untuk mengukur tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang. Sakah satu petugas ukur, Joko Siswoyo, dalam wawancara tanggal tanggal 8 Maret 2008, menerangkan bahwa pelaksanaan pengukuran bidang tanah tersebut dilakukan dengan didampingi oleh pegawai PT. PELINDO II Cabang Panjang sebagai petunjuk batas. Pada saat dilakukan pengukuran, didalam lokasi tanah yang diukur telah ada pemukiman penduduk yang padat. Demikian juga petugas ukur Suparman, dalam wawancara tanggal 8 Maret 2008 yang menyatakan bahwa pada saat dilakukan pengukuran, pada lokasi tanah PT. Pelindo II Cabang Panjang tersebut telah terdapat rumah-rumah masyarakat yang tersebar di berbagai kelurahan. Informasi mengenai keberadaan warga masyarakat diatas HLP PT. PELINDO II Cabang Panjang juga diperoleh dari narasumber Endang Suherman, mantan Lurah 48

10 Way Lunik dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008 yang menyatakan bahwa penguasaan tanah oleh warga masyarakat telah dilakukan jauh sebelum sertipikat hak pengelolaan atas nama Perum Pelabuhan II Panjang diterbitkan pada tahun Demikian juga narasumber Hi. Kamaluddin Lubis, tokoh masyarakat Kelurahan Way Lunik dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008 dan narasumber Edyson Hutabarat dalam wawancara tanggal 15 Maret 2008 serta Hi. Sardi dalam wawancara tanggal 16 Maret 2008, keduanya tokoh masyarakat Kelurahan Pidada bahwa penguasaan tanah oleh warga masyarakat diatas tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang telah dilakukan jauh sebelum terbitnya HPL. Narasumber Agus Fazri, 38 tahun, Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan Pelayanan Pelanggan PT. PELINDO II Cabang Panjang dalam wawancara tanggal 13 Maret 2008 juga menerangkan bahwa pemukiman penduduk sudah ada saat dilakukan pengukuran bidang tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang. Keterangan para narasumber tersebut diatas menunjukkan bahwa penguasaan tanah oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang diatas tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang telah dilakukan sebelum diberikannya hak pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan SK Kepala BPN Nomor 16/HPL/ BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. SK Nomor 16/HPL/BPN/ 89/A/29 tanggal 3 Mei Keterangan para narasumber mengenai penguasaan tanah oleh warga masyarakat sebelum HPL diberikan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut selanjutnya oleh peneliti dilakukan crosscheck dengan narasumber di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kantor Wilayah BPN Propinsi Lampung sebagai instansi yang berwenang memberikan hak atas tanah. Sudiarto, Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam wawancara tanggal 17 Maret 2008, menerangkan bahwa sulit bagi narasumber untuk memberikan penjelasan 49

11 mengenai penerbitan HPL tersebut tanpa mempelajari warkah penerbitan haknya, namun demikian narasumber berpendapat bahwa dalam proses permohonan hak atas tanah, ada kegiatan pemeriksaan tanah yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk untuk memeriksa data fisik dan yuridis bidang tanah yang dimohon, sehingga apabila pada saat diajukannya permohonan haknya tanah tersebut ternyata sebagian telah dikuasai warga masyarakat seharusnya keberadaan warga masyarakat menjadi pertimbangan BPN dalam penerbitan hak atas tanahnya. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh narasumber Radja Awal Harahap, Kepala Bidang Penyelesaian Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kanwil BPN Propinsi Lampung dalam wawancara tanggal 26 Maret 2008 yang menyatakan bahwa pemberian HPL atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh BPN telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keberadaan warga masyarakat sudah pasti dipertimbangkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional. Menurut narasumber, meskipun sebagian tanah tersebut telah dikuasai warga masyarakat untuk pemukiman namun HPL tersebut tetap diberikan kepada PT.PELINDO II Cabang Panjang karena tanah tersebut merupakan aset PT.PELINDO II Cabang Panjang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbendaharaan Negara (ICW). III Data Penguasaan Fisik Bidang Tanah oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang Hak Pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas 105 Ha sesuai Sertipikat Nomor 01/WayLunik/1989 adalah sebagaimana terlihat pada lampiran 1 tesis ini. Berdasarkan hasil inventarisasi dan penelitian petugas Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung tahun 2002 menunjukkan bahwa pada saat ini, tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang dikuasai oleh : a. PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas lebih kurang : ± 62,21 Ha; b. Dikuasai warga masyarakat seluas lebih kurang : ± 36,19 Ha; c. Untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial seluas lebih kurang : ± 6,60 Ha; 50

12 Tanah yang dikuasai PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas ± 62,21 Ha tersebut, secara fisik tidak semuanya dipergunakan oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang, tetapi sebagian diantaranya seluas 11,3958 Ha dikuasai oleh pihak ketiga dengan HGB diatas HPL. HGB diatas HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut sebagaimana terlihat pada tabel III.1 berikut ini : Tabel III.1. HGB diatas HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang No. Nama Pemegang HGB No.Sertipikat Tgl.Sertipikat Luas (M2) 1. PT. Paramitra Langgeng Raya 447/WLK PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 05/Pi CV. Bumi Waras 454/WLK PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 473/WLK PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 474/WLK Jumlah Sumber : Kantor Pertanahan Kota bandar Lampung tahun 2002 Tanah HPL PT. PELINDO Cabang Panjang secara fisik juga dikuasai oleh pihak ketiga, namun kepada pihak ketiga tersebut belum diterbitkan sertipikat HGB. Pihak-pihak tersebut dapat dilihat dari tabel III.2 berikut ini : Tabel III.2. Penguasaan HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh Pihak Ketiga yang Belum Bersertipikat No. Nama Pihak Ketiga Luas Tanah (M2) 1. PT. Semen Baturaja Angkatan Laut Kantor BNI Jumlah Sumber : Kantor Pertanahan Kota bandar Lampung tahun 2002 Data diatas menunjukkan bahwa dari tanah hak pengelolaan seluas ± 62,21 Ha yang dikuasai PT. PELINDO II Cabang Panjang, secara fisik tanah tersebut seluas ± 18,4158 Ha telah dipergunakan oleh pihak ketiga, sehingga tanah HPL yang benar-benar dikuasai secara fisik dan dipergunakan untuk kepentingan operasional PT. PELINDO II Cabang Panjang adalah seluas ± 43,7942 Ha. 51

13 Di lapangan, tanah tersebut dipergunakan untuk dermaga umum, gudang, lapangan penumpukan, workshop, perkantoran, dermaga curah kering, gudang dan lain-lain. III Data Penguasaan Fisik Bidang Tanah Oleh Warga Masyarakat Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh petugas Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung tahun 2002, menunjukkan bahwa penguasaan tanah oleh warga masyarakat diatas HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang sebagaimana terlihat pada tabel III.3 berikut ini : Tabel III. 3 HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai masyarakat No. Kelurahan Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Persil 1. Way Lunik Tlb. Selatan 3, Pidada Panjang 13, Panjang Selatan Panjang 13, Karang Maritim Panjang 4, JUMLAH 36, Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, tahun 2002 Tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai warga masyarakat pada daerah yang menjadi wilayah kajian penelitian yaitu Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Kota bandar Lampung adalah sebagaimana terlihat pada tabel III.4 berikut ini : Tabel III.4 HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang yang Dikuasai Masyarakat pada Wilayah Kajian Penelitian No. Kelurahan Kecamatan Jml.Bidang Luas (M2) Jml.Pddk 1. Way Lunik Telb.Selatan Lk.III Pidada Panjang Jumlah Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, tahun

14 Penggunaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dapat dilihat pada lampiran 2 tesis ini. Penggunaan tanah HPL oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bidang yang dikuasai : 281 bidang 2. Luas tanah secara keseluruhan : M2 3. Jumlah penduduk : jiwa 4. Tahun penguasaan : 1968-sekarang 5. Pengggunaan dan pemanfaatan tanah a. perumahan : 278 bidang b. lapangan olah raga : 1 bidang c. balai pertemuan : 1 bidang d. masjid/mushollah : 1 bidang e. warung (menyatu dengan rumah tinggal : 41 bidang. Sedangkan penggunaan tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai warga masyarakat Lingkungan III Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bidang yang dikuasai : 537 bidang 2. Luas tanah secara keseluruhan : M2 3. Jumlah penduduk : jiwa 4. Tahun penguasaan : 1952-sekarang 5. Pengggunaan dan pemanfaatan tanah a. perumahan : 534 bidang b. kantor Kelurahan : 1 bidang c. masjid/mushollah : 2 bidang d. warung : 78 bidang. e. bengkel : 4 bidang f. pasar : 1 bidang g. salon : 6 bidang 53

15 III Data Legalisasi Pemerintah Kepada Warga Masyarakat Keberadaan warga masyarakat yang menguasai tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang juga telah memperoleh legalisasi dari pemerintah. Untuk mengetahui bentuk dari legalisasi dari pemerintah terhadap keberadaan warga masyarakat di lokasi hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang dapat dilihat dari keterangan yang diberikan oleh narasumber Kusman,S.E., Lurah Kelurahan Way Lunik dalam wawancara tanggal 26 Maret 2008 yang menyatakan bahwa semua warga masyrakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan yang dewasa telah mempunyai Kartu Tanda Penduduk. Bentuk pengakuan yang lain dari pemerintah adalah dengan diberikannya fasilitas jaringan Listrik dan telephone serta fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam lokasi pemukiman tersebut. Selain hak-hak yang telah diperoleh warga masyarakat dari pemerintah, warga masyarakat juga telah memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas tanah dan bangunan yang mereka tempati. Keterangan yang sama juga diberikan oleh Sutomo, S.Sos, Lurah Pidada Kecamatan Panjang dalam wawancara tanggal 27 Maret Keberadaan warga masyarakat di lokasi tersebut juga di dukung dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun , yang dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), menunjukkan bahwa pada lokasi tanah yang menjadi obyek konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang rencana penggunaan tanahnya untuk penataan kawasan pemukiman. Fakta tersebut telah dikonfirmasikan kepada narasumber Nunuk Tri Murni, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Daerah Kota Bandar Lampung dalam wawancara tanggal 25 maret 2008 yang menyatakan bahwa pada lokasi tanah yang menjadi obyek konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung memang diperuntukkan untuk penataan kawasan pemukiman. 54

16 Adapun penggunaan tanah di lokasi obyek konflik sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar III.3 sebagai berikut : Gambar III.3 RTRW pada lokasi konflik untuk kawasan pemukiman III Data Kepentingan Warga Masyarakat Terhadap Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang Warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang, sebagai pihak yang secara fisik menguasai sebagian tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang, mempunyai kepentingan terhadap tanah HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang. Kepentingan tersebut adalah kepentingan untuk memperoleh hak milik atas tanah yang dirasakan sangat mendesak, karena kebutuhan akan perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, apalagi tanah yang mereka kuasai tersebut merupakan satu-satunya tempat tinggal yang mereka miliki, sehingga ketergantungan warga masyarakat akan tanah tersebut sangat tinggi. 55

17 Alasan-alasan yang dijadikan dasar bagi warga masyarakat untuk memperoleh hak atas tanah yang dikuasainya antara lain adalah : 1. berdasarkan hasil penelitian dari data-data sekunder yang dikuatkan dengan kesaksian para narasumber, warga masyarakat telah menguasai tanah pelabuhan Panjang lebih dari 30 tahun. 2. penguasaan tanah oleh warga masyarakat tersebut sudah dilakukan jauh sebelum dikeluarkannya SKB Mendagri dan Menhub Nomor 63 Tahun No. KM.154/AL.106/PHB-87 tanggal 23 Juli 1987 tentang Batas-Batas DLKR dan DLKP Pelabuhan Panjang yang menjadi salah satu dasar penerbitan sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember 1989 atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta (sekarang PT.PELINDO II Cabang Panjang). 3. ketentuan PP Nomor 70 Tahun 1996 pasal 1 butir 9 yang menyatakan bahwa DLKR Pelabuhan adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sedangkan fakta di lapangan PT. PELINDO II Cabang Panjang tidak pernah menggunakan tanah yang dikuasai warga masyarakat untuk kegiatan pelabuhan. 4. Adanya legalisasi dari pemerintah terhadap keberadaan warga masyarakat dalam bentuk kemudahan untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk, adanya jaringan listrik, jaringan telephone, jaringan air dan fasilitas sosial lainnya berupa masjid, mushola, lapangan olah raga dan lain-lain. 5. warga masyarakat telah memenhi kewajiban sebagai warga negara yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 6. alasan eksternal, yaitu masa reformasi tahun 1998 dan diberikannya sertipikat hak atas tanah kepada warga masyarakat yang menempati tanah DLKP Pelabuhan yang hingga tahun 2002 berjumlah 2033 sertipikat hak atas tanah, sehingga memicu kecemburuan masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah. III Data Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang Terhadap Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang selaku pemegang hak atas tanah mempunyai kepentingan untuk dapat menggunakan tanahnya yang menurut master plan PT. 56

18 PELINDO II Cabang Panjang, tanah yang dikuasai masyarakat untuk pemukiman tersebut merupakan bagian dari HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang yang akan dipergunakan untuk perluasan operasional kegiatan pelabuhan. Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang terhadap tanah HPL tersebut dapat dilihat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandar Lampung yang disusun Badan Perencanaan Kota (Bapekot) Kota Bandar Lampung Tahun 2005 yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana Pelabuhan Panjang baik laut maupun darat sampai dengan tahun 2030 yaitu pengembangan dermaga, perluasan lapangan penumpukan dan pembangunan gudang. Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang dapat dilihat dari Pengembangan Pelabuhan Panjang hingga tahun 2030 terdiri dari tahapan pembangunan pelabuhan Panjang yang dibagi menjadi 3 (tiga) termin yaitu : 1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek ( ) Rencana pembangunan jangka pendek, lebih merupakan realisasi dari hal-hal yang direncanakan dalam master plan lama pelabuhan Panjang. Namun demikian, rencana pembangunan jangka pendek ini merupakan langkah awal yang strategis untuk melaksanakan skenario penataan pelabuhan Panjang selanjutnya. Oleh karena itu skenario ini merupakan bagian dari mata rantai rencana pembuatan master plan pelabuhan Panjang sampai 25 tahun mendatang. Langkah-langkah penataan yang diambil dalam skenario rencana pembangunan jangka pendek pelabuhan Panjang adalah penambahan lapangan peti kemas, renovasi terhadap gudang yang lama, penghijauan kawasan pelabuhan, penambahan kantor peti kemas, pembangunan reception facilities dan perluasan lahan pelabuhan Panjang. Skenario perluasan perluasan lahan pelabuhan Panjang menjadi perhatian dalam rencana pembangunan jangka pendek. Perluasan tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi pengembangan fasilitas perusahaan-perusahaan yang ada di dalam 57

19 pelabuhan Panjang. Adapun langkah yang diambil dalam usaha memperluas lahan pelabuhan ini adalah dengan mengadakan reklamasi untuk mencegah adanya penggusuran terhadap penduduk yang berada di lahan PT.PELINDO II Cabang Panjang. 2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( ) Rencana pembangunan jangka menengah disusun berdasarkan prediksi perkembangan dan kebutuhan yang akan diperlukan oleh Pelabuhan Panjang dalam menuju sebagai pelabuhan internasional. Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam pembangunan jangka menengah ini adalah bangunan perkantoran baru, penambahan terminal petikemas dan lapangan penumpukan, pemindahan gudang curah cair, penambahan gudang baru, pembangunan pusat pengolahan limbah dan perluasan dermaga. Pembangunan gudang-gudang baru yang akan banyak dibangun pada lahan perluasan pelabuhan hasil reklamasi menjadi perhatian dalam rencana pembangunan jangka menengah, akan tetapi dalam rencana pembangunan jangka menengah ini pun belum mengarah pada tanah yang dikuasai oleh warga masyrarakat. 3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang ( ) Rencana jangka panjang ini merupakan rencana yang disusun berdasarkan visi Kota Bandar Lampung menjasi kota berkelas dunia. Rencana ini adalah rencana yang paling optimistik dengan cita-cita menjadikan pelabuhan Panjang sebagai Pelabuhan Bertaraf Internasional. Agenda penting dalam pembangunan jangka panjang sampai sekitar 25 tahun mendatang antara lain menyatukan lahan PT. PELINDO II Cabang Panjang, bolevard sebagai orientasi tapak, gerbang pelabuhan, penambahan dermaga, pusat orientasi pelabuhan, pembuatan lapangan penumpukan peti kemas dan gudang, membuat jalan inspeksi sekeliling lokasi pelabuhan, konsep penghijauan, waterfront belt, terminal petikemas baru dan studi 3 dimensi kawasan pelabuhan. 58

20 Rencana penyatuan lahan PT. PELINDO II Cabang Panjang menjadi perhatian dalam tahap ini, karena dalam perkembangan Kota Bandar Lampung, tanah pelabuhan menjadi terpecah-pecah. Dibeberapa lokasi, tanah pelabuhan belum digunakan dan tidak terkontrol secara baik telah dimanfaatkan oleh warga sebagai pemukiman dan apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat secepatnya, maka kemungkinan untuk mengembalikan menjadi tanah pelabuhan akan sangat sulit. Selain itu ada hal-hal yang menyebabkan tanah pelabuhan menjadi terpecah dan sulit untuk dikontrol, yaitu pembangunan jalan umum ditengah-tengah tanah pelabuhan. Dengan adanya jalan umum di tengah tanah pelabuhan, maka banyak muncul fasilitas umum yang dimiliki masyarakat yang dibangun di jalan tersebut dan pada akhirnya juga memicu pertumbuhan pemukiman baru disekitar jalan tersebut. Pemukiman liar yang sebelumnya menempati tanah pelabuhan harus segera direlokasi di tempat lain. Selanjutnya tanah tersebut harus segera diolah untuk pengembangan fasilitas pelabuhan agar tanah tersebut tidak kembali ditempati secara liar. PT. PELINDO II Cabang Panjang, berdasarkan kepentingan tersebut diatas tetap berupaya untuk dapat menguasai dan menggunakan tanah HPL yang pada saat ini dikuasai oleh warga masyarakat, sebagaimana dikatakan oleh Agus Fazri, Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan Pelayanan Pelanggan PT. PELINDO II Cabang Panjang dalam wawancara tanggal 13 Maret 2008, bahwa untuk jangka pendek PT. PELINDO II Cabang Panjang belum mempunyai rencana untuk menggunakan tanah HPL yang dikuasai warga masyarakat, sehingga sejauh ini keberadaan pemukiman penduduk tersebut belum mengganggu operasional PT. PELINDO II Cabang Panjang, namun untuk jangka panjang tanah tersebut tetap akan dipergunakan untuk perluasan kegiatan operasional pelabuhan. Alasan-alasan PT. PELINDO II Cabang Panjang untuk tidak melepaskan tanah HPL yang dikuasai warga masyarakat adalah : 59

21 a. tanah tersebut telah diterbitkan sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang, sehingga pihak PT. PELINDO II Cabang Panjang lebih berhak atas tanah tersebut daripada masyarakat; b. tanah HPL tersebut sudah tercatat sebagai tanah aset pemerintah yang sesuai UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Akte Pendirian Perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Nomor 3 Tahun 1992 Jo. Akta Nomor 4 Tahun 1998 tanggal 5 Mei 1998, bahwa setiap tindakan untuk pelepasan/penghapusan asset (dalam hal ini tanah) harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham/kementerian BUMN. III Data Kepentingan Pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang Pemerintah Kota Bandar Lampung mempunyai kepentingan terhadap HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang. Kepentingan tersebut adalah adanya kontribusi PT. PELINDO II Cabang Panjang terhadap pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung. Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandar Lampung yang dibuat oleh Badan Perencanaan Kota (Bapekot) Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2005 menunjukkan bahwa, Pemerintah Kota Bandar Lampung berencana mengembangkan kegiatan yang mampu menyediakan dan mengoperasikan jasa kepelabuhan dengan mutu yang terbaik yang mampu memberikan kepuasan pelanggan secara maksimal dan mampu menampilkan perusahaan sehat. Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan rencana fungsi kegiatan pelabuhan Panjang sebagai berikut : 1. Fungsi Interface, yang menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai terminal point barang dari dua atau lebih moda transportasi yang berbeda, yaitu moda transportasi darat (roadways, inland waterways, railways transportation system) ke moda transportasi laut dan sebaliknya. 2. Fungsi Link, yang menjadikan Pelabuhan Panjang dapat dipandang sebagai salah satu mata rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang 60

22 (original port) samai ke tempat tujuan (destination port) atau dari wilayah produksi ke wilayah distribusi. 3. Fungsi Gateway, yang menjadikan Pelabuhan Panjang berfungsi sebagai pintu gerbang perekonomian daerah (regional), nasional dan internasional serta berfungsi sebagai pintu gerbang suatu negara, karena dilatarbelakangi oleh peraturan dan prosedur internasional yang harus diikuti bagi setiap kapal yang berkunjung. 4. Fungsi Industrial Zone Entity, yang menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai tempat distribusi, konsolidasi barang (cargo consolidation and cargo distribution centre) dan merupakan bagian kegiatan industri dan perdagangan dalam upaya optmalisasi, efisiensi produksi dan biaya. III Data Kepentingan Badan Pertanahan Nasional Terhadap Tanah HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang Badan Pertanahan Nasional adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan di bidang pertanahan yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada UUPA yang didalamnya terdapat amanat dan misi untuk mewujudkan pengaturan tanah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk melaksanakan amanat UUPA tersebut ditetapkan sasaran bidang pertanahan berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1983, yang meliputi tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup. Kepentingan Badan Pertanahan Nasional terhadap tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang adalah karena keterlibatan BPN dalam mengabulkan permohonan pemberian HPL dari PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan bukti hak atas tanah berupa setipikat hak pengelolaan Nomor 01/Way Lunik/1989 kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang. Data yang ada menunjukkan bahwa pada saat HPL tersebut diajukan pernohonannya oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang, sebagian dari tanah 61

23 yang diajukan permohonan haknya telah dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman penduduk, sehingga dibelakang hari menimbulkan konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat. Padahal saah satu tujuan diberikannya HPL kepada pemegang hak adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanahnya dan mewujudkan tertibnya administrasi pertanahan. Untuk itu, peran aktif BPN dalam upaya penanganan konflik tersebut sangat dibutuhkan. III Data Bentuk Penyelesaian Konflik Antara PT. PELINDO II Cabang Panjang Dengan Warga Masyarakat Upaya penyelesaian konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut : 1. Penyelesaian konflik melalui pengaduan formal Konflik penguasaan dan pemilikan tanah tersebut, pada awalnya diselesaikan oleh warga masyarakat dengan cara menyampaikan pengaduan secara formal yang ditujukan kepada berbagai instansi, antara lain : a. Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung; b. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Lampung; c. Pemerintah Kota Bandar Lampung; d. Pemerintah Propinsi Lampung; e. DPRD Kota Bandar Lampung, dan f. DPRD Propinsi Lampung Warga masyarakat Kelurahan Way Lunik dan Kelurahan Pidada, melalui surat tanggal 8 Agustus 1998 dan 31 Agustus 1998, mengajukan permohonan sertipikat hak milik melalui Prona Swadaya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung atas tanah yang terletak diatas hak pengelolaan PT. PELINDO Cabang II Panjang. Petugas Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung melakukan identifikasi lapangan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara tanggal 12 Oktober

24 Surat-surat tersebut ditanggapi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan surat Nomor KPBL.1060/500/1998 tanggal 20 Oktober 1998 yang pada intinya menjelaskan bahwa tanah yang dimohon berada pada hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang, sehingga untuk dapat diajukan permohonan haknya terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari pemegang hak atas tanah. Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, melalui surat Nomor tanggal 14 Juli 2000, minta konfirmasi penggunaan tanah kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang. Surat tersebut ditanggapi oleh General Manager PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui surat Nomor FP.012/1/1/C.PJG.2000 tanggal 9 Agustus 2000 yang pada intinya tanah yang dikuasai masyarakat tersebut termasuk dalam master plan/rencana Induk Pengembangan Pelabuhan Panjang sehingga tetap akan dikelola oleh pelabuhan Panjang. Koordinasi antar instansi dengan salah satu pihak yang berkonflik juga dilakukan pada tanggal 30 Juli 1999 yang dihadiri oleh Asisten I Pemerintah Kota bandar Lampung, perwakilan dari Kantor Pertanahan Kota bandar Lampung, Camat Panjang dan perwakilan dari PT. PELINDO II Cabang Panjang yang pada intinya bahwa tanah yang dikuasai warga masyarakat berada diatas hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang sehingga dilokasi tersebut tidak bisa dimasukkan program pensertipikatanmelalui Prona Swadaya. Koordinasi antara Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan General Manager PT. PELINDO II Cabang Panjang juga dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2001 yang membahas kemungkinan pihak pelabuhan Panjang untuk merespon keinginan warga masyarakat untuk mengajukan permohonan hak atas tanah, akan tetapi PT. PELINDO II Cabang Panjang tidak mempunyai kewenangan untuk itu sehingga hal tersebut akan disampaikan kepada yang berwenang yaitu PT. PELINDO II Jakarta. Warga masyarakat, melalui surat tanggal 30 Oktober 2001 mengajukan permohonan bantuan untuk memperoleh sertipikat hak milik atas tanah yang 63

25 dikuasainya kepada Walikota dan DPRD Kota Bandar Lampung. Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung melalui nota dinas Nomor tanggal 13 Nopember 2001 kepada Walikota Bandar Lampung mengusulkan agar dilakukan inventarisasi subyek dan obyek tanah yang dikuasai warga masyarakat. Tim dari Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung Pada tanggal 21 sampai dengan 26 Januari 2002 melakukan inventarisasi dan penelitian lapangan dengan hasil bahwa tanah hak pengelolaan yang dikuasai warga masyarakat seluas lebih kurang 36,19 Ha yang terdiri dari bidang dan berdasarkan hasil penelitian tersebut, melalui surat Nomor 590/501/10/2002 tanggal 24 April 2002, Walikota Bandar Lampung minta kepada Direktur Utama PT. PELINDO II Pusat untuk melepaskan tanah HPL yang telah dikuasai warga masyarakat karena keberadaan pemukiman penduduk telah ada sebelum Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1987, sedangkan untuk perluasan pelabuhan agar dilakukan dengan cara reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor 57 Tahun Surat Walikota Bandar Lampung tersebut oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang ditanggapi dengan surat Nomor FP.015/1/9/C.PJG-04 tanggal 9 Agustus 2004 yang pada intinya menjelaskan bahwa tanah HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang telah tercatat sebagai asset dan berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Akta Pendirian Perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Nomor 3 tahun 1992 jo. Akta Nomor 4 tahun 1998 tanggal 5 Mei 1998, bahwa setiap tindakan untuk pelepasan/penghapusan asset harus mendapat persetujuan dari pemegang saham/ Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Upaya penyelesaian tersebut oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang, telah dilaporkan kepada Menteri BUMN selaku pemegang saham PT. PELINDO II Pusat di Jakarta melalui surat Nomor FP.015/6/13/P/ II.05 tanggal 29 Agustus

26 2. Penyelesaian konflik melalui negosiasi Negosiasi tanggal 23 Desember 2002 diadakan di Kantor PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dihadiri wakil dari kedua pihak untuk membahas tuntututan masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada agar tanah HPL yang telah dikuasai masyarakat dilepaskan oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang. Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk membentuk Tim Penyelesaian Masalah untuk menyelesaikan konflik tersebut. Negosiasi dilanjutkan pada tanggal 3 Pebruari 2003 yang bertempat di Kantor PT.PELINDO II Cabang Panjang yang dihadiri wakil dari kedua pihak. Hasil dari pertemuan tersebut adalah penunjukan nama-nama anggota Tim Penyelesaian Masalah serta penyusunan rencana kerja tim tersebut. PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui Surat Keputusan General Manager Nomor UM.338/2/1/C.PJG.2004 tanggal 3 Mei 2004, dibentuklah Tim Terpadu Inventarisasi Permasalahan Tanah hak pengelolaan Pelabuhan Panjang di Kelurahan Way Lunik dan Kelurahan Pidada Panjang. Tim tersebut beranggotakan perwakilan dari PT.PELINDO II Cabang Panjang, warga masyarakat dan instansi pemerintah yang terkait antara lain Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, Camat dan Lurah setempat. Tim tersebut bertugas melakukan inventarisasi tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang. Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Tim Penyelesaian Masalah tersebut dituangkan dalam Berita Acara Nomor UM.339/2/13/C.PJG.2004 tanggal 9 Juni 2004 berupa rekapitulasi inventarisasi tanah HPL Pelabuhan Panjang yang dihuni oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang yaitu seluas 9,0874 Ha dengan jumlah 739 Kepala Keluarga. Hasil Tim tersebut oleh warga masyarakat ditindaklanjuti dengan melakukan negosiasi penyelesaian konflik kepada PT. PELINDO II Kantor Pusat di Jakarta 65

27 pada tanggal 2 Agustus 2004 yang dihadiri para wakil dari kedua pihak. Dalam negosiasi tersebut PT.PELINDO II Pusat menawarkan kepada masyarakat untuk membuat Surat Perjanjian Penggunaan Bagian Tanah HPL Pelabuhan dengan tarif sewa Rp. 0,- (nol rupiah), namun warga masyarakat menginginkan agar PT. PELINDO II Cabang Panjang melepaskan tanah HPL yang telah dikuasai masyarakat tersebut untuk bisa dimohonkan haknya. 3. Penyelesaian konflik melalui Pengadilan PT. PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat hingga saat ini belum berniat untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui jalur hukum (litigasi), tetapi narasumber Agus Fazri, Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan Pelayanan Pelanggan PT. PELINDO II Cabang Panjang dalam wawancara tanggal 13 Maret 2008 menyatakan bahwa pihaknya berniat untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui jalur hukum jika upaya penyelesaian konflik melalui alternatif penyelesaian sengketa tidak berhasil. III.4.3. Pengolahan Data Data yang sudah dikumpulkan diatas kemudian diolah. Pengolahan data tersebut mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. editing, yaitu data diperiksa kembali kelengkapannya, kejelasan dan relevasinya dengan penulisan yang dilakukan. Terhadap data yang belum lengkap dan kurang jelas, maka data tersebut diupayakan untuk kelengkapannya dengan melakukan konfirmasi ulang ke sumber data yang bersangkutan. b. coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban yang merupakan hasil wawancara dengan memberikan kode-kode tertentu pada jawaban agar mudah untuk dianalisis; c. penyusunan dan pengelompokan data (informasi) yang diperoleh sesuai dengan kerangka yang menjadi pokok bahasan yang telah ditetapkan secara sistematis dan rinci. d. pengujian keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu check, recheck dan cross check terhadap data yang diperoleh. Data tersebut 66

28 dibandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara antara lain sebagai berikut : - membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; - membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. III Riwayat Penguasaan Tanah Oleh Warga Mayarakat dan Pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan para narasumber kemudian dilakukan cross check dengan data yang ada pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung yang hasilnya menunjukkan bahwa penguasaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang telah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu. PT. PELINDO II Cabang Panjang baru memperoleh hak atas tanah pada tahun 1989 yaitu berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 16/HPL/BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. Nomor 16/HPL/BPN/89/A/29 tanggal 3 Mei 1989 yang kemudian didaftarkan di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan sertipikat Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember Dengan demikian penguasaan tanah oleh masyarakat telah dilakukan jauh sebelum hak pengelolaan tersebut diberikan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang. III Kondisi Eksisting Penguasaan Tanah HPL Oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang dan Warga Mayarakat Data mengenai kondisi eksisting penguasaan tanah hak pengelolaan baik oleh PT.PELINDO II Cabang Panjang maupun warga masyarakat selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk melakukan deliniasi pada citra satelit Ikonos yang terkoreksi dan yang di-overlay dengan peta pendaftaran untuk memperoleh batas-batas tanah HPL yang secara fisik dikuasai oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang maupun oleh warga masyarakat berdasarkan kondisi lapangan yang ada pada saat ini. 67

29 Hasil dari kegiatan deliniasi Citra Ikonos yang telah di-overlay dengan peta pendaftaran tanah tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 yang meliputi deliniasi terhadap : 1. Tanah HPL yang secara fisik di lapangan dikuasai oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang. 2. Tanah HPL yang secara fisik di lapangan dikuasai okeh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada, Panjang Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang. 3. Tanah HPL di daerah kajian penelitian yang dikuasai oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Dari data-data diatas, menunjukkan bahwa meskipun PT. PELINDO II Cabang Panjang telah memegang sertipikat hak pengelolaan Nomor 1/Way Lunik atas tanah seluas 105 Ha, akan tetapi secara fisik tanah hak pengelolaan tersebut tidak semuanya bisa dikuasi PT. PELINDO II Cabang Panjang, melainkan sebagian dari hak pengelolaan tersebut secara fisik dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman penduduk. III Bentuk Konflik Antara PT. PELINDO II Cabang Panjang Dengan Warga Mayarakat Hasil pengumpulan data mengenai bentuk konflik yang terjadi antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Pidada dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang, menunjukkan bahwa kepentingan warga masyarakat untuk memperoleh hak atas tanah HPL yang dikuasainya karena untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu perumahan, sehingga warga masyarakat menuntut agar tanah HPL tersebut dilepaskan oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang. Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang untuk menguasai tanah HPL tersebut karena dalam jangka panjang, tanah tersebut akan dipergunakan untuk perluasan operasional pelabuhan, sehingga PT. PELINDO II Cabang Panjang tetap ingin menguasai tanah HPL tersebut. 68

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Analisis Pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Pertanyaan penelitian sekunder ke-satu yaitu apakah pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang )

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang  ) Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Tanah merupakan tempat untuk melakukan seluruh aktifitas dalam kehidupan manusia. Seiring pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan, pada saat ini telah terjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan

Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan Bab V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. pemberian HPL atas nama PT.PELINDO II Cabang Panjang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG) A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah

Lebih terperinci

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di BAB I PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Transaksi antar negara-negara di dunia akan menciptakan kerjasama

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

PENERTIBAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN TNI DENGAN STATUS OKUPASI

PENERTIBAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN TNI DENGAN STATUS OKUPASI PENERTIBAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN TNI DENGAN STATUS OKUPASI Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Pemberian hak atas tanah oleh Negara telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 503 TAHUN : 2001 S ERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMANFAATAN KEPELABUHANAN BUPATI SERANG Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN BENCANA DAN PENGEMBALIAN HAK-HAK MASYARAKAT ATAS ASET TANAH DI WILAYAH BENCANA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi/liberalisasi khususnya sektor perdagangan serta pelaksanaan otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan potensi yang dimiliki daerah.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Balai Karimun. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1955, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Dari Dan Ke Kapal. Bongkar Muat. Penyelenggaraan dan Pengusahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 152 TAHUN

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1439, 2015 KEMENHUB. Kepelabuhanan. Konsensi. Bentuk Kerja Sama. Pemerintah. Badan Usaha Pelabuhan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 15 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 7 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 549 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN KEPELABUHANAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

BAB II PEROLEHAN HAK ATAS TANAH OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS

BAB II PEROLEHAN HAK ATAS TANAH OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS 14 BAB II PEROLEHAN HAK ATAS TANAH OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH DINAS 2.1. Pembebasan Hak Atas Tanah Sebagai Cara Perolehan Tanah Untuk Pembangunan Oleh Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota Baru Bandar Kemayoran atau lebih dikenal sebagai Kemayoran adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota Jakarta yang semula dikenal karena fungsinya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 09 TAHUN 2005 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK PERORANGAN WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365, 2015 INDUSTRI. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 503 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMANFAATAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 19 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN LAHAN (IPPL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH

BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH BERKAITAN DENGAN RENCANA PEROLEHAN TANAH Hal-hal yang harus diperhatikan 1. Jenis penggunaan Tanah (Proyek)-nya 2. Status Tanah yang Tersedia 3. Respon/Kesediaan Pemilik Tanahnya 4. Letak/Lokasi tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha, yang meliputi bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7 KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan setiap pelabuhan memiliki suatu kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pada bab ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FASILITASI PRA DAN PASKA SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH UNTUK MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG K E P E L A B U H A N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia usaha dan masyarakat dalam menjalankan usahanya, karena

Lebih terperinci

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh. Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 113 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU Oleh Suhariyono 1 ABSTRAK: Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Legalisasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH

Lebih terperinci

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN Disampaikan pada Seminar dengan Tema HGU & HGB : Problem, Solusi dan Perlindungannya bedasarkan UU No. 25 Tahun

Lebih terperinci

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh : JOKO SUBAGYO NIM :

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh : JOKO SUBAGYO NIM : PENYELESAIAN KONFLIK PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH (Studi Kasus Antara PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang Dengan Warga Masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way

Lebih terperinci

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG 1 RUANG LINGKUP HGU SUBYEK HGU JANGKA WAKTU HGU PENGGUNAAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENDAFTARAN TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA LATAR BELAKANG PENDAFTARAN TANAH Belum tersedia Hukum Tanah Tertulis yang Lengkap dan Jelas Belum diselenggarakan Pendaftaran Tanah yang Efektif

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang

I. PENDAHULUAN. Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada konstelasi otonomi daerah, persoalan manajemen pertanahan daerah yang secara substansial berisi tentang kewenangan pemerintah daerah di bidang pertanahan masih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DISELENGGARAKAN MELALUI 4 TAHAPAN, YAITU: I. TAHAP PERENCANAAN PENGADAAN Instansi yang memerlukan tanah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1987 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN MENTERI DALAM

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, surat Gubernur OKI Jakarta Nomor 3555/1.711.531 tanggal 29 Oesember 2006

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) LAMPUNG JASA UTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang

Lebih terperinci