Pelaksanaan Perjanjian Asuransi PT. Asuransi Jasa Raharja terhadap Korban. Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelaksanaan Perjanjian Asuransi PT. Asuransi Jasa Raharja terhadap Korban. Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya"

Transkripsi

1 Pelaksanaan Perjanjian Asuransi PT. Asuransi Jasa Raharja terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Raya (Studi Kasus di Kantor PT. Asuransi Jasa Raharja Cabang Surakarta) ERA WITA YUNIAR Abstraction :The role of PT Asuransi Jasa Raharja is great for users of the highway because of accident victims will get compensation from the insurance company, either the cost of hospital care, or if the victim becomes permanent disability and death of the victim will receive compensation from PT (Persero) Asuransi Jasa Raharja. But there is another constraint is the lack of awareness or knowledge of the victims or their heirs that they have the right to financial compensation from PT. (Persero) Asuransi Jasa Raharja. Insurance is a non-bank financial institutions engaged in the field of insurance, it is essential presence in the community and is expected to improve the welfare of society in general and for particular customers. Keywords: Accident victims, Compensation. LATAR BELAKANG Suatu kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya bukanlah menjadi sesuatu yang baru,sejalan dengan bertambahnya kemajuan jaman dan teknologi. Dengan semakin bertambah banyaknya jumlah kendaraan bermotor, maka mengakibatkan padatnya arus lalu lintas di jalan raya. Bentuk akibat yang ditimbulkan dari padatnya arus lalu lintas di jalan raya tersebut tentu saja terjadi kemacetan hingga kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas di jalan raya tentu saja dapat menimbulkan kerugian, antara lain korban jiwa maupun kehilangan harta benda. Pada dasarnya pengemudi kendaraan bermotor yang menyebabkan korban kecelakaan lalu lintas adalah pihak yang akan bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan. Namun dalam hal pertanggung jawaban ini dapat dialihkan kepada pihak lain yaitu perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi yang dimaksud adalah Perusahaan Negara Asuransi Jasa Raharja yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965,

2 yang sekarang sudah berubah bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara PT Asuransi Jasa Raharja (Persero). Dalam hal ini kedudukan PT Asuransi Jasa Raharja (Persero) dalam Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Askel) adalah sebagai penanggung. Jadi yang memperoleh jaminan ganti rugi dari PT Jasa Raharja bukan hanya pemilik kendaraan tetapi pemakai kendaraan pada saat terjadi kecelakaan juga akan mendapatkan ganti rugi, baik itu berupa biaya perawatan maupun santunan. Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964, setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan oleh alat angkutan lalu lintas jalan, akan diberi ganti kerugian kepadanya atau ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah. PERUMUSAN MASALAH Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya terhadap korban yang mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya, PT Asuransi Jasa Raharja sudah memberikan santunan sesuai dengan Undang-Undang No 33 dan 34 Tahun Bagaimana pelaksanaan tanggung jawab PT Asuransi Jasa Raharjaterhadap korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya? 2. Apa hambatan-hambatan yang dialamidari pelaksanaan perjanjian oleh para pihak korban dan PT Asuransi Jasa Raharja dalam pengajuan santunan?

3 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yuridis sosiologis, menjelaskan masalah yang dikaitkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku berdasarkan kenyataan atau fakta sosial yang terjadi pada masyarakat. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang diperoleh langsung dari pihak yang berkaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti, data tersebut meliputi keterangan atau data yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di PT Asuransi Jasa Raharja Cabang Surakarta. Sumber data sekunder, yang diperoleh dari : a). Bahan Hukum Primer, Merupakan bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah baru atau pengetahuan barutentang fakta yang diketahui mengenai suatu gagasan, adapun bahan hukumya terdiri dari :Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-Undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Undang-Undang No. 33 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja. b). Bahan Hukum Sekunder, berupa data-data yang mendukung sumber data primer termasuk didalamnya peraturan-peraturan hukum, dokumen-dokumen dan majalah yang berkaitan dengan pelaksanaan asuransi kecelakaan. Bahan-bahan hukum sekunder, berupa buku-buku hasil bacaan hasil penelitian yang berwujud laporan dan data yang telah ada serta sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. c). Bahan Hukum Tersier, berupa bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan primer dan bahan sekunder yaitu Kamus Hukum dan kamus-kamus lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja dalam memberikan tanggung jawabnya terhadap korban kecelakaan lalu lintas dan

4 mengetahuihambatan-hambatan yang dialami oleh korban dalam pengajuan santunan kepada PT Asuransi Jasa Raharja. Analisis data yang digunakan yaitu kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengertian Tanggung Jawab Perusahaan Dari segi hukum, tanggung jawab urusan perusahaan yang berupa kekayaan dan usaha perusahaan itu dapat dialihkan kepada pihak lain, atau dapat dilakukan tanpa merugikan orang lain atau tidak. Urusan perusahaan yang berupa kekayaan adalah benda yang dapat dialaihkan kepada pihak lain, baik tersendiri terpisah dari perusahaan maupun bersama dengan perusahaan sebagai satu kesatuan. Dari segi hukum, kekayaan yang berupa benda dapat dijadikan objek jual beli sewa-menyewa, dan ini diatur oleh hukum bagaimana cara melakukan jual-beli, sewamenyewa, dan caramelakukan penyerahan benda dan membayar harganya. Tanggung jawab perusahaan salah satu materi hukum yangdiperlukan dalam menunjang pembangunan nasional adalah ketentuan dibidang Perseroan Terbatas yang menggantikan ketentuan hukum lama. Dengan ketentuan baru ini diharapkan Perseroan Terbatas dapat menjadisalah satu pilar pembangunan ekonomi nasional yang berasaskan kekeluargaan menurut dasar-dasar demokrasi ekonomi sebagaipengejawantahan dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Sedangkan tanggung jawab Perusahaan Asuransi dengan membelipolis asuransi, seseorang dapat memindahkan risiko yang dihadapinyakepada perusahaan asuransi dengan membayar premi. Oleh karena itu,apabila sebuah perusahaan asuransi menjual sebanyak polis 1000 poliskepada 1000 individu, maka perusahaan tersebut telah menerima total risikodari 1000

5 individu. Namun demikian, sesungguhnya perusahaan asuransi itumelalui suatu proses seleksi dan underwriting yang hati-hati, dapatmenerima total risiko itu dengan risiko yang sangat kecil di bandingkandengan risiko yang dihadapi oleh pemegang polis kemungkinannya bahwatotal, jumlah risiko tersebut lebih kecil dari pada risiko seorang pemegangpolis manapun juga.dengan demikian tanggung jawab perusahaanasuransi adalah menerima polis dan selanjutnya membayarkan premi kepada pemegang polis. Perusahaan asuransi adalah suatu lembaga yang sengaja dirancangdan dibentuk sebagai lembaga pengambil alih dan menerima risiko. Dengandemikian perusahaan asuransi pada dasarnya menawarkan jasa proteksisebagai produknya kepada masyarakat yang membutuhkan, yangselanjutnya diharapkan akan menjadi pelanggannya.guna mencapaitujuan tersebut, maka perusahaan akan mengajak setiap pihak untukbergabung dengannya secara spontan untuk bersama menghadapikemungkinan-kemungkinan kerugian yang terjadi (atau kemungkinankerugian timbul), biasanya tidak pernah disadari dan tidak siap dihadapioleh seseorang dengan baik. Tanggung jawab PT Jasa Raharja (Persero) melakukan pemupukandana-dana dari masyarakat pengguna sarana angkutan umum danpengusaha/pemilik kendaraan yang selanjutnya dapat dinventarisasikan itu,diputuskan dalam suatu badan Pemerintah. Oleh sebab itu PT Asuransi Jasa Raharja (Persero) mengemban tanggungjawab memupuk keuangan dari masyarakat melalui iuran wajib dansumbangan wajib dan selanjutnya menyalurkannya kembali melaluisantunan asuransi jasa raharja terhadap korban/ahliwaris korban yangmengalami kecelakaan di jalan raya. 2. Pengajuan Klaim Atas Santunan Asuransi

6 Tujuan Pemerintah mengadakan Asuransi kecelakan lalu lintas adalah untuk meringankan beban bagi orang yang mendapat musibah dari kecelakaan lalu lintas jalan. Tujuan ini dapat dicapai jika semua pihak memnuhi kewajibannya, demikian pula para pemilik kendaraan bermotor untuk membayar sumbangan wajib yang jumlahnya ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam hukum asuransi pada dasarnya penanggung wajib menanggung kerugian apabila kerugian yang diderita oleh orang yang berkepentingan adalah akibat langsung dari peristiwa yang menjadi tanggungannya, yang dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 juga dipegang teguh karena di dalam kewajiban sebagai penanggung PT. Asuransi Jasa Raharja, memerlukan kepastian. Apakah kecelakaan yang mengakibatkan korban mati, cidera atau cacat tetap telah terjadi dan berada di dalam tanggungannya. Ganti rugi diberikan berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 Jo. PP. No. 18 Tahun 1965 kepada korban atau ahli waris korban kecelakaan lalu lintas, tetapi tidak untuk memberikan ganti rugi sepenuhnya bagi korban guna menutup semua biayabiaya yanng dikeluarkan. Jadi ganti rugi disini hanyalah dimaksudkan untuk meringankan beban bagi korban atau ahli waris korban yang mendapat musibah. 3. Tata Cara Pengurusan Santunan Jasa Raharja Mengenai tatacara untuk memperoleh ganti kerugian atau santunan dari jasa raharja adalah sebagai berikut :Korban atau ahli warisnya datang ke kantor jasa raharja untuk meminta formulir K1 (untuk kecelakaaan ditabrak kendaraan bermotor) atau K2 (untuk kecelakaan penumpang umum). Formulir yang telah diisi wajib

7 dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan lain yang telah ditentukan oleh Jasa Raharja berdasarkan peraturan yang ada yaitu : a. Keterangan kecelakaan dari kepolisian b. Keterangan pemeriksaan dokter atau rumah sakit tentang keadaan korban c. Keterangan keabsahan ahli waris bagi korban yang meninggal dunia Apabila semua persyaratan terpenuhi dan dinilai memang pantas bagi korban untuk menerimanya maka ganti kerugian tersebut akan diberikan sebagaimana mestinya, tapi dengan catatan bahwa pengajuan permohonan tersebut tidak boleh lebih dari enam bulan sejak tanggal kecelakaan. Daftar isian model K1 tersebut garis besarnya berisikan : a. Keterangan tentang kecelakaan yang terjadi dan korban kecelakaan b. Keterangan pemeriksaan dokter atau rumah sakit tentang keadaan korban c. Keterangan keabsahan ahli waris bagi korban yang meninggal dunia Tetapi mengingat dengan hanya mengisi daftar isian model K1 masih dimungkinkan terjadinya pembayaran klaimke alamat yang salah (yang tidak berhak), maka masih diperlukan persyaratan isinya yang harus dipenuhi sebagai langkah pengamannya. Setelah menerima berkas pengajuan santunan asuransi dari korban atau ahli warisnya sebagai diatas, maka oleh pejabat PT. (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja dilakukan penelitian untuk dapat menetapkan terjamin atau tidaknya korban kecelakaan tersebut oleh ketentuan yang diatur dalam undang-undang No.34

8 tahun 1964 maupun segala kelengkapan berkasa yang ditentukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan santunan asuransi.. Adapun korban kecelakaan yang tidak mendapatkan kecelakaan korban berada dalam keadaan sebagai berikut : a. Bunuh diri b. Percobaan bunuh diri atau kesengajaan lain pada korban atau ahli warisnya c. Korban dalam keadaan mabuk atau tidak sadar d. Melakukan perbuatan kejahatan e. Oleh karena korban mengalami cacat badan atau keadaan badaniah dan rohaniah luar biasa lain Pembayaran pemberian ganti rugi pada korban atau ahli warisnya itu dilakukan oleh PT. Asuransi Jasa Raharja, dalam hal ini diwakili petugas yang ditunjuk sesuai pasal 16 (1) PP No. 18 tahun 1965 yaitu persetujuan menteri. Adapun untuk mendapatkan penggantian kerugian tersebut dapat dilakukan secara otomatis, akan tetapi korban atau ahli warisnya harus mengajukan tuntutan atas penggantian kerugian yang diajukan kepada PT. Asuransi Jasa Raharja. 4. Santunan Atas Kecelakaan Besarnya iuran wajib dan sumbangan wajib memang berbeda-beda, bahkan ada yang dibebaskan dari kewajiban membayar iuran wajib dan sumbangan wajib, namun santunan asuransi yang diberikan tidak dibeda-bedakan. Besarnya santunan asuransi bagi korban pejalan kaki atau penyeberang jalan yang ditabrak oleh kendaraan bermotor (UU No. 34 Tahun 1964) adalah sebagai berikut :

9 1) Bagi yang meninggal, santunan asuransi ditambah dengan jaminan ekstra (extra cover) sebesar Rp ,00 diberikan kepada ahli warisnya. 2) Bagi yang cacat tetap (sesuai dengan tingkat cacat tetapnya), santunan asuransi ditambah dengan jaminan ekstra maksimal sebesar Rp ,00 diberikan kepada yang bersangkutan. 3) Bagi yang bukan cacat tetap (luka-luka, sakit) besarnya santunan asuransi sesuai dengan biaya pengobatan/perawatan yang sah, dengan maksimal sebesar Rp ,00 diberikan kepada korban yang bersangkutan atau kepada orang/badan yang telah membiayai pengobatan atau perawatannya. Dengan ketentuan bahwa korban yang bersangkutan telahmembayar iuran wajib melalui pemilik/pengusaha angkutan penumpang umum yang bersangkutan atau dengan menggunakan kupon iuran wajib Jasa Raharja. 5. Analisa Data Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, kiasus klaim yang sudah ditangani oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja selama tahun 2014 telah tercatat sebanyak 501 kasus kecelakaan. Dari semua kasus tersebut tidak semuanya lamgsumg diterima oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja. Beberapa kasus yang ditolak oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja disebabkan karena kasus tersebut tidak terjamin oleh PT. Asuransi Jasa Raharja. Dalam satu tahun periode yaitu pada tahun 2014tidak semua permohonan pengajuan santunan ganti kerugian disetujui oleh PT.AsuransiJasa Raharja cabang Surakarta.Berdasarkan data yang penulis peroleh jumlah santunan yang sudah diberikan oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja terhadap korban kecelakaan lalu lintas selama tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Korban yang meninggal dunia

10 Jumlah santunan : Rp ,- b. Korban yang mengalami luka berat Jumlah santunan : Rp ,- c. Korban yang mengalami luka ringan Jumlah santunan : Rp ,- d. Korban yang mengalami cacat tetap Jumlah santunan : Rp ,- e. Biaya penguburan: Rp ,- Total dari semua jumlah santunan yang diberikan oleh PT. Jasa Raharja kepada korban dari tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan tanggal 30 September 2014 tersebut adalah sebanyak Rp Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan data bahwa pada tanggal 5 Januari 2015 PT. Asuransi Jasa Raharja memberikan jaminan biaya perawatan korban luka-luka atas nama Alexander Ivan Candra yang beralamat di Sumber RT 01/RW 06 Banjarsari Surakarta. Korban mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 3 Januari 2015 di Jl. Ahmad Yani Banjarsari Surakarta dan saat ini di rawat di Rumah Sakit Moewardi Surakarta. Korban diberikan jaminan biaya perawatan atau pengobatan oleh PT. Asuransi Jasa Raharja sampai dengan maksimal Rp ,- (sepuluh juta rupiah). Pada tanggal 18 Februari 2015 PT. Asuransi Jasa Raharja menerima klaim atas korban kecelakaan kendaraan bermotor. Korban kecelakaan yang bernama Bapak Surono, beralamat di Sabrang Lor RT 02/RW 08 Mojosongo, Surakarta. Korban mengendarai sepeda motor dengan temannya dan mengalami kecelakaan dengan motor yang berlawanan arah. Kecelakaan terjadi di jalan Karanganyar pada hari Selasa tanggal 16 Desember 2014 jam WIB. Korban (Surono)

11 mengalami luka di kaki kiri dan tulang kepala bagian belakang. Saat melakukan pengurusan hak atas jasaraharja korban mengatakan semunaya berjalan lancar dan mudah tanpa ada kesulitan, hanya saja waktu melakukan visum di Rumah Sakit membutuhkan waktu yang sangat lama dan korban harus menunggu sekitar 2 minggu. Analisa terhadap kasus tersebut diatas adalah bahwa benar korban kecelakaan motor tersebut adalah sebagai pihak yang terjamin oleh Undang-Undang No. 34 Tahun 1964 sehingga berhak mendapatkan santunan dari PT. Jasa Raharja. Dalam proses pemberian santunan ganti kerugian kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan ataupun kepada ahli waris dari korban yang meninggal dunia sering mengalami hambatanhambatan yang datang dari berbagai pihak, yaitu : 1. Hambatan Dari Pihak Korban Ataupun Ahli Waris Korban Hambatan ini timbul karena kurangnya kesadaran atau pengertian dari pihak korban atau ahli waris korban bahwa mereka mempunyai hak untuk mengajukan santunan ganti kerugian. Hambatan lain yang datang dari korban atau ahli warisnya dapat berupa bahwa korban sebenarnya mengetahui kalau ia mendapat santunan ganti kerugian, akan tetapi ia tidak mengetahui bagaimana cara, proses atau prosedur dalam mengajukan tuntutan santunan ganti kerugian. Di samping itu, korban atau ahli waris yang tidak mengetahui cara mengajukan santunan ganti kerugian terkadang meminta bantuan kepada orang lain untuk mengurusnya. Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan tidak lancarnya proses pengajuan santunan, karena mungkin juga orang lain yang diminta untuk mengurus pengajuan tersebut belum memahami benar akan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Selain itu jika meminta bantuan orang lain untuk mengurus pengajuan santunan ganti kerugian

12 dapat berakibat jumlah pembayaran santunan tersebut menjadi berkurang, hal ini karena seringkali orang yang diminta bantuan tersebut mempunyai maksud untuk mendapatkan imbalan dari korban atau ahli waris korban. 2. Hambatan Dari Pihak PT. Asuransi Jasa Raharja Pengajuan permintaan santunan ganti kerugian seringkali dari pihak korban atau ahli warisnya tidak dapat melengkapi syarat-syarat sebagaimana yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja. Syarat-syarat yang seringkali tidak dapat dipenuhi oleh korban atau ahli warisnya antara lain tidak dapat menunjukkan bukti diri yang berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), yang banyak terjadi apabila korban atau ahli warisnya berasal dari desa. Hal ini dikarenakan mereka menganggap KTP tidak begitu penting. Selain itu ahli waris dari korban yang meninggal dunia seringkali tidak dapat menunjukkan kartu keluarga atau surat bukti lainnya yang menerangkan bahwa ahli waris mempunyai hubungan keluarga dengan korban atau keterangan yang menerangkan bahwa ahli waris berhak untuk menerima warisan yang berupa santunan ganti kerugian. Hal-hal yang demikian itu mengakibatkan kesulitan dalam memberikan santunan ganti kerugian. Permasalahan seperti ini dapat berakibat permohonan santunan ganti kerugian ditolak atau tidak diterima sehingga pembayaran santunan ganti kerugian tidak dapat dilakukan dan para korban atau ahli warisnya mengalami kekecewaan. Korban atau ahli waris terkadang tidak mau lapor atau terlambat lapor. Apabila korban atau ahli warisnya terlambat memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak PT. Asuransi Jasa Raharja, pihak PT. Asuransi Jasa Raharja masih bersedia untuk menerima permohonan santunan ganti kerugian yang diajukan oleh korban atau ahli

13 warisnya, hal ini dapat dilakukan dengan persyaratan permohonan santunan ganti kerugian tersebut disertai dengan syarat-syarat yang lengkap dan juga keterangan dari pihak kepolisian yang menangani kecelakaan tersebut mengenai sebab-sebab keterlambatan pengajuan permintaan santunan ganti kerugian. Kemudian banyak dari masyarakat menginginkan biaya santunan naik. KESIMPULAN Pelaksanaan dan tanggung jawab dari PT. Asuransi Jasa Raharja terhadap korban kecelakaan lalu lintas jalan di Surakarta khususnya dalam hal pemberian santunan ganti kerugian telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan telah dilaksanakan dengan sangat baik. Proses pengajuan santunan yaitu dengan cara : a).korban atau ahli waris datang ke kantor Jasa Raharja untuk meminta formulir K1 (untuk kecelakaan lalu lintas jalan) atau K2 (untuk kecelakaan alat penumpang umum). b).memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan antara lain : keterangan kecelakaan lalu lintas jalan oleh kepolisian, keterangan dokter, serta keterangan ahli waris apabila korban meninggal dan apabila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi dengan benar, maka proses pemberian santunan akan dapat berjalan dengan lancar. Hambatan-hambatan yang sering dihadapi oleh PT. Asuransi Jasa Raharja dalam pelaksanaan pemberian santunan ganti kerugian kepada korban atau ahli warisnya dapat datang dari pihak PT. Asuransi Jasa Raharja itu sendiri maupun datang dari pihak korban atau ahli warisnya.hambatan yang datang dari pihak PT. Asuransi Jasa Raharja yaitu kurang lengkapnya syarat-syarat yang harus dilengkapi oleh pihak korban atau ahli warisnya dalam pengajuan santunan ganti kerugian sebagaimana yang telah ditentukan oleh pihak PT. AsuransiJasa Raharja, selain itu ahli waris dari korban yang meninggal dunia seringkali tidak dapat

14 menunjukkan kartu keluarga atau surat bukti lainnya yang menerangkan bahwa ahli waris tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan si korban atau keterangan lain yang menerangkan bahwa ahli waris tersebut berhak untuk menerima warisan yang berupa santunan ganti kerugian. Sehingga hal-hal yang demikian itu mengakibatkan kesulitan bagi PT. Asuransi Jasa Raharja dalam memberikan santunan ganti kerugian, dan akibatnya permohonan santunan ganti kerugian tersebut ditolak atau tidak diterima. Hambatan yang datang dari pihak korban atau ahli warisnya yaitu kurangnya kesadaran dari pihak korban atau ahli warisnya bahwa mereka mempunyai hak untuk mengajukan permohonan santunan ganti kerugian, serta kurang mengetahui mengenai bagaimana cara, proses atau prosedur dalam mengajukan permohonan santunan ganti kerugian, sehingga hal ini mengakibatkan pihak korban atau ahli warisnya enggan untuk mengurus permohonan santunan ganti kerugian, selain itu pihak korban atau ahli warisnya kadang meminta bantuan kepada orang lain untuk mengurus permohonan santunan ganti kerugian, hal ini tentu saja dapat berakibat jumlah pembayaran santunan tersebut menjadi berkurang karena seringkali orang yang diminta bantuan tersebut mempunyai maksud untuk mendapatkan imbalan dari pihak korban atau ahli warisnya. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad Hukum Asuransi Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti. Subekti Hukum Perjanjian.Jilid 16. Jakarta. PT Intermasa Wirjono Prodjodikoro Azaz-azaz Hukum Perjanjian. Jilid 8. Bandung. Mandar Maju Abdulkadir Muhammad Hukum Perikatan.Jilid 3. Bandung. PT Citra Aditya Bakti. R Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermedia. Hal 218

15 Purwahid Patrik Asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian. Semarang : FH UNDIP Herry Pangabean Penyalahgunaan Keadaan sebagai Alasan Untuk Pembatalan Perjanjian. Yogyakarta : Liberty Drs. A. Abbas Salim, 1989, Dasar-Dasar Asuransi. Jakarta : Rajawali Djoko Prakoso, SH Hukum Asuransi Indonesia. Bina Aksara Purwosutjipto, SH Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang di Indonesia. Jilid 6 (Hukum Pertanggungan), Jakarta : Djambatan Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,1995, Jakarta : Sinar Grafika Sri Redjeki Hartono, SH, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, 1985 (IKIP Semarang) Soerjono Soekanta, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press Yogyakarta, 1984 Perundang-Undangan : Undang-Undang Dasar 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Undang-Undang No. 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Undang-Undang No. 33 tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja

16

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

DIMAS WILANTORO NIM: C.

DIMAS WILANTORO NIM: C. TINJAUAN TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN PADA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN BERDASAKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis melakukan kerja praktek di PT. JASARAHARJA PUTERA, dimana penulis ditempatkan dibagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini mempermudah masyarakat untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan. kemudian hari kepada lembaga pengasuransian.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini mempermudah masyarakat untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan. kemudian hari kepada lembaga pengasuransian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sifatnya yang hakiki dari manusia dan kehidupan dunia ini, maka kehidupan manusia itu selalu mengalami masa pasang dan surut. Hal ini disebabkan oleh sifatnya

Lebih terperinci

VICKRY REZA SALLAMANDA NIM

VICKRY REZA SALLAMANDA NIM PENYELESAIAN GANTI RUGI AKIBAT KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN DI PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN JEMBER VICKRY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 PELAKSANAAN ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG BUS KOTA DI KOTA PADANG SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN IURAN WAJIB DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG ALAT ANGKUTAN PENUMPANG

Lebih terperinci

Oleh : Ayu Cholisna 1

Oleh : Ayu Cholisna 1 KAJIAN TENTANG KEDUDUKKAN HUKUM TERTANGGUNG DALAM ASURANSI RANGKAP (Studi Kasus Tentang Tertanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Dalam Kecelakaan Lalu-Lintas) Oleh : Ayu Cholisna 1 ABSTRAK Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi 1 BAB III TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya a. Pengertian Asuransi Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti asuransi,

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup penuh dengan resiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan,

Lebih terperinci

GANTI RUGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PENGEMUDI

GANTI RUGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PENGEMUDI GANTI RUGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PENGEMUDI ISKANDAR T / D 101 10 525 Abstrak Permasalahan lalu lintas jalan raya yang timbul dewasa ini khususnya pelanggaran dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Kemungkinan manusia menghadapi kehilangan atau kerugian itu merupakan suatu risiko.

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 ABD. WAHID / D 101 10 633 ABSTRAK Perkembangan ilmu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa salah satu tujuan yang harus diwujudkan oleh negara adalah meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif seperti akses dan infrastruktur jalan, berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang di maksud disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memerlukan dan mengharuskan dilakukannya penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi masyarakat. Dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi massal saat ini menjadi sangat penting karena letak Indonesia yang begitu luas serta dikelilingi lautan. Transportasi tersebut akan menjadi

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 Yan Handel Jurusan Manajemen Informatika POLITEKNIK PalComTech

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017 KEPASTIAN HUKUM PEMBAYARAN POLIS ASURANSI NASABAH YANG SUDAH JATUH TEMPO PADA PERUSAHAAN ASURANSI BERDASARKAN UU NO. 40 TAHUN 2014 1 Oleh : Febri Repi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 PELAKSANAAN ASURANSI DEMAM BERDARAH DALAM BENTUK VOUCHER PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA (ACA) CABANG PADANG. SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh : WIDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN FAMILY IN CARE

RINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN FAMILY IN CARE Family In Care merupakan produk asuransi kecelakaan yang diterbitkan oleh PT AIA FINANCIAL. Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai produk dan/atau layanan Family In Care. Harap dibaca dan dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap keputusan yang diambil manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang cukup pesat karena kebutuhan setiap orang tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu terdapat kejadian kejadian yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Kejadian yang tidak dapat diperkirakan yang dapat menimpa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang tahun 2011 telah menyebabkan 31.185 orang meninggal dunia, 36.767 orang luka berat dan 108.811

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Pembangunan Nasional Indonesia yang dilakukan bangsa Indonesia begitu pesat, hal ini dimaksudkan mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR ABSTRAKSI Oleh: Kadek Hita Kartika Sari I Gusti Nyoman Agung I Ketut Markeling Hukum Bisnis

Lebih terperinci

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi

Lebih terperinci

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM (1). JENIS PRODUK JENIS KLAIM : MENINGGAL DUNIA AKIBAT SAKIT 1. Surat Pengajuan Klaim Oleh Pemegang Polis Dan Cabang dibubuhi cap / Stempel 2. Isi Formulir Klaim Kematian ( Sebab kematian,riwayat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

Lebih terperinci

AVA Group Accident Protection

AVA Group Accident Protection AVA Group Accident Protection Ringkasan Informasi Produk dan/atau Layanan Tentang Produk AVA Group Accident Protection adalah produk asuransi kecelakaan kumpulan milik dan diterbitkan oleh PT ASTRA AVIVA

Lebih terperinci

BAB III KETENTUAN PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI PADA PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA SURABAYA

BAB III KETENTUAN PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI PADA PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA SURABAYA BAB III KETENTUAN PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI PADA PT. ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA SURABAYA A. Gambaran Umum PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surabaya 1. Sejarah Berdirinya.

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D 101 10 218 ABSTRAK PO. Sumber Sejahtera merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR) Oleh Anak Agung Gede Agung Ngakan Ketut Dunia I Ketut Markeling Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG 123 ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariah Dosen Tetap Yayasan Pada Fakultas Hukum Universitas Saburai ABSTRAK Terjadinya

Lebih terperinci

JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API. Diajukan Oleh :

JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API. Diajukan Oleh : JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API Diajukan Oleh : BENEDICTUS BISMO BINTANG PRAKOSA NPM : 110510601 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II BAB II BENTUK DAN JENIS SANKSI YANG BISA DIKENAKAN TERHADAP PENGENDARA MOBIL TERSEBUT DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DALAM MENYELENGGARAKAN KESELAMATAN LALU LINTAS 1. Bentuk dan Jenis Sanksi yang Bisa Dikenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, maka meningkat pula segala kegiatan manusia untuk memenuhi keperluannya. Salah satu diantaranya adalah kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh kelalaian pengemudi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa faktor yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa berhubung dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,

Lebih terperinci

SERTIFIKAT ASURANSI. Terdapat 2 (dua) macam jaminan asuransi/pertanggungan yang dapat Penerima Manfaat peroleh dari asuransi perjalanan yaitu:

SERTIFIKAT ASURANSI. Terdapat 2 (dua) macam jaminan asuransi/pertanggungan yang dapat Penerima Manfaat peroleh dari asuransi perjalanan yaitu: SERTIFIKAT ASURANSI FASILITAS ASURANSI BAGI PEMEGANG KARTU KREDIT BCA CARD PLATINUM/EVERYDAY CARD/ INDOMARET, BCA VISA BATMAN/PLATINUM/BLACK, BCA MASTERCARD PLATINUM/PLATINUM TAZ/BLACK DAN BCA MATAHARI

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN TINGKAT I MEDAN

PROSEDUR PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN TINGKAT I MEDAN 1 PROSEDUR PEMBERIAN SANTUNAN ASURANSI TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN TINGKAT I MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI JIWA PENERIMA KREDIT SKRIPSI Diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan perkembangan zaman yang semakin maju, pola berpikir manusia dari masa ke masa pun selalu meningkat. Usaha seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB III. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan ganti rugi yang dilakukan oleh PT. KAI tidak dijalankan dengan

BAB III. Penutup. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan ganti rugi yang dilakukan oleh PT. KAI tidak dijalankan dengan BAB III Penutup A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan ganti rugi yang dilakukan oleh PT. KAI tidak dijalankan dengan maksimal oleh PT. KAI. PT. KAI tidak mengganti kerugian atas barang yang hilang karena kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI

BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI 32 BAB II PENYIDIKAN TERHADAP PENGAJUAN KLAIM ASURANSI TERKAIT DENGAN TINDAK PIDANA PENGGELAPAN ASURANSI A. Syarat-syarat Pengajuan Klaim Asuransi Dalam dunia perasuransian, penyebutan kata klaim menjadi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal pasal 308

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal pasal 308 8 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Asuransi Jiwa 1. Dasar Hukum dan Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal 302 - pasal 308 KUHD. Jadi hanya 7 (tujuh)

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung. DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, -------------, 2005, Asuransi dan Manajemen Risiko, Raja Grafindo Persada, Abdul Halim Barkatullah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat terlepas dari resiko yang sewaktu-waktu datang. Resiko tersebut dapat berupa cacat tubuh atau mungkin juga karena kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM TANGGUNG JAWAB CV. PO. AYU TRANSPORT SUNGAI PENUH-JAMBITERHADAP PENUMPANG SKRIPSI DisusunSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat alamiah yang mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat di ramalkan lebih dahulu secara tepat, sehingga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari transportasi.

Lebih terperinci

ARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian. Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Disusun Oleh: WILLY FITRI PRATAMI

ARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian. Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Disusun Oleh: WILLY FITRI PRATAMI PELAKSANAAN ASURANSI JIWA DENGAN TAMBAHAN RISIKO PENYAKIT KRITIS DI ALLIANZ LIFE INDONESIA VICTORY AGENCY PADANG ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2017 KEMENKEU. SWDKLLJ. Besar Santunan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.010/2017 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN SUMBANGAN WAJIB

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA Oleh: Darmadi Charisma Putra I Ketut Markeling I Made Dedy Priyanto Hukum Bisnis Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning Bukittinggi Sejak berdirinya Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning bersaing dengan Bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD 17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1.URAIAN TEORI Di dalam pembahasan penulisan skripsi ini tentunya dibutuhkan suatu kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi perjanjian asuransi.

Lebih terperinci