REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN TELEVISI. Puasini Apriliyantini 1 dan Siti Chusnul Chotimah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN TELEVISI. Puasini Apriliyantini 1 dan Siti Chusnul Chotimah"

Transkripsi

1 REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN TELEVISI Puasini Apriliyantini 1 dan Siti Chusnul Chotimah Abstract Kitchen and cooking is identical with woman. Even if there are cooking by displaying male figure often associated with public areas, such as professional chefs. Ketchup Sedaap "Ayah Jago Masak" advertorial gives a different perspective. In this ad featured, a father figure as a cook in the family. Interested to investigate how the representation of masculinity displayed through these ads and how advertising correlation with the reality of conditions in society. Key Words: Advertisement, masculinity, semiotic Abstrak Dapur dan kegiatan memasak selama ini identik dengan wilayah perempuan. Kalaupun ada kegiatan memasak dengan memajang sosok laki-laki kerapkali berhubungan dengan wilayah publik, misalnya profesi koki. Iklan Kecap Sedaap Ayah Jago Masak memberikan sudut pandang yang berbeda. Dalam iklan ini sosok ayah tampil sebagai tukang masak di lingkup keluarga. Menjadi menarik untuk diteliti bagaimana representasi maskulinitas ditampilkan melalui iklan tersebut dan bagaimana korelasi iklan dengan kondisi realitas di masyarakat. Kata Kunci: Iklan, maskulinitas dalam iklan, semiotik Pengantar Model iklan di televisi kini tidak lagi didominasi oleh perempuan. Banyak produk yang mulai menggunakan laki-laki sebagai model iklannya. Dalam iklan, laki-laki seringkali ditampilkan sebagai sosok yang bersifat superordinat bagi kaum perempuan bahkan ketika iklan tersebut ditujukan bagi konsumen perempuan (Darmawan, 2008). Fakta ini berkait dengan pembagian peran gender sebagai hasil dari kategorisasi antara perempuan dan laki-laki, sebuah representasi sosial dalam struktur sosial dan budaya (Sunardi, 2008:27). Sifat feminin dan maskulin, sebenarnya tidak melekat pada seseorang sebagai ciri lahir. Masyarakatlah yang kemudian membuat ciri-ciri tersebut seolah-olah identik 1 Puasini Apriliyantini adalah dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya. Penulis dapat dihubungi melalui stikosa_aws@yahoo.com.

2 dengan jenis kelamin tertentu. Maskulin dianggap sebagai ciri ideal bagi laki-laki sementara sifat feminin dianggap sebagai ciri ideal bagi perempuan. Ketika seseorang terlahir sebagai laki-laki, maka ia di wajib kan menjadi sosok yang memiliki sifat-sifat maskulin: kuat, dominant, agresif, rasional, dan memimpin. Sementara ketika seseorang terlahir sebagai seorang perempuan, maka ia akan dianggap ideal jika memiliki sifat pendiam, pasif, romantis, dan bergantung (Pratiwi, 2009). Sebagai sebuah representasi dunia nyata dalam iklan sosok pria lebih sering digambarkan sebagai sosok maskulin. Laki-laki diidentikkan dengan sifat-sifat gagah, perkasa, aktif, jagoan, dsb. Berbeda dengan iklan kebanyakan yang telah ada, iklan Kecap Sedaap versi Ayah Jago Masak menampilkan peran laki-laki dalam lingkup domestik. Sosok laki-laki yang berperan sebagai ayah dalam iklan tersebut, hadir sebagai juru masak di rumah (dapur) yang selama ini selalu diberikan kepada model perempuan. Iklan sebagai Media Representasi Representasi adalah penghubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang membuat manusia mampu merujuk dunia objek-objek, orang-orang, dan kejadiankejadian fiksional yang bersifat imajiner. Representasi akan dapat dipahami ketika ia berfungsi secara ideologis dalam memproduksi relasi sosial yang berbentuk dominasi dan eksploitasi. Dalam proses representasi tersebut, ada tiga elemen yang terlibat yaitu objek sebagai sesuatu yang direpresentasikan, tanda, representasi itu sendiri, dan coding, yakni seperangkat aturan yang menentukan hubungan antara tanda dengan pokok-pokok persoalan (Noviani, 2002:61). Gambar dan tanda visual, semirip apapun dengan benda yang mereka acu, adalah tanda yang membawa makna. Dengan demikian maka harus diinterpretasi. Foto, iklan, dan visual yang bersifat ikonis dan indeksikal, merupakan representasi dari objek sebenarnya. Iklan sebagai bagian dari media massa merupakan media representasi. Sebab, gambar maupun tulisan, caption atau kata-kata yang dikandungnya merupakan tanda dan representasi dari objek sebenarnya di dunia nyata. Meski demikian terkadang makna yang dihasilkan penonton/pembaca iklan bisa berbeda dari makna yang dimaksudkan oleh produsen atau pencipta iklan (Hal, 2002:32). Membaca Representasi Lewat Semiotik Membaca representasi dalam bentuk tanda merupakan kajian dari studi semiotik. Menurut Umberto Eco, semiotik berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat dianggap sebagai tanda (Sobur, 2003:xiii). Semiotik merupakan metode yang berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda baik termasuk dalam bentuk teks, iklan, dan berita. Semiotik memelajari sistem-sistem, aturan, konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti (Kriyantono, 2006: ). Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan, baik oleh penyampai maupun penerima (encoder atau decoder). Maka bukan saja konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditentukan dengan kemasan pesan, namun pemaknaan merupakan proses aktif. Makna merupakan hasil dari interaksi dinamis di antara tanda, interpretant, dan objek. Sehingga makna secara historis ditetapkan dan mungkin akan berubah seiring perjalanan waktu. Penelitian ini bermaksud membaca bagaimana representasi mengenai konsep maskulinitas ditampilkan oleh iklan Kecap Sedaap versi Ayah Jago Masak.

3 Representasi berusaha digali melalui pembacaan semiotik dengan menggunakan konsep Charles Shanders Pierce. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana maskulinitas direpresentasikan dalam iklan Kecap Sedaap versi Ayah Jago Masak? Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana bagaimana konsep maskulinitas pun dapat ditampilkan pada wilayah domestik. Sesuatu yang selama ini dihindari oleh produsen iklan karena dianggap menyalahi konvensi. Kreativitas bagaimanapun menjadi hal penting bagi tim kreatif yang memproduksi iklan. Mesti demikian, kreativitas tidak harus identik dengan segala sesuatu yang stereotip. Tinjauan Pustaka Maskulinitas Sebagai Konstruksi Sosial Konsep maskulinitas sebagai konstruksi sosial sangat ditentukan oleh konteks budaya dan waktu. Rumah, adalah tempat di mana sosialisasi awal konstruksi sosial tersebut terjadi. Orang tua memungut konsep gender pertama pada saat memberi nama kepada anak-anaknya. Anak laki-laki lazimnya diberi nama: Joko, Budi, Iwan, dst. Sementara anak perempuan diberi nama: Wati, Ani, Yuli, dsb. Anak laki-laki kemudian harus menjadi maskulin dan anak perempuan wajib bersikap feminin. Hal ini terlihat dari hadiah-hadiah yang diberikan oleh orangtua dan teman-teman saat anak-anak berulang tahun misalnya.mainan mobil-mobilan sudah pasti diberikan pada anak laki-laki dan mainan boneka untuk anak perempuan. Hal ini berlanjut pada perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya. Berdasarkan hasil penelitian George Murdock, beberapa peran dilihat sebagai bentuk maskulin dan feminin, tetapi banyak juga yang tidak konsisten. Artinya, suatu kegiatan tertentu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan dapat dianggap feminin dalam kebudayaan lain. Dengan demikian, tugas dan pembagian kerja tidak bergantung pada jenis kelamin individu yang bersangkutan karena setiap lingkungan budaya yang berbeda memiliki ciri khas tertentu dalam menentukan tugas dan pembagian kerja. Gender merupakan ciri khas dari setiap daerah. Selanjutnya media massalah yang menuangkan konstruksi sosial yang berbeda di tiap kebudayaan tersebut di ruang publik. Maskulinitas Di Media Dalam sebuah penelitian bertajuk Boys to Men: Media Message About Masculinity, dijelaskan bahwa laki-laki yang dimunculkan oleh media massa cenderung menegaskan dominasi sosial kaum laki-laki. Mayoritas laki-laki yang ditampilkan oleh media massa merupakan kelompok heteroseksual yang lebih sering diasosiasikan dengan wilayah publik ketimbang domestik. Beberapa studi mengenai stereotip laki-laki umumnya menyebutkan bahwa laki-laki identik dengan sifat kuat, mandiri, agresif, bertanggung jawab, dan suka berpetualang. Konsep Semiotika Charles Sanders Pierce

4 Pierce, menggunakan tiga elemen dalam konsep semiotikanya: tanda, interpretant, dan objek. Model semiotik Pierce ditampilkan melalui tiga tipe tanda. Pertama, icon. Merepresentasikan objek karena kesamaan. Tanda adalah icon sejauh menyerupai objek dan digunakan sebagai tanda dari objek itu. Setiap gambar adalah icon dan memiliki kualitas yang sama dengan objek yang direpresentasikian sehingga menimbulkan sensasi analogi dalam pikiran. Kedua, simbol. Mengacu pada objek sehingga dibenarkan oleh aturan. Biasanya berupa ide yang umum, yang menyebabkan simbol diinterpretasikan mengacu pada objek. Ketiga, indeks. Image, efek dari tanda yang kita lihat. Makna yang diartikan melalui tanda pada teks terdiri dari dua jenis. Makna yang pertama adalah makna denotatif, merujuk pada kata denotatif yaitu kata-kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Makna kedua adalah makna konotatif yang merujuk pada makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaant ertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum (Sobur, 2001:26). Membaca Visual Iklan dengan Semiotik Pierce Berdasarkan klasifikasi Pierce, sesuai dengan deskripsi iklan, maka peneliti membaca iklan dengan menggunakan klasifikasi tanda yang berelasi dengan objek. Ikon mencakup pada suara dan gambar yang ada dalam iklan, suara yang dimaksud adalah suara tokoh atau narator dalam iklan, voice over, dan latar musik. Kemudian yang dimaksud dengan gambar adalah segala sesuatu yang bergerak, berwarna, dan menyerupai sesuatu yang sesuai dengan aslinya. Simbol mencakup tuturan dan tulisan yang ditampilkan iklan, seperti merk, atau kalimat dari pemeran iklan. Bentuk tanda Pierce bisa saling tumpang tindih, dalam artian bahwa elemen yang dianggap ikon, bisa juga menjadi simbol untuk makna tertentu. Teks dalam bentuk visual memungkinkan adanya ideologi yang tersembunyi. Pierce menyatakan ideologi di balik teks adalah unsur konotatif yang patut diamati selain dari unsur denotatif berupa objek ataupun tanda itu sendiri. Teks dalam bentuk iklan dan film memasukkan unsur teknis seperti posisi kamera (angle dan shot), pencahayaan dan editing, selain dari elemen-elemen fisik lain yang ada dalam iklan. Dalam penelitian ini, salah satu unit analisis yang diamati pada level representasi adalah tagline dan logo. Melalui keduanya, peneliti mencari signifikasi tanda terhadap fenomena. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dengan metode ini, peneliti dapat membuat desain penelitian yang bisa berubah bergantung proses dan hasil penelitian. Unit analisis yang digunakan berupa iklan televisi yang terekam. Unit analisisnya berupa elemen-elemen fisik pada iklan yaitu: latar, teknik kamera, gesture, kostum, make up, musik, dan dialog tokoh dalam iklan. Pengumpulan data dilakukan secara dokumenter dengan cara mengamati adegan dalam iklan, kemudian mengambil elemen-elemen iklan yang dianggap dapat dimaknai dan memasukkannya ke dalam kategori-kategori. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Elemen-elemen dalam iklan dalam hal ini dibagi menjadi tiga tingkat analisis sebagaimana dimodelkan oleh John Fiske: level realitas (appearances), level representasi, dan level ideologi.

5 Pembahasan Maskulinitas dan Area Domestik; Pembacaan Paradigma Pada Level Realitas Pada level ini setting lokasi yaitu dapur yang digunakan untuk memasak dominan warna coklat kehitaman. Warna ini mengesankan elegan, kokoh, dan canggih. Bentuk dapur yang simpel minimalis identik dengan kesederhaan laki-laki. Dekorasi bahan makanan di atas meja yang dibiarkan berantakan seolah mengesankan ciri pria yang berantakan. Sementara konsep dapur yang terbuka dan berdekatan dengan taman belakang dianggap mencerminkan sifat laki-laki yang selalu agresif dan terbuka. Pada aspek kostum dan make up, maskulinitas ditampakkan oleh kostum yang dikenakan model iklan: kaus berwarna abu-abu polos berlengan pendek dengan celemek berwarna abu-abu yang senada dengan kausnya. Meski berada di rumah dan di dapur, model tampak mengenakan jam tangan seperti mengesankan ranah pria yang lebih banyak berada di ruang publik. Tampilan aksesoris ini juga seolah mengesankan bahwa pria yang berada di dapur kebanyakan masih kelas atas. Pada aspek gestur, model melakukan dialog dengan menghadap kamera.wajah dan postur model dikesankan melakukan kegiatan memasak sebagai kegiatan yang menyenangkan. Model juga tampak terampil dan dikesankan terbiasa. Saat model memegang botol kecap, ia hanya menggunakan satu tangan. Kesan yang ingin ditampilkan adalah citra kuat dan gagah. Pada adegan kegiatan memasak, diperlihatkan sang model juga melakukan atraksi pada proses memasak, memukuli perabot makan dengan peralatan masak sehingga menjadi musik yang menarik. Model juga melakukan juggling. Lagi-lagi ini adalah citra maskulinitas yang ingin ditampilkan oleh iklan. Saat adegan mencicipi makanan, model ditampilkan mencicipi hasil masakan yang masih panas tanpa menggunakan sendok dan dengan memegang dua benda pada satu tangan. Hal-hal tersebut menggambarkan sifat-sifat maskulinitas: sembrono, jorok, dan berani. Pada aspek dialog tokoh iklan, kata-kata yang digunakan oleh model juga mendukung konsep maskulinitas: Mau Jago Masak?. Penggunaan istilah jago sendiri merujuk pada makna ayam jantan yang identik dengan karakter gagah, kuat, petarung. Beberapa dialog lain yang digunakan pada iklan ini menggambarkan konsep maskulinitas di ruang domestik baik melalui kata-kata, intonasi, maupun lafal sang model. Pembacaan Paradigma Pada Level Representasi Pembacaan pada level representasi ini dilihat antara lain melalui caption yang digunakan. Selain ditulis pada teks iklan, caption ini juga diucapkan oleh model. Caption Mau Jago Masak? ditulis dengan menggunakan huruf berjenis Calibri. Kesan yang diperoleh peneliti adalah informal, santai namun kokok. Caption ini diucapkan model dengan bahasa tutur yang lugas. Ukuran huruf yang cukup besar seolah mendukung kesan kokoh dan kuat sebagai bagian dari sifat maskulin. Musik yang digunakan sebagai latar iklan diperlihatkan diproduksi dari alat-alat masak dan musik instrumental yang digunakan. Ritme musik dinamis dan riang merujuk pada konsep maskulinitas yang ditampilkan oleh iklan. Seolah-olah ingin memperlihatkan bahwa meski berada di dapur yang notabene wilayah domestik, laki-laki tetaplah sosok maskulin. Maskulinitas yang Tersembunyi; Paradigma Pada Level Ideologi

6 Konsep maskulin kini bukan sekadar nilai yang berkaitan dengan peran gender. Konsep maskulin di negara lain direkonstruksi oleh media dan menjadikannya sebagai komoditas. Jika semula tokoh laki-laki hanya digunakan pada iklan untuk produk lakilaki, maka kini pengiklan pun mulai menggunakan pemeran laki-laki untuk produkproduk yang lebih bersifat umum, bahkan untuk produk yang menyasar konsumen perempuan. Model laki-laki digunakan untuk mengembangkan pasar yang akan dibidik agar jangkauan pemasarannya lebih luas. Sistem kapitalisme yang melatarbelakangi perdagangan, tidak hanya menyediakan kebutuhan masyarakat. Kapitalisme lebih dari itu berusaha menciptakan kebutuhan. Kapitalisme menciptakan citra positif maskulinitas dan menciptakan produk-produk yang menguatkan citra tersebut. Kesimpulan Dari tiga level analisis yang telah dilakukan, tampak bahwa konsep maskulin begitu dominan ditampilkan. Unit-unit analisis yang telah dikaji menunjukkan bahwa pengiklan menggunakan tokoh laki-laki di wilayah domestik tanpa mengurangi kesan maskulinitas. Satu hal yang menarik dari iklan ini adalah bagaimana tim kreatif mampu keluar dari stereotip gender yang selama ini mendominasi iklan-iklan di televisi, di mana dapur dan rumah lebih banyak dianggap sebagai ranah perempuan. DAFTAR PUSTAKA Eriyanto Analisis Wacana. Jogjakarta: LkiS. Fakih, Mansour Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fiske, John Culture and Communication Studies. Jogjakarta: Jalasutra. Hall, Stuart Representation: Culutral Signifying and Practices. London: Sage Publication. Jefkins, Frank Periklanan. Jakarta: Erlangga. Kriyantono, Rakhmat Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kuswandi, Wawan Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Noviana, Ratna Jalan Tengah Memahami Iklan: Antara Realitas, Representasi, dan Simulasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sobur, Alex Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI

GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI GAMBARAN MASYARAKAT KELAS SOSIAL BAWAH PADA VIDEO KLIP GRUP BAND D BAGINDAS YANG BERJUDUL C.I.N.T.A, EMPAT MATA, DAN APA YANG TERJADI Oleh: Novi Seliyana (070915066) ABSTRAK Penelitian Gambaran Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan ketrampilan kreatif, seperti copywriting, layout, ilustrasi, tipografi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk megeidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian interpretatif dengan pendekatan kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Film

BAB II KAJIAN TEORI Film BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Film Film merupakan media unik yang berbeda dengan bentuk-bentuk kesenian lainnya seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, seni patung, seni tari dan cabang seni lainnya. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi telah semakin pesat. Teknologi informasi khususnya telah membawa dampak yang siginifikan bagi perkembangan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendukung sehingga akan terlihat dengan jelas makna dari iklan tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Peneliti menggunakan paradigma penelitian konstruktivis. Iklan Provider 3 (tri) versi jadi dewasa itu menyenangkan tapi susah dijalanin akan dibedah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang ketat pada era globalisasi saat ini membuat para produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Arus teknologi dan informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan

Lebih terperinci

PENGGAMBARAN PERAN SUAMI ISTRI DALAM IKLAN TEH SARIWANGI. Oleh: Dita Marisa Safitri ( ) C

PENGGAMBARAN PERAN SUAMI ISTRI DALAM IKLAN TEH SARIWANGI. Oleh: Dita Marisa Safitri ( ) C PENGGAMBARAN PERAN SUAMI ISTRI DALAM IKLAN TEH SARIWANGI Oleh: Dita Marisa Safitri (070710107) C Email: dee_8998@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran suami-istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan saat ini, produsen dengan segala cara berusaha untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat dihadapkan pada banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti

BAB III METODELOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti 3.1. Paradigma Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Peneliti memakai paradigma konstruksionis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Cocacola Versi Live Positively disini peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma kritis. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TipePenelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian besar dipenuhi oleh iklan yang mempromosikan berbagai macam produk atau jasa. Dengan menampilkan

Lebih terperinci

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK DALAM IKLAN SAMSUNG GALAXY S7 VERSI THE SMARTES7 ALWAYS KNOWS BEST) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya,

BAB I PENDAHULUAN. iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan televisi pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pemasang iklan dalam menyampaikan informasi mengenai produknya. Umumnya, pengiklan juga ingin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penggambaran perempuan dalam sampul majalah Female edisi oktober 2015 adalah sosok perempuan yang pemberani, tegar, sederhana, tegas, disiplin, dan bersemangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan metode analisis semiotika dengan paradigma konstruktivis. Yang merupakan suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan

Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan Prosiding Hubungan Masyarakat ISSN: 2460-6510 Representasi Logo Herbalife sebagai Simbol Kesehatan Augusto Ardy Anggoro Bidang Kajian Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Analisis Semiotika Pidato Susilo Bambang Yudhoyono Dalam Kasus Bank Century merupakan penelitian nonkancah atau nonlapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN"

REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN REPRESENTASI FEMINISME DALAM IKLAN "FIESTA ULTRASAFE KONDOM VERSI YESMAN" (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme dalam iklan fiesta ultrasafe kondom versi yesman di televisi) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin yang diproduksi oleh Maxima Pictures dengan menggunakan pendekatan signifikansi dua tahap dari Roland

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang telah dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Pada era digital seperti sekarang, film dapat disaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring munculnya berbagai macam industri ditengah masyarakat, membuat persaingan antar industri yang menghasilkan produk sejenis semakin ketat. Banyak dari mereka

Lebih terperinci

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char

!$ 3.2 Sifat dan Jenis Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika dari Char BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir berdasarkan fakta atau gejala hasil interpretasi. Kuhn mendefinisikan paradigma merujuk pada teori yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon ( dalam Moleong, 2004: 49 ), Paradigma adalah cara mendasar untuk persepsi berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap hari pukul 22.00 WIB. Tayangan ini menampilkan aksi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film selain sebagai alat untuk mencurahkan ekspresi bagi penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Iklan Dalam Proses Komunikasi Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan dengan pesan dan media tertentu, termasuk halnya kegiatan iklan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah perempuan memiliki berbagai peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran-peran tersebut diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menentukan kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Aku ingin membeli sepeda jadi aku bisa balapan dengan Abdullah... Kalimat di atas merupakan kalimat yang diungkapkan oleh Wadjda kepada ibunya, dan sekaligus

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perempuan dan laki-laki merupakan istilah yang digunakan masyarakat Indonesia untuk membedakan dua jenis kelamin yang berbeda. Dalam Fakih (2013:8), jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi. Tetangga Masa Gitu. Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata I

Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi. Tetangga Masa Gitu. Skripsi. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan. Pendidikan Strata I Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi Tetangga Masa Gitu Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui berbagai jenis media.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci