LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KEMENTERIAN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KEMENTERIAN:"

Transkripsi

1 KODE JUDUL: L LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KEMENTERIAN: PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENELITI/PEREKAYASA: 1. Maria Chatarina Adharti Sri Sursiyamtini 2. Suci Paresti 3. Budi Santosa 4. Maria Listiyanti 5. Sapto aji Wirantho 1

2 Halaman Pengesahan Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan yang berjudul Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif, dengan tim peneliti: 1. Maria Chatarina Adharti Sri Sursiyamtini, perekayasa pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan 2. Maria Listyanti, peneliti pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan 3. Suci Paresti, perekayasa pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan 4. Budi Santosa, perekayasa pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan 5. Sapto Aji Wirantho, peneliti pada Pusat Kurikulum dan Perbukuan telah menjalankan kegiatan tersebut sesuai dengan kontrak dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka pelaksanaan program insentif peningkatan kemampuan peneliti dan perekayasa Kemristek tahun Jakarta 8 Oktober 2012 Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Dra. Diah Harianti, M.Psi NIP:

3 EXECUTIVE SUMMARY Program pembangunan akan tercapai tujuannya jika pemerintah tidak meninggalkan partisipasi masyarakat. Untuk itu diperlukan masyarakat yang cerdas dan kritis dalam menanggapi program pembangunan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan. Kebijakan pemerintah yang meluncurkan program modernisasi perikanan belum menyentuh secara merata di desa-desa pesisir pantai. Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat agar potensi dan kapasitas masyarakat pesisir meningkat sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut serta dalam merumuskan kebijakan. Dalam implementasi partisipasi masyarakat, idealnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah, tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan mereka. Permasalahan penelitian ini adalah apakah program pengentasan kemiskinan sudah mendorong patisipasi masyarakat pesisir dan bagaimana model kurikulum pemberdayaan masyarakat yang dapat mendorong partisipasi masyarakat pesisir dalam memperkuat kapasitas ekonomi produktif Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan model kurikulum pemberdayaan masyarakat yang mendorong partisipasi masyarakat pesisir agar mempunyai kapasitas untuk meningkatkan ekonomi produktif. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 8 langkah kegiatan, mulai dari penyusunan desain, Iidentifikasi dan analisis kebutuhan lapangan, kajian konsep, penyusunan naskah model, ujicoba model, monitoring dan supervisi klinis pelaksanaan model, review dan finalisasi model, penyusunan laporan. Sampai saat ini, baru bisa diselesaikan 5 langkah. Tersisa 3 langkah yang direncanakan akan dilaksanakan pada akhir bulan September sampai dengan awal Oktober. Hambatan dalam pelaksanaan antara lain adalah kesulitan dalam pengaturan waktu antara peneliti, nara sumber dan praktisi sehingga hasil target kinerja kurang maksimal serta keterlambatan pencairan dana yang diterima oleh tim menyebabkan jadwal yang sudah disusun menjadi bergeser sehingga memerlukan waktu untuk menyesuaikan dengan jadwal kegiatan lembaga. Perencanaan anggaran telah dibuat untuk mengalokasikan dana sejumlah 250 juta setelah dipotong pajak 12 % ke dalam 8 langkah kegiatan untuk jangka waktu 8 3

4 bulan dengan membuat RAB pada awal kegiatan. Pengelolaan anggaran dilakukan melalui tahapan pencairan dana yang terbagi dalam 3 termin dan melalui kewajiban perpajakan. Hambatan dalam pengelolaan administrasi manajerial yaitu Pencairan dana termin kedua yang baru bisa diterima pada akhir Agustus membuat pelaksanaan kegiatan tersendat dan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana berdampak pada keterlambatan laporan pertanggungjawaban keuangan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang salah satunya menekankan pada hikmah pembelajaran atas kasus-kasus atau pengalaman praktis nyata dialami individu dan lembaga dalam praktik dan penyelenggaraan program pendidikan. Penelitian dengan menggunakan metode penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Terkait dengan potensi pengembangan ke depan, Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat pesisir Berbasis Ekonomi Produktif bisa disosialisasikan, diimplementasikan dan dikembangkan ke dalam silabus, RPP dan bahan ajar. Hasil dari kegiatan yang berupa panduan dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi kreatif diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum pemberdayaan masyarakat terutama untuk daerah pesisir. Pemanfaataannya dilakukan melalui lembaga pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat. Model kurikulum ini diharapkan dapat diimplementasikan di masyarakat sasaran melalui strategi pemberdayaan sesuai dengan bidang sasaran yang terdapat dalam model. Dengan demikian, masyarakat pesisir sebagai masyarakat sasaran dari model ini diharapkan meningkat kapasitasnya melalui kegiatan-kegiatan keterampilan ekonomi produktif. 4

5 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Pokok Permasalahan 6 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan 7 D. Metodologi Pelaksanaan Lokus Kegiatan 2. Fokus Kegiatan 3. Ruang Lingkup 4. Bentuk Kegiatan BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN. 9 A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 9 1. Perkembangan Kegiatan 9 2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan B. Pengelolaan Administrasi Manajerial Perencanaan Anggaran Mekanisme Pengelolaan Anggaran Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial. 13 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 14 A. Metode Pencapaian Target Kinerja Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Indikator Keberhasilan Pencapaian Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian 16 B. Potensi Pengembangan Ke Depan Kerangka Pengembangan Ke Depan 17 5

6 2. Strategi Pengembangan Ke Depan. 17 BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 18 A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Kerangka Sinergi Koordinasi Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Perkembangan Sinergi Koordinasi.. 19 B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Perkembangan Pemanfaatan 22 BAB V PENUTUP.. 23 A. Kesimpulan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran 2. Metode Pencapaian Target KInerja 3. Potensi Pengembangan Ke Depan 4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa B. Saran Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan 2 Keberlanjutan Dukungan Program Ristek 6

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan kelautan Indonesia yang dirumuskan oleh pemerintah dewasa ini pada kenyataannya belum menyentuh pada pemberdayaan ekonomi kelautan dan kesejahteraan nelayan. Selama ini prioritas pemerintah lebih pada kegiatan industri perkotaan dan cenderung meminggirkan kebijakan perekonomian kelautan. Sungguh ini suatu hal yang ironis, negara yang 2/3 adalah berupa lautan tetapi kebijakan ekonominya bertumpu pada perekonomian daratan. Kehidupan pesisir Indonesia seharusnya menjadikan para nelayan sebagai orang yang kaya karena kekayaan laut Indonesia yang melimpah. Namun kenyataannya, nelayan Indonesia masih berada dalam keadaan yang memprihatinkan bahkan banyak yang termasuk masyarakat di bawah garis kemiskinan. Hal ini bisa dilihat pada masa di saat nelayan tidak melaut karena musim hujan atau faktor alam yang tidak memungkinkan mereka melaut, sementara kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi maka terjeratlah mereka untuk berhutang. Untuk itu, perlu dikembangkan pemberdayaan masyarakat agar mempunyai kapasitas yang kuat terhadap kerentanan ekonomi. Pengembangan atau Pemberdayaan memiliki makna yang luas, ini disebabkan paradigma yang dipakai. Paradigma ini juga erat hubungannya dengan pola kesadaran yang dibangun oleh pendesain sebuah program pemberdayaan. Untuk itulah pada dasarnya membangun kesadaran kritis sangat dibutuhkan, karena seringkali pengembangan menafikan humanisme dan yang terjadi malah proses dehumanisasi. Paulo Freire membagi pandangan kesadaran manusia dalam beberapa kategori. Pandangan ini berimplikasi pada pendekatan pemberdayaan dan hasilnya. Gagasan ini berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, membuat masyarakat mengalami proses dehumanisasi. Pendidikan, sebagai bagian dari sistim masyarakat justru menjadi pelanggeng proses dehumanisasi tersebut. Secara lebih rinci Freire menjelaskan proses dehunismisasi tersebut dengan menganalisis tentang kesadaran atau pandangan 1

8 hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri. Freire menggolongkan kesadaran manusia menjadi: kesadaran magis (magical consciousness), kesadaran naïf (naival consciousness) dan kesadaran kritis (critical consciousness) (Smith. 1976:hal?) Sebagaimana tujuannya, pemberdayaan masyarakat perlu didesain dengan pendekatan konsultatif dengan masyarakat oleh perancang program tersebut, bisa saja oleh pemerintah maupun penggiat pemberdayaan lainnya. Pendekatan ini diasumsikan bahwa pemberdayaan masyarakat diawali dengan membangun dari yang mereka miliki dan butuhkan serta kemampuan mereka dalam menjangkau perubahan untuk pemberdayaan tersebut. Inilah yang disebut dengan partisipasi. Arti kata partisipasi masyarakat seringkali diberikan pada pengertian keterlibatan atau peran serta masyarakat. Atau, partisipasi dalam pengertian ini dapat juga berarti mengambil bagian atau peran dalam pendidikan, baik dalam bentuk pernyataan mengikuti kegiatan, memberi masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dana atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasilnya. Dalam realitasnya itu, pengertian partisipasi sepertinya masih terbatas pada keikutsertaan masyarakat dalam implementasi atau penerapan berbagai program yang dicanangkan pemerintah. Itu artinya, bahwa partisipasi dalam pengertian ini lebih dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah atau negara. Partisipasi dalam pengertian yang lebih ideal berarti masyarakat ikut serta dalam merumuskan kebijakan. Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah, tetapi harus dapat mewakili masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan mereka. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Selama ini, Kemauan dan kemampuan berpartisipasi lebih berasal dari masyarakat yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai badan dunia dan lembaga swadaya masyarakat, sedangkan 2

9 kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan, yang dimaksud ini adalah pihak pemerintah. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari pihak luar yang dalam hal ini masyarakat, sungguhpun telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi. Tingkat partisipasi dalam beberapa level, mulai dari yang terendah: (Chambers. thn:hal) 1. Partisipasi dengan mobilisasi, yakni suatu partisipasi semu karena keterlibatan masyarakat digerakkan oleh sebuah instruksi, dan bukan menjadi kesadaran atau kebutuhan. 2. Partisipasi karena menerima manfaat, yakni masyarakat berpartisipasi karena ada suatu yang mereka dapatkan dari proses ini. 3. Partisipasi program yang dilaksanakan fihak lain, yakni pada dasarnya masyarakat tidak terlibat merancang dan melakukan perencanaan terhadap kegiatan, namun melakukan kegiatan fihak lain. 4. Partisipasi konsultatif, yakni biasanya dilakukan antara pemrakarsa dan pelaksana 5. Partisipasi pemberdayaan atau pengalihan kemampuan. Ini dikembangkan dengan asumsi bahwa selama ini masyarakat tidak dilibatkan karena anggapan bahwa mereka memiliki kemampuan yang belum memadai sehingga membutuhkan pendampingan hingga mereka mandiri untuk menyusun rencana mereka sendiri. Fihak luar merupakan fasilitator yang melakukan transformasi pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat. 6. Partisipasi dengan cara menganalisis, merencanakan, melakukan dan mengevaluasi kegiatan bersama. Ini merupakan partisipasi tertinggi dari sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan tujuannya. Tidak ada program pemberdayaan yang berkelanjutan tanpa partisipasi berarti dari masyarakat itu sendiri. Pihak luar hanya berfungsi sebagai katalisator dan 3

10 fasilitator. Dengan demikian masyarakat yang akan mengambil keputusan dan risiko dari kegiatan yang mereka rancang. Program yang tidak berkesinambungan seringkali diakibatkan oleh rendahnya partisipasi ini, karena masyarakat tidak merasa memiliki kegiatan yang dilakukannya, dan lepas tanggung-jawab. Program demikian biasanya tidak didasari pada kajian kebutuhan dan potensi masyarakat bersama masyarakat sendiri. Pengembangan masyarakat harus diterjemahkan dalam kegiatan operasional yang mengarah pada pemberdayaan mereka. Pendekatan kelompok harus memberikan arti lebih daripada pendekatan individual. Strategi ini merupakan pembentukan ikatan sosial baik yang disebabkan adanya pembangunan atau pergaulan internasional (globalisasi). Pemberdayaan masyarakat ditandai dengan semakin terartikulasikannya kepentingan dan kebutuhan mereka, dan masuknya mereka ke dalam sistem yang lebih besar untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga diarahkan pada penyiapan mereka menghadapi pasar dan dunia persaingan. Masyarakat pesisir sebagai masyarakat miskin memiliki persoalan yang kompleks. Pertama, faktor miskin secara ekonomi, terpinggir secara sosial, dan terlupakan secara fungsi dan martabat. Selanjutnya, faktor pendidikan dimana tingkat pendidikan masyarakat wilayah pesisir ini sebagian besar adalah SD. Pendidikan menjadi penting karena dengan pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan kapasitas pribadi maupun kelompok. Pendidikan masyarakat merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang lebih bermanfaat dan memberdayakan masyarakat. Upaya dalam peningkatan pendidikan ini salah satunya dengan pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum operasional biasanya disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan, sehingga pengembangannya harus berdasarkan 4

11 satuan pendidikan, potensi daerah, maupun karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Oleh karena itu model kurikulum untuk masyarakat pesisir hendaknya dikembangkan dengan berpijak pada kebutuhan nyata di masyarakat, berdasar kebutuhan, kapasitas dan dinamika lokal dalam rangka pengembangan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat. Model kurikulum ini nantinya menekankan pada penguatan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran. Untuk mewujudkan harapan tersebut perlu didukung pemberdayaan masyarakat yang merupakan sebuah gerakan radikal, karena di dalamnya menyangkut perubahan pola kekuasaan dan mengujicoba status-quo. Di dalamnya juga menuntut perubahan perilaku baik bagi masyarakat sendiri ataupun para fasilitatornya. Pengembangan masyarakat dengan tujuan pemberdayaan, dengan demikian memiliki sejarah dan jalan panjang. Untuk itu pengembangan masyarakat harus memiliki persiapan strategi yang mantap dan berkesinambungan, agar masyarakat siap memasuki era dimana mereka menentukan dan mendifinisikan dirinya sendiri. Program pengembangan masyarakat dan partisipasi, dengan demikian membutuhkan lingkungan yang kondusif. Keterbukaan dan transparansi dalam manajemen adalah salah satu prasyarat tumbuhnya partisipasi. Ini menjadi ajang subur di era desentralisasi, yang diharapkan mampu mendekatkan jarak antara pengambil keputusan dan masyarakatnya, agar pembangunan semakin memberi perubahan positif pada masyarakat. Untuk itu pula, perubahan sistem, prosedur dan manajemen pengambilan keputusan di tingkat pemerintah (utamanya yang langsung terlibat dalam program) menjadi pupuk organik yang akan melembaga dalam pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat harus diterjemahkan dalam kegiatan operasional yang mengarah pada pemberdayaan mereka. Pendekatan kelompok harus memberikan arti lebih daripada pendekatan individual. Strategi ini merupakan pembentukan ikatan sosial yang baik dalam membangun kepercayaan diri masyarakat dalam menghadapi perubahan, baik yang disebabkan adanya pembangunan atau pergaulan internasional (globalisasi). Pemberdayaan masyarakat ditandai dengan semakin terartikulasikannya kepentingan dan kebutuhan mereka, dan masuknya mereka ke dalam sistem yang lebih besar 5

12 untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga diarahkan pada penyiapan mereka menghadapi pasar dan dunia persaingan. Secara filosofis, dengan adanya penguatan dan pengembangan kurikulum yang berisi strategi dan program-program pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pesisir dan juga mendorong terwujudnya masyarakat yang gemar belajar (learning society) dengan mengedepankan filosofis belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Sehubungan dengan kecenderungan perkembangan ekonomi dan sosial budaya berlangsung sekarang, yang sangat diwarnai oleh perkembangan ekonomi pasar dan ketergantungan sosial-ekonomi sangat tinggi terhadap globalisasi dan perkembangan sosial-ekonomi dari luar, maka diperlukan karakter ekonomi yang berproduktif. Karakter produktif adalah karakter berorientasi pada upaya menghasilkan sesuatu untuk memuaskan atau memberikan kontribusi pada orang lain atau lingkungan sekitar. Karakter demikian didorong bukan hanya oleh sifat altruistik, tetapi juga aktualisasi pengembangan diri, atau berorientasi pada nilai kemanusiaan atau sosial universal. Dengan memberi hasil pada pada lingkungan sekitar, sesorang atau kelompok memiliki karakter ini merasa lebih berarti secara sosial karena apa yang dilakukan dihargai sosial dan memberi manfaat bagi orang lain atau lingkungan sosial dan publik sekitar. Karakter produktif ini penting dijadikan dasar bagi pemberdayaan masyarakat untuk pembentukan karakter bangsa melalui pendidikan non-formal dan pengorganisasian sosial. Melalui pengembangan kurikulum pendidikan nonformal, pemberdayaan dilakukan sebagai bentuk aktualisasi dan pengembangan diri warga masyarakat. Hal ini diartikulasikan dalam berbagai bentuk strategi dan kegiatan pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pembelajaran di berbagai sektor, ekonomi, sosial, politik, lingkungan hidup, teknologi dan kebudayaan. B. Pokok Permasalahan Pokok Permasalahan yang akan dijadikan dasar untuk penelitian ini adalah: 6

13 Apakah program-program pengentasan kemiskinan untuk masyarakat pesisir sudah mendorong partisipasi masyarakat? Bagaimana model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam memperkuat kapasitas ekonomi produktif? C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir yang mendorong partisipasi masyarakat sehingga mempunyai kapasitas untuk meningkatkan ekonomi produktif. D. Metodologi Pelaksanaan 1. Lokus Kegiatan Kabupaten Cirebon-Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Jeneponto-Provinsi Sulawesi Selatan 2. Fokus Kegiatan Rancangan pemberdayaan masyarakat membuka akses pada berbagai fasilitas sosial pendidikan dan kesehatan 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan ini dibatasi pada pengembangan model kurikulum masyarakat pesisir dengan usia produktif (15-50 tahun). Model kurikulum yang dimaksud meliputi program-program, perencanaan dan penerapan pembelajaran untuk mendukung peningkatan kapasitas dan keterampilan atau kecakapan dalam konteks kehidupan masyarakat pesisir 4. Bentuk Kegiatan Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk studi dan workshop meliputi pengkajian konsep/pustaka, ekspose/pemaparan, diskusi fokus, pengumpulan data lapangan, kerja individu, dan kerja kelompok, serta praktik langsung pengembangan kurikulum, penilaian dan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk: 7

14 Metode wawancara mendalam (indept-interview), Wawancara mendalam dilakukan terhadap responden kunci menjadi sasaran penerima program, terutama dari kalangan peserta didik. Diskusi kelompok terfokus (FGD), dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, dari praktisi pendidikan, nara sumber, dan peserta didik dalam diskusi bersama pengumpulan pendapat melalui instrumen daftar pertanyaan atau kuesioner, dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada warga belajar dari berbagai komunitas dan juga dengan memperhatikan dari latar belakang sosial-ekonominya. 8

15 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan Perkembangan kegiatan penelitian dan pengembangan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif hingga pertengahan bulan September sudah mencapai 80%, dengan rincian sebagai berikut: a) Penyusunan Desain Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 3 Maret 2012, diselenggarakan di kantor Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang diikuti oleh Tim peneliti dan perekayasa yaitu Maria Chatarina, Budi Santosa, Maria Listiyanti, Suci Paresti, Sapto Aji Wirantho, serta peserta dari luar tim yaitu: Puji Raharjo, Apriyanti Wulandari, Sriningsih, Yudhi Rahmanto. Kegiatan ini menghasilkan: Desain Model dan Instrumen Identifikasi dan Analisis Kebutuhan b) Identifikasi dan analisis kebutuhan lapangan Kegiatan Identifikasi dan Analisis Kebutuhan dilaksanakan pada tanggal 2 6 Mei 2012 di dua daerah yaitu kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan dan tanggal 4 7 Mei di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Pusat dan daerah, dengan rincian sebagai berikut: Kabupaten Jeneponto - Sulawesi Selatan: Sapto Aji Wirantho, Budi Santosa, dan Nila Wardani (LSM Malang), Orang daerah: 11 orang (1 orang dinas, 2 orang PKBM, 1 orang LSM, 1 juragan, 1 orang kepala desa, 3 nelayan, 2 petani rumput laut; Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat: Maria Chatarina, Maria Listiyanti, Suci Paresti; Orang Daerah: 11 org (2 orang dinas, 3 orang nelayan, 1 Kyai, 1 dosen, 1 pemuka masyarakat, 1 pengamat, 1 ketua komunitas, 1 juragan ). 9

16 Kegiatan identifikasi dan analisis kebutuhan ini menghasilkan identifikasi permasalahan masyarakat pesisir dan naskah analisis kebutuhan masyarakat pesisir dalam usaha meningkatkan kapasitas ekonomi produktif. c) Kajian Konsep Kajian konsep ini dilaksanakan: tanggal Mei 2012, yang diselenggarakan di Cisarua Bogor dengan melibatkan peserta: Tim peneliti dan perekayasa yaitu Maria Chatarina, Maria Listiyanti, Suci Paresti, Sapto Aji Wirantho; reviewer naskah dari pakar dan praktisi pendidikan yaitu Ade Makmur dari UNPAD, Agus Mulyana dari UPI, Puji Raharjo dari SMA 96 Jakarta, dan Apriyanti Wulandari (peneliti Puskurbuk). Kegiatan ini menghasilkan: Naskah Kajian Konsep d) Penyusunan naskah model Kegiatan ini merupakan langkah penyusunan panduan dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, yang disusun berdasarkan hasil needs analisis dan lokakarya kajian konsep. Model kurikulum ini diharapkan akan mampu mendorong partisipasi masyarakat sehingga dapat mengembangkan ekonomi produktif masyarakat pesisir. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal Mei 2012, yang diselenggarakan di Cisarua Bogor dihadiri Tim peneliti dan perekayasa, yaitu Maria Chatarina, Budi Santosa, Maria Listiyanti, Suci Paresti, dan Sapto Aji Wirantho. Hasil yang didapat adalah Draf Panduan dan Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif. e) Uji coba model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif. Uji coba model kurikulum merupakan langkah untuk mengetahui apakah model kurikulum yang sudah dihasilkan benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat dan bisa dilaksanakan. 10

17 Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk diskusi fokus untuk mengharmonisasi naskah model kurikulum sesuai kondisi dan kebutuhan serta dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian selama rentang waktu tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan di 2 (dua) daerah yaitu di kabupaten Cirebon pada tanggal 31 Agustus s.d 2 September 2012, dan di kabupaten Jeneponto-Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal15 s.d 17 September 2012 yang diikuti oleh peserta dari Pusat dan Daerah, dengan rincian sebagai berikut: Kabupaten Jeneponto - Sulawesi Selatan. Tim Peneliti Pusat: Maria Chatarina dan Maria Listiyanti. Peserta daerah: 15 Orang (3 orang dinas, 2 orang tutor PKBM, 2 orang LSM, 4 nelayan, 2 akademisi, 2 pemerhati pendidikan) Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat. Tim Peneliti Pusat: Sapto Aji Wirantho, Budi Santosa, Maria Chatarina, dan Suci Paresti Peserta Daerah: Orang Daerah: 15 Orang (3 orang dinas, 2 orang tutor PKBM, 2 orang LSM, 4 nelayan, 2 akademisi, 2 pemerhati pendidikan) f. Monitoring dan supervisi klinis pelaksanaan model Langkah ini belum dilaksanakan, direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September s.d 2 Oktober 2012 di kabupaten Cirebon dan kabupaten Jeneponto. g. Review dan Finalisasi Model. Langkah ini belum dilaksanakan. h. Penyusunan Laporan Langkah ini belum dilaksanakan, menunggu semua tahapan selesai. 2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: 11

18 Waktu yang terbatas sehingga tidak semua data/informasi dapat diperoleh secara lengkap. Kemampuan berbahasa Indonesia yang rendah dari responden menimbulkan kesalahan persepsi. Untuk memahami informasi diperlukan waktu diskusi lebih lama. Pengaturan jadwal kegiatan model antara tim peneliti dengan nara sumber dan praktisi kurang tepat waktunya sehingga hasil hasil target kinerja kurang maksimal dan perlu penyempurnaan hasil kinerja agar kualitasnya lebih baik. Keterlambatan pencairan dana yang diterima oleh tim menyebabkan jadwal yang sudah disusun menjadi bergeser sehingga memerlukan waktu untuk menyesesuaikan dengan jadwal kegiatan lembaga terkait. B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran Dari sejumlah dana yang akan diterima (250 juta), peneliti telah merencanakan pembagian anggaran dalam 8 langkah kegiatan sebagaimana ada di dalam RAB yang sudah disampaikan di awal, dengan perincian sebagai berikut: Penyusunan Desain: Rp Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan Rp Kajian Konsep Rp Penyusunan Naskah Model Rp Ujicoba Model Rp Monitoring dan Supervisi Klinis Rp Review Model Rp Penyusunan Laporan Rp Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilakukan melalui: a. Tahapan pencairan dana yang terbagi dalam 3 tahap, yaitu: 12

19 Tahap 1, pencairan dana sebesar Rp (30%) dengan pajak Rp Dengan demikian dana yang diterima sebesar Rp dan dialokasikan untuk langkah kegiatan penyusunan desain, identifikasi dan anailisis kebutuhan lapangan dan kajian konsep Tahap 2, pencairan dana sebesar Rp (50%) dengan pajak Rp sehingga dana yang diterima oleh tim sebesar Rp Dana ini telah dialokasikan untuk kegiatan penyusunan naskah model dan ujicoba model. Dana tahap 2 jika mencukupi akan dialokasikan untuk kegiatan monitoring dan supervisi klinis. Tahap 3, rencana pencairan dana sebesar Rp (20%) dipotong pajak sebesar Rp jadi dana yang diterima oleh tim Rp Rencana pengalokasian dana ini untuk langkah review model dan penyusunan laporan. b. Kewajiban perpajakan Dalam pengelolaan anggaran dana hibah, tim wajib membayar pajak yang langsung dipotong oleh KPPN sebesar 12% dari Rp Selain itu, kewajiban tim membayar pajak yang langsung disetor oleh bendahara kepada kantor pajak, yaitu honor nara sumber, penyusunan naskah dan konsumsi. 3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Tidak ada 4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Pencairan dana termin kedua yang baru bisa diterima pada akhir Agustus membuat pelaksanaan kegiatan tersendat dan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana berdampak pada keterlambatan laporan pertanggungjawaban keuangan. 13

20 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA A. Metode Pencapaian Target Kinerja 1. Kerangka Rancangan Metode Penelitian a) Penyusunan Desain, kegiatan ini dimaksudkan untuk menghasilkan rangkaian pemikiran sebagai panduan kegiatan, yang dilakukan dengan cara presentasi gambaran umum dari kegiatan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, melakukan diskusi fokus dan kerja kelompok untuk menyusun desain. b) Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan dimaksudkan untuk menemukan permasalahan masyarakat pesisir dan kebutuhan yang diperlukan. Metode-proses pencapaian target kinerja dilakukan melalui diskusi fokus dengan tokoh masyarakat setempat, juragan, akademisi, LSM, PKBM, dan dinas pendidikan; wawancara dengan nelayan setempat; dan observasi kondisi lingkungan masyarakat pesisir. c) Kajian Konsep dimaksudkan untuk mengkaji dokumendokumen/konsep pemberdayaan masyarakat dan kebijakan pendidikan non formal yang sesuai kebutuhan daerah, karakteristik sosial dan budaya masyarakat setempat. Metode-proses pencapaian target kinerja dilakukan melalui presentasi dari narasumber dari pakar tentang (a) Konsep pemberdayaan masyarakat pesisir ditinjau dari perspeksif sosial, budaya, dan ekonomi dan dampaknya; dan (b) Konsep model kurikulum pendidikan pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis produktif ditinjau dari prinsip dan pendekatan pengembangan kurikulum d) Penyusunan Naskah Model Kurikulum (draft), dimaksudkan untuk menyusun model kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir agar dapat meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir dan ekonomi produktif. Metode-proses pencapaian target kinerja dilakukan dengan menelaah hasil identifikasi permasalahan dan 14

21 naskah analisis kebutuhan masyarakat pesisir, dan naskah kajian konsep dengan didukung studi dokumentasi lainnya, kemudian merumuskan kerangka naskah model kurikulum melalui diskusi fokus, dilanjutkan dengan mengembangkan kerangka tersebut menjadi naskah model kurikulum melalui kerja kelompok. e) Uji coba Model dimaksudkan untuk memperoleh masukan untuk panduan dan model kurikulum yang telah dihasilkan dari aspek; keterbacaan, kelayakan, kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan pengguna serta keterlaksanaan. Metode-proses pencapaian target kinerja dilakukan melalui diskusi fokus dengan dinas pendidikan setempat, akademisi, LSM, PKBM, pemerhati pendidikan dan nelayan yang peduli pada program pendidikan. 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian a) Indikator keberhasilan dari langkah Penyusunan Desain adalah tersusunnya Desain Model dan Instrumen Identifikasi dan Analisis Kebutuhan b) Indikator keberhasilan dari langkah Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan adalah tersusunnya data identifikasi permasalahan dan naskah analisis kebutuhan c) Indikator keberhasilan dari langkah Kajian Konsep adalah dihasilkannya Naskah Kajian Konsep d) Indikator keberhasilan dari langkah Penyusunan Naskah Model adalah dihasilkannya Draf Panduan dan Model Kurikulum. e) Indikator keberhasilan dari langkah ujicoba Model adalah diperolehnya masukan tentang Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif yang telah dihasilkan, yang meliputi aspek: keterbacaan, kelayakan, kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat serta keterlaksanaan.. 15

22 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian a. Penyusunan Desain, target kinerjanya adalah menghasilkan desain studi pengembangan model sebagai panduan kegiatan. SDM/peserta pada kegiatan ini dapat hadir semua, sehingga target kinerja yang diharapkan dapat tercapai. b. Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan, target kinerjanya adalah menghasilkan data identifikasi permasalahan dan naskah analisis kebutuhan dari daerah pesisir di kabupaten Cirebon dan kabupaten Jeneponto. Responden dan tim pelaksana identifikasi dapat hadir semua pada saat kegiatan, sehingga target kinerja yang diharapkan dapat tercapai. c. Kajian Konsep, target kinerjanya adalah menghasilkan naskah kajian konsep tentang konsep pemberdayaan masyarakat, kebijakan pendidikan non formal yang sesuai kebutuhan daerah, karakteristik sosial dan budaya masyarakat setempat. Target kinerja yang diharapkan dapat tercapai karena SDM yang terdiri atas akademisi/perguruan tinggi, LSM, guru dan tim inti dapat hadir semua. d. Penyusunan Naskah Model Kurikulum, target kinerjanya adalah menghasilkan panduan penyusunan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif dalam bentuk draft. Target kinerja yang diharapkan dapat tercapai dengan kualitas yang cukup baik. e. Ujicoba Model Kurikulum, target kinerjanya adalah diperolehnya masukan untuk penyempurnaan panduan dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, baik dari aspek keterbacaan maupun keterlaksanaannya. Target kinerja yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. B. Potensi Pengembangan Ke Depan 1. Kerangka Pengembangan Ke Depan 16

23 Mensosialisasikan Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif kepada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir agar model ini diimplementasikan Menyusun bahan ajar model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif, sehingga dapat mempermudah stakeholder dalam mengimplementasikan model kurikulum ini 2. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi pengembangan ke depan akan dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat terkait dengan model kurikulum yang sudah dihasilkan dan mendorong masyarakat untuk mengupayakan dan mengembangkan kurikulum yang sudah dihasilkan tersebut dalam silabus dan RPP agar kurikulum tersebut lebih operasional dan dapat dilaksanakan, 17

24 BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Pelibatan peserta dari luar sebagai bagian dari penggalian informasi tentang profil masyarakat pesisir, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan kurikulum bagi masyarakat pesisir dalam meningkatkan ekonomi produktif mereka. Keterlibatan mereka telah memberikan masukan pada hal-hal yang dibutuhkan pada saat penelitian. Penelitian ini melibatkan berbagai pihak khususnya pada langkah: Penyusunan Desain. Peserta dari luar tim yang terlibat adalah praktisi: Puji Raharjo, Sriningsih, dan Yudhi Rahmanto; Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Lapangan. Peserta dari daerah, dengan rincian di: Kabupaten Jeneponto - Sulawesi Selatan: Nila Wardani (LSM Malang) sebagai pendamping tim pusat, dan 11 orang (1 orang dinas, 2 orang PKBM, 1 orang LSM, 1 juragan, 1 orang kepala desa, 3 nelayan, 2 petani rumput laut. Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat: 11 orang (2 orang dinas, 3 orang nelayan, 1 Kyai, 1 dosen, 1 pemuka masyarakat, 1 pengamat, 1 ketua komunitas, 1 juragan); Kajian Konsep. Peserta dari luar tim, yaitu: Apriyanti Wulandari, Ade Makmur dari UNPAD, Agus Mulyana dari UPI, dan Puji Raharjo. Penyusunan Model Kurikulum. Peserta terdiri dari tim inti dan satu peneliti yang berpengalaman di bidang pendidikan non formal. Uji Coba Model Kurikulum. Di dalam kegiatan ini dilibatkan15 orang responden yang terdiri dari berbagai unsur seperti: Dinas Pendidikan, LSM, PKBM, Perguruan Tinggi, dan masyarakat nelayan setempat. 2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Nara Sumber: Ade Makmur dari UNPAD telah memberikan wawasan pemikiran didalam melihat keadaan sosio budaya masyarakat pesisir dan pemberdayaan masyarakat dari sudut sosilogis dan antropologi, Agus Mulyana dari UPI memberikan pemahaman tentang pengembangan 18

25 kurikulum sesuai dengan masyarakat pesisir, Nila Wardhani dari LSM Malang memberikan pemahaman dan cara penggalian informasi berkenaan dengan pemberdayaan masyarakat di masyarakat pesisir, Praktisi: Puji Raharjo, Sriningsih, dan Yudhi Rahmanto telah memberikan masukan mengenai pengembangan kurikulum berdasarkan konteks asal peserta didik dari masyarakat pesisir dan mengenai kurikulum keterampilan yang dapat dijadikan bekal bagi peserta didik, Orang daerah dari Kabupaten Jeneponto dan kabupaten Cirebon, yang terdiri dari unsur: dinas pendidikan, pemda setempat, PKBM, LSM, pemuka agama, pemuka masyarakat, dan masyarakat sekitar pesisir, telah banyak memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat pesisir. Adanya kerjasama yang baik dengan Dinas Pendidikan kabupaten Cirebon dan Jeneponto yang bersedia membantu dalam pelaksanaan kegiatan di daerah Adanya kerjasama yang baik dengan Perguruan Tinggi, dalam hal ini Akademisi dengan pengalaman dan kompetensi yang baik. Adanya kerjasama yang baik dengan PKBM/SKB yang bersedia memberi masukan dan bersedia mempraktikkan model kurikulum yang sudah dikembangkan. 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Sinergi Koordinasi dengan Nara Sumber: a) Ade Makmur dari UNPAD dan Agus Mulyana dari UPI, telah menghasilkan wawasan pemikiran dengan melihat keadaan sosio budaya masyarakat pesisir dan pemberdayaan masyarakat dari sudut sosilogis dan antropologi, serta telah dihasilkannya pemahaman tentang pengembangan kurikulum sesuai dengan masyarakat pesisir; b) Nila Wardhani dari LSM Malang, tergalinya informasi berkenaan tentang pemberdayaan masyarakat di masyarakat pesisir, Koordinasi dengan Praktisi: Puji Raharjo, Sriningsih, Yudhi Rahmanto, dan Apriyanti Wulandari dilakukan untuk mengembangkan kurikulum 19

26 berdasarkan konteks masyarakat pesisir dan mengenai kurikulum keterampilan yang dapat dijadikan bekal bagi peserta didik, Sinergi koordinasi dengan Orang daerah dari Kabupaten Jeneponto dan kabupaten Cirebon, yang terdiri dari unsur: dinas pendidikan, Pemda setempat, PKBM, LSM, pemuka agama, pemuka masyarakat, dan masyarakat sekitar pesisir, telah mendapatkan sejumlah informasi tentang kehidupan masyarakat pesisir.. Koordinasi dengan daerah sasaran tidak mengalami hambatan yang berarti. Dinas Pendidikan setempat menyambut baik program kegiatan ini. Koordinasi dengan responden seperti tokoh masyarakat setempat, nelayan, juragan, dan tutor PKBM sedikit mengalami kendala karena waktu kerja/berkegiatan yang berbeda. B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil dari kegiatan yang berupa panduan dan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi kreatif diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum pemberdayaan masyarakat terutama untuk daerah pesisir. Pemanfaataannya dilakukan melalui lembaga pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk masyarakat. Hasil kegiatan ini juga bisa dimanfaatkan bagi: Tenaga peneliti dan perekayasa pendidikan Pengembang kurikulum dan tenaga pendukung dalam pengembangan kurkulum pada tingkat pusat, provinsi/kab/kota dan satuan pendidikan Pengembang kurikulum satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan pada pendidikan masyarakat 20

27 Pengembang kurkulum dari unsur perguruan tinggi, dinas pendidikan, direktorat teknis, serta organisasi lainnya yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan Orang tua, peserta didik, masyarakat pendidikan dan stakeholders lainnya yang terkait dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Strategi pemanfaatannya adalah: Hasil-hasil kegiatan di upload ke internet sehingga seluruh stakeholders mengetahui dan dapat langsung memanfaatkan model kurikulum ini. Menggandakan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif dan mendistribusikan kepada seluruh stakeholders di bidang pendidikan maupun bidang lainnya Mensosialisasikan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif kepada pihak yang berkepentingan. 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator keberhasilan pemanfaatan dari studi pengembangan model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif adalah: Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum pemberdayaan masyarakat terutama untuk daerah pesisir. Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif dapat dipergunakan sebagai bahan literatur pengembangan model-model kurikulum pemberdayaan masyarakat lainnya. Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Ekonomi Produktif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengembangkan inovasi pembelajaran pada pendidikan non formal Lembaga pendidikan terkait dan stakeholder mengetahui adanya model kurikulum ini dan memiliki dokumen model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif 21

28 Masyarakat bisa mengakses Model kurikulum pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis ekonomi produktif melalui internet. 3. Perkembangan Pemanfaatan Setiap langkah kegiatan yang dijalankan hasilnya baru bisa dimanfaatkan : 1. sebagai bahan masukan dalam menjalankan langkah kegiatan dana hibah selanjutnya. 2. untuk kegiatan internal Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang- Kemdikbud. 3. bahan sosialisasi pada para stakeholder yang berperan langsung mendukung penelitian dan pengembangan model ini, seperti responden (warga belajar PKBM/SKB, nelayan, juragan, tokoh masyarakat), narasumber (akademisi dan LSM), dan para stakeholder pendidikan. 22

29 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahapan pelaksanaan kegiatan dan anggaran sudah bisa berjalan dengan baik, meskipun masih ada 3 tahap kegiatan yang belum bisa dilaksanakan. 2. Metode Pencapaian Target KInerja Metode pencapaian target kinerja dapat digunakan untuk mencapai tujuan pada setiap tahapan kegiatan. 3. Potensi Pengembangan Ke Depan Model Kurikulum Pemberdayaan Masyarakat pesisir Berbasis Ekonomi Produktif bisa disosialisasikan, diimplementasikan dan dikembangkan ke dalam silabus, RPP dan bahan ajar. 4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Koordinasi dengan kelembagaan program sudah bisa terlaksana dengan baik. 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil litbangyasa bisa dimanfaatkan sebagai acuan pengembangan kurikulum pemberdayaan masyarakat lainnya. B. Saran 1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Model kurikulum ini diharapkan dapat diimplementasikan di masyarakat sasaran melalui strategi pemberdayaan sesuai dengan bidang sasaran yang terdapat dalam model. Dengan demikian, masyarakat pesisir sebagai masyarakat sasaran dari model ini diharapkan meningkat kapasitasnya melalui kegiatan-kegiatan keterampilan ekonomi produktif. 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek 23

30 Model kurikulum yang dikembangkan oleh tim peneliti perlu dilanjutkan dengan kegiatan pengembangan silabus dan rancangan pembelajaran yang lebih operasional. Selain itu, perlu dikembangkan model bahan ajar yang mengacu pada silabus dan rancangan pembelajaran. Pengembangan ini diharapkan masih mendapatkan dukungan dari program Ristek. 24

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI COBA MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI COBA MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF PEDOMAN PELAKSANAAN UJI COBA MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini Suci Paresti Maria Listiyanti Sapto Aji Wirantho Budi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama PerguruanTinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN LAPANGAN PADA PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN KODE JUDUL: 9.01.03 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGEMBANGAN MODEL AGRIWISATA DI SMK BERBASIS PERTANIAN DALAM MENDUKUNG EKONOMI KREATIF MASYARAKAT PEDESAAN KEMENTERIAN:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut: 307 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang mengacu kepada proses pengembangan yang diterapkan, permasalahan dan tujuan penelitian serta

Lebih terperinci

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

LAPORAN LANGKAH 8 LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF

LAPORAN LANGKAH 8 LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KODE JUDUL: L.22 LAPORAN LANGKAH 8 LAPORAN AKHIR MODEL KURIKULUM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS EKONOMI PRODUKTIF KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PENELITI/PEREKAYASA:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 [KODE JUDUL : L 21] Pengembangan Model Bahan Ajar Berbasis Keunggulan Lokal dan Ekonomi Kreatif di Bidang Perikanan, Kelautan dan Kepariwisataan di Kec. Bangkurung, Kab. Banggai Kepulauan, Prov. Sulawesi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Term of Reference. Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum

Term of Reference. Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum Term of Reference Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK I. Gambaran umum Program Research and Innovation in Science and Technology Project atau RISET-Pro merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT (PERSPEKTIF DAN KESADARAN PENEREPAN GREEN COMPUTING DI LINGKUNGAN AKADEMISI, BISNIS DAN PEMERINTAHAN) INSENTIF RISET: REKOMENDASI Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca. KEBIJAKAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT Oleh Dardjo Sumardjo Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga minat dan budaya baca masyarakat kita belum sebagaimana yang diharapkan.

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Executive Summary STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA (DTW)

Executive Summary STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA (DTW) KODE JUDUL : I.170 Executive Summary INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA (DTW) KEMENTERIAN/LEMBAGA:

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KODE JUDUL : I.227 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS

LAPORAN KEMAJUAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS LAPORAN KEMAJUAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS Judul Penelitian: Konservasi Karakter Peradaban Tradisional dalam Sastra Makassar Kode: L. 25 K/L: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Koridor: 4 Fokus: Lokus:

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan

Bab 4. Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan Bab 4 Hasil Penelitian, Analisis, dan Pembahasan 31 IV.1. Pengantar Bagian ini memaparkan hasil penelitian, meliputi hasil analisis dan pembahasan. Analisis dilakukan terhadap data-data berkaitan dengan

Lebih terperinci

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang Abstrak Sumber daya pesisir dan lautan merupakan potensi penting dalam pembangunan masa depan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada dasarnya penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menemukan model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Henny Mahmudah *) *) Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan email : henymahmudah@gmail.com Abstrak Wilayah pesisir

Lebih terperinci

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif,

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan dari pemerintah pusat, khususnya program pembangunan dalam Pelita VI melalui Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) ini semakin ditingkatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan strategi studi kasus. Studi kasus merupakan pilihan yang relevan untuk mengkaji suatu komunitas, karena karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI 54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

B. KOMPONEN LAPORAN AKHIR Sesuai dengan dokumen Panduan Insentif PKPP 2012, Laporan akhir PKPP 2012 terdiri dari beberapa komponen yaitu :

B. KOMPONEN LAPORAN AKHIR Sesuai dengan dokumen Panduan Insentif PKPP 2012, Laporan akhir PKPP 2012 terdiri dari beberapa komponen yaitu : KERANGKA LAPORAN AKHIR PKPP 2012 A. TUJUAN PENYUSUNAN Laporan Akhir Pelaksanaan PKPP 2012 merupakan salah satu produk yang tertuang dalam Kontrak Kerjasama Pelaksanaan PKPP 2012. Oleh karena itu, penyusunan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama anak anak. Pendidikan merupakan faktor penting untuk menambah wawasan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan pada satuan pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Adiwiyata-Sekolah Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (Panduan Sekolah Adiwiyata 2010 Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan hidup yang semakin meningkat

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan

Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan International Labour Organization Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan Laporan Rapat Bersama Para Mitra yang Diselenggarakan di ILO Jakarta 23 Januari 2013 DECENT WORK A better world

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori

Bab 2. Kerangka Pendekatan dan Teori Bab 2 Kerangka Pendekatan dan Teori 15 II.1. Pengantar Kurikulum 2013 dikembangkan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui praktik pendidikan nasional agar peserta didik mampu menjadi warga

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya terarah dan terpadu serta berkesinambungan untuk meningkatkan pencapaian masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS

RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS Abstrak Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap hak-haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai kebutuhan dan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI LOKAL DI KALIMANTAN

PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI LOKAL DI KALIMANTAN KODE JUDUL : L.34 PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT BERBASIS POTENSI LOKAL DI KALIMANTAN TIM PENELITI : Dr. Yaya Jakaria S.Si. MM Dr. Mahdiansyah M.A Ir. Siswo Wiratno MM Dr. Parwanto MM Drs.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

Insentif Peningkatan Kemampuan Penelitian Dan Perekayasa Th. 2012

Insentif Peningkatan Kemampuan Penelitian Dan Perekayasa Th. 2012 PEMETAAN DAN PENGINTEGRASIAN POTENSI TELEMATIKA BERBASIS PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT MENGGUNAKAN APLIKASI INTERNET DENGAN FREE OPEN SOURCE SOFTWARE (FOSS) UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI DI KORIDOR

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES MANUFAKTUR PRODUK WAHANA BAWAH AIR NIR AWAK DALAM RANGKA MENUNJANG KEMANDIRIAN BANGSA PADA SEKTOR INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Implementasi pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari strategi untuk mencapai cita-cita nasional dalam mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

Surat Elektronik (

Surat Elektronik ( PROPOSAL BANTUAN BERUPA BARANG SERVER DAN KOMPUTER Diajukan Kepada: Bupati Pandeglang Cq. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang Diajukan Oleh: Nama : PKBM BMC NPSN :- Alamat Lengkap

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A. Pendekatan Penelitian dan Pemberdayaan Dalam penelitian skripsi menggunakan pendeketan PAR. Dimana definisi PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit yaitu organisasi yang sifatnya tidak mengejar laba. Organisasi pemerintah daerah merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB) RINGKASAN Kinerja input, proses dan output PNPM-PB secara

Lebih terperinci