perkembangan yang cukup signifikan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Mereka masih bergantung kepada guru sebagai pemberi informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "perkembangan yang cukup signifikan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Mereka masih bergantung kepada guru sebagai pemberi informasi"

Transkripsi

1

2 perkembangan yang cukup signifikan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Mereka masih bergantung kepada guru sebagai pemberi informasi yang benar dan menyerahkan kendali kegiatan pembelajaran sepenuhnya kepada guru. Inisiatif siswa untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan berpikir kritis secara mandiri belum nampak. Belajar yang menyenangkan itu mencakup seluruh aspek.artinya, siswa bisa belajar secara kreatif dalam kelas.tidak membuat guru menjadi orang paling sibuk menerangkan di depan kelas.[11] Metode pendidikan yang terlalu menekankan keaktifan guru akan membuat murid menjadi pasif. Akibatnya siswa hanya berusaha untuk mendapat rapor dan ijazah.[12] Diperlukan reformasi pendidikan untuk menyelamatkan masa depan kita. Pendidikan yang baik merupakan hasil kooperasi yang seimbang antara guru dan siswa.[7] Salah satu model pembelajaran yang pernah dikembangkan adalah pembelajaran dengan teknik Mistake Buster. Teknik ini diperkenalkan oleh Huynh (2003). Salah satu cara yang telah diujicobakan oleh Huynh dan ditemukan efektif adalah dengan mempersiapkan aktivitas dimana siswa mengambil ahli peranan dalam mengoreksi kesalahan (mistake corrector), yang biasanya dilakukan oleh guru. Sementara itu guru berperan dengan sengaja menjadi pembuat kesalahan (mistake maker).[5] Melalui penelitian yang dilakukan oleh Huynh, teknik ini terbukti bisa meningkatkan kualitas pembelajaran, siswa bisa lebih aktif dan mampu mengembangkan cara berpikir kritis dengan lebih maksimal karena pembelajaran disajikan dengan cara yang lebih menarik dan menantang. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti apakah model pembelajaran dengan metode belajar lewat kesalahan dimana guru berperan dengan sengaja menjadi pembuat kesalahan (mistake maker) dan siswa bertugas untuk mengoreksi kesalahan bisa diterapkan dalam pembelajaran fisika. Mengingat kenyataan bahwa sebelum memasuki kelas, kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan fisika,[14] sehingga siswa memiliki kapabilitas untuk bisa lebih kritis dalam menyikapi berbagai kesalahan yang sengaja disiapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Film kartun sebagai media dianggap paling tepat dalam metode pembelajaran ini, karena terdapat banyak kesalahan konsep fisika dalam film kartun. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Fransina Rambu (2010), ditemukan bahwa pembelajaran menggunakan media film kartun dapat mengembangkan prestasi belajar siswa. [15] Penelitian ini bertujuan untuk mendesain model pembelajaran dengan metode belajar lewat kesalahan menggunakan film kartun pada materi gerak dan mengujicobakan keberhasilan yang nantinya dapat membantu dalam proses belajar. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan suatu desain pembelajaran yang bisa menjadi alternatif bagi para guru dalam menyajikan suatu konsep pembelajaran serta mengetahui sejauh mana keberhasilan desain pembelajaran tersebut. Selain itu diharapkan desain pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan prestasi belajar siswa. 2

3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Lewat Kesalahan Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik "MistakeBuster" yang diperkenalkan oleh Huynh (2003), siswa mengambil alih peranan dalam mengoreksi kesalahan, yang biasanya dilakukan oleh guru. Sementara itu guru berperan dengan sengaja sebagai pembuat kesalahan (Mistake maker). Teknik ini sangat efektif dalam mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Banyak keuntungan yang didapatkan melalui pemanfaatan teknik ini, antara lain: (1) Dengan mengubah peran dari "mistakecorrector" Huynh menemukan bahwa pembelajar lebih bergembira dalam belajar. (2) Pembelajar mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan yang mungkin mereka buat dibandingkan dengan guru yang memberitahu kesalahan-kesalahan mereka. Dengan demikian mereka dapat merasakan kepuasan ketika bisa memperbaiki kesalahannya sendiri. (3) Teknik ini tidak menakutkan dan penuh dengan canda yang menjadi salah satu dasar pengondisian pembelajaran terbaik agar proses pembelajaran dapat terlaksana.[5] Peran siswa sebagai pengoreksi kesalahan atau dalam hal ini sebagai pemecah masalah juga ditemukan dalam metode pembelajaran berbasis masalah. Ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterikatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.[6] 2.2. Berpikir Kritis Setiap orang membentuk dan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil belajarnya. Konsep serta pengetahuan seseorang terus menerus dibangun kembali dan berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman orang tersebut.[8]agar terjadi pengkontruksian pengetahuan secara bermakna, guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat.[3] Siswa yang berpikir kritis akan mampu menolong dirinya dengan orang lain. Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.[8] 3

4 Berpikir kritisbertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun, dan memberikan alasan untuk menetapkan dan menerapkan standar tersebut, mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.[3] Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan suatu aktivitas evaluatif untuk menghasilkan suatu simpulan.[8] 2.3. Film Gerak Sebagai Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.[1] Media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa alat atau bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan.[9] Film gerak atau video merupakan jenis media proyeksi gerak yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Film gerak merupakan sebuah media pembelajaran yang sangat menarik karena mampu mengungkapkan keindahan dan fakta bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak, film juga dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu video atau film gerak sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotorik. Umumnya, siswa menganggap bahwa belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga mereka kurang terdorong untuk lebih aktif berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan.[4] 2.4. Kesalahan Konsep Yang Ditemukan Pada Film Kartun a. Kecepatan benda yang bergerak vertikal ke atas. Banyak kesalahan konsep fisika yang ditemukan dalam film kartun.pada konsep benda yang bergerak vertikal ke atas, kesalahan adegan yang sering ditemukan adalah benda bergerak dengan kecepatan tetap, saat mencapai ketinggian maksimal benda berhenti dalam waktu yang cukup lama, baru kemudian jatuh ke tanah. 4

5 v t =0 v t =0 y m v o v o A Gambar 1.Bola A bergerak ke atas dengan kecepatan tetap, bola B bergerak ke atas dengan kecepatan semakin berkurang Kesalahan yang sering ditemukan pada film kartun digambarkan pada pergerakan bola A. besar kecepatan yang tetap selama bergerak ke atas bisa dilihat dari jarak bola yang sama untuk selang waktu yang sama. Konsep yang benar, selama bola bergerak vertikal ke atas, gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi sehingga bola bergerak diperlambat dan kecepatannya semakin berkurang. Akhirnya bola akan mencapai ketinggian maksimum dan tidak dapat naik lagi. Pada saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gravitasi bumi tak pernah berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola bergerak turun.[2] Pada saat bola bergerak turun, bola mengalami jatuh bebas dan kecepatannya akan semakin bertambah. Jadi, bola yang di lempar ke atas mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas, bola bergerak lurus berubah beraturan diperlambat dengan kecepatan awal tertentu, setelah mencapai tinggi maksimum bola bergerak jatuh bebas yang merupakan gerak berubah lurus beraturan dipercepat dengan kecepatan awal 0. b. Kecepatan benda bergerak jatuh bebas Pada film kartun sering ditemukan benda-benda bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap. B A Fg B Fg y Gambar 2. Bola A bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap, bola B bergerak jatuh bebas dengan kecepatan bertambah 5

6 Kebanyakan film kartun menampilkan posisi benda bergerak jatuh bebas seperti yang digambarkan pada pergerakan bola A. Jarak bola akan sama untuk setiap selang waktu yang sama. Penggambaran ini tentu saja salah, karena benda yang bergerak jatuh bebas akan memiliki percepatan akibat pengaruh gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas akan bertambah. Dengan demikian jarak benda untuk selang waktu yang sama juga bertambah. Semakin ke bawah, gerakan sebuah benda akan semakin cepat. Posisi yang benar ditunjukkan oleh gerakan bola B. Bola B memiliki percepatan, sehingga kecepatannya akan bertambah dan jarak bola untuk selang waktu yang sama juga bertambah. Gerak jatuh bebas adalah gerakan sebuah benda akibat gravitasi bumi. Gerak benda jatuh ke bumi ini adalah contoh dari gerak dengan percepatan (hampir) konstan. Bila tidak ada gesekan udara, ternyata semua benda yang jatuh dengan percepatan yang sama tidak tergantung pada ukuran, berat, maupun susunan benda.[2] c. Pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh Massa mempengaruhi waktu jatuh benda merupakan salah satu kesalahan konsep yang sering ditemukan pada film kartun. Banyak adegan yang memperlihatkan, jika benda memiliki massa yang lebih berat, maka benda tersebut akan mencapai tanah lebih dulu ketimbang benda-benda yang lain lebih ringan, meskipun benda-benda tersebut dijatuhkan pada saat yang bersamaan dan dari ketinggian yang sama. Gambar berikut menunjukkan kesalahan konsep yang sering ditemukan pada film kartun. A Fg B Fg t 0A = t 0B y t A > t B Gambar 3. Dua benda dijatuhkan dari ketinggian yang sama Konsep yang benar adalah, jika pengaruh gesekan udara diabaikan, maka semua benda yang jatuh secara bersamaan akan mencapai tanah secara bersamaan pula. Massa tidak akan mempengaruhi waktu jatuh benda. Dari persamaan umum gerak jatuh bebas : 1 2 Rumus tersebut dapat diolah kembali untuk menghitung t : 2 6

7 Jadi, jelas bahwa waktu jatuh hanya ditentukan oleh jarak dan percepatan gravitasi (asal gesekan diabaikan). Apabila jarak-y sama untuk dua buah benda, maka waktu jatuh-t untuk dua benda tersebut akan sama, meskipun kedua benda tersebut memiliki massa yang berbeda.[14] d. Gerak dengan lintasan parabola Kesalahan konsep gerak dengan lintasan parabola juga sering ditemukan pada film kartun. Beberapa jenis kesalahan yang sering ditemukan bisa dilihat pada gambar berikut : v 0 Gambar 4.Lintasan dari gerakan bola yang ditemukan pada film kartun Mula-mula bola diberikan kecepatan tertentu sehingga bergerak menggelinding diatas meja. Saat mencapai tepi meja, bola akan terus bergerak lurus dengan kecepatan ke arah sumbu x. Setelah mencapai suatu posisi tertentu, barulah bola bergerak vertikal ke bawah, searah sumbu y. Konsep yang benar adalah, saat bola tiba di tepi meja, bola tidak hanya bergerak dengan kecepatan ke arah sumbu x, bola akan mengalami gaya gravitasi sehingga memiliki percepatan. Hal ini menyebabkan bola juga akan bergerak dengan kecepatan ke arah sumbu-y. Kecepatan bola pada sumbu-x adalah konstan dan kecepatan bola pada sumbu y semakin bertambah. Resultan dari kecepatan pada sumbu-x dan yakan menyebabkan lintasan bola saat jatuh kebawah berbentuk seperti parabola. Penggambaran yang benar dari gerakan bola adalah sebagai berikut : v 0x v x Gambar 5.Lintasan benda yang berbentuk parabola v y 3. Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian 7

8 Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploratif, dimana peneliti akan mengembangkan sebuah desain pembelajaran dan mengujicobakan desain pembelajaran tersebut pada sampel yang telah ditentukan dan melihat sejauh mana keefektifan desain pembelajaran tersebut saat digunakan selama proses KBM. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMAN 3 Salatiga, sebanyak 10 orang. Instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah film kartun, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, lembar observasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), lembar evaluasi, dan lembar kuisioner. Film kartun yang akan digunakan adalahfilm kartun yang telah diteliti sebelumnya dan memiliki kesalahan konsep fisika di dalamnya. Tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini meliputi : a. Tahap Persiapan Menganalisa kesalahan konsep fisika pada film kartun, membandingkan kesalahan tersebut dengan konsep fisika yang benar, kemudian menentukan jalan keluar yang akan diambil untuk mengatasi kesalahan konsep pada film kartun Menyusun strategi kegiatan pembelajaran Membuat RPP dengan teknik discoveryberdasarkan hasil analisa konsep dan penyusunan strategi pembelajaran (lihat lampiran) Membuat lembar evaluasi untuk penilaian daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan (lihat lampiran) Membuat lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa selama proses KBM (lihat lampiran) Membuat lembar kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai desain pembelajaran yang diujicobakan. (lihat lampiran) b. Tahap Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RPP yang telah dibuat Mengisi lembar observasi untuk menilai aktivitas siswa selama proses KBM Memberikan lembar evaluasi kepada siswa, untuk mengetahui keberhasilan desain pembelajaran yang diujicobakan Memberikan lembar kuisioner kepada siswa, untuk mengetahui pendapat siswa mengenai desain pembelajaran yang diujicobakan c. Tahap Pemeriksaan Dan Analisa Data Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap lembar observasi, lembar evaluasi dan lembar kuisioner dilakukan proses analisa data secara deskriptif kualitatif.kriteria keberhasilan penelitian adalah, 80% siswa memiliki skor pemahaman minimal Strategi Kegiatan Pembelajaran Hal yang terpenting dalam tahapan persiapan adalah merencanakan strategi pembelajaran yang akan menjadi dasar dari penyusunan desain pembelajaran. Dalam desain pembelajaran ini, murid dan guru akan saling berkolaborasi selama 8

9 proses KBM. Guru berperan sebagai pemberi kasus atau masalah, dalam hal ini masalah yang diberikan berupa sejumlah adegan-adegan yang janggal dari film kartun, sedangkan siswa akan berperan sebagai seorang hakim yang akan bertugas dalam menentukan benar atau salahnya kasus yang diberikan oleh guru serta mencari jalan keluar untuk kasus tersebut. Rencana dari kegiatan pembelajaran digambarkan pada skema berikut : PEMBERIAN KASUS PROSES INVESTIGASI PROSES KOMPARASI PROSES KONSOLIDASI Pembelajaran diawali dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kemudian diikuti dengan pemberian kasus dengan menampilkan beberapa potongan-potongan adegan film kartun kepada siswa. Terdapat kesalahan konsep fisika dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Beberapa indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat mengikuti pembagian kelompok dengan baik 2. Siswa berhasil menemukan kejanggalan dalam adegan-adegan film kartun 3. Siswa dapat memberikan hipotesa awal atau pendapat awal mengenai kejanggalan adegan film kartun yang telah mereka temukan. Tahapan pembelajaran berikutnya merupakan sebuah proses investigasi.dalam proses ini akan dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi eksperimen, observasi ataupun demonstrasi. Bisa dikatakan tahapan ini merupakan proses pembuktian benar atau salahnya adegan-adegan janggal yang telah ditemukan berdasarkan konsep fisika. Guru akan merancang serangkaian kegiatan pembelajaran, yang nantinya dapat membantu siswa dalam pengambilan keputusan. Tentu saja kegiatan tersebut akan berhubungan dengan adegan-adegan janggal pada film kartun, yang telah ditemukan oleh siswa. Dalam design pembelajaran ini, konsep gerak akan dibagi ke dalam empat rumusan masalah, yaitu : 1). Konsep kecepatan benda yang dilempar vertikal ke atas; 2). Konsep kecepatan pada benda jatuh bebas; 3). Pengaruh massa terhadap waktu jatuh; 4). Gerak dengan lintasan parabola. Beberapa indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang dilempar ke atas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang dilempar ke atas 2. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang bergerak jatuh bebas 3. Siswa dapat mengikuti dan menjawab setiap pertanyaan penggiring yang diberikan oleh guru, untuk menggiring mengamati 9

10 4. Siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan pada benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan 5. Siswa bisa menentukan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh benda, melalui demonstrasi yang dilakukan oleh guru 6. Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki dua jenis komponen kecepatan dengan arah dan besar berbeda Proses komparasi bisa disamakan dengan proses analisa, dimana siswa diajak untuk membandingkan antara fenomena dan pengalaman. Kejanggalan yang mereka temukan sebelumnya dibandingkan dengan kebenaran yang mereka temukan melalui kegiatan percobaan ataupun demonstrasi. Dalam tahapan ini akan diketahui apakah adegan-adegan janggal tersebut sesuai atau tidak dengan konsep fisika. Indikator-indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat melakukan diskusi untuk membandingkan antara adegan film kartun dan hasil pengamatan melalui kegiatan pembelajaran 2. Setiap anggota kelompok mengemukakan pendapatnya mengenai kesalahan adegan dalam film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar Tahapan konsolidasi merupakan tahapan penarikan kesimpulan atas adeganadegan janggal pada film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar. Pada tahapan ini, siswa akan melakukan presentasi untuk memaparkan hasil analisa dan kesimpulan mereka terhadap sejumlah kesalahan yang mereka temukan pada adegan-adegan film kartun. Indikator yang ingin dicapai dalam tahapan ini adalah : 1. Siswa dapat membuat kesimpulan akhir terhadap kesalahan adegan pada film kartun 2. Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil pembahasan mengenai adegan yang salah pada film kartun, berdasarkan konsep fisika 4. HASIL DAN ANALISA DATA Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Dimana akan dijelaskan analisa kesalahan konsep pada film kartun yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan metode belajar dari kesalahan menggunakan media film kartun serta keefektifan dari desain ini saat digunakan selama kegiatan pembelajaran. Kemudian akan dijelaskan, apakah siswa dapat menemukan kesalahan konsep dan bagaimana cara siswa-siswa menanggapi kesalahan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika yang benar. Selain itu akan dibahas bagaimana minat siswa selama proses pembelajaran, apakah siswa termotivasi bila pembelajaran dilakukan dengan metode belajar dari kesalahan menggunakan media film kartun Analisa Konsepsi Pada Film Kartun Ada empat jenis kesalahan yang terdapat dalam film kartun Tom and Jerry yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 10

11 Adegan 1 Tabel 1.Hasil analisa kesalahan konsep pada film kartun Hasil Analisa Kesalahan Adegan film kartun Penjelasan Adegan : Karena desakan air diwastafel, Tom dan wastafel terlempar ke atas. Wastafel bergerak lebih cepat dari Tom. Baik Tom maupun wastafel bergerak dengan kecepatan yang semakin bertambah. Saat mencapai ketinggian maksimum, Tom tidak langsung jatuh ke tanah Konsep gerak vertikal ke atas : bola bergerak vertikal ke atas, gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi sehingga bola bergerak diperlambat. Akhirnya bola akan mencapai ketinggian maksimum dan tidak dapat naik lagi. Pada saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gravitasi bumi tak pernah berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola bergerak turun Kesalahan Konsep : Mulai terjadi saat Tom dan Wastafel bergerak dengan kecepatan yang bertambah dan saat mencapai ketinggian maksimum, Tom tidak langsung jatuh. Jalan keluar yang dapat diambil : Guru menayangkan video sebuah benda yang dilempar ke atas, dan mengajak siswa untuk melakukan pengukuran posisi benda pada selang waktu tertentu dengan bantuan gambar hasil ekstrak video. Melalui pengukuran posisi, siswa bisa menentukan kecepatan benda saat bergerak vetikal ke atas. Untuk cuplikan gambar dari adegan kedua, ketiga, dan keempat bisa dilihat pada lampiran. Secara garis besar, adegan kedua memperlihatkan kesalahan konsep saat Jerry bergerak jatuh bebas dengan kecepatan tetap.hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep fisika mengenai benda bergerak jatuh bebas.jalan keluar yang diambil untuk mengatasi kesalahan ini adalah guru menayangkan video sebuah benda yang bergerak jatuh ke bawah, dan mengajak siswa untuk melakukan pengukuran posisi benda pada selang waktu tertentu dengan bantuan gambar hasil ekstrak video.melalui pengukuran posisi, siswa bisa menentukan kecepatan benda saat bergerak jatuh bebas. Adegan ketiga memperlihatkan saat Tom dan tumpukan besi jatuh secara bersamaan dari ketinggian yang sama, tapi mencapai tanah dalam waktu yang berbeda. Tentu saja konsep yang benar tidak seperti itu.massa benda tidak mempengaruhi waktu jatuh. Jalan keluar yang dapat diambil adalah guru melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan dua benda dengan massa yang berbeda secara bersamaan. Kemudian siswa memperhatikan apakah kedua benda tersebut mencapai tanah secara bersamaan atau tidak 11

12 Adegan keempat memperlihatkan saat Tom yang awalnya bergerak dengan kecepatan konstan searah sumbu-x dan kemudian setelah mencapai tepi koridor dan mendapat pengaruh gaya gravitasi, Tom terus bergerak pada lintasan horizontal baru akhirnya jatuh secara vertikal ke bawah. Konsep yang benar adalah, jika awalnya benda bergerak dengan kecepatan konstan searah sumbu-x kemudian mendapat pengaruh gaya gravitasi, lintasannya tidak lagi horizontal, tetapi akan melengkung seperti parabola, karena telah memiliki komponen kecepatan searah sumbu-y. Jalan keluar yang dapat diambil adalah guru menayangkan video sebuah bendadengan lintasan parabola dan menugaskan siswa untuk menghitung posisi benda terhadap sumbu x dan y melalui hasil ekstrak video.dari data yang didapat, kemudian siswa ditugaskan untuk menggambarkan grafik x-t dan grafik y-t.melalui hasil grafik, bisa dilihat jenis gerakan benda dan besar kecepatan benda searah sumbu-x dan y Pembelajaran Menggunakan Metode Belajar Dari Kesalahan Dengan Film Kartun Sebagai Media a. Tahapan pemberian kasus Proses pembelajaran diawali dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran mereka akan bertindak sebagai hakim dimana mereka bertugas untuk menganalisa adeganadegan film kartun yang akan ditayangkan, menemukan adegan-adegan yang janggal atau tidak masuk akal, dan memutuskan apakah adegan tersebut salah atau benar berdasarkan konsep fisika. Guru memberi informasi bahwa kejanggalan dalam adegan film kartun berhubungan dengan konsep gerak. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian kasus melalui penayangan beberapa adegan film kartun yang memiliki kesalahan konsep gerak. Terdapat empat kesalahan yang sengaja disiapkan sebelumnya, antara lain kesalahan yang berhubungan dengan : 1) Benda yang bergerak vertikal ke atas; 2) Benda yang bergerak jatuh bebas; 3) Pengaruh massa terhadap waktu jatuh; 3) Gerak benda dengan lintasan parabola. Proses awal pembelajaran ini berhasil memotivasi siswa. Hal ini bisa dilihat dari antusiasme mereka saat pembagian kelompok sampai saat penayangan film kartun. Mereka begitu bersemangat saat mengutarakan pendapat mengenai adegan yang mereka anggap janggal atau tidak masuk akal. Sebagian besar siswa bisa menyebutkan adegan-adegan janggal yang berhubungan dengan konsep gerak, tetapi ada pula beberapa siswa yang menyebutkan adegan-adegan janggal yang tidak berhubungan dengan konsep gerak. Pemberian peran sebagai seorang hakim bisa membangkitkan semangat siswa, terutama setelah ditegaskan bahwa mereka akan menentukan kesalahan dari adegan film kartu dan mencari solusi untuk kesalahan tersebut. Todd (2002) berpendapat bahwa self-assessment sangat bermanfaat baik dalam proses pembelajaran maupun evaluasi. Dengan self-assessment pembelajar dapat lebih mengarahkan pembelajaran sendiri (self directed learning) dan lebih independen 12

13 dalam menggali sebuah konsep. Karena merasa tertantang saat diberikan peran yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran, setiap kelompok terlihat lebih serius dalam mendeteksi kejanggalan yang terdapat pada film kartun. Hal ini tak lepas dari faktor perasaan memiliki tanggung jawab untuk mencari, menemukan dan membuat suatu solusi atas permasalahan yang diberikan. Memang sebagian besar dari siswa belum bisa membahas kejanggalan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika yang benar, namun paling tidak mereka bisa lebih kritis dalam menyikapi suatu kasus yang diberikan, hal ini terbukti dari sejumlah adegan janggal yang mereka temukan beserta hipotesa awal yang mereka utarakan sehubungan dengan kejanggalan adegan tersebut. b. Tahapan Investigasi Selanjutnya pembelajaran masuk dalam tahapan investigasi, dimana siswa akan menyelidiki konsep fisika yang berhubungan dengan konsep gerak. Teknik discovery yang didukung dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan penggiring diterapkan dalam tahapan ini. Konsep gerak dibagi ke dalam empat rumusan masalah. Konsep benda bergerak bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas Untuk menyelidiki konsep benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas, guru menampilkan tayangan video sebuah benda yang dilempar ke atas lalu jatuh ke bawah. Kemudian guru bertanya kepada siswabagaimana besar kecepatan benda saat bergerak ke atas dan saat jatuh. Beberapa siswa bisa menjawab dengan tepat, bahwa kecepatan bola akan berkurang saat bergerak ke atas dan semakin bertambah saat bergerak ke bawah. Untuk menyelidiki kebenaran pendapat tersebut, guru mengajak siswa untuk menghitung kecepatan benda pada video yang telah ditayangkan. Sebelumnya guru menjelaskan bahwa video merupakan kumpulan gambar yang ditampilkan secara berurutan, sehingga siswa bisa menghitung kecepatan dari benda tersebut melalui hasil ekstrak gambar. Selanjutnya guru menunjukkan hasil ekstrak gambar yang telah dijadikan satu dan membagikan gambar tersebut kepada setiap kelompok. Setelah setiap kelompok mendapat gambar hasil ekstrak yang telah dijadikan satu gambar, guru menginformasikan bahwa kemampuan fasilitas video dari kamera digital yang digunakan untuk merekam adalah 30 frame/detik, hal ini berarti kamera memotret sebanyak 30 gambar dalam 1 detik. Dari informasi tersebut siswa berhasil menjelaskan bahwa untuk menghasilkan 1 gambar, diperlukan waktu selama detik. Guru kembali menegaskan bahwa waktu = detik tersebut adalah waktu dari satu posisi ke posisi berikutnya. Karena pembelajaran bertujuan menyelidiki besar kecepatan saat benda bergerak ke atas dan jatuh ke bawah, maka siswa ditugaskan untuk menentukan jarak bola pada interval 1-2, 2-3, dst. Kemudian siswa mencari besar kecepatan bola untuk setiap interval. Hasil ekstrak video dipisah, menunjukkan gerakan benda saat dilempar ke atas dan saat jatuh ke bawah. Siswa bisa dengan mudah 13

14 menentukan jarak bola untuk setiap interval dan menentukan kecepatannya. Kemudian salah seorang siswa ditugaskan untuk menuliskan hasil perhitungan untuk benda yang bergerak vertikal ke atas di papan tulis. Gambar 6.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, saat benda bergerak vertikal ke atas Tabel 2.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak vertikal ke atas Interval Jarak (cm) Waktu (detik) Kecepatan (cm/det) Selanjutnya siswa menentukan jarak bola untuk setiap interval dan besar kecepatannya saat bergerak jatuh bebas. Kembali salah seorang siswa ditugaskan untuk mencatat hasil kerjanya di papan tulis. Gambar 7.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, saat benda bergerak jatuh bebas Tabel 3.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak jatuh bebas Interval Jarak (cm) Waktu (detik) Kecepatan (cm/det)

15 Guru memberikan info bahwa saat benda mencapai ketinggian maksimum, untuk sesaat kecepatan benda adalah nol. Saat itu, gaya gravitasi yang awalnya merubah besar kecepatan beralih fungsi untuk membalikkan arah benda. Saat benda bergerak jatuh bebas, gaya gravitasi kembali berfungsi untuk merubah besar kecepatan benda. Dari hasil perhitungan kecepatan benda untuk setiap interval posisi dan pemberian pertanyaan-pertanyaan penggiring, siswa bisa membuat suatu kesimpulan bahwa kecepatan benda berkurang saat bergerak ke atas dan saat mencapai ketinggian maksimum benda bergerak jatuh bebas dengan kecepatan yang semakin bertambah. Sebelum dilakukan proses pengukuran posisi, sebagian besar siswa bisa menjawab bahwa kecepatan benda akan berkurang saat bergerak ke atas. Faktor internal, bahwa sampel dari penelitian adalah siswa kelas XII ikut mempengaruhi.pembelajaran dengan menggunakan rekaman video dari kamera digital telah teruji keberhasilannya.[10] Hal ini bisa dilihat saat guru menggunakan rekaman video dalam kegiatan pembelajaran untuk menjelaskan konsep benda bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas. Siswa bisa cepat memahami, karena mereka diajak untuk melihat suatu kejadian dan melakukan pengukuran langsung. Penggunaan media rekaman video masih termasuk hal yang baru untuk siswa, sehingga menyebabkan mereka tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan tahapan ini tidak lepas dari peranan media kamera digital yang dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum dilakukan proses pengambilan data sebenarnya, pernah dilakukan proses pre-liminang RPP pada salah satu sekolah dengan menggunakan bantuan ticker timer, terutama saat menjelaskan konsep gerak jatuh bebas. Pembelajaran berhasil, hanya saja memakan waktu yang cukup lama. Karenanya untuk menghemat waktu, diputuskan untuk menggunakan bantuan video rekaman kamera digital dalam pembelajaran konsep gerak vertikal ke atas dan gerak jatuh bebas. Pengaruh massa terhadap waktu jatuh Untuk menyelidiki pengaruh massa terhadap waktu jatuh benda, guru memberikan pertanyaan awal untuk memancing siswaberpikir lebih kritis, Mana yang akan lebih dulu mencapai tanah, jika sebuah karung beras dengan massa 100kg dan sebuah batu dengan massa 1 kg di jatuhkan dari puncak sebuah menara? Awalnya siswa masih mengalami miskonsepsi dengan beranggapan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih dulu. Untuk menunjukkan konsep yang benar, guru melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan sebuah tas yang diisi dengan berbagai barang dan sepotong kapur dari ketinggian yang sama. Dari hasil pengamatan, siswa bisa menyimpulkan bahwa massa benda tidak mempengaruhi waktu jatuh benda. Supaya siswa lebih memahami konsep ini, guru kembali menanyakan persamaan umum dari gerak jatuh bebas dan meminta siswa mengolah rumus tersebut untuk menghitung 15

16 waktu. Siswa menemukan bahwa t=. Dari hasil tersebut, siswa semakin mengerti bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh. Miskonsepsi pada pengaruh massa terhadap waktu jatuh masih sering terjadi, karenanya sangat penting untuk mengajarkan konsep ini dengan cara yang tepat. Teknik demonstrasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meremidiasi siswa. Awalnya siswa masih belum percaya meskipun guru telah melakukan demonstrasi dengan menjatuhkan dua benda dengan massa berbeda dari ketinggian yang sama. Akibatnya guru harus melakukan cara yang cukup ekstrim dengan berdiri di atas meja, kemudian menjatuhkan dua benda dengan massa berbeda. Dengan melakukan tindakan yang cukup ekstrim, sisa lebih cepat menyerap sebuah konsep fisika, khususnya untuk menyelidiki pengaruh massa terhadap waktu jatuh benda. Gerak benda dengan lintasan parabola Selanjutnya siswa akan menyelidiki gerak benda dengan lintasan parabola. Guru kembali menayangkan sebuah video yang memperlihatkan gerak benda dengan lintasan parabola, kemudian memberikan hasil ekstrak gambar yang yang telah dijadikan satu kepada setiap kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk menentukan posisi benda terhadap sumbu-x dan -y. Guru menginformasikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap frame adalah 0,061 detik. Hasil perhitungan kemudian di catat ke dalam tabel. Gambar 8.Hasil ekstrak yang dijadikan satu gambar, menunjukkan gerakan benda dengan lintasan parabola Tabel 4.Posisi bola terhadap waktu, kecepatan bola saat bergerak jatuh bebas Posisi x (m) y (m) t (detik) Selanjutnya, siswa ditugaskan untukmenggambarkan grafik x-t dan y-t berdasarkan data yang didapat.siswa tidak menemukan kesulitan saat 16

17 menggambarkan grafik. Dua orang siswa ditugaskan untuk menggambarkan grafik di papan tulis dan hasilnya hampir sama dengan grafik yang dihasilkan melalui program Microsoft Excel. Gambar 9.Grafik x-t dan grafik y-t Kemudian guru bertanya kepada siswa Jika grafik x-t berupa grafik linear, berarti gerakan benda ke arah sumbu-x termasuk GLB atau GLBB? dan siswa bisa menjawab bahwa grafik x-t termasuk GLB.Demikian halnya saat ditanya mengenai grafik y-t, mereka menjawab grafik tersebut termasuk GLBB. Dari hasil ini siswa bisa memahami bahwa gerakan dengan lintasan parabola terdiri dari dua jenis kecepatan, yaitu kecepatan searah sumbu-x yang bernilai konstan dan kecepatan searah sumbu-y dengan nilai yang berubah karena di pengaruhi gaya gravitasi. Kecepatan searah sumbu-y berkurang saat bergerak ke atas dan bertambah saat bergerak ke bawah. Pembelajaran untuk menemukan konsep gerak dengan lintasan parabola menemukan hambatan karena guru kesulitan untuk memperlihatkan bahwa terdapat dua jenis kecepatan dengan besar dan arah berbeda yang bekerja pada benda. Dengan menggunakan media kamera digital untuk merekam gerakan benda dengan lintasan parabola, kesulitan tersebut bisa sedikit diatasi. Siswa dengan mudah menentukan kecepatan benda searah sumbu-x maupun searah sumbu-y.dalam tahapan ini ditemukan bahwa kemampuan siswa untuk membaca grafik sudah cukup baik.mereka dengan mudah menentukan jenis gerak benda berdasarkan grafik yang dihasilkan.keberhasilan tahapan ini juga dipengaruhi oleh faktor internal, dimana siswa yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa kelas XII.Mereka telah menguasai konsep grafik hubungan antara posisi dan waktu. c. Tahapan Komparasi Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diminta untuk membahas adegan-adegan janggal yang mereka temukan sebelumnya. Untuk mempermudah, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penggiring mengamati film. Selanjutnya setiap kelompok melakukan dikusi untuk membahas kebenaran adegan yang janggal tersebut berdasarkan konsep fisika yang mereka temukan pada proses investigasi. Daftar pertanyaan penggiring yang diberikan saat proses diskusi bisa dilihat pada lampiran RPP. 17

18 Selama proses diskusi siswa terlihat begitu aktif untuk membahas mengenai adegan film kartun yang janggal dengan teman kelompoknya. Semua siswa berusaha untuk menyumbangkan pemikiran mereka dan memperbaiki kejanggalan adegan tersebut berdasarkan konsep fisika yang baru saja mereka pelajari. Dalam tahapan komparasi, pemberian pertanyaan penggiring sangat membantu siswa untuk melakukan diskusi. Setiap kelompok semakin bersemangat dalam membahas adegan-adegan janggal yang mereka temukan sebelumnya. Pola dari pertanyaan penggiring adalah, pertama siswa menceritakan adegan yang mereka lihat, kedua siswa menentukan dimana letak kesalahannya dan ketiga siswa memperbaiki kesalahan tersebut berdasarkan konsep fisika. Pemberian pertanyaan penggiring juga berguna untuk menghemat waktu diskusi, karena siswa telah diarahkan pada jalur diskusi yang benar. Berikut cuplikan jawaban dari salah satu kelompok Tabel 5.Cuplikan adegan film kartun yang salah serta hasil analisa siswa a. Apa yang dilakukan Tom? 1. Tom memukul kerangka gedung dengan obeng sehingga kerangka gedung bergetar 2. Getaran kerangka tersebut menyebabkan Jerry terjatuh 3. Jerry terjatuh dengan kecepatan tetap, cenderung melambat. Ini terlihat dari pergerakan background b. Adegan tersebut salah karena Jerry jatuh dengan kecepatan yang tetap c. Jerry seharusnya jatuh dengan kecepatan yang semakin bertambah, dengan demikian gerakan background juga harus semakin cepat. Semua benda yang bergerak jatuh bebas kecepatannya akan semakin besar Dari hasil jawaban siswa, bisa dilihat bagaimana ketelitian mereka dalam melihat adegan demi adegan yang terjadi. Siswa bisa menjelaskan secara runtut kejanggalan yang terjadi, menemukan dimana letak kesalahan adegan dan memberikan perbaikan yang dihubungkan dengan konsep fisika. Melalui diskusi inilah diketahui beberapa kesalahan konsep yang terjadi pada film kartun serta bagaimana cara siswa untuk mengoreksi kesalahan tersebut sesuai dengan konsep fisika yang mereka pahami. Selain itu hal yang paling mencolok, siswa akan senang jika diberikan sejumlah tanggung jawab berupa masalah yang 18

19 harus diselasaikan. Strategi ini berhasil memacu keaktifan, kemandirian dan daya berpikir kritis yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu kasus. d. Tahapan Konsolidasi Setelah dilakukan diskusi kelompok, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru bertindak sebagai moderator dan siswa dari kelompok lain menanggapi hasil presentasi dari salah satu kelompok yang dipilih. Dalam tahapan ini siswa akan memaparkan hasil analisa dari adegan-adegan janggal pada film kartun yang mereka temukan serta koreksi mereka terhadap kesalahan tersebut. Selanjutnya wakil dari kelompok yang dipilih menyampaikan presentasi. Terlihat perkembangan yang signifikan dari segi penggunaan konsep fisika dalam pembahasan hasil analisa siswa. Setelah diskusi kelas selesai, semua hasil diskusi kelompok dikumpul dan proses selanjutnya adalah pemberian tes evaluasi dan pengisian kuisioner. Tahapan konsolidasi merupakan tahapan penarikan kesimpulan atas adegan-adegan janggal pada film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar. Karena sejak awal pembelajaran siswa terlihat begitu aktif dan didukung dengan pertanyaan penggiring selama proses diskusi kelompok, mereka bisa membuat suatu hasil analisa yang cukup baik dan menghubungkannya dengan konsep fisika. Selain itu setiap kelompok terlihat sangat puas karena bisa memecahkan suatu kasus yang telah diberikan sehingga saat proses presentasi, siswa terlihat lebih percaya diri dalam menyampaikan hasil analisanya Dampak Dari Pembelajaran Menggunakan Metode Belajar Dari Kesalahan Dengan Film Kartun Sebagai Media Secara garis besar model pembelajaran menggunakan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media berhasil meningkatkan perhatian dan daya serap siswa selama pembelajaran. Tentu saja keberhasilan tersebut tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor yang mendukung kegiatan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi perbuatan dan hasil belajar antara lain : bakat, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, waktu tersedia untuk belajar. Tentu saja faktor penghambat tidak bisa untuk diabaikan. Salah satu faktor internal yang menghambat berasal dari anak itu sendiri termasuk diantaranya adalah minat. Dalam KBM ini (dengan menggunakan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media) telah berhasil membangkitkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Beberapa kelebihan yang ditemukan dengan menggunakan metode ini adalah : 1. Siswa begitu antusias untuk mendeteksi kejanggalan dalam film kartun dan memberikan hipotesa awal, hal tersebut berarti metode ini berhasil memancing rasa penasaran siswa. 2. Siswa lebih aktif selama proses investigasi atau tahapan pembelajaran konsep fisika, karena mereka ingin menguji hipotesa awal yang mereka buat mengenai adegan-adegan janggal pada film kartun. Hal ini bisa terjadi 19

20 karena pemberian tanggung jawab sejak awal KBM dan membuat siswa lebih serius untuk mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya. 3. Kemampuan siswa untuk berdiskusi meningkat. Hal ini didukung oleh pengalaman yang mereka temukan saat menyelidiki konsep fisika. Mereka terlihat begitu antusias untuk membandingkan pengalaman tersebut dengan fenomena yang diberikan pada awal KBM. Pemberian pertanyaan penggiring juga sangat membantu dalam mengarahkan siswa selama proses diskusi. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, siswa lebih lugas dalam menyampaikan pendapatnya ketika diskusi dilakukan. 4. Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat, hal ini bisa dilihat dari hasil diskusi mereka. Di awal kegiatan pembelajaran, siswa hanya menyebutkan adegan-adegan yang janggal tanpa bisa menjelaskan kejanggalan tersebut berdasarkan konsep fisika. Setelah melalui tahapan investigasi dan proses tukar pikiran dalam kegiatan diskusi, siswa bisa lebih kritis dalam menyikapi sebuah adegan film kartun yang janggal. Mereka bisa lebih teliti dalam menganalisa kejanggalan-kejanggalan tersebut. 5. Suasana kelas yang terkesan santai dan kepercayaan diri siswa bertambah. Mereka lebih sadar akan kemampuan yang mereka miliki dalam mengkritisi sebuah permasalahan yang diberikan. 6. Daya serap siswameningkat. Dengan memberikan tugas untuk memperbaiki setiap kesalahan yang mereka temukan berdasarkan konsep fisika, siswa bisa lebih memahami akan kebenaran suatu konsep fisika. Selain itu, siswa terlihat puas karena bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan kepada mereka. Indikator daya serap siswa juga bisa dinilai dari hasil tes yang diberikan, dan akan dibahas pada poin selanjutnya. Keberhasilan penggunaan metode belajar dari kesalahan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huynh,[5]karena metode ini lebih memfokuskan pada partisipasi aktif siswa untuk mengevaluasi sendiri kesalahan-kesalahan yang sengaja dibuat atau disiapkan oleh guru. Jika teknik belajar dari kesalahan atau yang sebelumnya dikenal sebagai teknik mistake buster lebih banyak digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, maka teknik ini bisa digunakan dalam pembelajaran fisika. Konsep kelas yang aktif tapi terkesan santai sangat membantu dalam menghilangkan stereotip yang selama ini berada di kepala siswa, bahwa fisika adalah pelajaran yang serius dan sangat menakutkan Motivasi Dan Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Metode Belajar Dari Kesalahan Dengan Film Kartun Sebagai Media Reaksi siswa selama proses KBM terangkum dalam lembar observasi Tabel 6.Lembar observasi KBM Kegiatan Tahapan Pemberian Kasus : 1. Siswa dapat mengikuti pembagian kelompok dengan baik Reaksi (>50% Siswa) Sebagian siswa terlihat antusias saat mengukuti proses pembagian kelompok 2. Siswa berhasil menemukan kejanggalan dalam adegan-adegan film kartun Sebagian besar siswa terlihat bersemangat untuk mengamati film kartun dan berusaha menemukan adean-adegan yang janggal 20

21 3. Siswa dapat memberikan hipotesa awal atau pendapat awal mengenai kejanggalan adegan film kartun yang telah mereka temukan. Tahapan Investigasi : 1. Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang dilempar ke atas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang dilempar ke atas 2.Siswa dapat menyelidiki besar kecepatan benda yang bergerak jatuh bebas melalui gambar hasil ekstrak video benda yang bergerak jatuh bebas 3. Siswa dapat mengikuti dan menjawab setiap pertanyaan penggiring yang diberikan oleh guru, untuk menggiring mengamati Sebagian besar siswa berusaha untuk menjelaskan adegan yang janggal. Beberapa siswa terlihat malumalu untuk mengungkapkan pendapat mereka mengenai adegan yang janggal. Sebagian besar siswa bisa menentukan jarak dan menghitung kecepatan saat benda bergerak ke atas dengan baik. Sebagian besar siswa bisa menentukan jarak dan menghitung kecepatan saat benda bergerak jatuh bebas dengan baik. Sebagian besar siswa terlihat aktif menjawab saat guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penggiring saat mereka melakukan kegiatan mengamati. 4. Siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan pada benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan 5. Siswa bisa menentukan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh benda, melalui demonstrasi yang dilakukan oleh guru 6. Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang Siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki dua jenis kecepatan dengan arah dan besar berbeda Tahapan Komparasi : 1. Siswa dapat melakukan diskusi untuk membandingkan antara adegan film kartun dan hasil pengamatan melalui kegiatan pembelajaran 2. Setiap anggota kelompok mengemukakan pendapatnya mengenai kesalahan adegan dalam film kartun berdasarkan konsep fisika yang benar Tahapan Konsolidasi : 1. Siswa dapat membuat kesimpulan akhir terhadap kesalahan adegan pada film kartun 2. Setiap kelompok dapat mempresentasikan hasil pembahasan mengenai adegan yang salah pada film kartun, berdasarkan konsep fisika Sebagian besar siswa dapat menjelaskan konsep kecepatan benda yang bergerak vertikal ke atas dan bergerak jatuh bebas dengan baik. Sebagian besar siswa bisa menjelaskan bahwa massa tidak mempengaruhi waktu jatuh setelah guru melakukan demonstrasi singkat. Sebagian besar siswa bisa menjelaskan bahwa benda yang bergerak dengan lintasan parabola memiliki 2 jenis kecepatan dengan arah dan besar yang berbeda melalui grafik yang dihasilkan Sebagian besar siswa terlihat aktif saat melakukan diskusi. Mereka terlihat bersemangat untuk membandingkan antara fenomena dan pengalaman yang mereka dapatkan saat kegiatan pembelajaran Setiap anggota kelompok terlihat berusaha untuk memberikan pendapatnya saat proses analisa adegan film kartun yang janggal berlangsung Sebagian besar siswa bisa membuat suatu kesimpulan atas adegan film kartun yang janggal dengan baik. Mereka bisa menghubungkan kesalahan tersebut dengan konsep fisika dan bisa memberikan suatu perbaikan terhadap adegan janggal tersebut. Siswa tidak lagi terlihat malu-malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Ini bisa terlihat pada proses presentasi. Mereka terlihat puas dengan hasil kerja mereka dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil analisa mereka Secara garis besar pembelajaran dengan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media dapat diikuti oleh siswa.ini terlihat melalui lembar observasi KBM, dimana sebagian besar siswa terlihat begitu antusias untuk mengikuti tahapan demi tahapan dari kegiatan pembelajaran.hal yang 21

22 paling mencolok adalah semangat mereka ketika membahas kejanggalan yang mereka temukan dalam film kartun dan berusaha untuk membenarkan kesalahan adegan tersebut berdasarkan konsep fisika yang benar Keberhasilan Penggunaan Desain Pembelajaran Dengan Metode Belajar Dari Kesalahan Dengan Film Kartun Sebagai Media Tujuan utama dari penggunaan desain pembelajaran ini adalah siswa bisa lebih aktif didalam pembelajaran dengan menyerahkan kendali sebagai seorang mistake corrector, selain itu di harapkan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep fisika bisa meningkat. Setelah KBM dilaksanakan, siswa dibeli tes evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diajarkan. Setelah lembar jawaban selesai dikoreksi, nilai siswa direkap seperti pada tabel berikut Tabel 7.Rekap nilai siswa Siswa A B C D E F G H I J Nilai Berdasarkan tabel, terlihat 9 siswa berhasil memperoleh nilai di atas standar kelulusan yaitu 80. Dengan demikian presentase keberhasilan pembelajaran tersebut adalah : 9 100% 90% 10 Berdasarkan presentase keberhasilan yang diperoleh, pembelajaran menggunakan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media berhasil membuat siswa paham terhadap konsep gerak Tanggapan Siswa Tentang Desain Pembelajaran Menggunakan Metode Belajar Dari Kesalahan Dengan Film Kartun Sebagai Media Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media pada materi gerak, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 8.Tanggapan siswa terhadap desain pembelajaran menggunakan metode belajar dari kesalahan dengan film kartun sebagai media No Pertanyaan Tanggapan (> 50% siswa) 1 Bagaimana pendapat anda tentang model Menyukai model pembelajaran ini pembelajaran dengan metode Belajar Melalui karena bisa lebih aktif dan kritis Kesalahan dengan media film kartun tom and selama kegiatan pembelajaran jerry yang telah anda ikuti? (apakah anda menyukainya atau tidak) 2 Apakah model pembelajaran yang telah anda ikuti dapat membantu anda dalam memahami pelajaran yang telah diberikan? Sangat membantu karena bisa melihat langsung contoh-contoh dari berbagai gerakan, selain itu lebih kritis saat menemukan konsep yang salah 22

ANALISA KESALAHAN KONSEP PADA FILM KARTUN

ANALISA KESALAHAN KONSEP PADA FILM KARTUN L A M P I R A N ANALISA KESALAHAN KONSEP PADA FILM KARTUN Adegan 1 Penjelasan Adegan Penjelasan Adegan : Karena desakan air diwastafel, Tom dan wastafel terlempar ke atas. Wastafel bergerak lebih cepat

Lebih terperinci

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa. 2 diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa. Berdasarkan pengalaman peneliti pada Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/I Pokok Bahasan : Kinematika Gerak Alokasi : 4 x 2 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum newton, baik Hukum Newton ke I,II,ataupun III. materi lebih dalam mata kuliah fisika dasar 1.Oleh karena itu,sangatlah perlu

BAB I PENDAHULUAN. hukum newton, baik Hukum Newton ke I,II,ataupun III. materi lebih dalam mata kuliah fisika dasar 1.Oleh karena itu,sangatlah perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari hari,banyak aktivitas maupun kegiatan kita tertuang dalam fisika. Salah satu materi yang sering berkaitan adalah penerapan hukum newton, baik

Lebih terperinci

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA PROBLEM SET KINEMATIKA PERKULIAHAN FISIKA DOSEN : Dede Trie Kurniawan, S.Si., M.Pd MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA Fisika_dHeTik_16 Page 1 Fisika_dHeTik_16 Page 2 GERAK LURUS Suatu benda melakukan gerak,

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA NEGERI 4 BANDUNG : FISIKA : X : HUKUM NEWTON TENTANG GERAK : 9 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X/1 Materi Pokok : Hukum Newton Alokasi Waktu : 8 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI HASIL IDENTIFIKASI KETERKAITAN KONSEP DASAR FISIKA TENTANG GAYA DENGAN KEGIATAN YANG SERING DIJUMPAI SISWA SEKOLAH DASAR Lani Prabawati, Diane Noviandini, Ferdy S. Rondonuwu Program Studi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel).

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). B. INDIKATOR : 1. Mendefinisikan pengertian gerak 2. Membedakan

Lebih terperinci

LKS Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan

LKS Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan LKS Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan Mata Pelajaran : Fisika Kelas : X Materi : Gerak Lurus Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan) Kompetensi Dasar 1.1 Bertambah keimanannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 UNTUK SMA/MA KELAS X

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 UNTUK SMA/MA KELAS X RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 UNTUK SMA/MA KELAS X RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Kota Ternate Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Semester :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Lampiran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Kelas : SMA Kristen Indonesia : XI Semester : 2 Program Keahlian Mata Pelajaran Jumlah Pertemuan : IPA : FISIKA : 2 kali pertemuan Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/I Pokok Bahasan : Kinematika Gerak Alokasi : 4 x 2 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar ini, menurut Bovee dalam Asyhar (2011: 4),

II. TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar ini, menurut Bovee dalam Asyhar (2011: 4), 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Alat Peraga sebagai Media Pembelajaran Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang berarti "tengah, perantara, atau pengantar".

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/I Pokok Bahasan : Kinematika Gerak Alokasi Waktu : 4 x 2 JP A. Kompetensi Inti 1. Menghayati

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP N 1 PIYUNGAN Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VIII/ I Materi Pokok : Gerak pada Benda Alokasi Waktu : 12 x 40 menit (12 JP) A. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB Soal dan GLB dan GLBB Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas 10 (X) SMA. Mencakup penggunaan rumusrumus GLBB/GLB dan membaca grafik

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS 1 BAB KINEMATIKA GERAK LURUS I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Perpindahan didefinisikan sebagai. Panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam waktu tertentu Perubahan kedudukan (posisi) suatu benda dalam

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata adalah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja. L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

GERAK LURUS. * Perpindahan dari x 1 ke x 2 = x 2 - x 1 = 7-2 = 5 ( positif ) * Perpindahan dari x 1 ke X 3 = x 3 - x 1 = -2 - ( +2 ) = -4 ( negatif )

GERAK LURUS. * Perpindahan dari x 1 ke x 2 = x 2 - x 1 = 7-2 = 5 ( positif ) * Perpindahan dari x 1 ke X 3 = x 3 - x 1 = -2 - ( +2 ) = -4 ( negatif ) Gerak Lurus 21 GERAK LURUS Suatu benda melakukan gerak, bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik asalnya ( titik acuan ). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peningkatan Penguasaan Konsep Hasil peningkatan penguasaan konsep ditentukan melalui nilai rata-rata gain yang ternormalisasi, yang didapatkan dari pengolahan

Lebih terperinci

GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP

GERAK BENDA DALAM BIDANG DATAR DENGAN PERCEPATAN TETAP 34 MODUL PERTEMUAN KE 4 MATA KULIAH : (2 sks) MATERI KULIAH: Gerak Peluru (Proyektil); Gerak Melingkar Beraturan, Gerak Melingkar Berubah Beraturan, Besaran Angular dan Besaran Tangensial. POKOK BAHASAN:

Lebih terperinci

Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan

Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan BAB 5 GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN A. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan B. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Sejarah siswa yang

Lebih terperinci

Fis-3.4/4.4/1/4-4. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus. Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM

Fis-3.4/4.4/1/4-4. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus. Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM Fis-3.4/4.4/1/4-4 Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM Fis-3.4/4.4/1/4-4 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Fisika b. Semester : I c. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB

PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB PETA KONSEP MATERI GLB DAN GLBB memerlukan Titik acuan contoh Orang naik bus contoh Gerak matahari Pohon berjalan Gerak Semu Terdiri atas Terdiri atas GERAK Terdiri atas Gerak Lurus Terdiri atas Gerak

Lebih terperinci

Gerak Jatuh Bebas. Sehingga secara sederhana persaman GLBB sebelumya dapat diubah menjadi sbb:

Gerak Jatuh Bebas. Sehingga secara sederhana persaman GLBB sebelumya dapat diubah menjadi sbb: Gerak Jatuh Bebas Gerak jatuh bebas adalah gerak yang timbul akibat adanya gaya gravitasi dan benda tidak berada dalam kesetimbangan. Artinya benda terlepas dan tidak ditopang oleh apapun dari segala sisi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

Lebih terperinci

Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanika merupakan bagian dari fisika yang membicarakan hubungan antara gaya, materi, dan gerak. Metode matematika yang dapat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Sekolah : SMA Negeri 2 Sukoharjo Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI MIA / Ganjil Materi Pokok : Gerak Harmonik Sederhana Alokasi Waktu

Lebih terperinci

MATERI gerak lurus GERAK LURUS

MATERI gerak lurus GERAK LURUS MATERI gerak lurus Pertemuan I Waktu : Jarak, Perpindahan, Kelajuan, dan kecepatan :3 JP GERAK LURUS Gerak lurus adalah gerakan suatu benda/obyek yang lintasannya berupa garis lurus (tidak berbelok-belok).

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com Tabel tersebut mendeskripsikan besarnya jarak dan waktu yang diperlukan sepeda untuk bergerak. Dengan menggunakan rumus kelajuan dan percepatan, hitunglah: a. kelajuan sepeda pada detik ke 2, b. kelajuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Dwiwarna Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X / Satu Peminatan : IPA Alokasi Waktu : 2 x 3 JP KOMPETENSI INTI: KI -1 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

KISI KISI UJI COBA SOAL

KISI KISI UJI COBA SOAL KISI KISI UJI COBA SOAL Materi Indikator Soal Alat Evaluasi (soal) Gerak Lurus Disajikan 1. Perhatikan gambar dibawah ini! dengan gambar diagram S R O P Q T Kecepatan cartesius, Siswa dan -6-5 -4-3 -2-1

Lebih terperinci

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH PG Matematika Kelas X 37 Bab 1 Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma Nama Sekolah : SMA dan MA Mata Pelajaran : Matematika Kelas

Lebih terperinci

PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA

PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA 1 PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA Ridho Muhammad Akbar Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia (15 Juli 2013) Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Saran Perbaikan Validasi SARAN PERBAIKAN VALIDASI. b. Kalimat soal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Saran Perbaikan Validasi SARAN PERBAIKAN VALIDASI. b. Kalimat soal 19 NOMOR BUTIR SOAL BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 a. Indicator Tabel 2. Saran Perbaikan asi SARAN PERBAIKAN VALIDASI b. Kalimat soal 2 a. indicator b. kalimat soal 3 a. Indicator b. Grafik diperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK Fransiska Damayanti 1, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1: Dua batu yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan dalam waktu yang sama.

Gambar 3.1: Dua batu yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan dalam waktu yang sama. 1. Jatuh Bebas Bila dua batu yang berbeda beratnya dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari ketinggian yang sama dalam waktu yang sama, batu manakah yang sampai di tanah duluan? Peristiwa di atas dalam Fisika

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017 PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 016/017 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Jogosuran 68 Kecamatan Pasarkliwon Surakarta khususnya di kelas 5 pada mata pelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA MELALUI PENGEMBANGAN EKSPERIMEN GLB PADA PEMBELAJARAN GERAK DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA MELALUI PENGEMBANGAN EKSPERIMEN GLB PADA PEMBELAJARAN GERAK DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA MELALUI PENGEMBANGAN EKSPERIMEN GLB PADA PEMBELAJARAN GERAK DI SMP Drs. Hikmat, M.Si *) Permasalahan Salah satu kemampuan yang dituntut kepada para guru adalah

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS KINEMATIKA GERAK LURUS Mata Pelajaran Kelas Nomor Modul : Fisika : I (Satu) : Fis.X.0 Penulis: Drs. Setia Gunawan Penyunting Materi: Drs. I Made Astra, M.Si Penyunting Media: Dr. Nurdin Ibrahim, M.Pd.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2). 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Proses Tindakan Pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya penelitian deskritif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Diantara

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa

Lebih terperinci

GLB - GLBB Gerak Lurus

GLB - GLBB Gerak Lurus Dexter Harto Kusuma contoh soal glbb GLB - GLBB Gerak Lurus Fisikastudycenter.com- Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), termasuk gerak vertikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Papahan, pada kelas IV. Lokasi penelitian tersebut berada di Kecamatan

Lebih terperinci

9/26/2011 PENYELESAIAN 1 PENYELESAIAN NO 2

9/26/2011 PENYELESAIAN 1 PENYELESAIAN NO 2 PENYELESAIAN 1 Pada gerak selama 20 detik berlaku: V 0 =(15 km/jam)(1000m/km)(1/3600 jam/s)=4,17 m/s V 1 = 60 km/jam = 16,7 m/s t = 20 detik 1. = ½ (V 0 +V 1 ) = ½ (4,17 + 16,7)m/s =10,4 m/s 2. a = (V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), yaitu penelitian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Furchan dalam Hatimah, I (2007:81) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Semester 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

Lebih terperinci

Bab. Gerak Lurus. A. Gerak, Jarak, dan Perpindahan B. Kelajuan dan Kecepatan C. Percepatan D. Gerak Lurus Beraturan E. Gerak Lurus Berubah Beraturan

Bab. Gerak Lurus. A. Gerak, Jarak, dan Perpindahan B. Kelajuan dan Kecepatan C. Percepatan D. Gerak Lurus Beraturan E. Gerak Lurus Berubah Beraturan Bab 3 Sumber: www.google-images.com Pengaturan kecepatan yang tepat pada sebuah kereta api akan mengefektifkan waktu tempuh yang diharapkan. Gerak Lurus Hasil yang harus Anda capai: menerapkan konsep dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN PERTAMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN PERTAMA Satuan pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Alokasi waktu RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN PERTAMA : SMA : Fisika : XII/1 : Elektrostatika : 1 x 2 JP (2 x 45 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB soal dan pembahasan : GLBB dan GLB Posted on November 7, 2010. Filed under: contoh soal Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GERAK DAN GAYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GERAK DAN GAYA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GERAK DAN GAYA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 2 Sub Materi Pokok : Gerak dan Gaya Alokasi Waktu : 20 x 40 menit ( 8 Tatap Muka)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsentrasi Belajar Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu ilmu

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA No Indicator kompetensi Indicator pembelajara n Indikator soal Soal Jeni s soal No soal Kunci Rubrik 1. Mendeskrips Mendeskripsi Menentu Bumi mengelilingi matahari PG 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 5 pada SDN

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR ABDUL AZIZ N.R (K ) APRIYAN ARDHITYA P (K )

GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR ABDUL AZIZ N.R (K ) APRIYAN ARDHITYA P (K ) GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR ABDUL AZIZ N.R (K2310001) APRIYAN ARDHITYA P (K2310011) KOMPETENSI INTI : 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMAN : Fisika : X/dua : Usaha dan Energi : 2 pertemuan (6 x 45 menit) A. KOMPETENSI INTI (KI) KI -1 :

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik gerak pada benda titik dan

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik gerak pada benda titik dan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi : FISIKA : XI/1 : Usaha dan Energi : Usaha dan energi Pertemuan ke- : 1

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS 1

KINEMATIKA GERAK LURUS 1 KINEMATIKA GERAK LURUS 1 Gerak Perhatikan kedudukan benda-benda di sekitarmu yang selalu berubah. Misalnya, teman-temanmu yang hilir mudik di halaman sekolah, mobil atau motor yang melaju di jalan raya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Soal Gerak Lurus = 100

Soal Gerak Lurus = 100 Soal Gerak Lurus 1. Sebuah bola bergerak ke arah Timur sejauh 8 meter, lalu membentur tembok dan berbalik arah sejauh meter. Jarak yang ditempuh bola adalah... Jarak, berarti semua dijumlah 8 meter + meter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dalam Konteks Pembelajaran Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik secara umum maupun secara khusus. Penafsiran tersebut berbeda satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

SILABUS. Indikator Pencapaian Kompetensi

SILABUS. Indikator Pencapaian Kompetensi SILABUS Mata Pelajaran : Fisika Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sleman Kelas : X inti : (Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, Lampiran 03) 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nomor : 02 : SMP N 1 KOTA MUNGKID. Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nomor : 02 : SMP N 1 KOTA MUNGKID. Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Nomor : 02 Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil Materi : SMP N 1 KOTA MUNGKID : Gaya Dan Hukum Newton Alokasi Waktu : 7 Jam Pelajaran ( 3

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Singocandi Kudus melalui model pembelajaran examples non examples

BAB V PEMBAHASAN. Singocandi Kudus melalui model pembelajaran examples non examples BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keterampilan Guru Pada Mata Pelajaran IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPA kelas IV

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

Lebih terperinci