PENGGUNAAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK LEBIH MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DARIPADA SIKAT GIGI KONVENSIONAL PADA PENGGUNA ALAT ORTODONTIK CEKAT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK LEBIH MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DARIPADA SIKAT GIGI KONVENSIONAL PADA PENGGUNA ALAT ORTODONTIK CEKAT."

Transkripsi

1 PENGGUNAAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK LEBIH MENURUNKAN AKUMULASI PLAK GIGI DARIPADA SIKAT GIGI KONVENSIONAL PADA PENGGUNA ALAT ORTODONTIK CEKAT. I MADE BAYU ARYA WINATHA NPM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR

2 2

3 3

4 4 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, serta atas dukungan moril dan materil dari semua pihak sehingga skripsi yang berjudul Penggunaan sikat gigi khusus ortodontik lebih menurunkan akumulasi plak gigi daripada sikat gigi konvensional pada pengguna alat ortodontik cekat., dapat diselesaikan. Skripsi yang telah diselesaikan ini ialah sebagai syarat untuk mencapai derajat S1 pada Program Sarjana Kedokteran Gigi di FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini dapat diselesaikan oleh karena banyaknya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang perlu diberikan penghargaan dan ucapan terimakasih. Oleh karena itu dalam kesempatan ini tidak berlebihan jika penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan tersebut yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, diantaranya : 1. Drg. Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, M. Biomed yang terhormat, selaku pembimbing I yang telah menyetujui usulan penelitian ini, membimbing, serta memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Drg. Hervina yang terhormat, selaku pembimbing II yang tidak pernah bosan membimbing dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Drg. I Putu Yudhi Astaguna Wibawa, M. Biomed yang terhormat selaku dosen penguji yang ikut serta memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5 5 4. Kedua orang tua saya dan keluarga-keluarga besar saya tercinta yang tidak henti memberikan dukungan moral dan materi serta anugrah yang besar dalam hidup saya. 5. Teman-teman angkatan Cranter 2010 tersayang yang selalu membantu dan memberikan motivasi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis dari para pembaca sebagai masukan untuk kedepannya agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dari penulis khususnya bagi para pembaca. Denpasar, 25 Februari 2014 Penulis

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang cukup banyak adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Pada penelitian yang pernah dilakukan ternyata plak sangat berperan pada terjadinya dua penyakit gigi dan mulut tersebut. Menurut hasil survey SKRT (2001), prevalensi karies dan penyakit periodontal masih tinggi yaitu berkisar 80%, bahkan penyakit gigi dan mulut menempati peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat. Penyebab utama kedua penyakit ini adalah plak. Pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal, dilakukan dengan menghilangkan plak (Dewi 2007). Kebersihan mulut yang baik merupakan tantangan bagi pasien orthodontic karena makanan mudah menjadi terperangkap di sekitar bracket dan dibawah archwires sehingga merupakan penghalang pada waktu menyikat gigi (Erbe dkk. 2013). Menghilangkan plak yang cukup efektif adalah dengan pemakaian sikat gigi secara teratur yang bertujuan dengan untuk memelihara kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut (Dewi 2007). Plak yang tidak dibersihkan akan meningkatkan kerentanan terhadap karies dan infeksi periodontal. Oral hygiene yang buruk akan membahayakan dan mengurangi keberhasilan perawatan ortodontic. Diperkirakan diantara 5-10 % pasien fixed orthodontic perawatannya tidak berhasil. Penelitian William menunjukkan bahwa pengguna fixed orthodontic yang memakai sikat gigi

14 14 konvensional kurang bersih dalam menyikat giginya, maka dianjurkan untuk memakai sikat gigi pendamping. Pemakai fixed orthodontic yang menggunakan sikat gigi khusus terlihat tidak ada perbedaan dalam penyingkiran plak dibandingkan dengan sikat gigi konvensional (Yohana 2009). Menyikat gigi merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh setiap orang. Pada umumnya menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan gusi, menimbulkan rasa segar dalam mulut dengan penambahan pasta gigi, mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal, mencegah tertumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi serta dapat memijat gingiva (Yanti dan Natamiharja 2005). Sikat gigi merupakan salah satu alat mekanis yang dianggap paling efektif untuk membersihkan plak. Efektivitas menyikat gigi terutama tergantung pada bentuk sikat gigi, metode, frekuensi dan lamanya menyikat gigi banyak peneliti telah membuktikan bahwa sebagian besar efektivitas menyikat gigi teryata tergantung pada bentuk sikat gigi. Berbagai bentuk baru sikat gigi diciptakan bertujuan untuk lebih efektif dalam pembersihan plak (Sriyono 2006). Sikat gigi yang tersedia di pasaran tersedia manual, elektrik dan sikat khusus untuk pemakai fixed orthodontic. Departemen kesehatan RI menganjurkan agar memakai sikat gigi manual yang berbentuk lurus, pegangan sikat lurus segaris dengan kepala sikat, serta bulu-bulu sikat rata atau datar. Banyak para ahli yang menganjurkan untuk memilih sikat gigi berbentuk lurus. Anjuran ini didukung oleh hasil penelitian Sriyono yang mendapatkan bahwa sikat gigi bentuk lurus efektif dalam pembersihan plak (Sriyono 2006). Pemakai fixed orthodontic dianjurkan untuk memakai sikat gigi desain khusus yaitu baris tengah bulu sikat

15 15 lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada ke dua pinggirnya untuk membantu penyingkiran plak disekitar fixed orthodontic. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pemikiran pada latar belakang, maka timbul permasalahan yaitu: apakah terdapat perbedaan penurunan indeks plak antara sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus pada pemakai fixed orthodontic? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penurunan indeks plak antara sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus orthodontic pada pemakai fixed orthodontic. D. Hipotesis Sikat gigi khusus orthodontic memiliki peranan yang lebih baik dalam menurunkan indeks plak dari pada sikat gigi konvensional dimana nilai rata-rata penurunan indeks plak sikat gigi khusus orthodontic lebih besar daripada sikat gigi konvensional. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada masyarakat luas mengenai indeks plak untuk perencanaan program edukasi dan instruksi kesehatan gigi dan mulut kearah yang lebih baik pada pemakai fixed orthodontic.

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Plak Gigi 1. Definisi Plak Plak gigi merupakan deposit lunak berupa lapisan tipis (biofilm) yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lain dalam rongga mulut termasuk pada restorasi lepasan atau cekat. Plak gigi adalah komunitas mikroba kompleks yang terbentuk pada seluruh permukaan gigi yang terpapar produk bakteri dalam rongga mulut. Komunitas mikroba kompleks dapat terdiri dari bakteri hidup, bakteri yang telah mati serta produk sintesis bakteri, maupun saliva. Plak mempunyai tampilan klinis berupa lapisan bakteri lunak non kalsifikasi yang terakumulasi dan melekat pada gigi/objek lain di dalam mulut seperti restorasi, denture, serta kalkulus, dan dapat terlihat dengan bantuan disclosing agent (Rose dan Mealey 2004). Istilah plak pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada tahun 1898 oleh G.V Black untuk menyebutkan suatu massa pelikel mikroorganisme yang terdapat pada lesi-lesi karies. Sejak itu plak didefinisikan sebagai benda lunak, material kuat yang bertahan pada permukaan gigi dan tidak dapat lepas dengan kumur-kumur air, atau sebagai massa lunak yang konsistensinya terdiri dari sebagai besar variasi bakteri yang bersama-sama melekat dalam sebuah substansi intermikrobial (Ritonga 2005). 16

17 17 2. Komposisi Plak Gigi Berdasarkan hasil penelitian laboratorium diketahui 20% dari plak gigi terdiri atas bahan padat, dan 80% adalah air. Tujuh puluh persen dari bahan padat ini adalah mikroorganisme dan sisanya 30% terdiri atas bahan organik (karbohidrat, protein, dan lemak), dan bahan anorganik (kalsium, fosfor, flourida, magnesium, potassium, dan sodium) (Ritonga 2005). Menurut (Panjaitan 2007) komposisi kimia plak gigi dibagi menjadi : a. Bahan organik 1. Protein Protein merupakan komponen seluler utama plak.protein saliva yang terdapat dalam plak adalah amylase, lysozim, laktoferin, laktoperoksidase, immunoglobublin saliva (SIgA), hialuronidase, kolagenase dan glukosilransferase. Protein berasal dari tuan rumah (host), saliva dan serum. 2. Karbohidrat Karbohidrat dalam plak gigi berbentuk polisakarida dan oligosakarida.terdapat juga pentose, heksosa, gula deoksi.gulagula ini merupakan homopolisakarida seperti glukan (dekstran) dan fruktan (levan). Dekstran dihasilkan dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Levan diperoleh dari pemecahan fruktosa oleh bantuan mikroorganisme plak apabila kekurangan karbohidrat dalam rongga mulut.

18 18 3. Lipid Keberadaan lipid dalam plak masih sedikit yang diketahui, kemungkinan berupa phospholipid yang diperoleh dari tuan rumah (host) atau mikroorganisme gram negatif dalam plak gigi. Hasil penemuan mengemukakan lipid berperan pada awal mineralisasi jaringan berkaitan dengan kemampuan untuk mengikat ion-ion seperti kalsium dan fosfor. b. Bahan anorganik Komponen anorganik plak gigi yaitu kalsium, flour, fosfor, dan sejumlah kecil magnesium, potassium dan sodium. Komponenkomponen ini berada dalam plak dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada di dalam saliva. Komponen ini saling mengikat dalam bentuk garam atau melekat pada permukaan bakteri atau polimer ekstraseluler. Menurut Eley dan Manson (2004), 1 gram plak mengandung 2 x bakteri dan dapat diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 spesies bakteri yang dapat ditemukan di dalam plak tersebut. Unsur lain yang terdapat pada plak gigi adalah sel epitel yang dikelilingi koloni bakteri, leukosit (terutama PMN), eritrosit, protozoa, partikel makanan, dan komponen lain seperti fragmen halus sementum. Selain itu, plak juga dapat berisi mikroorganisme nonbakteri seperti mycopasma, yeast, protozoa, dan virus dengan kadar yang berbeda. 3. Komponen Mikroorganisme Plak Gigi Komponen mikroorganisme di dalam plak umumnya berbeda-beda. Plak pada daerah berlainan dari suatu plak gigi mempunyai komposisi

19 19 mikroorganisme yang berbeda. Kumpulan bakteri di dalamnya dapat mencapai ketebalan yang terdiri atas sel pada permukaan gigi (Panjaitan 2007). Pada saat gigi mulai erupsi, dengan cepat akan dilindungi oleh lapisan tipis (acquired pellicle) diikuti dengan melekatnya bakteri aerob. Bakteri yang pertama kali terlihat adalah streptokokus sanguis yang kemudian diikuti bakteri lainnya. Tetapi, perlekatan awal bakteri tersebut pada hidroksiapatit yang dilapisi pelikel sangat lemah dan reversible sehingga tidak terjadi kolonisasi (Panjaitan 2007). Menurut Panjaitan (2007) berbagai jenis bakteri yang terdapat pada sisi anatomis permukaan gigi pada rongga mulut yaitu : a. Plak supragingiva Bakteri yang predominan adalah kokus gram positif (streptococcus spp: S.mutans, S.sanguis, S.oralis; Rothia dentocariosa; Staphilococcus epidermis), diikuti beberapa batang gram positif dan filament ( Actinomyces spp: A. viscosus, A. Israelis, A. gerencseriae) dan juga beberapa kokus gram negatif ( Veilonella parvula; Neisseria spp). b. Plak subgingiva Bakteri yang biasanya ditemukan adalah spirochete, kokus anaerob dan bakteri Assaccharolytic. c. Plak aproksimal Beberapa penelitian menunjukkan adanya variasi spesies.actinomyces viscosus/naeslundii merupakan mikroorganisme dominan diikuti

20 20 Actinomyces israelli. Streptococcus sanguis adalah yang paling umum, sejumlah besar Streptococcus mutants, veilonella dan berbagai jenis batang gram negatif anaerob juga ditemukan. d. Plak di pit dan fisur oklusal Bagian terdalam dari fisur oklusal berisi sedikit sel bakteri dan sejumlah sel mati. Lebih ke oklusal, plak terdiri atas sel-sel kokus dengan sedikit filament. Streptococcus sanguis, mutans, dan salivarius juga ditemukan. Corynebacteria dan veilonella ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak daripada plak lain. Penelitian dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan menunjukkan bahwa bakteri pada plak yang terdapat di oklusal berisi granul-granul polisakarida dan sedikit matriks ekstraseluler. 4. Macam-macam plak Plak yang mengandung mikroflora patogenik merupakan salah satu faktor utama terhadap terjadi dan berkembangnya penyakit karies gigi dan gingivitis. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host, agen, substrat dan waktu (Sriyono 2006). Plak dianggap sebagai penyebab utama gingivitis. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan penurunan penyakit periodontal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa menyikat gigi masih merupakan metode yang efektif untuk mencegah berkembangnya penyakit jaringan periodontal. Dalam

21 21 perkembangannya plak diklasifikasikan berdasarkan letaknya terhadap tepi gingiva, yaitu : plak supragingiva dan plak subgingiva (Hamsar 2010). Plak supragingiva terletak di atas tepi gingiva, sedangkan plak subgingiva terletak di bawah tepi gingiva, diantara gigi dan dinding sulkus gingiva. Plak supragingiva berhubungan dengan penumpukan mikroba pada permukaan gigi. Mikroba pada permukaan gigi ini dapat menuju ke sulkus gusi sehingga dapat lebih berkontak dengan tepi gingiva. Plak subgingiva berhubungan dengan penumpukan mikroba pada sulkus gingiva maupun pada saku periodontal (Hamsar2010). Plak supragingiva terdapat pada tepi gingiva atau di atas tepi gingiva. Menurut Rose dan Mealey (2004), plak supragingiva merupakan komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada permukaan bagian atas gigi sampai daerah tepi gingiva. Secara klinis, plak supragingiva dapat terlihat sebagai lapisan film tipis yang hampir tidak terlihat pada permukaan gigi ataupun sebagai lapisan material tebal yang menutupi permukaan gigi dan tepi gingiva. Plak subgingiva terdapat di bawah tepi gingiva, antara gigi dan epitel poket gingiva. Menurut Rose dan Mealey (2004), plak subgingiva dapat didefinisikan sebagai komunitas mikroorganisme yang terakumulasi pada permukaan apikal gigi dan tepi gingiva. Secara klinis, plak tersebut tidak mudah terlihat karena tertutup celah gingiva atau poket periodontal. Plak subgingival berhubungan dengan penumpukan mikoba pada sulkus gusi maupun pada saku periodontal. Struktur plak subgingiva mempunyai beberapa kesamaan dengan plak

22 22 supragingival. Karakteristik plak subgingival adalah terdapatnya sejumlah leukosit diantara permukaan kumpulan mikroba dan epitel sulkus gusi. 5. Proses Pembentukan Plak a. Tahapan pembentukan pelikel : Tahapan pembentukan pelikel merupakan tahapan terbentuknya deposit selapis tipis dari protein saliva (terutama glikoprotein) pada permukaan gigi yang dimulai beberapa detik setelah penyikatan gigi. Lapisan pelikel ini tipis, translusen, halus, dan tidak berwarna (Eley dan Manson 2004). b. Tahapan kolonisasi awal bakteri : Pada tahapan ini populasi bakteri akan muncul dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel. Bakteri dapat tersimpan langsung pada namun biasanya bakteri akan melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat menyelubungi glikoprotein saliva. Setelah selang beberapa jam, bakteri jenis Streptococcus dan Actinomyces akan melekat pada pelikel dan kolonisasi bakteri yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam beberapa hari populasi bakteri akan tumbuh, berkembang, dan menyebar keluar dari permukaan gigi. Total waktu pembentukan plak yang diperlukan pada tahapan kedua ini kurang lebih membutuhkan 2 hari (Eley dan Manson 2004).

23 23 c. Tahapan kolonisasi sekunder bakteri dan pematangan plak : Kolonisasi sekunder bakteri muncul dengan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan hasil metabolisme dan pertumbuhan plak primer. Pada tahapan ini terjadi inflamasi gingiva setelah 4-7 hari. Proses inflamasi tersebut menyebabkan terbukanya krevikuler gingiva sehingga menjadi tempat untuk pertumbuhan bakteri dan terjadi inisiasi aliran cairan sulkus gingiva. Kondisi ini akan mengakibatkan bakteri dengan kemampuan metabolik yang berbeda menempel pada plak, termasuk bakteri jenis gram negatif seperti: Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium, dan Bacterioides (Eley dan Manson, 2004). Patogenesis plak dimulai dari aktifitas mikroorganisme yang terkandung dalam plak. Asam yang dihasilkan dari fermentasi gula oleh kokus akan menyebabkan terjadinya demineralisasi lapisan gigi sehingga struktur gigi menjadi rapuh dan mudah berlubang. Toksin-toksin hasil metabolisme bakteri pun dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut (Yohana 2009). 6. Pencegahan Plak Gigi Plak gigi pada perkembangannya berperan pada patogenesis penyakit karies gigi dan penyakit periodontal, maka usaha pencegahan yang dilakukan mencakup kedua penyakit tersebut (Ritonga 2005). Usaha pencegahan dalam hubungannya dengan karies meliputi peningkatan ketahanan permukaan gigi terhadap asam (dengan menggunakan fluoride), konsumsi karbohidrat yang terbatas (kontrol diet),

24 24 dan pengontrolan plak, sedangkan dalam hubungannya dengan penyakit periodontal hanya dengan pengontrolan plak (Ritonga 2005). 7. Kontrol Plak Kontrol plak adalah cara sederhana untuk mendeteksi adanya plak pada permukaan gigi geligi perorangan. Penilaian plak membutuhkan tablet atau larutan disclosing untuk memberi warna pada gigi. Penilaian plak ini dapat digunakan untuk melihat kemajuan seseorang dalam melakukan kontrol plak, serta dapat juga digunakan untuk memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien (Sriyono 2009). Bahan pewarna plak yang digunakan untuk plak kontrol biasanya bewarna merah, walaupun ada yang bewarna biru dan coklat. Plak mempunyai sifat mengikat zat warna sehingga plak yang belum tersingkirkan nampak jelas pada permukaan gigi. Dengan melihat sendiri adanya plak pada permukaan gigi yang tadinya tidak terlihat, maka anak akan lebih menyadari bahwa pada mulutnya terdapat faktor-faktor penyebab penyakit. Hal ini dengan sendirinya akan memotivasi anak untuk membersihkan mulutnya lebih tepat dan baik lagi (Nasution 2002). Menurut Nasution (2002) bahan-bahan pewarna plak bisa berupa tablet atau cairan yaitu : a. Tablet disclosing yang berwarna merah muda. Tablet ini dikenal sebagai disclosing wafer yang pada dasarnya merupakan tablet pewarna makanan eritrosit. Pewarna makanan yang resminya disebut FDC red no.3 (6% larutan dalam air). Larutan ini memakai pelikel dan sealaput lendir menjadi merah yang mengesankan. Kerugian dari

25 25 pemakaian bahan ini adalah warna merah tidak memberikan kontras kuat dengan gingiva secara jelas. b. Larutan dengan bahan dasar iodine. Menggunakan bahan dasar iodine memberi keuntungan dapat member efek yang dramatis. Plak mengalami perubahan warna coklat atau hitam dan daerah yang berhubungan dengan peradangan gingiva akan terlihat warna gelap. Jadi akan sangat mudah untuk memperlihatkan efek plak. Kerugian dari bahan ini adalah mempunyai rasa yang tidak enak dan sukar dihilangkan. Bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang. c. Merkurokrom Bahan dasar dari cairan ini adalah obat merah yang biasa dipakai untuk mengobati luka. Kerugian dari bahan ini adalah mempunyai rasa yang tidak enak dan sukar dihilangkan. Karena rasanya kurang menyenangkan dapat dimintakan ke apotik supaya dibuatkan larutan pewarna plak yang campurannya terdiri dari merkurokrom sebanyak 4,5 gr, minyak permen 2 tetes, gula 0,1 gr dan air (aqua) 90 cc. d. Bahan pewarna lain yang bisa dicampur sendiri atau dipesan di apotik dengan formula seagai berikut : - Fuhsin basa... 6 gr - Etil alcohol 95 % 100 ml - Kalium jodida 1,6 gr - Kristal yodium 1,6 gr - Air...13,4 ml - Gliserin untuk mendapatkan larutan sebanyak 30 ml

26 26 Pada akhir-akhir ini telah pula dikembangkan bahan pewarna plak dengan cairan yang mempunyai sifat mengeluarkan cahaya (Na floresen) dan suatu lampu khusus. Cairan mengabsorsi sinar dalam frekwensi 2000 o o A dan lampu memancarkan sinar dalam daerah frewkensi 4200 o o A. Pasien memasukkan beberapa tetes cairan kedalam mulut dan kemudian kelebihannya diludahkan. Plak menjadi kuning bila lampu diarahkan pada plak. Tetapi pada sinar normal hampir tidak kelihatan. Keuntungan cara ini adalah bisa langsung pulang tanpa dapat terlihat bahwa mereka baru saja menjalani pewarnaan plak. Kerugian cara ini mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sebagai pengganti bahan pewarna lain bisa digunakan sumba/gincu kue bewarna merah muda, baik yang berupa bubuk maupun cairan. Sumba berbentuk bubuk harus dicampur dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan. Bahan ini bisa diperoleh di swalayan atau di warung dengan harga yang lebih murah. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kontrol plak, antara lain: a. Scalling Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi. b. Penggunaan dental floss (benang gigi) Dental floss ada yang berlilin ada pula yang terbuat dari nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah interproksimal

27 27 (celah di antara dua gigi). Serta membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah titik kontak. c. Diet Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan dalam kontrol plak adalah makanan yang banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada jaringan penyangga gigi. d. Kontrol secara periodik Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini. e. Fluoridasi Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan yang dapat membuat lapisan tahan terhadap asam. Penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup, sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan pada gigi dengan menggunakan sendok cetak. f. Menyikat gigi Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untukmenjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar

28 28 dari penyakit gigi dan mulut. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlewati, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. B. Hubungan Antara Plak Gigi Dengan Fixed Orthodontic Keadaan maloklusi akan selalu ada, karena penyebabnya bervariasi, mulai dari keadaan lingkungan, baik prenatal maupun postnatal. Perawatan maloklusi dapat dilakukan baik dengan alat orthodontic lepasan maupun alat cekat. Dalam melakukan perawatan tersebut sangat perlu adanya kerjasama antara penderita dengan dokter gigi yang merawat. Pada penderita yang menggunakan alat orthodonticekat, sangatlah penting untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut, mengingat alatnya yang melekat sedemikian rupa, sehingga memudahkan terbentuknya akumulasi bakteri pada daerah tersebut (Yohana 2009). Adanya bakteri yang terdapat dalam rongga mulut merupakan flora normal dalam keadaaan seimbang pada orang yang tidak menggunakan alat orthodontic. Namun pada pemakai alat orthodontic cekat, keadaannya menjadi berbeda. Alatalat yang terdapat dalam rongga mulut, seperti: bracket, hook, band, cleat, arch wire, elastic, dan lain-lain menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang biak, bakteri dapat melekat leluasa ditempat tersembunyi pada alat-alat tersebut. Bakteri akan bertambah banyak bila penderita kurang merawat giginya dengan cara menggosok gigi. Bakteri yang berakumulasi terdapat dalam plak gigi akan melekat erat pada alat-alat orthodontic, dan tidak akan terlepas bila hanya dengan berkumur-kumur. Plak gigi yang melekat pada alat-alat orthodontic cekat tidak terbuang oleh kumur-kumur harus dibersihkan dengan sikat gigi dan alat bantu tambahan (Welburry 2001).

29 29 Suatu perawatan orthodontic dapat diibaratkan dengan upaya tindakantindakan klinis yang dilakukan secara sistematik berkesinambungan, yang ditujukan untuk memperbaiki suatu keadaan maloklusi dengan menggunakan suatu alat tertentu maupun kombinasi dari beberapa alat. Upaya membersihkan gigi harus dilakukan/diabaikan, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan keras maupun jaringan lunak. Hal tersebut terjadi karena plak gigi berisi akumulasi bakteri akan merusak gigi dan membentuk white spot, yang kemudian akan berkembang lebih lanjut menjadi karies, ini terjadi pada jaringan keras. Sedangkan plak gigi yang menyerang jaringan lu nak, dapat menyebabkan gingivitis marginalis, dan bila kurang perhatian terhadap jaringan itu maka dapat berkembang lebih lanjut, dan akan menjadi kalkulus, atau bahkan dapat ditemukan ulkus. Adanya kalkulus menyebabkan gigi sulit digerakkan ke tempat yang diinginkan (Cozzani 2000). C. Perawatan Fixed Orthodontic 1. Definisi perawatan fixed orthodontic Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani perawatan ortodonti harus mendapat perhatian yang penting dalam menjaga kebersihan giginya. Fixed orthodontic akan mengakibatkan akumulasi plak yang dapat meningkatkan jumlah dari mikroba dan perubahan komposisi dari mikrobial. Retensi plak ini akan beresiko untuk terjadinya lesi white spot maka meningkatkan kerentanan terhadap karies dan infeksi periodontal. Bakteri plak pada gigi merupakan etiologi utama yang menyebabkan gingivitis yang

30 30 merupakan tahap awal terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal (Yohana 2009). 2. Perawatan pada pasien dengan fixedorthodontic Perawatan ortodontic berdasar pada prinsip-prinsip biomekanika.gigi yang susunannya kurang ideal dirawat dengan menggerakkan gigi hingga mencapai posisi yang ideal. Supaya bisa bergerak, dibutuhkan pemasangan alat orthodontic (seperti fixed orthodontic, bracket, karet elastik, dan masih banyak lagi) yang akan diaktivasi setiap interval waktu tertentu saat pasien datang untuk kontrol (Yohana 2009). Piranti fixed orthodontic pada umumnya terdiri dari bracket, band, archwire, elastic, o-ring dan power chain. Bracket merupakan piranti fixed orthodontic yang melekat dan terpasang mati pada gigi-geligi, dimana berfungsi untuk menghasilkan tekanan yang terkontrol pada gigi-geligi. Band merupakan piranti fixed orthodontic yang terbuat dari baja antikarat tanpa sambungan. Band ini dapat diregangkan pada gigi-geligi untuk membuatnya cekat dengan sendirinya (Sukmawaty 2010). Archwire merupakan piranti fixed orthodontic yang menyimpan energi dari perubahan bentuk archwire menggambarkan suatu cadangan gaya yang kemudian dapat dipakai untuk menghasilkan gerakan gigi. Elastics dibuat dalam beberapa bentuk yang sesuai untuk penggunaan ortodontic, tersedia dalam berbagai ukuran dan ketebalan. Gaya yang diberikan oleh elastics menurun sangat cepat di dalam mulut (Sukmawaty 2010). O ring adalah suatu pengikat elastis yang digunakan untuk merekatkan archwire ke bracket biasanya berwarna abu-abu atau bening, tetapi banyak

31 31 juga jenis warna lain yang membuat bracket jadi lebih menarik (Sukmawaty 2010). Power chain terbuat dari tipe elastis yang sama dengan o ring elastis. Pada intinya, power chain seperti ikatan mata rantai dan ditempatkan pada gigi-geligi, bentuknya seperti pita yang bersambung dari satu gigi ke gigi yang lain. Power chain ini berfungsi untuk menutup celah antara gigi-geligi dan memberi kekuatan yang lebih dan menggerakkan gigi lebih cepat. Terkadang power chain ini tetap aktif walaupun celah sudah tertutup, ini untuk memastikan tidak terjadinya relaps (Sukmawaty 2010). Saat alat diaktivasi, terjadi penekanan pada gigi yang diteruskan pada tulang rahang, sehingga akhirnya gigi akan bergeser. Maka itu terkadang pasien akan merasa sakit atau tidak nyaman pada saat pemasangan atau aktivasi alat. Namun tekanan yang diberikan adalah tekanan ringan yang tidak berlebihan, karena jika berlebihan dapat menyebabkan kematian pada gigi. Pada beberapa kasus maloklusi yang cukup berat, tidak cukup ruangan yang tersedia agar gigi dapat bergeser. Untuk itu perlu dilakukan pencabutan gigi, yang jumlah dan letaknya sangat bergantung pada masing-masing kasus. Namun umumnya ada dua gigi yang dicabut pada masing-masing rahang atas dan bawah (Yohana 2009). Fixed Orthodontic dapat dibagi dua, yaitu alat orthodontic lepasan (removable orthodontic appliances) dan cekat (fixed orthodontic appliances). Biasanya pada kasus maloklusi ringan yang tidak memerlukan pencabutan, yang digunakan adalah alat orthodontic lepasan. Alat ini dapat dilepas

32 32 sewaktu-waktu oleh pasien, oleh karena itu tingkat keberhasilan perawatan sangat bergantung pada kedisiplinan pasien itu sendiri (Yohana 2009). Untuk mencegah itu cara penyingkiran plak yang cukup efektif adalah pemakaian sikat gigi secara teratur bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Banyak jenis sikat gigi yang tersedia dipasaran mulai dari sikat gigi manual sampai elektrik. Sikat gigi merupakan alat utama dalam melaksanakan kontrol plak secara mekanis. Intruksi dokter gigi untuk melakukan prosedur oral hygiene di rumah sangatlah penting terutama dalam pemilihan sikat gigi yang dibutuhkan. Sekarang inovasi dalam bidang ini banyak alternatif bagi dokter gigi, diantaranya adalah sikat gigi elektrik, sikat gigi khusus orthodontic dengan berbagai bentuk, oral irigator, dental floss, dan sikat gigi interdental. Banyak penelitian telah mengevaluasi untuk membandingkan alat-alat kebersihan mulut ini (Dewi 2007). D. Sikat Gigi 1. Definisi Menyikat Gigi Menyikat gigi merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh setiap orang. Pada umumnya menyikat gigi bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan gusi, menimbulkan rasa segar dalam mulut dengan penambahan pasta gigi, mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal, mencegah tertumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi serta dapat memijat gingiva (Yanti dan Natamiharja 2005).

33 33 2. Macam-Macam Sikat Gigi Terdapat berbagai macam sikat gigi yang beredar dikalangan masyarakat. Menurut Pratiwi (2009), berdasarkan cara menggerakkannya, sikat gigi dibagi menjadi 3 yaitu : a. Sikat Gigi Elektrik Pada umumnya sikat gigi elektrik mempunyai kepala sikat yang lebih kecil, sehingga dapat membersihkan daerah-daerah dalam mulut yang sulit dicapai. Sikat gigi ini pertama kali dibuat tahun 1939 di Swiss. Pada tahun 1959 pertama kali dipasarkan oleh perusahaan farmasi Squibbdai ADA (American Dental Association) (Pratiwi 2007). Sikat gigi elektrik adalah sikat gigi yang menggunakan baterai dengan kepala sikat kecil, bundar dan bergerak memutar sehingga dapat mencapai daerah permukaan gigi yang sulit dijangkau tanpa penekanan sehingga tidak merusak dan gingiva. b. Sikat Gigi Konvensional Sikat gigi konvensional merupakan sikat gigi yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan sikat gigi ini lebih mudah didapatkan dan dari segi harga jauh lebih terjangkau (Ariningrum 2000). Sikat gigi konvensional terdiri atas kepala sikat, bulu sikat dan tangkai atau pegangannya. Umumnya kepala sikat bervariasi, bentuknya ada yang segiempat, oval, segitiga atau trapesium agar dapat disesuaikan dengan anatomi individu yang berbeda. Kekerasan bulu sikat juga bervariasi seperti keras, sedang, dan lunak. Yang penting diingat bahwa sikat gigi orang dewasa harus berbeda dari sikat gigi anak-anak baik ukuran kepala sikat maupun kekerasan bulu sikatnya. American Dental Association menganjurkan ukuran

34 34 maksimal kepala sikat gigi orang dewasa 29 x 10 mm, anak-anak 20 x 7 mm dan balita 18 x 7 mm (Sukmawaty 2010). c. Sikat Gigi Khusus Orthodontic Beberapa perusahaan membuat sikat gigi khusus untuk pemakai fixed orthodontic, dikenal sebagai sikat gigi bi-level yang bulu sikat pada pinggirnya panjang dan bulu sikat pada bagian tengah lebih pendek. Bulunya dirancang sedemikian rupa agar baris terluar relatif lembut dan panjang. Bulunya dalam pola panjang dan memendek secara bertahap. Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan kotoran yang menempel disela-sela gigi dan kawat, yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi biasa. Yang perlu diperhatikan bahwa pasien perlu hati-hati pada waktu membersihkan plak yang menempel pada kawat agar tidak sampai merusak kawat giginya (Sukmawaty 2010). 3. Metode-Metode Menyikat Gigi a. Teknik Vertical Gerakan vertical, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan fasial gigi dan digerakkan dari atas kebawah atau sebaliknya. Gerakan ini dilakukan didaerah permukaan fasial gigi dari depan sampai belakang. Gerak vertical bertujuan untuk melepaskan sisa makanan yang terselip diantara lekuk permukaan gigi dan antara permukaan gigi dan gusi. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi dan pembersihan yang tidak efektif (Pratiwi 2007). b. Teknik Horizontal Menurut Farani dan Sutardjo (2008) teknik menyikat gigi horizontal dilakukan dengan cara menyikat gigi dengan gerakan ke kiri dan ke kanan

35 35 secara berulang-ulang. Kedua cara tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat menyebabkan abrasi gigi. Teknik menyikat gigi dengan cara ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gingiva dan gigi pada permukaan bukal dan lingual, kemudian digerakkan maju mundur berulang-ulang. Gerakan menggosok pada bidang kunyah dikenal sebagai scrub brush (Pratiwi 2007). c. Teknik Roll Tehnik roll sangat bermanfaat bila digunakan pada gingiva yang sensitif. Bagian samping sikat diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi. Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi. Permukaan oklusal dapat disikat dengan gerakan rotasi (Carranza 2006). d. TeknikCharter Teknik ini dilakukan dengan cara meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi, arahkan 45 derajat pada leher gigi lalu tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerakan berputar dilakukan terlebih dahulu untuk membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak didaerah sela-sela gigi dan pada pasien yang memakai fixed orthodontic (Pratiwi 2009).

36 36 e. Teknik Bass Teknik lain yang dapat digunakan adalah teknik Bass. Teknik ini baik digunakan bila gingiva dalam keadaan sehat, karena teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila digunakan pada jaringan yang terinflamasi dan sensitif. Pada teknik ini ujung sikat harus dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 derajat terhadap sumbu gigi, dengan ujung bulu sikat mengarah ke leher gingiva. Sikat kemudian ditekan kearah ginggiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher gingiva dan juga terdorong masuk diantara gigi. Teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila terinflamasi dan sensitif.bila gingiva dalam keadaan sehat, teknik Bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak (Carranza 2006). f. Teknik Fones atau Teknik Sirkuler Bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaranlingkaran besar, sehingga gigi dan gingiva rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Bagian permukan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil. Untuk bagian ini jika terdapat kesulitan, maka gerakannya dapat diubah ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai melakukan pembersihan gigi, lakukan kumur-kumur, sehingga plak dan kotoran lain yang sudah lepas dapat dihilangkan. Kumur-kumur saja

37 37 tanpa didahului dengan tindakan membersihkan tidak akan dapat menghilangkan plak (Ariningrum 2000) E. Pasta Gigi 1. Definisi Pasta Gigi Pasta gigi didefinisikan suatu bahan semi-aqueous yang digunakan bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta gigi biasa digunakan pada saat menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut (Armi 2011). Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi dan mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut (Vera 2010). 2. Fungsi Pasta Gigi Fungsi utama pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai manfaat kosmetik. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingiva (Armi 2011).

38 38 Dibawah ini akan dijelaskan komposisi pasta gigi beserta fungsinya sebagai berikut (Armi 2011) : a. Bahan abrasif (20-50%) Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silica atau hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat. b. Air (20-40%) Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut. c. Humectant atau pelembab (20-35%) Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab. d. Bahan perekat (1-2%) Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya glyserol,sorbitol dan polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum. e. Surfectanatau Deterjen (1-3%) Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa

39 39 sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini juga memiliki efek antibakteri. f. Bahan penambah rasa (0-2%) Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan. g. Bahan terapeutik (0-2%) Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing bahan terapeutik adalah : 1). Fluoride Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat dalam pasta gigi adalah Stannousfluoride, Sodium fluoride dan Sodium monofluorofosfat.stannous.stannousfluoride atau Tin fluor.merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat stein abuabu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.

40 40 2). Bahan desensitisasi Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitivitas dentin/hipersensi. Bahan sensitivitas yang sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate yang dapat memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan Stronsium chloride yang dapat memblok tubulus dentin. 3). Bahan anti-tartar Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi, misalnya Tetrasodium pyrophospate. 4). Bahan antimikroba Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi misalnya daun sirih dan siwak. 5). Bahan pemutih (0.05-0,5%) Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat, Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate. 6) Bahan pengawet (0,05-0,5%) Bahan pengawet ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate, Methylparabendan Etihylparaben.

41 41 3. Jenis Pasta Gigi Menurut Armi (2011) ada beberapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal. a. Pasta gigi anti karies Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium monofluorofosfat (NaMNF) Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi. Flour sangat berperan penting terhadap peningkatan kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies adalah Colgate, Pepsodent, dan Fluorodine. b. Pasta gigi anti plak Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi plak, kalkulus, dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah triklosan. Triklosan (2,4 trikloro-2 -hidroksi difenil eter) adalah suatu antimikroba anionik dengan spektrum luas (dengan minimal inhibitory concentration atau konsentrasi penghambat minimal terhadap banyak bakteri oral kurang dari 10 μg/g) terhadap kebanyakan bakteri yang membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke permukaan oral tetapi tidak menimbulkan stain. Contoh merek dagangnya adalah Antiplaque, AP-24.

42 42 c. Pasta gigi pemutih Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat, pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah Diamond dan Opale. d. Pasta gigi anti hipersensitivitas Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit, berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citratedan Stronsium chloride. Contoh merek dagangnya adalah Colgate Sensitive, Sensodyne, Sensodyne-F. e. Pasta gigi herbal Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung herbal telah banyak dilakukan oleh para ahli. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab 20-40%, detergen 1-2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5%, dan pewarna <1%. Pasta gigi terapeutik dibagi dalam 2 kelompok yaitu: a. Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil, antibiotik, ammonium dan enzim inhibitor.

43 43 b. Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti : sodium fluoride 0,22%, stannous fluoride 0,4% dan sodium monofluorophosphate 0,76% (Vera 2010). F. Pembersihan Interdental Daerah interdental adalah daerah retensi plak yang paling sering ditemukan dan paling sulit digunakan oleh sikat gigi, sehingga perlu digunakan metode pembersihan khusus. Untuk ini dapat digunakan floss, tusuk gigi, sikat interdental, dan semacam sikat botol dalam ukuran kecil. Flossing dilakukan setidaknya satu kali dalam sehari. Dental floss berbentuk benang ada yang berlilin ada pula yang tidak, ada yang terbuat dari silk atau nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan plak dan memoles daerah interproksimal gigi serta membersihkan partikelpartikel sisa makanan yang tertinggal dibawah titik kontak. Adapun cara menggunakan dental floss adalah sebagai berikut: Dental floss ditekan pada titik kontak antara dua gigi dan digesek-gesekkan pada permukaan distal dan mesial, naik turun, keluar masuk pada gigi tersebut. Kotoran yang keluar dapat dihilangkan dengan kumur-kumur (Carranza 2006).

44 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian uji klinis (clinical trial), yaitu penelitian dengan rancangan eksperimental dengan pendekatan pre test dan post test design group (Chandra 2008). P R S Ra O 1 P 2 O 2 Ra O 3 P 1 O 4 Keterangan : P = Populasi R = Random S = Sampel Ra = Random alokasi P 1 = Perlakuan kelompok 1 diberikan sikat gigi konvensional P 2 = Perlakuan kelompok 2 diberikan sikat gigi khusus orthodontic O 1 = Pengukuran plak gigi kelompok 1 sebelum diberi perlakuan O 2 = Pengukuran plak gigi kelompok 1 setelah diberi perlakuan O 3 = Pengukuran plak gigi kelompok 2 sebelum diberi perlakuan O 4 = Pengukuran plak gigi kelompok 2 setelah diberi perlakuan 44

45 45 B. Identifikasi Variabel 1. Variabel pengaruh : Sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus orthodontic 2. Variabel terpengaruh : Plak Gigi 3. Variabel terkendali : Teknik menyikat gigi C. Definisi Operasional 1. Akumulasi plak gigi Adalah jumlah lapisan lunak yang melekat erat pada permukaan gigi pada pasien fixed orthodontic yang hanya dapat dilihat dengan pemberian disclosing agent. 2. Sikat gigi konvensional Sikat gigi ini memiliki bulu sikat yang halus. Di ujung-ujung bulu sikatnya ada bulu yang lebih halus dan kecil yang bisa menjangkau selasela gigi. Bulu sikat gigi ini terbuat dari nilon karena sifatnya yang elastis dan sangat lembut. Memiliki tangkai sikat yang lurus. Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi Pepsodent Double Care. 3. Sikat gigi khusus orthodontic Sikat gigi ini memiliki baris tengah bulu sikat lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada ke dua pinggirnya untuk membantu penyingkiran plak disekitar alat fixed orthodontic. Sikat yang dipergunakan sikat gigi Enzim Orthodontic. 4. Pemakai fixed ortodontic Adalah orang yang sedang menggunakan alat orthodontic cekat lebih dari satu tahun. Dimana orang tersebut mengalami masalah pada gigi

46 46 sehingga memerlukan alat orthodontic cekat, dan bersedia sebagai sampel untuk penelitian. 5. Teknik menyikat gigi Teknik menyikat gigi yang digunakan adalah teknik menyikat gigi roll yaitu teknik menyikat gigi dengan melakukan gerakan berputar pada seluruh permukaan gigi bagian atas dan bawah. Teknik ini adalah yang paling banyak digunakan, mudah dilakukan, dan cukup efektif. D. Instrumen Penelitian Menurut Quigley dan Hein (1962), pengukuran indeks plak, dilakukan dengan membagi gigi 3 bagian, dan yang diperiksa hanyalah permukaan fasial dari gigi anterior, setelah mempergunakan obat kumur berbahan dasar fuschin sebagai disclosing, rentang penilaian dari 0-5. Turesky dan kawan-kawan memodifikasi penilaian dari Quigley dan Hein, penilaian dilakukan pada seluruh gigi pada bagian permukaan fasial dan lingual setelah pemberian disclosing. Skor plak perorangan diperoleh dari jumlah total dari nilai yang diperoleh dibagi jumlah permukaan yang diperiksa. Kriteria indeks plak modifikasi Turesky-Gilmore-Glickman dari Quigley-Hein adalah sebagai berikut : 0 = Tidak ada plak 1 = Terdapat bercak-bercak plak pada bagian margin servikal dari gigi 2 = Terdapat lapisan tipis plak sampai setebal 1 mm pada bagian servikal margin dari gigi 3 = Terdapat lapisan plak lebih dari 1 mm tetapi mencapai 1/3 bagian mahkota

47 47 4 = Terdapat lapisan plak, lebih dari 1/3, akan tetapi tidak lebih dari 2/3 bagian mahkota 5 = Terdapat lapisan plak, menutupi seluruh permukaan gigi E. Populasi dan Sampel 1.Populasi a. Populasi target : Semua orang yang memakai alat fixed orthodontic b. Populasi terjangkau :mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Mahasaraswati yang menggunakan fixed orthodontic. 2. Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 orang, yaitu 12 orang digunakan sebagai kelompok perlakuan dan 12 orang sebagai kelompok kontrol (Anom 2012). n = 2 x f (. ) (µ 1 - µ 2 ) 2 = 2 x (0,75) 2 x10,5 (1,6-2,6) 2 = 11,8 = 12 Keterangan: n = Jumlah sampel minimun = Standar deviasi kelompok perlakuan µ 1 = Rerata/mean berat badan kelompok sebelum perlakuan µ 2 = Rerata/mean berat badan kelompok sesudah perlakuan

48 48 3. Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan : a. Kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah subyek pria dan wanita yang berumur tahun yang menggunakan fixed orthodontic dengan diagnosis terdapat plak gigi. b. Kriteria eksklusi. Subyek tidak diikut sertakan sebagai sampel apabila menolak untuk dijadikan sampel. F. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Jalan Kamboja Nomor 11 A Denpasar Bali. 2. Waktu Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah selama bulan Desember G. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Alat diagnosis, yaitu: kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset b. Neerbecken c. Cotton pellet d. Sikat gigi konvensional merk Pepsodent e. Sikat gigi khusus orthodontic merk Enzim Orthodontic 2. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Disclossing agent (Merk Prodent) b. Pasta gigi

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT 15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian piranti ortodonti cekat saat ini semakin banyak digunakan di masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil Riset Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi 2.1.1 Definisi Plak Gigi Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling umum adalah karies dan penyakit periodontal. 1 Plak sangat berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. 2 Kontrol

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi ECC dan SECC Early childhood Caries (ECC) dan Severe Early Childhood Caries (SECC) telah digunakan selama hampir 10 tahun untuk menggambarkan status karies pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi Plak gigi memegang peranan penting dalam proses karies gigi dan inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak 2.1.1 Defenisi Plak Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES OLEH : Feradatur Rizka Eninea 11.1101.1022 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka, dan tubuh yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plak Gigi Plak gigi adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu  , BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebersihan mulut merupakan salah satu bagian terpenting pada pasien perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik cekat selalu dihubungkan

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang crowding, irregular, dan protrusif merupakan masalah bagi beberapa orang. Masalah-masalah pada posisi gigi dapat berpengaruh pada fungsi mastikasi dan estetik.1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan dihilangkan bijinya, merupakan makanan ringan populer yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah 10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang terpusat untuk membimbing, mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada umat manusia yang meluas ke seluruh dunia. 1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia dari semua golongan umur, bersifat progresif dan bila tidak dirawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson & Eley, 1993). Plak adalah lapisan tipis yang tidak berwarna (transparan) tidak dapat dilihat dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Siwak Kusumasari (2012) menyatakan bahwa penggunaan siwak sudah bergeser dari tradisional menjadi modern, siwak juga merupakan alat pembersih mulut terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kumur Dahulu obat kumur hanya dianggap sebagai larutan penyegar nafas yang mempunyai aroma, dengan sedikit atau tanpa efek terhadap kesehatan rongga mulut. Obat kumur sangat

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam

BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam menyingkirkan plak dan meningkatkan kesehatan gingiva dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data dari SKRT (Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat luas telah banyak menggunakan alat ortodonti cekat dengan tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat dan komponennya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih di derita oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius tentang kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan akumulatif sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkesinambungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, prevalensi karies dan penyakit periodontal masih sangat tinggi yaitu berkisar 80%, bahkan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut diderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan mulut merupakan suatu keadaan yang bebas dari nyeri kronik mulut dan wajah, kanker mulut dan tenggorokan, sariawan, penyakit periodontal, gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental Plak dental merupakan kumpulan mikroba yang beragam, terdapat dalam matriks pejamu dan polimer bakteri, yang tumbuh pada gigi sebagai biofilm. Menurut World Health

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 39 orang dan harus memenuhi beberapa kriteria:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Bunga Rosella Rosella (Hibiscus sabdariffa) memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar didaerah tropis dan no tropis. Pohon Rosella mulai dikenal di Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan estetik (Fernatubun dkk., 2015).

Lebih terperinci