Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng)"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 53

2 54

3 Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng) B. Bapak Ajan (Panyangahatn di Desa Pahokng) C. Bapak Kadam (Panyangahatn di Desa Pahokng) D. Bapak Lipsen (Panyangahatn di Desa Pahokng) A. Hasil dari wawancara dengan: (Bapak M. Rani) 1. Apa Fungsi Upacara Adat Nyangahatn Bagi Masyarakat Desa Pahokng, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat:Sebagai Doa: 1. Ucapan syukur. 2. Menyampaikan bahwa Tuhan telah memberikan rejeki kepada kita, sehingga kita perlu berterima kasih. 3. Meminta pengampunan atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. 4. Memohon untuk rejeki yang selanjutnya. 2. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan Upacara Tradisional Naik Dango: - Sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan (Jubata), terhadap hasil panen yang telah di tuai dengan hasil panen yang sangat memuaskan dari hasil panen yang telah diperoleh. - Sebagai tanda tutup tahun padi. 3. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan simbolis upacara perobatan: - Untuk menolak bala. - Meminta kesembuhan. 55

4 - Membayar kesalahan. 4. Apa usaha masyarakat Desa Pahokng untuk menjaga agar upacara adat Nyangahatn tetap menjadi budaya mereka: - Membuat upacara adat ke Panyubu (meminta dengan sopan santun). - Membuat upacara adat kepangkalatn (sebagai dasar adat). Yang harus dihadirkan, Pabamang (pembaca doa), membawa kelengkapan alat musik tradisional adat seperti: gong, gendang, dau, serta dengan mengadakan pencak silat, nyanyian dan tarian tradisional adat. 5. Apakah upacara adat Nyangahatn sangat perlu untuk dilestarikan: - Karena upacara adat Nyangahatn merupakan budaya asli suku adat Dayak Kanayatn, dengan bahasa-bahasa adat suku Dayak Kanayatn. Nyangahatn sebagai bentuk penyampaian doa yang dilengkapi dengan bermacam perangkat dan pelengkap adat, di dalam upacara adat Nyangahatn dikenal dengan tiga istilah yaitu, Babamang, Basampakng dan Babaca, yang ketiganya mengandung masing-masing makna tersendiri. Babamang merupakan doa yang tidak perlu menggunakan pelengkap adat seperti sesaji akan tetapi cukup membaca doa saja. Sedangkan Basampakng merupakan makna sebagai rasa untuk menyatakan diri tunduk terhadap segala-galanya, atau disebut dengan kahula yang artinya mohon untuk direstui dan di tanggapi. Untuk Babaca yaitu menyuburkan inti sari kegiatan. 56

5 6. Sebutkan jenis-jenis dan simbol-simbol sesajen dan makna dari simbol itu sendiri yang terdapat dalam upacara adat Nyangahatn: - Pohon: sebagai meja adat atau sebagai penampung rejeki yang akan Tuhan berikan. - Sekapur sirih: sebagai bentuk adat ramah tamah atau sebagai pembukaan cerita. - Ai (air putih dari sungai): sebagai lambang penyuci kesejukan hidup. - Manok (ayam), sebagai bentuk pengorbanan kita, atau sebagai kurban. - Tumpi (cucur), sebagai lambang masakan adat dari kaum wanita. - Poe (pulut), sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. - Bontokng (beras yang dibungkus pakai daun layakng (daun layang) dan di masak di dalam bambu, sebagai ungkapan janji yang telah disepakati bersama. - Talo (telur), sebagai lambang kebulatan mufakat adat. - Gulita (pelita), sebagai lambang terangnya hidup dalam adat. - Kobet (berupa sesajen dalam jumlah sedikit yang di taruh di daun layakng yang dicampur darah ayam, cucur, pulut, lontong, garam dan telur (daun layang), sebagai lambang sosial masyarakat adat. Di dalam kobet terdapat lima macam kobet yaitu, -kobet rayah: sebagai lambang makan bersama, -kobet jajo: sebagai lambang apabila dapat makanan maka harus di bagi-bagi, -kobet panampe: sebagai lambang untuk memberi makan tamu yang datang, -kobet pangamatn (kobet pengaman), sebagai lambang persiapan rumah tangga,-kobetbadarah 57

6 (kobet berdarah), sebagai lambang perjuangan adat yangmelahirkan keberanian dan ketegasan dalam adat. - Duit (uang), sebagai lambang mata adat. - Nyalipa (dupa atau bunga harum), sebagai lambang pengharum adat. - Baras (beras), sebagai pelantar (bakal pelengkap hidup) adat. Artinya harus ada persiapan hidup untuk di kemudian hari. - Baras banyu (beras yang diberi minyak), sebagai lambang persalinan raja kepada adat. - Baras sasah (beras yang dicampur dengan air), sebagai lambang kebersihan adat. - Kulit langir, minyak, bunga selasih sebagai lambang perhiasan adat. - Tungkat atau pulut yang dimasak dalam bambu panjang dan diberi lubang di tengah (tongkat), sebagai lambang tongkat adat atau sebagai pusat adat. 7. Ada berapa macam keperluan upacara adat Nyangahatn: - Untuk mendirikan rumah. - Membuka dan menutup aliran sungai (bendungan). - Membuka dan menutup jalan. - Membuka tanah perladangan. - Basaru sumangat, (memanggil semangat). - Batalah (memberikan nama kepada bayi atau anak yang baru lahir). - Babalak (bersunat) untuk batas umur dari anak-anak menjadi dewasa. - Panganten (menikah) menyatukan antara laki-laki dan perempuan. 58

7 - Baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Ngamar (memadu) laki-laki mempunyai istri 2 orang. - Bacare (bercerai atau berpisah). - Barobat (berobat secara tradisi adat). - Gawe padi (pesta setelah panen padi). - Tama rumah barahu (memasuki rumah baru). - Karusakatn (orang yang meninggal). - Adat ukuman (adat hukuman). 8. Bagaimana sistem solidaritas di lingkungan masyarakat yang melaksanakan Upacara Adat Nyangahatn: Sistem solidaritas dan gotong royong saat upacara dilaksanakan sangatlah terasa kebersamaan serta kekompakannya, karena dalam kegiatan ini melibatkan banyak pihak yang bisa untuk membantu, seperti contoh: kepala Desa, keluarga, wali, tetangga dan masyarakat datang untuk membantu dan menyaksikan serta mencicipi berkat yang telah disiapkan oleh keluarga yang melaksanakan upacara tersebut. Lebih banyak tamu yang akan dating apabila kegiatannya besar, begitu sebaliknya, akan sedikit jumlah tamu yang datang apabila kegiatannya kecil. 9. Bagaimana tata cara peraturan saat upacara adat Nyangahatn berlangsung: Si Pabamang/Panyangahatn (pembaca doa) harus pertama untuk datang, kemudian bagi yang akan didoakan harus sudah siap terlebih dahulu, para saksi dan ahli waris harus datang pada saat upacara diadakan, kemudian selama upacara berlangsung setiap orang harus bisa saling menghargai, sopan 59

8 dan menjaga suasana agar tetap aman dan tenteram, sampai upacara tersebut selesai. 10. Apa yang menjadi keterbatasan generasi penerus untuk menjadi seorang Panyangahatn serta persyaratan dan pantangan yang harus di taati: Untuk generasi penerus menjadi seorang Panyangahatn memang ada, akan tetapi jumlahnya sangatlah sedikit, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan cinta terhadap budaya dan tradisi daerah masing-masing, disamping itu kemajuan teknologi yang membuat manusia merasa sangat malas dan segalanya dapat dikatakan instan, adapun syarat-syarat untuk menjadi Panyangahatn diantaranya sebagai berikut: - Sudah melakukan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Sudah dilantik oleh picara (pembicara), pemimpin adat. 11. Apa yang menjadi pantangan untuk seorang Panyangahatn: Baik, sopan dan tidak cacat hukum, paham dan mengerti tentang adat, harus bisa berpantang dalam hal tingkah laku dan cara makannya, kemudian kebersihan secara jasmani dan rohani sangat diperhatikan. 12. Resiko apa saja yang ada di dalam Upacara Adat Nyangahatn bagi si Pabamang atau Panyangahatn: Tidak ada resiko bagi panyangahatn apabila sudah melaksanakan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan) sebelum melaksanakan upacara adat baulakng maka resikonya ada yaitu: hidupnya bisa merosot, bisa gila bahkan meninggal dunia, apabila terdapat kesalahan dalam pembacaan 60

9 doadalam upacara adat Nyangahatn maka si Panyangahatn harus meminta maaf kepada Tuhan (Jubata) di akhir pembacaan doa. B. Hasil dari wawancara dengan: (Bapak Ajan) 1. Apa Fungsi Upacara Adat Nyangahatn Bagi Masyarakat Desa Pahokng, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat:Sebagai Doa: 1. Sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan. 2. Pemberitahuan kepada Jubata bahwa penduduk akan berladang sekaligus mohon restu agar berhasil. 3. Memohon seluruh persembahan secara bersama-sama disertai mantera pemujaan yang khusus. 2. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan Upacara Tradisional Naik Dango: - Sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan (Jubata), atas hasil panen padi yang telah dilaksanakan oleh warga masyarakat Landak. 3. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan simbolis upacara perobatan: - Untuk menolak segala macam roh jahat. - Meminta keselamatan dan kesembuhan. - Membayar kesalahan yang telah dilakukan. 4. Apa usaha masyarakat Desa Pahokng untuk menjaga agar upacara adat Nyangahatn tetap menjadi budaya mereka: - Melaksanakan upacara adat Nyangahatn secara turun-temurun. 61

10 - Mewariskan tradisi upacara adat Nyangahatn kepada generasi penerus. Apakah upacara adat Nyangahatn sangat perlu untuk dilestarikan. 5. Sebutkan jenis-jenis dan simbol-simbol sesajen dan makna dari simbol itu sendiri yang terdapat dalam upacara adat Nyangahatn: - Pohon: sebagai meja adat atau sebagai penampung rejeki yang akan Tuhan berikan. - Sekapur sirih: sebagai bentuk adat ramah tamah atau sebagai pembukaan cerita. - Ai (air putih dari sungai): sebagai lambang penyuci kesejukan hidup. - Manok (ayam), sebagai bentuk pengorbanan kita, atau sebagai kurban. - Tumpi (cucur), sebagai lambang masakan adat dari kaum wanita. - Poe (pulut), sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. - Bontokng (beras yang dibungkus pakai daun layakng (daun layang) dan dimasak didalam bambu, sebagai ungkapan janji yang telah disepakati bersama. - Talo (telur), sebagai lambang kebulatan mufakat adat. - Gulita (pelita), sebagai lambang terangnya hidup dalam adat. - Kobet (berupa sesajen dalam jumlah sedikit yang di taruh di daun layakng yang dicampur darah ayam, cucur, pulut, lontong, garam dan telur (daun layang), sebagai lambang sosial masyarakat adat. Di dalam kobet terdapat lima macam kobet yaitu, -kobet rayah: sebagai lambang makan bersama, - kobet jajo: sebagai lambang apabila dapat makanan maka harus di bagi-bagi, - kobet panampe: sebagai lambang untuk 62

11 memberi makan tamu yang datang, - kobet pangamatn (kobet pengaman), sebagai lambang persiapan rumah tangga, - kobet badarah (kobet berdarah), sebagai lambang perjuangan adat yang melahirkan keberanian dan ketegasan dalam adat. - Duit (uang), sebagai lambang mata adat. - Nyalipa (dupa atau bunga harum), sebagai lambang pengharum adat. - Baras (beras), sebagai pelantar (bakal pelengkap hidup) adat. Artinya harus ada persiapan hidup untuk di kemudian hari. - Baras banyu (beras yang diberi minyak), sebagai lambang persalinan raja kepada adat. - Baras sasah (beras yang dicampur dengan air), sebagai lambang kebersihan adat. - Kulit langir, minyak, bunga selasih sebagai lambang perhiasan adat. - Tungkat atau pulut yang dimasak dalam bambu panjang dan diberi lubang di tengah (tongkat), sebagai lambang tongkat adat atau sebagai pusatadat. 6. Ada berapa macam keperluan upacara adat Nyangahatn: - Untuk mendirikan rumah. - Membuka dan menutup aliran sungai (bendungan). - Membuka dan menutup jalan. - Membuka tanah perladangan. - Basaru sumangat, (memanggil semangat). - Batalah (memberikan nama kepada bayi atau anak yang baru lahir). - Babalak (bersunat) untuk batas umur dari anak-anak menjadi dewasa. 63

12 - Panganten (menikah) menyatukan antara laki-laki dan perempuan. - Baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Ngamar (memadu) laki-laki mempunyai istri 2 orang. - Bacare (bercerai atau berpisah). - Barobat (berobat secara tradisi adat). - Gawe padi (pesta setelah panen padi). - Tama rumah barahu (memasuki rumah baru). - Karusakatn (orang yang meninggal). - Adat ukuman (adat hukuman). 7. Bagaimana sistem solidaritas di lingkungan masyarakat yang melaksanakan Upacara Adat Nyangahatn: Sistem solidaritas dan gotong royong saat upacara dilaksanakan yaitu dengan cara membantu keluarga yang sedang mengadakan upacara adat Nyangahatn saat upacara dimulai sampai selesai. 8. Bagaimana tata cara peraturan saat upacara adat Nyangahatn berlangsung: Si Pabamang/Panyangahatn (pembaca doa) harus pertam kali datang, kemudian bagi yang akan didoakan harus sudah siap terlebih dahulu, para saksi dan ahli waris harus datang pada saat upacara diadakan, kemudian selama upacara berlangsung setiap orang harus bisa saling menghargai, sopan dan menjaga suasana agar tetap aman dan tenteram, sampai upacara tersebut selesai. 9. Apa yang menjadi keterbatasan generasi penerus untuk menjadi seorang Panyangahatn serta persyaratan dan pantangan yang harus di taati: 64

13 Untuk generasi penerus menjadi seorang Panyangahatn memang ada, akan tetapi jumlahnya sangatlah sedikit, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan cinta terhadap budaya dan tradisi daerah masing-masing, disamping itu kemajuan teknologi yang membuat manusia merasa sangat malas dan segalanya dapat dikatakan instan, adapun syarat-syarat untuk menjadi Panyangahatn diantaranya sebagai berikut: - Sudah melakukan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Sudah dilantik oleh picara (pembicara), pemimpin adat. 10. Apa yang menjadi pantangan untuk seorang Panyangahatn: Baik, sopan dan tidak cacat hukum, paham dan mengerti tentang adat, harus bisa berpantang dalam hal tingkah laku dan cara makannya, kemudian kebersihan secara jasmani dan rohani sangat diperhatikan. 11. Resiko apa saja yang ada di dalam Upacara Adat Nyangahatn bagi si Pabamang atau Panyangahatn: Tidak ada resiko bagi panyangahatn apabila sudah melaksanakan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan) sebelum melaksanakan upacara adat baulakng maka resikonya ada yaitu: hidupnya bisa merosot, bisa gila bahkan meninggal dunia, apabila terdapat kesalahan dalam pembacaan doa dalam upacara adat Nyangahatn maka si Panyangahatn harus meminta maaf kepada Tuhan (Jubata) di akhir pembacaan doa. C. Hasil dari wawancara dengan: (Bapak Kadam) 1. Apa Fungsi Upacara Adat Nyangahatn Bagi Masyarakat Desa Pahokng, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat: 65

14 - Sebagai media pewarisan untuk mempertahankan tradisi suku Dayak Kanayatn yang ada di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Landak. 2. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan Upacara Tradisional Naik Dango: - Sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan (Jubata), terhadap hasil panen yang telah di tuai dengan hasil panen yang sangat memuaskan dari hasil panen yang telah diperoleh. - Sebagai tanda tutup tahun padi. 3. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan simbolis upacara perobatan: - Mengusir segala bentuk roh-roh jahat, dan untuk meminta kesembuhan. 4. Apa usaha masyarakat Desa Pahokng untuk menjaga agar upacara adat Nyangahatn tetap menjadi budaya mereka: - Membuat upacara adat ke Panyubu (meminta dengan sopan santun). - Membuat upacara adat kepangkalatn (sebagai dasar adat). 5. Apakah upacara adat Nyangahatn sangat perlu untuk dilestarikan: - Upacara adat Nyangahatn sangat perlu untuk dilestarikan karena upacara adat Nyangahatn merupakan tradisi dari nenek moyang kita dahulu yang harus kita jaga dan dilestarikan. 6. Sebutkan jenis-jenis dan simbol-simbol sesajen dan makna dari simbol itu sendiri yang terdapat dalam upacara adat Nyangahatn: - Pohon: sebagai meja adat atau sebagai penampung rejeki yang akan Tuhan berikan. 66

15 - Sekapur sirih: sebagai bentuk adat ramah tamah atau sebagai pembukaan cerita. - Ai (air putih dari sungai): sebagai lambang penyuci kesejukan hidup. - Manok (ayam), sebagai bentuk pengorbanan kita, atau sebagai kurban. - Tumpi (cucur), sebagai lambang masakan adat dari kaum wanita. - Poe (pulut), sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. - Bontokng (beras yang dibungkus pakai daun layakng (daun layang) dan di masak di dalam bambu, sebagai ungkapan janji yang telah disepakati bersama. - Talo (telur), sebagai lambang kebulatan mufakat adat. - Gulita (pelita), sebagai lambang terangnya hidup dalam adat. - Kobet (berupa sesajen dalam jumlah sedikit yang di taruh di daun layakng yang dicampur darah ayam, cucur, pulut, lontong, garam dan telur (daun layang), sebagai lambang sosial masyarakat adat. Di dalam kobet terdapat lima macam kobet yaitu, - kobet rayah: sebagai lambang makan bersama, - kobet jajo: sebagai lambang apabila dapat makanan maka harus di bagi-bagi, -kobet panampe: sebagai lambang untuk memberi makan tamu yang datang, -kobet pangamatn (kobet pengaman), sebagai lambang persiapan rumah tangga, - kobet badarah (kobet berdarah), sebagai lambang perjuangan adat yang melahirkan keberanian dan ketegasan dalam adat. - Duit (uang), sebagai lambang mata adat. - Nyalipa (dupa atau bunga harum), sebagai lambang pengharum adat. 67

16 - Baras (beras), sebagai pelantar (bakal pelengkap hidup) adat. Artinya harus ada persiapan hidup untuk di kemudian hari. - Baras banyu (beras yang diberi minyak), sebagai lambang persalinan raja kepada adat. - Baras sasah (beras yang dicampur dengan air), sebagai lambang kebersihan adat. - Kulit langir, minyak, bunga selasih sebagai lambang perhiasan adat. - Tungkat atau pulut yang dimasak dalam bambu panjang dan diberi lubang di tengah (tongkat), sebagai lambang tongkat adat atau sebagai pusat adat. 7. Ada berapa macam keperluan upacara adat Nyangahatn: - Untuk mendirikan rumah. - Membuka dan menutup aliran sungai (bendungan). - Membuka dan menutup jalan. - Membuka tanah perladangan. - Basaru sumangat, (memanggil semangat). - Batalah (memberikan nama kepada bayi atau anak yang baru lahir). - Babalak (bersunat) untuk batas umur dari anak-anak menjadi dewasa. - Panganten (menikah) menyatukan antara laki-laki dan perempuan. - Baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Ngamar (memadu) laki-laki mempunyai istri 2 orang. - Bacare (bercerai atau berpisah). - Barobat (berobat secara tradisi adat). 68

17 - Gawe padi (pesta setelah panen padi). - Tama rumah barahu (memasuki rumah baru). - Karusakatn (orang yang meninggal). - Adat ukuman (adat hukuman). 8. Bagaimana sistem solidaritas di lingkungan masyarakat yang melaksanakan Upacara Adat Nyangahatn: 9. Sistem solidaritas yaitu dilakukan dengan cara bergotong-royong antar masyarakat kepada keluarga yang mengadakan upacara adat Nyangahatn. Bagaimana tata cara peraturan saat upacara adat Nyangahatn berlangsung: Si Pabamang/Panyangahatn (pembaca doa) harus pertama untuk datang, kemudian bagi yang akan didoakan harus sudah siap terlebih dahulu, para saksi dan ahli waris harus datang pada saat upacara diadakan, kemudian selama upacara berlangsung setiap orang harus bisa saling menghargai, sopan dan menjaga suasana agar tetap aman dan tenteram, sampai upacara tersebut selesai. 10. Apa yang menjadi keterbatasan generasi penerus untuk menjadi seorang Panyangahatn serta persyaratan dan pantangan yang harus di taati: Untuk generasi penerus menjadi seorang Panyangahatn memang ada, akan tetapi jumlahnya sangatlah sedikit, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan cinta terhadap budaya dan tradisi daerah masing-masing, di samping itu kemajuan teknologi yang membuat manusia merasa sangat malas dan segalanya dapat dikatakan instan, adapun syarat-syarat untuk menjadi Panyangahatn diantaranya sebagai berikut: 69

18 - Sudah melakukan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Sudah dilantik oleh picara (pembicara), pemimpin adat. 11. Apa yang menjadi pantangan untuk seorang Panyangahatn: Baik, sopan dan tidak cacat hukum, paham dan mengerti tentang adat, harus bisa berpantang dalam hal tingkah laku dan cara makannya, kemudian kebersihan secara jasmani dan rohani sangat diperhatikan. 12. Resiko apa saja yang ada di dalam Upacara Adat Nyangahatn bagi si Pabamang atau Panyangahatn: Tidak ada resiko bagi panyangahatn apabila sudah melaksanakan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan) sebelum melaksanakan upacara adat baulakng maka resikonya ada yaitu: hidupnya bisa merosot, bisa gila bahkan meninggal dunia, apabila terdapat kesalahan dalam pembacaan doa dalam upacara adat Nyangahatn maka si Panyangahatn harus meminta maaf kepada Tuhan (Jubata) di akhir pembacaan doa. D. Hasil dari wawancara dengan: (Bapak Lipsen) 1. Apa Fungsi Upacara Adat Nyangahatn Bagi Masyarakat Desa Pahokng, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat:Sebagai Doa: - Sebagai media pemeliharaan kehidupan spiritual dalam arti menjaga keberadaan sumber keyakinan, harapan dan segala arah kehidupan manusia. 2. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan Upacara Tradisional Naik Dango: 70

19 - Sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan (Jubata), terhadap hasil panen yang telah di tuai dengan hasil panen yang sangat memuaskan dari hasil panen yang telah diperoleh. - Sebagai media memelihara semangat solidaritas baik antar sesama masyarakat, alam semesta dan Tuhan. 3. Apa fungsi Upacara Adat Nyangahatn terhadap kegiatan simbolis upacara perobatan: - Untuk menolak bala. - Meminta kesembuhan. - Membayar kesalahan. 4. Apa usaha masyarakat Desa Pahokng untuk menjaga agar upacara adat Nyangahatn tetap menjadi budaya mereka: - Membuat upacara adat ke Panyubu (meminta dengan sopan santun). - Membuat upacara adat kepangkalatn (sebagai dasar adat). Yang harus dihadirkan, Pabamang (pembaca doa), membawa kelengkapan alat musik tradisional adat seperti: gong, gendang, dau, serta dengan mengadakan pencak silat, nyanyian dan tarian tradisional adat. 5. Apakah upacara adat Nyangahatn sangat perlu untuk dilestarikan: - Karena upacara adat Nyangahatn merupakan budaya asli suku adat Dayak Kanayatn, dengan bahasa-bahasa adat suku Dayak Kanayatn. Nyangahatn sebagai bentuk penyampaian doa yang dilengkapi dengan bermacam perangkat dan pelengkap adat, di dalam upacara adat 71

20 Nyangahatn dikenal dengan tiga istilah yaitu, Babamang, Basampakng dan Babaca, yang ketiganya mengandung masing-masing makna tersendiri. Babamang merupakan doa yang tidak perlu menggunakan pelengkap adat seperti sesaji akan tetapi cukup membaca doa saja. Sedangkan Basampakng merupakan makna sebagai rasa untuk menyatakan diri tunduk terhadap segala-galanya, atau disebut dengan kahula yang artinya mohon untuk direstui dan di tanggapi. Untuk Babaca yaitu menyuburkan inti sari kegiatan. 6. Sebutkan jenis-jenis dan simbol-simbol sesajen dan makna dari simbol itu sendiri yang terdapat dalam upacara adat Nyangahatn: - Pohon: sebagai meja adat atau sebagai penampung rejeki yang akan Tuhan berikan. - Sekapur sirih: sebagai bentuk adat ramah tamah atau sebagai pembukaan cerita. - Ai (air putih dari sungai): sebagai lambang penyuci kesejukan hidup. - Manok (ayam), sebagai bentuk pengorbanan kita, atau sebagai kurban. - Tumpi (cucur), sebagai lambang masakan adat dari kaum wanita. - Poe (pulut), sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. - Bontokng (beras yang dibungkus pakai daun layakng (daun layang) dan di masak di dalam bambu, sebagai ungkapan janji yang telah disepakati bersama. - Talo (telur), sebagai lambang kebulatan mufakat adat. - Gulita (pelita), sebagai lambang terangnya hidup dalam adat. 72

21 - Kobet (berupa sesajen dalam jumlah sedikit yang di taruh di daun layakng yang dicampur darah ayam, cucur, pulut, lontong, garam dan telur (daun layang), sebagai lambang sosial masyarakat adat. Di dalam kobet terdapat lima macam kobet yaitu, - kobet rayah: sebagai lambang makan bersama, - kobet jajo: sebagai lambang apabila dapat makanan maka harus di bagi-bagi, - kobet panampe: sebagai lambang untuk memberi makan tamu yang datang, - kobet pangamatn (kobet pengaman), sebagai lambang persiapan rumah tangga, - kobet badarah (kobet berdarah), sebagai lambang perjuangan adat yang melahirkan keberanian dan ketegasan dalam adat. - Duit (uang), sebagai lambang mata adat. - Nyalipa (dupa atau bunga harum), sebagai lambang pengharum adat. - Baras (beras), sebagai pelantar (bakal pelengkap hidup) adat. Artinya harus ada persiapan hidup untuk di kemudian hari. - Baras banyu (beras yang diberi minyak), sebagai lambang persalinan raja kepada adat. - Baras sasah (beras yang dicampur dengan air), sebagai lambang kebersihan adat. - Kulit langir, minyak, bunga selasih sebagai lambang perhiasan adat. - Tungkat atau pulut yang dimasak dalam bambu panjang dan diberi lubang di tengah (tongkat), sebagai lambang tongkat adat atau sebagai pusat adat. 73

22 7. Ada berapa macam keperluan upacara adat Nyangahatn: - Untuk mendirikan rumah. - Membuka dan menutup aliran sungai (bendungan). - Membuka dan menutup jalan. - Membuka tanah perladangan. - Basaru sumangat, (memanggil semangat). - Batalah (memberikan nama kepada bayi atau anak yang baru lahir). - Babalak (bersunat) untuk batas umur dari anak-anak menjadi dewasa. - Panganten (menikah) menyatukan antara laki-laki dan perempuan. - Baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Ngamar (memadu) laki-laki mempunyai istri 2 orang. - Bacare (bercerai atau berpisah). - Barobat (berobat secara tradisi adat). - Gawe padi (pesta setelah panen padi). - Tama rumah barahu (memasuki rumah baru). - Karusakatn (orang yang meninggal). - Adat ukuman (adat hukuman). 8. Bagaimana sistem solidaritas di lingkungan masyarakat yang melaksanakan Upacara Adat Nyangahatn: Sistem solidaritas dan gotong royong saat upacara dilaksanakan sangatlah terasa kebersamaan serta kekompakannya, karena dalam kegiatan ini melibatkan banyak pihak yang bisa untuk membantu, seperti contoh: kepala Desa, keluarga, wali, tetangga dan masyarakat datang untuk membantu dan 74

23 menyaksikan serta mencicipi berkat yang telah disiapkan oleh keluarga yang melaksanakan upacara tersebut. Lebih banyak tamu yang akan datang apabila kegiatannya besar, begitu sebaliknya, akan sedikit jumlah tamu yang datang apabila kegiatannya kecil. 9. Bagaimana tata cara peraturan saat upacara adat Nyangahatn berlangsung: Si Pabamang/Panyangahatn (pembaca doa) harus pertama untuk datang, kemudian bagi yang akan didoakan harus sudah siap terlebih dahulu, para saksi dan ahli waris harus datang pada saat upacara diadakan, kemudian selama upacara berlangsung setiap orang harus bisa saling menghargai, sopan dan menjaga suasana agar tetap aman dan tenteram, sampai upacara tersebut selesai. 10. Apa yang menjadi keterbatasan generasi penerus untuk menjadi seorang Panyangahatn serta persyaratan dan pantangan yang harus di taati: Untuk generasi penerus menjadi seorang Panyangahatn memang ada, akan tetapi jumlahnya sangatlah sedikit, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan cinta terhadap budaya dan tradisi daerah masing-masing, di samping itu kemajuan teknologi yang membuat manusia merasa sangat malas dan segalanya dapat dikatakan instan, adapun syarat-syarat untuk menjadi Panyangahatn diantaranya sebagai berikut: - Sudah melakukan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan). - Sudah dilantik oleh picara (pembicara), pemimpin adat. 75

24 11. Apa yang menjadi pantangan untuk seorang Panyangahatn: Baik, sopan dan tidak cacat hukum, paham dan mengerti tentang adat, harus bisa berpantang dalam hal tingkah laku dan cara makannya, kemudian kebersihan secara jasmani dan rohani sangat diperhatikan. 12. Resiko apa saja yang ada di dalam Upacara Adat Nyangahatn bagi si Pabamang atau Panyangahatn: Tidak ada resiko bagi panyangahatn apabila sudah melaksanakan upacara adat baulakng (pesta ulang tahun pernikahan) sebelum melaksanakan upacara adat baulakng maka resikonya ada yaitu: hidupnya bisa merosot, bisa gila bahkan meninggal dunia, apabila terdapat kesalahan dalam pembacaan doa dalam upacara adat Nyangahatn maka si Panyangahatn harus meminta maaf kepada Tuhan (Jubata) di akhir pembacaan doa. 76

25 Gambar 1. Bapak M. Rani (Temenggung dan Panyangahatn di Desa Pahokng). (Sumber : Dok. Pribadi). Gambar 2. Bapak Ajan (Panyangahatn di Desa Pahokng) (Sumber : Dok. Pribadi). 77

26 Gambar 3. Bapak Kadam (Panyangahatn di Desa Pahokng) (Sumber : Dok. Pribadi). Gambar 4. Bapak Lipsen (Panyangahatn di Desa Pahokng ) (Sumber : Dok. Pribadi). 78

27 Gambar 1.Warga sedang mengikuti Prosesi upacara adat Nyangahatn salah satu warga di Desa Pahokng. (Sumber : Dok. Pribadi). Gambar 2.Panyangahatn sedang melantunkan mantera untuk memulai upacara adat Nyangahatn.. (Sumber : Dok. Pribadi). 79

28 Gambar 3.Upacara Nyangahatn di Panyubu samak Uma sawah/ladang. (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 4.Panyangahatn sedang memanggil Awa Pama (Jubata). (Sumber: Dok. Pribadi). 80

29 Gambar 5.Warga sedang memegang sesaji bersama untuk memohon berkat dan keselamatan mereka. (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 6.Warga sedang memasak Lemang/Poe (sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. (Sumber: Dok. Pribadi). 81

30 Gambar 7.Lemang/Poe yang sudah matang untuk upacara adat Nyangahatn. (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 8.Kue Cucur sebagai lambang masakan adat dari kaum perempuan untuk upacara adat Nyangahatn. (Sumber: Dok. Pribadi). 82

31 Gambar 9. Bontokng (beras yang dibungkus dengan daun layang, dengan cara dimasak dalam bambu dibakar menggunakan kayu bakar. (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 10. Kobet, Kobet merupakan lambang sosial masyarakat, kobet merupakan sesajen yang ditaruh di daun layang (layakng) yang isinya: darah ayam,cucur, lemang, lontong, garam, dan telur. (Sumber: Dok. Pribadi). 83

32 Gambar 11.Kulit langir, minyak bunga selasih, dan Tungkat (bambu yan diisi beras kemudian dimasak dalam bambu).gambar ini mempunyai simbol perhiasan adat. (Sumber: Dok. Pribadi) Gambar 12.Manok atau ayam yang sudah dimasak, tungkat, kobet, lambang pengorbanan, kekuatan dan perhiasanadat. (Sumber: Dok. Pribadi). 84

33 Gambar 13. Baras Talo (beras dan Telur). Telur sebagai lambang kebulatan mufakat adat. Beras sebagai lambang pelantar (bakal pelengkap hidup). Air dalam cangkir sebagai lambang penyucian, beras pulut sebagai lambang pengikat tali persaudaraan. (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 14.Gulita (lampu minyak tanah) lambang terangnya hidup dalam adat. (Sumber: Dok. Pribadi). 85

34 Gambar 15.Sesaji yang sudah lengkap dalam upacara adat Nyangahatn ka rumah (di rumah keluarga yang mengadakan upacara adat Nyangahatn). (Sumber: Dok. Pribadi). Gambar 16. Panyangahatn sedang membacakan doa atau mantera Nyangahatn di dekat pohon besar. (Sumber: Dok. Pribadi). 86

35 Jenis-jenis dan simbol-simbol sesaji dan makna dari simbol itu sendiri yang terdapat dalam upacara adat Nyangahatn : 1. Pohon: sebagai meja adat atau sebagai penampung rejeki yang akan Tuhan berikan. 2. Sekapur sirih: sebagai bentuk adat ramah tamah atau sebagai pembukaan cerita. 3. Ai (air putih dari sungai): sebagai lambang penyuci kesejukan hidup. 4. Manok (ayam), sebagai bentuk pengorbanan kita, atau sebagai kurban. 5. Tumpi (cucur), sebagai lambang masakan adat dari kaum wanita. 6. Poe (pulut), sebagai lambang masakan adat dari kaum laki-laki. 7. Bontokng (beras yang dibungkus pakai daun layakng (daun layang) dan di masak di dalam bambu, sebagai ungkapan janji yang telah disepakati bersama. 8. Talo (telur), sebagai lambang kebulatan mufakat adat. 9. Gulita (pelita), sebagai lambing terangnya hidup dalam adat. 10. Kobet (berupa sesajen dalam jumlah sedikit yang di taruh di daun layakng yang di beri darah ayam, cucur, pulut, lontong, garam dan telur (daun layang), sebagai lambang sosial masyarakat adat. Di dalam kobet terdapat lima macam kobet yaitu, - kobet rayah: sebagai lambang makan bersama, - kobet jajo: sebagai lambang apabila dapat makanan maka harus di bagi-bagi, - kobet panampe: sebagai lambang untuk memberi makan tamu yang datang, - kobet pangamatn (kobet pengaman), sebagai lambang persiapan rumah tangga, - kobet badarah (kobet berdarah), sebagai lambang perjuangan adat yang melahirkan keberanian dan ketegasan dalam adat. 11. Duit (uang), sebagai lambang mata adat. 12. Nyalipa (dupa atau bunga harum), sebagai lambang pengharum adat. 13. Baras (beras), sebagai pelantar (bakal pelengkap hidup) adat. Artinya harus ada persiapan hidup untuk di kemudian hari. 14. Baras banyu (beras banyu beras yang diberi minyak), sebagai lambang persalinan raja kepada adat. 15. Baras sasah (beras yang dicampur dengan air), sebagai lambang kebersihan adat. 16. Kulit langir, minyak, bunga selasih sebagai lambang perhiasan adat. 17. Tungkat atau pulut yang dimasak dalam bambu panjang dan diberi lubang di tengah (tongkat), sebagai lambang tongkat adat atau sebagai pusat adat. 87

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYAK KANAYATN DALAM TRADISI UPACARA NAIK DANGO (STUDI DI DESA PADANG PIO KECAMATAN BANYUKE HULU KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT)

PERAN PEREMPUAN DAYAK KANAYATN DALAM TRADISI UPACARA NAIK DANGO (STUDI DI DESA PADANG PIO KECAMATAN BANYUKE HULU KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT) 104 JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 PERAN PEREMPUAN DAYAK KANAYATN DALAM TRADISI UPACARA NAIK DANGO (STUDI DI DESA PADANG PIO KECAMATAN BANYUKE HULU KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT) Priani Wina*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Tempala 1. Letak Geografis Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji Paidang, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI

UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI UPACARA ADAT DAYAK NGAJU KALIMANTAN TENGAH ACARA ADAT PENGANTEN MANDAI (IRINGAN TARIAN NGALINDAP PUNEI) Di susun oleh : LILIS MANIQ CITRA BUDAYA SANGGAR SENI BELAJAR KESENIAN TRADISIONAL KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA

BAB III ANALISIS DATA BAB III ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dipaparkan analisis struktural yang terdapat di dalam komposisi. Komposisi Ansambel perkusi untuk musik tarian etnis suku Dayak Kanayatn yang berjudul BAHUMA merupakan

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA

GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA HERMAN DIDIPU Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo herdi.ung@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) 1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) Jenis Benda ( Cagar Budaya ) : Keraton/Musium Kesultanan Bulungan : Kec. Tanjung Palas. Kab. Bulungan

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh TRADISI UPACARA ADAT BABORE SEBAGAI SARANA PENGOBATAN TRADISIONAL BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK KANAYATN DESA HILIR TENGAH KECAMATAN NGABANG KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini dapat dilihat bahwa adat sistem perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami

Lebih terperinci

Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri

Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri Negara kecil itu sedang dilanda perang saudara dan kaum gerilya bertempur di mana-mana. Seorang pemuda ditangkap dan nyawanya terancam jika ia tidak mau melepaskan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagi macam suku dan terdiri dari beberapa propinsi yang memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda antara satu propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat. Di Desa Hilir Tengah ini, tradisi upacara

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran

E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ingat, Merariq itu merupakan prosesi adat, di mana seorang lakilaki harus siap membawa lari calon istrinya. Dan Merariq itu merupakan pembuktian ketangkasan seorang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kondisi Desa Sekendal 1. Letak Geografis Kondisi geografis Desa Sekendal adalah berbukit bukit karena Desa Sekendal merupakan Desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (4/10)

Seri Iman Kristen (4/10) Seri Iman Kristen (4/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Kejatuhan Manusia Kode Pelajaran : DIK-P04 Pelajaran 04 - KEJATUHAN MANUSIA DAFTAR ISI Ayat Alkitab Ayat Kunci 1. Larangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT Suardi Akademi Keuangan dan Perbankan Grha Arta Khatulistiwa ABSTRACT This study aimed to describe

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NYANGAHATN BABURUKNG PADA UPACARA ADAT PERLADANGAN DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARAT Suardi, A. Totok Priyadi, Christanto Syam Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wilayah Kecamatan Ngabang. Desa Hilir Tengah merupakan gabungan dari dua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wilayah Kecamatan Ngabang. Desa Hilir Tengah merupakan gabungan dari dua BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kondisi Desa Hilir Tengah 1. Letak Geografis Desa Hilir Tengah adalah merupakan satu desa yang termasuk dalam bagian wilayah Kecamatan Ngabang. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu:

PEMBAHASAN Dalam masyarakat Sasak, mengenal beberapa cara pelaksanaan perkawinan yaitu: PROSESI PERKAWINAN ADAT SASAK 1 Oleh : I Gusti Ngurah Jayanti 2. PENDAHULUAN Perkawinan merupakan sebuah fenomena budaya yang hampir terdapat di semua komunitas budaya, khususnya di Indonesia. Perkawinan

Lebih terperinci

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

Pengetahuan Baik & Jahat. Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan. Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

Tugas Seorang. Istri

Tugas Seorang. Istri Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 15 Nopember 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 15 Nopember 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

BAB III ARUH DALAM MASYARAKAT DAYAK PITAP. Pitap merupakan wilayah pegunungan di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Hulu

BAB III ARUH DALAM MASYARAKAT DAYAK PITAP. Pitap merupakan wilayah pegunungan di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Hulu BAB III ARUH DALAM MASYARAKAT DAYAK PITAP 3.1. LETAK DAN ASAL MULA DAYAK PITAP Pitap merupakan wilayah pegunungan di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Hulu Sungai Utara/Balangan. Dayak Pitap merupakan

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yohanes 7 Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yesus dan Saudara-saudaraNya Yesus pada Pesta Pondok Daun Mesiaskah Dia? Penjaga Bait Allah Disuruh Menangkap Yesus Aliran Air Hidup Pertentangan

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum Desa Cuhai Cuhai adalah desa yang ada di Kabupaten Lamandau. Tepatnya ada di Kecamatan Lamandau. Desa Cuhai terletak di sebelah selatan kota Nanga

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy MAKNA TRADISI ADAT BARANYUN BAGI SUKU DAYAK BALANGIN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS MASYARAKAT DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Skripsi diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

1 1-2 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman yang tinggal di kota

1 1-2 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman yang tinggal di kota Surat Paulus kepada jemaat Kolose 1 1-2 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman yang tinggal di kota Kolose yaitu kalian yang sudah disucikan oleh Allah karena bersatu dengan Kristus Yesus dan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER

RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER RANGKUMAN PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS 3 SEMESTER 2 Pelajaran 12. Sakramen Bapis 1) Ada 7 sakramen yang diakui oleh Gereja, yaitu: a) Sakramen Bapis b) Sakramen Ekarisi c) Sakramen Krisma d) Sakramen

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesta merupakan suatu acara sosial yang dimaksudkan sebagai perayaan, dengan perjamuan makan dan minum dengan suasana yang sangat meriah. Baik yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman adat istiadat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama merupakan pengembangan kebudayaan nasional karena kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN DAN ADAT WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Objek 1. Keadaan Geografis Kecamatan Duduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) Oleh: Yuli Ernawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Yuli.erna13@yahoo.com Abstrak:Rumusan

Lebih terperinci