BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Tempala 1. Letak Geografis Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji Paidang, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Kondisi geografis Desa Keranji Paidang secara keseluruhan adalah mempunyai dataran rendah dan masih ada terdapat daerah berbukit. Jarak Desa Keranji Paidang dengan Kecamatan ± 7 Km dan jarak Desa Keranji Paidang dengan Kabupaten yaitu ke Ngabang ± 45 Km. Dalam wilayah Desa Keranji Paidang, Dusun Tempala terletak ditengah-tengah dusun dan desa yang lain, dimana mempunyai perbatasan wilayah dengan desa yaitu: Batas Utara Batas Timur Batas Selatan Batas Barat : Desa Banying : Desa Sidas : Desa Pahauman : Desa Paloan 2. Luas Wilayah Luas Wilayah Desa Keranji Paidang adalah ,96 m 2 yaitu secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Tanah Sawah Tanah Kering Tanah Rawa : 824 ha : 1500 ha : 100 ha 24

2 Lahan Perkebunan Hutan Produksi Hutan Lindung : ha : 200 ha : 420 ha 3. Kependudukan Uraian kependudukan berdasarkan sumber daya manusia berisi tentang: (a). Struktur penduduk berdasarkan jumlahnya, (b). Struktur penduduk berdasarkan jenjang pendidikan, (c). Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian. a. Uraian struktur penduduk berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel I Jumlah Penduduk Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila JUMLAH JIWA NO NAMA DUSUN KK LK PR JUM 1 KERANJI PAIDANG 345 KK DUSUN KALIMUE 264 KK DUSUN BANDANG 148 KK DUSUN TEMPALA 192 KK DUSUN OTO BANYIUR 172 KK JUMLAH KK (Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012) Dari tabel diatas tampak jelas bahwa jumlah Penduduk Desa Keranji Paidang tahun 2012 akhir bulan Desember sebanyak jiwa terdiri dari laki-laki jiwa, perempuan jiwa dengan KK yang dibagi berdasarkan perdusun. Dimana jumlah penduduk di Dusun Tempala tahun 25

3 2012 akhir bulan desember sebanyak 844 jiwa terdiri dari laki-laki 481 jiwa, perempuan 363 jiwa dengan 192 KK. b. Struktur penduduk berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel II Pendidikan Penduduk Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 SD SMP SMA 92 4 D1-5 D2-6 D3 2 7 S1 2 (Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012) Dari data di atas penduduk dusun Tempala yang sudah bersekolah sebanyak 435 jiwa. 26

4 b. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel III Mata Pencaharian Penduduk Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk 1 Petani PNS 5 3 Pedagang 7 4 Wiraswasta 2 5 Tidak bekerja 87 6 Lainnya 50 (Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012) Dari data di atas sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 495 jiwa. 4. Sistem Mata Pencaharian dan Ekonomi Mata pencaharian pokok masyarakat Kalimantan Barat adalah bertani, menoreh getah (nyadap karet) dan menangkap ikan (nelayan). Selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri, anggota ABRI, Pensiunan, Swasta, Penjual Jasa, Buruh, Pedagang dan lain sebagainya. Namun ada juga yang bekerja merangkap, misalnya di samping bekerja sebagai Pegawai Negeri juga bekerja sebagai petani. Keadaan ini berkaitan dengan letak tempat tinggal mereka. Mata pencaharian sebagai nelayan dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pantai, seperti: Pemangkat, Mempawah dan Tanjung Satai Ketapang. Sedangkan mata pencaharian bercocok tanam padi atau bertani, 27

5 dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat di daerah pedesaan bahkan di daerah yang berbukit-bukit dimana hutannya masih luas serta humus tanah masih tebal sehingga dengan sistem ini sangat subur bagi tanaman. Begitu pula halnya dengan mata pencaharian menoreh getah (nyadap karet). Pada masyarakat setempat bertani terbagi dalam dua sistem, yaitu sistem pertanian sawah dan sistem pertanian ladang. Pada masyarakat Dayak Kanayatn khususnya di Dusun Tempala, mata pencahariannya adalah berladang atau bersawah. Selain itu mata pencaharian lain adalah menyadap karet, dan berkebun. Dengan tingginya harga komoditi kelapa sawit, telah banyak masyarakat merubah kehidupan mereka dengan menanam kelapa sawit sebagai tambahan disamping komoditi karet. 5. Sistem Kepercayaan atau Religi Sistem kepercayaan atau religi adalah rangkaian keyakinan dari suatu kelompok masyarakat yaitu manusia terhadap sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Pada zaman dahulu masyarakat Dayak percaya kepada makhluk halus, seperti orang gaib, orang limonan atau hantu-hantu penunggu kampung. Atau dengan kata lain orang yang terkadang kelihatan terkadang menghilang. Mereka tinggal di tempat yang dianggap keramat seperti lembah-lembah yang ada di dalam batu besar serta pohon-pohon besar. Manusia menjadi yakin bahwa ada kehidupan lain sesudah kematian dan juga merupakan alam gaib (supranatural). Karena manusia menginginkan kehidupan yang tenteram dan bahagia di dunia akhirat, maka manusia selalu berusaha dalam suatu keadaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Di dalam 28

6 sistem religi juga termaksud berbagai aktivitas upacara religius serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi antara manusia dengan kekuatan alam gaib yaitu dengan cara sesaji dengan menyediakan makanan seperti, telur ayam kampung, sekapur sirih, pinang dan rokok serta ayam yang disembelih diambil darahnya. Namun sesuai dengan kemajuan zaman saat ini kepercayaan itu mulai hilang dan digantikan oleh agama yang sekarang semakin berkembang dengan pesat sehingga orang-orang tua yang dahulunya beragama (animisme) sekarang sudah beragama diantaranya Katolik dan Protestan, walaupun pada prakteknya masih banyak yang menganut kepercayaan lama sesuai dengan tradisi. Kepercayaan pada leluhur yang menghargai dan menempatkan roh nenek moyang pada hirarki tertinggi yang dapat menjaga segala kehidupannya dari mara bahaya dan pengaruh jahat dari luar. 6. Adat Istiadat Adat istiadat merupakan kumpulan ide-ide, keyakinan, konsep-konsep, dan cara-cara untuk mengambil bagian secara aktif dalam usaha-usaha pembangunan atau pelaksanaan adat itu sendiri (J. U. Lontaan, 1975: 266). Adat istiadat yang dijalankan dalam masyarakat Dayak Kanayatn, dikontrol oleh sesepuh adat yang disebut Pengurus Adat, yang mempunyai lembaga adat disebut Dewan Adat. Dewan adat inilah yang mengurus dan mengatur pelaksanaan adat di tingkat Propinsi, Kecamatan, Desa sampai tingkat Dusun. Pelaksanaan adat tertinggi dipimpin oleh Timanggong atau Temenggung yang mempunyai bawahan disebut Pasirah atau Anak Raga sebagai pelaksana harian adat. 29

7 Adat istiadat yang dilaksanakan dalam masyarakat Dayak Kanayatn, khususnya di Dusun Tempala dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu mengadakan upacara dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan berhubungan dengan siklus kehidupan manusia. 7. Kesenian Masyarakat Dayak a. Seni pahat dan seni ukir Seni patung dalam masyarakat Dayak Kanayatn biasanya disebut pantak, pantak merupakan simbol penting dalam pemujaan sebagai pengambaran arwah nenek moyang yang telah meninggal. Pantak berfungsi sebagai penolak bala, selain itu Pantak juga bisa digunakan sebagai pengobatan orang sakit dengan cara melakukan pemujaan untuk meminta agar cepat sembuh. Pantak biasanya dipasang di hutan dekat sungai yang tidak jauh dari perkampungan. Seni topeng dan seni patung masih terdapat di Kalimantan Barat. Kebiasaan topeng biasa dilakukan pada saat upacara Notokng. Notokng adalah upacara ritual yang dilakukan lima tahun sekali, tergantung kepada pelaksanaannya. Biasanya pelaksanaan ritual seperti ini dilakukan oleh orang tertentu yang masih menyimpan kepala kayau. Kepala kayau adalah kepala nenek moyang pada zaman dahulu yang sekarang ini masih ada. Kepala kayau hanya bisa disimpan oleh keturunan pengayau yang telah diwariskan secara turuntemurun. Seni ukir merupakan salah satu bentuk simbolis yang paling menonjol dalam kebudayaan Dayak. Karakter kehidupan dan budaya masyarakatnya tergambar dalam kesenian tersebut, sehingga dengan melihat kesenian itu dapat 30

8 diketahui kebudayaan suku yang bersangkutan. Hal ini karena kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di wilayahnya, dengan demikian ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat pula. b. Seni anyam Kegiatan kreatif bagi masyarakat Dayak Kanayatn adalah seni anyam. Seni semacam ini sudah lama diwariskan secara turun temurun. Bahkan kebanyakan bahan yang digunakan dari rotan. Sedangkan hasilnya berupa bakulbakul kecil dan besar, keranjang atau tikar yang mempunyai motif beragam. c. Seni tari Seni tari yang terdapat di Kalimantan Barat ada dua yaitu tarian upacara ritual dan tarian upacara kesenian. Perbedaan yang mendasar dari kedua bentuk kesenian itu terletak pada proses penggunaannya. Tarian ritual dibawakan pada saat melakukan kegiatan upacara ritual. Tarian tersebut bersifat sakral dan harus digunakan tepat pada waktu dan tempatnya. Tarian kesenian dilakukan pada saat upacara syukuran atau melakukan kegiatan sanggar untuk menyambut tamu yang menghadiri acara tersebut. Tarian ini diiringi ketukan gong dan pukulan alat-alat musik yang berbeda, sehingga menghasilkan irama yang diinginkan sesuai dengan lagu daerah. B. Kesenian Jonggan 1. Sejarah Kesenian Jonggan Jonggan muncul pertama kali di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Nama 31

9 Jonggan mulai muncul pada tahun 1950 oleh Camat Impan (Kepala Camat yang memimpin Kecamatan Sengah Temila pada saat itu). Adapun dari idenya yaitu untuk mendorong masyarakat untuk membangun jalan dari desa ke desa maka dia mengambil simpati masyarakat dengan mengadakan kesenian Jonggan. Jonggan berasal dari bahasa Dayak yang dalam bahasa Indonesia artinya joget atau menari. Jonggan merupakan kesenian tari-tarian sebagai ungkapan kegembiraan dikalangan masyarakat Dayak Kanayatn. Jonggan muncul pertama kali di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Nama Jonggan mulai muncul pada tahun 1950 oleh Camat Impan (Kepala Camat yang memimpin Kecamatan Sengah Temila pada saat itu). Adapun dari idenya yaitu untuk mendorong masyarakat untuk membangun jalan dari desa ke desa, maka dia mengambil simpati masyarakat dengan cara mengadakan kesenian Jonggan. Melihat perkembangan Jonggan yang begitu pesat, muncul keinginan dari Camat Impan untuk melestarikan kesenian tradisional Jonggan sebagai sarana gotong royong, yang tujuannnya agar memudahkan masyarakat di kampung untuk memasarkan hasil-hasil pertanian maupun hutan ke Pasar pada waktu itu. Wujudnya masyarakat diminta untuk membangun jalan dari kampung ke kampung yang terisolir. Malam harinya masyarakat dihibur oleh kelompok kesenian Jonggan yang diselenggarakan oleh Camat Impan secara gratis untuk melepas lelah dan kepenatan setelah siang harinya mereka bergotong royong membangun jalan. 32

10 Akhirnya misi Camat Impan ini berhasil, tidak sekedar menghibur masyarakat jalan dari kampung ke kampung pun terbuka dan patut diingat pada waktu itu tradisi kesenian Jonggan ini juga dilaksanakan untuk mengupayakan agar tidak meluasnya salah satu jenis kesenian tradisional lainnya yang agak menyimpang dari kebiasaan masyarakat Dayak yaitu Mak Iyong. Kesenian Mak Iyong ini dinilai merusak tatanan moral orang Dayak karena penarinya dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar terhadap lawannya dan sebaliknya, kalau istilah zaman sekarang disebut karaoke tempel sehingga kesenian ini menimbulkan kesan pornografi. (wawancara kepada Bapak Miden). Kesenian tradisional Jonggan diselenggarakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan). Adapun kesenian Jonggan ini dilaksanakan untuk berbagai keperluan seperti bayar niat, dan naik dango. Misalnya seorang petani yang mendapatkan padi yang berlimpah maka ia akan mengadakan Jonggan. Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu kesenian Jonggan juga dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn sebagai sarana hiburan, misalnya melaksanakan hajatan sunatan atau babalak, acara perkawinan, festival, acara penyambutan tamu penting dan hiburan pasar malam. 2. Bentuk Kesenian Jonggan Bentuk seni pertunjukan adalah tidak lepas kaitannya dengan masyarakat yang melestarikan dan menjaganya. Sebagai kesenian tradisional, bentuk kesenian Jonggan sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana 33

11 ia lahir, tumbuh dan berkembang. Pola pikir masyarakat dan faktor lingkungan menjadikan kesenian Jonggan mempunyai peranan penting sebagai salah satu aktivitas sosial budaya yang sudah barang tentu bentuk penyajiannya selaras dengan tingkat kreativitas dan kedudukan masyarakat pendukungnya. Dalam pertunjukan kesenian Jonggan biasanya kostum yang dipakai adalah baju kebaya, paca (kain batik panjang), dan selendang. Kostum yang digunakan para penari Jonggan adalah sangat sederhana tidak banyak menggunakan aksesoris atau atribut. Pada pertunjukan Jonggan, penari Jonggan merupakan pusat pertunjukan yaitu penari selalu menari di tengah panggung. Lazimnya terdapat 5 sampai 7 penari Jonggan, mereka biasanya menari secara berpasangan dengan penonton. Bagi para penonton yang ingin menari mereka harus menunggu giliran sampai namanya dipanggil. Ketika musik suling bambu mulai dimainkan sebagai awal musik pembuka mulai terdengar dengan membawakan tembang tertentu penari Jonggan mulai turun untuk menari. Tidak lama berselang, para pangebeng (penonton yang telah membeli karcis) naik ke atas panggung untuk ikut menari dengan para penari Jonggan. Mereka pun menari secara berpasang-pasangan. Akan tetapi jumlah penari Jonggan tidak harus 5 sampai 7 orang, namun sangat dipengaruhi oleh keuangan yang dimiliki oleh si pengundang. Semakin banyak penari Jonggan yang diundang berarti dia memiliki dana yang mencukupi. 34

12 Gerakan tari Jonggan ini disajikan dari awal hingga akhir merupakan gerak yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju mundur, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan. Dasar gerak tari Jonggan ini adalah gerakan silat yang digunakan untuk melindungi diri dari lawan penari yang ingin menyentuh anggota tubuh si penari. Namun hal ini tidak pernah terjadi sebab dalam gerak tari Jonggan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika di mana antara pangebeng (penonton yang menari) dengan yang di kebeng (penari Jonggan) saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun. Sedangkan untuk musik yang mengiringi para penari disebut musik Jonggan, yang diiringi oleh 1 penyanyi, 1 orang peniup suling bambu dan 4 orang penabuh, yaitu 1 orang penabuh kendhang, 1 orang gong, 2 orang penabuh saron dan biasanya menggunakan alat musik dau. Instrumen pengiring tersebut merupakan musik yang khusus untuk mengiringi para penari pada saat disajikannya kesenian Jonggan. Irama musik yang digunakan dalam mengiring kesenian Jonggan ada dua yaitu irama lembut dan irama lincah. Irama musik yang lembut seperti lagu We Jonggan, We Ola dan Punke Barayun sedangkan irama musik yang lincah yaitu lagu Kasih Sayang, Male en dan Pak Unjank. Penyajian musik Jonggan ini tergantung dari permintaan atau pilihan para si pangebeng yang ingin menari. Mereka diberi kebebasan untuk menentukan lagu yang mereka inginkan. 35

13 Namun sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara adat yang disebut nyangahatn. Tujuan dari upacara nyangahatn ini yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan kepada Jubata dan awa pama (roh-roh leluhur) agar pelaksanaan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Setelah selesai melaksanakan upacara adat nyangahatn maka dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jonggan pada malam hari yang dimulai sekitar pukul sampai selesai. Dahulu kesenian Jonggan ini hanya diadakan pada saat masyarakat telah memanen hasil padinya. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Jubata. Bagi mereka yang hasil panennya melimpah maka mereka akan membayar niatnya tadi dengan mengadakan kesenian Jonggan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini juga dilaksanakan bagi masyarakat Dayak Kanayatn yang tergolong mampu melaksanakan hajatan seperti acara kawinan, dan sunatan maka untuk acara hiburannya mereka mengadakan kesenian Jonggan. 3. Struktur dan Waktu Pertunjukan a. Struktur Pertunjukan Seperti kesenian lainnya, didalam kesenian Jonggan terdapat uruturutan penyajian. Namun sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara adat yang disebut nyangahatn. Tujuan dari upacara nyangahatn ini yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan kepada Jubata agar pelaksanaan kesenian Jonggan 36

14 ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Setelah selesai melaksanakan upacara adat nyangahatn maka dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jonggan pada malam hari. Secara berturut-turut urutan pertunjukan kesenian Jonggan dari awal pelaksanaan upacara adat sampai pementasan kesenian Jonggan adalah sebagai berikut: 1. Upacara Nyangahatn Nyangahatn artinya sama dengan berdoa. Hampir setiap peristiwa yang berkaitan dengan adat istiadat selalu diikuti dengan peristiwa nyangahatn. Tujuan upacara nyangahatn ini adalah bapadah, yang artinya memberitahukan atau meminta izin dan meminta perlindungan kepada Jubata (Tuhan) agar pelaksanaan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Sebab dalam pertunjukan Jonggan ini menggunakan alat-alat musik tradisional dimana dalam membunyikan alat-alat musik ini merupakan hal yang sangat sakral karena memanggil roh-roh jadi jika kita membunyikan alat musik tersebut harus bertutur sapa untuk meminta izin dan meminta keselamatan agar tidak diganggu. (Wawancara dengan Bapak Lusi). Komunikasi dengan Jubata senantiasa memerlukan sarana perantara yang disebut panyangahatn. 2. Sarana Upacara Nyangahatn Sarana merupakan hal-hal yang mendukung upacara pada saat berlangsung. Sarana-sarana tersebut antara lain: 37

15 a. Kalangkakng, yaitu tempat yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk menyimpan palantaratn atau sesajen yang dipersembahkan kepada Jubata (Tuhan) dan awa pama (roh-roh leluhur). b. Tumpang, yaitu tempat memberi makan para roh-roh leluhur yang terbuat dari daun kelapa yang masih berwarna hijau, bentuknya persegi empat dan di atasnya disediakan sesajen. c. Palantaratn, yaitu sesajen yang akan dipersembahkan kepada rohroh leluhur. d. Tempayan, yaitu tempat yang dianggap sakral oleh suku Dayak. e. Berbagai jenis makanan untuk sesajen yang diberikan kepada rohroh leluhur, seperti : 1 ekor manok kampong (ayam kampung), poe atau pulut yang dimasak didalam bambu, tumpi bagare (sejenis cucur yang terbuat dari tepung beras yang hanya dicampur dengan garam), bontong (nasi yang dibungkus dengan daun), baras poe (beras ketan), baras dana (beras biasa), baras kuning (beras kuning), dan talo manok (telur ayam), tembakau, rokok daun, daun sirih, pinang, sekapur sirih, rokok, dan jarum. (Wawancara dengan Bapak Yohanes). 2. Prosesi Upacara Nyangahatn Proses pelaksanaan upacara Nyangahatn dilakukan dengan bapamang yaitu menyampaikan doa hajat yang dilakukan oleh Panyangahatn (pemimpin upacara) di depan sesaji yang sudah disiapkan. 38

16 Adapun sesajen yang dipersembahkan kepada Jubata yaitu berupa makanan, seperti Poe (Pulut), Tumpi bagare (Cucur), Talo (Telur), Manok Kampong (Ayam Kampung), Baras Poe (Beras Ketan), Baras Dana (Beras Biasa), Baras Kuning (Beras Kuning), Bontong (nasi yang dibungkus pakai daun), Tembakau, Rokok Daun, Daun Sirih, Pinang, Sekapur Sirih, Rokok, Jarum dan Tumpang. Semua sesaji tersebut diletakan diatas meja batu. Bapamang ditujukan untuk memberitahukan, meminta izin dan memohon keselamatan kepada Jubata dan Awa Pama (roh leluhur) tentang hajat keluarga agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Berikut adalah bapamang (doa-doa hajat) yang dibaca oleh Panyangahatn (pemimpin upacara): Asak, dua, talu, empat, lima, anam, tujuh... Oh kita Jubata yang badiapm kak aik dalam tanah tingi, puhutn ayak, puhutn tingi. Kita karamat ai tanah nang mampu nunu ai sakayu, nyambong sengat. Kami bapinta kami bapadah, ame babadi kak kami talino manusia. Artinya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh... Jubata yang menguasai di air dalam, tanah tinggi, pohon kayu besar, pohon kayu tinggi. Penguasa air dan bumi yang mampu membakar air satu sungai, menyambung nyawa. Kami meminta dan mengabarkan, jangan memberikan wabah kepada manusia. Seusai bapamang, Panyangahatn akan mengoleskan beras yang dicampur dengan minyak tengkawang atau minyak kelapa ke setiap kening 39

17 orang yang hadir. Minyak ini dipercaya bisa mengobati dan melindungi orang Dayak Kanayatn dari segala penyakit. Setelah upacara adatnya selesai si panyangahatn di beri sebagian dari sesajen yang disajikan. Sesajen yang paling utama yang wajib diberikan kepada panyangahatn adalah bagian paha ayam (tujuannya agar roh leluhur tidak mengganggu acara yang akan dilaksanakan oleh tuan rumah) dan bagian organ dalam (jantung dan hati ayam). Sebagai tambahan panyangahatn diberi pangkaras (berupa uang) sebagai ucapan terima kasih dari tuan rumah. (Wawancara dengan Bapak V. Pius). 3. Lambang-lambang dan Maknanya a. Ayam, melambangkan kehidupan. b. Beras atau Baras, melambangkan suatu hubungan yang terikat antara masyarakat dengan pemerintah dan tidak dapat terpisahkan. c. Beras Kuning, merupakan suatu lambang untuk meminta ijin kepada penguasa tertinggi yaitu Jubata yang merupakan sumber kehidupan. d. Talo atau telur, yaitu untuk membulatkan sesuatu yang telah menjadi kesepakatan bersama. e. Bontong, merupakan makanan tradisional yang di bungkus dengan daun yang melambangkan suatu perdamaian dan kesepahaman satu sama lainnya. f. Tumpi, merupakan makanan tradisional yang disebut juga dengan cucur biasa digunakan dalam setiap upacara adat. Tumpi yang 40

18 berbentuk bundar yang diartikan juga sebagai sinar bulan melambangkan suatu kebulatan tekat. g. Uang, melambangkan suatu penghargaan dan penghormatan terhadap seseorang. h. Tumpang, melambangkan suatu permohonan ijin akan diadakan suatu pesta yang besar. Permohonan tersebut ditujukan kepada para penguasa dunia roh yang berdiam di bukit, air, tanah, batu, api dan kayu yang besar. b. Waktu Pertunjukan Tidak ada aturan yang baku mengenai waktu pertunjukan, dalam hal ini semua tergantung kepada orang yang mengundang tampilnya kesenian Jonggan dengan pimpinan dari kelompok Jonggan. Biasanya pertunjukan kesenian Jonggan dipentaskan pada saat acara hajatan sunatan atau babalak, bayar niat, acara perkawinan, festival, acara penyambutan tamu penting dan hiburan pasar malam. Pertunjukan kesenian Jonggan ini dilaksanakan pada malam hari dimulai sekitar pukul sampai pukul bahkan sampai pagi tergantung kompromi antara pimpinan Jonggan dengan si pengundang. Kesenian Jonggan dilaksanakan pada pukul tergantung dari permintaan tuan rumah untuk memulai pementasannya selain itu persiapan dari team Jonggan sendiri yang mulai dari persiapan alat-alat musik, pemasangan dan cek sound serta persiapan dari penarinya mulai dari persiapan pakaian sampai menggunakan make-up. Namun jika tingkat 41

19 antusiasme dari para penonton baik dan pertunjukan tersebut banyak dikerumuni masyarakat biasanya waktu pentasnya bertambah panjang, akan tetapi apabila antusiasme masyarakat kurang maka pertunjukan segera diakhiri. (Wawancara dengan Bapak Aren). C. Elemen-elemen Dalam Pertunjukan Jonggan a. Gerak Tari Seni tari menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, badan dan lain sebagainya ditata dirangkaikan menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Bertalian dengan uraian di atas, berikut ini dijelaskan secara teoritis dengan unsur-unsur sikap dan gerak, serta pengorganisasian gerak secara hirarkis guna memahami masalah bentuk penyajian tari. Gerak tari Jonggan ini disajikan dari awal hingga akhir merupakan gerak yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju, mundur, berhadap-hadapan, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan. Dasar gerak tari Jonggan ini adalah gerakan silat yang digunakan untuk melindungi diri dari lawan penari yang ingin menyentuh anggota tubuh si penari. Namun hal ini tidak pernah terjadi sebab dalam gerak tari Jonggan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika dimana antara pangebeng (penonton yang menari) dengan yang dikebeng (penari Jonggan) saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun. 42

20 b. Iringan Suatu pertunjukan lebih hidup apabila didukung dengan adanya iringan. Iringan merupakan elemen dalam pertunjukan tari, berupa musik atau bunyi-bunyian yang mengandung irama atau ritme. Iringan yang mengiringi para penari disebut musik Jonggan, yang di iringi oleh 1 penyanyi, 1 orang peniup seruling dan 4 orang penabuh, yaitu 1 orang penabuh kendhang, 1 orang gong, dan 2 orang penabuh saron. Instrumen pengiring tersebut merupakan musik yang khusus untuk mengiringi para penari pada saat disajikannya tari Jonggan. Irama musik yang digunakan dalam mengiring tari Jonggan ada dua yaitu irama lembut dan irama lincah. Irama musik yang lembut seperti lagu We Jonggan, We Ola dan Dayakng Male en sedangkan irama musik yang lincah yaitu lagu Kasih Sayang dan Pak Unjank. Berikut ini lirik lagu Dayakng Male en: Udahlah lama nana ka Jabeng Dayakng Male ena (Sudah lama tidak ke Jabeng Putri Male en) Ka Jabeng tadi ulu Kapuas Dayakng Male ena (Ke Jabeng tadi hulu Kapuas Putri Male en) Udahlah lama nana bangebeng Dayakng Male ena (Sudahlah lama tidak menari Putri Male en) Bangebeng tadi gi nape puas Dayakng Male ena (Menari tadi belum puas Putri Male en) 43

21 Kupaslah-kupas kalapa muda Dayakng Male ena (Kupaslah-kupas kelapa muda Putri Male en) Kalapa tua ruang parahu Dayakng Male ena (Kelapa tua dalam perahu Putri Male en) Puaslah puas badan gi muda Dayakng Male ena (Puaslah-puas badan masih muda Putri Male en) Badan dah tuha siapa tahu Dayakng Male ena (Badan sudah tua siapa tahu Putri Male en) Kacang kacambah dari muara Dayakng Male ena (Kacang kecambah dari muara Putri Male en) Malia obat ka pasar Landak Dayakng Male ena (Beli obat ke pasar Landak Putri Male en) Rela menyembah muka suara Dayakng Male ena (Rela menyembah buka suara Putri Male en) Masanga hormat ka ura ng manyak Dayakng Male ena (Beri hormat kepada orang banyak Putri Male en) Kade lah ada jarum nang patah Dayakng Male ena (Kalaulah ada jarum yang patah Putri Male en) Ame disimpan ka dalapm pati Dayakng Male ena (Jangan disimpan didalam peti Putri Male en) Kade lah ada pantun nang salah Dayakng Male ena 44

22 (Kalaulah ada pantun yang salah Putri Male en) Ame disimpan ka dalapm ati Dayakng Male ena (Jangan disimpan didalam hati Putri Male en) Pada dasarnya semua lagu-lagu yang ada dalam kesenian Jonggan itu merupakan pantun, jadi fungsi panyanyi (penyanyi) ini selain bernyanyi ia juga melantunkan syair-syair pantun kepada penonton. Panyanyi tersebut melantunkan pantun kepada penonton yang menari, maka penonton yang menari atau pangebeng tadi harus membalas pantun si panyanyi. Bagi pangebeng yang tidak bisa membalas pantun si panyanyi mereka hanya diam saja, hal ini tidak menjadi masalah bagi si pangebeng untuk harus bepantun. Inilah salah satu keunikan dari kesenian Jonggan dimana dalam tarian ini tidak hanya menari-nari saja namun antara pangebeng dengan panyanyi mereka harus saling berbalas pantun dengan diiringi oleh musik yang sudah dipesan oleh penonton tadi. Contoh pantun yang dilantunkan oleh pangebeng: Bukan kacang sembarang kacang Kacang pula dari anjungan Bukan datang sembarang datang Datang untuk menonton Jonggan Isi balasan pantun ini harus sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh panyanyi. Pangebeng tidak boleh sembarangan atau asal-asalan membalas pantunnya, isinya harus sesuai dengan apa yang telah disampaikan tadi. (Wawancara dengan Bapak Yohanes). 45

23 c. Tata Rias Tata rias yang digunakan para penari mengikuti perkembangan zaman pada saat sekarang, yaitu menggunakan rias corrective makeup (tindakan kecil untuk mengurangi beberapa karakteristik raut wajah yang kurang sempurna). Sedangkan untuk para pemain musiknya mereka tidak menggunakan rias atau makeup pada wajahnya. d. Busana Adapun busana yang dipakai dalam pertunjukan kesenian Jonggan adalah khusus para penari menggunakan kebaya, paca (kain batik panjang) dan selendang. Mereka menggunakan kebaya dan paca (kain batik panjang) karena sebagai simbol ketradisionalan masyarakat dan sebagai ungkapan kesederhanaan (Wawancara kepada Andra). Selain itu jika para penari menggunakan pakaian adat untuk menari, mereka sulit untuk bergerak sebab para penari Jonggan lebih mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian sehingga mudah untuk bergerak. (Wawancara kepada Katarina). Di saat menari Jonggan kebanyakan para penari menggunakan paca yang bermotif campuran, hal ini disebabkan karena kurangnya koordinir dari ketua sanggar yang tidak menyediakan paca melainkan yang disediakan hanya kebaya saja sebagai atasannya. Sedangkan untuk bawahannya (paca ) disiapkan oleh masing-masing para penari. Selain itu mereka tidak menggunakan motif khas Kalimantan (Dayak) sebab 46

24 kesenian Jonggan muncul pertama kali pada tahun 1950-an dimana zaman ini belum modern. Jadi pakaian yang digunakan masih sangat sederhana dan apa adanya tetapi sudah diidentikan dengan kebaya dan paca. Serta pada zaman dahulu kain batik Kalimantan sangatlah langka dan harganya mahal karena suku Dayak Kanayatn bukanlah pembuat batik. (Wawancara dengan Bapak V. Pius). Gambar penari jonggan e. Tata Panggung Tata panggung atau tata pentas adalah ruang atau tempat yang digunakan untuk pentas, merupakan bagian dari arena pertunjukan yang ditata sedemikian rupa sebagai tempat bermain (Hadi, 1987 : 42). Tata panggung berkaitan dengan bagaimana penataan suatu pentas, sehingga menimbulkan kesan yang sesuai dengan tari yang dipentaskan. Pada pementasan kesenian Jonggan panggung yang digunakan biasanya berukuran 8 x 4 m, besar kecilnya ukuran panggung ini 47

25 tergantung pada tuan rumah yang mengadakan hajatan. Untuk pembuatan panggung ini dilakukan oleh tuan rumah yang mempunyai hajatan dan dibantu oleh masyarakat setempat. Gambar tata panggung pada saat pementasan kesenian Jonggan Dari gambar di atas terlihat bahwa penarilah yang menjadi pusat pertunjukkan dan pemain musik berada dibelakang yang ditutupi dengan tirai. f. Properti Pada penari Jonggan properti yang digunakan yaitu hanya menggunakan selendang. Selendang yang digunakan para penari tidak ditentukan warna dan motifnya harus sama, hal ini tergantung dari ketua sanggar. Cara pemakaian selendang yaitu dikaitkan dengan menggunakan peniti dibagian dada agar saat menari selendangnya tidak mudah jatuh. Selain itu penggunaan selendang ini untuk menutupi bagian dada agar tidak terlalu terbuka. (Wawancara dengan Fanny). 48

26 Menurut Soedarsono (1999 : 58), adalah perlengkapan yang tidak termasuk busana, tidak termasuk perlengkapan panggung tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan penari, misalnya kipas, pedang, tombak, sapu tangan, selendang dan sebagainya. Properti juga berfungsi sebagai elemen tari untuk menghidupkan tarian dan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton. D. Nilai Positif Kesenian Jonggan Kesenian Jonggan di Dusun Tempala mempunyai nilai positif terhadap masyarakat di Dusun Tempala. Nilai-nilai tersebut antara lain yaitu: a. Nilai Moral Dalam gerakan Jonggan terkandung nilai nilai moral sebab dasar gerakan Jonggan ini adalah gerakan silat. Dimana gerakan Jonggan ini sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan, tata krama, saling menghargai dan menghormati antara penari dengan penonton yang menari karena pada saat menari Jonggan tidak ada istilah bersentuhan antar anggota tubuh. Gerakan-gerakan yang menunjukkan nilai kesopanan, tata krama, saling menghargai dan menghormati seperti gerakan berhadap-hadapan, maju-mundur, gerakan tubuh dan gerakan tangan yang tidak bersentuhan antara pangebeng dengan yang dikebeng. Jadi ketika menari antara pangebeng dengan yang dikebeng ada aturannya, mereka harus saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun. 49

27 b. Nilai Estetika Sebagai sarana untuk mengekspresikan kemampuan dalam bidang kesenian yaitu kesenian Jonggan. Di dalam kesenian Jonggan tersebut yang disajikan adalah gerakan-gerakan yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju, mundur, berhadap-hadapan, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan. c. Nilai Budaya Mengingatkan masyarakat dusun Tempala untuk terus memberikan dukungan dalam melestarikan kesenian Jonggan yang telah diwariskan leluhur sebagai suatu kebudayaan daerah. Supaya kesenian Jonggan ini tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Sebab perkembangan kesenian Jonggan pada saat ini agak tergeser karena banyaknya alat-alat musik modern dan banyaknya generasi muda yang kurang begitu tertarik terhadap kesenian Jonggan tersebut. d. Nilai Pendidikan atau Edukasi Dalam kesenian Jonggan terdapat nilai pendidikan multikultural yang telah diaplikasikan masyarakat dalam kebudayaannya, seperti saling menghormati, menjaga sikap sopan santun dan menghargai perbedaan baik agama, suku, status sosial maupun usia. Tua, muda maupun anakanak dapat berpartisipasi asalkan mereka dapat menari Jonggan. Selain itu didalam kesenian Jonggan terdapat nilai-nilai kesederhanaan yang 50

28 ditunjukan dari segi pakaian yang digunakan para penari dalam pementasan kesenian Jonggan. Dengan adanya pementasan kesenian Jonggan ini menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan manfaat yang terdapat dalam pendidikan multikultural agar masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis, saling toleransi, saling menghormati, selalu hidup dalam kesederhanaan dan sekaligus sebagai alat untuk melestarikan kebudayaan daerah. E. Fungsi Kesenian Jonggan a. Sebagai Ucapan Syukur Kesenian tradisional Jonggan diselenggarakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan). Adapun kesenian Jonggan ini dilaksanakan untuk berbagai keperluan seperti bayar niat, dan naik dango. Misalnya seorang petani yang mempunyai niat jika pada saat panen padi, ia mendapatkan hasil padi yang lebih banyak dari panen sebelumnya maka ia akan mengadakan kesenian Jonggan. Sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, maka orang yang ingin mengadakan kesenian Jonggan tersebut harus memesan terlebih dahulu dan mendatangi rumah ketua sanggar Jonggan untuk mengisi acara ke tempatnya. Sebelumnya ketua sanggar dengan orang yang ingin memesan Jonggan berunding terlebih dahulu untuk menentukan berapa lama kesenian ini dilaksanakan, tarif per malamnya dan peraturan-peraturan 51

29 yang harus ditaati oleh orang yang memanggil Jonggan. (Wawancara kepada Bapak Lusi) Biaya pementasan kesenian Jonggan untuk satu malam biasanya dikenakan tarif sebesar Rp Rp , ini semua tergantung dari negosiasi antara ketua sanggar dengan orang yang memanggil Jonggan atau akan mengadakan hiburan Jonggan tersebut. Lamanya pelaksanaan kesenian Jonggan ini biasanya 3-7 hari, ini semua tergantung dari permintaan orang yang ingin memesan Jonggan. (Wawancara kepada Katarina). Pelaksanaan kesenian Jonggan sebagai ungkapan rasa syukur ini tidak terlepas dari rangkaian upacara adat. Sebelum kesenian Jonggan disajikan, maka diadakan upacara adat yang selalu ditandai dengan pembacaan doa adat. Hal seperti ini masih berlaku sebagai tanda pemberitahuan dan ucapan syukur kepada Tuhan sang pencipta atas apa yang telah diberikan. Dengan diadakannya kesenian Jonggan tersebut, maka masyarakat dapat mempertahankan kebudayaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu sehingga tidak hilang oleh semakin majunya peradaban. b. Sebagai Hiburan Kesenian Tradisional Jonggan masih sering dipentaskan oleh warga masyarakat Dusun Tempala dan sekitarnya tidak hanya untuk acara naik dango dan bayar niat saja tetapi biasanya digunakan dalam acara 52

30 penyambutan tamu penting, gawai Dayak (acara atau pesta yang diadakan oleh masyarakat Dayak), pernikahan, festival dan hiburan pasar malam. Pementasan kesenian Jonggan yang bersifat hiburan ini sama halnya dengan kesenian Jonggan yang bersifat sebagai ungkapan rasa syukur, sebelum tariannya disajikan maka selalu ditandai dengan pembacaan doa adat. Dengan tujuan agar acara kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan. Selain sebagai sarana menghibur masyarakat yang menyaksikan, kesenian Jonggan ini juga merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya daerah agar tetap dilestarikan. F. Peranan Masyarakat Peranan masyarakat dalam pelaksanaan pementasan kesenian Jonggan ini sangatlah besar, sebab sebelum maupun sesudah pementasan masyarakat saling membantu agar pementasan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar. Mulai dari persiapan pembuatan panggung, persiapan dan prosesi upacara nyangahatn sampai pada puncak acara kesenian Jonggan tersebut. Saat pentas seni Jonggan dimulai, masyarakat berbondong-bondong datang untuk menyaksikan acara kesenian Jonggan tersebut sebagai sarana hiburan untuk melepaskan lelah setelah seharian bekerja. Baik tua, muda maupun anak-anak turut hadir untuk meramaikan acara tersebut. Penonton yang ingin ngebeng atau menari Jonggan tidak dibatasi oleh usia baik tua, 53

31 muda maupun anak-anak dapat berpartisipasi asalkan mereka bisa menari Jonggan. Mereka yang akan menari dikenakan biaya karcis untuk 1 kali ngebeng sebesar Rp 5.000/orang. Biasanya dalam 1 malam dapat menghabiskan 30 karcis bahkan lebih. Uang dari hasil penjualan karcis tadi dibagikan kepada penari, pemain musik dan ketua sanggar. Namun yang lebih banyak menerima uang hasil dari penjualan karcis tersebut adalah si penari. Jika hasil uang dari penjualan karcis lebih banyak maka uang dari penyewaan Jonggan tadi dimasukan ke dalam kas. Para penonton yang ingin ngebeng, mereka harus mengantri menunggu giliran namanya dipanggil untuk naik keatas panggung. Durasi lagu yang disajikan sekitar menit. Biasanya lagu yang mengiringi para penonton menari adalah We Jonggan, We Ola, Kasih Sayang dan Male en. Hal ini tergantung dari permintaan para penonton. Setelah lagu selesai maka penonton yang telah menari tadi harus turun, mereka harus bergantian dengan para penonton yang sudah mengantri membeli tiket untuk menari. Kepedulian masyarakat dalam melestarikan kesenian Jonggan ini kebanyakan dilakukan oleh generasi tua saja dan kurang partisipasi dari generasi muda. Hal ini disebabkan banyak generasi muda yang kurang mengetahui jenis musik dan dasar gerak tariannya. Oleh karena itu dalam melestarikan kesenian Jonggan saat ini masyarakat membentuk sanggarsanggar untuk melatih generasi muda untuk latihan menari dan berlatih 54

32 memainkan alat-alat musik tradisional, agar tidak hanya generasi tua saja yang melestarikan namun dari generasi muda ikut ambil bagian dalam melestarikan kesenian Jonggan tersebut. Selain itu salah satu sarana masyarakat untuk melestarikan kesenian Jonggan yaitu dengan mengikuti event-event atau mengikuti perlombaan-perlombaan. (wawancara dengan Bapak Barto) Kesenian Jonggan dipentaskan sebagai ucapan syukur dan hiburan. Selain itu kesenian Jonggan juga dilaksanakan sebagai kegiatan wisata budaya. Namun kegiatan wisata tersebut diadakan pada event-event tertentu, seperti Naik Dango dan Gawai Dayak yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Kegiatan Naik Dango ini diselenggarakan setiap tahun di tempat yang berbeda yang telah ditentukan oleh panitia. Pada saat acara naik dango ini berlangsung, banyak wisatawan-wisatawan lokal dari berbagai daerah yang datang untuk menyaksikan dan memeriahkan acara tersebut. Sebab dalam acara naik dango tidak hanya sebagai sarana untuk berkumpul saja tetapi juga banyak dilaksanakan kegiatan-kegiatan seperti lomba menyanyi lagu daerah, lomba menari dan permainan daerah. Ini merupakan salah satu bentuk pelestarian kesenian daerah budaya Dayak agar tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam melestarikan kesenian Jonggan dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah selama ini belum mengembangkan pendidikan kesenian terutama kesenian Jonggan. Maka dari itu hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenalkan kepada siswa-siswi budaya-budaya lokal yang ada 55

33 dengan mulai ditanamkan sejak dini melalui mata pelajaran kesenian disekolahan dan dapat dikembangkan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler disekolah-sekolah agar generasi muda menjadi penerus dan dapat melestarikan budaya lokal didaerahnya agar kebudayaannya tidak punah seiring dengan perkembangan zaman. 56

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng)

Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng) LAMPIRAN 53 54 Daftar pertanyaan wawancara dan hasil deskripsi dari hasil wawancara dengan : A. Bapak M. Rani (Panyangahatn di Desa Pahokng) B. Bapak Ajan (Panyangahatn di Desa Pahokng) C. Bapak Kadam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta Pulau kecil lainnya, di mana setiap Pulau terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Elemen-eleman sosial budaya masyarakat Desa Gamtala yang berpotensi sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antan Delapan adalah nama salah satu Kesenian di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik yang diiringi oleh

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

KESENIAN JONGGAN DI DUSUN TEMPALA DESA KERANJI PAIDANG KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT. Skripsi

KESENIAN JONGGAN DI DUSUN TEMPALA DESA KERANJI PAIDANG KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT. Skripsi KESENIAN JONGGAN DI DUSUN TEMPALA DESA KERANJI PAIDANG KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini 16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Kaaruyan Penelitian ini di laksanakan di desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berbentuk Republik, dengan banyak pulau didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan didalamnya tumbuh berbagai suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kalimantan terkenal sebagai salah satu pulau penghasil alam terbesar di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada disekitarnya. Indonesia

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dalam jiwa manusia. Kesenian di Indonesia beraneka

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan termasuk dalam alat musik perkusi, Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya, dimana setiap propinsi dan suku yang ada di Nusantara, memiliki tradisi dan budaya masing-masing, baik

Lebih terperinci

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK Angkulung Buhun. Angklung buhun berbeda dengan angklung dari Jawa Barat dan dari Banyumas. Angklung buhun lebih sederhana dan lebih banyak berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Gamolan adalah jenis instrumen musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci