MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA"

Transkripsi

1

2 MANTRA TARIAN DOBUS ETNIS MELAYU DI DESA BANDAR SONO KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA Oleh Atika Drs. Basyaruddin, M.Pd. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, heuristik serta makna secara hermeneutik terhadap mantra tarian dobus etnis Melayu Batubara. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah pimpinan tarian dobus dan informan yang mengetahui seluk beluk tarian dobus. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian semantik sebagai teori yang membahas bagaimana struktur, arti serta makna mantra. Dari hasil analisis, ditemukan 14 mantra dalam 40 syair yang dinyanyikan pada proses kesenian tari dobus. Struktur dalam mantra berdasarkan rima, mantra tersebut mencakup rima patah, asonansi, aliterasi, sajak berselang serta anaphora, sedangkan irama menggunakan nada yang keras dan mengalun teratur. Kemudian pemaknaan heuristik terhadap mantra tersebut mengungkap arti secara harfiah dan melalui pemaknaan hermeneutik yang berdasarkan konvensi sastra berupa ketidaklangsungan ekspresi secara penggantian arti yang menggunakan metafora, penyimpangan arti yang disebakan oleh ambiguitas, perumpamaan dan nonsense, serta penciptaan arti yang menggunakan pembaitan dan homologues. Berdasarkan analisis yang diperoleh, struktur bunyi dan makna mantra tersebut menimbulkan kekuatan gaib yang digunakan untuk melindungi para pemain sehingga kebal terhadap senjata tajam. Kata kunci : mantra, tarian dobus, dan etnis Melayu. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, mite, dan sebagainya. Sastra merupakan warisan budaya nasional yang perlu diwariskan secara turun temurun. Kelahiran budaya bergandengan dengan kelahiran bahasa. Bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan masyarakat dan budaya penuturnya. Sastra merupakan bagian dari kehidupan karena sebagai pranata sosial, ia mencerminan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada suatu zaman tertentu. Endraswara (2003:7) menyatakan bahwa, Karya sastra adalah fenomena unik juga organik. Di dalamnya penuh serangkaian makna dan fungsi. Makna dan fungsi ini sering kabur dan tak jelas. Karya sastra hadir dalam dua

3 bentuk, yakni sastra lisan dan sastra tulis. Menurut Teeuw (1988:39), Dalam sastra lisan, pemakaian bahasa seringkali jauh lebih rumit dan terpelihara atau pun menyimpang dari yang biasa dalam bahasa sehari-hari. Tarian dobus merupakan suatu kesenian yang mempertunjukkan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api dan lain-lain. Kesenian ini biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat atau untuk hiburan masyarakat. Permainan dobus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni musik, seni tari, seni suara, dan seni kebatinan dengan nuansa magis. Pertunjukan ini dimulai dengan pembacaan pembacaan shalawat dzikir kepada Allah Swt. kemudian mantra dinyanyikan dengan diiringi instrumen tabuh. Tujuannya agar mendapat keselamatan selama mempertunjukkan dobus. Setelah dzikir selesai, maka dilanjutkan dengan permainan pencak silat yang diperagakan oleh satu atau dua pemain tanpa menggunakan senjata tajam yang dikombinasikan dengan seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa magis. Setelah itu, atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemain yaitu mengiris anggota tubuh dengan pisau atau golok, makan api, memasukkan jarum kawat dalam lidah, kulit pipi dan angggota tubuh lainnya sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya dengan mengusapnya dan menyiramkan air limau. Selain itu, juga ada atraksi membakar tubuh dengan api, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi diakhiri permainan alat-alat musik tetabuhan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap H. Darbi (salah satu Pimpinan sanggar kesenian dobus di Kabupaten Batubara) pada 26 Januari 2015, Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, ia mengungkapkan bahwa, Dobus merupakan kesenian yang berasal dari masyarakat Aceh. Kesenian ini pada mulanya digunakan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah Belanda. Kini, kesenian dobus hanya digunakan sebagai hiburan dan juga menjadi sebuah kesenian tarian tradisional etnis Melayu.

4 Ketika terjadinya adaptasi terhadap bahasa Aceh dalam mantra tarian dobus maka lambat laun terjadi perubahan bahasa menjadi bahasa Melayu Batubara. Namun, beberapa frase dalam lirik mantra ini masih terdapat bahasa Aceh dan bahasa asing yaitu bahasa Arab. Kesenian tarian Dobus oleh masyarakat Melayu Batubara merupakan kesenian tradisional rakyat yang bersifat ritual warisan nenek moyang secara turun temurun. Mantra merupakan salah satu jenis puisi lama yang tertua di Indonesia. Mantra sebagai permulaan bentuk puisi tradisional, memiliki karekteristik yang khas apabila dibandingkan dengan puisi tradisional lainnya. Kekhasannya terdapat pada kesakralan atau kekuatan yang ditimbulkan maupun dari segi penuturnya. Struktur dalam mantra adalah rima, irama dan makna. Struktur mantra disebut unsur pembentuk mantra yang bisa diamati secara visual, sedangkan dalam isi mantra disebut sebagai makna keseluruhan yang tersembunyi dibalik struktur mantra. Penelitian mengenai mantra yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Nilawijaya (dalam e-jurnal Lentera Pendidikan (ISSN ) Vol IV No.1) dengan judul Struktur dan Isi Mantra Lisan Masyarakat Desa Pandan Dulang Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu, analisis berdasarkan tinjauan semiotik yang dikembangkan oleh Riffaterre menghasilkan pemahaman makna secara total. Kandungan makna yang dipahami terhadap mantra yang terdapat pada mayarakat desa Pandan Dulang yaitu mantra kebingungan, mantra pergi ke hutan, mantra untuk berbedak, mantra untuk terkilir dan mantra untuk anak menangis malam. Dari mantra yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan struktur mantra yaitu bunyi, kata, baris, bait, tipografi, dan isi mantra akan di analisis berdasarkan pembacaan semiotik yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dengan demikian analisis mantra masyarakat desa Pandan Dulang mempunyai struktur dan isi mantra. Melalui langkah analisis dapat disimpulkan sebagai berikut. Pada tahap pembacaan semiotika tingkat pertama (pembacaan heuristik) mantra lisan, struktur yang terdapat dalam kelima mantra ini pembacaannya sesuai dengan struktur normatif karena bahasa yang digunakan dalam mantra ini bahasa daerah. Sedangkan pembacaan hermeneutik dalam mantra lisan tersebut adalah pemberian makna dari mantra yang diperoleh.

5 Mantra dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Artinya, mantra ada karena ada masyarakat pewarisnya. Lahirnya mantra di tengah masyarakat merupakan perwujudan suatu keyakinan atau kepercayaan. Kepercayaan tentang adanya suatu kekuatan gaib yang mendorong untuk merealisasikan kekuatan tersebut ke dalam wujud nyata untuk memenuhi kebutuhan. Namun karena terbatasnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap mantra dalam kesenian tarian dobus sehingga dapat berkurangnya minat masyarakat terhadap kesenian tersebut. Salah satu cara untuk mengkaji mantra seperti halnya karya-karya sastra yang lain dilakukan melalui teori semiotik. Mantra menggunakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi dengan kekuatan gaib. Di dalam mantra terdapat tanda berupa bentuk tulisan, gagasan, gerakan anggota badan yang meliputi gerak tangan dan gerak mulut. Keseluruhan ekspresi di atas termasuk dalam tanda yang merupakan kajian semiotik, dan tanda-tanda itu terdapat dalam mantra. Namun, bahasa yang akan menjadikan mantra dapat dikaji dalam penelitian ini seperti halnya karya-karya sastra lain. Apabila bahasa menggunakan tanda, yang dengan sendirinya termasuk kajian semiotik. Maka karya sastra juga termasuk kajian semiotik. Penelitian struktur dan makna mantra yang ada di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupeten Batubara belum pernah dilakukan. Karya sastra lisan berupa mantra memiliki keistimewaan tertentu dibandingkan dengan sastra lisan lainnya. Mantra memiliki kalimat yang mengandung kekuatan gaib. Kadang kata-kata dalam mantra tidak diketahui artinya sehingga membutuhkan penafsiran yang mendalam. dan apabila mengucapkan kata-katanya dengan teratur dan berirama akan menimbulkan kekuatan magis. Namun mantra hanya dapat digunakan oleh orang tertentu saja. Penulis akan mengenalkan salah satu tradisi budaya Melayu di Kabupaten Batubara dan ingin melestarikan kesenian tarian dobus yang ada di Kabupaten Batubara agar bertambahnya peminat masyarakat tentang keberadaan kesenian ini. Kemudian memperhatikan adanya tanda di balik bahasa mantra yang diucapkan dalam setiap proses kesenian tarian debus, maka penulis akan menganalisis sebuah mantra tarian debus yang berkaitan dengan ilmu disiplin melalui kajian semiotik.

6 Pendekatan semiotik yang akan digunakan adalah semiotik model Michael Riffaterre yang berdasarkan pertimbangan bahwa semiotik Riffarterre lebih mengkhususkan pada analisis puisi (Rusmana, 2014:353). Mantra adalah salah satu jenis puisi lama. Oleh karena itu, penelitian ini lebih tepat menggunakan kajian semiotik Riffaterre yang membahas tentang cara memahami makna mantra tarian dobus, diantaranya dengan melakukan pembacaan secara heuristik, dan hermeneutik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik ingin menjadikan permasalahan tersebut sebagai topik yang akan diteliti. Adapun judul yang dipilih sesuai permasalahan tersebut yaitu Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. METODOLOGI PENELITIAN Arikunto (2011:22) yang menyatakan bahwa metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya ataupun tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian, sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif, dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti dan menguraikan aspek-aspek yang dijadikan pusat perhatian pada penelitian. Dalam mengamati interaksi yang terjadi, penulis melaksanakan ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta melakukan wawancara secara mendalam kepada narasumber. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Struktur Mantra dalam Seni Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Struktur mantra dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah dianalisi berdasarkan rima dan irama ditemukan penyimpangan bunyi. Hal ini terlihat pada hasil penelitian dengan rima mencakup asonansi, aliterasi, anaphora, rima patah dan sajak berselang. Sedangkan irama menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur.

7 2. Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah diungkap arti secara harfiah. Hal ini terlihat pada hasil penelitian terdapat dalam keempat belas mantra yang keseluruhan memiliki arti yang sama yaitu meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah Swt. Kemudian bahasa yang digunakan dalam mantra ini bahasa daerah. 3. Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara setelah dianalisis berdasarkan konvensi sastra yaitu ketidaklangsungan ekspressi yang mencakup penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Hal ini terlihat pada hasil penelitian terdapat dalam keempat belas mantra pemberian makna dari mantra yang diperoleh. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Struktur Mantra dalam Seni Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara a. Rima Dari keseluruhan syair dobus yang dinyanyikan hanya terdapat beberapa mantra yang memiliki kekuatan gaib. Berikut ini dibahas dan diuraikan mantramantra yang dinyanyikan dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. Data 01 Mulaihi dobus silaweuet pike Sembahyaη di ledoη ale Lamo tobat di Laut Pandan Ado Allah dalam ati /Mulaihi dobus silaweuet pike /Sembahyang di ledong ale /Lama taubat di Laut Pandan /Menghadap Tuhan di dalam hati Mantra dari data 01 di atas merupakan syair pembuka yang dinyanyikan saat dimulainya seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope, bentuk intern pola bunyi dan pengulangan ungkapan. onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [d] yang menciptakan suasana kegelisahan. Dalam hal bentuk intern pola bunyi yang

8 ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi asonansi yaitu bunyi [e] pada akhir lirik 1 dengan akhir lirik 2. Adanya asonansi merupakan perulangan vokal pada suatu kata untuk mendapatkan efek penekanan. Perulangan bunyi konsonan disebut aliterasi. Pada mantra di atas perulangan bunyi konsosan ditemukan bunyi [t] lirik ke 3 pada kata /tobat/ dan /laut/. Data 02 Badobus kemaγi pa i Tubuh nabi baliηko-liηko Anak dobus kemaγi anco Bedaγa iliγ bak uloη mato /Bedebus kemari pa i /Tubuh nabi melingkar /Anak debus kemari hancur /Bedarah hilir bak ulong mata Mantra dari data 02 di atas merupakan syair kedua yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Para pemain senjata dobus melakukan tarian sambil menikam diri dengan senjata rencong hingga berdarah. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [b] yang memberi suasana kekacauan dan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vocal). Ditemukan bunyi asonansi pada larik ke 2, 3, dan 4 yaitu adanya persamaan vokal [o] di akhir larik. Data 03 Bosi pute lumbago Adam Aku towo ilaη bisoñ Aku towo deηan doa Anco luluh hai bosi /Besi putih lembaga Adam /Aku tawar hilang bisanya /Aku tawar dengan doa /Hancur luluh hai besi Mantra dari data 03 di atas merupakan mantra ketiga yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut merupakan sugesti untuk para pemain agar tidak ragu dan percaya dengan pawang debus yang dapat menyembuhkan luka. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /r/ yang memberikan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi ditemukan bunyi asonansi pada larik 2 yaitu adanya persamaan bunyi vokal [o] pada kata /towo/ dan /bisoño/. Ada juga ditemukan anafora dalam lirik kedua dan ketiga yaitu pengulangan kata pada awal larik /Aku towo/.

9 Data 04 Bosi adam bosi Muhammad Tak iηat gunuη mencadok Hoγom dipajo tubu di umat Anco luluh hai bosi /Besi Adam besi Muhammad /Tak ingat gunug mencadok /Haram di puja tubuh di umat /Hancur luluh hai besi Mantra dari data 04 di atas merupakan mantra keempat yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut membuat pemain lupa diri terhadap ketajaman senjata debus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [m] yang menimbulkan adanya dengungan sehingga bersifat sinis. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat pada larik pertama tersebut adalah bunyi [b] pada kata /bosi/. Data 05 Memanjat gunuη beγapi Mendapat siγeh sejunjuη Jaηan takut tajam bosi Ujuη belipat paηkal bebalun /Memanjat gunung berapi /Mendapat sireh sejunjung /Jangan takut tajam besi /Ujung berlipat pangkal bebalun Mantra dari data 05 di atas merupakan mantra kelima yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [j], [n] dan [t] memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dan menciptakan kekuatan gaib untuk kekebalan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi aliterasi pada larik 3 yaitu adanya persamaan bunyi konsonan [t] pada kata /takut/ dan /tajam/. Kemudian adanya rima patah pada akhir larik 1 dan 3 dengan bunyi [i], dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi vokal pada larik yang berbeda tersebut diselingi oleh larik yang mengandung bunyi yang berbeda. Data 06 Lailla haillah kaliman Tuhan Mayaη seγogo Seγogo mayaη iman pilun Sekuntum jabal ya robbana /Lailla haillah kaliman Tuhan /Mayang serogo /Serogo mayang iman pilun /Sekuntum jabal ya robbana

10 Mantra dari data 06 di atas merupakan mantra keenam yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam mantra pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [l] memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan suasana kegaduhan sehingga menciptakan efek magis untuk kekebalan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan rima patah pada larik 1 dengan larik 3 dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi konsonan pada larik 1 dan 3 tersebut diselingi oleh larik 2 yang mengandung bunyi yang berbeda. Ada juga ditemukan bunyi asonansi pada larik 1 yaitu bunyi [a]. Data 07 Seledoη di ujuη rencoη Sanaruddin bauluη mato Bidol kadiγ tajam bek uluh Bosi keγambit bosi mulelah /Seledong di ujung rencong /Sanaruddin baulung mata /Bidol kadir tajam bek uluh /Besi kerambit besi mulelah Mantra dari data 07 di atas merupakan mantra ketujuh yang dinyanyikan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Mantra tersebut menurut pawang debus menciptakan efek magis. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam mantra pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [n] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat pada larik pertama Data 08 Urobbi tuduη urobbi Sojuk api meñalo-ñalo Daγi mano ae muyati Sojuk saγi ke buluh romo /Urobbi tudung urobbi /Sejuk api menyala-nyala /Dari mana air muyati /Sejuk sari ke buluh roma Mantra dari data 08 di atas merupakan mantra kedelapan yang dinyanyikan pada pertunjukkan seni tarian dobus. Saat mantra ini dinyanyikan, para pemain melakukan atraksi kekebalan terhadap obor yang api. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [γ] yang memberikan sugesti pada gerakan

11 yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [o]. kemudian ditemukan pengulangan kata /sojuk/ pada larik 2 dan 4 yang disebut dengan anaphora. Data 09 Imolah kito belapi-lapi Lapilah tuηkat Cik Abu Yasim Imolah kito beγmain api Api Allah Nabi Ibγohim /Marilah kita berlapih-lapih /Lapihlah tungkat Cik Abu Yasim /Marilah kita bermain api /Api Allah Nabi Ibrahim Mantra dari data 09 di atas merupakan mantra kesembilan dinyanyikan setelah mantra kedelapan saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [i] dan [l] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [m]. Kemudian ditemukan pengulangan frase pada larik 1 dan 3 yang disebut anaphora. Data 10 Imolah kito belantai-lantai Lantailah tuηkat Cik Abu Yasim Imolah kito beγmain γantai γantai Alloh Nabi Ibγohim /Ayoklah kita belantai-lantai /Lantailah tungkat Cik Abu Yasim /Ayoklah kita bermain rantai /Rantai Allah Nabi Ibrahim Mantra dari data 10 di atas merupakan mantra kesepuluh pada pertunjukkan seni tarian dobus. Pada saat mantra tersebut dinyanyikan, para pemain melakukan atraksi kekebalan dengan rantai yang dipanaskan. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /i/ dan /l/ yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu bunyi [i] dan [m]. Kemudian ditemukan pengulangan frase pada larik 1 dan 3 yang disebut anaphora.

12 Data 11 Kul yana γukun beγodan Salaman sare pa,eh Toloη ya Tuhanku γantai hun peliput badan /Kul yana rukun berodan /Salaman sare pa eh /Tolong ya Tuhanku /Rantai hun peliput badan Mantra dari data 11 di atas merupakan mantra yang kesebelas yang dinyanyikan pada pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [a] dan [n] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan rima patah pada larik 1 dengan larik 4 yang dibentuk demikian karena paduan bunyi antara bunyi [an] yang sama pada larik yang berbeda tersebut diselingi oleh larik yang mengandung bunyi yang berbeda yaitu pada larik 2 dan 3. Kemudian bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 3 Data 12 Sholehlah di kota Tiηgi Ado kolom di bawaño Imat-imat menikam diγi Ado Alloh menoloηño /Sholehlah di kota Tinggi /Ada kolom di bawahnya /Imat-imat menikam diri /Ada Allah menolongnya Mantra dari data 12 di atas merupakan mantra kedua belas pada pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [a] dan [m] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi (konsonan dan vokal). Ditemukan sajak berselang pada baris setiap akhir larik yaitu [i] dan [o]. Kemudian adanya bunyi asonansi pada larik 4 /Ado Alloh menoloηño/ dengan bunyi [o] disetiap akhir kata untuk menimbulkan efek penekanan. Data 13 Yahu Alloh Yahu Alloh Muyawali wali Alloh /Yahu Allah.. yahu Allah /Muyawali wali Allah

13 Paηkatlah beγpaηkat /Pangkatlah berpangkat Tuan dianjuη muyawali wali Allah /Tuan dianjung muyawali wali Allah Mantra dari data 13 di atas merupakan mantra ketiga belas yang dinyanyikan pada saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi /a/ dan /l/ yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 3. Data 14 Pulut-pulut salih gu ih Akan ketigo tolan-tolanan Kulit menuγut dagiη membogih Hoγom batolak bosi tak makan /Pulut-pulut salih gu ih /Akan ketiga telan-telanan /Kulit menurut daging membagi /Haram betolak besi tak makan Mantra dari data 14 di atas merupakan mantra keempat belas yang dinyanyikan pada saat pertunjukkan seni tarian dobus. Struktur mantra berdasarkan rima mencakup onomatope yang ditemukan dalam syair pada setiap baris yang lebih dominan bunyi [t] yang memberikan sugesti pada gerakan yang menimbulkan kemeriahan dengan efek magis dengan suasana kegaduhan. Kemudian dalam hal bentuk intern pola bunyi yang ditinjau adalah unsur pengulangan atau persamaan bunyi. Ditemukan bunyi aliterasi yang terdapat bunyi [t] pada larik 2 Kemudian ditemukan sajak berselang pada setiap baris di akhir larik yaitu [h] dan [n]. Rima mempunyai peranan yang penting dalam mantra. Rima merupakan perulangan suku kata, kata, kalimat atau persamaan bunyi yang menimbulkan keindahan bunyi yang tidak disadari oleh masyarakat penggunanya. Masyarakat etnis Melayu Desa Bandar Sono hanya percaya pada efek yang ditimbulkan oleh mantra yang dibacakan, bukan dari keindahan bunyinya. Berkaitan dengan pentingnya rima, Waluyo (1987: 90), menyatakan bahwa Dengan repetisi bunyi akan diperoleh intelektual dan efek magis. Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat bahwa unsur rima atau perulangan bunyi memang penting dan tidak bisa dilepaskan dari karya sastra lama berjenis mantra. b.irama

14 Setiap mantra yang dinyanyikan tersebut dilantunkan secara berulang-ulang oleh pawang dan pemain musik tetabuhan. Struktur mantra berdasarkan ritma (irama) pada mantra-mantra tersebut, yakni menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur sehingga membentuk keindahan dan memberi sugesti kekebalan kepada pemain dobus. 2. Pemaknaan Heuristik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Dari hasil wawancara dengan narasumber, di bawah ini terdapat arti secara heuristik dalam mantra dengan bantuan penerjemahan oleh narasumber. Berikut ini pemaknaan heuristik dalam mantra data 01 yaitu mulailah pertunjukkan seni tarian debus yang dimainkan dengan renungan sholawat kepada Allah Swt. Fungsi mantra di atas adalah untuk meminta perlindungan kepada Allah agar diberi kekebalan terhadap senjata dobus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 02 yaitu pertunjukkan seni tarian dobus yang dipimpin oleh pawang dobus (pimpinan dobus). Tubuh Nabi di lambangkan sebagai anggota pemain seni debus, balingko-lingko yang artinya melingkar, jadi anggota pemain seni dobus datang dan duduk membentuk lingkaran. Pemain dobus yang bermain senjata dobus akan terluka dan berdarah di sekitar anggota badannya yang ditusukkan dengan senjata dobus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 03 yaitu pimpinan debus yang menyembuhkan luka dengan meminta pertolongan kepada Allah Swt. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 04 yaitu besi yang kuat dan tajam. Tidak boleh disembah oleh manusia. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 05 yaitu mengajak masyarakat untuk tidak takut bermain debus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 06 yaitu tiada Tuhan selain Allah. Fungsi mantra di atas adalah meminta pertolongan hanya kepada Allah satu-satunya agar disembuhkan luka karena senjata tajam. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 07 yaitu senjata debus yang mempunyai kekuatan gaib. Fungsi mantra di atas adalah meminta pertolongan hanya kepada Allah satu-satunya agar disembuhkan luka karena senjata tajam. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 08 yaitu memainkan api yang ada di obor dan menjadi dingin bila di oleskan ke tubuh hingga ke bulu romah.

15 Pemaknaan heuristik dalam mantra data 09 yaitu marilah kita bermain api. Fungsi mantra tersebut adalah untuk memberi sugesti dan mengajak pemain debus untuk bermain api yang panas tapi dengan pertolongan Allah, api tersebut menjadi terasa dingin ke tubuh hingga buluh roma. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 10 yaitu marilah bermain rantai. Fungsi mantra tersebut adalah untuk memberi sugesti dan mengajak pemain debus untuk bermain rantai yang telah membakar dan menjadi panas tapi dengan pertolongan Allah, rantai tersebut menjadi terasa dingin ke tubuh hingga buluh roma. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 11 yaitu minta pertolongan dan perlindungan kepada Allah Swt., agar disembuhkan dari luka tusukkan dan luka bakar akibat senjata debus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 12 yaitu khalifah (pemain debus) bermain debus dengan menikam diri atas pertolongan Allah Swt. Fungsi mantra tersebut adalah memberi sugesti kepada pemain debus agar tidak takut sakit dari senjata debus karena Allah akan memberi pertolongan. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 13 yaitu hanya kepada Allah minta pertolongan dan perlindungan dalam bermain debus. Pemaknaan heuristik dalam mantra data 14 yaitu senjata tajam dobus menembus kulit yang lentur hingga ke daging tubuh. Tak bisa dihindari lagi, senjata debus telah dilumuri darah. 3. Pemaknaan Hermeneutik terhadap Mantra Tarian Dobus Etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 01 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti ditemukan metafora pada larik Sembahyang di ledong ale/ Lamo tobat di laut pandan yang mengiaskan tempat seseorang beribadah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Ado Allah dalam ati secara ambiguitas artinya bersungguh-sungguh dari hati dalam melakukan ibadah kepada Allah Swt. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 02 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti ditemukan metafora pada Anak dobus yang mengiaskan pemain dalam seni tarian dobus. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Bedaγa iliγ bak uloη mato merupakan ambiguitas yang artinya

16 darah yang mengalir sampai ke ujung besi (alat permainan debus). Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 03 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Aku towo ilaη bisoño/ Aku towo deηan doa yang mengiaskan bahwa sang pawang sangat mahir dalam menyembuhkan luka dengan berdoa kepada Allah Swt. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Anco luluh memiliki ambiguitas yang artinya tubuh pemain penuh luka karena tusukan besi. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan dan ditemukan homologues yang merupakan bentuk sajak berisi baris-baris sejajar yang menyebabkan arti yang sama. Homologues ini terjadi pada larik 2 dan 3 yaitu /Aku tawar hilang bisanya/aku tawar dengan doa/. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 04 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Hoγom dipajo tubu di umat yang mengiaskan ada larangan bahwa tubuh manusia tidak boleh di sembah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Anco luluh memiliki ambiguitas yang artinya tubuh pemain penuh luka karena tusukan besi. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 05 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Memanjat gunuη beγapi/ Mendapat siγeh sejunjuη yang mengiaskan bahwa usaha dalam memperoleh sesuatu tidaklah mudah. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Ujuη beγlipat paηkal beγbalun merupakan ambiguitas yang artinya menerangkan ciri-ciri alat debus yang dimainkan yaitu rencong. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 06 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada Sekuntum jabal yang mengiaskan bahwa berdoa meminta perlindungan kepada Sang Pencipta. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Mayaη seγogo /Seγogo mayaη/ iman pilun merupakan nonsense yang tidak memiliki arti namun menimbulkan efek

17 magis pada seni tarian dobus. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 07 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada Seledoη di ujuη γencoη yang mengiaskan bahwa rencong merupakan senjata debus yang ujungnya memiliki ketajaman. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Bidol kadir tajam bek uluh merupakan ambiguitas yang artinya salah satu senjata debus berupa rencong yang memiliki ketajaman. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 08 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Sojuk sari ke buluh γumo yang mengiaskan bahwa obor api yang dimainkan ketika di letakkan ke tubuh terasa dingin hingga ke buluh roma. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap Sojuk api merupakan ambiguitas yang artinya api yang hakikatnya panas tetapi tidak terlalu panas ketika diletakkan ke tubuh. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 09 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Imolah kito bermain api yang mengiaskan keberanian pemain untuk mengajak bermain api. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Api Allah Nabi Ibrohim merupakan nama yang digunakan untuk menimbulkan kekuatan magis. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 10 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Imolah kito bermain rantai yang mengiaskan keberanian pemain untuk mengajak bermain rantai yang dipanaskan. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Tungkat Cik Abu Yasim dan Api Allah Nabi Ibrohim merupakan nama yang digunakan dalam mantra tersebut memiliki makna sebagai orang yang diyakini mampu memberi pertolongan terhadap sipembaca mantra. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan.

18 Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 11 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik γantai (rantai) hun peliput badan yang mengiaskan bahwa rantai yang merupakan salah satu alat dobus yang di bakar dahulu kemudian di pukuli ke badan. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Salaman sare pa eh merupakan nonsense yaitu larik yang tidak memiliki arti namun menciptakan efek magis bagi pimpinan dobus (pawang). Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 12 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi (indirection) yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Imat-imat menikam diri yang mengiaskan keberanian dalam melakukan atraksi debus. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Sholehlah di kota Tinggi merupakan ambiguitas. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 13 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Pangkatlah berpangkat. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Muyawali wali Allah merupakan ambiguitas yang memiliki banyak arti. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. Pemaknaan hermeneutik dalam mantra data 14 berdasarkan konvensi ketidaklangsungan ekspresi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti terdapat metafora pada lirik Bosi tak makan yang mengiaskan bahwa salah satu alat seni tarian dobus adalah rencong yang akan menikam tubuh hingga darah melekat. Pada penyimpangan arti (distorting of meaning) terhadap larik Kulit menurut daging membogih merupakan ambiguitas yang artinya bagian tubuh yang terdiri dari kulit, daging, dan lain-lain ketika ditikamkan senjata tajam ke tubuh, kulit mengikut ke mana besi tajam itu ditikamkan karena kulit elastis sedangkan daging menetap. Kemudian penciptaan arti terhadap mantra yaitu ada 4 baris dalam perbaitan. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, terdapat tiga kesimpulan pokok yang diungkapkan dalam penelitian ini, yaitu: Pertama,

19 Struktur Mantra dalam seni tarian dobus etnis Melayu di Desa Bandar Sono Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara yang berupa rima yaitu onomatope menciptakan kekuatan gaib yang digunakan untuk kekebalan, hal bentuk intern pola bunyi dalam mantra yaitu aliterasi, asonansi, anafora, rima patah, dan sajak berselang. Sedangkan irama menggunakan bunyi yang keras dan mengalun dengan teratur. Kedua, Pemaknaan heuristik sangat mudah diartikan walau terkadang sering menimbulkan bermacam makna. Ketiga, Pemaknaan hermeneutik berdasarkan konvensi-konvensi sastra yang memberikan makna di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan. Ketaklangsungan ekspresi terbagi tiga yaitu penggantian arti (displacing of meaning) yang disebabkan oleh penggunaan metafora dalam mantra, penyimpangan arti (distorting of meaning) yang disebabkan oleh ambiguitas dan nonsense. Mantra sering menimbulkan katakata yang nonsense yaitu frase atau kalimat yang tidak mengandung arti namun memiliki kekuatan magis. Kemudian penciptaan arti (creating of meaning) yang disebabkan oleh pembaiatan, persajakan dan homologues. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suhasimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama. Nilawijaya, Rita Struktur dan Isi Mantra Lisan Masyarakat Desa Pandan Dulang Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu: Sebuah Analisis Semiotik. E-Jurnal Lentera Pendidikan (ISSN ). Volume IV (1) Rusmana, Dadan Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode Intrepretasi Tanda dari Semiotika structural hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia. Syarifuddin Adaptasi Linguistik Bahasa Luar Terhadap Tradisi Lisan (Mantra) Masyarakat Bajo: Sebuah Transformasi Budaya Tertutup Ke Budaya Terbuka. E-Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Volume 21 Nomor 1 (81-90). Teeuw, A Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

Mantra Tarian Dabus dalam Terjemahan Bahasa Indonesia.

Mantra Tarian Dabus dalam Terjemahan Bahasa Indonesia. Lampiran I. Mantra Tarian Dabus dalam Terjemahan Bahasa Indonesia. 1) MANTRA MAIN BESI PUTIH. Besi putih lembaga adam Aku tawar hilang bisanya.. Aku tawar dengan doa Hancur luluh wahai besi.. Besi adam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 225 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari analisis data yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangat dikenal dengan keberagaman suku bangsanya, dari Sabang sampai Merauke begitu banyak terdapat suku beserta keberagaman tradisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Keragaman ini terdiri dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Folklor merupakan sebuah elemen penting yang ada dalam suatu sistem tatanan budaya dan sosial suatu masyarakat. Folklor merupakan sebuah refleksi sosial akan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang terletak di ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang dimilikinya, baik kekayaan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 198 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa ritual kaghotino buku merupakan tradisi masyarakat Muna dengan sistem pewarisan menggunakan lisan yang dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, dimana kenekaragaman tersebut merupakan kekayaan bagi bangsa Indonesia. Saat ini, keanekaragaman budaya tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN 219 BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis Keesaan Tuhan dalam Mantra Sahadat Sunda Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1) Simpulan Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 201 BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Pada bab 6 ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumny serta saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun pembagiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Pada bab VI ini akan simpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, hal ini bertujuan agar dapat dipetik inti atau benang merah dari keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek 188 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek masuk ke dalam bentuk folklor lisan yaitu nyanyian rakyat. Tetapi, teks dari lagu ini sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua yang diciptakan oleh manusia. Menurut zamannya puisi dapat dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635-1600 dari Arab,

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur BAB V SIMPULAN DAN SARAN Strutur teks PSTT terdiri atas 35 bait dan 142 larik. Puisi sawér ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat yang menciptakannya, serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh masyarkat pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL....i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.ii LEMBAR PENGESAHAN iii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI x ABSTRAK.xii

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI STRUKTUR DAN FUNGSI MANTRA DI DESA SUNGAI GELAM KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI SKRIPSI OLEH: KIKI AMELIA I1B113018 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Oleh: Aditya Apriliyani Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Tyaapriliyani559@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat dipungkiri karena manusia tidak dapat dipisahkan dengan karya sastra, (Sukapiring,1990:34).

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS...

BAB 2 LANDASAN TEORETIS... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Hak Cipta... ii Halaman Pengesahan... iii Lembar Pernyataan... iv Ucapan Terima Kasih... v Abstrak... viii Daftar Isi... x Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar... xv Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puisi rakyat merupakan salah satu genre folklor lisan. Puisi rakyat memiliki arti sebagai kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas beberapa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran. Pada bagian pertama akan disajikan simpulan dari empat permasalahan yang telah dibahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi 1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan ketiga teks MT di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur didapati simpulan bahwa kesejahteraan hidup bagi manusia yang diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK Nopita Sari, Christanto Syam, Ahmad Rabiul Muzammil Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah salah satu unsur yang terdapat dalam kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah salah satu unsur yang terdapat dalam kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian adalah salah satu unsur yang terdapat dalam kebudayaan. Diciptakan oleh sekelompok masyarakat sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa keindahan dari dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 440 BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Simpulan dalam penelitian ini berkenaan dengan 7 hal, yaitu: (1) pencipta dihubungkan dengan proses penciptaan gambang rancag, (2) teks dikaitkaan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

Debus. Maksud dan Pengertian Debus

Debus. Maksud dan Pengertian Debus Debus Maksud dan Pengertian Debus Debus merupakan pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap masyarakat Banten untuk mempertahankan diri. Debus juga merupakan sejenis kekebalan

Lebih terperinci