KARAKTERISTIK TEKANAN SUMUR PENGEBORAN MINYAK SAAT PROSES SURGING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK TEKANAN SUMUR PENGEBORAN MINYAK SAAT PROSES SURGING"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK TEKANAN SUMUR PENGEBORAN MINYAK SAAT PROSES SURGING Januar Sianipar Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia Abstrak Surging merupakan salah satu fenomena penting dalam proses pengeboran. Surging adalah tekanan tinggi yang terjadi saat casing atau pipa pengeboran (drill string) dimasukkan ke dalam sumur. Gerakan drill string dan dinamika fluida pengeboran yang terjadi karena gerakan tersebut menyebabkan perubahan tekanan di dalam sumur. Jika tekanan surging lebih tinggi dari tekanan formasi tanah maka akan menyebabkan loss circulation dan memunculkan ancaman terhadap safety dan lingkungan. Surging dikendalikan oleh parameter reologi fluida pengeboran dan hidrolika. Penelitian tentang karakteristik tekanan surging pada sumur pengeboran telah dilakukan dengan tujuan untuk memahami pengaruh reologi fluida pengeboran dan kecepatan dril string. Penelitian dilakukan dengan skala laboratorium dengan experimental setup berupa pipa akrilik berdiameter 50,8 mm dan panjang 3 meter yang berfungsi sebagai lubang pengeboran dan pipa besi berdiameter luar 30 mm sepanjang 3 meter yang berfungsi sebagai drillstring. Tekanan pada dinding sumur diukur dengan menggunakan pressure differential transducer pada berbagai kecepatan drill string dan beberapa jenis fluida pengeboran. Fluida pengeboran yang digunakan adalah air, dan campuran air dengan Bentonite dengan berbagai konsentrasi. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa reologi fluida pengeboran dan kecepatan dril string mempengaruhi tekanan surging. Hasil pengukuran juga menunjukkan kesesuaian yang baik dengan model matematisnya. Dari penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa, naiknya konsentrasi bentonite maupun kecepatan drill string menyebabkan tekanan surge yang dihasilkan juga akan semakin besar. Kata Kunci : pengeboran, fluid pengeboran, kecepatan, tekanan, surging. 1. Pendahuluan Dalam beberapa abad terakhir dunia sangat tergantung dengan minyak bumi. Minyak bumi, baik dalam bentuk minyak mentah maupun produk olahan, menjadi bagian dari semua industri modern saat ini. Untuk memperoleh minyak bumi, dibutuhkan suatu proses yang tidak mudah. Sumber minyak yang berada dibawah lapisan tanah dan batuan harus di bor untuk mengeluarkan minyak bumi ini. Pengeboran ini dapat dilakukan berbulan-bulan dan kedalaman lubang pengeboran bisa mencapai puluhan ribu meter dibawah permukaan tanah. Suatu operasi pengeboran dapat aman dan berhasil, merupakan hasil kerjasama sistem-sistem yang saling terkait. Pada dasarnya, pengeboran terdiri dari 5 sistem utama yaitu Sistem Pengangkat (Hoisting System), Sistem Berputar (Rotating System), Sistem Sirkulasi (Circulating Cystem), Sistem Daya (Power System) dan Sistem Pencegah Semburan (Blowout Prevention System) [1]. Salah satu faktor penting sebuah proses pengeboran minyak adalah sifat fisik dari fluida pengeboran. Sifat fisik fluida, baik itu sifat hidrolik maupun sifat reologi menjadi parameter penting. Reologi terutama berkaitan dengan hubungan tegangan geser dengan laju geser dan dampaknya terhadap karakteristik aliran di dalam tubular dan ruang annular. Hidrolika menjelaskan bagaimana aliran fluida menghasilkan dan menggunakan tekanan. Peristiwa yang sangat berkaitan dengan kedua hal ini adalah proses swabbing dan surging. Swabbing terjadi saat dilakukan penarikan pipa pengeboran dari dalam sumur. Penarikan pipa pengeboran ini bisa karena beberapa kondisi, seperti pemasangan casing, pembuatan sambungan baru, penggantian mata bor, atau disaat sumur mengalami trip-out. Saat dilakukan swabbing, lumpur harus masuk ke annulus untuk menggantikan volume pipa yang ditarik keluar dari dalam sumur sehingga tekanan hidrostatik dari sumur berkurang sesaat. Pengurangan tekanan maksimum saat terjadinya proses inilah yang disebut tekanan swab. Jika tekanan swab lebih besar dari batas tekanan aman hidrostatik (overbalance), cairan dari dalam formasi akan masuk ke dalam sumur yang akan mengakibatkan kick, dan jika hal ini tidak cepat dicegah overbalance ini akan mengakibatkan terjadinya blow-out. Merupakan kebalikan dari proses swabbing, surging terjadi saat casing atau pipa pengeboran dimasukkan ke dalam sumur pengeboran. Lumpur yang keluar dari lubang sumur akan digantikan oleh masuknya casing atau pipa pengeboran, menyebabkan tekanan di dalam sumur lebih tinggi dari formasi tanah yang berlangsung sesaat. Tekanan tinggi akibat pemasukan pipa pengeboran inilah yang disebut sebagai tekanan surge. Jika tekanan surge ditambah tekanan hidrostatik melebihi gradien tekanan retakan, formasi tanah akan retak yang akan mengakibatkan hilangnya sirkulasi dari fluida pengeboran atau yang sering disebut lost circulation. Dari berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa tekanan swab dan surge ini berhubungan dengan sifat reologi dari lumpur, kekuatan gel lumpur, kecepatan pipa masuk dan ditarik dari dalam sumur, dimensi annulus, dan panjang pipa pengeboran di dalam sumur. Telah diketahui juga bahwa baik 1

2 peningkatan viskositas plastik maupun peningkatan titik yield akan meningkatkan tekanan swab dan surge [2]. Tujuan dari penghitungan tekanan swab dan surge adalah untuk menentukan kecepatan aman saat menarik dan menjalankan pipa pengeboran ke dalam sumur. Penghitungan tekanan swab dan surge ini sangat penting dilakukan untuk meminimalkan terjadinya trip sehingga efisiensi kerja dari operasi pengeboran meningkat. 2. PemodelanAliran Saat Proses Pengeboran Jika aliran fluida di dalam annulus dan pipa adalah laminar, sebuah persamaan matematis antara laju aliran dan penurunan tekanan akibat gesekan dapat dikembangkan untuk model fluida Newtonian, Bingham Plastic dan Power Law. Untuk mempermudah perhitungan dan penyederhaan kasus, maka beberapa asumsi digunakan: (1) posisi drillstring konsentris terhadap lubang, (2) drillstring tidak berputar, (3) diameter lubang diketahui, (4) fluida pengeboran dianggap tidak mampu mapat, dan (5) aliran isotermal. Pada aliran laminar, kecepatan fluida yang mengalir dalam pipa atau annulus tidaklah sama untuk semua titik. Jika pola aliran adalah laminar, kecepatan fluida yang berbatasan dengan dinding pipa akan menjadi nol dan pada jarak yang paling jauh dari dinding pipa, kecepatan fluida maksimal. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan profil kecepatan baik didalam annulus maupun didalam pipa. Dalam bentuk yang lebih sederhana: Aliran di annular juga dapat didekati dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan untuk aliran melalui slot persegi panjang. Persamaan aliran di slot ini lebih sederhana dan cukup akurat sepanjang rasio d 1 /d 2 > 0.3 [4] Gambar 2. menunjukkan aliran di sebuah ruang annular yang digambarkan sebagai ruang slot. (3) Gambar 2. Aliran fluida yang mengalir diantara slot tipis [3] Persamaan berikut digunakan untuk menghitung frictional pressure gradient di ruang annulus: Persamaan (4) digunakan untuk menghitung frictional pressuregradient untuk fluida Newtonian. Untuk fluida non-newtonian, pers. (5) digunakan untuk model Bingham Plastic dan dan pers. (6) untuk model Power Law: (4) (5) (6) Gambar 1. Profil Kecepatan Aliran Laminar: (a) didalam pipa, (b) didalam annulus [3] Jika fluida dapat dijelaskan sebagai model fluida Newtonian, tegangan geser pada setiap titik dalam fluida diberikan oleh: Persamaan (1) kemudian diturunkan untuk mendapatkan persamaan untuk menghitung frictional pressure gradient pada pipa [3]: (1) (2) Tekanan surging dapat dicari dengan mengalikan frictional pressure gradient terhadap panjang annulus: Total tekanan surge hasil perhitungan matematis ini kemudian akan dibandingkan dengan total tekanan surge hasil eksperimen. 3. Metode Penelitian 3.1 Set-up Eksperimen Alat percobaan terdiri dari enam komponen utama, yaitu: i)bagian vertikal pengujian; ii) batang pemandu; iii) motor; iv) pressure transmitter; v) data acquisition systems; dan vi) tangki pengaduk fluida.alat percobaan ditunjukkan dalam Gambar 3. (7) 2

3 Bagian vertikal terdiri dari pipa akrilik sepanjang 3 meter (diameter dalam 2 in = 50.8 mm) yang berfungsi sebagai lubang pengeboran dan pipa besi sepanjang 3 meter (diameter luar 30 mm) yang berfungsi sebagai drillstring. Agar pipa akrilik dan dan pipa besi dapat berdiri tegak maka diperlukan suatu struktur penyangga dimana struktrur penyangga ini juga sebagai tempat motor diletakkan. Sebuah batang pemandu (diameter 10 mm)dipasang untuk memastikan pipa besitetap konsentrik terhadap pipa akrilik saat pipa besi ditarik ataupun diturunkan. Sebuah motor ac dengan daya sebesar 1 hp digunakan untuk mengangkat dan menurunkan drill string. Kecepatan motor divariasikan dengan mengatur voltase yang masuk ke motor dengan menggunakan potensiometer. Sebuah gearbox (speed reducer)dihubungkan dengan motor ini untuk menjaga torsi tetap besar dan untuk mengurangi kecepatan putar motor Kalibrasi Kecepatan Drill String Untuk mengukur kecepatan turun pipa besi, digunakan sebuah perhitungan sederhana. Potensiometer pertama diputar ke nilai volt yang diinginkan. Semakin besar nilai volt, maka semakin cepat putaran dari motor AC. Waktu turun pipa besi diukur menggunakan stopwatch sampai pipa besi masuk seluruhnya. Untuk mendapatkan nilai kecepatan, panjang drill string yang masuk ke dalam lubang annulus dibagi dengan waktu turun drill string Kalibrasi Alat UKur Diperlukan suatu kalibrasi alat ukur agar pengukuran yang kita lakukan terhindar dari kesalahan. Untuk mengkalibrasi, perlu kita ketahui kurva karakteristik dari pressure transmitter ini sendiri. Gambar 4 dibawah ini menunjukkan kurva karakteristik dari pressure transmitter yang digunakan pada penelitian ini. Gambar 4. Kurva Karakteristik Pressure Transmitter Gambar 3. Desain 3D Alat Eksperimen Sebuah differential pressure tranducer digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan di lubang annular. Pressure tranducer yang digunakan adalah model PX409 yang dikeluarkan oleh OMEGA dengan tekanan maksimum 30 psi dan akurasi ± psi. Pressure transducer ini dipasang di dekat lubang paling bawah (2.90 meter dari atas), karena tekanan lubang paling bawah merupakan tekanan yang paling kritis. Untuk mengubah signal elektrik dari pressure transmitter menjadi sebuah tekanan sebuah modul data akusisi digunakan. Modul yang digunakan adalah NI 9203 yang dihubungkan dengan chasis NI cdaq Untuk membaca modul ini di komputer, digunakan software Labview versi 8.5 yang juga merupakan produk dari National Instrument. 3.2 Kalibrasi Sistem Range pengukuran tekanan dari pressure transmitter yang kita gunakan adalah dari 0 30 psi. Jika range tekanan ini dikonversi ke dalam signal arus, maka range signal arus yang keluar adalah 4 20 ma. Tekanan 0 psi memberikan arus 4 ma dan tekanan maksimal 30 psi memberikan arus 20 ma. Karena pengukuran tekanan kita lakukan secara kontinu dan real time, maka diperlukan sebuah persamaan untuk kondisi ini. Dengan persamaan ini, berapa besar tekanan yang terjadi di dalam lubang akrilik langsung dapat dikonversi ke dalam besar arus. Persamaan dapat dibuat berdasarkan Gambar 5 kurva karakteristik pressure transmitter berikut ini. Gambar 5. Persamaan garis pressure transmitter 3

4 Karena bentuk kurva adalah garis lurus, maka persamaan garis lurus adalah: Dimana a adalah gradien garis yang dapat dicari dengan persamaan berikut: Dan nilai b yang dapat dicari dari gambar: Makadengan memasukkan nilai a = dan b = -7.5 ke dalam Persamaan (5) didapatkan persamaan akhir: Persamaan inilah yang kemudian akan dimasukkan ke dalam formula di dalam blok diagram software Labview Prosedur Percobaan Fluida yang digunakan dalam percobaan ini adalah air yang mewakili fluida Newtonian dan drilling fluid sebagai fluida non-newtonian. Prosedur percobaan terdiri dari langkah-langkah berikut ini: a. Penyediaan Fluida: Drilling fluid diperoleh dengan mencampurkan Bentonite dengan air. Untuk mengukur reologi dari fluida digunakan Fann 35 rotational viskometer. b. Transfer Fluida: Setelah fluida dengan konsentrasi tertentu telah disediakan dan siap digunakan, fluida kemudian dimasukkan ke dalam ruang annular sampai ruang annular penuh. Pemasukan fluida ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terperangkapnya gelembung udara di dalam ruang annular. c. Pengujian Tekanan Surge: Pengujian tekanan surge dilakukan dengan menurunkan pipa besi ke ruang annular dengan kecepaatan tertentu sambil dilakukan pengukuran dan pencatatan perubahan tekanan yang terjadi Metode Pengambilan Data Variasi Pengujian Pada pengujian untuk mengukur tekanan surge ini, dilakukan variasi pengujian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah, dimana pengujian divariasikan dalam 2 hal yaitu reologi fluida dan kecepatan pipa besi. (8) (9) Tabel 1.Variasi Pengujian Tekanan Surging Model Fluida Newtonian Bingham Plastic Fluida Yang Digunakan Air Keran 15 gr Bentonite/350 ml air 20 gr Bentonite/350 ml air 25 gr Bentonite/350 ml air 30 gr Bentonite/350 ml air Untuk mendapatkan sifat fisik yang kita inginkan, maka bahan dasar fluida perlu kita campurkan dengan padatan bentonite. Bentonite adalah reactive solid, yaitu padatan yang bereaksi dengan air, membentuk kekentalan. Dengan mengontrol konsentrasi lumpur sedemikian rupa di dalam air, maka viskositas fluida pengeboran dapat kita atur. Untuk kecepatan penurunan pipa besi, tidak bisa diatur secara konstan karena keterbatasan alat yang digunakan. Motor AC yang kita gunakan untuk menurunkan pipa besi, hanya bisa diatur nilai voltasenya, bukan kecepatan langsung. Pengaturan voltase juga mempunyai keterbatasan, dimana potensiometer yang digunakan adalah poternsiometer manual, bukan potensiometer digital. 4. Hasil 4.1 Fluida Newtonian Hasil pengukuran tekanan surging pada berbagai kecepatan drill string untuk fluida air ditunjukkan dalam Gambar 6. Gambar 7 menunjukkan perbandingan tekanan surging hasil eksperimen dengan perhitungan matematis menggunakan pers. (6). Gambar 6. Hubungan tekanan di dalam lubang dengan waktu (@air keran) Dari gambar diatas diketahui bahwa kecepatan penurunan drill string paling lambat sebesar m/s yang ditunjukkan grafik yang berwarna hitam dan paling cepat sebesar m/s yang ditunjukkan oleh grafik berwarna biru muda. Kelima grafik menunjukkan karakteristik yang sama, dimana saat terjadi proses surging, tekanan di dalam lubang berfluktuasi dimana tekanan meningkat dan menurun saling bergantian. Fluktuasi ini disebabkan oleh adanya air yang masuk ke dalam celah drill string dengan guiding rod, yang menyebabkan tekanan pada waktu tertentu secara mendadak menurun karena masuknya sebagian volume fluida ke dalam celah ini. 4

5 Gambar 8. Hubungan tekanan di dalam lubang dengan waktu gr Bentonite/350 ml air) Gambar 7.Tekanan surge di dalam annulus keran) Pada Gambar 7, tekanan surging dihitung dengan mengurangkan nilai terbesar tekanan yang terjadi di dalam lubang dengan nilai tekanan sebelum dilakukan proses surging. Untuk air keran, hasil tekanan surging yang didapatkan berfluktuasi dan kurang sesuai dengan perhitungan matematis yang dilakukan. Karena air keran dikategorikan sebagai fluida Newtonian, maka Yield Point dari fluida ini tidak akan mempengaruhi tekanan surging yang terjadi (yield point = 0). Error ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh masuknya air ke dalam celah drill string dengan guiding rod, yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan tiba-tiba saat air masuk ke dalam celah. Hal inilah yang membuat grafik tekanan yang terjadi pada kasus ini cenderung fluktuatif. Hal lain yang bisa masuk ke dalam pertimbangan adalah kemungkinan terjadinya aliran turbulen didalam pipa saat pada kecepatan penurunan pipa yang tinggi. Dari Gambar 7 bisa kita lihat bahwa tekanan hasil eksperimen untuk dua kecepatan terakhir menurun. Karena kecepatan relatif besar (0.425 m/s dan m/s) maka kemungkinan terjadinya aliran turbulen sangat besar. 4.2 Fluida non-newtonian Hasil pengukuran tekanan surging untuk dua variasi yang pertama, yaitu 15 gr Bentonite dan 20 gr Bentonite/350 ml air dalam Gambar 9 dan Gambar 10. Gambar 9. Hubungan Tekanan surge dengan Kecepatan Drill String (@15 gr Bentonite//350 ml air) Dari Gambar 4.9, nilai tekanan surge yang dihasilkan cukup kecil baik hasil perhitungan matematis maupun hasil eksperimen. Untuk hasil eksperimen, pada kecepatan ft/s tekanan surge yang dihasilkan sebesar 0.20 psi dan pada kecepatan ft/s tekanan surge yang dihasilkan sebesar 0.32 psi. Hasil perhitungan memberikan informasi bahwa tekanan surge akan meningkat secara linear jika kecepatan drill string juga semakin meningkat. Hasil perhitungan ini jika dibandingkan dengan hasil eksperimen yang kita lakukan menghasilkan kesusuaian yang cukup baik. Dua kecepatan awal (0.652 dan ft/s) drill string menghasilkan tekanan surge sedikit dibawah tekanan surge hasil perhitungan, kecepatan ft/s menghasilkan tekanan surge yang nyaris sama antara secara perhitungan dan hasil eksperimen. Untuk dua kecepatan terakhir (1.295 dan ft/s), tekanan surge eksperimen sedikit diatas tekanan surge hasil perhitungan. Perhitungan matematis dilakukan dengan memasukkan nilai yield point dan apparent viscosity pada suhu kamar (25 C). Namun karena percobaan dilakukan di luar ruangan, dimana fluida percobaan terkena sinar matahari, sehingga suhu fluida percobaan tidak sama dengan suhu kamar yang mengakibatkan nilai yield point dan apparent viscosity pada saat percobaan akan berubah. Perbedaan suhu ini akan mengakibatkan nilai perhitungan dan hasil eksperimen akan berubah. 5

6 Gambar 10.Tekanan surge di dalam annulus Bentonite/350 ml air) Fluida 20 gr Bentonite/350 ml air menujukkan hasil pengukuran tekanan surge yang lebih tinggi dari fluida 15 gr Bentonite/350 ml air. Dari grafik, jelas bisa dilihat bahwa tekanan surge eksperimen pada kondisi ini lebih tinggi dari tekanan surge hasil perhitungan yang dilakukan untuk semua besar kecepatan drill string. Perbedaan terjadi diakibatkan karena kemungkinan adanya perbedaan nilai properties fluida saat eksperimen akibat peningkatan suhu dari fluida Bentonite. Pada dua kecepatan terakhir (1.312 dan ft/s) tekanan surging meningkat secara tajam, hal ini mungkin disebabkan oleh turbulensi yang terjadi akibat kecepatan tinggi dari drill string yang diturunkan. Sebuah grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 11 di plot untuk memperlihatkan hubungan tekanan surge hasil eksperimen dengan tekanan surge hasil perhitungan matematis untuk fluida 25 gr Bentonite/350 ml air. Gambar 12. Hubungan tekanan di dalam lubang dengan waktu gr Bentonite/350 ml air) Gambar 13 Hubungan Tekanan Surge dengan Kecepatan Drill String gr Bentonite//350 ml air) Gambar 11. Hubungan Tekanan Surge dengan Kecepatan Drill String gr Bentonite//350 ml air) Dari Gambar 11 diatas, nilai tekanan surge yang dihasilkan cukup besar baik hasil perhitungan matematis maupun hasil eksperimen. Untuk hasil eksperimen, pada kecepatan ft/s tekanan surge yang dihasilkan sebesar psi dan pada kecepatan ft/s tekanan surge yang dihasilkan sebesar psi. Secara keseluruhan, tekanan surge eksperimen menghasilkan kesesuaian yang cukup baik dengan tekanan surge hasil perhitungan. Hasil perhitungan tekanan surge yang menghasilkan garis linear sebagai fungsi dari kecepatan sedikit diatas hasil tekanan surge eksperimen kecuali untuk kecepatan terakhir, dimana tekanan surge eksperimen lebih besar dari tekanan surge hasil perhitungan. Tekanan surging untuk fluida pengeboran 30 gr Bentonite/350 ml air ditunjukkan Gambar 12 dan Gambar 13 dibawah ini. Dari semua pengukuran yang dilakukan, fluida yang menggunakan 30 gr Bentonite/350 ml air ini menunjukkan tekanan yang paling tinggi diantara jenis fluida yang lain. Nilai tekanan yang terjadi semakin besar seiring meningkatnya kecepatan drill string. Berbeda dengan jenis fluida yang lainnya, grafik peningkatan dan penurunan tekanan yang terjadi relatif stabil dan fluktuasi yang terjadi hanya sedikit. Gambar 13 menunjukkan hubungan kecepatan penurunan drill pipe dengan tekanan surge yang terjadi di dalam lubang. Pada kecepatan penurunan yang paling rendah, yaitu ft/s nilai tekanan surge yang dihasilkan relatif kecil. Namun gradien tekanan ini meningkat tajam untuk kecepatan selanjutnya dimana pada kecepatan ft/s tekanan surge mencapai psi. Untuk kecepatan maksimal, yaitu ft/s tekanan surge yang dihasilkan sebesar psi. Perhitungan matematis tekanan surge memberikan hasil 1.8 psi untuk kecepatan yang paling rendah dan tekanan surge sebesar 2.3 psi untuk kecepatan drill string yang paling besar. 5. Diskusi Pengukuran tekanan surging telah dilakukan baik untuk fluida Newtonian maupun fluida non-newtonian. Dalam penelitian ini, diperlihatkan juga perbandingan antara 6

7 tekanan surging hasil eksperimen dengan perhitungan matematis yang dilakukan. Perhitungan matematis dilakukan berdasarkan referensi yang didapat [3]. Untuk melihat bagaimana tekanan surge terjadi dalam pengeboran, maka dilakukan variasi kecepatan penurunan drill string dan variasi reologi fluida pengeboran. Variasi kecepatan dilakukan dengan mengubah voltase motor AC yang digunakan dan variasi reologi fluida dilakukan dengan menggunakan konsentrasi Benonite yang berbeda-beda. Untuk fluida Newtonian (air keran), tekanan surge yang dihasilkan cukup besar dan berfluktuasi. Pada percobaan untuk fluida 30 gr Bentonite/350 ml air, tekanan surge yang dihasilkan meningkat cukup tajam ketika kecepatan drill string dinaikkan, dimana hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan perhitungan matematis. Untuk 3 jenis fluida percobaan lainnya (15 gr Bentonite/350 ml air, 20 gr Bentonite/350 ml dan 25 gr Bentonite/350 ml air) tekanan surge yang dihasilkan menghasilkan kesesuaian yang cukup baik antara hasil eksperimen dengan hasil perhitungan. Tekanan surge yang dihasilkan cukup berbeda hanya dihasilkan pada saat kecepatan yang besar sementara untuk kecepatan rendah hasil tekanan surge yang didapatkan cukup sesuai. Secara kesuruhan, kesalahan baik secara perhitungan maupun secara eksperimen disebabkan oleh: 1. Pengaruh Debit Aliran Guiding rod bertujuan untuk menjaga konsentrisitas antara drill string dan lubang annulus. Namun, akibat adanya guiding rod ini, maka ada sebagian aliran fluida yang masuk ke dalam celah drill string dan guiding rod yang mengakibatkan debit aliran berkurang. Selain itu, drill string yang terbuat dari besi yang di las juga mengalami kebocoran sehingga sejumlah volume fluida masuk ke dalam drill string. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tekanan yang terjadi, khususnya untuk fluida dengan viskositas rendah, dimana fluida ini mudah masuk ke dalam celah-celah ini. Untuk fluida dengan viskositas tinggi, fluktuasi tekanan yang terjadi cukup kecil. Pengaruh pengurangan volume fluida akibat celah ini juga tidak diperhitungan di dalam perhitungan matematis yang sehingga kemungkinan terjadinya perbedaan dengan kondisi nyata. 2. Faktor Eccentricity Faktor ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tekanan surge yang dilakukan. Guiding rod, yang tujuan untuk menjaga konsentrisitas, kurang berfungsi baik. Guiding rod yang ukurannya relatif kecil tidak bisa menahan berat drill string sehingga terjadi defleksi pada guiding rod. 3. Faktor Gel Strength dan Thixotropy Fluida pengeboran yang kita gunakan adalah fluida yang merupakan campuran air dengan Benonite dengan beberapa konsentrasi untuk volum tertentu. Perlu diketahui bahwa jenis fluida yang kita gunakan akan semakin kental seiring berjalannya waktu (aging factor). Perlu diingat bahwa model fluida Newtonian, Bingham Plastic dan Power Law tidak memperhitungkan sifat thixotropy dari fluida pengeboran ini. Gambar 14 Pengaruh Waktu terhadap Shear Stress vs Sear Rate [16] 4. Kondisi Unsteady State Eksperimen dan perhitungan tekanan surge diasumsikan pada kondisi steady-stae. Namun pada kenyataannya, saat dilakukan percobaan kemungkinan terjadinya kondisi unsteady sate sangat besar. Kecepatan penurunan drill string yang cukup besar akan menimbulkan aliran turbulen di dalam anulus. Pada perhitungan matematis, aliran dianggap laminar sehingga akan terjadi perbedaan dengan hasil eksperimen. 6. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Dari hasil perhitungan matematis maupun hasil eksperimen, kecepatan drill string akan mempengaruhi besar tekanan surge yang terjadi. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa semakin besar kecepatan drill string maka semakin besar tekanan surge yang terjadi di dalam lubang. 2. Semakin besar konsentrasi bentonite yang dicampur dengan air, maka tekanan surge yang terjadi juga akan semakin besar. 3. Pengukuran tekanan surge pada model fluida Newtonian menghasilkan fluktuasi tekanan. Hal ini disebabkan adanya air yang masuk ke dalam celah antara drill string dan batang pemandu saat terjadinya proses surging ini. 4. Tekanan surge yang terkecil diperoleh dari fluida 15 gr Bentonite/350 ml air. Fluida ini merupakan lumpur tipis yang sering digunakan untuk membersihkan mata bor dan meningkatkan laju pengeboran. Perbandingan hasil matematis dan hasil eksperimen dari fluida ini juga menunjukkan hasil yang terbaik dibandingkan dengan jenis fluida lainnya.. 5. Tekanan surge yang terbesar diperoleh dari fluida 30 gr Bentonite/350 ml air. Selain faktor kecepatan, viskositas juga mempengarui tekanan surge yang terjadi.viskositas fluida ini merupakan yang terbesar dari semua jenis fluida yang lain, sehingga fluida ini dapat dikategorikan 7

8 sebagai lumpur yang tebal. Lumpur tebal ini biasanya digunakan untuk mengangkat kerikil atau batuan hasil pemotongan dari dalam sumur. 6. Reologi fluida berpengaruh terhadap tekanan surge yang terjadi di dalam lubang sumur. DAFTAR NOTASI [lb/100 sq ft] [lb/100 sq ft] [cp] [cp] [1/s] [ft/s] [ft/s] [inch] [inch] [psi/ft] Shear Stress Yield point Viskositas Dinamik Viskositas Plastik Shear Rate Kecepatan rata-rata Kecepatan efektif annulus Diameter annulus Diamater drill string Frictional Presssure Gradient 8

9 Referensi: [1] R. Harry Eddyarso, Introduction to Drilling Technology, KMI goes to Campus Program, September [2] Z.K. Sadek, S.I. Ashraf, and M.E. Marwan, Drilling Fluid Rheology and Hydraulics for Oil Fields, European Journal of Scientific Research, pp.68-86, [3] Kaswir Badu, Drilling Fuid, Pengantar Teknik Pengeboran, Cepu, Februari [4] M.I. LLC., Drilling Fluid Engineering Manual, M.I. LLC., USA, [5] Hariot Watt University, Drilling Engineer, Hariot Watt, [6] Amoco, Drilling Fluid Manual, Amoco Production Company. [7] T.B. Adam Jr., K.M. Keith, E.C Martin, and F.S. Young Jr., Applied Drilling Engineering, Society of Petroleum Engineers, [8] Cardwell, W. T Pressure Changes in Drilling Wells Caused by Pipe Movement, API Drilling and Production Practices, pp [9] Burkhardt, J. A Wellbore Pressure Surges Produced by Pipe Movement, Journal of Petroleum Technology, pp (June). [10] Schuh, F. J Computer Makes Surge-Pressure Calculations Useful, Oil & Gas Journal, Vol. 62, No. 31, pp [11] Haige, W. and Xisheng, L Study on Surge Pressure for Yield-Pseudoplastic Fluid in a Concentric Annulus, Applied Mathematics and Mechanics, Vol. 17, No. 1, pp (January). [12] Kelessidis, V.C. and Maglione R., Modeling rheological behavior of bentonite suspensions as Casson and Robertson Stiff fluids using Newtonian and true shear rates in Couette viscometry, Powder Technology Journal, pp [13] H.C.H. Gray, G.R. Darley, Composition and properties of oil-well drilling fluids, Gulf Pub. Co., Houston,. [14] Mahto, V. and Sharma, V.P Rheological study of a water based oil well drilling fluid, Journal of Petroleum Science and Engineering, Vol. 45, pp [15] Tohoma Mandiri, PT, Premium Treated Sodium Bentonite, Jakarta Indonesia. [16] Abdul-Jdayil, B., Rheology of sodium and calcium bentonite-water dispersion, International Journal of Mineral Processing, Vol. 98 pp

HERMIKA DIAN LISTIANI

HERMIKA DIAN LISTIANI STUDI LABORATORIUM EFEK PENAMBAHAN ADDITIVE XCD-POLYMER, SPERSENE, RESINEX DAN DRISPAC TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BERBAHAN DASAR AIR PADA TEMPERATUR SAMPAI 150 0 C SKRIPSI HERMIKA DIAN LISTIANI 113060036

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC

ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran...

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran... ABSTRAK Well Kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi (air, minyak, atau gas) menuju lubang bor. Apabila kick ini tidak bisa dikontrol atau tidak bisa ditanggulangi, akan mengakibatkan fluida formasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN 10000 FT DENGAN DEBIT 500 GPM Setiadi 2110106002 Tugas Akhir Pembimbing Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, M.Sc Latar Belakang Duplex double

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa ketinggian permukaan fluida uji (h), debit aliran dari ketinggian permukaan fluida

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid EVALUASI HILANG SIRKULASI PADA SUMUR M LAPANGAN B AKIBAT BEDA BESAR TEKANAN HIDROSTATIS LUMPUR DENGAN TEKANAN DASAR LUBANG SUMUR Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PEMILIHAN ADDITIF PENSTABIL SHALE DI DALAM SISTEM LUMPUR KCL-POLIMER PADA TEMPERATUR TINGGI

STUDI LABORATORIUM PEMILIHAN ADDITIF PENSTABIL SHALE DI DALAM SISTEM LUMPUR KCL-POLIMER PADA TEMPERATUR TINGGI STUDI LABORATORIUM PEMILIHAN ADDITIF PENSTABIL SHALE DI DALAM SISTEM LUMPUR KCL-POLIMER PADA TEMPERATUR TINGGI Zakky, Bayu Satyawira, Samsol Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3

HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3 HAMBATAN GESEK ALIRAN LUMPUR DALAM PIPA 1/2 DAN PIPA SPIRAL P/Di = 4,3 TUGAS AKHIR Disusun Oleh DIDIK SETIAWAN 0403220172 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 HAMBATAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGANGKATAN SERBUK BOR PADA PEMBORAN UNDERBALANCED TRAYEK 12-1/4 DAN TRAYEK 9-7/8 DI SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI

EVALUASI PENGANGKATAN SERBUK BOR PADA PEMBORAN UNDERBALANCED TRAYEK 12-1/4 DAN TRAYEK 9-7/8 DI SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI EVALUASI PENGANGKATAN SERBUK BOR PADA PEMBORAN UNDERBALANCED TRAYEK 12-1/4 DAN TRAYEK 9-7/8 DI SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI Oleh ; TRI NUGROHO 113 102 009 PROGRAM STUDI PERMINYAKAN FAKUTAS TEKNOLOGI MINERAL

Lebih terperinci

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4. PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan pipa spiral dan pipa bulat ½ in, didapatkan data mentah berupa perbedaan tekanan manometer

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) B-197

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) B-197 JURNL SINS DN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-197 Perancangan Pompa Torak 3 Silinder untuk Injeksi Lumpur Kedalaman 10000 FT dengan Debit 500 GPM (Studi Kasus Sumur Pemboran

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut : 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. MODUL II VISKOSITAS Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang praktikum

Lebih terperinci

VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK

VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA ABSTRAK VALIDASI DAN KARAKTERISASI FLOW METER E-MAG UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA FASILITAS EKSPERIMEN UNTAI UJI BETA G. Bambang Heru K., Ahmad Abtokhi, Ainur Rosidi Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

Rheologi. Rini Yulianingsih

Rheologi. Rini Yulianingsih Rheologi Rini Yulianingsih Sifat-sifat rheologi didefinisikan sebagai sifat mekanik yang menghasilkan deformasi dan aliran bahan yang disebabkan karena adanya stress Klasifikasi Rheologi 1 ALIRAN BAHAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 RANCANGAN ALAT PENGUJIAN Pada penelitian ini alat uji yang akan dibuat terlebih dahulu di desain sesuai dengan dasar teori, pengalaman dosen pembimbing

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 4 No. 2 Februari 2012 ANALISA PERBANDINGAN PENGUKURAN TEKANAN ANNULUS TEORI DAN LANGSUNG PADA PROSES PENGEBORAN MINYAK BUMI Khairul Muhajir 1, Sugijarto Prawiro Sentono 2, Esa Taufik 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR KCl, Na2SiO3, DAN CAL- SEAL SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS A TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN...

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN SURAT KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENGARUH TEMPERATUR TINGGI SETELAH HOT ROLLER TERHADAP RHEOLOGI LUMPUR SARALINE 200 PADA BERBAGAI KOMPOSISI Ardhy Agung Abdul Hamid, Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstract In the

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI DAN OPTIMASI PERENCANAAN CASING PADA OPERASI PEMBORAN SUMUR X-9, PRABUMULIH PT. PERTAMINA EP Feldy Noviandy Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kasus Semburan Lumpur Lapindo Brantas yang sudah berjalan 2 tahun terakhir ini, pemerintah dan pihak yang terkait disibukkan dengan cara mengatasi/penanggulangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah berkaitan dengan kondisi sistem pengeboran yang telah berkembang di dunia, khususnya penggunaan fluida dalam industri minyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian terhadap aliran campuran air crude oil yang mengalir pada pipa pengecilan mendadak ini dilakukan di Laboratorium Thermofluid Jurusan Teknik Mesin. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G Bagus Ichwan Martha, Lilik Zabidi, Listiana Satiawati Abstrak Semen pemboran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong Hendri Kurniantoro, Mu min Prijono Tamsil Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Perencanaan casing merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Kata Kunci Lumpur pemboran, pompa sirkulasi, pompa torak.

Kata Kunci Lumpur pemboran, pompa sirkulasi, pompa torak. 1 Perancangan Pompa Torak 3 Silinder Untuk Injeksi Lumpur Kedalaman 10000 FT dengan Debit 500 GPM (Studi Kasus Sumur Pemboran Pertamina Hulu Energi - West Madura Offshore) Setiadi, I Made Arya Djoni, dan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PENGGUNAAN OIL BASE MUD SMOOTH FLUID (SF 05) TERHADAP FORMASI SHALE PADA SUMUR B DI LAPANGAN R Bonita Riany, Abdul Hamid, Listiana Satiawati Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Data Uncertainty Dalam setiap penelitian, pengambilan data merupakan hal yang penting. Namun yang namanya kesalahan pengambilan data selalu ada. Kesalahan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI KCL DAN NACL TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR POLIMER PAPH DI DALAM TEMPERATUR TINGGI SETELAH ROLLER OVEN Frijani Fajri AL Lail, Bayu Satiyawira Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI Oleh : MOHAMMAD RAEZAL FALAQ 113070115 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN VISKOSITAS

V. PENGUKURAN VISKOSITAS V. PENGUKURAN VISKOSITAS PENGANTAR Viskositas merupakan ukuran ketahanan fluida terhadap tekanan maupun tegangan. Semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PRESSUREMETER TEST (PMT)

PRESSUREMETER TEST (PMT) PRESSUREMETER TEST (PMT) Uji pressuremeter (PMT) adalah uji lapangan yang terdiri atas probe silinder panjang yang dikembangkan secara radial di dalam tanah sekelilingnya, dengan menggunakan sejumlah cairan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini peralatan yang dipergunakan untuk melakukan pengujian adalah terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.1 Set up

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015 LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015 MODUL : Aliran Fluida PEMBIMBING : Emmanuella MW,Ir.,MT Praktikum : 8 Maret 2017 Penyerahan : 15 Maret 2017 (Laporan) Oleh : Kelompok : 3 Nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut SKK Migas, rasio cadangan produksi minyak Indonesia tahun 2013 tinggal 11 tahun, jumlah cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 3,6 miliar barrel atau hanya

Lebih terperinci

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR Kelompok I FUNGSI FLUIDA BOR 1. Fungsi Pembuatan Lubang (Mendinginkan Mata bor, membersihkan mata bor dan dasar lubang, melumasi stangbor dan mata bor, menghambat proses korosi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan pompa sentrifugal untuk memindahkan fluida air dari satu wadah ke wadah yang lain, lazim kita temui dalam dunia industri maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS PERUBAHAN KELENGKUNGAN PARABOLOID PADA FLUIDA YANG DIPUTAR http://www.gunadarma.ac.id/ Disusun Oleh: Yatiman (21401472) Jurusan Teknik Mesin Pembimbing:

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Abstract JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti, Yogi Erianto Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Novrianti 1, Yogi Erianto 1, Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK

APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK APLIKASI BERBASIS ANDROID PEMILIHAN METODE PENANGGULANGAN WELL KICK Herry Sofyan 1 ), Frans Richard Kodong 2 ), Muhammad Fikri Zulpi 3 ) 1,2,3 ) Program Studi Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUJIAN

BAB III ALAT PENGUJIAN BAB III ALAT PENGUJIAN 3.1 RANCANGAN ALAT UJI Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dang pengalaman dari dosen pembimbing. Alat uji ini dirancang sebagai alat uji dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK.

STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK. STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK Oleh : Pradirga Grahadiwin* Ir. Lilik Zabidi, MS** Cahaya

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tujuan dari optimasi ESP dengan cara mengubah Pump Size adalah untuk mengoptimalkan laju alir produksi sesuai dengan kemampuan sumur. Penentuan laju

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Peralatan Penelitian Alat percobaan yang digunakan pada percobaan ini bertujuan untuk mengukur temperatur ring pada saat terjadi fenomena flame lift-up maupun blow off, yaitu

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa

Lebih terperinci