BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI"

Transkripsi

1 BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI PENDAHULUAN Dunia selalu mengalami perubahan sehingga menimbulkan pula perubahan konsep/teori. Pada bidang kesehatan, terciptanya kesehatan yang optimal tidak terlepas dari bidang biomolekuler yang lebih efektif untuk memecahkan masalah yang ada. Mata kuliah biologi mulut bertujuan untuk mempelajari struktur, perkembangan dan fungsi jaringan yang sating berhubungan satu dengan yang lain dan berkaitan dengan sistem organ dalam keadan sehat maupun sakit. Bidang ilmu biologi mulut juga sebagai jembatan antara ilmu kedokteran dasar dengan ilmu klinik khususnya pada rongga mulut. Bidang ilmu biologi mulut merupakan integrasi disiplin ilmu kedokteran dasar yang relevan dengan ilmu kedokteran gigi antara lain : anatomi rongga mulut, histologi rongga mulut, embriologi rongga mulut, fisiologi rongga mulut, mikrobiologi rongga mulut, imunologi, sekresi jaringan rongga mulut dan patologi rongga mulut. Adanya ilmu biologi mulut ini diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi penyakit lebih dini. ODONTOGENESIS / MORFOGENESIS GIGI Odontogenesis atau morfogenesis gigi dimulai pada 6 minggu infra uterin. Proses ini dipicu oleh sel-sel cranial neural crest (cnc) yang bermigrasi pada waktu pembentukan maksilla dan mandibula. Ada interaksi 2 populasi sel yang berbeda yaitu ektoderm dan mesoderm, dan membentuk dental lamina. Prosesnya meliputi : sitodiferensiasi; histodiferensiasi; morfodiferensiasi; sintesis dan sekresi komponen matriks ekstrasel misalnya kolagen; mineralisasi, kalsifikasi, osifikasi; organogenesis (pembentukan spesifik bentuk gigi); dan erupsi. Proses enamelogenesis meliputi tahap-tahap sebagai berikut : bud stage sebagai inisiasi, cap stage dan bell stage. Proses pembentukan gigi secara individual, tidak dibentuk bersamaan dan sesuai dengan urutan erupsi gigi. Instruksi bermula dari sel-sel ektomesenkhimal (em) yang akan menginduksi sel-sel tertentu ektoderm untuk membentuk ameloblas (sintesis dan sekresi matriks protein ). Selain itu terjadi pula diferensiasi ektomesenkhim untuk membentuk odontoblast. Hal ini juga tergantung pada epitel rongga mulut, jadi ada proses timbal balik. Adanya peran interaksi pada morfologi gigi dibuktikan secara laboratories, bahwa epitel insisivus ektomesenkhimal akan membentuk insisivus apabila ektoderm molar interaksi dengan ektomesenkhimal insisivus akan membentuk insisivus. Ektoderm insisivus interaksi dengan ektomesenkhimal molar akan membentuk molar, sehingga bentuk gigi Universitas Gadjah Mada 1

2 ditentukan oleh cnc (derivat ektomesenkhimal). Kerusakan cnc dan kegagalan bermigrasi akan menyebabkan anodonsia. PEMBENTUKAN ORGAN Ektoderm akan membentuk gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah dan disebut sebagai epitel odontogenik. Pada lapisan ini juga terjadi proliferasi dan memadat, membentuk dental lamina, yang dipisahkan oleh matriks intersel dengan ektomesenkhimal. Ektomesenkhimal merupakan jaringan ikat embrional, mengalami proliferasi dan memadat. Terdiri dari sel-sel spindle sp stelat dengan substansi dasar bersifat gelatin. Fase-fase pembentukan organ yaitu : Bud stage terjadi proliferasi lebih banyak daripada diferensiasi. Cap stage terjadi proliferasi, diferensiasi Bell stage terjadi morfodiferensiasi Kelainan morfogenesis berdasarkan fase pembentukan gigi sebagai berikut : Pada fase bell stage, sel-sel epitel luar berbentuk kuboid; sel-sel epitel ektomesenkhimal berbentuk kolumner yang akan berfifferensiasi menjadi ameloblas. Universitas Gadjah Mada 2

3 Nantinya pada daerah tonjol lebih cepat dibentuk daripada daerah servikal. Antara sel-sel epitel luar dan epitel dalam terdapat stelate retikulum untuk memproduksi matriks ekstrasel yang bersifat hidrofilik. Pada fase ini aktivitas sel stratum intermedium bertambah dengan adanya enzim alkalin fosfatase dan calsium ATP ase yang berperan dalam mekanisme kalsifikasi. Bakal gigi akan terlepas dari epitel mulut dan bentuk mahkota sudah jelas tetapi belum ada matriks kalsifikasi. Perubahan intrasel preameloblas membentuk ameloblas ditanoai sebagai berikut : bentuk sel kolumner pendek menjadi panjang; sitoplasma terpolarisasi, dan inti sel ke arah basal; retikulum endoplasma kasar, apparatus Golgi, mitokhondria ke arah apikal; sitoplasma mengandung sitoskeleton : mikrotubulus, mikroelemen, serabut kontraktil untuk sekresi sel. Pembentukan ameloblas dan odontoblast hampir bersamaan. Kekhasan ameloblas, sitoplasma bagian apikal (pros. Thome's), letak dekat dentino enamel junction tidak ada perpanjangannya. Ameloblas mensekresi protein untuk kalsifikasi sehingga terbentuk prisma dan arah pergerakan ameloblas berlawanan dengan odontoblast. Gambar ;1 ameloblas sebagai berikut : Universitas Gadjah Mada 3

4 Universitas Gadjah Mada 4

5 Gambaran fase-fase pembentukan gigi sebagai berikut : Gambar 2. Gambaran fase-fase pembentukan gigi Kalsifikasi Pada kalsifikasi terjadi sekretori ameloblas; sel stratum intermedium : mengambil dan melepaskan ion Ca; stelat reticulum terdesak ameloblas; Amelogenesis selesai, ameloblas kontak dengan epithel luar, kehilangan serabut Thoines (karena sitodiferensasi). Struktur Struktur terdiri dari matriks organik dan anorganik. Matriks organik yang merupakan protein terdiri dari Enamelin dan Amelogenin yang mempunyai afinitas besar terhadap hidroksi apatit. Pada matriks anorganik : Ca fosfat dalam bentuk hidroksiapatit Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2, berbentuk kristal besar, datar, heksagonal. Pada dentino enamel junction kandungan sodium magnesium dan karbonat lebih banyak, sedangkan Universitas Gadjah Mada 5

6 pada permukaan sodium, magnesium, carbonat lebih sedikit, kandungan fluoride, timah, zink lebih banyak sehingga lapisan luar lebih keras. Struktur terdapat gradiasi kekerasan yang menunjukkan bagian dalam lebih banyak mengandung air dan lebih larut terhadap asam. Elemen lain pada struktur yaitu aluminium, barium, strontium, titanium. Bagian terkeras berupa hidroksi apatit sekitar 95%-99%, pada dentin sekitar 70% dan tulang sekitar 45%. Ameloblas berjalan dari dentino enamel junction yang areanya lebih sempit ke arah permukaan yang areanya lebih lugs. Pada daerah cekung (fissure) menunjukkan sel-sel ameloblas menjadi tertekan; kalsifikasi kurang baik dan sisa-sisa makanan sukar dibersihkan sehingga mullah terkena karies, perlu fissure sealant. Prisma Prima berjalan dari dentino enamel junction ke permukaan luar dan tegak lurus pada permukaan luar. Bentuk berkelok pada daerah tonjol sesuai dengan dentino enamel junction. Aprismatik pada daerah dekat dentino enamel junction dan juga pada permukaan luar karena tidak ada prosesus Tomes pada amelogenesis. Ukuran panjang tergantung lokasi, daerah tonjol lebih panjang daripada servikal. Lebar rata-rata 4um, bagian permukaan lebih lebar daripada dentin enamel junction. Pada potongan melintang, bentuk seperti lubang kunci dengan bagian kepala kunci arah ke atas yaitu bagian oklusal dan insisal. Bagian ekor kunci arah ke servikal. Antar lubang kurci tersusun rapi, ekor terkunci antara 2 kepala. Bagian kepala dibentuk oleh satu ameloblas, bagian ekor oleh tiga ameloblas yang berdekatan. Pada tonjol atau tepi insisal : prisma dapat berpilin (gnarled ). Mudah patah kalau tidak didukung dentin, hal ini harus diperhatikan pada saat melakukan preparasi. Antar prisma terdapat selubung prisma berukuran 0,1-0,2 μm. Pada selubung prisma terdapat matriks lebih banyak dan hidroksi apatit hampir tidak ada. Pada prisma terdapat hidroksi apatit lebih banyak dan matriks sedikit. Selubung prisma terlihat disekeliling bagian kepala dan hampir hilang pada bagian ekor prisma. Ukuran kristal hidroksiapatit lebih besar kira-kira 4 kali daripada kristal pada dentin dan tulang. Arah kristal menunjukkan aksis panjang sejajar dengan bagian kepala dan tegak lurus pada bagian ekor. Perubahan orientasi dimuiai pada bagian leher dari bentuk lubang kunci. Gambaran prisma sebagai berikut : Universitas Gadjah Mada 6

7 Pertumbuhan menunjukkan aposisi, ada face istirahat seteleh dibentuk, tidak ada remodeling dan tidak ada perubahan bentuk. Pembentukan yang tidak sempurna secara mikroskopis menunjukkan a) garis melintang pada prisma sebagai gambaran gelap dan terang, hal ini dapat dibandingkan dengan garis imbrication dari Von Ebner pada dentin, kemungkinan ada perbedaan kalsifikasi antara siang-malam; b) garis Retzius, incremental lines pada waktu pembentukan ada stress, atau adanya penyakit, atau proses kelahiran. Pada dentin sebagai garis Owen, terlihat adanya kalsifikasi irregular; c) neonatal lines, garis-garis ini tergantung pada keadaan intra uterin. Pada desidui ditunjukkan adanya garis hitam sesudah lahir lebih banyak dibandingkan sebelum lahir. Universitas Gadjah Mada 7

8 Perubahan karena umur Perubahan karena umur menunjukkan adanya kehilangan jaringan karena pemakaian, akibat respons terhadap atrisi pada permukaaan oklusal. Penurunan permeabilitas karena a) sesudah dibentuk, ada kemampuan biofisik dengan membran semipermeabel; b) Ukuran kristal hidroksi apatit tambah besar, diikuti penurunan air (cairan mengisi kanal-kanal pada jaringan muda yang semipermeabel). mature ditunjukkan sifat fisikokimiawinya dapat berubah karena interaksi dengan lingkungan, misal : saliva, topikal aplikasi fluor sehingga kandungan fluoride lebih banyak dan akibat faktor makanan sehingga pada umur tua karies tidak aktif. Perubahan warna gigi menjadi lebih gelap ada perubahan pada dan dentin. Etsa pada Etsa pada diperlukan pada fissure sealing dan pemasangan braket ortho. Permukaan menjadi kasar. Konsep etsa pada yaitu terdiri dari prisma dan selubung prisma dengan komposisi yang berbeda. Prosesnya yaitu : Asam diaplikasikan (60") terjadi penetrasi 30 μm akan menembus selubung prisma yang tidak terkalsifikasi, merusak mineral di sekitar prisma (prisma core) sehingga permukaan kasar. Pada beberapa area, selubung prisma tidak permeabel terhadap asam, asam merusak prisma core, terjadi bentuk sarang tawon dari selubung prisma. Pembentukan dentin : Pada pembentukan dentin bagian tonjol lebih awal dibentuk. Terjadi sintesis, sekresi matriks organik ekstrasei (kolagen tipe I, III) dengan protein non kolagen. Matriks terjadi mineralisasi. Odontoblast bergerak menjauh, ada perpanjangan prosesus, berupa kanal tubules dentinalis. Lapisan yang belum terkalsifikasi antara odontoblast dan lapisan terkalsifikasi yaitu predentin, dentoid. Dentin Pembentukan, struktur, sifat fisik, biokimiawi dentin menyerupai tulang yaitu a) Pertumbuhannya secara aposisi; b) Dimensi hidroksiapatit; c) Ada prosesus pada sistem kanalikuli; d) Organiks matriks yaitu kolagen; e) Ada ketidaksamaan yaitu pada dentin avaskuler. Ada saling ketergantungan dari dentin dengan pulpa, sehingga diistilahkan dengan dentin-pulpa kompleks karena pulpa mempertahankan dentin dan dentin melindungi pulpa. Matriks organik berupa Kolagen tipe I pada dentino enamel junction dan orientasinya ireguler substansi dasar yang amorf, terdiri dari glikosaminoglikans; Protein non kolagen Universitas Gadjah Mada 8

9 merupakan bagian terbesar yaitu a) Asam karboksiglutamat yang kaya protein, mempunyai afinitas besar terhadap kalsium; b) Kalsium pengikat protein; c) Protein pembentuk tulang, d)glikoprotein lain yaitu fibronektin, dentinonektin; d) Kalsium ATP-ase, alkalin fosfatase dan e) Kolagenase. Odontoblast terdiri dari sel-sel stelat pada ektomesenchimal papilla dentinalis; berfungsi untuk mempertahankan dan memperbaiki dentin; bentuk sel kolumner panjang, bagian basal dekat pulps berupa bagian apikal terdiri dari sitoplasma besar dan panjang (prosesus adontoblastik) dan memanjang dari badan sel ke dentin yang terkalsifikasi; prosesus berada dalam kanal tubulus dentinalis. Model sekresi seperti ameloblast, sel-sel asinar glandula parotis. Gambar.dentinoblast sebagai berikut : Universitas Gadjah Mada 9

10 Dentinogenesis terdiri dari 2 fase yaitu fase organik dan fase anorganik. Fase organik terdiri dari sintesis dan sekresi kolagen, substansi dasar, komponen non kolagen. Fase anorganik terdiri dari matriks dan garam-garam Ca fosfat. Aktivitas odontoblast berupa pengambilan dan penyimpanan ion Ca (dalam mitochondria); memproduksi ikatan ion Ca-glikoprotein; memproduksi membran yang ada hubungan alkalin fosfatase, menaikkan konsentrasi ion fosfat; memproduksi membran yang ada hubungan Ca ATP-ase sebagai transport ion Ca Secara mikroskopis pada dentin yang sudah dibentuk dapat dijumpai garis yang disebut Incremental lines, sebagai akibat pembentukan dentin secara aposisi sehingga terbentuk garis regular/ireguler. Terdiri dari 2 macam yaitu Garis mayor berupa contour Owen dan Garis minor berupa von Ebner dan imbrication line. Tubulus dentinalis berjalan dari pulpa sampai dentino enamel junction. Beberapa ada yang melewati dentino enamel junction yang disebut enamel spindle. Bagian mahkota berbentuk S dan bagian akar lurus. Dekat pulpa lebih berdesakan (4-5 kali) daripada dentin enamel junction. Tubulus dentinalis terdiri dari : prosesus odontoblasttik, serabut syaraf tanpa myelin, sirkulasi cairan ekstrasel, fibril kolagen, kristal hidroksiapatit. Bersifat permeabel, sehingga bisa didapatkan mikroorganisme dan produknya, debries dari degenerasi sel dan materi bahan tambalan gigi. Bagian intertubuler yaitu antara tubulustubulus sifat kalsifikasi lebih kecil. Pada peritubuler terjadi kalsifikasi lebih banyak. Pada bagian dentino enamel junction ada cabang pendek 2-3, sifat lebih sensitif, dan pada permukaan beberapa prosesus odontoblast kontak dengan ameloblas. Tubulus dentinalis bagian akar kadang-kadang berupa cabang pada sisi tubulus yang saling berhubungan. Diameter berkurang karena deposisi dari dalam tubulus. Diameter pada dentino enamel junction sekitar 2 gm, pada dekat pulpa 3-4 μm. Dentin primer adalah dentin yang dibentuk sebelum gigi sempurna (pada bagian mahkota dan akar). Dentin sekunder adalah dentin yang dibentuk setelah gigi terbentuk sempurna, hal ini karena gigi berfungsi (oklusi), pertumbuhannya lambat dan continue, pada daerah sirkumpulpa menyempit dan kadang-kadang terbentuk sepanjang tubulus dentinalis, dan kalsifikasi lebih baik daripada dentin primer. Reaktif, reparatif, atau disebut juga tersier dentin, pembentukannya relatif cepat di region tertentu. Pada daerah dimana tubulus dentinalis terbuka akibat karies maupun preparasi, temperature tinggi dan terdapat agen kimiawi. Yang berperan dalam pembentukan dentin ini adalah sel-sel mesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Pada dentin ini tidak ada tubulus dentinalis, akibat preparasi dengan temperature tinggi tubulus, dentinalis kehilangan prosesus dalam odontoblast sehingga berisi udara kemudian terbentuk dead tract. Universitas Gadjah Mada 10

11 Sklerotik atau transparan dentin terbentuk karena umur tua dengan prosesus dan tubulus dentinalis terjadi kalsifikasi. Terjadi pada dentin perifer dan akar gigi. Dapat juga terjadi pada dekat karies, adanya dekalsifikasi lokal sehingga ada mineral bebas, yang kemudian terjadi remineralisasi. Sensasi pada dentin terjadi karena adanya komunikasi antar odontoblast dari mikrotubulus dan mikrofilamen sehingga terjadi transfer rasa sakit. Teori lain menyatakan serabut syaraf berjalan dekat set odontoblast, kemudian myelin hilang (tinggal akson, didukung set Schwann) sehingga sel Schwann hilang, akhiran bebas pada set odontoblast kemudian masuk ke tubulus. Akhiran syaraf tidak penetrasi ke sepanjang ketebalan dentin, kadang-kadang tidak ke semua tubulus dentinalis. Pendapat lain bahwa pada peritubuler space terdapat cairan ekstraseluter (kandungan potassium tinggi yang peka terhadap rangsangan), merupakan "minisirkulasi"' bergerak pada tubulus dentinalis, dengan mekanisme hidrodinamik, hal ini yang menyebabkan terjadinya sensitivitas. Dapat disimpulkan bahwa timbulnya sensasi sakit karena kombinasi dari mekanisme tersebut. PULPA Pulpa terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel yang banyak, matrisk fibrosa jaringan ikat dan substansi dasar amorf, vaskularisasi tinggi. Ukuran pulpa relatif lebar. Struktur pulpa ada 4 zone yaitu 1. zone odontoblasttik : mengandung odontoblast yang banyak 2. zone subodontoblasttik : sel-sel sedikit, zone bebas sel (Weil) 3. zone kaya dengan sel 4. zone jaringan ikat (sentral pulpa), pembuluh darah dan syaraf banyak Sel-sel dalam pulpa terdiri dari sel tetap dan sel bebas. Sel tetap berupa odontoblast, fibroblast, sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi. Sel bebas berupa makrofag, mast sel, limfosit, leukosit (sel lemak tidak didapatkan) Fibroblas (dari sel ektomesenchimal yang tidak berdifferensiasi). Terdapat pada zone 3. Bentuk pasif berupa fibrosit. Fibroblas berbentuk clips, inti sentral dan mempunyai prosesus. Berfungsi untuk memproduksi kolagen (tipe I, III) serta sintesis dan sekresi komponen substansi dasar (proteoglikan, glikosaminoglikan) Sel ektomesenkhimal yang tidak berdifferensiasi terdapat dalam jumlah besar, kapasitas regenerasi jaringan pulpa, terdapat pada zone 3 dan 4. Bentuk sel stelat, inti besar, heterokromatin, terdapat mikrofilamen dan mikrotubulus, dapat berpindah, melalui aliran sitoplasma, dan keterlibatan matriks ekstrasel. Reseptor sel berfungsi untuk mekanisme sorting pada sel dan aliran sel. Komunikasi antar sel berjalan karena ada Universitas Gadjah Mada 11

12 hubungan antar prosesus, differensiasi terminalnya adalah set odontoblast dan fibroblast. Pada umur tua menunjukkan jumlah berkurang dan kemampuan regenerasi berkurang Pada sel makrofag, morfologi dan metabolismenya tergantung pada status jaringan. Berasal dari monosit, pada sirkulasi untuk jaringan ikat. Letak nukleus tidak sentralis, bentuk seperti ginjal. Sitoplasma terdapat gelembung-gelembung/vakuola/lisosome, terdapat enzim hidrolitik sebagai digesti intraseluier, misal terhadap bakteri. Mempunyai prosesus/pseudopodia, dan permukaan sel berlipat, protrusif, menggambarkan aktifitas fagositosis. Banyak mikrofilamen dan mikrotubulus yang berfungsi dalam migrasi dan fagositosis. Fungsi utama sel makrofag adalah mencerna dan menelan Benda asing, sebagai respons imun, penahanan infeksi bakteri, virus. Sel mast biasanya terdapat pada jaringan ikat dan pada keadaan inflamasi pulpa, tidak terdapat pada pulpa sehat, terdapat vesikel berisi heparin dan histamin. Apabila heparin lepas dari sel maka akan mencegah pembekuan darah, histamin sebagai vasodilator. Pada matriks fibrosa/jaringan ikat, kolagen sedikit, retikulin dan elastin tidak ada. Matriks fibrosa ini sebagai pendukung sel, pembuluh darah, syaraf. Pada substansi dasar, terdapat air banyak dan glikoprotein, glikosaminoglikans, proteoglikans. Vaskularisasi lewat foramen apikalis, pleksus terdapat pada sentral pulpa (zone 2+3) sebagai mikrosirkulasi. Kapiler-kapiler terdapat pada daerah subodontoblasttik. Sifatnya fenestrasi/porous menunjukkan transfer nutrient. Transfer meliputi : 1. perubahan antar sel endotel yang berdekatan 2. melewati set dengan adanya "pore" 3. pinositolitik vesikel kemudian melewati kapiler lalu venule pada akhirnya versa aliran darah dalam pulpa Perubahan karena umur meliputi : ukuran berkurang sebagai fungsi odontoblast, supply darah berkurang karena kanal menyempit, sensitivitas berkurang, sel fibroblast dan sel ektomesenkhimal berkurang, kemampuan regenerasi I perbaikan berkurang, serabut kolagen menjadi kaku dan kandungan air berkurang. Kepentingan klinisnya yaitu : kadang-kadang ada foramina / kanal tambahan antara pulpa, ligament periodontal sebagai penyebaran inflamasi, terbentuk dentikel (pulp stone) terdiri dari true denticle dan false denticle SEMENTUM Sementum merupakan jaringan avaskuler, tidak ada remodeling dan pertumbuhan secara aposisi. Sementum sebagai perlekatan serabut dari ligament periodontal dan Universitas Gadjah Mada 12

13 penting dalam proses erupsi gigi. Terjadi deposisi pada daerah apikal yang berfungsi untuk mempertahankan panjang gigi (kompensasi abrasi/erosi ). Merupakan kesatuan antara sementum dengan tulang alveolar. Pembentukan sementum terjadi pada waktu pembentukan akar dan periodontium oleh sementoblas dari ektomesenkhim pada folikel gigi. Sel selubung akar membentuk materi menyerupai (enameloid) pada permukaan dentin akar yang Baru dibentuk. Enameloid dibentuk sebelum sementum yang berfungsi sebagai pemicu dan melekatkan sementum pada dentin (intermediet sementum I lapisan hialin). Matriks ekstraseluler terdiri dari organik dan anorganik berupa kristal hidroksiapatit. Matriks organik berupa kolagen, protein non kolagen, substansi dasar. Asal kolagen dari sementoblas dan fibroblast ligamen periodontal Pada sementoblas terjadi sintesis dan sekresi serabut kolagen intrinsik. Pada fibroblast terdapat serabut kolagen ektrinsik dari ligament periodontal sebagai serabut Sharpey yang berinsersi pada sementum. Sementoblas Struktur dan fungsi sementoblas menyerupai osteoblas. Lapisan pertama pada permukaan dentin akar sementoblas membentuk sementoid kemudian sementum (pre sementum). Kadang-kadang sementoblas dikelilingi oleh produk sekretorinya untuk terjadi kalsifikasi (=sementosid). Bentuknya kuboid, sitoplasma basal, retikulum endoplasma kasar, golgi apparatus lebih banyak menunjukkan gambaran sel aktif Pembentukan semen aktif diikuti periode pasif (istirahat) sebagai incremental lines. Pembentukan sementoblas secara aposisi. Terjadi sintesis dan sekresi serabut kolagen intrinsik. Terdiri dari protein non kolagen dan tidak terkalsifikasi. Sel mengambil, menyimpan, melepaskan ion Ca dan P. Kalsifikasi terjadi pada serabut kolagen intrinsik dan ektrinsik kecuali pada serabut ektrinsik sebelah apikal. Kalsifikasi pertama karena ada penyebaran hidroksiapatit dari dentin. Tidak ada remodeling, perbaikan. dengan aposisi sementum Baru. Perbedaan sementum dengan tulang alveolar dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Gadjah Mada 13

14 Tipe sementum berdasar pada kecepatan sementogenesis. Ada 2 jenis yaitu. sementosit (seluler) dan Non sementosit (aseluler). Sementum aseluler sifatnya tipis (± 50 μm), terdapat sekitar 1/3-1 / 2 panjang akar dari arah mahkota. Terbentuk akibat pembentukan seme.itum yang lambat. Ditandai dengan incremental lines, sejajar dengan permukaan akar. Banyak didapati serabut Sharpey. Sementum seluler berupa lapisan tebal μm pada ujung akar dan furkasio. Kadang-kadang menutup ujung akar. Pembentukan cepat, sementoblas terperangkap matriks termineralisasi seperti lakuna. Banyak prosesus sitoplasma, ada komunikasi antar sel. Nutrisi tergantung pada diffusi dari ligamen periodontal (karena sementum avaskuler). Bila sementum terlalu tebal, lapisan terdalam akan mati, ada daerah kosong. Pada sementosid yang hidup, kanalikuli (prosesus) berorientasi ke ligamen periodontal. Serabut intrinsik lebih banyak. Tipe sementum dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 6. Tipe sementum Perubahan karena umur terjadi penambahan ketebalan (prosesus interrniten) sepanjang hidup gigi. Terjadi deposisi sementum seluler lebih tebal daripada aseluler. Ketebalan sementum menunjukkan estimasi umur tua maupun adanya faktor lain seperti penyakit periodontal). Terjadi abnormal penebalan seperti hipersementosis (hipertrofi, hiperplasia). Dapat aus karena penyikatan gigi sehingga dentin terbuka Sementum menutupi dentin pada akar anatomis. Pada gigi mencapai oklusi terdapat di akar 2/3 dibentuk. Epitel selubung akar berfungsi untuk memproduksi protein sehingga dideposisikan pada permukaan dentin bagian akar berama dengan karbohidrat akan membentuk substansi dasar. Pada epitel selubung akar terjadi disintegrasi sehingga sel-sel pada saku gigi bergerak ke permukaan dentin bagian akar clan permukaan akar ditutupi oleh selapis cement= yang belum terkalsifikasi, menjauhi dentino enamel junction untuk membentuk sementoid pada ketebalan tertentu akan terjadi kalsifikasi. Universitas Gadjah Mada 14

15 Terjadinya deposisi sementum membutuhkan interval waktu. Apabila sementoblas istirahat maka kalsifikasi meningkat. Pembentukannya secara aposisi bukan remodeling. Resorpsi pada sementum misal karena tekanan alat seperti alat orthodonti ataupun karena trauma pada gigi decidui. Pada daerah servikal gigi bersifat aseluler, tidak ada penambahan ketebalan, merupakan primer sementum, tipis, mudah terkena karies bila ada resesi gingiva, mudah rusak karena ada tekanan sikat gigi. Lebih ke arah apikal merupakan sementum seluler, terjadi deposisi sementum sepanjang gigi masih ada, lebih tebal dari sementum sekunder, nutrisi dari ligamen periodontal. Hipersementosis terjadi pembentukan sementum berlebihan, sehingga dapat mengakibatkan kesukaran ekstraksi misal akibat perawatan mumifikasi pulpa. Bila tidak ada sementum, menyebabkan gigi goyah misal pada resorpsi akar desidui. PEMBENTUKAN AKAR GIGI Pada saat mahkota terbentuk disertai dimulainya pembentukan akar gigi, hal ini menunjukkan dimulainya erupsi gigi. Prosesnya : epitel luar bertemu dengan epitel dalam kemudian terjadi proliferasi membnetuk struktur bilaminer kemudian terbentuk epitel selubung akar Hertwig. Teijadi pertumbuhan ke bawah yang memisahkan papilla dan folikel gigi. E.e.d tidak berdiferensiasi menjadi ameloblas dan berfungsi membentuk inductor pembentuk odontoblast. Setelah akar terbentuk, selubung Hertwig mengalami fragmentasi dan degenarasi. Kalau ada sisa epitel tersebut maka akan terbentuk sisa epitel Malaszes yang terlibat dalam pembentukan kista. Universitas Gadjah Mada 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva

Lebih terperinci

FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI. Sartika Puspita *

FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI. Sartika Puspita * FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa memiliki

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal.

Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal. Jaringan ikat termineralisasi yang membalut akar gigi dan merupakan tempat tertanamnya serabut gingiva dan ligamen periodontal. Fungsi utamanya: untuk menjangkarkan gigi ke tulang alveolar Klasifikasi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1 Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi keduanya tergantung pada konsentrasi dalam plasma darah. Metabolisme ion kalsium dan fosfat dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai hubungan yang sangat erat, namun masing-masing dari keduanya merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Gigi Gigi merupakan struktur keras yang terkalsifikasi, biasanya terletak pada jalan masuk traktus alimentarius dan fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi Desidui Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui berkembang

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK

HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK 1 BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM dan LEMBAR KERJA MAHASISWA HISTOLOGI JARINGAN KERAS DAN JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT BLOK 5: STRUKTUR SISTEM STOMATOGNATIK Penyusun: drg. Happy Harmono, M.Kes drg. Nuzulul Hikmah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga mencapai posisi fungsional di dalam

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

Salah satu bagian gingiva secara klinis

Salah satu bagian gingiva secara klinis Salah satu bagian gingiva secara klinis adalah: 1... (jawaban yang ditanyakan adabagian gingiva yang dibatasi oleh alur gusi bebas dan batas mukosa gingiva dari bagian gingiva lain dan mukosa alveolar)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan

Lebih terperinci

DENTIN PULPA ENDODONTIK ATAU OPERATIVE DENTISTRY? Hubungan yang sangat erat antara dentin dan pulpa. Perlindungan jaringan pulpa terhadap iritasi luar

DENTIN PULPA ENDODONTIK ATAU OPERATIVE DENTISTRY? Hubungan yang sangat erat antara dentin dan pulpa. Perlindungan jaringan pulpa terhadap iritasi luar PULPO DENTINAL KOMPLEKS Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG DENTIN PULPA ENDODONTIK ATAU OPERATIVE DENTISTRY? Hubungan yang sangat erat antara dentin dan pulpa. Perlindungan jaringan pulpa terhadap iritasi

Lebih terperinci

BIOLOGI ORAL. Pengertian :

BIOLOGI ORAL. Pengertian : BIOLOGI ORAL Pengertian : Biologi Oral adalah ilmu yg mempelajari struktur,pertumbuhan, perkembangan dan fungsi jaringan mulut dan sekitarnya yang tercakup dlm sistem stomatognatik meliputi : gigi, jaringan

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI, BIOKIMIAWI DAN FISIOLOGI SEL-SEL PENYUSUN JARINGAN PERIODONTAL

ASPEK BIOLOGI, BIOKIMIAWI DAN FISIOLOGI SEL-SEL PENYUSUN JARINGAN PERIODONTAL ASPEK BIOLOGI, BIOKIMIAWI DAN FISIOLOGI SEL-SEL PENYUSUN JARINGAN PERIODONTAL Gambar 1. Jaringan periodontal Jaringan periodontal meliputi: 1. Gingiva 2. Ligamentum periodontal 3. Sementum 4. Tulang alveolar

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Usia Kronologis Usia kronologis adalah usia berdasarkan periode waktu lahir (Dorland, 2012). Usia kronologis menjadi indikator yang lemah untuk menilai usia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

Oleh : Ikbal Gentar Alam

Oleh : Ikbal Gentar Alam Oleh : Ikbal Gentar Alam Embrio Ektoderm Mesoderm Endoderm Mesoderm membentuk mesenkim Mesenkim membentuk Jaringan-jaringan penyambung tubuh (jaringan ikat sejati, tulang rawan, tulang dan darah) Jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Periapikal Nama periapical berasal dari bahasa latin peri, yang berarti sekeliling, dan apical yang berarti ujung. Radiogafi periapikal dapat menunjukkan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara yang dihasilkan dari proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara yang dihasilkan dari proses 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asap 2.1.1 Definisi asap Asap merupakan dispersi uap asap dalam udara yang dihasilkan dari proses distilasi kering atau pirolisa biomasa seperti kayu, kulit kayu, tempurung,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU KELENJAR SALIVA Perkembangan Embriologi Kelenjar saliva berkembang dari ectoderm. Asal perkembangan kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel

A. Pengertian Sel. B. Bagian-bagian Penyusun sel A. Pengertian Sel Sel adalah unit strukural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup. Sel berasal dari bahasa latin yaitu cella yang berarti ruangan kecil. Seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena memiliki kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN TULANG SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Jaringan Tulang 1. Jaringan Tulang Rawan 2. Jaringan Tulang Keras / Sejati 1. Jaringan Tulang Rawan Fungsi jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Akar Gigi Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008).

BAB II TINJUAN PUSTAKA. odontoblast. Pada tahap awal perkembangannya, odontoblast juga. pertahanan (Walton & Torabinejad, 2008). BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pulpa Pulpa gigi adalah suatu jaringan lunak yang terletak di daerah tengah pulpa. Jaringan pulpa membentuk, mendukung, dan dikelilingi oleh dentin. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

dr. AL-MUQSITH, M.Si

dr. AL-MUQSITH, M.Si SEL dr. AL-MUQSITH, M.Si Ultra Struktur MULAI DIPELAJARI DENGAN DITEMUKANNYA MIKROSKOP ELEKTRON. PEMBESARAN YANG DIPEROLEH MENCAPAI PULUHAN RIBU KALI. GAMBAR YANG DIPELAJARI UMUMNYA DARI: - MIKROSKOP ELEKTRON

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan restorasi resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962. 1 Resin komposit merupakan suatu bahan restorasi yang memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi

Lebih terperinci

Penuntun praktikum histologi cell and genetics

Penuntun praktikum histologi cell and genetics Penuntun praktikum histologi cell and genetics Pada praktikum ini Saudara akan melihat sajian Histologi di bawah mikroskop. Pada mikroskop ada 2 macam lensa, okuler dan objektif. Lensa okuler terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu konservasi gigi. Idealnya gigi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi

Tulang Rawan. Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Tulang Rawan Struktur Dasar, Tipe dan Lokasi Suatu tulang rawan memiliki khondrosit yang tersimpan di dalam ruangan (lacunae) dalam matriks ekstraselular. Tulang rawan mengandung banyak air (menyebabkannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gigi Gigi-geligi merupakan suatu sistem fungsional efektif yang tersusun atas kelompok gigi dalam jumlah, ukuran dan bentuk yang berbeda. Tiap kelompok gigi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. periodontitis. Dalam kondisi kronis, periodontitis memiliki gambaran klinis berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kedokteran gigi erat sekali kaitannya dengan penyakit yang dapat berujung pada kerusakan atau defek pada tulang alveolar, salah satunya adalah periodontitis. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang menyebabkan infeksi pada jaringan pulpa gigi dan jaringan periapikal. Perawatan saluran akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa (Carranza & Newman, 1996; Teronen dkk., 1997).

Lebih terperinci

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita *

PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA. Sartika Puspita * PROSES PENYEMBUHAN JEJAS PADA JARINGAN PULPA Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa gigi dapat

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI PULPA

STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI PULPA STRUKTUR ANATOMI DAN FUNGSI PULPA Disusun oleh: Nathania Astria 021211133059 Christopher 021211133060 Eghia Laditra A 021211133061 Intan Ayu Rizki P 021211133062 Ainani Dwi Hapsary 021211133063 Karissa

Lebih terperinci

SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG

SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG NANGRO ACEH DARUSSALAM 5-10 JULI 2007 1 SOAL TES SEL DAN JARINGAN Petunjuk: 1. Jawablah pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional. Umum. Khusus

Tujuan Instruksional. Umum. Khusus MEMBRAN SEL Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa FK USU semester 1 akan dapat menjelaskan struktur dan fungsi membran serta protein membran dan hubungannya dengan reseptor. Khusus Mahasiswa akan dapat :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)

Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ph dan Saliva 1. PH Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala ph, yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H + ( dan juga OH - ) didalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dentin Pulpa Kompleks Dentin merupakan pembentuk utama struktur gigi dan meluas hampir keseluruh panjang gigi. Di bagian mahkota, dentin dilapisi enamel, di bagian akar dilapisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

Endodontology Greek Pengetahuan ttg apa yg berada dlm gigi Cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan morfologi, Fisiologi & patologi Jaringa

Endodontology Greek Pengetahuan ttg apa yg berada dlm gigi Cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan morfologi, Fisiologi & patologi Jaringa ILMU KONSERVASI GIGI II ENDODONTOLOGY Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG Endodontology Greek Pengetahuan ttg apa yg berada dlm gigi Cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan morfologi, Fisiologi

Lebih terperinci

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena A. Kegagalan sementasi. B. Kegagalan mekanis C. Iritasi dan resesi gingiva D. Kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian perubahan lengkung oklusal akibat kehilangan gigi posterior ini, didapat sebanyak 103 jumlah sampel kemudian dipilih secara purposive sampling dan didapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: hipersensitivitas dentin, strontium chloride hexahydrate 10%, sodium monofluorophosphate, visual analogue scale.

ABSTRAK. Kata kunci: hipersensitivitas dentin, strontium chloride hexahydrate 10%, sodium monofluorophosphate, visual analogue scale. ABSTRAK Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika diberikan stimulus termal,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar pada umumnya mengalami kerusakan pada jaringan pulpa dan mahkota, baik karena proses karies, restorasi sebelumnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

pergerakan gigi isiologis merupakan gerakan gigi secara alami yang terjadi selama dan setelah erupsi. gerakan gigi isiologis melipui:

pergerakan gigi isiologis merupakan gerakan gigi secara alami yang terjadi selama dan setelah erupsi. gerakan gigi isiologis melipui: biology of tooth movement (biologi perger akan gigi) perawatan ortodonik ini dimungkinkan disebabkan oleh fakta bahwa seiap kali gaya lama diterapkan pada gigi, remodeling tulang muncul di sekitar gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak Penatalaksanaan Dentinogenesis Imperfecta pada Gigi Anak Abstract Winny Yohana Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan fraktur gigi berbeda antara enamel dengan dentin akibat adanya perbedaan komposisi yang terkandung dalam kedua jaringan keras tersebut. Komposisi enamel terbesar tersusun

Lebih terperinci

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulang merupakan suatu jaringan ikat tubuh terkalsifikasi yang terdiri dari matriks dan sel-sel. Tulang mengandung matriks organik sekitar 35%, dan matriks anorganik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan sisa jaringan nekrotik, mikroorganisme dan produk lain sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan

Lebih terperinci