Effect Malic Acid Concentration and Temperature on Physical, Chemical and Organoleptic Effervescent of Noni Leaf (Morinda citrifolia L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Effect Malic Acid Concentration and Temperature on Physical, Chemical and Organoleptic Effervescent of Noni Leaf (Morinda citrifolia L."

Transkripsi

1 Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 PENGARUH KONSENTRASI ASAM MALAT DAN SUHU TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK EFFERVESCENT EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) Effect Malic Acid Concentration and Temperature on Physical, Chemical and Organoleptic Effervescent of Noni Leaf (Morinda citrifolia L.) Ulfah Regiarti 1*, Wahono Hadi susanto 1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang *Penulis Korespondensi, ulfah.regiarti@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam malat dan suhu terhadap karakteristik fisik kimia dan organoleptik serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu konsentrasi asam malat (,, dan ) dan suhu proses. Hasil perlakuan terbaik berdasarkan parameter fisik dan kimia adalah perlakuan konsentrasi asam malat dengan suhu proses pada suhu freezer yang menghasilkan nilai kadar air 8.73%, aktivitas antioksidan 63.33%, total fenol mggae/100g, vitamin C mg/100g, ph 4.48, total asam 0.35%, kecepatan larut 5.14 detik/gram, kelarutan 98.53% dan kecerahan warna Sedangkan perlakuan terbaik berdasarkan parameter organoleptik adalah perlakuan konsentrasi asam malat dengan suhu proses pada suhu refrigerator yang menghasilkan nilai warna serbuk 5.60, warna minuman 5.55, rasa minuman 5.85 dan aroma minuman Kata Kunci: Asam Malat, Daun Mengkudu, Effervescent, ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of malic acid concentration and temperature on the physical chemical and organoleptic characteristics of effervescent of noni leaf. This study used a randomized block design (RBD) with 2 factors, the concentration of malic acid (, and ) and the temperature. The best treatment results based on physical and chemical parameters is malic acid concentration with the temperature at freezer that produce water content 8.73 %, % antioxidant, total phenol mggae/100g, vitamin C 27,42 mg/100g, ph 4.48, 0.35 % total acid, soluble speed 5.14 sec/g, solubility of % and brightness. While the best treatment based on organoleptic parameters are malic acid concentration 30 % with the temperature at refrigerator which produce pollen color values 5.60, 5.55 beverage color, the taste and smell of drink is Keywords: Effervescent, Malic Acid, Noni Leaf, Temperature PENDAHULUAN Tanaman mengkudu merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan adanya sebutan tersendiri untuk tanaman ini dari berbagai daerah di Indonesia. Pada tanaman mengkudu daunnya dapat ditanam sebagai sayuran dan cairan buahnya untuk obat tekanan darah tinggi. Daun mudanya biasanya dikukus atau direbus dan dimakan sebagai lalap. Pesatnya tingkat produksi pengolahan dari berbahan baku mengkudu di Indonesia tahun 2003 mencapai 1910 ton per tahun dengan luas area 638

2 Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 kebun 23 hektar dan meningkat menjadi 73 hektar pada tahun 2004 dengan produksi sebesar 3509 ton per tahun [1][2]. Hal ini dikarenakan adanya fakta empiris serta bukti penelitian ilmiah mengenai manfaat mengkudu bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit degeneratif seperti kanker, tumor, dan diabetes. Dengan adanya faktafakta empiris tersebut maka mengkudu berpotensi dikembangkan sebagai pangan fungsional [3]. Sebagaimana sayuran daun hijau pada umumnya, daun mengkudu sangat kaya akan protein, provitamin A, serta beberapa mineral seperti fosfor, kalsium, zat besi, dan selenium. Selain itu daun mengkudu juga mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, iridoid, asam askorbat, karoten dan riboflavin [4]. Daun mengkudu juga mengandung senyawa antrakuinon, alkaloid, saponin, terpenoid yang berperan sebagai antibakteri [5]. Minuman dalam bentuk effervescent banyak digemari oleh masyarakat karena praktis, cepat larut dalam air, memberikan larutan yang jernih, dan memberikan efek sparkle atau seperti pada rasa minuman soda. Senyawa asam (asam malat) menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan effervescent ekstrak daun mengkudu. Asam ini higroskopis dan kelarutannya dalam air cukup baik. Kekuatan asamnya lebih kecil dari asam sitrat dan asam tartrat tetapi dapat menghasilkan reaksi effervescing ketika direaksikan dengan sumber basa. Selain itu asam malat memiliki rasa yang lebih asam dari asam sitrat, sehingga untuk menghasilkan rasa yang sama asamnya dengan penggunaan asam sitrat hanya memerlukan jumlah yang sedikit. Adanya perbedaan konsentrasi asam malat diduga akan mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia dari effervescent yang dihasilkan. proses pembuatan effervescent memerlukan kondisi lingkungan yang khusus, yaitu ruangan berrh (relative humidity) maksimal 25% dan bertemperatur maksimal 25 C yang dimaksudkan untuk menjaga kestabilan produk effervescent [6]. Penelitian ini dilakukan dengan proses pembuatan serbuk effervescent dari ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.). Hal ini karena minuman instan fungsional dari ekstrak daun mengkudu belum ada di pasaran serta minuman instan fungsional dengan teknologi effervescent yang ada sudah banyak diminati oleh konsumen. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan pembuatan effervescent ekstrak daun mengkudu yaitu daun menqgkudu, air, maltodekstrin, natrium bikarbonat (NaHCO 3 ), asam malat, dan aspartam. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis adalah indicator pp, indicator amilum, larutan iodine 0.01 N, alcohol 96 %, aquades, 0.1 N NaOH, dan 0.2 N DPPH. Alat Alatalat yang digunakan dalam pembuatan effervescent ekstrak daun mengkudu adalah blender, panci, baskom, timbangan, kain saring, ayakan, sendok, rak pengering, pisau, plastik dan loyang. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis adalah blender kering, ph meter, timbangan analitik, erlenmeyer, gelas ukur, desikator, oven, spektrofotometer, buret, vortex, tabung reaksi, colour reader, dan kertas saring. Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I terdiri dari 3 level dan faktor II terdiri dari 3 level, sehingga didapatkan 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Tahap Analisis Pengujian analisis yang digunakan adalah analisis fisik, meliputi kelarutan, warna, dan kecepatan kelarutan. Analisis kimia pada produk yaitu total asam, kadar air dan ph, aktivitas antioksidan metode DPPH, total fenol dan analisis vitamin C. Analisis organoleptik dengan metode uji hedonik meliputi warna serbuk, warna minuman, aroma minuman, dan rasa minuman. Penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Indeks Efektifitas. 639

3 Nilai Kadar Air (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu adalah daun mengkudu muda. Daun mengkudu mempunyai panjang sekitar 5 17cm [7]. Analisis bahan baku yang dilakukan terhadap filtrat daun mengkudu meliputi: analisis warna (L*, a*, dan b*), analisis total asam, analisis aktivitas antioksidan dan analisis vitamin C. Hasil analisis filtrat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Filtrat Daun Mengkudu Parameter Hasil Analisis Total Asam 0.19 % Aktivitas Antioksidan % Vitamin C mg/100 g Warna L* 24.6 a* 19.0 b* Kadar Air Hasil pengamatan kadar air serbuk effervescent berkisar antara 6.35 % 9.03 %. Pengaruh konsentrasi asam malat dan suhu proses terhadap nilai kadar air serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu disajikan pada Gambar 1. Proses Gambar 1. Grafik Rerata Nilai Kadar Air Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Berdasarkan Gambar 1, perlakuan konsentrasi asam malat terhadap kadar air serbuk effervescent cenderung menurun seiring semakin besarnya konsentrasi asam malat, sedangkan perlakuan suhu proses terhadap kadar air cenderung semakin meningkat seiring dengan semakin rendahnya suhu proses (suhu freezer). Perlakuan suhu proses yang lebih tinggi menyebabkan air dalam bahan mengalami penguapan, semakin banyak air yang diuapkan maka kadar air dari suatu bahan semakin rendah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05), sedangkan konsentrasi asam malat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air. Diduga gugus karboksil pada asam malat lebih kecil dibandingkan dengan asam organik lain seperti asam sitrat, sehingga daya higroskopisnya juga lebih rendah dan mengakibatkan pada nilai kadar air pada produk tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Kadar air akibat perlakuan suhu proses yang berbeda cenderung meningkat seiring dengan semakin rendahnya suhu proses (suhu freezer). Diduga dengan semakin tingginya suhu, jumlah ratarata molekul air menurun dan ikatan hidrogen air terputus sehingga molekul air bergerak dengan cepat dan tekanan uap melebihi tekanan atmosfer hingga menjadi gas. Dalam keadaan uap, molekulmolekul air kurang lebih menjadi bebas satu 640

4 Aktifitas Antioksidan (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 sama lainnya, sehingga menyebabkan jumlah molekulnya berkurang dan menyebabkan kadar air dalam bahan menurun. 2. Aktivitas Antioksidan Hasil pengamatan menunjukkan rerata aktivitas antioksidan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu antara % %. Hasil analisis ini lebih rendah jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan pada filtrat daun mengkudu yaitu sebesar %. Hal ini karena pada proses pembuatan ekstrak kering daun mengkudu terdapat proses pengeringan, dimana antioksidan dalam filtrat daun mengkudu akan mudah rusak jika terkena proses pemanasan, sehingga terjadi penurunan nilai aktivitas antioksidan pada serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Pengaruh konsentrasi asam malat dan suhu proses terhadap aktivitas antioksidan serbuk effervescent daun mengkudu disajikan pada Gambar ,000 50,000 Proses Gambar 2. Grafik Nilai Rerata Aktivitas Antioksidan Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Berdasarkan Gambar 2, perlakuan suhu proses yang semakin panas cenderung semakin menurun aktivitas antioksidannya. Kerusakan pada senyawa fenol dan vitamin C pada proses pengeringan filtrat berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam malat dan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) terhadap aktivitas antioksidan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Sebagaimana diketahui bahwa ph mempengaruhi aktivitas antioksidan. Semakin banyak penambahan asam malat maka semakin rendah pula aktivitas antioksidannya. Hal ini diduga jika meningkatnya ph maka konsentrasi ion hidrogen dalam bahan menurun sehingga mulai terjadi pelepasan ion hidrogen oleh senyawa fenolik, dimana semakin meningkatnya ph, proteksi terhadap antioksidan akan semakin meningkat. Serbuk effervescent yang mendapat perlakuan suhu lebih panas memberikan nilai yang paling kecil. Hal ini dikarenakan sifat antioksidan yang mudah rusak pada suhu pemanasan. Selain itu diduga pada suhu proses yang lebih panas menyebabkan terjadinya oksidasi senyawa fenol menjadi kuinon, dalam bentuk kuinon aktivitas antioksidan sangat rendah atau bahkan tidak ada [8]. Sehingga dengan suhu proses yang lebih panas aktivitas antioksidan mengalami penurunan. 3. Total Fenol Hasil pengamatan pada rerata fenol serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara mggae/100 gram hingga mggae/100 gram. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam malat dan suhu proses terhadap total fenol mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya suhu proses dan tingginya konsentrasi asam malat. Diduga proses pemanasan atau pada suhu yang lebih panas (suhu ruang) menyebabkan senyawa fenol mengalami oksidasi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam malat memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) sedangkan suhu proses tidak memberikan pengaruh yang nyata. Semakin banyak penambahan asam malat maka total fenol dalam effervescent ekstrak daun mengkudu akan semakin menurun. Total fenol mengalami penurunan bila dibandingkan dengan bahan baku karena terjadi pemanasan dan juga adanya penambahan asam sitrat pada serbuk effervescent daun mengkudu sehingga ph pada produk menjadi rendah, dimana senyawa fenol cenderung bersifat basa, larut dalam air dan akan 641

5 Kandungan Vitamin C (mg/100 g) Kandungan Total Fenol (mggae/100 g) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 mengalami kerusakan terhadap penambahan asam, karena ikatan H+ pada asam akan memotong gugus hidroksil pada ikatan fenol [9]. Nilai total fenol akibat perlakuan suhu proses cenderung menurun seiring semakin tingginya suhu (suhu ruang). Hal ini diduga panas dapat menyebabkan kerusakan pada senyawa fenol menjadi kuinon karena mengalami oksidasi sehingga semakin tingginya suhu proses akan menurunkan total fenol dalam produk. Selain itu, selama proses pengolahan (perendaman, perebusan dan pengukusan) terjadi penurunan kadar total fenol. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perubahan kimiawi, dekomposisi senyawa fenol atau pembentukan kompleks fenolprotein akibat suhu dan tekanan [10]. 40,000 20,000 Proses Gambar 3. Grafik Rerata Nilai Total Fenol Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu 4. Vitamin C Hasil pengamatan menunjukkan rerata vitamin C pada filtrat daun mengkudu sebesar mg/100 g, sedangkan rerata vitamin C pada serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara mg/100 g hingga mg/100 g. Penurunan kandungan vitamin C dari bahan baku diduga karena adanya proses pengeringan dari bahan baku filtrat menjadi serbuk kering daun mengkudu, dimana vitamin C merupakan vitamin yang tidak tahan terhadap proses pemanasan atau pengeringan, sehingga kandungan vitamin C mengalami penurunan. 40,000 20,000 Proses Gambar 4. Grafik Rerata Kandungan Vitamin C Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Gambar 4 menunjukkan bahwa kandungan vitamin C mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya suhu (suhu ruang). Diduga vitamin C telah mengalami oksidasi selama proses pengeringan dari bahan baku filtrat. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan kombinasi asam malat dan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) terhadap serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Nilai vitamin C akibat perlakuan suhu proses cenderung menurun seiring tingginya suhu (suhu ruang). Hal ini diduga panas menyebabkan kerusakan vitamin C karena mengalami oksidasi. Pada analisis vitamin C, sampel dilarutkan dalam air, dimana degradasi vitamin C dalam bentuk asam Laskorbat dalam air tergantung pada beberapa faktor seperti ph, suhu, dan keberadaan oksigen. 5. Derajat Keasaman (ph) Berdasarkan Gambar 5, hasil analisis menunjukkan bahwa nilai ph minuman effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara Semakin tinggi 642

6 Nilai Total Asam Nilai ph Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 konsentrasi asam malat dan semakin rendah suhu proses dalam penambahan asam malat maka nilai ph yang dihasilkan akan cenderung menurun. Proses Gambar 5. Grafik Rerata Nilai ph Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam malat memberikan pengaruh yang sangat nyata (α=0.05) terhadap nilai ph, sedangkan suhu proses memberikan pengaruh tidak nyata terhadap nilai ph minuman effervescent ekstrak daun mengkudu. Konsentrasi asam memberikan nilai ph yang terendah pada minuman effervescent ekstrak daun mengkudu yaitu sebesar 4.31 dan nilai ph tertinggi ada pada konsentrasi asam yaitu sebesar Hal ini disebabkan karena penambahan konsentrasi asam malat akan semakin menurunkan nilai ph. Semakin banyak jumlah asam yang ditambahkan dalam suatu larutan maka akan semakin besar pula ion H+ yang dilepaskan, sehingga menurunkan nilai ph [11]. 6. Total Asam Hasil analisis total asam serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara 0.20 % 0.39 %, hasil analisis ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil analisis pada filtrat yang menunjukkan rerata nilai total asam yaitu 0.19 %. Hal ini disebabkan oleh penambahan asam malat yang dapat meningkatkan nilai total asam. 0,600 0,400 0,200 Proses Gambar 6. Grafik Rerata Nilai Total Asam Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam malat dan suhu proses terhadap kandungan total asam mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya jumlah asam yg ditambahkan ke dalam bahan akan meningkatkan nilai total asam. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi asam malat memberikan hasil yang berbeda nyata (α = 0.05), sedangkan pengaruh suhu proses tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rerata total asam tertinggi terdapat pada konsentrasi asam malat 30 %. Hal ini diduga karena konsentrasi asam malat yang semakin besar menunjukkan jumlah ion H+ yang lebih besar, sehingga kadar total asam akan meningkat. Semakin meningkatnya atom H+ maka akan semakin bersifat asam [12]. 7. Kelarutan Hasil pengamatan tingkat kelarutan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara % %. Pengaruh perlakuan konsentrasi asam malat dan suhu proses terhadap tingkat kelarutan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu disajikan pada Gambar 7. Semakin tinggi konsentrasi asam malat maka tingkat kelarutannya cenderung juga semakin tinggi. Diduga asam malat yang bersifat higroskopis sehingga 643

7 Kecepatan Larut (detik/gram) Kelarutan (%) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 meningkatkan kelarutannya, karena semakin tinggi asam malat akan memperbesar proporsi bahan yang dapat larut dalam air. 99,000 98,000 97,000 Proses Gambar 7. Grafik Rerata Tingkat Kelarutan Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam malat memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05), sedangkan perlakuan suhu proses tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelarutan serbuk effervescent. Kelarutan tertinggi pada konsentrasi asam malat (98.79 %), sedangkan nilai kelarutan terendah pada proporsi asam malat (98.14 %). Diduga konsentrasi asam malat yang ditambahkan akan meningkatkan jumlah gugus hidroksil dalam larutan sehingga penyerapan uap air akan meningkat. Sehingga semakin tinggi konsentrasi asam yang ditambahkan maka akan memperbesar bahan yang dapat larut di dalam air. Selain itu diduga ketika serbuk dilarutkan, gugus hidroksil di dalam asam malat akan berinteraksi dengan air dan meningkatkan nilai kelarutan. 8. Kecepatan Kelarutan Hasil analisis kecepatan kelarutan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara 4.90 detik/gram 5.21 detik/gram. Pada gambar 8 dapat dijelaskan bahwa kecepatan kelarutan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu yang memiliki waktu lebih cepat yaitu suhu proses pada suhu ruang dengan konsentrasi asam malat sebesar. Sedangkan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu yang membutuhkan waktu paling lama untuk larut dalam air yaitu pada suhu freezer dengan konsentrasi asam malat yang tertinggi yaitu 30 %. 5,500 4,500 Proses Gambar 8. Grafik Rerata Kecepatan Kelarutan Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu. Semakin rendah suhu proses akan meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam malat memberikan pengaruhnya yang berbeda nyata (α=0.05), sedangkan perlakuan suhu proses tidak memberikan pengaruh yang nyata. Adanya gas karbondioksida dapat membantu mempercepat kelarutan serbuk effervescent dalam air. Karbondioksida yang dihasilkan dalam reaksi effervescent berperan penting dalam mempercepat kelarutannya didalam air [6]. Sehingga semakin banyak jumlah karbondioksida, maka kecepatan larut serbuk semakin tinggi atau semakin lama. 644

8 Warna a* Warna L Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April Warna Kecerahan (L*) Derajat kecerahan (L*) pada filtrat daun mengkudu sebesar hasil analisis ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rerata nilai L* pada serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu yang berkisar Hal ini karena proses pengeringan filtrat yang dapat menyebabkan kerusakan warna pada bahan. Selain itu diduga karena adanya penambahan bahanbahan tambahan dalam pembuatan serbuk effervescent, seperti maltodekstrin, asam malat, natrium bikarbonat dan aspartam sehingga kecerahan warna menjadi semakin cerah dan mengakibatkan nilai L* semakin tinggi. 4 40, ,000 Proses Gambar 9. Grafik Rerata Nilai Derajat Kecerahan (L*) Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Gambar 9 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi asam malat dengan semakin tingginya konsentrasi asam maka warna serbuk effervescent semakin cerah. Hal ini dikarenakan asam malat yang memiliki kenampakan berwarna cerah, maka apabila semakin banyak asam malat yang ditambahkan maka akan semakin cerah produk yang dihasilkan. Sedangkan menurut suhu proses semakin suhunya tinggi (suhu ruang) maka nilai L* semakin rendah. Hal ini dikarenakan senyawa fenol mengalami oksidasi yang menyebabkan reaksi pencoklatan sehingga derajat kecerahan warna (L*) menurun. Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan kombinasi asam dan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05). Dengan suhu proses yang lebih tinggi akan menyebabkan perubahan warna pada bahan pangan. Umumnya suhu yang tinggi akan meningkatkan kehilangan dan kerusakan pigmen dalam bahan pangan [13]. 10. Warna Merah (a*) Hasil analisis warna merah (a*) serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu berkisar antara Sedangkan derajat warna merah pada filtrat daun mengkudu sebesar Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya kecenderungan penurunan nilai a* dari filtrat ke serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu. Hal ini karena adanya proses pengeringan pada filtrat yang menyebabkan kerusakan senyawa antosianin yang ada pada daun mengkudu. 20,000 Proses Gambar 10. Grafik Rerata Nilai Derajat Kemerahan (a*) Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Berdasarkan Gambar 10, nilai a* cenderung mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya suhu proses dan semakin tingginya konsentrasi asam malat. Hal ini karena terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan reaksi pencoklatan sehingga derajat 645

9 Rerata Nilai Kesukaan Panelis (Warna Serbuk) Warna b* Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 kemerahan (a*) menurun. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam dan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05). Penambahan konsentrasi asam malat yang terkecil memberikan nilai derajat kemerahan yang terbesar, yaitu Sedangkan dengan penambahan asam malat yang semakin banyak cenderung memberikan nilai yang semakin rendah, yaitu Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya konsentrasi asam malat yang digunakan, maka konsentrasi antosianin juga semakin kecil. Dengan semakin kecilnya antosianin, akan membuat kemerahan warna effervescent tersebut semakin rendah. Semakin tingginya total antosianin maka semakin tinggi pula intensitas warna merahnya [14]. Perlakuan dengan suhu proses yang semakin tinggi, derajat warna merah (a*) cenderung menurun. Hal ini karena proses pengeringan menyebabkan kerusakan senyawa antosianin dan senyawa fenol yang mengalami oksidasi menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan. 11. Warna Kuning (b*) Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai warna kekuningan (b*) serbuk effervescent ekstrak daun mengkudu cenderung menurun seiring dengan kecilnya konsentrasi asam malat dan semakin tingginya suhu proses. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam malat dan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) terhadap nilai warna kekuningan (b*) serbuk effervescent. 20,000 Proses Gambar 11. Grafik Rerata Derajat Kekuningan (b*) Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Derajat kekuningan (b*) tertinggi diperoleh oleh konsentrasi asam malat. Hal ini karena semakin tinggi konsentrasi asam malat yang ditambahkan maka semakin banyak antosianin yang hilang dan rusak sehingga warna semakin tidak merah, dan nilai derajat merahnya semakin menurun dan derajat kuningnya semakin meningkat [15]. Selain itu diduga asam malat akan menyebabkan warna kuning pada larutan, sehingga dengan semakin banyaknya asam malat yang ditambahkan akan membuat warna minuman juga semakin kuning. 14. Uji Organoleptik Analisis uji organoleptik serbuk effervescent dilakukan dengan uji hedonic. Gambar 12 sampai dengan 15 menunjukkan analisis organoleptik pada berbagai parameter antara lain warna serbuk, warna minuman, rasa minuman dan aroma minuman. Proses Gambar 12. Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Serbuk Effervescent Ekstrak Daun mengkudu 646

10 Rerata Nilai Kesukaan Panelis (Aroma Minuman) Rerata Nilai Kesukaan Panelis (Rasa Minuman) Rerata Nilai Kesukaan Panelis (Warna Minuman) Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 Proses Gambar 13. Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Minuman Effervescent Ekstrak Daun mengkudu Proses Gambar 14. Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Minuman Effervescent Ekstrak Daun mengkudu Proses Gambar 15. Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Minuman Effervescent Ekstrak Daun mengkudu Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi asam dan suhu proses memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap warna serbuk, warna minuman, rasa minuman dan aroma minuman effervescent ekstrak daun mengkudu. 15. Perlakuan Terbaik Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan cara membandingkan nilai produk setiap perlakuan menggunakan indeks efektifitas melalui bobot yang ditentukan oleh panelis. Penilaian meliputi parameter fisik, kimia, dan organoleptik namun dalam penekanannya mengutamakan penilaian secara organoleptik. Perlakuan terbaik dipilih berdasarkan produk yang memiliki nilai produk tertinggi dari parameter organoleptik. Parameter pertama yang dilihat dari suatu produk adalah parameter organoleptik sebelum konsumen melihat parameter kimia produk [16]. Berdasarkan perhitungan dengan metode pembobotan, perlakuan terbaik parameter fisik dan kimia effervescent ekstrak daun mengkudu ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik parameter fisik dan kimia diperoleh pada perlakuan konsentrasi asam malat 30 % dengan suhu proses pada suhu freezer yang menghasilkan nilai kadar air 8.73 %, aktivitas antioksidan %, total fenol mggae/100g, vitamin C mg/100g, ph 4.48, total asam 0.35 %, kecepatan larut 5.14 detik/gram, kelarutan % dan kecerahan warna

11 Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April 2015 Tabel 2. Hasil Perlakuan Terbaik Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu pada Parameter Fisik dan Kimia Parameter Nilai Warna L* Warna a* Warna b* Kecepatan Kelarutan (detik/gram) 5.14 Tingkat Kelarutan (%) Kadar Air (%) 8.73 Antioksidan (%) ph 4.48 Total Asam (%) 0.35 Vitamin C (mg/100 g) Total Fenol (mggae/100 g) Penilaian perlakuan terbaik parameter organoleptik didasarkan pada pengisian lembar pemilihan perlakuan terbaik oleh panelis dan merupakan parameter yang paling penting untuk menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Tabel 3. Hasil Perlakuan Terbaik Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu pada Parameter Organoleptik Parameter Nilai Warna Serbuk Warna Minuman Rasa Minuman Aroma Minuman Perlakuan terbaik diperoleh dari konsentrasi asam malat 30 % dengan suhu proses pada suhu refrigerator yang menghasilkan nilai warna serbuk 5.60, warna minuman 5.55, rasa minuman 5.85 dan aroma minuman SIMPULAN Perlakuan konsentrasi asam malat memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) pada hasil analisis aktivitas antioksidan, total fenol, vitamin C, ph, total asam, kelarutan, kecepatan kelarutan, derajat kecerahan (L*), derajat kemerahan (a*), dan derajat kekuningan (b*). Sedangkan perlakuan suhu proses memberikan pengaruh yang nyata (α=0.05) pada hasil analisis kadar air, aktivitas antioksidan, total fenol, vitamin C, derajat kecerahan (L*), derajat kemerahan (a*), dan derajat kekuningan (b*). Hasil perlakuan terbaik berdasarkan parameter fisik dan kimia adalah perlakuan konsentrasi asam malat 20 % dengan suhu proses pada suhu freezer yang menghasilkan nilai kadar air 8.73 %, aktivitas antioksidan %, total fenol mggae/100g, vitamin C mg/100g, ph 4.48, total asam 0.35 %, kecepatan larut 5.14 detik/gram, kelarutan % dan kecerahan warna Sedangkan perlakuan terbaik berdasarkan parameter organoleptik adalah perlakuan konsentrasi asam malat 30 % dengan suhu proses pada suhu refrigerator yang menghasilkan nilai warna serbuk 5.60, warna minuman 5.55, rasa minuman 5.85 dan aroma minuman DAFTAR PUSTAKA 1) Djauhariya, E, dan Rosman, R Status Perkembangan Teknologi Tanaman Mengkudu. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 19(1):

12 Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p , April ) Yuliawaty Pengaruh Lama Pengeringan Dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Karakteristik Fisik Kimia Dan Organoleptik Minuman Instan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1):4152 3) Winarti, C Peluang Pengembangan Minuman Fungsional Dari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L). Jurnal Litbang Pertanian. 24(4):17 4) Irianti, T, Puspitasari, A, dan Choironi, N.A Aktivitas Penangkapan Radikal 2,2 Difenil1Kiprilhidrazil Oleh Ekstrak Metanol Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Dan FraksiFraksinya. Jurnal Bahan Alam Indonesia 8(2): ) Kameswara, MS Perasan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Secara In Vitro. Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan 2(2): ) Mohrle, R Effervescent Tablets. Di dalam: Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, Vol I, 2 nd Edition. H. A. Lieberman, L. Lachman and J. B. Schwartz (ed). Marcel Dekker, Inc., New York. 7) Dewi, N Budidaya, Khasiat dan Cara Olah Mnegkudu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Hal.113 8) Ratna, Sari Dewi Pengaruh dan Lama Pengeringan Terhadap Karakteristik Serbuk Effervescent Pulp Tamarillo. Skripsi, FTP. UB, Malang. 9) Lagho A. B. A Pembuatan Basis Data Struktur Tiga Dimensi Senyawa Kimia Dari Tanaman Obat Di Indonesia. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok 10) Estisasih, T dan Sofiah, E Stabilitas Antioksidan Bubuk Keluwak Selama Pengeringan dan Pemasakan. Jurnal Teknologi Pertanian 10 (2): ) Leninger, H.A. Berverloo Food Process Engineering. D Reidel Publishing Company. Dordrectht. 12) Dwi, A. N Pembuatan Serbuk Effervescent Murbei (Morus alba L.) Kajian Lama Blanching Buah Murbei dan Kombinasi Asam Terhadap Karakteristik Serbuk Effervescent. Skripsi. FTP. UB, Malang. 13) Fellow, P Food Processing Technology Princeiple and Practice. Ellis Harwood West, London. 14) Elkins, R Noni (Morinda citrifolia). Woodland Publishing, USA. 15) Utomo, D Pembuatan Serbuk Effervescent Murbei (Morus alba L.) dengan Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan Pengering. Jurnal Teknologi Pangan 4(1): ) De Garmo, E. P., Sullivan, W.G., and Canada, J. R Engineering Economy 7 th Ed. Van Noston Reinhold Company, New York. 649

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) Effect of Drying Time and Concentration of

Lebih terperinci

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING Oleh: * Deny Utomo *) Tenaga Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) adalah tumbuhan yang bermula dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) selain daging buahnya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) The Influence Of Drying Temperature and Natrium Metabisulfit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dan minuman. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perubahan gaya hidup saat ini, masyarakat menginginkan suatu produk pangan yang bersifat praktis, mudah dibawa, mudah dikonsumsi, memiliki cita rasa

Lebih terperinci

Tabel 2. Kadar Air Minuman Serbuk Effervescent Buah Duwet

Tabel 2. Kadar Air Minuman Serbuk Effervescent Buah Duwet BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 3.1 Kelarutan Serbuk Minuman Effervescent Buah Duwet (Syzygium cumini) Pengukuran kelarutan dilakukan untuk menentukan seberapa lama waktu yang diperlukan oleh minuman serbuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DAN SIRSAK TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DAN SIRSAK TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PERBANDINGAN SARI MENGKUDU DAN SIRSAK TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT SKRIPSI Oleh : DIAN ARYANI 070305023 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN 2012 1 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Produk minuman merupakan salah satu produk instan yang banyak digemari oleh masyarakat. Ada berbagai macam produk minuman yang telah dikembangkan oleh berbagai industri,

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup baik, diantaranya adalah belimbing wuluh. Pemanfaatan belimbing wuluh dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kopi merupakan salah satu minuman yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan akan serat dan vitamin dalam jumlah yang memadai. Buahbuahan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS MIANA KAJIAN JENIS BAHAN BAKU DAN PENAMBAHAN SERBUK JAHE

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS MIANA KAJIAN JENIS BAHAN BAKU DAN PENAMBAHAN SERBUK JAHE AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS MIANA KAJIAN JENIS BAHAN BAKU DAN PENAMBAHAN SERBUK JAHE Antioxidant Activity of Miana Based Drink Powder Materials and Additional Ginger Powder Christiani

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUBUK CABE MERAH MENGGUNAKAN VARIASI JENIS CABE DAN METODE PENGERINGAN

PEMBUATAN BUBUK CABE MERAH MENGGUNAKAN VARIASI JENIS CABE DAN METODE PENGERINGAN Pembuatan Bubuk Merah..( Sudaryati, Latifah, Donny Eko Hermawan) 74 PEMBUATAN BUBUK CABE MERAH MENGGUNAKAN VARIASI JENIS CABE DAN METODE PENGERINGAN (The Making Red Chili Powder Using Variation of Chili

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : 13 - Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh dan Jenis Bahan Pengekstrak. Widya Dwi Rukmi Putri*, Elok Zubaidah*, N. Sholahudin** staf pengajar Jur.Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keju Mozzarella Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan penggunaan bahan penggumpal,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN PROPORSI TEH HIJAU:BUBUK DAUN KERING STEVIA

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN PROPORSI TEH HIJAU:BUBUK DAUN KERING STEVIA PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN PROPORSI TEH HIJAU:BUBUK DAUN KERING STEVIA (Stevia rebaudiana) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN TEH HIJAU STEVIA DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK SKRIPSI OLEH: NERISSA ARVIANA

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan minuman serbuk instan campuran sari buah jambu biji merah dan wortel dengan menggunakan alat pengering semprot/ spary dryer. Komponen-komponen nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

BAHAN DAN METODA PENELITIAN BAHAN DAN METODA PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga Januari 2017 di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007). I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA RAHMAT DANI PANJAITAN 070305013 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut laporan WHO, tercatat hampir 17 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAHAN PENSTABIL DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK SORBET MURBEI HITAM (Morus nigra sp.)

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAHAN PENSTABIL DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK SORBET MURBEI HITAM (Morus nigra sp.) PENAMBAHAN KONSENTRASI BAHAN PENSTABIL DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK SORBET MURBEI HITAM (Morus nigra sp.) PURI SITI RAHMAWATI 12.302.0171 Pembimbing Utama Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian serta Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFERVESEN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH SIRSAK

FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFERVESEN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH SIRSAK FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFERVESEN EKSTRAK ETIL ASETAT BUAH SIRSAK (Annona Muricata Linn.) Ni Luh Putu Pande Purwana Wathi Program Studi Farmasi, FMIPA - UNPAK ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman berkafein yang diolah dengan cara menyeduh bagian pucuk atau tangkai daun yang telah dikeringkan. Beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BIN I G N G WU W LUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENGAW

BIN I G N G WU W LUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENGAW ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK TAHU KACANG TUNGGAK DENGAN PEMANFAATAN SARI JERUK NIPIS DAN BELIMBING WULUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENGAWET ALAMI NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Maksud penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kerangka Berpikir, (7) Hipotesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang menjadikan minuman teh sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki khasiat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Vol. No., Juni, 6-66 Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Aninatul Fuadah*, Sumardi Hadi Sumarlan, Yusuf Hendrawan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI PERMEN JELLY TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Abstrak

PEMANFAATAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI PERMEN JELLY TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN. Abstrak PEMANFAATAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI PERMEN JELLY TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN Samsul Huda 1), Arif Sahputra 1), Wike Adhi Anggono 1) Rekna Wahyuni 2 ) 1) Mahasiswa Program Studi ITP,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 Nomor 1:

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 Nomor 1: Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 6 Nomor 1: 15-21 15 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 6(1): 15-21 (2017) ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) PADA VARIASI SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN

TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) PADA VARIASI SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP TEH DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) PADA VARIASI SUHU DAN WAKTU PENYEDUHAN Moh Syafat Haras 1, Jan R. Assa 2, Tineke Langi 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINUMAN HERBAL TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.)

TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINUMAN HERBAL TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP MINUMAN HERBAL TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) Nathania Ellora 1, G. S. Suhartati Djarkasi 2, Judith C. S. Moningka 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian dilakukan mulai

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI (Study of Tea Making from Coffee Leaves) Freddy Hotmaruli Tua Siringoringo 1*, Zulkifli Lubis 1, Rona J. Nainggolan 1 Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci