PENGEMBANGAN KOMPETENSI NELAYAN PADA ARMADA RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KOMPETENSI NELAYAN PADA ARMADA RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KOMPETENSI NELAYAN PADA ARMADA RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Kompetensi Nelayan pada Armada Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Yasinta Anugerah NIM C

4 RINGKASAN YASINTA ANUGERAH. Pengembangan Kompetensi Nelayan pada Armada Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI dan MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA. Nelayan rawai tuna harus memiliki keterampilan mengoperasikan alat tangkap dan menangani hasil tangkapan dalam lingkungan kerja yang penuh ancaman terhadap keselamatan jiwa dan kapal ikan. Saat ini profesi nelayan di dalam negeri, pada umumnya kurang dihargai jika dilihat dari besar upah. Rendahnya penghargaan ini sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendidikan formal dan pelatihan. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dapat dijadikan dasar untuk merancang program pelatihan kepada nelayan, agar mereka memiliki kompetensi yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menilai kompetensi nelayan rawai tuna yang terlibat dalam kegiatan penangkapan dan pendaratan tuna menurut SKKNI yang berlaku, 2) Merumuskan strategi mengatasi kesenjangan agar nelayan memiliki kompetensi rawai tuna sesuai dengan rumusan SKKNI. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Desember Februari 2015 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Provinsi Jawa Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar periksa yang dibuat merujuk pada Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Golongan Pokok Perikanan Golongan Penangkapan Ikan Sub Golongan Penangkapan Ikan di Laut. Pengambilan data dilalukan melalui wawancara serta survei kepada 32 responden, yang terdiri dari 10 orang nakhoda dan 22 orang anak buah kapal rawai tuna di pelabuhan. Unit kompetensi dengan tingkat kepentingan tertinggi untuk nakhoda adalah "Melakukan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan rawai tuna". Kesenjangan pada unit ini adalah paling rendah di antara unit kompetensi nakhoda lainnya. Nakhoda Palabuhanratu memiliki capaian kompetensi sebesar 90%. Unit kompetensi dengan tingkat kepentingan tertinggi untuk anak buah kapal adalah "Penanganan tuna di atas kapal". Kesenjangan pada unit ini tergolong besar dan capaian kompetensi anak buah kapal Palabuhanratu sebesar 66%. Salah satu penyebab capaian adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan akibat rendahnya pendidikan formal dan pelatihan. Pengalaman yang dimiliki oleh nelayan dapat menambah pengetahuan yang dimiliki, akan tetapi tidak semua pengetahuan didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu kegiatan pelatihan yang mengisi kesenjangan sangat perlu dilakukan. Kata kunci : nelayan, Palabuhanratu, pelatihan, rawai tuna, standar kompetensi

5 SUMMARY YASINTA ANUGERAH. Development of Competency of Tuna Longline Fishermen from PPN Palabuhanratu, West Java. Supervised by TRI WIJI NURANI and MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA. Tuna longline fishermen are required to perform their jobs well in dangerous working condition. They are expected to operate fishing gear and practice a set of skills to handle the tuna. However, their jobs are not well rewarded. This unfair condition is always based on limited attendance in formal education and lack of job training. The Indonesian National Occupational Competency Standards (SKKNI) can also be used to design their training programs. This study was aimed 1) to determine level of existing competency of tuna longline fishermen in PPN Palabuhanratu, 2) to formulate a strategy to fill the gaps between their existing competency and the standards. Data were collected in December February 2015 in Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, West Java Province. The instrument used in this study was developed by referring Presidential Regulation of RI Number 8 Year 2012 on the Indonesian National Qualifications Framework (KKNI) and Ministrial Decree of Manpower and Transmigration of RI Number 298 Year 2013 on the Establishment of the National Competence Indonesia (SKKNI) Category of Agriculture, Forestry and Fisheries Group Principal Fisheries Sub Group Group Fishing Fishing at Sea. Data were collected from interviews to 32 respondents consisting of 10 boat captains and 22 boat crews and surveys to the fishermen in the port. The most important competence unit to the captains was "Fishing at sea using longline tuna". The gap for this unit was very low while their competency achievement on the units was 90%. To the boat crews, the most important competence unit was "Handling tuna on board". The gap for this competency unit was high; their competency achievement on this unit was 66%. One main reason for such low achievement was limited knowledge due to low attendance in formal educations and trainings. However, their working experience can improve their knowledge and skills, but well-designed training activities are still needed. Keywords: fishermen, Palabuhanratu, standards training, tuna longline, competency

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PENGEMBANGAN NELAYAN KOMPETEN PADA ARMADA RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Deni Achmad Soeboer SPi, MSi

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini adalah sumber daya manusia, dengan judul Pengembangan Nelayan Kompeten pada Armada Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi dan Dr Ir Muhammad Fedi A. Sondita, MSc selaku komisi pembimbing serta Dr Deni Achmad Soeboer SPi, MSi selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan masukan untuk penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Syahbandar Perikanan PPN Palabuhanratu beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, bapak, ibunda beserta kakak-kakak dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman seperjuangan Pascasarjana Teknologi Perikanan Laut 2013 atas kebersamaan dan semangatnya. Penulis sangat berharap kritik dan saran demi penyempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2016 Yasinta Anugerah

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR ISTILAH xiv 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 METODOLOGI PENELITIAN 4 Kerangka Pemikiran 4 Waktu dan Tempat Penelitian 6 Instrumen Penelitian 6 Uji Pertanyaan Wawancara 7 Metode Pengumpulan Data 9 3 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU 10 Unit Penangkapan Ikan 10 Kapal 10 Alat Tangkap 11 Nelayan 12 Metode Penangkapan Ikan 18 4 KOMPETENSI NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU 20 Pendahuluan 20 Metode 21 Hasil 22 Pembahasan 26 5 PENGEMBANGAN KOMPETENSI NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU 28 Pendahuluan 28 Metode 29 Hasil 30 Pembahasan 34 6 PEMBAHASAN UMUM 36 7 KESIMPULAN DAN SARAN 41 Kesimpulan 41 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 45 RIWAYAT HIDUP 61

12 DAFTAR TABEL 1 Jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 6 2 Unit kompetensi nakhoda kapal penangkap ikan (rawai tuna) 7 3 Unit kompetensi anak buah kapal (rawai tuna) 7 4 Nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas 8 5 Nilai koefisien reliabilitas instrumen 9 6 Kategori koefisien reliabilitas 9 7 Data kapal rawai tuna tahun Penyesuaian tugas nelayan rawai tuna dan Level KKNI 13 9 Komposisi responden nelayan rawai tuna berdasarkan umur Komposisi responden nelayan berdasarkan tanggungan keluarga Komposisi responden nelayan berdasarkan pengalaman di laut Distribusi alasan responden nelayan menggunakan rawai tuna Distribusi motivasi responden nelayan menggunakan rawai tuna Nilai kesenjangan unit kompetensi nakhoda rawai tuna di PPN Palabuhanratu pada bulan Januari Nilai kesenjangan elemen kompetensi nakhoda rawai tuna di PPN Palabuhanratu pada bulan Januari Nilai kesenjangan unit kompetensi ABK rawai tuna di PPN Palabuhanratu pada bulan Januari Nilai kesenjangan kompetensi ABK rawai tuna di PPN Palabuhanratu pada bulan Januari Contoh perhitungan analisis matriks perbandingan berpasangan Unit kompetensi nakhoda rawai tuna di PPN Palabuhanratu berdasarkan tingkat kepentingan Elemen kompetensi nakhoda rawai tuna di PPN Palabuhanratu berdasarkan prioritas Unit kompetensi ABK rawai tuna di PPN Palabuhanratu berdasarkan prioritas Elemen kompetensi ABK rawai tuna di PPN Palabuhanratu berdasarkan prioritas 32 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir kerangka penelitian 5 2 Peta lokasi penelitian 6 3 Kapal perikanan rawai tuna di PPN Palabuhanratu 10 4 Perkembangan jumlah kapal rawai tuna yang bersandar di PPN Palabuhanratu pada tahun Komponen dan alat bantu penangkapan rawai tuna 11 6 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 16 7 Kegiatan persiapan melaut di PPN Palabuhanratu 19 8 Lokasi operasi armada rawai tuna yang berbasis di PPN Palabuhanratu 19 9 Capaian nakhoda rawai tuna dalam memenuhi standar kompetensi (%) Capaian ABK rawai tuna dalam memenuhi standar kompetensi (%) 26

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Contoh Surat Persetujuan Berlayar (SPB) 46 2 Surat Keterangan Kecakapan (SKK) 60 mil 47 3 Sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan (ANKAPIN) III 48 4 Pengembangan Kompetensi Nakhoda Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu 49 5 Pengembangan Kompetensi ABK Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu 56

14 DAFTAR ISTILAH Current Competency Level (CL C ) : Tingkat kemahiran yang dimiliki seseorang saat ini pada kompetensi tertentu Elemen kompetensi : Bagian dari unit kompetensi yang digambarkan secara rinci Kesenjangan kompetensi (Competency gap) : Perbedaan antara level kompetensi yang diperlukan pada suatu posisi dan level kompetensi saat ini KKNI : Kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja Koefisien reprodusibilitas : Suatu besaran yang mengukur derajat ketepatan alat ukur atau pertanyaan yang dibuat Koefisien skalabilitas : Skala yang mengukur penyimpangan pada skala reprodusibilitas dalam batas yang dapat digunakan Kompetensi : Pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan seseorang untuk memenuhi perannya Reliabilitas : Indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan Required Competency Level (CL R ) : Tingkat kemahiran minimum yang diharapkan dari seseorang pada kompetensi tertentu yang dituntut oleh pekerjaan SKKNI : Uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. Unit Kompetensi : Komponen diskret dalam kelompok kompetensi yang terdiri dari beberapa elemen. Validitas : Sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) adalah semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan tercapainya tujuan organisasi tersebut (Hasibuan 2001). Pada sistem perikanan tangkap, nelayan adalah input SDM yang terkendali, bersama dengan kapal dan alat penangkap ikan. SDM yang baik akan melancarkan proses yang di rancang dan akan menghasilkan output yang baik. Nelayan adalah pelaku utama dalam kegiatan produksi perikanan tangkap yang merupakan salah satu bagian penting dalam suatu industri perikanan. Menurut Suwardjo et al. (2010), pekerjaan pada kapal penangkap ikan merupakan pekerjaan yang tergolong membahayakan dibanding pekerjaan lain. Oleh karena itu profesi pelaut kapal penangkap ikan memiliki karakteristik pekerjaan 3d yaitu: membahayakan (dangerous), kotor (dirty) dan sulit (difficult). Ukuran kapal didominasi oleh kapal-kapal berukuran relatif kecil dan berlayar pada kondisi cuaca tidak menentu, sehingga dapat meningkatkan resiko kecelakaan kapal penangkap ikan. Keselamatan kapal penangkap ikan merupakan interaksi faktor-faktor yang kompleks, yakni human factor (nakhoda dan anak buah kapal), machineries (kapal dan peralatan keselamatan) dan enviroment (cuaca dan sistem pengelolaan sumberdaya perikanan). Menurut IMO dikutip dalam Purwangka et al. (2013), 80% dari kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia (human errror) dan sebagian besar kesalahan ini dapat dihubungkan dengan kelemahan manajemen yang menciptakan prakondisi untuk terjadinya kecelakaan. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun Setelah meratifikasi konvensi tersebut, Indonesia sudah seharusnya menyiapkan ratifikasi konvensi turunannya yaitu Konvensi Standards on Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel (STCW-F) tahun Konvensi STCW-F 1995 telah diratifikasi oleh 15 negara, sedangkan Indonesia belum meratifikasinya. Namun saat ini kurikulum, modul dan pelatihan kepelautan yang dijalankan oleh lembaga diklat perikanan sudah mengacu SCTW-F Pengesahan SCTW-F 1995 bagi awak kapal perikanan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan standar pendidikan, pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga bagi awak kapal perikanan. Selain itu dapat memposisikan awak kapal perikanan agar memperoleh pengakuan internasional sesuai keahlian, sehingga awak kapal perikanan mempunyai peluang kerja pada kapal perikanan di dalam dan luar negeri. Oleh karena itu diperlukan nelayan yang berkualitas untuk menyiapkan Indonesia meratifikasi STCW-F, selain itu keselamatan kapal penangkap ikan juga harus diperhatikan sesuai dengan konvensi Internasional Torremolinos tentang Keselamatan bagi Kapal Penangkap Ikan (Torremolinos Safety of Fishing Vessel Convention) tahun Jumlah nelayan pada tahun 2014 diseluruh wilayah Indonesia adalah orang (KKP 2014). Pada saat ini kualitas nelayan Indonesia masih rendah, khususnya pada posisi anak buah kapal (ABK). Pemerintah Indonesia memberlakukan dua jenis sertifikat, yaitu ANKAPIN dan ATKAPIN untuk kapal perikanan, namun sertifikat tersebut belum mendapatkan pengakuan secara

16 2 internasional. Menurut peraturan internasional, sertifikat kepelautan yang dimiliki nakhoda dan awak tidak dibedakan antara kapal umum ataupun kapal ikan. Hal tersebut berbeda secara nasional yang membedakan sertifikat kepelautan, sehingga bagi nakhoda yang memiliki sertifikat kepelautan bagi kapal ikan tidak diakui secara internasional. Sebagian besar nelayan Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta masih jauh dari pendidikan non formal seperti pelatihan atau bimbingan berkaitan dengan bidang kerjanya. Pelatihan dan bimbingan yang dilaksanakan selama ini belum ada acuan sesuai dengan standar kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh nelayan. Sedangkan kelebihan nelayan Indonesia adalah memiliki pengalaman melaut yang lama dan beragam karena profesi nelayan adalah profesi turun menurun dari keluarga. Indonesia menjadi kawasan penting untuk perikanan tangkap, dimana perhatian global sangat tinggi termasuk nelayan yang ada di luar Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan memberikan peluang awak kapal asing bekerja di Indonesia, sehingga dapat menimbulkan persaingan bagi nelayan Indonesia. Untuk mengatasi persaingan tersebut dengan cara mengembangkan kualitas nelayan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan standar pendidikan, pelatihan dan sertifikasi. Nelayan yang memiliki kompetensi terstandar, akan dapat bersaing dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas. Pada bidang penangkapan ikan, pengembangan kompetensi nelayan dapat melalui pendekatan pada jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja. Penyetaraan tersebut dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Jenjang KKNI tersebut menjadi dasar yang tepat untuk menyetarakan kompetensi nelayan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah dua instansi pemerintah yang ikut berperan dan bertanggung jawab dalam pengembangan kualitas nelayan Indonesia. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mensahkan standar kompetensi dari berbagai bidang salah satunya pada bidang penangkapan ikan yang tertera pada keputusan mentri Kemenakertrans Nomor 298 Tahun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. SKKNI ini juga dapat menjadi dasar untuk memberikan pelatihan dan bimbingan kepada nelayan agar sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Tersedianya standar kompetensi diharapkan dapat memberikan pengakuan terhadap kemampuan nelayan karena kurangnya pendidikan formal. Selain itu dapat menjadi tolok ukur pendapatan nelayan, dimana nelayan akan mendapatkan upah sesuai dengan kemampuan dan kualifikasinya. Kompetensi adalah apa yang dimiliki seseorang ke dalam pekerjaannya dalam bentuk jenis dan tingkatan perilaku yang berbeda (Dharma 2004). Pada perikanan tangkap, standar kompetensi nelayan akan mempengaruhi nilai produksi unit penangkapan. Hal tersebut disebabkan, kompetensi nelayan berkaitan dengan kinerja nelayan saat operasi penangkapan. Kinerja nelayan yang baik dalam kegiatan operasi penangkapan dari awal persiapan melaut hingga

17 3 penanganan hasil tangkapan akan mempengaruhi produktivitas, efektif dan efisiensi usaha, yang akan terkait dengan keuntungan usaha. Selain itu keselamatan awak kapal saat operasi penangkapan di laut juga merupakan bagian dari kompetensi kerja. Total volume produksi perikanan tangkap pada tahun 2013 mencapai 6,1 juta ton, dengan salah satu komoditas utama yaitu ikan tuna sebanyak ton (KKP 2014). Pelabuhan perikanan yang memiliki komoditas tuna adalah PPN Palabuhanratu dengan volume produksi pada tahun 2013 sebanyak 5247 ton (PPN Palabuhanratu 2014). Lokasi PPN Palabuhanratu berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sesuai dengan fishing ground dalam pengoperasian rawai. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu menjadi salah satu pelabuhan perikanan aktif di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa dan menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap di wilayah Propinsi Jawa Barat. Salah satu unit penangkapan yang ada di PPN Palabuhanratu adalah rawai tuna (tuna longline). Rawai tuna termasuk unit penangkapan skala industri untuk menangkap ikan tuna sebagai komoditi ekspor. Alat tangkap rawai tuna merupakan alat tangkap yang pasif dan selektif terhadap jenis dan ukuran ikan yang ditangkap, sehingga rawai tuna termasuk alat tangkap yang ramah lingkungan. Perikanan tuna di Indonesia merupakan salah satu industri perikanan yang semakin berkembang. Indonesia memiliki keunggulan geografis yaitu berada di antara dua Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara penting bagi perikanan tuna global. Selain itu, Indonesia telah menjadi anggota Regional fisheries management organisations (RFMOs), sehingga nakhoda dan ABK harus memiliki kompetensi yang baik. Oleh karena itu perlu kajian mengenai gambaran kompetensi yang dimiliki oleh nelayan rawai tuna dalam operasi penangkapan ikan dan penanganan hasil tangkapan sesuai dengan SKKNI. Perumusan Masalah Nelayan rawai tuna dalam bekerja di atas kapal sangat jauh dari kondisi aman dan nyaman. Operasi penangkapan ikan dengan rawai tuna memiliki potensi bahaya untuk keselamatan para pekerjanya. Kemampuan mengoperasikan alat tangkap dan menangani hasil tangkapan tuna menjadi keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh nelayan. Sementara itu pekerjaan sebagai nelayan kurang dihargai dengan pemberian upah yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan bahwa kompetensi nelayan rendah jika dikaitkan dengan tingkat pendidikan formal dan jenis pelatihan yang pernah diikutinya. Rendahnya kompetensi merupakan salah satu faktor terjadinya kecelakaan dalam bekerja di atas kapal. Rendahnya kompetensi juga menyebabkan mutu ikan tuna yang didapatkan dapat berkurang, sehingga harga jual dapat menurun. Nelayan yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi penangkapan tuna harus memiliki kualitas kerja yang baik. Faktor manusia pada operasi penangkapan dengan rawai tuna yaitu nakhoda, perwira dan ABK, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan keselamatan dalam operasi penangkapan. Upaya peningkatan kompetensi nelayan dalam bekerja memerlukan infomasi kompetensi kerja yang telah dimiliki nelayan saat ini. Setelah mengetahui kompetensi nelayan rawai tuna saat ini maka akan lebih mudah untuk

18 4 mengembangkan kompetensi tersebut agar tercapai standar kompetensi yang memadai. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara khusus dapat dikemukakan rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu sudah memiliki kompetensi yang sesuai standar? 2. Bagaimana kompetensi nelayan pada unit penangkapan rawai tuna di PPN Palabuhanratu saat ini berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)? 3. Bagaimana cara meningkatkan kompetensi rawai tuna agar mencapai standar dari SKKNI yang telah tersedia? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menilai kompetensi yang dikuasai nelayan rawai tuna saat ini dalam kegiatan operasi penangkapan sesuai SKKNI. 2. Memberikan usulan untuk mengisi kesenjangan kompetensi rawai tuna agar mencapai standar. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti: 1. Informasi bagi para pengambil kebijakan di instansti-instansi terkait agar menjadi dasar dalam pengelolaaan SDM perikanan tangkap. 2. Informasi bagi para pengusaha perikanan agar menjadi dasar untuk pemberian upah bagi tenaga kerja di kapal perikanan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan responden penelitian kapal penangkap rawai tuna dengan ukuran kapal GT yang mendarat atau bersandar di PPN Palabuhanratu. Penentuan kapal yang menjadi responden berdasarkan data sekunder yang didapat dari syahbandar perikanan dimana jumlah terbanyak kapal penangkap rawai tuna dengan ukuran tersebut. 2 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pandangan umum tentang rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh nelayan dapat menghambat berkembangnya nelayan Indonesia. Resiko dan bahaya saat pengoperasian rawai tuna maupun terjaganya mutu hasil tangkapan sangat di pengaruhi oleh kemampuan nelayan. Peningkatan kompetensi nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu diperlukanya informasi kompetensi yang dimiliki nelayan saat ini. Kemudian dari informasi tersebut dapat diidentifikasi cara dan strategi peningkatan kompetensi yang diperlukan. Saat ini telah tersedia standar

19 5 kompetensi yang harus dimiliki nelayan dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Standar tersebut dapat menjadi acuan kompetensi yang harus dimiliki oleh nelayan rawai tuna. Penelitian ini mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu dan membandingkanya dengan SKKNI yang telah tersedia. Selanjutnya dapat menganalisis penyebab dan penyelesaiannya agar kompetensi nelayan memenuhi standar. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. PENGEMBANGAN KOMPETENSI NELAYAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Masalah Nelayan: Pendidikan nelayan Indonesia yang masih rendah Pekerjaan di kapal perikanan memiliki tingkat resiko yang tinggi Masalah Penelitian 1: Mengetahui kondisi kompetensi nelayan rawai tuna yang dimiliki saat ini dibandingkan dengan SKKNI Mencari informasi kompetensi yang harus dimiliki nelayan rawai tuna sesuai dengan SKKNI Mencari informasi kondisi nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu : Usia Pendidikan Tanggungan keluarga Pengalaman di laut Motivasi melaut Pendapatan Identifikasi kompetensi nelayan rawai tuna saat ini Identifikasi kompetensi nelayan rawai tuna sesuai SKKNI Masalah Penelitian 2: Mengatasi kondisi kompetensi nelayan rawai tuna saat ini agar dapat mencapai standar Identifikasi Tingkat Kepentingan Kompetensi Nakhoda dan ABK Analisis Matriks Perbandingan Berpasangan Prioritas kompetensi nakhoda dan ABK Identifikasi elemen kompetensi yang belum tercapai Penyebab elemen kompetensi belum tercapai Mengatasi penyebab agar kompetensi dapat tercapai sesuai standar Analisis kesenjangan (Gap Analysis) Kondisi kompetensi nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu Analisis Deskriptif Pengembangan kompetensi nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu Gambar 1 Diagram alir kerangka penelitian

20 6 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Desember 2014 Februari Tempat penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian tersebut atas pertimbangan PPN Palabuhnaratu merupakan fishing base kapal rawai tuna yang aktif beroperasi. Gambar 2 Peta lokasi penelitian Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk mengetahui tugas nelayan rawai tuna sesuai dengan jenjang kualifikasi. Selain itu instrumen kedua adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Golongan Pokok Perikanan Golongan Penangkapan Ikan Sub Golongan Penangkapan Ikan di Laut. Instrumen ketiga yang digunakan adalah wawancara dan survei kepada responden. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan kapal rawai tuna dan terbagi berdasarkan jenjang (KKNI) dan profesi (Tabel 1). Tabel 1 Jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) No Jenjang KKNI Jabatan Nelayan Sertifikasi 1 VI Nakhoda Kapal Penangkap Ikan Sertifikat VI 2 V Perwira Kapal Penangkap Ikan Sertifikat V 3 III Anak Buah Kapal (ABK) Sertifikat III SKKNI terdiri dari unit dan elemen kompetensi, dimana unit kompetensi adalah komponen diskret dalam kelompok kompetensi yang terdiri dari beberapa elemen. Sedangkan elemen kompetensi adalah bagian dari unit kompetensi yang digambarkan secara rinci. Unit kompetensi nelayan rawai tuna terbagi menjadi

21 7 tiga, yaitu nakhoda, perwira dan ABK namun keadaan di lapangan kurang sesuai dengan jenjang KKNI yang telah ada. Jabatan tugas pada kapal rawai tuna di PPN Palabuhanratu yaitu nakhoda, wakil nakhoda, kepala kamar mesin (KKM), boatswain, koki dan ABK. Komposisi unit kompetensi berdasarkan SKKNI untuk nakhoda dan anak buah kapal rawai tuna, disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Unit kompetensi nakhoda kapal penangkap ikan (rawai tuna) No Unit Kompetensi 1 Merencanakan operasi penangkapan ikan 2 Menyiapkan kelaiklautan kapal 3 Menyiapkan kelaikan operasi penangkapan ikan 4 Melaksanakan tugas jaga laut 5 Melakukan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan rawai tuna (tuna longline) Tabel 3 Unit kompetensi anak buah kapal (rawai tuna) No Unit Kompetensi 1 Merakit rawai tuna 2 Melakukan perawatan alat penangkapan ikan berbahan utama tali dan pancing di darat 3 Melakukan perawatan alat penangkapan ikan berbahan utama tali dan pancing di laut 4 Melakukan perbaikan alat penangkap ikan berbahan utama tali dan pancing 5 Melakukan penanganan ikan tuna di kapal Kompetensi yang dimiliki oleh nelayan tersebut diukur dengan cara mengajukan pertanyaan sesuai dengan SKKNI. Selain itu peneliti melihat secara langsung kegiatan persiapan sebelum operasi penangkapan dilakukan, serta melihat dokumen-dokumen kapal dan sertifikat yang berkaitan dengan kompetensi. Pertanyaan di ajukan berkaitan dengan pengetahuan meliputi masing-masing tugas responden di kapal. Jawaban yang diberikan oleh responden dapat memberikan gambaran dan penilaian unit kompetensi yang telah ada. Penilaian kompetensi dari jawaban responden hanya terbagi menjadi dua, yaitu YA dan TIDAK. Jawaban YA menggambarkan responden dapat menjawab pertanyaan sesuai unit kompetensi, sedangkan jawaban TIDAK menggambarkan responden tidak tahu atau tidak bisa menjawab pertanyaan sesuai unit kompetensi yang tersedia. Uji Pertanyaan Wawancara Pertanyaan yang diberikan telah diuji validitas dan reliabilitas nya. Hal tersebut untuk mendapatkan validitas isi yang memadai, untuk butir-butir pertanyaan yang kurang memadai direvisi. Berikut ini hasil uji validitas dengan menggunakan metode Guttman sesuai dengan penilaian kompetensi dengan skala dikotomi. Uji validitas dengan metode Guttman diketahui dari nilai koefisien reprodusibilitas (K r ) dan koefisien skalabilitas (K s ). Koefisien reprodusibilitas adalah suatu besaran yang mengukur derajat ketepatan alat ukur atau pertanyaan yang dibuat. Koefisien skalabilitas adalah skala yang mengukur penyimpangan

22 ABK Nakhoda 8 pada skala reprodusibilitas dalam batas yang dapat digunakan. Berikut K r dan K s menurut Effendi (2012) : Keterangan: e : Jumlah kesalahan x : Jumlah kesalahan yang diharapkan, dihitung dengan rumus c (n - Tn) dan c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban yang benar. c = 0,5 n : Jumlah jawaban Tn : Jumlah pilihan jawaban Menurut Effendi (2012) skala dengan nilai K r 0,9 dianggap cukup baik untuk digunakan, dan nilai K s 0,6 dapat diterima. Hal tersebut menjelaskan bahwa pertanyaan yang digunakan valid dan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Tabel 4 Nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas Jabatan Unit Kompetensi K r K s Merencanakan opersi penangkapan ikan 0,987 0,600 Menyiapkan kelaiklautan kapal 0,982 0,927 Menyiapkan kelaiklautan si penangkapan ikan 0,978 0,826 Melaksanakan tugas jaga laut 0,963 0,834 Melakukan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan rawai tuna 0,969 0,625 Merakit rawai tuna 0,929 0,569 Melakukan perawatan alat penangkap ikan berbahan utama tali dan pancing di laut 1 1 Melakukan perbaikan alat penangkap ikan berbahan utama tali dan pancing 0,955 0,632 Melakukan penanganan ikan tuna di kapal 0,966 0,772 Selanjutnya diadakan ujicoba untuk mengetahui reliabilitas instrumen. Koefisien reliabilitas untuk skor butir dikotomi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang dikenal dengan nama KR-20 (Djaali 2000): KR-20 ( ) Keterangan: k : cacah butir piqi : varians skor butir pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i qi : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i St 2 : varians skor total responden

23 9 Tabel 5 Nilai koefisien reliabilitas instrumen Kompetensi n (95%) r Tabel Nilai reliabilitas ABK 22 0,423 0,480 Nakhoda 10 0,632 0,781 Nilai reliabilitas yang didapatkan lebih besar dari nilai r Tabel, hal ini menyatakan bahwa instrument penelitian (daftar pertanyaan wawancara) yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan (Tabel 5). Berdasarkan kategori koefisien reliabilitas (Guilford 1956) nilai reliabilitas dari nakhoda termasuk dalam kategori relibilitas tinggi dan kompetensi ABK termasuk dalam kategori reliabilitas sedang. Tabel 6 Kategori koefisien reliabilitas menurut Guilford (1956) dalam Priatna (2008) Koefisien reliabilitas Tingkatan 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah -1 < r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable) Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada responden dengan pertanyaan yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari Kantor PPN Palabuhanratu dan Dinas Kelautan Perikanan Palabuhanratu. Wawancara dilakukan hanya pada saat nelayan berada di pelabuhan, oleh karena itu ada asumsi bahwa peneliti tidak mengikuti operasi unit penangkapan rawai tuna di laut. Akan tetapi pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara melihat simulasi kegiatan, dokumen-dokumen kapal dan menanyakan sertifikat yang telah dimiliki oleh nelayan yang bersangkutan. Selain itu kompetensi nelayan dapat juga diketahui dari pendapat teman ataupun atasan kerja. Peneliti menentukan sampel unit penangkapan berupa kapal rawai tuna yang berlabuh dan bertambat di PPN Palabuhanratu secara purposive sampling. Penggunaan unit penangkapan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur jabatan beserta tugas dari masing-masing anggota kapal dan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh ABK dari nakhoda kapal. Sampel kapal rawai tuna yang didapatkan berjumlah 10 kapal dan nelayan yang telah diwawancara yaitu; 10 orang nakhoda, 3 orang KKM, 22 orang anggota kapal yang terdiri dari 4 orang boatswain, 2 orang wakil nakhoda, 14 orang anak buah, 1 orang koki dan 1 orang prossesing. Selain itu wawancara yang berkaitan dengan kompetensi nelayan dengan pihak perusahaan, DKP Pelabuhanratu dan Syahbandar Perikanan PPN Palabuhanratu telah dilakukan.

24 10 3 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN RAWAI TUNA DI PPN PALABUHANRATU Unit Penangkapan Ikan Kapal Perikanan rawai tuna (longline) mulai beroperasi di PPN Palabuhanratu pada tahun Perkembangan jumlah unit kapal rawai tuna cenderung bertambah pada setiap tahunnya. Unit rawai tuna di PPN Palabuhanratu terbagi menjadi 5 kategori berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage (GT). Jenis kapal yang digunakan pada unit perikanan rawai tuna adalah kapal motor yang sebagian besar berbahan dasar kayu, adapun beberapa kapal berbahan dasar fiber. Kapal ukuran GT rata-rata memiliki 7 buah palka dengan sistem pendingin frezeer air. Sebuah kapal rawai tuna yang ada di PPN Palabuhanratu ditunjukan pada Gambar 3. Gambar 3 Kapal perikanan rawai tuna di PPN Palabuhanratu Ukuran kapal yang digunakan beragam sesuai dengan GT kapal masingmasing. Jumlah kapal kategori GT menjadi jumlah kapal terbanyak pada tahun 2013 (Tabel 7). Tabel 7 Data kapal rawai tuna tahun 2013 Kapal Jumlah Rata-rata Motor Kapal Bahan Kapal Ukuran Kapal Domisili (GT) (Unit) P L D Kayu 15,5 4 1,3 Cilacap dan Jakarta Fiber dan Kayu 16,9 4,4 1,6 Bali, Benoa, Cilacap. Jakarta, Pelabuhanratu, Semarang, Tj. Pinang Fiber dan Kayu 18,4 5,1 1,8 Bali, Benoa, Cilacap, Jakarta, Pelabuhanratu Fiber dan Kayu 20,8 5,5 2,1 Benoa, Cilacap, Jakarta Kayu 21 6,2 2,4 Cilacap Jumlah kapal rawai tuna di PPN palabuhanratu berfluktuasi selama 10 tahun terakhir. Pada tahun 2012 alat tangkap rawai tuna meningkat dengan jumlah 741 unit, namun pada tahun 2013 menurun dengan jumlah 197 unit. Peningkatan jumlah kapal terjadi pada tahun 2012 disebabkan banyaknya kapal rawai tuna yang datang dari daerah lain, atau yang disebut dengan kapal andon. Perkembangan kapal rawai tuna di PPN Palabuhanratu ditunjukan pada Gambar 4.

25 Kapal Rawai Tuna (Unit) Gambar 4 Perkembangan jumlah kapal rawai tuna yang bersandar di PPN Palabuhanratu pada tahun Alat Tangkap Komponen alat tangkap rawai tuna terdiri dari tali utama (main line), tali cabang (branch line), pancing (hook), pelampung radio (radio buoy), pelampung bola (buoy), tali pelampung, snap dan mata pancing. Tali utama yang digunakan memiliki panjang berkisar meter. Pada setiap kapal memiliki 5 buah radio buoy dengan jumlah mata pancing yang terpasang diantara radio buoy sebanyak mata pancing. Total jumlah mata pancing yang digunakan sebanyak mata pancing. Selain komponen tersebut, kapal rawai tuna juga dilengkapi dengan alat bantu penangkapan yaitu line hauler, radio direction finder (RDF), GPS, dan ganco. Line hauler digunakan untuk menggulung tali utama. RDF dan GPS merupakan alat bantu navigasi untuk mempermudah dalam menentukan posisi setting dan untuk mencari radio buoy pada saat hauling. Komponen alat tangkap dan alat bantu penangkapan dapat dilihat pada Gambar Tahun a) branch line b) buoy c) GPS d) RDF e) line hauler f) ganco Gambar 5 Komponen dan alat bantu penangkapan rawai tuna

26 12 Nelayan Nelayan yang beroperasi pada satu kapal rawai tuna ukuran GT berjumlah 8-10 orang, sedangkan jumlah nelayan untuk satu kapal rawai tuna ukuran GT sebanyak orang. Pada satu kapal rawai tuna yang beroperasi terdapat pembagian tugas, pembagian tugas tersebut juga menunjukan jabatan yang dimiliki nelayan tersebut. Tugas dan jabatan nelayan rawai tuna pada kapal ditunjukan pada Tabel 8. Mayoritas kapal rawai tuna di PPN Palabuhanratu berasal dari luar Palabuhanratu sehingga hampir semua nelayan berasal dari daerah Cilacap, Pemalang dan Tegal. Kriteria nakhoda yang dipilih oleh pihak perusahaan adalah pengalaman dalam mengemudikan kapal dan telah berpengalaman berhasil mendapat hasil tangkapan yang banyak. Pihak perusahaan biasanya mempercayakan pemilihan anggota kapal kepada nakhoda, sehingga nakhoda juga bertanggung jawab dalam mencari ABK dan anggota kapal lain. Kriteria anggota kapal yang dipilih oleh nakhoda biasanya adalah kesiapan fisik untuk melaut dan berasal dari satu daerah yang sama.

27 13 Tabel 8 Penyesuaian tugas nelayan rawai tuna di PPN Palabuhanratu dan Level KKNI No Jabatan Identifikasi Tugas di Lapangan Nakhoda (Tekong) Wakil Nakhoda Kepala Kamar Mesin (KKM) Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi selama persiapan, pencarian DPI dan selama operasi penangkapan ikan. Dapat menyelesaikan masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi cuaca dan kondisi laut yang dihadapi. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan penangkapan ikan secara umum dan konsep teoritis bagian khusus secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural saat operasi peangkapan. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi atas pekerjaan sendiri atau pekerjaan anak buah. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja anak buah Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas seperti membantu nakhoda membawa kapal dan menyiapkan perbekalan. Memilih metode yang sesuai untuk menyiapkan peralatan setting,drifting dan hauling dengan menganalisis kondisi laut serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu yang baik Menguasai konsep teoritis bidang penangkapan ikan di laut dengan rawai tuna, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah operasi penangkapan Mampu mengelola boatswain, tim prosesing dan anak buah kapal, kemudian melaporkan pekerjaan kepada nakhoda. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja boatswain, tim prosesing dan anak buah kapal. Mampu menyelesaikan tugas merawat dan menjalankan mesin kapal selama persiapan dan operasi penangkapan dengan menganalisis informasi penting yang diperlukan, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan pada perawatan dan pemeliharaan mesin kapal, serta mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam memperbaiki mesin rusak. Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian mesin kapal ikan dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan seputar mesin kapal Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, melaporakan keadaan mesin kapal pada nakhoda dan memiliki inisiatif. Bertanggung jawab pada pekerjaannya dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja asisten kamar mesin Level KKNI 6 5 5

28 14 Tabel 8 Lanjutan No Jabatan Identifikasi Tugas di Lapangan Roller man (Boatswain) Wakil Boatswain Prosesing tuna Mampu mengatur ABK, menebar branch line, dan mengoperasikan line hauler dengan arahan wakil nakhoda, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan setting drifting dan hauling berjalan baik. Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian penangkapan ikan dengan rawai tuna dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual yang terjadi di atas kapal Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, melaporakan hasil kerja dan memiliki inisiatif. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja anak buah kapal Mampu membantu boatswain utama secara bergantian mengatur ABK, menebar branch line, dan menarik line hauler dengan arahan wakil nakhoda, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan setting drifting dan hauling berjalan baik. Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian penangkapan ikan dengan rawai tuna dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual yang terjadi di atas kapal Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, melaporakan hasil kerja dan memiliki inisiatif. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja anak buah kapal Mampu membersihkan tuna dari mulai membuang insang, isi perut hingga masuk ke dalam palka dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat penusuk dan alat pembersih tuna berdasarkan prosedur pembersihan, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu tuna terjaga yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung oleh nakhoda Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta pembersihan tuna, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang sering terjadi selama pembersihan dengan metode yang sesuai Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dengan boatswain dan ABK Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja tim prosesing lain Level KKNI 4 4 3

29 15 Tabel 8 Lanjutan No Jabatan Identifikasi Tugas di Lapangan 7 ABK 8 Koki Mampu melaksanakan serangkaian kegiatan setting, menggulung tali, merangkai rawai tuna dan menarik ikan ke dek kapal pada saat hauling dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat-alat, serta mampu menunjukkan kinerja dengan berhasilnya operasi penangkapan yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung oleh nakhoda Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan kegiatan setting, menggulung tali, merangkai rawai tuna dan menarik ikan ke dek kapal pada saat hauling, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi sesama rekan ABK Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja sesama rekan ABK Mampu mengatur bahan makanan dan membuat menu makan untuk semua anggota kapal dengan menggunakan alatalat di atas kapal, dan membantu dalam merangkai rawai tuna ataupun operasi penangkapan apabila tugas utama telah selesai. Mampu menunjukkan kinerja dengan berhasilnya menyiapkan makanan yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung oleh nakhoda Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan kegiatan memasak sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dengan anggota kapal lain Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja anggota kapal lain saat membantu merangkai alat tangkap Level KKNI 3 3

30 16 Karakteristik nelayan rawai tuna yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) Umur, (2) Pendidikan, (3) Tanggungan keluarga, (4) Pengalaman menangkap ikan, (5) Motivasi penangkapan ikan, (6) Pendapatan nelayan rawai tuna. Karakteristik umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur nelayan sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Kategori umur terbagi menjadi tiga yaitu (1) Muda, (2) Sedang, (3) Tua. Kategori muda yaitu umur nelayan berkisar 17 hingga 30 tahun, kategori sedang yaitu umur nelayan berkisar 31 hingga 44 tahun. Sedangkan kategori tua berkisar 45 hingga 58 tahun. Tabel 9 Komposisi responden nelayan rawai tuna berdasarkan umur No Kategori Umur Jumlah Presentase (%) 1 Muda 17 48,6 2 Sedang 15 42,9 3 Tua 3 8,6 Jumlah Tabel 9. menunjukkan bahwa dari 35 orang nelayan rawai tuna yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas memiliki umur yang masih muda, yaitu berkisar tahun. Nelayan yang memiliki umur kategori tua dalam penelitian ini hanya berjumlah 3 orang dari jumlah total responden 35 orang. Karakteristik pendidikan dalam penelitian ini adalah jumlah tahun nelayan mengikuti pendidikan formal yaitu dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga sekolah tinggi. SMA/ SMK 11% Tidak Sekolah 9% SMP 14% SD 66% Gambar 6 Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan mayoritas pendidikan formal yang dimiliki oleh nelayan rawai tuna adalah sekolah dasar. Sedangkan masih ada nelayan rawai tuna yang tidak pernah mengikuti jenjang sekolah formal yaitu sebanyak 9 % dari total responden 35 orang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang menyatakan bahwa seluruh warga Indonesia harus menyelesaikan pendidikan dasar hingga jenjang SMP (PP No.47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar) maka pendidikan formal yang dimiliki nelayan masih kurang. Karakteristik tanggungan keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga nelayan yang seluruh biaya kehidupannya di tanggung oleh nelayan tersebut. Kategori terbagi menjadi tiga, kategori pertama yaitu Sedikit, dimana jumlah anggota yang ditanggung sebanyak 1-2 orang. Kategori kedua adalah Cukup, jumlah anggota yang ditanggung 3-5 orang dan kategori Banyak yaitu jumlah anggota keluarga yang ditanggung lebih dari 6 orang.

31 17 Tabel 10 menunjukkan lebih dari 50 % responden yang diwawancarai dalam penelitian ini memiliki tanggungan keluarga kategori sedikit yaitu 1-2 orang. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga kategori banyak hanya berjumlah satu orang responden dan sisanya termasuk dalam kategori cukup yaitu berjumlah 3-5 orang. Tabel 10 Komposisi responden nelayan berdasarkan tanggungan keluarga No Kategori Tanggungan Keluarga Jumlah Presentase (%) 1 Sedikit 20 57,1 2 Cukup 14 40,0 3 Banyak 1 2,9 Jumlah Karakteristik pengalaman di laut dalam penelitian ini adalah lamanya nelayan menangkap ikan di laut dari awal penangkapan hingga penelitian ini dilakukan dan dinyatakan dalam tahun. Terdapat tiga kategori untuk karateristik pengalaman melaut menurut Hamzens (2007) yaitu kategori rendah dimana nelayan telah melakukan penangkapan ikan selama 1-4 tahun. Kategori sedang yaitu nelayan telah melakukan penangkapan ikan selama 5-10 tahun, sedangkan kategori tinggi yaitu nelayan telah melakukan penangkapan ikan di laut selama >10 tahun. Tabel 11 Komposisi responden nelayan berdasarkan pengalaman di laut No Kategori Jumlah Presentase (%) 1 Kurang Berpengalaman 9 25,7 2 Cukup Berpengalaman 15 42,9 3 Sangat Berpengalaman 11 31,4 Jumlah Tabel 11 menunjukkan nelayan rawai tuna yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas telah melakukan penangkapan ikan di laut selama 5 10 tahun. Total 35 responden yang telah diwawancarai, ada sebanyak 11 orang responden yang sangat berpengalaman di laut karena telah melakukan penangkapan ikan selama >10 tahun. Motivasi melaut dengan rawai tuna yang dimaksud pada penelitian ini adalah dorongan yang ada dalam diri nelayan untuk melakukan penangkapan ikan di laut dengan alat tangkap rawai tuna. Alasan yang diutarakan oleh nelayan pada saat wawancara diantaranya adalah kebutuhan ekonomi, pengoperasian rawai tuna lebih menguasai dan alat tangkap rawai tuna lebih banyak menghasilkan tangkapan ikan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Tabel 12 menunjukkan dari 35 orang nelayan yang menjadi responden sekitar 45,7 % memiliki alasan melakukan penangkapan dengan rawai tuna karena kebutuhan ekonominya. Sekitar 42 % responden memiliki alasan rawai tuna akan menghasilkan lebih banyak tangkapan ikan dan 11,4 % lainnya lebih mengusai pengoperasian alat tangkap rawai tuna.

Kompetensi Nelayan Rawai Tuna Ditinjau Dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)...(Yasinta Anugerah et al)

Kompetensi Nelayan Rawai Tuna Ditinjau Dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)...(Yasinta Anugerah et al) KOMPETENSI NELAYAN RAWAI TUNA DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU Competency of Tuna Longline Fishers Viewed From The Indonesian

Lebih terperinci

KOMPETENSI NAKHODA KAPAL RAWAI TUNA DI PALABUHANRATU DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

KOMPETENSI NAKHODA KAPAL RAWAI TUNA DI PALABUHANRATU DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 8, No. 1, Mei 2017 Hal: 13-23 KOMPETENSI NAKHODA KAPAL RAWAI TUNA DI PALABUHANRATU DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) Competency of Tuna

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan

Lebih terperinci

4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4 PROFIL PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.1 Pendidikan Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan Pendidikan menengah kejuruan kelautan dan perikanan merupakan program pendidikan yang

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2011 TENTANG SISTEM STANDAR MUTU PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, UJIAN, SERTA SERTIFIKASI PELAUT KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK BENI PRAMONO. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

Skillfulness and Knowledge Fishermen Level in Karangantu, Banten

Skillfulness and Knowledge Fishermen Level in Karangantu, Banten ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume II, No 1, Februari 2018 Diterima: 2 Desember 2017 Hal 107-121 Disetujui: 18 Januari 2018 TINGKAT KETERAMPILAN DAN PENGETAHUAN NELAYAN DI KARANGANTU BANTEN Skillfulness and

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS ANALISIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DI KECAMATAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS SYARIF IWAN TARUNA ALKADRIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013 TENTANG PERSYARATAN KOMPETENSI UNTUK SUBKUALIFIKASI TENAGA AHLI DAN TENAGA TERAMPIL BIDANG JASA KONSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN

4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN 4 KESELAMATAN KAPAL PENANGKAP IKAN Kapal penangkap ikan dikaitkan dengan bidang pekerjaannya yang sangat dinamis dan berisiko tinggi mengharuskan kapal memiliki stabilitas yang cukup. Kapal yang didesain

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut memiliki makna bahwa negara Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE CREW OF FISHING VESSEL IN INDONESIA)

PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE CREW OF FISHING VESSEL IN INDONESIA) Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2 November 2016: 145-152 ISSN 2087-4871 PENATAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI AWAK KAPAL PENANGKAP IKAN DI INDONESIA (ARRANGEMENT OF CERTIFICATION COMPETENCE

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAHAN VALIDASI BIDANG LOMBA NAUTIKA PERIKANAN LAUT TEMA LOMBA PENGELOLAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL LONG LINE NASKAH SOAL TEORI DI B A N D U N G DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2008 di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN iii KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU Oleh : EDWIN SUHARYADIE C05499058 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 1, Februari 2017 Hal 99-109 PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN NELAYAN TENTANG KESELAMATAN KERJA DI PPP MUNCAR, BANYUWANGI The Knowledge and Fishermen s Skill on Safety Works

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG Dwi Siskawati, Achmad Rizal, dan Donny Juliandri Prihadi Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UMUM Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pelaut dimaksudkan untuk menciptakan

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb No.1618, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Penangkapan. Ikan. Log Book. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PERMEN-KP/2014 TENTANG LOG BOOK PENANGKAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kapal Penangkap. Pengangkut. Ikan. Pemantau. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu LAMPIRAN 84 Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu 85 86 Lampiran 2 Daerah penangkapan madidihang kapal long line berbasis di PPN Palabuhanratu U PPN Palabuhanratu B T S Sumber: Hasil wawancara setelah diolah

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(2): 33-37, Desember 2012 Daerah penangkapan tuna hand liners yang mendaratkan tangkapannya di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Fishing ground of tuna hand

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP) ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP) ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP) ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT PENETAPAN KRITERIA DAERAH PELAYARAN KAPAL PELAYARAN RAKYAT LAMPIRAN 9 i 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kriteria Pelayaran Rakyat 4.3. Daerah

Lebih terperinci

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI

REKOGNISI KUALIFIKASI SDM INDONESIA MENINGKATKAN REKOGNISI dan PENYETARAAN KUALIFIKASI DI DALAM & LUAR NEGERI Indonesian ualification Framework GATS & AFTA, UU SISDIKNAS, REGIONAL CONVENTIONS KESIAPAN INDONESIA MENERIMA INFLUX TENAGA KERJA ASING DALAM BERBAGAI JENJANG PEKERJAAN DI INDUSTRI/PERUSAHAAN REKOGNISI

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki lebih dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang membentang dari 6 LU sampai 11 LS dan 92 BT sampai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi

Lebih terperinci

DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI

DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI DAMPAK LIMBAH CAIR PERUMAHAN TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN (Studi Kasus: Nirwana Estate, Cibinong dan Griya Depok Asri, Depok) HENNY FITRINAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR )

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) TEGUH PAIRUNAN PUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI SESUAI KKNI (KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA)

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI SESUAI KKNI (KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA) KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI SESUAI KKNI (KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA) KELOMPOK III Lutfi NIM 41038104114115 Clara Vidhia NIM 4103810414097 Subiyanto NIM 4103810414127 Sumarmi NIM 4103810414118

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Riduwan (2004) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN Izza Mahdiana Apriliani, Lantun Paradhita Dewanti dan Irfan Zidni Program Studi Perikanan, FPIK Unpad Korespondensi:

Lebih terperinci

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1 Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1 Oleh: Yudi Wahyudin 2 Abstrak Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP RI)

Lebih terperinci