MEWUJUDKAN INSINYUR INDONESIA YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNANASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEWUJUDKAN INSINYUR INDONESIA YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNANASIONAL"

Transkripsi

1 MEWUJUDKAN INSINYUR INDONESIA YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNANASIONAL Disajikan pada Konperensi dan seminar Nasional Persatuan lnsinyur Indonesia (pll) di Jakarta, tanggal 8 Agustus 1996 Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta 1996

2 MEWUJUDKAN INSINYUR INDONESIA YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNANASIONAL oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional I. PENDAHULUAN Pertama-tama saya ingin menyampaikan selamat kepada Persatuan Insinyur Indonesia (Pll) yang kini sedang menyelenggarakan Konperensi dan Seminar Nasional dengan Tema "Mewujudkan lnsinyur Indonesia yang Kompeten dan Profesional". Tema yang dipilih Pll dalam Konperensi dan Seminar ini amat tepat sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu membangun masyarakat yang maju dan mandiri. Kita sadari betul bahwa kemajuan dan kemandirian sangat tergantung kemampuan kita menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dimana para insinyur adalah tulang punggung bangsa untuk kemajuan di bidang ini. Untuk mampu menguasai iptek para insinyur haruslah orang yang profesional dan kompeten dalam bidangnya. Profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya, kesungguhan hati untuk mendalami, menguasai, menerapkan dan bertanggung jawab atas profesinya. Seorang insinyur tidak otomatis dapat dikatakan insinyur profesional jika ia tidak bergerak dalam profesi yang dikuasainya, dan dalam berkiprah dalam profesinya itu tidak menunjukkan sikap seperti yang disebutkan di atas. Seorang yang bekerja tanggungtanggung tidak disebut profesional.

3 Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan sebagai perilaku, cara atau kualitas yang mencirikan suatu profesi atau orang yang profesional. Seorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya dicirikan oleh atau memiliki standar teknis atau etika suatu profesi. Sedangkan profesi adalah suatu aktivitas yang memerlukan " specialized knowledge" yang sering memerlukan waktu dan persiapan akademik yang panjang dan intensif. Kompetensi merupakan suatu konsep yang erat kaitannya dengan profesionalisme. Kompetensi merujuk pada suatu keadaan dimana seseorang dapat dipercaya berdasarkan kemampuannya. Dengan demikian, kompetensi merupakan konsep keandalan dari suatu organisasi atau seorang individu dimana keandalan tersebut diperoleh melalui dunia profesi yang digelutinya. Kompetensi juga menunjukkan kadar penguasaan suatu profesi atau bidang tanggung jawab. Seseorang yang tidak atau rendah kadar penguasaan atau pengetahuan atau tanggung jawabnya, tidak dapat dikatakan kompeten untuk bidang yang bersangkutan. Pada kesempatan ini saya ingin menguraikan mengapa kita perlu mewujudkan insinyur Indonesia yang kompeten dan profesional, khususnya dalam menghadapi masalah besar nasional dalam bidang pangan, bioteknologi, pertanian dan tata ruang sebagaimana diminta oleh panitia. II. TANTANGAN KEDEPAN Kita sepakat bahwa pembangunan ditujukan untuk menghasilkan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Dalam rangka mewujudkan cita-cita tersebut sudah bukan zamannya bagi kita untuk semata-mata mengandalkan sumber daya alam sebagai tumpuan utama. Pertama, karena kemampuan sumber daya aram itu ada

4 batasnya baik dalam jumlah maupun daya dukungnya. Kedua, nilai tukar produk primer yang berbasis utama sumber daya alam khususnya pertanian juga terus menurun. Oleh karena itu, secara sadar kita perlu beralih ke sumber daya manusia sebagai sumber daya dasar pembangunan dengan kualitas sebagai parameter utamanya. Globalisasi telah menyatukan dunia ke dalam tatanan ekonomi-politik antar bangsa yang tidak terpisahkan. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kini, konstelasi dunia menjadi suatu rangkaian dimana setiap bangsa makin tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi dan saling tergantung dengan bangsa lainnya. Dalam situasi sepertini laju perubahan terjadi demikian cepat dan arah serta dampaknya sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Penyebab utama terjadinya situasi di atas adalah kemajuan dalam iptek, khususnya dalam bidang teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi. Kemajuan dalam bidang teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi menyebabkan dunia menjadi "space/ess". Artinya perubahan yang terjadi pada suatu titik di permukaan bumi dengan cepat dapat menyebar ke mana saja. Perubahan ini memiliki selain implikasi teknis tetapi,juga berpengaruh terhadap tatanan nilai umat manusia di muka bumi ini. Proses perubahan dalam sistem produksi yang juga dapat mempengaruhi sistem nilai umat manusia sedang terjadi karena revolusi dalam bioteknologi. Kemajuan dalam bioteknologi memberikan kemampuan kepada manusia mengubah sifat-sifat alamiah yang dimiliki oleh organisme sesuai dengan keinginan manusia. Bioteknologi akan mengubah sikap dan pola hidup manusia, karena kelangkaan sumber daya menjadi hanya suatu cerita di masa lampau. Baik revolusinformasi dan komunikasi maupun bioteknologi telah membuka tabir kemungkinan (opportunities) masa depan yang hampir tidak ada batasnya di muka bumi ini.

5 Dalam mengarungi zaman baru itu, keselamatan bangsa tergantung pada kemampuan kita dalam menyesuaikan diri terhadap segala bentuk perubahan. Dalam zaman ini suatu konsep, gagasan atau teknologi sangat cepat menjadi usang. Kita sudah merasakan hal ini setiap hari. Sudah sulit dikatakan mana suatu produk dibuat karena proses atau komponennya tersebar di berbagai negara. Sekarang ini, yang paling menentukan bukan lagi di mana suatu produk dihasilkan tetapi berapa biayanya dan apakah produk tersebut dapat membentuk selera konsumen. Kita tidak dapat lagi mengandalkan proteksi sebagai senjata pelindung ekonomi kita sekarang ini. Apa strategi kita agar selamat dalam mangarungi zaman baru ini? Jelas kita harus mampu menguasaiptek baik menguasai dalam afti memanfaatkan secara efisien dan efektif, maupun menguasai dalam arti mengembangkan dan merumuskan iptek-iptek baru sebagai karya bangsa kita. Sebagai pengguna iptek dengan sendirinya penguasaan iptek berarti kemampuan sumber daya manusia dan institusiinstitusi pembangunan untuk menyerap dan memanfaatkan iptek yang telah berkembang baik di dalam negeri maupun di negara lain. Kendala yang kita hadapi adalah dunia industri kita kemampuannya masih terbatas pada tahap pemanfaatan teknologi yang terkandung dalam berbagai sistem dan peralatan yang digunakan. Dengan demikian masih besar ketergantungan kita pada paket-paket teknologi yang didapat melalui proses impor atau lisensi. Tampak di sini bahwa industri nasional masih merupakan perpanjangan atau perluasan pasar dari produkproduk teknologi luar. Strategi industri nasional saat ini daya saingnya juga masih tergantung pada produk yang kandungan teknologinya relatif rendah dengan mengandalkan faktor biaya produksi yang rendah, terutama biaya tenaga kerja yang rendah. Dunia industri

6 juga belum terintegrasi secara kuat dengan dunia riset dan pendidika nasional, demikian pula sebaliknya. Artinya, iklim yang sinergis antara industri, dunia penelitian dan pendidikan belum terwujud. Kondisi itu menunjukkan kepada kita betapa besarnya tantangan yang kita hadapi dalam upaya meningkatkan penguasaan iptek dalam era mendatang. Hal ini sangat penting untuk kita sadari mengingat globalisasi memang menjanjikan peningkatan kemakmuran, tetapi itu hanya untuk yang mampu bersaing. Padahal kita menghadapi kenyataan bahwa kesenjangan dalam kemampuan bersaing antarpara pelaku ekonomi, antardaerah dan antarsektor masih cukup tajam. Jika arus globalisasi itu dibiarkan begitu saja melanda bangsa kita, yang terjadi adalah kesenjangan yang makin melebar. Hal ini jelas bukan hanya mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi juga bisa mengganggu kesinambungan pembangunan kita. Dalam perekonomian, daya saing dihasilkan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Produktivitas di tentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan penerapan teknologi. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan kelembagaan dan pranata yang mengatur befungsinya ekonomi. Salah satu akar pokok dari semua itu adalah profesionalisme dan kompetensi dari lembaga masyarakat dan individu manusia secara keseluruhan. Dalam pokok pembicaraan kita "adalah profesionalisme dan kompetensi para insinyur di bidangnya masing-masing. Dalam bidang pertanian, persoalan kita sangat kompleks. Di satu pihak kita harus mampu mempertahankan kemantapan swasembada pangan. Artinya, untuk memenuhi peningkatan permintaan akan pangan sebagai dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, kita harus mampu

7 memproduksi padi minimal 53,2 juta ton pada tahun lmplikasinya adalah kita harus memiliki luas panen padi 11,6 juta hektare pada tahun tersebut. Padahal yang ada sampai dengan tahun 1994 barulah 10,7 juta hektare, sedangkan lahan untuk tambahan areal tidak tersedia semudah itu. Di pihak lain, sektor ini didominasi oleh usaha tani berskala kecil dengan rata-rata 0,9 hektare, bahkan sekitar 9,6 juta rumah tangga memiliki lahan kurang dari 0,5 hektare. Para petani atau pekerja di sektor ini pada umumnya berpendidikan rendah, yaitu sekitar 90 persen maksimal hanya tamat sekolah dasar. Kondisi serupa itu tentu tidak kondusif bagi pengembangan peftanian yang dipercepat tanpa mengembangkan pembaharuan dalam struktur internal sektor pertanian yang disesuaikan dengan perkembangan sektor di sekitarnya. Pada awal PJP l, pembangunan pertanian di dasari oleh asumsi bahwa untuk mengejar ketergantungan dalam bidang pangan maka sumber daya dan iptek dialokasikan pada basis yang sudah siap menerimanya. Basisny adalah sawah. Oleh karena itu, rehabilitasi irigasi merupakan prioritaseiring dengan digunakannya bibit unggul, pupuk kimia dan elemen budidaya usaha tani lainnya. ; Dalam PJP ll kita perlu mencari alternatif lain mengingat daya dukung sumber daya alam untuk pola serupa itu sudah makin terbatas. Profesi insinyur ditantang untuk menyumbangkan pikiran-pikiran baru dalam iptek maupun kelembagaannya untuk mengatasi masalah itu. Misalnya, kita perlu mengembangkan sistem peftanian pangan yang hemat air. Kita perlu meningkatkan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan jenis-jenis tanaman atau hewan yang memiliki potensi untuk dikembangkan tetapi hingga kini belum dimanfaatkan.

8 Bioteknologi, sebenarnya memberi jawaban terhadap kebutuhan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam keadaan sumber daya alam yang serba terbatas. Faktor lingkungan, yang menyebabkan penggunaan lahan, air dan udara yang makin menyempit, membuat pengembangan bioteknologi menjadi makin urgen. Bioteknologi juga punya potensi untuk mendukung sektor pertanian dan industri pertanian dengan metode yang akrab lingkungan. Penerapan bioteknologi akan merestrukturisasi produksi dan perdagangan komoditas per.tanian. Restrukturisasi produksi dan perdagangan berkaitan dengan kemampuan bioteknologi meningkatkan produktivitas melalui: perbaikan atau penemuan varietas baru, peningkatan mutu genetik dan stockbreeding dari ternak dan ikan, peningkatan kandungan protein, karbohidrat atau lipid pada tanaman, perbaikan dalam proses fermentasi dan ekstraksi produk sampingan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Dalam arti ekonomi, penerapan bioteknologi dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing. Meskipun bioteknologi memang akan membentuk cakrawala baru dalam pembangunan pertanian, akan tetapi penerapannya kemungkinan dapat menghasilkan dampak negatif, terutama bagi pertanian rakyat kita dan menimbulkan ketergantungan teknologi negara berkembang ke negara industri yang sudah lebih maju dalam bidang ini. Penerapan bioteknologi juga akan menuntut pemahaman yang berbeda tentang pertanian. Pertama, penerapan bioteknologi akan menuntut modifikasi dalam organisasi produksi hulu dan hilir pertanian. Kedua, penerapan bioteknologi juga melahirkan tantangan terhadap pengalokasian sumberdaya, terutama sumberdaya manusia. Ketiga, perubahan teknologi,

9 perubahan dalam peranan iptek dan insentif ekonomi dan terbukanya peluang-peluang baru, kesemuanya akan mengubah praktek-praktek pertanian yang telah mentradisi. Sampai sejauh mana kita siap menangani dampak penerapan bioteknologi dalam sistem pertanian kita, adalah sangatergantung dari kompetensi dan profesionalisme dari para peneliti, insinyur pertanian dan kita semua. Juga dari kesiapan para petani kita sendiri. Namun demikian, saya melihat bahwa kita memang harus berani memasuki wilayah itu, apabila kita tidak mau makin tertinggal di bidang ini. Sementara itu aktivitas pertanian masih akan tetap memerlukan lahan yang terjamin baik luasannya maupun kualitas kesuburannya. Oleh karena itu penataan ruang merupakan faktor penentu dalam menjamin keberlanjutan pertanian di suatu kawasan. Penataan ruang ini bukan merupakan persoalan yang sederhana. Pembangunan di segala bidang yang pesat menyebabkan terjadinya rebutan akan lahan dan ruang yang makin intens. Pertanian, pertambangan, industri, dan permukiman memerlukan ruang dan tanah yang terus bertambah. Tata ruang harus menjawab dan mengatur konflik-konflik itu. Untuk itu diperlukan rencana tata ruang yang berkualitas. Untuk menjamin rencana tata ruang yang berkualitas diperlukan pelbagai bidang profesi teknik dan nonteknik yang andal. Dalam penataan ruang, konsep desentralisasi dan rencana tata ruang wilayah guna mendukung pengembangan kawasankawasan andalan, sebagai kawasan yang potensial dan kohesif sebagai kesatuan ekonomi bagi pertumbuhan regional dan nasional, semakin perlu difahami dan diterapkan secara konsisten. Mengingat kecepatan pembangunan ekonomi kita masih akan sangatergantung kepada fasilitas prasarana dasar, maka

10 diperlukan dukungan pengembangan prasarana yang tidak hanya memecahkan masalah keterpencilan wilayah di satu sisi dan menghilangkan "bottlenecks" akibat permintaan pertumbuhan yang terlalu tinggi di sisi lain, tetapi juga mengembangkan potensi ekonomi wilayah seda mengakomodasi mobilitas ekonomi yang semakin meningkat tajam. Kita juga memahami bahwa aksesibilitas kawasan dan ketersediaan prasarana merupakan prasyarat bagi modal dan investasi baik dari dalam maupun dari luar negeri. Di dalam dunia yang makin menyatu, dukungan prasarana berupa jaringan fisik dan pelayanan jasa transporlasi dan telekomunikasi secara nasional merupakan subsistem dari jaringan pelayanan regional dan global. Dengan semakin tingginya dukungan prasarana yang diperlukan bagi pengembangan wilayah-wilayah andalan yang baru, maka semakin besar pula kebutuhan biaya investasi prasarana. Sementara itu mengingat dana pembangunan pemerintah semakin terbatas, maka dalam alur keb'rjaksanaan pembangunan (policy mainstream) dituntut peranan yang semakin besar dari sektor swasta dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembangunan prasarana. Keberhasilan kita menerapkan skim ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan prasarana dan dengan demikian kemampuan kita untuk memelihara momentum perlumbuhan dan gerak pemerataan secara berkesinambungan. Mengapa juga pemerataan, oleh karena ke mana investasi prasarana diarahkan akan mempengaruhi pula pemerataan kegiatan pembangunan. sekali lagi dalam kesemua hal itu para insinyur Indonesia ditantang dan dituntut peranannya.

11 III. KOMPETENSI DAN PROFESIONALISMESDM{PTEK Kompetensi dan profesionalisme merupakan produk dari suatu budaya. Tuntutan profesionalisme berkait dengan tuntutan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dapat menandingi kecepatan akumulasi beban pekerjaan pembangunan nasional. Sumber persoalannya adalah menyatu dengan visi sumber daya manusia dan masyarakat kita terhadap kreativitas dan daya inovasi. Kita memang ditantang untuk membangun sumber daya manusia yang memiliki semangat profesional, semangat pembaharuan dan tekad yang kuat untuk mengubah keadaan dan memperbaiki nasib bangsanya. Lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggi, merupakan lembaga yang sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia dan masyarakat seperti itu. Kita perlu mendorong lebih kuat lagi perguruan tinggi untuk menghasilkan kader-kader pembangunan yang menjadi intinya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Kita juga perlu meningkatkan kemampuan para peneliti dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang iptek. Kita memang belum memiliki indikator yang baik untuk mengukur profesionalisme dan kompetensi di bidang ini. Namun, untuk gambaran kasar hasil seleksi Riset Unggulan Terpadu (RUT) dan Riset Unggulan Kemitaraan dapat kiranya digunakan. Dalam sepuluh bidang penelitian RUT, yaitu bioteknologi, rancang bangun, ilmu bahan/material baru, ilmu kimia/proses, teknologi energi, elektronika dan informatika, teknologi perlindungan lingkungan, dan dinamika sosial ekonomi pada tahun 1995/96 telah masuk 1659 usulan. Dari sebanyak usulan

12 itu, yang lolos seleksi ternyata hanya 145 atau g persen. Tidak mengherankan bahwa jumlah usulan terbesar bukanlah di bidang keteknikan atau pengetahuan alam, tetapi adalah dalam bidang dinamika sosial ekonomi yaitu 476 buah (29 persen). ltu pun yang lolos seleksi hanya 2 buah. Kelompok usulan terbesar kedua adalah teknologi hasil pertanian yaitu 320 buah (19 persen) dengan kelulusan 12 persen. Ketiga bidang teknologi perlindungan lingkungan dengan 28A usulan juga dengan kelulusan 12 persen. Usulan yang lulus seleksi dalam bidang bioteknologi sedikit lebih tinggi yaitu 14 persen dari jumlah yang lebih kecil yaitu 80 usulan. Angka-angka di atas menunjukkan bahwa kemampuan kita menghasilkan usulan yang baik sangatlah terbatas. Selain kualitas secara keseluruhan yang lebih memprihatinkan lagi adalah penyebaran antarwilayahnya. Dari seluruh usulan yang masuk dan lulus 90 persen berasal dari lembaga yang berada di P. Jawa. Khususnya untuk KTI hanya ada 5 proposal yang lulus atau hanya 3 persen dari jumlah usulan yang lolos seleksi. Jelas, situasi di atas sangat memprihatinkan mengingat kemampuan mengajukan proposal adalah prasyarat untuk melakukan kegiatan ilmiah di bidang iptek, di negara manapun. Menurut hemat saya, kita harus mulai dari sini. Kemampuan untuk merancang dan merumuskan kegiatan penelitian harus kita jadikan "entry poinf'dalam membina sumber daya iptek kita. Keterlibatan industri dalam upaya itu sangat penting. peran serta dunia usaha dalam pengembangan iptek diperlihatkan antara lain melalui kegiatan RUK. Pada tahun 1995/96, ada 200

13 usulan RUK. Dari jumlah tersebut yang lolos seleksi hanya 13. Jumlah anggaran yang tersedia untuk program ini rumayan besarnya yaitu Rp 5,84 milyar dengan kontribusi swasta sebesar 47 persen. Partisipasi swasta dalam pendanaannya, dengan demikian cukup menggembirakan. Minat untuk ikut serta seperli terlihat dalam jumlah usulan juga cukup besar. Namun, melihat jumfah proposal yang lolos seleksi, yaitu hanya 6,5 persen, kembali kita menjadi prihatin. oleh karena itu kita perlu terus menerus memperbaharui dan mengembangkan lembaga-lembaga kita yang bergerak di bidang iptek dalam arti luas. Bersamaan dengan itu, kitapun perlu mendorong masyarakat dan lembaga-lembaga baik lembaga sosial maupun lembaga ekonomi guna memberikan penghargaan dan rangsangan kepada karya-karya iptek. para peneliti harus diberi tempat yang tinggi dalam hirarki masyarakat, terutama bagi mereka yang produktif dan inovatif. IV. PENUTUP Sebagai penutup uraian ini, kita mengharapkan pll menjadi organisasi yang makin kompeten dan profesional. Pll harus menjadi andalan masyarakat dalam mempelopori kemajuan iptek di tanah air dan dengan demikian merintis pembaharuan dalam sistem produksi dan distribusi yang menjadi intinya kemajuan dan kemandirian bangsa. Pll juga harus memperhatikan adanya tingkat-tingkat penguasaan iptek yang berbeda-beda di dalam masyarakat. Menjadi tugas Pll untuk membantu memperkecil kesenjangan dalam masyarakat yang terjadi antara lain karena perbedaan penguasaan dan akses terhadap iptek antara lapisan-lapisan masyarakat itu.

14 Akhirnya, saya ingin menyampaikan selamat berkonperensi dan semoga pemikiran-pemikiran yang akan Saudara bahas dalam konperensi dan seminar nasional para insinyur lndonesia ini memberikan manfaat bagi Pll, para anggotanya, dan bagi masyarakat luas. Jakarta, 8 Agustus 1996

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, 26-27 Mei 2004 Para Pejabat eselon I dan II lingkup Badan Ltbang Pertanian, Para peneliti dan penyuluh,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan ruang darat yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memanfaatkan lahan dalam wujud penggunaan lahan. Penggunaan lahan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Lingga mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan

Lebih terperinci

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec Menteri Pertanian Republik Indonesia Pidato kunci pembukaan Konferensi Nasional Perhimpunan Ekonomi Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGIJNAN NASIONAL

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGIJNAN NASIONAL ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGIJNAN NASIONAL Disampaikan Dolam Rangka Pertemuan Pakar Untuk Membahss WP Tentang Penatsan Ruang Kawosan Perkotasn Jaksrta, 16' 17 Desember

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah sektor yang mempunyai peranan penting dalam memproduksi pangan demi memenuhi kebutuhan manusia untuk melangsungkan hidupnya. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Disampaikan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian upaya pembangunan manusia yang berkesinambungan dan dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman

Lebih terperinci

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21 Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) TIK: Setelah mengikuti kuliah ini, anda akan dapat menjelaskan Visi Pertanian Abad 21 Visi Paradigma pembangunan pertanian baru yang

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci