Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan
|
|
- Sucianty Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 medical review Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan Raymond R. Tjandrawinata Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group, Jakarta, Indonesia I. Pendahuluan Disiplin ilmu farmakoekonomi belakangan ini mendapat perhatian besar dari berbagai kalangan. Hal ini terjadi terutama di negara-negara dimana penggantian biaya obat diatur secara ketat di sektor publik maupun swasta. Ide farmakoekonomi lahir dari prinsip inti ekonomi: sumber daya yang langka dan seringkali makin berkurang memaksa orang untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Analisis ekonomi telah digunakan oleh para pengambil keputusan dalam komunitas perawatan kesehatan di banyak negara selama bertahun-tahun. 1 Karena banyak negara mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan yang cepat selama tiga dekade terakhir, tidaklah mengejutkan bahwa ekonomi dan alokasi yang tepat dari sumber daya kesehatan telah berkembang menjadi agenda penting dalam menentukan anggaran nasional. Dengan tujuan menyediakan layanan berkualitas tinggi, banyak pengambil keputusan telah mempelajari pemanfaatan layanan perawatan kesehatan mereka, yang mencakup farmasi, untuk menentukan biaya dan nilai barang dan jasa perawatan kesehatan. Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin penting dalam subyek ekonomi kesehatan. Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pengobatan terhadap sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Riset farmakoekonomi berkaitan dengan identifikasi, pengukuran, dan perbandingan biaya dan manfaat produk dan jasa farmasi. 2 Analisis farmakoekonomi tidak hanya terbatas pada pengukuran moneter atau klinis. Analisis ini juga bisa memanfaatkan sejumlah faktor yang membuka biaya alternatif-alternatif dari perspektif pasien seperti akan dijelaskan lebih lanjut dalam tulisan ini. Faktor-faktor tersebut mencakup kehidupan (nyawa) yang berhasil diselamatkan, pencegahan penyakit, operasi yang berhasil dicegah, atau kualitas hidup (QOL, quality-of-life) yang berkaitan dengan kesehatan. Dengan demikian, tujuan farmakoekonomi adalah untuk memperbaiki kesehatan individu dan publik, serta memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam memilih nilai relatif diantara terapi-terapi alternatif. 3 Jika digunakan secara tepat, data farmakoekonomi memungkinkan penggunanya mengambil keputusan yang lebih rasional dalam proses pemilihan terapi, pemilihan pengobatan, dan alokasi sumberdaya sistem. Dalam kaitannya dengan hal ini, penggunanya bisa dari berbagai kalangan, diantaranya pengambil keputusan klinis dan administratif, termasuk dokter, apoteker, anggota komite formularium dan administrator perusahaan asuransi. Seperti halnya di negara lain, Indonesia telah mengalami peningkatan biaya perawatan kesehatan, khususnya biaya farmasi untuk obatobatan yang masih ada di dalam masa paten. Dengan tekanan yang terus-menerus terhadap meningkatnya biaya perawatan kesehatan dari kalangan publik dan swasta, intervensi lebih lanjut akan secara rutin dievaluasi secara farmakoekonomi dengan menghubungkan keuntungan dan hasilnya terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini khususnya dilakukan oleh 46 MEDICINUS
2 para pengambil keputusan sistem formularium nasional dialam asuransi kesehatan nasional Indonesia yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 4,5 Dalam kaitannya dengan hal ini, kita bisa berharap bahwa studi farmakoekonomi akan dilakukan secara lebih rutin di Indonesia di masa mendatang, karena alasan-alasan berikut: 1. Tekanan politik. Industri asuransi kesehatan nasional harus menyadari bahwa pemenuhan biaya farmasi haruslah merupakan bagian dari setiap keputusan mengenai keuntungan obatobatan tidak peduli bagaimanapun desain sistem perawatan kesehatannya. 2. Tekanan regulasi. Sejumlah negara telah mengusulkan proposal yang menyebutkan bahwa riset farmakoekonomi akan disertakan sebagai bagian dari pengembangan obat-obatan. Saat ini, hanya Australia dan Kanada yang telah mengembangkan panduan evaluasi farmakoekonomi terhadap obat-obatan yang akan ditempatkan dalam formularium nasional. 7 US Federal Drug Administration (US FDA) 7 dan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) tidak mengembangkan panduan yang berkaitan dengan penggunaan data farmakoekonomi dalam pengembangan obat-obatan. 4. Rumah sakit. Institusi ini bisa menggunakan data farmakoekonomi untuk menentukan obatobatan yang akan ditempatkan dalam daftar obat-obatan yang mereka setujui dan memutuskan terapi-terapi alternatifnya. 5. Industri asuransi kesehatan. Seperti halnya rumah sakit, institusi ini juga memanfaatkan data farmakoekonomi untuk menentukan obatobatan pada formulary-nya. 6. Bagian pemasaran farmasi. Studi farmakoekonomi bisa secara luas digunakan oleh organisasi-organisasi ini sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka untuk mendukung klaim bahwa produk mereka cost-effective. II. Evaluasi ekonomi selalu melibatkan analisis komparatif dari tindakan alternatifnya Ada dua parameter yang menentukan setiap analisa ekonomi (termasuk jasa kesehatan). 8 Pertama, dalam hubungannya dengan pilihan sebagai konsekuensi keterbatasan sumber daya dan ketidakmampuan kita untuk memproduksi semua output yang diinginkan; dan kedua, dalam hubungannya dengan input dan output, terkait dengan biaya dan konsekuensi dari aktivitas. Tugas dasar farmakoekonomi adalah mirip dengan analisis ekonomi, seperti mengidentifikasi, mengukur, menilai dan membandingkan biaya produk farmasi dan konsekuensi (hasil) alternatif yang dipilih. Setiap data farmakoekonomi akan menyediakan analisis biaya dibanding hasil yang didapat. Gambar 1 menjelaskan sebuah model farmakoekonomi sederhana. Dalam model ini, kita harus mengambil keputusan apakah akan memilih Obat A, atau pembandingnya, Obat B. Dalam melakukannya, sebuah analisis biaya terhadap masing-masing obat dan hasilnya harus dibuat untuk memberikan keputusan yang rasional. Riset farmakoekonomi harus terlebih dulu menentukan biaya dan hasil yang diperkirakan, serta analisis mengenai bagaimana studi akan dilakukan dan diukur. Biaya dihitung untuk memperkirakan sumber daya yang digunakan dalam memproduksi suatu hasil. Ada tiga tipe biaya: langsung, tidak langsung dan biaya tidak ternilai. Biaya medis langsung adalah biaya apapun yang terkait degan pencegahan, pendeteksian, atau penanganan suatu penyakit. Contoh biaya langsung adalah: produk dan jasa farmasi, layanan dokter, perawatan, uji laboratorium dan sebagainya. Biaya non-medis langsung adalah biaya yang berhubungan dengan penerimaan produk dan jasa. Contohnya mencakup transportasi, ruangan dan sebagainya. Biaya tidak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan sakit dan/ atau kematian contoh biaya tak langsung adalah biaya hilangnya produktivitas, bantuan keluarga, serta peralatan dan perawatannya. Biaya tidak ternilai adalah biaya-biaya yang muncul karena hilangnya produktivitas. Contohnya adalah biaya yang berkaitan dengan sakit, penderitaan, kecemasan dan dukacita. Biaya tidak ternilai tidak dikonversi menjadi suatu nilai, namun biasanya diekspresikan dalam istilah quality-adjusted-lifeyears seperti akan dijelaskan selanjutnya Pertimbangan biaya penting lainnya adalah biaya rata-rata dan biaya marjinal. 1 Biaya rata-rata MEDICINUS 47
3 Gambar 1. Model yang menjelaskan evaluasi ekonomi terhadap farmasi adalah biaya-biaya yang telah dikalkulasi dengan membagi total biaya dengan unit hasil. Biaya marjinal (inkremental), sebaliknya didefinisikan sebagai biaya memproduksi tambahan unit hasil. Secara teoritis, perbandingan biaya dilakukan pada satu titik waktu. Penghitungan diskonto (discounting), atau penyesuaian untuk waktu yang berbeda, merupakan proses pengurangan biaya dan manfaat masa depan kembali ke nilainya saat ini. 9 Sebagian orang lebih suka menerima uang sekarang dibanding nanti. Sehingga, Rp ,- hari ini lebih berharga dibandingkan Rp ,- tahun depan. Ketika sebuah perawatan berlangsung lebih dari satu tahun, uang harus diukur menggunakan nilainya sekarang (PV, present value). Itulah yang disebut penghitungan diskonto. Menggunakan sebuah tingkat diskonto (interest, bunga), perkiraan time value of money (nilai uang berdasarkan waktunya) bisa dihitung. Formula berikut dipinjam dari ilmu manajemen finansial untuk mengkalkulasi nilai uang berdasarkan waktu (time value of money): PV = FVn(1+r)-n Keterangan : PV = nilai saat ini FVn = nilai masa depan pada tahun ke n r = tingkat diskonto (bunga) n = jumlah tahun setelah munculnya biaya Sebagai contoh, jika sebuah penanganan membutuhkan biaya Rp per tahun selama hingga 3 tahun mendatang dan nilai uang berubah sebesar sekitar 12% per tahun, maka nilai saat ini dari biaya-biaya ini adalah Rp ,- yang didapat dari [500 + (500/1,12) + (500/1,122)]. Memilih tingkat diskonto haruslah berhati-hati, karena angka ini sendiri bisa menjadi sumber kontroversi. Penggunaan tingkat diskonto yang sangat rendah atau sangat tinggi akan menguntungkan proyek tertentu dan bisa mendorong munculnya kesimpulan yang berbeda. Untuk meminimalkan variasi yang besar dalam biaya dan hasilnya, bisa dilakukan analisis sensitivitas untuk menentukan efek selang tingkat diskonto pada sebuah studi individual. 3,7 Analisis sensitivitas digunakan untuk menguji apakah kesimpulan dari sebuah evaluasi farmakoekonomi berubah ketika masing-masing variabel input diperiksa dalam suatu selang nilai yang dapat diperkirakan. Jika kesimpulannya bisa didukung melalui analisis sensitivitas, ber-arti peluang kesimpulan tersebut bisa diterima menjadi lebih tinggi. Namun, jika kesimpulan-nya berubah, harus dilakukan penyesuaian untuk menentukan nilai sesungguhnya dari variabel yang dimaksud, atau untuk menyatakan secara eksplisit bahwa 48 MEDICINUS
4 kesimpulan tersebut sensitif terhadap nilai dari variabel tersebut. 2 IV. Pengukuran Hasil Terapi Dalam merancang sebuah studi farmakoekonomi, periset harus terlebih dulu menentukan semua kemungkinan hasilnya, termasuk yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Hasilnya bisa intermediate (hasil jangka pendek), seperti pengontrolan tekanan darah atau final (hasil jangka panjang), seperti pencegahan kegagalan ginjal, serangan jantung, stroke, infeksi sistemik, dan sebagainya. Dalam banyak kondisi penyakit, hubungan antara hasil intermediate dan hasil final belum ditentukan. Dalam hal ini, hasil final, seperti pengurangan tingkat kematian, harus ditentukan untuk analisis. Namun, jika data sakit dan kematian tidak tersedia, peneliti bisa menggunakan indikator kualitas hidup (qualityof-life) sebagai gantinya. 7 Idealnya, pengukuran hasil jangka pendek dan jangka panjang harus diidentifikasikan sehingga efek produk atau jasa yang dipelajari bisa ditentukan secara lebih akurat. Seperti akan dijelaskan nanti, nilai hasil-hasil ini diukur dalam sebuah nilai moneter atau dalam sebuah unit natural dari efektivitas atau kegunaan, tergantung dari studi farmakoekonomi yang dilakukan. Ketika mengukur hasil terapi, sangatlah penting untuk membedakan antara efikasi (efficacy) dan efektivitas. Dalam istilah farmakoekonomi, efikasi merujuk pada hasil sebuah obat tertentu dalam kondisi terkontrol, seperti percobaan klinis, sementara efektivitas merujuk pada seberapa bagus obat itu bekerja dalam kondisi alami, seperti dalam klinik sehari-hari. Walaupun informasi efektif tidak selalu tersedia secara langsung, namun biasanya bisa diekstrapolasi dari studi efikasi dan diproyeksikan ke situasi aktual. V. Metode Analisis Farmakoekonomi Setidaknya ada empat tipe analisis yang umum digunakan dalam studi farmakoekonomi. Analisis-analisis ini akan dijelaskan secara detail di bagian-bagian yang berbeda dalam tulisan ini. 1. Analisis manfaat-biaya (cost-benefit) merupakan perbandingan nilai moneter dari penggunaan alternatif dari sumber daya. 2. Analisis efektivitas-biaya (cost-effectiveness) merupakan perbandingan dari biaya terhadap hasil dalam kaitannya dengan hasil kesehatan, seperti pengurangan tingkat LDL darah, atau dalam unit alami, seperti tahunhidup yang didapat atau hilang. 3. Analisis utilitas-biaya (cost-utility) adalah pengukuran hasil dalam kaitannya dengan sebuah faktor kualitas. 4. Analisis minimalisasi-biaya (cost-minimalization) adalah perbandingan antara biaya ketika akibat-akibatnya diasumsikan sama. Analisis Manfaat-Biaya Analisis manfaat-biaya adalah analisis perbandingan dari dua atau lebih produk atau jasa farmasi dengan manfaat (hasil terapi) dalam nilai moneter. Tujuan analisis manfaat-biaya adalah untuk mencapai pengembalian investasi tertinggi. Hasil tipe analisis ini ditampilkan dalam istilah manfaat bersih (net benefit), yang mengurangkan biaya dari manfaat; tingkat internal pengembalian (internal rate of return), yang mengurangkan biaya dari manfaat dan membagi hasilnya dengan biaya, atau rasio manfaat-biaya, seperti akan dijelaskan nanti. Analisis manfaat-biaya sangat berguna dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan alokasi sumber daya untuk berbagai opsi penanganan atau program. Secara umum, rasio manfaat-biaya dikalkulasi menggunakan formula berikut: MEDICINUS 49
5 Jika rasio >1, manfaat melebihi biaya dan produk atau jasa tersebut bermanfaat. Jika rasio = 1 berarti manfaat sama dengan biaya. Jika rasio <1, artinya biaya lebih besar dibanding manfaat, dianggap tidak bermanfaat. Sebagai contoh: Penanganan A membutuhkan biaya Rp ,- dan memberikan manfaat Rp ,- Penanganan B membutuhkan biaya Rp dan memberikan manfaat Rp7.500,- Manfaat bersih penanganan A = Rp ,- (-) Rp ,- = Rp ,- sementara Manfaat bersih penanganan B = Rp 7.500,- (-) Rp 5.000,- = Rp 2.500,- Analisis Kefektivitasan Biaya Tipe analisis ini mengukur hasil dalam unit kesehatan alami dari perbaikan kesehatan. Hasil dinyatakan dalam istilah biaya per unit perbaikan, seperti biaya per % penurunan LDL, biaya per mmhg penurunan tekanan darah, biaya per nyawa yang berhasil diselamatkan dan sebagainya. Efektivitas Biaya bisa didefinisikan sebagai memiliki: Biaya yang lebih rendah dan setidaknya sama efektifnya, atau 2. Biaya yang lebih tinggi, namun manfaat yang lebih tinggi yang layak bagi penambahan biayanya, atau 3. Biaya yang lebih rendah dan manfaat yang lebih rendah, namun manfaat tambahannya tidak layak bagi penambahan biayanya. Ketika sebuah studi mendapati bahwa sebuah medikasi cost-effective, ini berarti bahwa medikasi tersebut secara biaya lebih efektif relatif terhadap satu atau lebih terapi alternatifnya. Berikut adalah contoh Analisis Efektivitas Biaya: Karena kedua rasio menunjukkan hasil yang bermanfaat (>1), walaupun ada perbedaan manfaat pada kedua penanganan, penanganan yang akan dipilih bergantung pada metoda yang paling tepat untuk pertanyaan yang dimaksud. Secara umum, hasil dari ketiga persamaan di atas harus ditampilkan untuk memberikan tampilan yang lebih seimbang mengenai biaya dan manfaatnya. Keuntungan Analisis Manfaat-Biaya Analisis manfaat-biaya bisa digunakan untuk membandingkan dua program penanganan yang tidak saling berhubungan dengan hasil yang berbeda secara nilai moneter. Masing-masing program dievaluasi secara terpisah untuk rasio manfaat-biayanya. Kerugian Analisis Manfaat Biaya Karena kita harus menempatkan nilai moneter pada setiap analisis, metoda ini mungkin cukup sulit untuk dilakukan, khususnya dalam kasus dimana kita harus memberikan nilai moneter pada manfaat yang dirasakan manusia, atau bahkan pada kehidupan itu sendiri. Obat A berbiaya Rp ,- dan memberikan 43 kasus yang berhasil ditangani secara sukses Obat B berbiaya Rp ,- dan memberikan 39 kasus yang berhasil ditangani secara sukses Menilai berdasarkan data efektivitas biaya, orang memilih Obat B dibanding Obat A karena bisa menghemat Rp 198 per pasien. Disamping itu, jika kita lihat efektivitas-biaya marjinal, diperlukan tambahan Rp untuk mendapatkan satu tambahan penanganan yang sukses dengan Obat A. Pengambil keputusan harus berpikir apakah biaya tambahan dari Obat A layak dikeluarkan untuk mendapatkan efektivitas tambahan. Sebagian besar ekonomis setuju bahwa Analisis Efektivitas Biaya marjinal merupakan cara yang lebih tepat untuk menampilkan Analisis Efektivitas Biaya. Keuntungan Analisis Keefektivitasan Biaya Keuntungan utama tipe analisis farmakoekonomi ini adalah kemampuannya untuk membandingkan penanganan alternatif 50 MEDICINUS
6 dan menentukan investasi terbaik jika manfaatnya tidak bisa dikurangi ke dalam nilai moneter. Kerugian Analisis Kefektivitasan Biaya. Untuk bisa dibandingkan dengan Analisis ini, penanganan farmasi harus memiliki hasil yang sama. Analisis Minimalisasi Biaya Analisis Minimalisasi Biaya mencakup perbandingan dua atau lebih penanganan dengan ekuivalensi yang telah diasumsikan atau ditunjukkan dalam efikasi dan keamanan. Ini secara signifikan menyederhanakan analisis, namun bisa muncul kontroversi mengenai hasilnya karena data yang bagus mengenai hasil tidak selalu sudah tersedia. Namun, Analisis Minimalisasi Biaya cocok digunakan untuk membandingkan agen-agen yang secara terapi adalah setara atau mengubah pengaturan dosis dari agen yang sama. Sebagai contoh, jika biaya penanganan dengan Obat A adalah Rp ,-, dan biaya penanganan dengan Obat B adalah Rp ,-, maka biaya intervensi dengan Obat B < Biaya intervensi dengan Obat A. Dengan mengasumsikan bahwa Obat A dan B memiliki efektivitas klinik yang sama. Penerapan Analisis Minimaliisasi Biaya mungkin mencakup pembandingan sebuah obat generik dengan obat bermerek, atau membandingkan obat yang digunakan dalam kondisi berbeda (misalnya inpatient versus outpatient). Tipe Analisis ini memiliki kemungkinan aplikasi (aplikabilitas) yang terbatas karena hanya ada sedikit skenario dimana terdapat efektivitas yang benar-benar setara. Keuntungan Analisis Minimalisasi Biaya Ini merupakan yang paling sederhana dibanding semua analisis farmakoekonomi lainnya. Kerugian Analisa Minimalisasi Biaya. Semua hasil terapi haruslah setara, yang biasanya sulit untuk dilakukan. Analisis Utilitas Biaya Analisis Utilitas Biaya merupakan sebuah perluasan dari Analisis Efektivitas Biaya. Analisis ini merupakan metode penyesuaian untuk kualitas hasil. Unit yang paling umum digunakan dalam melakukan Analisis Utilitas Biaya adalah qualityadjusted-life-years (QALYs) yang menggabungkan kualitas dan kuantitas kehidupan. Hasilnya disesuaikan untuk kualitas dengan menggunakan nilai utilitas. Dalam kaitan ini, utilitas merepresentasikan preferensi yang dinyatakan untuk suatu kondisi kesehatan tertentu. Nilai utilitas berkisar dari 0 hingga 1 QALY, dengan 0 adalah kondisi kematian dan 1 merepresentasikan kesehatan sempurna. Jika kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan berkurang karena penyakit atau penanganan, satu tahun kehidupan dalam kondisi ini adalah kurang dari 1 QALY. Unit ini memungkinkan perbandingan antara kesakitan dan kematian. Contoh, nilai utilitas kondisi kesehatan mencakup: kehidupan dengan kegagalan jantung yang parah, dengan nilai utilitas 0,25; kehidupan dengan gejala post-menopause, dengan nilai utilitas 0,80; kehidupan dengan rheumatoid arthritis, dengan nilai utilitas 0,50; dan sebagainya. Contoh berikut memberikan utilitas mengenai Analisis Utilitas Biaya terhadap 3 obat antineoplastic yang berbeda: Penanganan dengan Obat X memberikan tambahan tiga tahun kehidupan dengan utilitas 0,6, MEDICINUS 51
7 mungkin karena efek samping yang luar biasa. Walaupun penanganan dengan Obat Y memberikan tambahan enam tahun kehidupan per pasien, utilitasnya 0,4 yang bisa terjadi karena reaksi negatif yang kurang bisa ditolerasi terhadap obat ini. Obat Z berada di tengah-tengah di antara dua obat sebelumnya. Berdasarkan QALY yang didapat, Obat Y mungkin lebih dipilih dibanding Obat X dan Z. Penggunaan Analisis Utilitas Biaya telah meningkat pada beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan adanya penggunaan faktor utilitas, dimana mencakup tahun kehidupan yang diperoleh dan kualitas kehidupan dalam Analisis. Namun, kualitas studi ini sendiri harus diperbarui setiap waktu. Sebuah studi terbaru mengenai Analisis Utilitas Biaya menunjukkan bahwa tidak hanya jumlah studi yang telah meningkat sejak tahun 1976 hingga 1997, juga kualitas studi telah memburuk selama periode ini. 11 Penulis buku tersebut meminta dilakukan perbaikan lebih lanjut dalam kredibilitas. Analisisnya dan kemungkinan dilakukannya proses pemeriksaan yang lebih baik sebelum studi semacam ini dilakukan. 11 Keuntungan Analisis Utilitas Biaya Ini merupakan satu-satunya Analisis yang melibatkan kualitas kehidupan pasien. Kerugian Analisis Utilitas Biaya. Tidak adanya standarisasi dalam melakukan studi mungkin mendorong pada inkonsistensi dalam penginterpretasian hasilnya. KESIMPULAN Data farmakoekonomi bisa memberikan dukungan berarti untuk berbagai pemeriksaan institusional terhadap medikasi berdasarkan nilai ekonomisnya. Sejumlah keputusan yang bisa memberikan manfaat dari data farmakoekonomi mencakup manajemen formularium, keputusan penanganan pasien secara individu, kebijakan penggunaan medikasi dan keputusan alokasi sumber daya. Ini merupakan bidang yang relatif baru. Sebagian besar riset yang sedang dilakukan dan metode yang digunakan dalam evaluasi belum distandarisasi. Namun, dengan makin seringnya farmakoekonomi digunakan dalam evaluasi produk obat dan jasa, semakin penting bagi eksekutif perawatan kesehatan untuk memahami prinsip umum dari disiplin ini. daftar pustaka 1. Raskati, K.L Essentials of Pharmacoeconomics, 2nd ed. Philadephia, P.A.: Lippincott Williams and Wilkins, Bootman, J.L., Townsend, R.J., and McGhan, W.F. Principles of Pharmacoeconomics, 2nd ed. Cincinnati, OH: Harvey Whitney Books Co, Bloom, B.S. Pharmacoeconomics for managed care pharmacists. Drug Ben. Trends 7(7): 15-38, \ 4. Kementrian Kesehatan Republik Indoensia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. sosialisasi-jkn.p df. Diakses tanggal 7 Januari Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. kemkes.go.id/attachment/unduhan/pmk%20no.%2028%20ttg %20 Pe doman%20pelaksanaan%20program%20jkn.pdf. Diakses tanggal 7 Januari Arikian, S.R., Shannon, M.C., and Einarson, T.R. The demand for pharmacoeconomic research is on the rise. Medical Marketing and Media 27:60-67, MacKinnon, G.E. Understanding Health Outcomes and Pharmacoeconomics. Burlington, M.A.: Jones & Bartlett Learning, Drummond,M.F.,O Brien,B.,Stoddart,G.L.,andTorrance,G.W.Methodsfor the Economics Evaluation of Health Care Programmes, 1st ed. New York, NY: Oxford University Press, Sanchez, L.A. Applied Pharmacoeconomics: Evaluation and use of pharmacoeconomics data from the literature. Am. J. Health-Syst. Pharm. 56: , Doubilet P., Weinstein, M.C., McNeil, B.J. Use and misuse of the term costeffective in medicine. N. Engl. J. Med. 314: , Neumann, P.J., Stone, P.W., Chapman, R.H., Sandberg, E. A., and Bell, C.M. The quality of reporting in published cost-utility analyses, Ann. Intern. Med. 132: , MEDICINUS
[ ] Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan
2016 WORKING PAPER OF DEXA MEDICA GROUP Raymond R. Tjandrawinata Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan [ ] Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin
Lebih terperinciPERTIMBANGAN FARMAKOEKONOMIK PADA PEMILIHAN TERAPI
PERTIMBANGAN FARMAKOEKONOMIK PADA I. Pengertian Farmakoekonomik PEMILIHAN TERAPI Farmakoekonomik merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan,
Lebih terperinciEVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN
EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI. Pendahuluan... Evaluasi Ekonomi Pada Program
Lebih terperinciTelaah Kritis Penelitian Farmakoekonomi. Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm
Telaah Kritis Penelitian Farmakoekonomi Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm Tipe analisis Farmakoekonomi Cost Minimisation Analysis (CMA) Cost Effectiveness Analysis (CEA) Cost Utility Analysis (CUA) Cost
Lebih terperinciEKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )
EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Cost Effectiveness Analysis (CEA) Sesi 8 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 PRINCIPLES
Lebih terperinciMATA KULIAH FARMAKOEKONOMI (FAK 4911)
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOEKONOMI (FAK 4911) Oleh : Dra Tri Murti Andayani, Apt., SpFRS Nanang Munif Yasin, Ssi., Apt., Mpharm FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciCost Effectiveness Analysis (CEA) Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Cost Effectiveness Analysis (CEA) Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Evaluasi Ekonomi dalam sektor kesehatan Konsep Cost Effectiveness Analysis (CEA) Pengukuran Outcome Manfaat
Lebih terperinciCOST EFFECTIVE ANALYSIS DALAM PEMILIHAN BARANG FARMASI. Oleh: Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS
COST EFFECTIVE ANALYSIS DALAM PEMILIHAN BARANG FARMASI Oleh: Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS ISSUE STRATEGIS ERA JKN FARMAKOEKONOMI 1. Era JaminanKesehatanNasional, membuat diberlakukannya
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah rumah sakit yang ada saat ini di Indonesia terus bertambah. Penambahan
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. AGUSTUS 017 ISSN 0-49 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO
Lebih terperinciKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 615.1 Ind p 2012 Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pedoman penerapan kajian Farmakoekonomi,--
Lebih terperinciII. KERANGKA PEMIKIRAN
II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. insektisida antikolinesterase, serta gangguan hepar dan gagal ginjal akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keracunan memiliki dampak negatif, baik terhadap kesehatan maupun sosial-ekonomi. Keracunan akut maupun kronis akan menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya
Lebih terperinciEFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA
EFEKTIVITAS BIAYA DIALISIS DI INDONESIA Hasbullah Thabrany CENTER FOR HEALTH ECONOMICS AND POLICY STUDIES (CHEPS) APRIL 8 TH 2017 Gambar disadur dari http://nephrology.medicine.ufl.edu/ pada 26 Maret 2017,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang tepat
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian pretest - posttest. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di
Lebih terperinciolahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak
Lebih terperinciGambar 1. Kenaikan Tarif Dasar Listrik Tahun 2013 (KESDM, 2012) Gambar 2. Biaya Tagihan Listrik Tahun 2012 dan Tahun 2013 (RSIS, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit Islam Surakarta dihadapkan pada kondisi bisnis yang sangat kompetitif dimana banyak berdiri rumah sakit baru disekitarnya. Service of excellent meliputi
Lebih terperinciA. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota
I.PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
Lebih terperinciBAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL
BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 7.1. UMUM Bab ini menguraikan lebih lanjut tentang hasil yang diperoleh pada Bab VI Studi Optimasi. Analisa Ekonomi dan Finansial dimaksudkan untuk menilai apakah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciBAB III NILAI WAKTU UANG
BAB III NILAI WAKTU UANG Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajemen keuangan. Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam studi manajemen keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Andayani, Tri Murti, (2013). Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta :Bursa Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Aisma M. Husnita (2016). Analisis efektivitas biaya antibiotik empiris seftriakson dan kombinasi gentamisin-sefotaksim pada pasien pneumonia anak di rumah sakit paru jember tahun 2013-2015,Skripsi,
Lebih terperinciPertemuan. Nur Rachmad
Pertemuan 14 8. Evaluasi proyek dengan metode rasio manfaat terhadap biaya 1. Prespektif dan terminologi untuk menganalisis proyek-proyek publik 2. Proyek yang melikuidasi sendiri 3. Proyek serbaguna 4.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis
Lebih terperinciKOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT
KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili
Lebih terperinciPERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI
PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis
Lebih terperincidarah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat yang rasional didefinisikan sebagai suatu kondisi jika pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, baik dilihat dari regimen
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan
Lebih terperinciE. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan
Lebih terperinciMATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL
MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
Lebih terperinciB AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pelayanan pasien dan koordinasi asuhan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM) masih menjadi permasalahan sekaligus tantangan. Pengamatan di lapangan
Lebih terperinciProsiding Farmasi ISSN:
Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Evaluasi Penggunaan Jumlah Obat Non Formularium Nasional pada Pasien BPJS Rawat Jalan di Satu Rumah Sakit Umum Swasta Evaluation of Non National Formulary Drug Use in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
Lebih terperinciKebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN
Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan jaminan sosial yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta Yogyakarta melalui
Lebih terperinciEvaluasi Ekonomi Investasi Infrastruktur
Jurnal Pembangunan dan Kebujakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Garut ISSN: 2087-1511 Evaluasi Ekonomi Investasi Infrastruktur Rina Kurniawati Dosen Tetap Sekolah Tinggi Teknologi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan
Lebih terperinci9 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang kesehatan memiliki peran yang penting. Kesehatan merupakan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti
Lebih terperinciPENYUSUNAN KUESUIONER
PENYUSUNAN KUESUIONER Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 Pendahuluan.......... 2 Format Kuesioner...... 2.1. Pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas layanan medik. Rumah sakit yang sudah terakreditasi pun belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terapi, paradigma pelayanan kefarmasian di Indonesia telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam mencapai tujuan dalam penulisan tugas akhir ini, digunakan landasan teori yang mendukung, dimana landasan teori ini didapat dari materi mata kuliah yang pernah didapatkan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak dari setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Undang Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)
ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978.
ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan investasi perluasan usaha yang telah berjalan pada PT DUTANIAGA KHATULISTIWA cabang Bandung hingga akhir periode
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang memiliki proporsi unit usaha terbesar dalam perekonomian Indonesia yang memiliki peran penting dalam pengembangan
Lebih terperinciMengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/
Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/0907796 MENGUKUR EFESIENSI 1.Mengukur program yang telah dilaksanakan 2.Mengukur sejauh mana hasil yang diinginkan 3. Mengukur yang diperlukan untuk pengelola program.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciWORKSHOP. DISAMPAIKAN OLEH TIM Dr. Dra Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS Dra Yuri Pertamasari, Apt., MARS
WORKSHOP DISAMPAIKAN OLEH TIM Dr. Dra Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS Dra Yuri Pertamasari, Apt., MARS Cost Minimization Analysis (CMA) Cost Benefit Analysis(CBA) Cost Effectiveness Analysis(CEA)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran
Lebih terperinciValue For Money. Arif Kurniawan Wahono ( ) Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya
Value For Money Arif Kurniawan Wahono (135020304111002) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2014 A. Latar Belakang Pengelolaan organisasi sektor publik, khususnya dalam
Lebih terperinciUU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46
MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM PARAGRAF 3 REKAM MEDIS Pasal 46 Law & Regulation UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN 1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Asma merupakan penyebab mortilitas dan morbiditas kronis sedunia dan terdapat bukti bahwa prevalensi asma meningkat dalam 20 tahun terakhir. Prevalensi penyakit asma
Lebih terperinciBab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)
M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak pada perempuan (McPherson, et al., 2000). Menurut data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker terbanyak dengan insidensi yang terus meningkat di negara-negara maju dan Asia serta penyebab kematian terbanyak pada perempuan (McPherson,
Lebih terperinci