LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit
|
|
- Sucianty Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KODE JUDUL: F1.28 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Peneliti/Perekayasa: 1. Drs. Agus Tri Putranto, MM 2. Ir. Indra Budi Susetyo, M.Sc 3. Ir. Wahyu Purwanto, M.Sc 4. Ir. Bayu Rusmandana 5. Maisaroh, ST INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
2 LEMBAR PENGESAHAN Judul Kajian : Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit Kode Ristek : F1.28 Fokus Bidang Penelitian : Ketahanan Pangan Lokasi Penelitian : Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Nama Lembaga/Institusi Unit Organisasi Alamat Drs. Agus Tri Putranto, MM Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pusat Teknologi Agroindustri Gedung II BPPT, Lt 17, Jl.MH Thamrin 8,Jakarta Telepon/Faksimile/ Phone : , Fax. : , agus_triputranto@yahoo.com B. Mitra Industri yang terlibat (dapat lebih dari satu) Nama Pimpinan Mitra Industri Nama Mitra Industri Alamat Telepon/Faksimile/ Ir. Sapto Tranggano PT.Gedmeta Tri Jasa Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok D 32 Jl. Ir. H. Juanda Ciputat / / geomett@gmail.com Rekapitulasi Biaya : Dana Program Insentif : Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) No. Uraian Jumlah (Rp) 1 Gaji dan upah Belanja Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah (Rp) Peneliti Utama, Jakarta, 24 September 2012 Direktur/Ka. Balai, Drs. Agus Tri Putranto, MM Ir. Priyo Atmaji, M.Eng NIP NIP i
3 ABSTRAK Industri kelapa sawit Indonesia tumbuh dengan cepat khususnya dibagian hulunya yang memproduksi minyak sawit mentah (crude palm Oil/CPO), bahkan telah menjadi produsen CPO terbesar dunia. Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang penting dalam pengolahan minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunannya. Proses ini juga dipakai dalam pembuatan lemak padat seperti margarine dan vanaspati. Pada prinsipnya proses kristalisasi minyak menjadi padatan merupakan proses yang merupakan fenomena proses fisika. Proses ini sangat memerlukan pemahaman mengenai transfer panas dan thermodinamik serta sifat-sifat minyak dan lemak. Proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Faktor yang berpengaruh diantaranya transfer panas, laju penurunan panas dalam inertia force yang bekerja pada body yang kesemuanya akan bermuara pada design peralatan kristalisasi. Kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Lemak Padat dari Minyak Sawit merupakan upaya mewujudkan kemandirian teknologi dengan penyediaan rancang bangun alat proses kristalisasi sebagai implementasi Sistem Inovasi nasional. Kata kunci : minyak kelapa sawit, rancang bangun, kristalisasi, lemak padat. ii
4 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Laporan Akhir Program Insentif PKPP 2012 dari kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit (PKPP-39/F1.28), Fokus Bidang Penelitian : Ketahanan Pangan. Lokasi Penelitian: Jakarta dan Puspiptek-Serpong. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan, untuk mendapatkan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit dan peningkatan kapasitas iptek periset dan industri nasional dalam bidang teknologi proses, khususnya untuk bidang pangan. Sasaran yang hendak dicapai adalah diperolehnya 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit dan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. Dengan telah tersusunnya Laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa data/informasi, pemikiran, moril dan materil sehingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan. Jakarta, September 2012 Penyusun iii
5 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.A. Latar Belakang... 1 I.B. Pokok Permasalahan... 3 I.C. Maksud dan Tujuan Kegiatan... 4 I.D. Metodologi Pelaksanaan... 4 I.D.1. Lokus Kegiatan... 5 I.D.2. Fokus Kegiatan... 5 I.D.3. Ruang Lingkup... 5 I.D.4. Bentuk Kegiatan... 5 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN... 6 II.A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 6 II.A.1. Perkembangan Kegiatan... 6 II.A.2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan... 7 II.B. Pengelolaan Administrasi Manajerial... 7 II.B.1. Perencanaan Anggaran... 7 II.B.2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran... 8 II.B.3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset... 9 II.B.4. Kendala dan Perkembangan Pengelolaan Aset... 9 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET III.A. Metode Pencapaian Target Kinerja III.A.1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian III.A.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian III.A.3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian iv
6 III.B. Potensi Pengembangan Ke Depan III.B.1. Kerangka Pengembangan Ke Depan III.B.2. Strategi Pengembangan Ke Depan BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN IV.A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program IV.A.1. Kerangka Sinergi Koordinasi IV.A.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi IV.A.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi IV.B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa IV.B.1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan IV.B.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan IV.B.3. Perkembangan Pemanfaatan BAB V PENUTUP V.A. Kesimpulan V.A.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran V.A.2. Metode Pencapaian Target Kinerja V.A.3. Potensi Pengembangan Ke Depan V.A.4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program V.A.5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa V.B. Saran V.B.1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan V.B.2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek v
7 Daftar Gambar Halaman Gambar-1. Produksi Minyak dan Lemak Dunia... 2 Gambar-2. Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit... 3 Gambar-3. Kelapa Sawit... 6 Gambar-4. Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil / CPO)... 6 Gambar-5. Fase Padat Fase Cair Kristalisasi... 7 Gambar-6. Fraksi Cair Hasil Pemisahan Kristalisasi... 7 Gambar-7. Fraksi Padat Hasil Pemisahan Kristalisasi... 7 Gambar-8. Konsep desain peralatan rancang bangun kristalisasi produksi lemak padat Gambar-9. Grafik pengaruh kecepatan putar pengadukan terhadap bilangan iod yang terbentuk Gambar-10. Grafik pengaruh Temperatur terhadap bilangan iod yang terbentuk vi
8 Daftar Tabel Halaman Tabel-1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 6 vii
9 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Konsumsi minyak/lemak sebagai bahan pangan tumbuh dari 91,8 juta ton pada tahun 2000 menjadi 123,0 juta ton pada tahun Yang meskipun proporsi penggunaan sebagai minyak makan turun dari 80% pada tahun 2000 menjadi 75% pada tahun 2009 tetapi pertumbuhan konsumsi minyak makan dunia tetap meningkat sebesar 3,3%/tahun dalam 9 tahun terakhir [Thomas Mielke,Oil World (2010)]. Jika diamati lebih lanjut pertumbuhan konsumsi yang pesat antara tahun dialami China yang memiliki jumlah penduduk (2008) 1,33 milyar (20% populasi dunia) mencapai 4,5%/tahun [diolah dari FAOSTAT, 2011]. Sementara India yang berpenduduk 1,14 milyar (17.3% populasi dunia) mengalami pertumbuhan yang rendah diawal dekade ini dengan pertumbuhan antara dengan pertumbuhan konsumsi 1,4%/tahun [diolah dari FAOSTAT,2011], dan tumbuh menguat setelahnya (2004/5 2007/8) menjadi 3,3% [Ministry of Agriculture and Food/Consumer Affair, India]. Sementara untuk memenuhi kebutuhan minyak/lemak makan tersebut minyak sawit digunakan 20,8 juta ton pada tahun 2000 dan menjadi 35,6 juta ton pada tahun Jika dilihat dari proporsi penggunaannya 84% pada tahun 2000, dan 79% pada tahun 2009 dari produksi minyak sawit dunia dipergunakan untuk kebutuhan pangan. Dengan demikian minyak sawit menyediakan 46% peningkatan penggunaan minyak makan antara tahun 2000 sampai 2009, yaitu sebesar 14,6 juta ton dari total peningkatan penggunaan 31,2 juta ton. Ketergantungan dunia terhadap minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan minyak/lemaknya semakin jelas terlihat dari jumlah minyak/lemak dunia yang diperdagangkan. Pada tahun 2009 keseluruhan minyak dari sawit (PKO dan CPO) memenuhi kebutuhan pengimpor minyak dunia sebesar 61% Indonesia dan dan khusus minyak sawit (CPO) 56% dari total yang diperdagangkan dengan Malaysia sebagai produsen utamanya yang produksinya mencapai 85,36% produksi dunia dan mengekspor sebagian besar produknya ke pasar international. 1
10 Produksi (Juta Ton) Thomas Mielke, Oil World (2010), menunjukkan ketergantungan terhadap minyak sawit akan tetap meningkat dimasa mendatang dengan proyeksi produksi minyak sawit mencapai 62,98 juta ton pada tahun 2015, tumbuh 5,7%/pertahun dan 75,4 juta ton pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 3,7%, sementara pertumbuhan 3 jenis minyak (kedelai, matahari dan rape) akan lebih rendah yaitu 3,7% sampai dengan 2015 dan hanya 2,5% sampai dengan Perkembangan Produksi Minyak & Lemak Dunia Butter 4,3% Tallow & grease 5,1% Lard 4,7% Others 5,0% Palm 27,5% Coconut 2,0% '00 '01 '02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 Tahun Rapeseed 13,0% Palm Oil Soyabean Oil Sunflower oil Others Vegetable Oil Palm Kernel oil Rapeseed Oil Coconut Oil Animal Oils/Fats Sunflower 7,9% Groundnut 2,5% Cottonseed 2,9% Sumber : Oil World Annual ( ) & Oil World Weekly (11 December, 2009) MPOB for data on Malaysia palm oil and palm kernel oil Soyabean 21,8% Palm Kernel 3,2% Gambar-1. Produksi Minyak dan Lemak Dunia Minyak/lemak sebagai produk pertanian secara konvensional merupakan bahan yang penggunaan utamanya untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan, meskipun penggunaan dalam berbagai industri juga tumbuh dengan pesat. Terlebih dengan perkembangan teknologi, jenis dan aplikasinya untuk pemenuhan bahan pangan berkembang sesuai dengan tuntutan spesifik terhadap produk penggunanya. Modifikasi dan manipulasi fisik dan kimia, memungkinkan penggunaannya dalam spektrum yang lebar mulai dari penciptaan produk baru sampai sebagai substitusi bahan yang langka/mahal atau tidak sehat. 2
11 Gambar-2. Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit Penggunaan minyak/lemak sebagai bahan pangan tetap tumbuh karena pertumbuhan penduduk dunia dan pertumbuhan tingkat kemakmurannya. Peningkatan kebutuhan tersebut pada saat ini terutama didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan, terutama China dan India yang mewakili lebih dari sepertiga penduduk dunia. Walaupun secara global permintaan minyak dan lemak akan meningkat dan Indonesia telah menjadi produsen terbesar minyak sawit yang merupakan salah pasokan utama minyak nabati dunia, namun produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Indonesia sebagian besar masih berupa minyak sawit mentah. Sementara itu produk berupa hasil olahan seperti minyak padat masih didominasi usaha besar dengan mesin-mesin yang teknologinya masih merupakan merupakan milik penyedia teknologi (technology provider) asing. Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang penting dalam pengolahan minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunannya. Proses ini juga dipakai dalam pembuatan lemak padat seperti margarine dan vanaspati. I.B. Pokok Permasalahan - Sebagai produsen minyak nabati khususnya minyak kelapa sawit terbesar di dunia namun industri pengolahan/industri hilir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan China. 3
12 - Industri hilir kelapa sawit masih didominasi industri besar dengan produk oleokimia dasar dan industri pangan terutama berupa minyak goreng dan margarine. - Peralatan dan mesin untuk pengolahan minyak sawit masih merupakan teknologi proses yang kepemilikannya masih dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider). - Kandungan lokal (local content) dari teknologi yang ada perlu ditingkatkan sehingga dapat lebih terjangkau sehingga industri yang sifatnya UKM akan mampu untuk melakukan investasi di industri hilir minyak sawit. - Minim ketersediaan desain/rancang bangun alat proses yang diperlukan dalam rangka penguatan kandungan lokal teknologi di bidang pengolahan minyak sawit. I.C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit dan peningkatan kapasitas iptek periset dan industri nasional dalam bidang teknologi proses, khususnya untuk bidang pangan. Sasaran yang hendak dicapai adalah diperolehnya 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit dan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. I.D. Metodologi Pelaksanaan Metodologi yang digunakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut: - Melakukan pengujian terhadap hasil dari pemilihan teknologi proses yang akan dikembangkan. Pada saat ini telah terdapat beberapa jenis proses dalam pengolahan minyak kelapa sawit menjadi lemak padat. Agar kegiatan menghasilkan toutput yang dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada maka perlu dilakukan pemilihan terhadap teknologi proses yang akan dikembangkan atau dilakukan pembuatan rancang bangunnya. 4
13 - Melakukan analisa terhadap sample produk yang dihasilkan. Dalam melakukan kajian terhadap proses tersebut, perlu dilakukan analia terhadap produk yang dihasilkan dari proses yang dikaji. Hal ini untuk mengetahui proses yang dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi yang terbaik atau bias dicapai secara maksimal. - Membuat rancang bangun peralatan kristalisasi lemak. Dari hasil kajian dan analisa yang dilakukan selanjutnya dibuat rancang bangun dari alat kristalisasi minyak sawit yang secara teknis dapat menjadi acuan dalam manufaktur peralatan kristalisasi. I.D.1. Lokus Kegiatan LABTIAP Puspiptek, Serpong. I.D.2. Fokus Kegiatan Fokus kegiatan ini adalah menghasilkan 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit dan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. I.D.3. Ruang Lingkup Da lam kegiatan ini menitikberatkan pada kegiatan research (R), development (D), engineering (E) dan operation (O). - Pengumpulan, pengolahan dan analisis data kristalisasi lemak padat dari minyak sawit. - Pembuatan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padar dari minyak sawit. I.D.4. Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan kerekayasaan yaitu kegiatan yang meliputi research, development, engineering dan operation. Pada tahap ini fokusnya adalah pengembangan riset dan engineering. 5
14 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN II.A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan dengan jadwal sebagai berikut: Tabel-1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan No. Kegiatan 1. Persiapan kegiatan 2. Koordinasi, studi literatur, penentuan proses 3. Persiapan peralatan proses 4. Pengadaan bahan ujicoba 5. Pembuatan produk lemak padat 6. Analisa dan uji produk lemak padat 7. Pembuatan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat 8. Monitoring dan evaluasi penelitian 9. Pelaporan Bulan Ke II.A.1. Perkembangan Kegiatan Secara substantif, perkembangan pencapaian target kinerja hingga saat ini adalah: Diperolehnya Kajian Teknologi Proses Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, Diperolehnya produk lemak padat dari minyak sawit, Diperolehnya hasil analisa dan uji produk lemak padat, Diperolehnya Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat. Gambar-3. Kelapa Sawit Gambar-4. Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil / CPO) 6
15 Gambar-7. Fraksi Padat Hasil Pemisahan Kristalisasi Gambar-5. Fase Padat Fase Cair Kristalisasi Gambar-6. Fraksi Cair Hasil Pemisahan Kristalisasi II.A.2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Dengan terlambatnya pencairan pengadaan bahan konstruksi, menyebabkan perubahan jadwal pelaksanaan terutama terkait dengan Desain rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, karena harus menunggu konfirmasi/klarifikasi data dari ujicoba produksi menggunakan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi yang dibuat. II.B. Pengelolaan Administrasi Manajerial II.B.1. Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran sesuai dengan kebutuhan kegiatan disusun di awal tahun, yaitu sebagai berikut: No. Uraian Jumlah (Rp) 1 Gaji dan upah Belanja Bahan Perjalanan Lain-lain Jumlah (Rp)
16 Penggunaan anggaran disesuaikan dengan jadwal dan bobot pekerjaan yang telah disusun, yaitu untuk mencapai output: - Kesiapan kegiatan. - Koordinasi, studi literatur, dan penentuan proses untuk menyusun Kajian Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit. - Persiapan peralatan untuk membuat rangkaian peralatan proses. - Pengadaan bahan ujicoba untuk digunakan dalam produksi lemak padat dari minyak sawit. - Analisa dan uji produk lemak padat untuk mengetahui keberhasilan produk yang diperoleh. - Pembuatan desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat. II.B.2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Perkembangan Pengelolaan dan Mekanisme Anggaran: Termin I (30%) Pengelolaan anggaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan kegiatan, yaitu untuk: - Koordinasi internal kegiatan yang meliputi distribusi tugas dan tanggung jawab peneliti, - Kajian teknologi kristalisasi lemak padat, - Persiapan peralatan ujicoba proses produksi lemak padat menggunakan peralatan laboratorium yang sudah ada, - Pengadaan alat tulis kantor untuk keperluan administratif dan pencatatan hasil observasi di laboratorium, - Pengadaan bahan konstruksi untuk dibuat sebagai prototip dari desain rancang bangun peralatan kristalisasi lemak padat berbahan baku minyak sawit. Termin II (50%) Pengelolaan anggaran yang dilakukan sesuai kebutuhan kegiatan, yaitu: - Persiapan kegiatan, - Kajian kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit, - Persiapan peralatan proses, 8
17 - Pengadaan bahan ujicoba, - Pembuatan produk lemak padat, - Analisa dan uji produk lemak padat, - Pengadaan bahan konstruksi untuk pembuatan desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat. II.B.3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Pengelolaan asset setelah proyek selesai direncanakan akan dilakukan oleh Bidang Teknologi Agroindustri Perkebunan dan Kehutanan di Pusat Teknologi Agroindustri BPPT. Selama proses pelaksanaan proyek, asset peralatan akan dikelola oleh Tim pelaksana PKPP F1.28 yang seluruhnya merupakan peneliti / perekayasa di PTA-BPPT. II.B.4. Kendala dan Perkembangan Pengelolaan Aset aset. Hingga saat ini tidak ada kendala yang menghambat dalam pengelolaan 9
18 BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET III.A. Metode Pencapaian Target Kinerja III.A.1. Kerangka - Rancangan Metode Penelitian Meskipun Indonesia sebagai produsen minyak nabati khususnya minyak kelapa sawit terbesar di dunia namun industri pengolahan/industri hilirnya masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan China. Industri hilir kelapa sawit masih didominasi oleh industri besar dengan produk oleokimia dasar dan industri pangan terutama berupa minyak goreng dan margarine. Teknologi industri hilir minyak sawit masih merupakan teknologi proses yang kepemilikannya dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) dari luar. Minimnya ketersediaan desain/rancang bangun alat proses yang diperlukan dalam rangka penguatan teknologi lokal di bidang pengolahan minyak sawit. Kegiatan yang dilakukan mengikuti metode sebagai berikut: 1. Melakukan pengujian terhadap hasil dari pemilihan teknologi proses yang akan dikembangkan. Pada saat ini telah terdapat beberapa jenis proses dalam pengolahan minyak kelapa sawit menjadi lemak padat. Agar kegiatan menghasilkan output yang dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada maka perlu dilakukan pemilihan terhadap teknologi proses yang akan dikembangkan atau dilakukan pembuatan rancang bangunnya. 2. Melakukan analisa terhadap sample produk yang dihasilkan. Dalam melakukan kajian terhadap proses tersebut, perlu dilakukan analia terhadap produk yang dihasilkan dari proses yang dikaji. Hal ini untuk mengetahui proses yang dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi yang terbaik atau bias dicapai secara maksimal. 3. Membuat rancang bangun peralatan kristalisasi lemak. Dari hasil kajian dan analisa yang dilakukan selanjutnya dibuat rancang bangun dari alat kristalisasi minyak sawit yang secara teknis dapat menjadi acuan dalam manufaktur peralatan kristalisasi. 10
19 Metode yang digunakan untuk pencapaian target kinerja adalah dengan menerapkan PCM (Progress Control and Monitoring) System, yaitu mengevaluasi sejauh mana target fisik dan target keuangan dapat dicapai sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertera pada Tabel 1. III.A.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja : - Realisasi keuangan mencapai 99% dan Realisasi Fisik Pekerjaan mencapai 100%. - Telah dihasilkan 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit - Telah dihasilkan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. III.A.3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Tahun 2012 ini merupakan kegiatan tahun ke-1 dari 3 tahun total yang direncanakan, output kegiatan tahun ini adalah 1 (satu) buah desain prototip teknologi berupa paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. Output ini merupakan aset tidak berwujud (dihibahkan ke Lembaga Penerima). Hasil Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Hasil desain rancang bagun peralatan kritalisasi produksi lemak padat adalah sebagai berikut ; Gambar-8. Konsep desain peralatan rancang bangun kristalisasi produksi lemak padat 11
20 Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Pengaduk (Rpm) Kristalisasi terhadap Bilangan Iod Pada variasi kecepatan putaran pengaduk (Rpm) kristalisasi dengan kondisi suhu/temperature 34 o C diaduk selama 2 jam dan variasi kecepatan pengadukan 30, 50, 70 dan 100 rpm, kemudian disentrifuse selama 5 menit. Adapun data hasil pengamatan terhadap bilangan iod yang terbentuk adalah sebagai berikut ; Gambar-9. Grafik pengaruh kecepatan putar pengadukan terhadap bilangan iod yang terbentuk Dari hasil pengamatan terhadap pengaruh kecepatan putaran pengaduk terhadap bilangan iod yang terbentuk dapat dilihat semakin tinggi kecepatan pengadukan maka semakin tinggi produk cair dengan bilangan iod yang dihasilkan. Pengaruh laju pengadukan sangat kompleks, pengadukan/agitasi dapat menaikkan nukleasi karena adanya mekanisme penggangguan terhadap supply energi. Laju pendinginan lambat dan agitasi lambat pada lemak menghasilkan kenaikan sejumlah kristal sehingga cakupan pelelehan meningkat. Laju agitasi tinggi menghasilkan laju kristalisasi yang tinggi pula dan ukuran kristal lemak yang kecil. Besarnya pengaruh pengadukan terhadap Kristalisasi lemak yang terbentuk di tandai dengan bilangan iod dari sampel produk yang diperoleh. 12
21 Pengaruh Variasi waktu Kristalisasi (Jam) terhadap Bilangan Iod Pada variasi waktu pengadukan (Jam) kristalisasi dengan kondisi suhu/temperature 34 o C dan kecepatan pengadukan 100 rpm dengan variasi waktu kristalisasi 2, 3, 4, 5 dan 6 Jam, kemudian disentrifuse selama 5 menit. Adapun data hasil pengamatan terhadap bilangan iod yangterbentuk adalah sebagai berikut ; Dari data hasil pengamatan diatas dapat dilihat semakin lama waktu kristalisasi yang di perlakukan akan menghasilkan sampel produk dengan bilangan iod yang semakin tinggi juga. Lamanya waktu kristalisasi jelas sangat mempengaruhi terhadap ketidak jenuhan dari produk yang akan dihasilkan. Lamanya waktu kristalisasi/pendinginan dapat mempengaruhi polimorfisme dari kristal yang terbentuk. Menurut Metin dan Hartel (2005) bentuk α terjadi saat lemak mengalami pendinginan cepat, dan segera berubah menjadi bentuk β. Bentuk β dan β dapat bertahan pada waktu yang cukup panjang (beberapa jam atau hari). Bentuk α dan β terbentuk pada laju pendinginan cepat, sedangkan bentuk β terbentuk pada laju pendinginan lambat. Pada laju pendinginan yang lambat akan terjadi peningkatan suhu peak kristalisasi. Pengaruh Variasi Temperatur Kristalisasi dan Kecepatan Sentrifuse (Rpm) terhadap Bilangan Iod Pada variasi temperature kristalisasi o C dengan kondisi kecepatan pengadukan 30 rpm, waktu pengadukan 2 Jam kemudian diaduk sebentar dengan kecepatan 50 rpm sebelum dilakukan pengambilan sampel, kemudian disentrifuse selama 5 menit dengan variasi kecepatan sentrifuse. Adapun data hasil pengamatan terhadap bilangan iod yang terbentuk adalah sebagai berikut; Pada variasi temperature kristalisasi o C diperoleh sampel dengan bilangan iod yang hampir merata yaitu sekitar 58 untuk fraksi cair dan 45 untuk fraksi padat. Temperatur menjadi salah satu hal yang paling penting dan mempengaruhi proses kristalisasi lemak, dimana lemak akan membeku dibawah titik lelehnya. Ketika suhu kristalisasi tinggi atau dinaikkan, maka suhu nukleasi kemungkinan besar akan meningkat sehingga waktu pembentukan kristal akan bertambah. 13
22 Gambar-10. Grafik pengaruh Temperatur terhadap bilangan iod yang terbentuk III.B. Potensi Pengembangan Ke Depan III.B.1. Kerangka Pengembangan Ke Depan Pengembangan desain peralatan untuk proses kontinyu sebagai alternatif terhadap peralatan-peralatan proses yang sudah ada. Untuk hal tersebut akan dilakukan koordinasi dengan mitra dalam aplikasi peralatan yang telah didesain saat ini agar diketahui performance dan faktor-faktor yang dominan untuk perbaikan desain yang akan datang. Pada prinsipnya proses kristalisasi minyak menjadi padatan merupakan proses yang merupakan fenomena proses fisika. Proses ini sangat memerlukan pemahaman mengenai transfer panas dan thermodinamik serta sifat-sifat minyak dan lemak. Proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Faktor yang berpengaruh diantaranya transfer panas, laju penurunan panas dalam inertia force yang bekerja pada body yang kesemuanya akan bermuara pada design peralatan kristalisasi. III.B.2. Strategi Pengembangan Ke Depan Kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Lemak Padat dari Minyak Sawit merupakan upaya mewujudkan kemandirian teknologi dengan penyediaan rancang bangun alat proses kristalisasi sebagai implementasi Sistem Inovasi Nasional. 14
23 BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN IV.A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program IV.A.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Untuk menerapkan hasil litbangyasa, maka dilakukan strategi: - Sosialisasi melalui media presentasi dan pendekatan secara lembaga kepada para pengguna. - Mengikuti workshop/seminar sebagai wadah penyampaian hasil riset yang telah dicapai. - Menjalin komunikasi dengan stakeholder industri sawit yang memiliki prospek dan ketertarikandalam penggunaan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit. IV.A.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Indikator keberhasilan sinergitas koordinasi kelembagaan-program adalah dapat menjalin kerjasama dengan semua stakeholder terkait yang mendukung pengembangan industri hilir kelapa sawit. Stakeholder terkait antara lain: - mitra pengguna teknologi (industri/swasta), - industri sawit (BUMN) tentang pengembangan industri hilir sawit yang terkait dengan industri pangan, dan - masyarakat yang ikut merasakan pengembangan industri hilir sawit. IV.A.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Perkembangan koordinasi dengan mitra masih dalam tahap awal kerjasama untuk pemanfatan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit yang dihasilkan kegiatan ini. 15
24 IV.B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa IV.B.1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa pada dasarnya dapat dikelompokkan pada dua kelompok pengguna yaitu: - Pembuat kebijakan (pemerintah), seperti kementerian pertanian, kementerian perindustrian dan kementerian negara riset dan teknologi, dalam menyusun rumusan kebijakan peningkatan kemampuan industri hilir kelapa sawit. - Industri. Industri manufaktur, penggunaan desain rancang bangun produksi kristalisasi lemak padat dari minyak sawit. Dan industri hilir kelapa sawit, untuk mengetahui peta posisi serta upaya peningkatan daya saing dan kemampuan teknologi. IV.B.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah digunakannya desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit oleh stakeholder (PT. Gedmeta Tri Jasa, PTPN 4). IV.B.3. Perkembangan Pemanfaatan Perkembangan pemanfaatan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, belum dapat dilihat karena selama ini teknologi kristalisasi minyak menjadi lemak padat umumnya masih merupakan teknologi yang dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) asing dan jumlahnya hanya sedikit saja. Perkembangan teknologi ini relative lambat jika tidak stagnan. 16
25 BAB V PENUTUP V.A. Kesimpulan V.A.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Secara substantif, perkembangan pencapaian target kinerja/output kegiatan hingga saat ini dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai jadwal pekerjaan adalah: - Diperolehnya Kajian Teknologi Proses Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, - Diperolehnya produk lemak padat dari minyak sawit, - Diperolehnya hasil analisa dan uji produk lemak padat, - Diperolehnya Desain rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat. V.A.2. Metode Pencapaian Target Kinerja Kegiatan yang dilakukan mengikuti metode sebagai berikut: - Melakukan pengujian terhadap hasil dari pemilihan teknologi proses yang akan dikembangkan. - Melakukan analisa terhadap sample produk yang dihasilkan. - Membuat rancang bangun peralatan kristalisasi lemak. - Metode yang digunakan untuk pencapaian target kinerja adalah dengan menerapkan PCM (Progress Control and Monitoring) System. Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja : - Realisasi keuangan mencapai 99% dan Realisasi Fisik Pekerjaan mencapai 100%. - Telah dihasilkan 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit - Telah dihasilkan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit. 17
26 Hasil pelaksanaan kegiatan adalah suatu desain awal proses kristalisasi lemak dengan sistem yang merupakan alternative bagi proses yang sudah ada. Proses dirancang untuk memungkinkan pembuatan lemak padat dengan peralatan yang lebih kompak. V.A.3. Potensi Pengembangan Ke Depan Kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Lemak Padat dari Minyak Sawit merupakan upaya mewujudkan kemandirian teknologi dengan penyediaan rancang bangun alat proses kristalisasi sebagai implementasi Sistem Inovasi Nasional. Pengembangan desain peralatan untuk proses kontinyu sebagai alternatif terhadap peralatan-peralatan proses yang sudah ada. Untuk hal tersebut akan dilakukan koordinasi dengan mitra dalam aplikasi peralatan yang telah didesain saat ini agar diketahui performance dan faktor-faktor yang dominan untuk perbaikan desain yang akan datang. V.A.4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Strategi koordinasi kelembagaan-program yang dilakukan berupa: - Sosialisasi melalui media presentasi dan pendekatan secara lembaga kepada para pengguna. - Mengikuti workshop/seminar sebagai wadah penyampaian hasil riset yang telah dicapai. - Menjalin komunikasi dengan stakeholder industri sawit yang memiliki prospek dan ketertarikandalam penggunaan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit. Indikator keberhasilan sinergitas koordinasi kelembagaan-program adalah dapat menjalin kerjasama dengan semua stakeholder terkait yang mendukung pengembangan industri hilir kelapa sawit. Perkembangan koordinasi dengan mitra masih dalam tahap awal kerjasama untuk pemanfatan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit yang dihasilkan kegiatan ini. 18
27 V.A.5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa dapat diterapkan pada dua kelompok pengguna yaitu: - Pembuat kebijakan (pemerintah), seperti kementerian pertanian, kementerian perindustrian dan kementerian negara riset dan teknologi, dalam menyusun rumusan kebijakan peningkatan kemampuan industri hilir kelapa sawit. - Industri manufaktur, penggunaan desain rancang bangun produksi kristalisasi lemak padat dari minyak sawit. industri hilir kelapa sawit, untuk mengetahui peta posisi serta upaya peningkatan daya saing dan kemampuan teknologi. Perkembangan pemanfaatan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, belum dapat dilihat karena selama ini teknologi kristalisasi minyak menjadi lemak padat umumnya masih merupakan teknologi yang dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) asing dan jumlahnya hanya sedikit saja. Perkembangan teknologi ini relative lambat jika tidak stagnan. V.B. Saran V.B.1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pengembangan desain peralatan untuk proses kontinyu sebagai alternatif terhadap peralatan-peralatan proses yang sudah ada. Untuk hal tersebut akan dilakukan koordinasi dengan mitra dalam aplikasi peralatan yang telah didesain saat ini agar diketahui performance dan faktor-faktor yang dominan untuk perbaikan desain yang akan datang. V.B.2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Lemak Padat dari Minyak Sawit merupakan upaya mewujudkan kemandirian teknologi dengan penyediaan rancang bangun alat proses kristalisasi sebagai implementasi Sistem Inovasi Nasional. Untuk itu diperlukan dukungan dari Program Ristek berupa: - Dukungan kebijakan insentif bagi industri yang mau mengembangkan dan menerapkan hasil riset peneliti/perekayasa. - Dukungan insentif bagi peneliti/perekayasa yang berhasil menemukan dan mengembangankan riset dengan inovasi baru yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat 19
EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit
KODE JUDUL: F1.28 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENGKAJIAN
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)
LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES MANUFAKTUR PRODUK WAHANA BAWAH AIR NIR AWAK DALAM RANGKA MENUNJANG KEMANDIRIAN BANGSA PADA SEKTOR INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS
LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS Disusun Oleh : 1. FETRISIA DINA PUSPITASARI 1131310045 2. GRADDIA THEO CHRISTYA PUTRA 1131210062
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu jenis minyak nabati ditransmisikan melalui konsumsi (ket: efek subsitusi) yang selanjutnya
Lebih terperinciINSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI
Jakarta, 2012 INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Dalam upaya pengembangan kapasitas sistem produksi nasional, perlu mensinergikan dan mengkombinasikan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari minyak sawit (Crude Palm Oil) yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Salah satu produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang menimpa Indonesia di tahun 1998 menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang dapat bertahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.
PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya
Lebih terperinciDAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv
DAFTAR ISI DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 I.2. Identifikasi Masalah. 3 I.3. Rumusan Masalah.. 4 I.4. Tujuan Penelitian. 4 I.5.
Lebih terperinciPELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1
Lebih terperinciPIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA
PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia sehingga industri kelapa sawit diusahakan secara besar-besaran. Pesatnya perkembangan industri kelapa
Lebih terperinciTinjauan Pasar Minyak Goreng
(Rp/kg) (US$/ton) Edisi : 01/MGR/01/2011 Tinjauan Pasar Minyak Goreng Informasi Utama : Tingkat harga minyak goreng curah dalam negeri pada bulan Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 1.3% dibandingkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciKERANGKA UMUM WORKSHOP EVALUASI
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KERANGKA UMUM WORKSHOP EVALUASI Kementerian Riset dan Teknologi 2012 LATAR BELAKANG 1. Paket PKPP Tahun 2012 yang telah memulai kegiatannya sejak 8 Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia
Lebih terperinciKode Kegiatan SIDa F17
Kode Kegiatan SIDa F17 Rancang Bangun Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Kapasitas 5 kw Untuk Mendukung Produktifitas Hasil Perikanan di Kabupaten Bantul Peneliti/Perekayasa: Ir. Wijaya Indra Surya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat
Lebih terperinciII. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA
II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak
Lebih terperinciHarga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY Rancang Bangun Sistem Redaman Akustik Dan Getaran Struktur Plat Dek Untuk Kenyamanan Penumpang Kapal PKPP 26 (F.1.
EXECUTIVE SUMMARY Rancang Bangun Sistem Redaman Akustik Dan Getaran Struktur Plat Dek Untuk Kenyamanan Penumpang Kapal PKPP 26 (F.1.139) BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Peneliti/Perekayasa: 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBoks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model
Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.
Lebih terperinciUpaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010
Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010 Teori Thomas Robert Malthus yang terkenal adalah tentang teori kependudukan dimana dikatakan bahwa penduduk cenderung meningkat secara deret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit
Lebih terperinciBank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi intermediasi atau memperlancar lalu lintas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG
RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
SIDa. F.10 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Pemanfaatan Penjernih Air Siap Minum di Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit-Propinsi Kalimantan Timur KEMENTERIAN/LEMBAGA:
Lebih terperinciKAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR
KODE JUDUL : X. 305 KAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR Fenty Ferayanti, SP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi
Lebih terperinciPusat Teknologi Material BPPT 2012
F1.13 Penggunaan material Ringan Dalam Rancangan Bangun Motor Bensin Penggerak PUNA Dengan Metode Reverse Engineering Ir.Agustanhakri, M.Eng Pusat Teknologi Material BPPT 2012 LATAR BELAKANG Kondisi yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak, tersusun atas campuran sebagian besar triasilgliserol dan sebagian kecil senyawa pengotor (di-gliserida dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia
Lebih terperinciMetodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit
Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI
LAPORAN KEMAJUAN PRODUKSI BIOGAS BERBAHAN BAKU LIMBAH TANAMAN HORTIKULTURA DAN PALAWIJA DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI KECAMATAN MALIKU, KAB. PULANG PISAU, PROV. KALIMANTAN TENGAH Peneliti Utama : Ir. Bhakti
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciPERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN
PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN JAKARTA, 7 FEBRUARI 2012 OUTLINE I. Pendahuluan II. Peluang Pengembangan Industri Agro III. Hal-hal yang Perlu Dilakukan IV.Contoh Pengembangan
Lebih terperinciKAJIAN PERLAKUAN SUHU FILLING TRAY PADA PROSES FRAKSINASI CPKO TERHADAP RENDEMEN DAN ANGKA IODIN CRUDE PALM KERNEL STEARIN
Jurnal Agroteknose. Volume VIII No. II Tahun 2017 KAJIAN PERLAKUAN SUHU FILLING TRAY PADA PROSES FRAKSINASI CPKO TERHADAP RENDEMEN DAN ANGKA IODIN CRUDE PALM KERNEL STEARIN Adi Ruswanto, Hermantoro, Avif
Lebih terperinciJUDUL LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
JUDUL KODE : SIDA X 8 LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah komoditi strategis yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa konsumsi minyak nabati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian yang sangat penting bagi Indonesia. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi kemajuan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJASAMA NOMOR
PERJANJIAN KERJASAMA NOMOR ANTARA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SEKRETARIAT DITJEN DAN DIREKTORAT INOVAS INDUSTRI DITJEN PENGUATAN INOVASI DENGAN... TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PEMERINTAH LAINNYA YANG MEMILIKI
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil
Lebih terperinciKajian Pengembangan Produksi Pati Sagu Skala UKM dalam Mendukung Penyediaan Pati Sagu dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan di Jayapura Papua
Sida.F.36 Kajian Pengembangan Produksi Pati Sagu Skala UKM dalam Mendukung Penyediaan Pati Sagu dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan di Jayapura Papua Dr. Ir. Lamhot P. Manalu, M.Si Dr. Ir. Wahyu Bahari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi energi untuk bahan bakar semakin meningkat. Maka kami melakukan penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKPP-2012
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKPP-2012 Judul Penelitian : 99m Tc-Dietilkarbamazin Sebagai Sediaan Diagnostik Limfatik Filariasis: Evaluasi Non-Klinis Fokus Bidang penelitian: Nasional Strategis Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan Asean sebagai basis produksi pasar dunia. Dilanjutkan dengan WTO ( World Trade Organization ) yaitu organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini telah menjadikan setiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN
LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perkebunan dewasa ini memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, karena komoditas ini merupakan salah satu andalan sumber devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (elaeis guineensis) menurut para ahli secara umum berasal dari Afrika. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam maupun luar negeri setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012
No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang cukup berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan sejak krisis ekonomi dan moneter melanda semua sektor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciGambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara non migas, penciptaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan informasi
Lebih terperinciMuhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Muhammad Evri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dipresentasikan pada Workshop Evaluasi Program Insentif PKPP-RISTEK, 3 Oktober 2012 Terjadi peningkatan kebutuhan domestik (4.5 5 juta ton)
Lebih terperinciLAPORAN HASIL LITBANG
SIDa.X.6 LAPORAN HASIL LITBANG Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara PROGRAM INSENTIF RISET
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional. Orang yang memiliki dana berlebih dan tidak menyukai resiko biasanya berinvestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,
Lebih terperincioleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.
HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin
Lebih terperinciREKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN
REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan
Lebih terperinciProgram Insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi Jakarta, Februari 2008
Program Insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi www.ristek.go.id Jakarta, Februari 2008 Tujuan Memperkuat iptek terkait dengan enam bidang fokus prioritas Menstimulasi riset utk menghasilkan inovasi
Lebih terperinciPROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL)
PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL) 2 nd Lecture of Fat and Oil Technology By Dr. Krishna P. Candra PS Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinci