Penambahan Alginat Sebagai Emulsifier pada Susu dari Kulit Pisang dan Kacang Hijau (Litsang-Ijo)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penambahan Alginat Sebagai Emulsifier pada Susu dari Kulit Pisang dan Kacang Hijau (Litsang-Ijo)"

Transkripsi

1 Penambahan Alginat Sebagai Emulsifier pada Susu dari Kulit Pisang dan Kacang Hijau (Litsang-Ijo) Ani Purwanti 1, Nanang Setiawan 2, Delli Christina 3 1,2,3 Jurusan Teknik Kimia, Fakulas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Kompleks Balapan, Yogyakarta, ) ani4wanti@gmail.com, 2) nanangsetiawan1112@gmail.com, 3) dellichristina@yahoo.co.id Abstrak Kulit pisang merupakan bahan sisa yang belum banyak dimanfaatkan. Selama ini kulit pisang digunakan untuk makanan ternak.kulit pisang mempunyai kandungan karbohidrat, vitamin, kalsium, protein, dan lemak. Pembuatan susu nabati dengan campuran bahan kulit pisang dan kacang hijau (susu litsang-ijo) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan protein dalam susu tersebut karena kacang hijau merupakan sumber protein yang bagus. Namun susu litsang-ijo ini belum banyak dikenal masyarakat dan kurang diminati karena susu ini mudah mengendap. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan upaya untuk menjaga kestabilan emulsi susu litsang-ijo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menambahkan emulsifier. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengaruh penambahan alginat terhadap konstanta laju pengendapan susu kulit pisang kacang hijau. Dalam penelitian ini dilakukan variasi berat alginat, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, dan suhu pencampuran.susu yang dihasilkan untuk tiap-tiap percobaan dilakukan pengecekan absorbansinya. Data absorbansi diambil setiap 10 menit untuk menghitung konsentrasi susu kulit pisang kacang hijau dengan bantuan kurva standar. Data tersebut diolah untuk mendapatkan nilai konstanta laju pengendapan. Laju pengendapan susu litsang-ijo terendah (0,00088 ppm/menit) diperoleh pada saat penambahan alginat sebanyak 7%, kecepatan pengadukan 780 rpm, waktu pengadukan 7 menit dan suhu pencampuran 70 C. Kata kunci alginat, susu, kulit pisang, kacang hijau Abstract Banana peels as an agro-industrial waste is that contains a lot of carbohydrates, vitamins, calcium, protein, and fat are generally discarded. Making the vegetable milk from the mixture of banana peels and green beans (litsang-ijo milk) is one way alternatives to increase the protein content. Litsang-ijo milk has not been exposed yet and it is less favored because precipitate easily. To overcome these problems, the stability of the emulsion of litsang-ijo milk needs to be maintained by adding emulsifier such alginate. The purpose of this study is to get the effect of alginate on precipitation rate constants of litsang-ijo milk. This research conducted using the variation of alginate s weight, mixing speed, stirring time, and temperature of mixing. The milk produced for each experiments was measured its adsorbance. The adsorbance was taken every 10 minutes to calculate the concentration of the litsang-ijo milk by a standard curve. These data was liniearized to get the precipitation rate constants value. The lowest precipitation rate constants of litsang-ijo milk ( ppm/min) was obtained under conditions such as addition of 7% alginate, 780 rpm of mixing speed for 7 minutes, and 70 0 C of mixing temperature. Keywords alginate, milk, banana peels, green beans SNaTKII II 10 Oktober

2 1. PENDAHULUAN K ulit pisang merupakan salah satu bahan sisa yang belum banyak termanfaatkan. Selama ini kulit pisang digunakan untuk makanan ternak. Kulit pisang mempunyai kandungan gizi antara lain karbohidrat, vitamin, kalsium, protein, dan lemak. Pembuatan susu nabati dengan campuran bahan kulit pisang dan kacang hijau merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai gizi (protein) dalam susu tersebut karena kacang hijau merupakan bahan pangan yang berasal dari kacang-kacangan sebagai sumber protein yang bagus. Suatu penelitian [1] yang memanfatkan limbah kulit pisang pada daerah sentra industri kripik buah pisang menjadi susu kulit buah pisang dan kacang hijau mempelajari efek dari formulasi susu antara kulit buah pisang dengan kacang hijau yang ditinjau dari tingkat nilai gizi dari susu buah pisang kacang hijau tersebut dan kondisi optimal proses pembuatannya. Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A, B 1, C dan E), dan beberapa zat lain yangbermanfaat bagi tubuh manusia, seperti amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, dan niasin. Kacang hijau bermanfaat unntuk melancarkan buang air besar [2].Sedangkan kulit pisang merupakan bahan buangan dari buah pisang. Pada umumnya kulit pisang hanya dibuang sebagai limbah organik atau digunakan sebagai makanan ternak. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan jika bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan [3]. Susu adalah suatu emulsi lemak dalam air, serta larutan berbagai senyawa mineral. Susu dari kulit pisang dan kacang hijau (susu litsang-ijo) memiliki nilai gizi yang tinggi yaitu dengan kandungan karbohidrat sebesar 12,14% dan kadar protein sebesar 8,83%. Nilai gizi tersebut sudah memenuhi standar SNI Kandungan asam amino dalam susu nabati tersebut sama dengan asam amino yang terkandung dalam kacang hijau karena komposisi protein utama berasal dari kacang hijau, sedangkan kulit pisang sebagai salah satu bahan formulasinya hanya mengandung protein 0,1356%. Pada pembuatan susu litsang-ijo diperlakuakan proses pasteurisasi dengan suhu tertentu hal ini dapat mematikan bakteri-bakteri sehingga susu lebih awet sampai dengan 2 minggu [1]. Produk hasil penelitian susu dari kulit buah pisang dan kacang hijau yang telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya [1] kurang diminati oleh masyarakat karena belum banyak masyarakat yang mengetahui dan masih mudahnya susu tersebut mengendap. Susu dari kulit pisang dan kacang hijau merupakan salah satu bentuk emulsi. Sifat emulsi SNaTKII II 10 Oktober

3 pada susu kulit pisang dan kacang hijau cenderung kurang stabil karena cepat mengalami pengendapan. Endapan yang ada dalam susu kulit pisang kacang hijau merupakan zat yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga zat tersebut merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk memperbaiki kualitas susu kulit pisang dan kacang hijau agar memiliki emulsi yang stabil. Emulsi merupakan sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (emulfisier) dapat mencegah terjadinya proses pemecahan emulsi sehingga dapat menstabilkan emulsi. Bahan pengemulsi yang dapat digunakan antara lain alginat yang merupakan emulsifier alam dari tumbuh-tumbuhan [4]. Alginat dapat diperoleh dari pengendapan rumput laut dengan menggunakan alkohol [5]. Dalam penelitian ini ingin dicari upaya untuk menjaga kestabilan emulsi susu dari kulit pisang dan kacang hijau (susu litsang-ijo). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menambahkan emulsifier sehingga diperoleh emulsi yang stabil. Emulsifier yang digunakan dalam penelitian ini adalah alginat.dari penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi pengaruh penambahan alginat terhadap konstanta laju pengendapan susu kulit pisang kacang hijau. 2. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu litsang-ijo, alginat, dan aquades. Alginat yang digunakan dibuat dalam bentuk larutan memakai pelarut aquades dengan konsentrasi 0,005 gram/ml.peralatan yang digunakan antara lain gelas beker 250 ml, labu ukur 1000 ml, erlenmeyer 50 ml, termometer, timbangan digital, pipet tetes, magnetic stirrer, dan spektrofotometer. Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu litsang-ijo ppmdan analisa absorbansi menggunakan spektrofotometer dilakukan setiap 10 menit. Variasi proses yang dilakukan adalah variasi volume alginat yang digunakan terhadap volume susu litsang-ijo (3%, 5%, 7%, dan 9%), kecepatan pengadukan (240 rpm, 420 rpm, 600 rpm, 780 rpm, 960 rpm, dan 1140 rpm), waktu pengadukan (3 menit, 5 menit, 7 menit, dan 9 menit), dan suhu pengadukan (30 C, 50 C, 70 C, dan 80 C). SNaTKII II 10 Oktober

4 Prosedur kerja dimulai dengan membuat kurva standar. Langkah pertama adalah mencari panjang gelombang susu litsang-ijo menggunakan spektrofotometer hingga diperoleh absorbansi maksimum. Setelah itu, mengukur nilai absorbansi larutan susu litsang-ijo dengan konsentrasi ( ) ppm dengan panjang gelombang (λ) sebesar 294 nm. Data absorbansi yang diperoleh dibuat kurva standar konsentrasi susu kulit pisang kacang hijau terhadap absorbansi. Langkah kedua adalah menentukan harga konstanta laju pengendapan susu litsang ijo. Data absorbansi susu litsang-ijo diambil dengan cara mengukur absorbansinya setiap 10 menit kemudian membaca konsentrasi susu litsang-ijo dengan bantuan kurva standar. Perhitungan untuk mencari konstanta laju pengendapan susu litsang ijo diperoleh dengan rumus reaksi orde pertama [6] sebagai berikut: (1) (2) -ln (Ca/Ca 0)=kt (3) Ca 0 Ca = kt (4) Keterangan : Ca 0 :konsentrasi pada awal pembuatan t=0 Ca : konsentrasi pada saat waktu = t t : waktu (menit) k : konstanta laju pengendapan (ppm/menit) Perhitungan laku pengendapan dilakukan dengan membuat grafik hubungan antara waktu pengendapan dengan ln (Ca/Ca 0).Harga konstanta laju pengendapan dievaluasi dari slope garis dari linearisasi grafik tersebut. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai konstanta laju pengendapan susu litsang-ijo pada berbagai variabel dengan menggunakan cara yang sama. 3. HASIL & PEMBAHASAN Pembuatan kurva standar yang dibuat untuk mengevaluasi data percobaan dilakukan dengan membuat susu litsang-ijo dengan konsentrasi yang berkisar antara 2000 ppm ppm. Nilai absorbansi yang diperoleh pada masing masing konsentrasi susu litsang-ijo terlihat seperti pada Tabel 1 dibawah ini. Dari data tersebut dapat dibuat kurva standar yang menyatakan hubungan antara konsentrasi susu litsang-ijo terhadap SNaTKII II 10 Oktober

5 absorbansi susu litsang-ijo seperti terlihat pada Gambar 1. Perhitungan konsentrasi susu litsang-ijo untuk beberapa variabel proses yang berbeda dihitung menggunakan persamaan y =0,0001x 0,0012. Dengan y merupakan absorbansi larutan dan nilai x adalah konsentrasi (ppm) sehingga konsentrasi susu (ppm) dihitung dari rumus. Tabel 1. Nilai absorbansi susu litsang-ijo pada berbagai konsentrasi susu Konsentrasi Susu Absorbansi Litsang-Ijo (ppm) , , , , , , , , ,347 Gambar 1. Grafik kurva standar susu litsang-ijo 3.1 Percobaan dengan Variasi Jumlah Alginat yang ditambahkan. Percobaan evaluasi pengaruh penambahan alginat terhadap konstanta laju pengendapan litsang-ijo dilakukan pada kondisi kecepatan pengadukan sebesar 240 rpm, waktu pencampuran selama 1 menit, dan suhu pencampuran sebesar 30 0 C. Data yang diperoleh berupa nilai absorbansi seperti Tabel 2 dibawah ini. SNaTKII II 10 Oktober

6 Tabel 2. Nilai absorbansi susu litsang-ijo dengan variasi penambahan alginat Waktu Absorbansi (menit) Tanpa Alginat 3% 5% 7% 9% ,347 1,239 1,127 1,107 1,004 0,994 0,988 0,979 1,332 1,223 1,213 1,169 1,149 1,128 1,103 0,999 1,373 1,273 1,243 1,189 1,157 1,135 1,109 1,106 1,373 1,351 1,337 1,329 1,237 1,134 1,122 1,025 1,371 1,362 1,282 1,242 1,164 1,137 1,117 1,101 Pengaruh penambahan alginat terhadap konstanta laju pengendapan susu litsang-ijo dapat dilihat dalam Grafik 2. Dari grafik tersebut terlihat bahwa -ln Ca/Ca 0 adalah perubahan konsentrasi satuan waktu dan waktu yang digunakan adalah selang 10 menit untuk mengukur nilai absorbansi di tiap penambahan alginat. Dari grafik dapat dilihat bahwa penambahan alginat yang sama, perubahan konsentrasi susu litsang-ijo berbanding lurus dengan waktu. Ca dapat diperoleh dari bantuan persamaan kurva standar dan Ca0 adalah variable tetapnya yaitu ppm. Gambar 2. Grafik hubungan antara -ln Ca/Ca0 terhadap waktu pada berbagai konsentrasi alginat Perhitungan nilai konstanta laju pengendapan (k) dapat diperoleh dari slope linieriasi grafik hubungan antara waktu dan ln Ca/Ca 0 (Gambar 2). Hasil perhitungan nilai k seperti yang disajikan pada Tabel 3 dibawah ini.dari data penelitian tersebut dapat dibuat grafik hubungan antara jumlah penambahan alginat dan laju pengendapan susu seperti terlihat pada Gambar 3. SNaTKII II 10 Oktober

7 Tabel 3. Penambahan alginat dengan laju pengendapan susu litsang-ijo Penambahan Konstanta Laju Pengendapan Alginat Susu Litsang-Ijo (% volume) (ppm/menit) , , , , ,00342 Gambar 3. Grafik konstanta laju pengendapan pada berbagai penambahan jumlah alginat Dari hasil penelitian didapatkan harga konstanta laju pengendapan sebesar 0,00557 ppm/menit untuk susu litsang-ijo tanpa penambahan alginat dan 0,00342 ppm/menit saat penambahan alginat 9% volume. Pada susu litsang-ijo sistem emulsi terjadi perbedaan tegangan bidang batas antara fase tersispersi dan fase kontinyu dalam susu litsang-ijo yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua fase tersebut dinamakan tegangan bidang batas.semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan kedua fase tersebut semakin sulit bercampur. Penambahan alginat dapat menurunkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua fase tersebut akan mudah bercampur. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulsifier akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur [1]. Dari hasil percobaan ini didapatkan harga konstanta laju pengendapan terendah diperoleh pada penambahan alginat sebesar 7%, sedangkan pada penambahan alginat 9% tidak memberikan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari laju pengendapan yang hampir sama pada kedua susu yang dihasilkan yaitu sebesar 0,00342 ppm/menit. 3.2 Percobaan dengan Variasi Kecepatan Pengadukan Dari percobaan yang mempelajari pengaruh kecepatan pengadukan terhadap konstanta laju pengendapan susu litsang-ijo diperoleh data absorbansi susu pada berbagai SNaTKII II 10 Oktober

8 waktu pengendapan seperti pada Tabel 3 di bawah ini. Pada variasi ini digunakan penambahan alginat sebanyak 7% yaitu jumlah alginat yang memberikan nilai konstanta laju pengendapan optimum.pencampuran alginat dilakukan pada kecepatan pengadukan sebesar 240 rpm, pada suhu 30 0 C, dan dilakukan selama 1 menit. Besarnya kecepatan pengadukan memberikan nilai absorbansi susuyang berbeda-beda, sehingga didapatkan nilai -ln Ca/Ca 0 seperti grafik pada Gambar 4 dibawah ini. Nilai -ln Ca/Ca 0menunjukkan perubahan konsentrasi untuk selang waktu tertentu (setiap 10 menit)pada pengukuran nilai absorbansi untuk setiap susu yang dihasilkan dengan kecepatan pengadukan yang berbeda. Tabel 3. Nilai Absorbansi Susu Litsang-Ijo yang dibuat pada berbagai Kecepatan Pengadukan Waktu Absorbansi Pengendapan (menit) 240 rpm 420 rpm 600 rpm 780 rpm 960 rpm 1140 rpm ,339 1,314 1,311 1,303 1,279 1,264 1,262 1,245 1,376 1,374 1,365 1,359 1,341 1,341 1,321 1,315 1,219 1,212 1,201 1,191 1,184 1,183 1,183 1,174 1,377 1,375 1,375 1,369 1,369 1,366 1,358 1,317 1,419 1,417 1,407 1,407 1,401 1,395 1,389 1,387 1,339 1,339 1,339 1,336 1,333 1,331 1,328 1,323 Gambar 4. Grafik Hubungan antara -ln Ca/Ca 0terhadap Waktu Pengendapan Susu pada berbagai Kecepatan Pengadukan Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pembuatan susu litsang-ijo dengan menggunakan kecepatan pengadukan yang berbeda memberikan hasil bahwa perubahan konsentrasi susu litsang-ijo berbanding lurus dengan waktu. Perhitungan nilai laju SNaTKII II 10 Oktober

9 pengendapan susu litsang-ijo dapat diperoleh dari slope garis linier pada linieriasi grafik tersebut, seperti yang diajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5 dibawah ini. Tabel 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Konstanta Laju Pengendapan Susu Litsang-Ijo Kecepatan Pengadukan Konstanta Laju Pengendapan Susu Litsang-Ijo (rpm) (ppm/menit) 240 0, , , , ,00033 Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam bahan yang diaduk sehingga mengakibatkan terjadinya tumbukan antar zat terlarut. Pengadukan dengan kecepatan tinggi akan memberikan energi kinetik yang dapat mengerakkan cairan sehingga dapat mendispresikan fase terdispresi ke dalam medium dispresinya, dalam hal ini alginat dapat medispersi dengan lebih sempurna ke dalam susu litsang-ijo. Didalam percobaan kali ini didapatkan harga konstanta laju pengendapan berkisar antara 0,001 ppm/menit sampai dengan 0,00033 ppm/menit. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat semakin tinggi kecepatan pengadukan akan memberikan nilai laju pengendapan yang rendah. Konstanta laju pengendapan terendah dimulai pada kecepatan pengadukan 780 rpm. Pada kecepatan pengadukan 960 rpm tidak memberikan pengaruh signifikan sehingga dapat dikatakan pengadukan optimum adalah pada kecepatan 780 rpm. Gambar 5. Grafik Konstanta Laju Pengendapan Terhadap Jumlah Kecepatan Pengadukan SNaTKII II 10 Oktober

10 3.3 Percobaan dengan Variasi Waktu Pengadukan Untuk mempelajari pengaruh waktu pengadukan terhadap laju pengendapan susu litsang-ijo digunakan data kecepatan pengadukan yang memberikan nilai konstanta laju pengendapan yang optimum, yaitu sebesar 780 rpm.dari hasil percobaan dengan penambahan jumlah alginat sebesar 7%,kecepatan pengadukan sebesar 240 rpm, suhu pencampuran 30 0 C dan waktu pencampuran selama 1 menit diperoleh data absorbansi seperti tercantum dalam Tabel 5 dibawah ini. Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik hubungan antara -ln Ca/Ca 0 terhadap waktu pengadukan seperti terlihat pada Gambar 6 di bawah ini. Nilai -ln Ca/Ca 0 merupakan perubahan konsentrasi satuan waktu dan waktu yang digunakan adalah selang 10 menit untuk mengukur nilai absorbansi di tiap waktu pengadukan. Tabel 5. Nilai Absorbansi Susu Litsang-Ijo yang dihasilkan pada Variasi Waktu Pengadukan Waktu Absorbansi pada masing-masing Waktu Pengadukan (menit) 3 menit 5 menit 7 menit 9 menit ,438 1,426 1,414 1,414 1,408 1,391 1,379 1,379 1,503 1,499 1,499 1,488 1,476 1,466 1,442 1,429 1,56 1,56 1,558 1,548 1,536 1,525 1,49 1,487 1,41 1,391 1,384 1,379 1,377 1,369 1,367 1,36 Gambar 6. Grafik Hubungan -ln Ca/Ca 0terhadap Waktu pada berbagai Waktu Pengadukan Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa susu litsang-ijo dengan waktu pengadukan yang berbeda, perubahan konsentrasi susu litsang-ijo berbanding lurus dengan waktu pengendapannya. Perhitungan nilai konstanta laju pengendapan dapat diperoleh dari slope linieriasi grafik tersebut, seperti yang disajikan pada Tabel 6 dibawah ini. Pengaruh waktu pengadukan terhadap konstanta laju pengendapan susu litsang-ijo dapat dilihat dalam Gambar 7. SNaTKII II 10 Oktober

11 Tabel 6. Data Konstanta Laju Pengendapan Susu Litsang-Ijo pada berbagai Waktu Pengadukan Waktu Pengadukan Laju Konstanta laju Pengendapan Susu Litsang Ijo (menit) (ppm/menit) 3 0, , , ,00057 Gambar 7. Grafik Hubungan antara Konstanta Laju Pengendapan dan Waktu Pengadukan Semakin lama waktu pengadukan emulsi memberikan nilai laju pengendapan yang rendah. Laju pengendapan terendah diperoleh dengan waktu pengadukan selama 7 menit. Pengadukan selama 9 menit kurang memberi hasil yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai laju pengendapan yang hampir sama yaitu 0,00057 ppm/menit. Pengadukan mengakibatkan terjadinya tumbukan antar partikel terdispresi. Semakin lama waktu pengadukan maka tumbukan antar partikel terdispresi akan semakin banyak. Bila tumbukan terjadi terus menerus maka akan mengakibatkan ukuran partikel menjadi semakin kecil. Ukuran partikel yang kecil biasanya sukar homogen karena gaya kohesitasnya tinggi sehingga cenderung memisah [7]. 3.4 Percobaan dengan Variasi Suhu Pencampuran Alginat Percobaan untuk mempelajari pengaruh suhu pencampuran alginat ke dalam susu terhadap laju pengendapan susu litsang-ijo dilakukan dengan variabel tetap jumlah alginat yang ditambahkan sebesar 7% (volume), pengadukan pada pencampuran alginat dilakukan pada kecepatan pengadukan sebesar 780 rpm selama 7 menit. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data absorbansi seperti terlihat pada Tabel 7. SNaTKII II 10 Oktober

12 Tabel 7. Nilai Absorbansi Susu Litsang-Ijo yang dibuat pada Berbagai Suhu Pencampuran Waktu Absorbansi pada masing-masing Suhu Pencampuran (menit) 30 C 50 C 70 C 80 C ,42 1,391 1,373 1,345 1,31 1,302 1,296 1,293 1,437 1,394 1,37 1,357 1,341 1,334 1,325 1,312 1,469 1,455 1,424 1,423 1,412 1,404 1,397 1,389 1,462 1,448 1,417 1,416 1,405 1,397 1,389 1,388 Dari tabel absorbansi diatas dapat dibuat grafik hubungan antara -ln Ca/Ca 0 terhadap waktu pengendapan seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Grafik Hubungan antara-ln Ca/Ca0 terhadap Waktu Pengendapan pada Variasi Suhu Pencampuran Alginat Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada berbagai suhu pencampuran yang berbeda, perubahan konsentrasi susu litsang-ijo berbanding lurus dengan waktu pengendapan. Perhitungan nilai laju pengendapan dapat diperoleh dari slope linieriasi grafik tersebut, sehingga diperoleh nilai konstanta laju pengendapan seperti Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Pengaruh Suhu Pencampuran Terhadap Konstanta Laju Pengendapan Susu Litsang-Ijo Suhu( C) Laju Pengendapan Susu Litsang-Ijo (ppm/menit) 30 0, , , ,00087 Suhu fase kontinyu, dalam hal ini adalah air mempengaruhi kelarutan fase terdispresi yaitu lemak. Kenaikan suhu akan menaikkan kelarutan fase terdispresi. Pada tabel diatas, pada saat terjadi peningkatan suhu pencampuran ternyata nilai laju pengendapan turun. Peningkatan suhu dalam emulsi menimbulkan semakin banyak fase SNaTKII II 10 Oktober

13 terdispresi yang terlarut sehingga menjadi lebih stabil. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul medium terhadap partikel koloid. Makin tinggi suhu koloid makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang kuat. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengendap. Dengan adanya gerak Brown ini maka partikel koloid terhindar dari pengendapan karena terus-menerus bergerak, sehingga koloid menjadi stabil [7]. 3.5 Penentuan Nilai Konstanta Laju Pengendapan Pada Susu Bubuk Dari hasil percobaan dengan metode yang sama pada susu bubuk yang ada dipasaran, didapatkan nilai konstanta laju pengendapan diperoleh sebesar 0, ppm/menit. Nilai konstanta laju pengendapan yang diperoleh pada susu bubuk tersebut lebih kecil dari susu litsang-ijo karena susu bubuk selain sebagai pelengkap gizi, dapat pula berperan sebagai emulsifier dalam proses emulsi suatu bahan pangan yang sangat bagus [7]. Susu bubuk merupakan emulsifier yang baik dari segi tekstur, kemantapan emulsi, ukuran dispresi, maupun rasa. Hal ini dikarenakan susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) sehingga dapat lebih embantu terjadinya disperse minyak dalam air dan menyebabkan terjadinya emulsi minyak dalam air. Bahan pangan yang dalam pembuatanya ditambahkan susu sebagai emulsifier akan menghasikan tekstur, aroma, dan rasa yang lebih bagus dibandingkan dengan bahan pangan yang sama yang tidak ditambahkan emulsifier susu. Emulsifier susu bubuk dapat membuat tekstur zat terdispresi menjadi lunak, butiran zat terdispresi menjadi halus, dan meningkatkan kemantapan emulsi [7]. 4. KESIMPULAN 1. Alginat merupakan emulsifier yang baik untuk susu litsang ijo. 2. Laju pengendapan susu litsang-ijo dapat di pengaruhi oleh penambahan alginat, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dan suhu pengadukan. 3. Konstanta laju pengendapan susu litsang-ijo terendah sebesar 0,00088 ppm/menit diperoleh pada saat penambahan alginat 7%, kecepatan pengadukan 780 rpm, waktu pengadukan 7 menit, dan suhu pencampuran 70 C. SNaTKII II 10 Oktober

14 DAFTAR PUSTAKA [1] Kusmartono, B. dan Wijayati, M. I, 2012, Pembuatan Susu dari Kulit Pisang dan Kacang Hijau, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III, Yogyakarta, 3 November [2] Purwono dan Hartono, R., 2012, Kacang Hijau, Penebar Swadaya, Jakarta. [3] Susanti, L., 2006, Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang terhadap Kualitas Nata, Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang. [4] Andrea, 2009, Tugas Kuliah (Emulsi dan Suspensi), (diakses tanggal 7 Okotober 2014). [5] Winarno, F.G., 1990, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Edisi I, Pustaka Sinar. [6] Levenspiel, 1972, Chemical Reaction Engineering, John Wiley & Sons, New York. [7] Kurniasari, K. dan Fithri, D. N., 2010, Optimasi Penambahan Alginat Sebagai Emulsifier pada Susu Kedelai dengan Variasi Kecepatan, Waktu dan Suhu Pengadukan, Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. SNaTKII II 10 Oktober

OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN

OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN 1 OPTIMSI PENMBHN LGINT SEBGI EMULSIFIER PD SUSU KEDELI DENGN VRISI KECEPTN, WKTU DN SUHU PENGDUKN Kholifah Kurniasari (L2C006063) dan Nurul Fithri D. W. (L2C00608) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SKRIPSI OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN

SKRIPSI OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN SKRIPSI OPTIMASI PENAMBAHAN ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER PADA SUSU KEDELAI DENGAN VARIASI KECEPATAN, WAKTU DAN SUHU PENGADUKAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU Bambang Kusmartono 1, Merita Ika Wijayati 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta e-mail : bkusmartono@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN, PENAMBAHAN SODA KUE, SUHU PEREBUSAN, DAN WAKTU PEREBUSAN PADA PEMBUATAN SUSU BIJI KECIPIR

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN, PENAMBAHAN SODA KUE, SUHU PEREBUSAN, DAN WAKTU PEREBUSAN PADA PEMBUATAN SUSU BIJI KECIPIR PENGARUH WAKTU PERENDAMAN, PENAMBAHAN SODA KUE, SUHU PEREBUSAN, DAN WAKTU PEREBUSAN PADA PEMBUATAN SUSU BIJI KECIPIR Agus Wahyu Setiawan, dan Ristanto Nugroho Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT Pramitha Ariestyowati: Kinetika reaksi pembentukan kalium sulfat dari ekstrak abu jerami padi dengan asam sulfat KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang dikonsumsi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Peneltian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SISA PEMBAKARAN BOILER UNTUK PENURUNAN KADAR AMONIA DALAM LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi Larutan Naphthol Blue Black pada Berbagai Konsentrasi No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi 1. 3 0.224 2. 4 0,304 3. 5 0,391 4. 6 0,463 5. 7 0,547 6. 8 0,616 7. 9 0,701

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R. KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA Suprihatin, Ambarita R. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) Irawan Widi Pradipta*), Syafrudin**), Winardi Dwi Nugraha**)

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC 1 PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Indonesia ABSTRAK Ampas tahu selama ini tidak

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR Miftahul Jannah 1 *, Halim Zaini 2, Ridwan 2 1 Alumni Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 *Email:

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK

KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK Indra B.K. 1), Retno D. 2) Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FARHANA A420090154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Analisis Kadar Protein dan Lemak pada Susu Cair Perah di Berbagai Daerah di Bandung dengan Metode Lowry dan Ekstraksi Cair Cair Analysis levels of Protein and Fat on Milk

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI

PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI LAPORAN TUGAS AKHIR PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI (The Use of Centrifugal Force on The Analysis of Fat Content

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan 20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pemanfaatan Susu Sapi,Susu Kerbau Dan Kombinasinya Untuk Optimalisasi Kadar Air, Kadar Lemak Dan Tekstur Keju Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 1.1 Alat dan bahan yang digunakan Alat yang digunakan. 1. Spektrofotometri Visible. 2. Magnetic Stirer. 3.

BAB V METODOLOGI. 1.1 Alat dan bahan yang digunakan Alat yang digunakan. 1. Spektrofotometri Visible. 2. Magnetic Stirer. 3. 34 BAB V METODOLOGI 1.1 Alat dan bahan yang digunakan 1.1.1 Alat yang digunakan 1. Spektrofotometri Visible 2. Magnetic Stirer 3. Neraca Digital 4. Kaca Arloji 5. Pipet Tetes 6. Klem dan Statif 7. Pengaduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700824) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP : LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM Nama : SantiNurAini NRP : 1413100048 Tanggal Praktikum : 28 April 2015 Nama Asisten : Mas Mattius

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS Nama Mahasiswa : Violita Anggraeni (2310030053) Siti Nisa Syakirina (2310030092) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Saidah Altway, M.eng, M.Sc SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN

SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN SKRIPSI Oleh Mira Rizatullah 051203024/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK Tuti Indah Sari, Julianti Perdana Kasih, Tri Jayanti Nanda Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Minyak jarak merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn. 129-135 ISSN 2302-4178 ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA Syamsuar 1) dan Mukhlisa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor LAPORAN TUGAS AKHIR Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor ( The Influence of Temperature in The

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf 24 L yang merupakan alat hasil rancangan tugas akhir angkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang * ANALISA KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK SUSU KACANG TOLO (Vigna unguiculata) DAN SUSU KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) YANG DI KOMBINASI DENGAN KACANG KEDELAI Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT

KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT (Streptococcus thermophilus DAN Lactobacillus bulgaricus) SKRIPSI OLEH: FELICIA NOVITA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR 18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUIR LITSANG IJO. ( Oleh : Bambang Kusmartono, Prastyono Eko Pambudi, Merita Ika Wijayati) Abstract

PEMBUATAN SUIR LITSANG IJO. ( Oleh : Bambang Kusmartono, Prastyono Eko Pambudi, Merita Ika Wijayati) Abstract PEMBUATAN SUIR LITSANG IJO ( Oleh : Bambang Kusmartono, Prastyono Eko Pambudi, Merita Ika Wijayati) Abstract Suir litsang-ijo research is expected to utilize green waste banana peel kepok in central areas

Lebih terperinci