Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode weighted evolving fuzzy neural network untuk prediksi curah hujan. 2.1 Prediksi Curah Hujan Dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan adalah sebagai proses peramalan suatu variabel sebagai contoh curah hujan di masa datang dengan berdasarkan data curah hujan pada masa sebelumnya. Menggabungkan dan mengolah data masa lampau secara sistematik dengan suatu metode tertentu untuk menghasilkan prakiraan keadaan pada masa datang. Prediksi adalah proses peramalan suatu variabel di masa datang dengan lebih mendasarkan pada pertimbangan intuisi daripada data masa lampau, meskipun lebih menekankan pada intuisi, dalam prediksi juga sering digunakan data kuantitatif sebagai pelengkap informasi dalam melakukan peramalan (Herjanto, 2006). Menurut sumber peramalannya, peramalan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Heizer, 2005): 1. Model Data Times Series atau Runtun Waktu Model data time series adalah suatu jenis peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Model time series sering disebut model kuantitatif intrinsik. Model peramalan deret waktu seperti itu bertujuan untuk menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut ke pola data masa depan. 2. Model Data Causal Model data causal adalah model peramalan yang menggunakan hubungan sebabakibat sebagai asumsi, yaitu bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan terulang pada saat ini. Model ini merupakan teknik peramalan kuantitatif ekstrensik yang sesuai untuk pengambilan keputusan dan kebijakan.

2 7 3. Model Data Judgemental Bila model peramalan time series dan causal bertumpu pada data kuantitatif, pada model judgemental faktor-faktor kualitatif/subjektif dimasukkan ke dalam metode peramalan. Secara khusus berguna bilamana faktor-faktor subjektif yang diharapkan menjadi sangat penting dan data kuantitatif yang akurat sudah diperoleh. 2.2 Intensitas Curah Hujan Hujan merupakan jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya ketanah maka disebut hujan, akan tetapi jika apabila jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang mengkodensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian hidrologi (Sosrodarsono, 2003). Penguapan terjadi pada tiap keaadaan suhu sampai udara diatas permukaan menjadi jenuh dengan uap. Tetapi kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan tekanan udara (Sosrodarsono, 2003). Kelembaban merupakan massa uap yang terdapat dalam 1 udara, kerapatan uap disebut kelembaban mutlak (absolute). Kelembaban ralatif adalah perbandingan massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembapan ralatif dinyatakan dalam % (Sosrodarsono, 2003). Intensitas curah hujan adalah besaran curah hujan dalam suatu satuan waktu. Satuan yang digunakan mm/jam. Keadaaan curah hujan dan intensitas curah hujan dapat dilihat pada tabel 2.1

3 8 Tabel 2.1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan (Sosrodarsono, 2003) Keadaan curah hujan Intensitas curah hujan (mm) 1 jam 24 jam Hujan sangat ringan <1 <5 Hujan ringan Hujan normal Hujan lebat Hujan sangat lebat >20 >100 Nama dari butiran hujan berdasarkan dari ukurannya. Dalam meteorologi, butir hujan dengan diameter lebih besar dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara 0,50-0,1 mm disebut gerimis (drizzle). Makin besar ukuran butir hujan, makin besar kecepatan jatuhnya. Kecepatan yang maksimum adalah kira-kira 9,2 m/det. Pada Tabel 2.2 menunjukkan jenis curah hujan, ukuran-ukuran butir hujan, massa dan kecepatan jatuh butir hujan. Tabel 2.2 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan(sosrodarsono, 2003). Jenis Diameter bola Massa Kecepatan jatuh (mm) (mg) (m/sec) Hujan gerimis 0,15 0,0024 0,5 Hujan halus 0,5 0,065 2,1 Hujan normal lemah 1 0,52 4,0 Hujan normal deras 2 4,2 6,5 Hujan sangat deras ,1 2.3 Logika Fuzzy Fuzzy logic merupakan salah satu cara untuk memetakan suatu ruang input ke ruang output. Konsep fuzzy logic yang sangat sistematis pertama kali diusulkan oleh Lotfi A. Zadeh (Palit, 2005). Pada himpunan crisp, anggota himpunan memiliki batasan yang kaku. Sebagai contoh suatu himpunan konvensional didefinisikan sebagai berikut: A = {x x > 6} Pada persamaan di atas terlihat batasan yang jelas yaitu 6 sehingga jika x lebih besar dari 6 maka x anggota himpunan A dan jika sebaliknya maka x bukan anggota

4 9 himpunan A. Berbeda dengan himpunan crisp, himpunan fuzzy adalah suatu himpunan tanpa batasan yang kaku. Oleh karena itu transisi dari anggota himpunan ke bukan anggota himpunan terjadi secara bertahap dan transisi ini diimplementasikan dengan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy (membership function) Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µ[x], memiliki 2 kemungkinan (Kusumadewi, 2010), yaitu: 1. Satu (1), yang aberarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau 2. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan. Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut (Kusumadewi, 2010), yaitu: 1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: Hujan sangat ringan, Hujan ringan, Hujan Normal, Hujan Lebat, Hujan sangat lebat. 2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel seperti : 5, 20, 50, 100, dsb Fungsi Keanggotaan Derajat keanggotaan merupakan suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan fungsi keanggotaan (membership function) yang memiliki interval antara 0 sampai 1 (Kusumadewi, 2010). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan seperti fungsi linear, kurva segitiga, kurva trapesium, dan lain sebagainya. 1. Representasi Linear Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya membentuk suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas (Kusumadewi, 2010). Ada dua keadaan himpunan fuzzy yang linear. Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol bergerak ke

5 10 kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi (Kusumadewi, 2010). Bentuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar Derajat Keanggotaan µ[x] 0 a b Gambar 2.1 Representasi Linear Naik (Kusumadewi, 2010) Fungsi Keanggotaan: [ ] { (2.1) Contoh 1: Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear naik pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.2. μpanas[32] = (32-25)/(35-25) = 7/10 = 0,7 Derajat Keanggotaan µ[x] Temperatur ( C) Gambar 2.2 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Naik (Kusumadewi, 2010) Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah (Kusumadewi, 2010) yang grafiknya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

6 11 1 Derajat Keanggotaan µ[x] 0 a domain b Gambar 2.3 Representasi Linear Turun (Kusumadewi, 2010) Fungsi Keanggotaan: [ ] { Contoh 2: Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear turun pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.4. μdingin[20] = (30-20)/(30-15) = 10/15 = 0,667 1 DINGIN Derajat Keanggotaan µ[x] Temperatur ( C) 30 Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Turun (Kusumadewi, 2010) 2. Representasi Kurva Segitiga Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear) seperti terlihat pada Gambar 2.5.

7 12 1 Derajat Keanggotaan µ[x] 0 a b domain c Fungsi Keanggotaan: Gambar 2.5 Kurva Segitiga (Kusumadewi, 2010) [ ] { (2.3) Contoh 3: Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva segitiga pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.6. μnormal[23] = (23-15)/(25-15) = 8/10 = 0,8 1 NORMAL 0.8 Derajat Keanggotaan µ[x] Temperatur ( C) 35 Gambar 2.6 Himpunan fuzzy untuk Kurva Segitiga (Kusumadewi, 2010)

8 13 3. Representasi Kurva Trapesium Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 seperti terlihat pada Gambar Derajat Keanggotaan µ[x] 0 a b domain c d Gambar 2.7 Kurva Trapesium (Kusumadewi, 2010) Fungsi Keanggotaan: [ ] { (2.4) Contoh 4: Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva trapesium pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.8. μnormal[23] = (35-32)/(35-27) = 3/8 = 0,375 Gambar 2.8 Himpunan fuzzy untuk Kurva Trapesium (Kusumadewi, 2010)

9 Sistem Inferensi Fuzzy Sistem inferensi fuzzy adalah sebuah kerangka kerja perhitungan yang berdasar pada konsep teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy if-then, dan pemikiran fuzzy. Sistem inferensi fuzzy ini telah berhasil diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti control otomatis, klasifikasi data, analisis keputusan, sistem pakar, prediksi time series, robotika, dan pengenalan pola. Sistem inferensi fuzzy juga dikenal dengan berbagainama seperti fuzzy rule based system (sistem berbasis aturan fuzzy ), fuzzy expert system (sistem pakar fuzzy), fuzzy model, fuzzy associative memory, fuzzy logic controller (pengendalian logika fuzzy), sistem fuzzy sederhana (Jang et al. 1997). Struktur dasar dari sistem inferensi fuzzy berisi tiga komponen koseptual : 1. Dasar aturan yang mana berisi sebuah pemilihan aturan fuzzy. 2. Database yang mendefinisikan fungsi keanggotaan yang digunakan dalam aturan fuzzy. 3. Mekanisme pemikiran yang mengerjakan prosedur inferensi terhadap aturan dan kenyataan yang diketahui untuk menurunkan output atau kesimpulan yang masuk akal (Castillo et al. 2008). Sistem inferensi fuzzy dapat mengambil input fuzzy ataupun crisp, tetapi ouputnya hampir selalu menghasilkan himpunan fuzzy. Untuk mendapatkan nilai crisp diperlukan suatu metode defuzzifikasi. Secara umum, suatu sistem yang berbasis fuzzy logic diawali dengan fuzzifikasi yaitu konversi input crisp menjadi fuzzy berdasarkan fungsi keanggotaan. Pada proses selanjutnya adalah proses inferensi, proses ini akan memperhitungkan semua aturan pada basis aturan dan menghasilkan himpunan fuzzy. Proses terakhir adalah defuzzifikasi, proses ini akan menentukan nilai crisp untuk himpunan fuzzy yang dihasilkan pada proses inferensi (Castillo et al. 2008). Proses fuzzifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.9.

10 15 Gambar 2.9 Fuzzy Inference System (Jang et al. 1997) Model Fuzzy Mamdani Sistem inferensi fuzzy mamdani sebagai usaha awal untuk mengendalikan mesin uap dan kombinasi boiler dengan sebuah himpunan aturan kendali linguistik yang diperoleh dari pengalaman operator manusia. Gambar 2.10 mengilustrasikan bagaimana dua aturan sistem inferensi mamdani menurunkan semua output z ketika ditunjuk oleh dua input crisp x dan y (Kusumadewi, 2010). Gambar 2.10 Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani (Jang et al. 1997) Pada proses defuzzifikasi mengacu pada cara nilai crisp diekstrak dari sebuah himpunan fuzzy sabagai nilai representative. Pada umumnya, ada 5 metode untuk defuzzifikasi sebuah himpunan fuzzy A dari semesta Z (Kusumadewi, 2010) seperti pada Gambar 2.11.

11 16 Gambar 2.11 Defuzzifikasi dari sistem inferensi fuzzy mamdani (Jang et al. 1997) 1. Centroid of area : (2.5) Dimana adalah output MF teragregasi. 2. Bisector of Area (2.6) Dimana dan. z = membagi daerah antara z =, z =, y = 0 dan y = ke dalam dua daerah yang sama. 3. Mean of Maximum adalah rata-rata dari maksimalisasi z pada MF yang mencapai maksimum (2.7) 4. Smallest of Maximum adalah minimum dari maksimasi z. 5. Largest of Maximum adalah maksimum dari maksimasi z Model Fuzzy Sugeno Takagi, Sugeno dan Kang mengusulkan model fuzzy Sugeno dalam usaha membangun pendekatan sistematis untuk meng-generate aturan fuzzy dari dataset input-output yang diberikan. Aturan fuzzy tipikal dalam sebuah model fuzzy Sugeno berbentuk, jika x adalah A dan y adalah B maka z = f(x,y) (Kusumadewi, 2010).

12 17 Gambar 2.12 Sistem inferensi Fuzzy Sugeno (Jang et al. 1997) Fungsi crisp dalam consequent merupakan himpunan fuzzy dalam antecedent, dapat dilihat pada Gambar Sedangkan z = f(x,y). Biasanya f(x,y) adalah sebuah polynomial dalam variabel input x dan y, tetapi ini dapat menjadi suatu fungsi selama dapat menjelaskan output model dalam daerah fuzzy yang telah ditentukan oleh aturan antecedent secara sesuai. Ketika f(x,y) adalah polynomial orde satu, menghasilkan system inferensi fuzzy disebut model fuzzy Sugeno orde satu. Model fuzzy Sugeno orde nol ketika f adalah konstan (Kusumadewi, 2010) Model Fuzzy Tsukamoto Dalam model fuzzy Tsukamoto, consequent dari masing-masing aturan fuzzy if-then direpresentasikan oleh satu set fuzzy dengan MF monoton. Menghasilkan output yang terinferensi dari masing-masing aturan yang didefinisikan sebagai nilai crisp diinduksikan oleh aturan firing strength. Mengambil Output keseluruhan sebagai ratarata terbobot dari tiap aturan output (Kusumadewi, 2010). Gambar 2.13 Sistem Inferensi Fuzzy Tsukamoto (Jang et al. 1997)

13 Evolving Connection System (ECOS) Walaupun metode computational intelligence seperti jaringan saraf tiruan (JST), sistem fuzzy, komputasi evolusioner, sistem hibrida, serta metode lainnya telah berhasil dikembangkan dan diterapkan. Ada beberapa masalah saat menerapkan metode ini dalam proses pengembangan yang kompleks (kasabov, 2007), seperti: 1. Kesulitan dalam preselecting arsitektur sistem. Umumnya model kecerdasan buatan memiliki arsitektur tetap seperti jumlah neuron dan koneksi tetap. Hal ini membuat sistem sulit untuk beradaptasi dengan data baru yang dengan distribusi yang tidak diketahui sebelumnya. 2. Adanya kemungkinan sistem akan melupakan beberapa besar pengetahuan lama ketika melakukan pembelajaran terhadap data yang baru. 3. Membutuhkan banyak waktu untuk pelatihan. Pelatihan JST dalam mode batch umumnya melakukan perulangan pada saat proses propagasi data di dalam struksur JST. Hal tersebut sangat tidak cocok pada pembelajaran on-line dimana sistem membutuhkan proses adaptasi yang cepat. 4. Kurangnya fasilitas repersentasi pengetahuan. Banyaknya arsitektur komputasi cerdas menemukan beberapa parameter statistik selama pelatihan. Tetapi tidak memfasilitasi ekstraksi dari aturan-aturan yang ada ke dalam bentuk informasi linguistik yang mudah dimengerti. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan metode hybrid dan connectionist dalam hal pembelajaran algoritma maupun pengembangan sistem. Pada umumnya, sistem informasi akan membantu menentukan dan memahami model proses secara dinamika, aturan-aturan yang terus berkembang untuk mengambil jalan pintas dalam memecahkan masalah, serta meningkatkan kinerja proses yang berkembang sepanjang waktu. Kebutuhan tersebut merupakan bagian dari artificial intelligence (AI) yang disebut evolving intelligence system (EIS). EIS merupakan sistem informasi yang mengembangkan struktur, fungsi, dan pengetahuan dengan cara terus menerus, adaptif, dan interaktif terhadap informasi yang masuk dan melakukan beberapa tugas cerdas yang dilakukan manusia pada umumnya (Kasabov, 2007). Bentuk dari metode EIS yaitu evolving connectionist system (ECOS). ECOS merupakan sistem computational intelligence berdasarkan jaringan saraf,

14 19 menggunakan teknik lain computational intelligence yang beroperasi secara terus menerus dan mengadaptasikan struktur dan fungsinya melalui interaksi terhadap lingkungan dan sistem lainnya (Kasabov, 2007). Proses adaptasi tersebut dilakukan melalui: 1. Aturan-aturan yang terus berkembang. 2. Parameter-parameter yang dapat berubah selama sistem beroperasi. 3. Informasi yang datang terus menerus, terutama pada distribusi data yang tidak diketahui sebelumnya. 4. Kriteria tujuan yang diterapkan untuk mengoptimalkan kinerja sistem dari waktu ke waktu. Pada Gambar 2.14 merupakan ilustrasi yang menggambarkan bagian-bagian EIS yang memproses berbagai informasi dengan cara yang adaptif dan terus menerus. Pengolahan online dari semua informasi memungkinkan ECOS untuk berinteraksi terhadap pengguna dengan sistem (Kasabov, 2007). Proses interaksi ECOS dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.14 Proses Interaksi ECOS (Kasabov, 2007)

15 Weighted Evolving Fuzzy Neural Network Weighted Evolving Fuzzy Neural Network merupakan pengembangan dari metode Evolving Fuzzy Neural Network walaupun memiliki struktur yang mirip tetapi memiliki aturan aturan yang beda pada prosesnya. Weighted Evolving Fuzzy Neural Network mengadopsi faktor bobot pendukung untuk menghitung setiap faktor penting dari fungsi fuzzy distance diantara aturan-aturan yang berbeda (Chang et al, 2009) Arsitektur Weighted Evolving Fuzzy Neural Network Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki lima struktur layer seperti yang ditunjukkan pada Gambar Dimana setiap node dan koneksinya dibentuk atau dikoneksikan berdasarkan data sampel yang ada satu per satu (Chang et al, 2009). Gambar 2.15 Arsitektur WEFuNN (Kasabov, 1998) Pada layer pertama merupakan input layer yang menggambarkan input dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam proses training. Pada penelitian ini menggunakan beberapa variabel input seperti : curah hujan, suhu, tekanan udara, kelembapan udara, dan kecepatan angin.

16 21 Pada layer kedua setiap node mempersentasikan persamaan fuzzy dari masingmasing variabel input. Fungsi keanggotaan fuzzy dapat ditambahkan untuk mendapatkan derajat keanggotaan pada setiap variabel input. Jumlah dan jenis fungsi keanggotaan tersebut dapat secara dinamis dimodifikasi. Pada layer ketiga setiap node berisi aturan-aturan yang dikembangkan melalui metode pembelajaran terawasi atau pembelajan tidak terawasi. Aturan di setiap node mempersentasikan prototype dari kumpulan data input-output dalam bentuk grafik sebagai hyper- spheres (nilai maximum dari fungsi keanggotaan) dari fuzzy input dan fuzzy output. Pada layer keempat dilakukan kuantisasi variabel fuzzy output. Kuantisasi adalah operasi pemotongan atau pembulatan nilai data dengan suatu presisi tertentu untuk mendapatkan nilai luas kurva. Pada layer ini masukan bobot fungsi penjumlahan untuk menghitung derajat keanggotaan yang mana vector output yang terhubung dengan input vector yang diberikan masing-masing fungsi keanggotaan output. Pada layer kelima mempersentasikan nilai dari variabel output. Di layer ini fungsi aktivasi linier digunakan untuk menghitung nilai defuzzifikasi variabel output Parameter Weighted Evolving Fuzzy Neural Network Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki beberapa parameter di dalam algoritmanya. Parameter-parameter tersebut digunakan sebagai batas kesalahan dalam melakukan pembelajaran, batas minimum dari sebuah fungsi aktivasi, dan control ukuran pada sebuah bobot. Parameter yang digunakan pada Weighted Evolving Fuzzy Neural Network adalah sebagai berikut (Kasabov, 2001): 1. Sensitive threshold (sthr) adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan nilai minimum aktivasi. Nilai sensitive threshold harus lebih besar dari 0 dan lebih kecil sama dengan 0,9. Apabila nilai sensitive threshold lebih besar dari 0,9 maka fungsi aktivasi akan menjadi chaotic dimana pola data akan semakin acak sehingga sulit untuk diprediksi. 2. Error threshold (errthr) adalah minimum nilai error sebagai batas kesalahan yang ditoleransi dalam proses pembelajaran.

17 22 3. Learning rate 1 (lr1) dan learning rate 2 (lr2) adalah parameter yang digunakan untuk mengontrol nilai bobot antara layer kedua dengan layer ketiga dan antara layer ketiga dengan layer ke empat. Nilai parameter learning rate lebih besar dari 0 dan lebih kecil sama dengan Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network yang digunakan untuk memprediksi data runtun waktu (Chann et al, 2006 ). 1. Melakukan fuzzifikasi terhadap data training menggunakan fungsi keanggotaan. Dimana : = indeks data. = data training ke. = jumlah data yang akan detraining. = hasil dari fuzzifikasi data ke. = fungsi keanggotaan. 2. Membangun rule node pertama r(1) untuk mempersentasi data yang pertama dan mengisi nilai bobot satu dan bobot dua. Dimana : = rule node = nilai bobot dari layer dua dan layer tiga = nilai bobot dari layer tiga dan layer empat target = fuzzy output vector 3. Lakukan pengulangan selama i <= N a. Menghitung normalized fuzzy local distance (D) diantara fuzzy input vector (inpf i ) dan fuzzy input vector yang berada di tempat penyimpanan sementara pada saat rule node (r j ), j=1 R, dimana R adalah nilai rule node pada saat ini. ( ) b. Menghitung nilai aktivasi ) dari rule node (r j ) dengan menggunakan fungsi radial basis (radbas).

18 23 ( ( )) c. Cari rule node (r j* ) yang memiliki nilai aktivasi tertinggi. d. Jika nila lebih besar dari sthr maka menuju langkah (e). Sebaliknya, jika nila lebih kecil dari sthr, maka: Ulangi dari langkah (a). e. Melakukan propagasi terhadap aktivasi dari rule node (r j* ) (2.15) f. Menghitung fuzzy ouput error. (2.16) g. Cari action node (k * ) dengan nilai aktivasi tertinggi dari A2. h. Jika Err(k * ) lebih kecil dari errthr atau r sama dengan i maka menuju ke langkah (i). Sebaliknya, jika Err(k * ) lebih besar dari errthr atau r tidak sama dengan i maka: (2.17) (2.18) Ulangi dari langkah (a). i. Mengubah bobot W1 dan W2. (2.19) (2.20) ( (2.22) 2.6 Penelitian Terdahulu Metode prediksi telah banyak dilakukan dengan berbagai cara baik dengan metode statistik maupun softcomputing. Metode-metode tersebut telah diimplementasikan untuk memprediksi berbagai hal, termasuk memprediksi curah hujan. Pada tahun 2010 Tresnawati, Nuraini, dan Hanggoro melakukan penelitian prediksi curah hujan dengan menggunaknan metode Kalman Filter dengan Prediktor SST NINO 3.4. Adapun langkah-langkah dari metode Kalman Filter dengan Prediktor SST NINO 3.4 (Tresnawati et al, 2010) adalah :

19 24 1. Memproses variabel model menggunakan SST NINO Memilih data terbaik dari data prediksi SST NINO Data divalidasi menggunakan 3 persamaan yaitu : ARMAX, BOX Jenkins (BJ), dan Out Error (OE). 4. Output prediksi berupa data pada persamaan terbaik berdasarkan nilai koefisien korelasi tertinggi. Pada tahun 2007 Linda melakukan penelitian prediksi curah hujan menggunakan metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Adapun langkah-langkah dari metode ANFIS (Linda, 2007) adalah : 1. Menentukan label lingualistik pada data input dan menjadi parameter premis. 2. Mempersentasikan kuat penyulutan dari sebuah aturan. 3. Mengkalkulasi rasio kuat penyulutan aturan ke-i dan jumlah kuat penyulutan semua. Output yang dihasilkan disebut penyulutan ternormalisasi. 4. Membuat kuat penyulutan ternormalisasi menjadi parameter konsekuen. 5. Menghitung output keseluruhan sebagai penjumlahan dari semua sinyal yang masuk. Pada tahun 2012 Rizki, Usadha, dan Widjajati melakukan penelitian prediksi curah hujan menggunakan metode Fuzzy Inference System. Adapun langkah-langkah dari Fuzzy Inference System (Rizki et al, 2012) adalah : 1. Membentuk variabel input dan variabel output. 2. Membentuk himpunan fuzzy pada data histori. 3. Membentuk himpunan semesta pembicaraan masing-masing variabel. 4. Menentukan fungsi keanggotaan tiap-tiap variabel. 5. Mengkombinasikan semua variabel input dengan menerapkan t-norm. 6. Membentuk basis aturan fuzzy. 7. Melakukan defuzzyfikasi terhadap output prediksi. 8. Validasi hasil prediksi menggunakan nilai Brier Score. Pada tahun 2007 Warsito dan Sumiyati melakukan penelitian prediksi curah hujan dengan menggunakan Feed-Forward Neural Network dengan Algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg-Marquard. Adapun langkah-langkah dari Feed-

20 25 Forward Neural Network dengan Algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg- Marquard (Warsito dan Sumiyati, 2007) adalah : 1. Inisialisasi bobot awal, Epoch 0, MSE 0 2. Menetapkan nilai maksimum Epoch dan Target Error. 3. Membuat kondisi pemberhentian. 4. Menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pelatihan. 5. Menggunakan fungsi line search untuk penampungan output sementara. 6. Menghitung perubahan bobot dan bias. 7. Mengulangi langkah keempat sampai kondisi pemberhentian terpenuhi. Pada tahun 2008 Warsito, Torno, dan Sugiharto melakukan penelitian prediksi curah hujan dengan menggunakan Model General Regression Neural Network. Adapun langkah-langkah dari Model General Regression Neural Network (Warsito et al, 2008) adalah : 1. Menentukan vector input berdasarkan terminology outoregresif. 2. Pada neuron pola mempersentasikan neuron pola i dan σ. 3. Pada neuron jumlahan output neuron pola ditambahkan. 4. Jumlah yang dihasilkan neuron jumlahan dikirim ke neuron output dan membentuk pembagian yang menghasilkan output prediksi. Dari beberapa penelitian terdahulu menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Adapun hasil yang telah dihasilkan peneliti terdahulu dirangkum pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Metode Penelitian Keterangan 1. Tresnawati, R et al 2010 Kalman Filter Dengan Prediktor SST NINO 3.4 Memprediksi curah hujan bulanan menghasilkan nilai koefisien korelasi mencapai 75%.

21 26 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No. Peneliti Tahun Metode Penelitian Keterangan 2. Linda 2007 Adaptive Neuro- Fuzzy Inference Systems (ANFIS) Memprediksi curah hujan menghasilkan nilai RMSE sebesar 0, dan reange of influence 0, Rizki, D.N et al 2012 Fuzzy Inference System Prediksi curah hujan di Surabaya Utara menghasilkan nilai keakuratan sebesar 77,68% 4. Warsito dan 2007 Feed-Forward Neural Menghasilkan nilai Sumiyati Network Menggunakan Algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg-Marquard mean square error (MSE) sebesar 1,8087% dan pada algoritma Levenberg-Marquardt menghasilkan nilai MSE sebesar 4,1123% 5. Warsito, B et al 2008 General Regression Neural Network memberikan prediksi insample yang lebih baik dari model ARIMA sedangkan prediksi outsample memberikan hasil berimbang dengan model ARIMA Berdasarkan penelitian sebelumnya penulis akan melakukan penelitian tentang prediksi curah hujan dengan menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN), dimana WEFuNN merupakan salah satu metode softcomputing yang memiliki struktur hybrid dari fuzzy inference system dan jaringan saraf tiruan yang mana didalam jaringannya menerapkan prinsip-prinsip evolving connectionist system (ECOS). Pada pelatihannya dilakukan pengkoneksian node-node berdasarkan data

22 27 sampel masukan. Dengan cara ini, WEFuNN dapat melakukan pelatihan secara online dan data sample dapat ditambah tanpa harus mengubah parameter pada WEFuNN (Kasabov, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini sudah mengalami perkembangan pesat. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ini menyebabkan timbulnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penerapan metode Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN) untuk prediksi harga sepeda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 31-40 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS DATA RUNTUN WAKTU DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo)

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) Ifan Wiranto, Wahab Musa, Wrastawa Ridwan Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pemahaman dari logika fuzzy dan data mining. Pada bab ini juga akan dijelaskan bagian-bagian yang perlu diketahui dalam logika fuzzy dan data mining, sehingga

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aplikasi Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno dalam Memperkirakan Produksi Air Mineral dalam Kemasan Oleh Suwandi NRP 1209201724 Dosen Pembimbing 1. Prof. Dr M. Isa Irawan, MT 2. Dr Imam Mukhlash, MT Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Niska Ramadani Dosen Universitas Dehasen Bengkulu niskaramadani@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan penduduk harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC)

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) 2. Himpunan Samar 2.. Himpunan Klasik dan Himpunan Samar Himpunan klasik merupakan himpunan dengan batasan yang tegas (crisp) (Jang, Sun, dan Mizutani, 24). Sebagai contoh :

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Intro Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan

Lebih terperinci

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Fuzzy Systems Fuzzy Logic Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Masalah: Pemberian beasiswa Misalkan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu aplikasi sistem cerdas yang paling sukses dan masih berkembang saat ini yaitu peramalan beban listrik. Peramalan beban listrik adalah suatu ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Nesi Syafitri. N Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 3,

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO Asrianda 1 asrianda@unimal.ac.id Abstrak Bertambahnya permintaan mahasiswa atas kebutuhan makan seharihari, berkembangnya usaha warung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas teori penunjang yang berhubungan dengan penerapan metode average-based fuzzy time series pada sistem peramalan jumlah penjualan distributor telur. 2.1 Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No. 3 (2016), hal ISSN: X

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 04, No. 3 (2016), hal ISSN: X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (Studi Kasus: Kota Pontianak) [1] Ruspina Ningsih, [2] Beni Irawan, [3] Fatma Agus Setyaningsih [1][3]

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) untuk prediksi Beban Daya

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab landasan teori bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai metode atau pun teori yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini, sehingga dapat membangun pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 6 November 2017 REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Anisa Citra Mutia, Aria Fajar Sundoro,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Untuk memehami cara rancang bangun pengontrol suhu dan kelembaban media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) dibutuhkan studi

Lebih terperinci

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI BAB 2 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan mengenai logika fuzzy yang digunakan, himpunan fuzzy, penalaran fuzzy dengan metode Sugeno, dan stereo vision. 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN Khairul Saleh Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara Jalan Universitas

Lebih terperinci

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI III.1 Teori Logika fuzzi III.1.1 Logika fuzzi Secara Umum Logika fuzzi adalah teori yang memetakan ruangan input ke ruang output dengan menggunakan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Definisi Sistem BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Definisi Sistem Menurut Mustakini (2009:34), Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Permintaan 2.1.1 Pengertian Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan perkiraan cuaca terutama curah hujan ini menjadi sangat penting untuk merencanakan segala aktifivitas mereka. Curah hujan juga memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB Sri Kusumadewi Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab Oleh: Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana Logika Fuzzy KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8 Entin Martiana 1 Kasus fuzzy dalam kehidupan sehari-hari Tinggi badan saya: Andi menilai bahwa tinggi badan saya termasuk tinggi Nina menilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY Digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan tunggal / crisp saat defuzzifikasi Penggunaan akan bergantung

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara

Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. 22) ISSN: 23-928X A-23 Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara Dynes Rizky Navianti, I Gusti Ngurah Rai Usadha, Farida Agustini

Lebih terperinci

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 016 ISSN : 085-418 Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas Nur Nafi iyah Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN Agung Saputra 1), Wisnu Broto 2), Ainil Syafitri 3) Prodi Elektro Fakultas Teknik Univ. Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta, 12640 Email: 1) agungsap2002@yahoo.com

Lebih terperinci

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO Ganjar Ramadhan Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email : ganjar.ramadhan05@yahoo.com

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY FUZZY EXPERT SYSTEM FUZZY INFERENCE SYSTEM FUZZY REASONING Toto Haryanto MATA KULIAH SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY Domain Masalah Fuzzifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir dan hipotesis yang mendasari penyelesaian permasalahan dalam prediksi biaya perkuliahan untuk jurusan Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh pada tahun 1965 yang merupakan guru besar di University of California Berkeley pada papernya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH 68 REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH Septiani Nur Hasanah 1, Nelly Indriani Widiastuti 2 Program Studi Teknik Informatika. Universitas Komputer Indonesia. Jl.

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA

PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA LOGO PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA Oleh: DYNES RIZKY NAVIANTI (1208100017) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia

T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia T 2 Aplikasi Model Neuro Fuzzy Untuk Prediksi Tingkat Inflasi Di Indonesia Aidatul Fitriah 1, Agus Maman Abadi 2 1) Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION

PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION (NEFCLASS) (STUDI KASUS: PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA, UNIVERSITAS TELKOM) Rita Rismala 1, Serli Fatriandini 2, Retno

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha Menggunakan Fuzzy Logic 1. Pendahuluan Jual beli motor merupakan suatu kegiatan transaksi yang mungkin sering kita temukan di kehidupan sehari-hari. Untuk

Lebih terperinci

Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara

Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara Penerapan Fuzzy Inference System pada Prediksi Curah Hujan di Surabaya Utara Dynes Rizky Navianti, Farida Agustini Widjajati, I Gusti Ngurah Rai Usadha Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari penulis sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Metode Penelitian

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

PENGARUH IPK DAN MOTIVASI DALAM MEMPREDIKSI KETEPATAN WAKTU KELULUSAN MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY

PENGARUH IPK DAN MOTIVASI DALAM MEMPREDIKSI KETEPATAN WAKTU KELULUSAN MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-4 Desember 2013 PENGARUH IPK DAN MOTIVASI DALAM MEMPREDIKSI KETEPATAN WAKTU KELULUSAN MAHASISWA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini. Secara garis besar teori penjelasan akan dimulai dari definisi logika fuzzy,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur

Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur Peningkatan Akurasi Dalam Prakiraan Beban Listrik Jangka Pendek Menggunakan Data Temperatur Imaad Al-Mutawakkil*, Dian Yayan Sukma** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Asrianda 1 Teknik Informatika Kampus Bukit Indah Lhokseumawe email : asrianda@unimal.ac.id ABSTRAK Bertambahnya permintaan

Lebih terperinci

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan Scientific Journal of Informatics Vol., No. 1, Mei 2016 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/inde.php/sji e-issn 2460-0040 Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan

Lebih terperinci

Analisis Rule Inferensi Mamdani dalam Menentukan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik ( PPA)

Analisis Rule Inferensi Mamdani dalam Menentukan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik ( PPA) Analisis Rule Inferensi Mamdani dalam Menentukan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik ( PPA) Khairul Saleh, M. Kom, Universitas Asahan; address, telp/fax of institution/affiliation Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Jurnal Elektro ELTEK Vol. 2, No. 1, April 2011 ISSN:

Jurnal Elektro ELTEK Vol. 2, No. 1, April 2011 ISSN: Perbandingan Penggunaan Metode Radial Basis Function Network () Dari Metode Fuzzy Neural Netwotk () Dalam Memperkirakan Beban Jangka Pendek di GI. Gondang Wetan Pasuruan Rory Asrial, Almizan Abdullah,

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) MODEL PENENTUAN GURU BERPRESTASI BERBASIS ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) Wanti Rahayu 1 1 Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI Email : 1 wanti.reiku@gmail.com Abstrak- Guru merupakan aspek

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Abstrak Vinsensius Rinda Resi - NIM : A11.2009.04645 Program Studi Teknik

Lebih terperinci