FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA. Oleh : Asti Istiqomah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA. Oleh : Asti Istiqomah"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA Oleh : Asti Istiqomah A PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA Oleh: Asti Istiqomah A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA Nama : ASTI ISTIQOMAH NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Tanti Novianti, SP, M.Si NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus:

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA ADALAH BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Mei 2008 ASTI ISTIQOMAH A

5 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Subang, 23 September 1986, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Drs. Dedi Rosadi dan Siti Imas Nurmas. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukamulya pada tahun 1992 sampai dengan Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SLTPN 1 Subang pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Subang pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI. Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisai Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) IPB dan anggota Badan Pengawas Himpunan Profesi Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum selama tiga semester mulai semester genap tahun ajaran 2006/2007. Bogor, Mei 2008 Penulis

6 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan Keunggulan Komparatif Nenas Indonesia di Pasar Malaysia. Penulisan skripsi ini sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia serta menganalisis bagaimana posisi daya saing atau keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat menjadi referensi dan informasi bagi semua pihak dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan ekspor nenas. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor Asti Istiqomah Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk, dan bimbingan-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Mama dan Papa yang sangat kusayangi atas doa dan dorongan kepada penulis tanpa pernah lelah. Maaf putrimu ini belum bahkan tidak mungkin bisa membalas apa yang telah diberikan kepadaku; 2. Ibu Tanti Novianti, SP, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 3. Bapak Dr.Ir. Harianto, MS. selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang skripsi yang telah memeberikan koreksi dan masukan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan maksimal; 4. Bapak A. Faroby Falatehan, SP, ME. sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini; 5. Saudara-saudaraku tercinta, Aa Kiki M.Iqbal, Aa Bambang M.Fajar, Adhi M. Rizal, Fairuzzabadi, Zaky, dan teh Wulan atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis; 6. Ibu Dr.Titi Kanti Lestari selaku Kasubdit Statistik Ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, atas bantuan informasi dan data yang diberikan kepada penulis; 7. Bapak Suhud dan Bapak Heru sebagai staf Subdirektorat Statistik Ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, yang telah memberikan informasi dan data kepada penulis;

8 8. Ibu Yuli dan Bapak Mesakh sebagai staf P2HP bagian Perdagangan Internasional, Departemen Pertanian, yang telah memberikan informasi kepada penulis; 9. Teman-teman sebimbingan, Rira, Wida, Ella, dan Jimmy atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis; 10. Temanku Rieka atas informasi berbagai tempat yang diberikan kepada penulis; 11. Sahabat-sahabatku, Rina, Riva, dan Susi atas semangat yang diberikan kepada penulis; 12. Rekan-rekan mahasiswa EPS 41, Nia, Wulan, Anti, Rahma, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu; 13. Teman-teman di Wisma Satelit 2 Bawah dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Semoga Allah SWT. membalas dan melimpahkan karunia-nya kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian. Amin. Bogor, Mei 2008

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang lingkup Penelitian... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Sejarah Singkat Manfaat Buah Nenas Sentra penanaman Penelitian terdahulu Penelitian Mengenai Nenas Penelitian Mengenai Ordinary Least Square (OLS) Penelitian Mengenai Keunggulan Komparatif Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Teori Penawaran Ekspor Konsep Keunggulan Komparatif Analisis Regresi Berganda Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis... 27

10 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Pengujian Model Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Uji F Uji t Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi dan Heteroskedastisitas Uji Normalitas Model Alternatif Revealed Comparative Advantage (RCA) Definisi Operasional BAB V. KERAGAAN EKONOMI NENAS 5.1 Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke ASEAN Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia ke ASEAN Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Malaysia Perkembangan Harga Domestik Nenas Indonesia Perkembangan Produksi Domestik Nenas Indonesia Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Lain Perkembangan Nilai Ekspor negara-negara Penghasil Nenas BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ekspor Nenas ke Malaysia Produksi Domestik... 55

11 6.1.2 Harga Domestik Harga Ekspor Nilai Tukar Rupiah Volume Ekspor Nenas ke Negara lain Volume Ekspor Nenas Pada Periode Sebelumnya Keunggulan Komparatif Nenas Indonesia di Pasar Malaysia BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 68

12 DAFTAR TABEL NO Halaman 1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Perkembangan Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun Perkembangan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun Perkembangan Ekspor Nenas ke Malaysia dan Singapura Jenis dan Sumber Data Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Lain Perkembangan Ekspor Negara-Negara Penghasil Nenas ke Malaysia Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Nilai RCA Empat Negara Produsen Nenas di Pasar Malaysia... 59

13 DAFTAR GAMBAR NO Halaman 1. Keseimbangan Dalam Perdagangan Internasional Skema Kerangka Pemikiran Operasional Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun Grafik Harga Domestik Nenas Indonesia Tahun Grafik Produksi Nenas Indonesia Tahun Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Tahun

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke-21, blok-blok perdagangan menjadi trend dari kerjasama regional antar negara. Kerjasama regional bermunculan seperti APEC (Asia- Pacific Economic Cooperation) di kawasan Asia Pasifik, ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara dan ASEAN Cina Free Trade Area (ACFTA) di kawasan Asia Tenggara dan Cina. Perdagangan bebas AFTA merupakan bentuk kerjasama perdagangan antar negara-negara anggota ASEAN yang dibentuk pada tahun Pembentukan AFTA bertujuan untuk meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif dan mencari area baru untuk meningkatkan volume perdagangan. Kesepakatan berupa penurunan tarif secara bertahap yang dimulai tahun 2003 untuk semua produk termasuk komoditi pertanian, yaitu berkisar 0-5 persen. Sejak diberlakukannya AFTA pada tahun 2003, banyak pendapat bermunculan baik pro maupun kontra. Pendapat kontra mengatakan bahwa AFTA tidak akan memberikan dampak positif secara signifikan terhadap pendapatan dan perdagangan negara-negara anggotanya. Hal tersebut terjadi karena kenaikan ekspor akibat penerapan AFTA tidak akan sebesar kenaikan impor. Menurut Hutabarat (2005), penerapan perdagangan bebas AFTA tidak memberikan arti penting bagi kinerja perdagangan Indonesia. Begitu pula menurut prediksi Philippines Institute of Development Studies dalam Halwani (2002), Indonesia

15 akan mengalami defisit dalam neraca perdagangan akibat AFTA, dengan ekspor diperkirakan naik 14,5 persen sementara impor naik 27 persen (Anggraeni, 2004). Sementara, berdasarkan teori perdagangan bebas, adanya perdagangan bebas akan memberikan dampak positif yang besar bagi negara-negara yang melakukannya. Dampak positif tersebut disebabkan semakin terbukanya pasar ekspor dengan diturunkannya hambatan tarif. Demikian pula, adanya perdagangan bebas AFTA seharusnya akan memberikan dampak positif bagi negara-negara ASEAN karena peluang ekspor yang semakin terbuka dengan adanya penurunan tarif. Indonesia sebagai negara produsen produk pertanian tentunya memandang AFTA merupakan peluang besar bagi kegiatan ekspor produk pertanian. Di sisi lain dengan diterapkannya AFTA merupakan tantangan untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai keunggulan kompetitif atau komparatif. Sehingga dalam menghadapi liberalisasi perdagangan AFTA diperlukan dukungan dari pemerintah. Dukungan pemerintah dalam menghadapi AFTA antara lain diberikan kepada sektor pertanian yang berorientasi ekspor. Hortikultura merupakan salah satu sub-sektor dari sektor pertanian yang dapat dikembangkan. Salah satu komoditas hortikultura yang mengalami perkembangan pesat adalah buah-buahan. Buah-buahan memiliki share yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 51 persen pada tahun Buah-buahan memiliki share terhadap Pendapatan Domestik Bruto paling besar pada tiap tahunnya dibandingkan komoditas hortikultura lainnya. Perkembangan share buah-buahan terhadap Pendapatan Domestik Bruto dapat dilihat pada Tabel 1.

16 Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Komoditas PDB (Rp Milyar) Buah-buahan (54%) (54%) (57%) (53%) (55%) (52%) Sayuran (37%) (37%) (35%) (38%) (36%) (37%) Biofarmaka 364 (1%) 383 (1%) 384 (1%) 423 (1%) 534 (1%) (4%) Tanaman Hias (8%) (8%) (7%) (8%) (8%) (7%) Hortikultura (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2006 Permintaan buah-buahan juga akan terus meningkat yang diindikasikan dengan adanya peningkatan konsumsi per kapita. Konsumsi per kapita buahbuahan terus mengalami peningkatan dari tahun 1999 hingga tahun Pada tahun 2005 konsumsi buah-buahan yaitu sebesar 31,57 kilogram per kapita (Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2006). Peningkatan tersebut disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pengetahuan akan gizi, dan meningkatnya PDB riil. Pada tahun 2005, PDB riil mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,99 juta dari sebelumnya 7,67 juta pada tahun 2004 dan 7,39 juta pada tahun 2003 (BPS, 2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar buah-buahan Indonesia masih terbuka lebar baik bagi pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Nenas merupakan salah satu buah-buahan unggulan ekspor Indonesia. Nenas termasuk buah eksotik yaitu buah-buahan khas daerah tropis. Di Indonesia, produksi nenas mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun Pada periode tahun produksi rata-rata nenas Indonesia meningkat sebesar 16,83 persen per tahun. Tingkat produksi nenas juga cukup besar dibandingkan buah unggulan lain yang memiliki luas panen yang lebih besar karena potensi

17 wilayah Indonesia yang cocok untuk pertumbuhan nenas. Perkembangan produksi buah nenas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun Komoditas Produksi (Ton) Nenas Manggis Pisang Mangga Jeruk Pepaya Durian Alpukat Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2006 Tingkat produksi nenas yang besar menyebabkan nenas berpotensi untuk dikembangkan dan dijadikan komoditi andalan ekspor. Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa volume ekspor nenas mengalami fluktuasi dimana pada pada tahun 2002 ekspor nenas meningkat tajam dan menurun kembali pada tahun Pada tahun selanjutnya volume ekspor nenas meningkat, akan tetapi kembali menurun pada tahun Peningkatan eskpor diduga terjadi akibat terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mendorong peningkatan volume ekspor sedangkan penurunan volume ekspor diduga karena semakin lemahnya daya saing nenas Indonesia baik dalam harga maupun kualitas. Volume ekspor nenas menempati peringkat empat volume ekspor buah Indonesia terbesar. Meskipun ekspor nenas berada pada peringkat empat, namun volume ekspor nenas pernah berada pada peringkat kedua terbesar setelah manggis pada tahun 2004 dengan volume ekspor sebesar kilogram. Hal tersebut menunjukkan bahwa nenas merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi ekspor dengan didukung tingkat produksi yang terus mengalami peningkatan.

18 Tabel 3. Perkembangan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun Komoditas Volume Ekspor (Kilogram) Manggis Nenas Pisang Mangga Jeruk Pepaya Alpukat Sumber : Departemen Pertanian, 2007 Malaysia adalah negara tujuan ekspor nenas Indonesia terbesar di kawasan ASEAN. Di pasar Malaysia persaingan akan nenas semakin tajam. Persaingan yang semakin tajam terlihat dari semakin banyaknya produsen-produsen nenas dari negara-negara lain. Adanya permasalahan dalam ekspor nenas berkaitan langsung dengan daya saing nenas di pasar Malaysia. Saat ini daya saing di pasar Malaysia masih diragukan meskipun tingkat produksi nenas tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. 1.2 Perumusan Masalah Negara tujuan ekspor nenas Indonesia ke kawasan ASEAN terbesar yaitu Malaysia dengan rata-rata volume ekspor sebesar kilogram. Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia sangat berfluktuasi dari tahun 1999 hingga tahun Pada tahun 2004, volume ekspor nenas ke Malaysia meningkat tajam yaitu sebesar kilogram. Tahun 2004 merupakan tahun ekspor nenas tertinggi selama periode Namun, pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun secara drastis menjadi kilogram. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia. Padahal Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk mengekspor buah nenas. Potensi ekspor

19 nenas didukung juga dengan tingkat produksi yang semakin meningkat. Peningkatan eskpor diduga terjadi akibat terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mendorong peningkatan volume ekspor sedangkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia yang terus mengalami penurunan diduga akibat diberlakukannya AFTA. Pada saat diberlakukannya penghapusan tarif 0-5 persen, Indonesia kalah bersaing dengan negara lain di kawasan ASEAN, seperti Thailand, Philipina dan Singapura yang juga merupakan negara pengekspor nenas. Perkembangan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan Singapura Tahun Tahun Volume Ekspor (Kilogram) Malaysia Singapura Rata-rata/tahun Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Adanya peluang yang besar dalam pasar Malaysia terutama setelah diberlakukannya AFTA serta potensi alam yang mendukung produksi nenas ternyata belum dimanfaatkan oleh Indonesia. Belum dimanfaatkannya peluang pasar serta potensi alam terlihat dari masih tertinggalnya Indonesia dalam merebut peluang pasar Malaysia. Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan mengapa volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia tidak meningkat sementara tingkat produksinya terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.

20 Berdasarkan data-data yang telah disajikan dari uraian sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia? 2. Bagaimana keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia; 2. menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi pengambil keputusan terutama pemerintah dan para eksportir nenas, dapat dijadikan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. 2. Bagi pembaca yaitu sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis yaitu meningkatkan kemampuan menganalisa suatu permasalahan dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.

21 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini ialah membahas faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Faktor internal yang dikaji terdiri dari produksi nenas, harga domestik, volume ekspor ke negara lain, dan volume ekspor pada periode sebelumnya, sedangkan faktor eksternal terdiri dari harga ekspor dan nilai tukar mata uang.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Sejarah Singkat Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Philipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Klasifikasi tanaman nenas adalah: 1. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) 2. Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) 3. Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup) 4. Ordo : Farinosae (Bromeliales) 5. Famili : Bromiliaceae 6. Genus : Ananas 7. Species : Ananas comosus (L) Merr 2.2 Manfaat Nenas Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah buahnya. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nenas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nenas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nenas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga

23 Berencana. Buah nenas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nenas. Kulit buah nenas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak. 2.3 Sentra Penanaman Penanaman nenas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nenas ditanam di negara-negara Thailand, Philipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa mendatang sangat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan nenas dalam skala yang lebih luas dari tahuntahun sebelumnya. Luas panen nenas di Indonesia ± hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional ( hektar). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian Mengenai Nenas Pada tahun 2006, Kesuma mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia dengan menggunakan data panel dari tahun 1996 sampai tahun Hasil analisis dengan metode fixed effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor nenas segar Indonesia adalah : harga ekspor, produksi nenas, pendapatan per kapita negara-negara tujuan ekspor dan volume ekspor nenas segar tahun sebelumnya, sedangkan peubah nilai tukar mata uang di tiap negara tujuan ekspor

24 tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor nenas segar Indonesia. Berdasarkan hasil analisis elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang dari faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor nenas segar Indonesia, didapat bahwa tanda koefisien elastisitas tidak berubah baik pada jangka panjang maupun jangka pendek pada semua variabel. Penelitian mengenai ekspor nenas Indonesia dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) pernah dilakukan oleh Novansi pada tahun Data yang digunakan penelitian ini berupa data time series bulanan periode Januari 2002-Juni Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi volume ekspor nenas ke Amerika Serikat adalah volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik. Sementara itu, harga ekspor, nilai tukar rupiah, dan volume ekspor ke negara lain tidak berpengaruh secara nyata Penelitian Mengenai Ordinary Least Square (OLS) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pisang (Musa paradisiaca) pernah dilakukan oleh Marhaeni (2007) dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani secara nyata adalah luas lahan total yang dikuasai oleh petani, luas lahan yang ditanami pisang, tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani non pisang dan pendapatan usahatani non pisang. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 70,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 70,6 persen variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak

25 bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT. Perkebunan Nusantara VIII dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang ditulis oleh Resmisari (2006), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN VIII ke tiga negara tujuan utama yaitu Pakistan, Inggris, dan Rusia. Hasil analisis memberikan kesimpulan bahwa ekspor teh PTPN VIII ke negara Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh variabel harga ekspor periode t, harga ekspor periode t-1, harga teh domestik periode t, harga teh domestik periode t-1, harga kopi periode t, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor, dan nilai tukar negara tujuan terhadap dollar. Sementara itu, variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh PTPN VIII ke negara Inggris adalah harga ekspor periode t, harga teh domestik periode t, harga teh domestik periode t-1, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor, dan nilai tukar pondsterling terhadap dollar. Sedangkan, ekspor teh PTPN VIII ke negara Rusia dipengaruhi secara nyata oleh variabel harga ekspor periode t, harga ekspor periode t-1, dan lag ekspor. Arleen (2006) dengan alat analisis yang sama yaitu metode Ordinary Least Square (OLS), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia. Perubahan volume ekspor kakao Indonesia dapat dijelaskan oleh ketersediaan produk, harga domestik kakao, harga dunia kakao, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Unsur-unsur tersebut dapat menjelaskan dengan baik fungsi ekspor kakao Indonesia dengan koefisien determinasi R 2 sebesar 86,5 persen.

26 2.4.3 Penelitian Mengenai Keunggulan Komparatif Pada tahun 2008, Firdaus dan Ahmad Heri melakukan penelitian mengenai daya saing industri tekstil dan produk tekstil Indonesia dan China di pasar Amerika Serikat. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa time series dari tahun Keunggulan komparatif dianalisis dengan formula Herfindahl Index, rasio konsentrasi dan Revealed Comparative Advantage (RCA), sedangkan keunggulan kompetitif dianalisis dengan Teori Berlian Porter (Porter s Diamond Theory). Hasil penelitian mengemukakan bahwa dari segi komparatif daya saing komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding Cina. Tingginya daya saing Indonesia disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Namun, untuk komoditi kain dan benang, Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berkurang dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Geo Sandy (2007) melakukan penelitian tentang daya saing komoditas nenas dan pisang Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan analisis Herfindal Index dan Rasio Konsentrasi, struktur pasar yang dihadapi dalam perdagangan nenas dan pisang adalah struktur pasar persaingan oligopoli. Sementara, berdasarkan hasil analisis nilai Revealed Comparative Advantage (RCA), Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dan pisang di pasar internasional karena nilai RCA kedua komoditas tersebut masih di bawah satu.

27 Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yaitu menggunakan teori Berlian Porter yang dilakukan oleh Geo Sandy, diketahui kondisi internal dan eksternal pengusahaan nenas dan pisang. Kondisi internal komoditas nenas dan pisang Indonesia antara lain : Indonesia memiliki keunggulan sumberdaya alam, namun masih kekurangan sumberdaya manusia, masalah permodalan, belum sepenuhnya melakukan penerapan teknologi, dan kondisi infrastruktur yang belum memadai. Sementara, kondisi eksternal komoditas nenas dan pisang antara lain : peranan pemerintah yang telah mengeluarkan varietas unggulan nenas dan pisang serta menetapkan wilayah andalan produksi nenas dan pisang. Peranan peluang yang ada yaitu negara Singapura, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Belanda, dan Australia yang telah menjadi tujuan ekspor nenas Indonesia. Penelitian mengenai daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional yang ditulis oleh Anissa (2006), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan besarnya pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan merupakan data panel yang merupakan kombinasi antara data time series dan cross section dari tahun Hasil analisis memberikan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia berdasarkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah produksi teh hitam Indonesia dan jumlah konsumsi teh hitam di dalam negeri. Hasil pengolahan data tersebut mencerminkan kondisi nyata daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional dimana Indonesia sebagai salah satu negara produsen teh hitam terbesar di dunia tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan seringkali memperoleh tingkat harga yang lebih rendah daripada harga teh hitam negara produsen lain seperti Sri Lanka maupun India.

28 2.2 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu mengenai ekspor nenas oleh Kesuma pada tahun 2005, tidak memasukan variabel volume ekspor ke negara lain. Pada penelitian ini, dimasukkan variabel volume ekspor ke negara lain pada analisis faktor -faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Pada penelitian terdahulu mengenai ekspor nenas Indonesia umumnya menggunakan data panel. Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan data time series triwulan. Sementara, perbedaan penelitian ini dengan penelitian ekspor nenas sebelumnya oleh Novansi pada tahun 2006, yaitu memasukkan variabel produksi pada penelitian ini. Selain itu, pada penelitian ini juga juga sekaligus menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia.

29 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional sudah ada pada jaman merkantilis sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 di Eropa. Argumen mereka menyatakan bahwa kepentingan masing-masing negara dapat dipenuhi melalui upaya mendorong ekspor ke negara lain dan menghambat impor. Kaum merkantilis berpandangan bahwa suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain. Namun, setelah akhir abad ke-18, pandangan tersebut digantikan oleh perdagangan bebas yang menyatakan bahwa kepentingan suatu bangsa dan kepentingan dunia akan lebih baik bila dilayani dengan cara membiarkan orang-orang melakukan perdagangan seperti yang mereka inginkan. Dari sisi penawaran, perdagangan didasari oleh perbedaan dalam biaya komparatif. Apabila suatu negara lebih efisien dari negara lain apabila diukur oleh output per unit input dalam memproduksi suatu komoditi yang dihasilkan; atau apabila sama-sama tidak lebih efisien pada setiap komoditi, maka dasar untuk melakukan perdagangan akan tercipta. Hukum keunggulan komparatif ini pertama kali diperkenalkan oleh David Ricardo pada awal abad 19. Perdagangan internasional muncul karena ada beberapa hal yang mendorongnya. Adapun alasan yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional yaitu adanya keterbatasan sumberdaya dan teknologi. Adanya perbedaan permintaan dan penawaran, ikut menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Berdasarkan teori Heckser-Ohlin terdapat perbedaan opportunity

30 cost suatu komoditi antar komoditi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Menurut Heckser-Ohlin, sebuah negara akan mengekspor komoditi yang padat faktor produksi yang ketersediaannya di negara tersebut melimpah dan murah, sedangkan di sisi lain, suatu negara akan mengimpor komoditi yang padat dengan faktor produksi yang di negaranya merupakan faktor produksi langka dan mahal. Perdagangan antar dua negara yang didasari perbedaan permintaan dan penawaran suatu komoditas dapat dilihat pada Gambar 1. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, dimana masing-masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda. D A dan S A untuk negara A sedangkan D B dan S B untuk negara B. Negara A Negara B Px/Py Px/Py Px/Py P B P* P A Ekspor E A D A S A S* S B E* D* Impor E B D B 0 X 0 X 0 Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional X Pada kondisi autarki, keseimbangan negara A berada di titik E A dengan harga keseimbangan tersebut sebesar P A. Pada negara B, titik keseimbangan terjadi di titik E B dengan tingkat harga P B. Kondisi ini terjadi dengan mengambil asumsi bahwa harga domestik di negara A lebih rendah dibandingkan dengan harga di negara B (P A < P B ). Pada kondisi harga di atas P A, di negara A mengalami

31 peningkatan penawaran dan berada di atas tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran suatu komoditas (excess supply) di negara A. Sementara, bila harga berada di bawah P B maka negara B akan mengalami kenaikan tingkat permintaan karena konsumen akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih murah. Hal tersebut mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran (excess demand) di negara B. Pada saat berlangsung perdagangan bebas antara negara A dan negara B dengan tingkat harga P*, asumsi tidak ada biaya transportasi, maka negara A akan mengekspor kelebihan penawarannya. Sementara, negara B akan mengimpor untuk menutupi kekurangan penawarannya dari negara A. Adanya hubungan perdagangan bebas ini akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E*. Pada tingkat keseimbangan tersebut, kuantitas ekspor yang ditawarkan negara A sama dengan kuantitas impor yang diminta negara B Teori Penawaran Ekspor Penawaran suatu komoditi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan dalam negeri, permintaan luar negeri, dan stok untuk periode yang akan datang. Secara umum, penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara adalah selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik ditambah stok pada periode waktu yang lalu. Secara matematis hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : X t = Q t C t + S t-1

32 Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Besarnya produksi pada periode waktu t (Q t ) ditentukan oleh beberapa faktor yaitu luas areal tanam (A t ), iklim/curah hujan (RF t ), penggunaan teknologi/produktivitas (PV t ) dan harga domestik pada periode waktu sebelumnya (P t-1 ). Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka persamaan produksi adalah sebagai berikut : Q t = f ( A t, RF t, PV t, P t-1 ) Sementara besarnya konsumsi (C t ) dipengaruhi oleh harga domestik (P t ), harga barang substitusi (PS t ), jumlah penduduk (N t ), pendapatan per kapita (YP t ) dan selera/konsumsi per kapita (CP t ). Dengan demikian maka persamaan konsumsi adalah sebagai berikut : C t = f (P t, PS t, N t, YP t, CP t ) Faktor lain yaitu stok pada periode waktu lalu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga domestik (P t ) dan kapasitas gudang (SC t ). Sehingga persamaan stok dapat dirumuskan sebagai berikut : S t-1 = f (P t, SC t ) Selain faktor-faktor yang berpengaruh di dalam negeri tersebut, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar negeri seperti nilai tukar (ER t ), harga ekspor (PE t ) dan kebijakan yang menyangkut ekspor suatu komoditi sebagai dummy kebijakan (D t ), tarif impor di negara tujuan (TIT t ), selera/konsumsi perkapita rata-rata negara tujuan (CPA t ) dan pendapatan per kapita negara tujuan (YPA t ).

33 Dari penjelasan di atas, maka persamaan penawaran ekspor (X t ) dapat dinyatakan sebagai berikut : X t = f(a t,rf t, PV t, P t-1, P t, PS t, N t, YP t, CP t, SC t, ER t, PE t, D t,tit t, CPA t, YPA t ) Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat suatu model dasar ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Beberapa variabel yang telah diterangkan dalam model dihilangkan karena diduga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang sulit diduga atau diukur karena ketersediaan data yang diperlukan. Beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam analisis yaitu : 1. Harga nenas pada periode waktu lalu (P t-1 ) Pada penelitian ini pengaruh harga pada periode waktu lalu dikeluarkan dalam persamaan ekspor karena produksi nenas setiap periodenya habis untuk diekspor dan memenuhi kebutuhan domestik. Dengan demikian harga nenas pada periode waktu lalu tidak mempengaruhi produksi pada saat ini. 2. Kapasitas Gudang (SC t ) Karena pada periode waktu sebelumnya stok nilainya nol, maka variabel yang mempengaruhi stok yaitu kapasitas gudang (SC t ) dikeluarkan dari fungsi ekspor. 3. Luas Areal Tanam (A t ) dan Teknologi (PV t ) Karena dalam produksi nenas dapat dilihat dari produktivitas nenas, sedangkan nilai produktivitas diperoleh dengan membagi produksi (Q t ) dengan luas areal tanam (A t ), maka dalam hal ini produksi merupakan perkalian antara produktivitas dengan luas areal tanamnya. Oleh karena itu, produksi (Q t ) dapat mewakili variabel luas areal tanam dan teknologi.

34 4. Iklim/curah hujan (RF t ) Iklim/curah hujan merupakan faktor yang sangat sulit untuk dikuantifikasikan sehingga dikeluarkan dalam fungsi ekspor. 5. Harga Barang Substitusi (PS t ) Setiap kosumen buah-buahan memiliki selera yang berbeda dalam memilih jenis buah yang akan dikonsumsi. Sehingga sulit untuk menentukan substitusi suatu jenis buah tertentu. Dengan demikian variabel harga barang substitusi dikeluarkan. 6. Tarif Impor Negara tujuan ekspor (TIT t ) Tarif impor negara tujuan ekspor dikeluarkan dalam model karena relatif tetap, perubahan hanya terjadi pada saat diberlakukannya AFTA. Dari uraian-uraian di atas, maka fungsi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dapat dirumuskan menjadi : X t = f(q t, P t, PE t, ER t, XO t, XB, µ t ) Keterangan : X t Q t P t PE t ER t XO t XB = volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia = produksi domestik nenas Indonesia = harga domestik nenas riil = harga ekspor nenas Indonesia ke Malaysia = nilai tukar rupiah terhadap dollar = volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain = volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya Dimana µt adalah faktor-faktor lain yang diperkirakan pengaruhnya sangat kecil dan dapat diabaikan.

35 3.1.3 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel dependen) pada satu atau lebih variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel yang menjelaskan (variabel dependen). Model regresi yang terdiri dari lebih satu variabel independen disebut model regresi berganda (Gujarati, 1991). Pendekatan yang paling umum dalam menentukan garis paling cocok disebut sebagai metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). OLS digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur ke arah vertikal Y. Intersep dan slope dapat diperoleh dengan menggunakan OLS sehingga didapatkan garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik. Evaluasi model untuk mengetahui apakah model sudah baik atau belum dapat dilakukan dengan pengujian secara statistik. Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R 2, F hitung, dan t hitung. Ukuran tersebut digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh secara keseluruhan. Keterkaitan antar variabel bebas atau disebut multikolinearitas dapat terjadi dalam model regresi berganda. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana variabel independen pada regresi berganda saling berhubungan erat. Masalah autokorelasi dalam analisis regresi juga dapat timbul. Autokorelasi muncul ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin

36 Watson. Selain autokorelasi, masalah heteroskedastisitas juga dapat muncul dalam analisis regresi berganda yaitu varians cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varians terkecil. Akibatnya hasil yang diperoleh tidak valid. Pengujian masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity Konsep Keunggulan Komparatif Konsep daya saing dalam perdagangan internasional terkait dengan keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditas atau kemampuan suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditas ataupun kemampuan suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditas tersebut secara efisien daripada negara lain. Terdapat dua konsep daya saing atau keunggulan yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial yang berarti dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali sedangkan keunggulan kompetitif digunakan untuk mengukur daya saing kegiatan ekonomi (produksi) pada kondisi perekonomian aktual (Kuncoro dalam Ernawati, 2007). Konsep keunggulan komparatif menyatakan bahwa sekalipun sebuah negara mengalami kerugian absolut dalam memproduksi suatu komoditas apabila dibandingkan dengan negara lain, tetapi perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung di antara kedua negara. Salah satu negara harus berspesialisasi dalam produksi dengan mengekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang kecil, maka dari komoditas tersebut negara akan mempunyai keunggulan komparatif. Sebaliknya negara akan mengimpor

37 komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar, dimana komoditas ini memiliki kerugian komparatif. Keunggulan komparatif suatu komoditas diukur berdasarkan harga bayangan (shadow price) atau berdasarkan analisis ekonomi yang akan menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi sesungguhnya dari unsur biaya maupun hasil. Analisis ekonomi menilai suatu proyek atau aktivitas ekonomi atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa memperhatikan siapa yang menyumbang dan menerima manfaat tersebut. Dengan demikian, suatu komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif menunjukkan bahwa kegiatan atau proses dalam menghasilkan komoditas tersebut efisien secara ekonomi. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Oleh karena itu, konsep keunggulan komparatif tidak dapat dipakai untuk mengukur daya saing suatu kegiatan produksi pada perekonomian aktual (Salvatore, 1997). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Penerapan liberalisasi perdagangan AFTA merupakan konsekuensi yang harus diterima pemerintah Indonesia sebagai negara anggota ASEAN. Dengan adanya AFTA, peluang Indonesia untuk ekspor semakin besar sekaligus menghadapi persaingan yang lebih ketat karena diterapkannya tarif 0-5 persen dan dihapuskannya hambatan non-tarif sejak tahun Nenas merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi ekspor karena produksinya yang terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, volume ekspor nenas dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun drastis.

38 Penurunan ekspor diduga Indonesia kalah bersaing terutama dalam harga dan kualitas dengan negara pengekspor nenas lainnya seperti Thailand, Philipina, dan Singapura. Malaysia merupakan negara tujuan ekspor nenas Indonesia terbesar di kawasan ASEAN. Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia, sangat berfluktuasi dari tahun 1999 hingga tahun Pada tahun 2004, volume ekspor nenas ke Malaysia meningkat tajam yaitu sebesar kilogram, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun ekspor nenas tertinggi selama periode Namun, pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun secara drastis menjadi kilogram. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia. Fluktuasi ekspor diduga terjadi akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti produksi nenas domestik, harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain, dan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya. Penurunan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga disebabkan peningkatan harga domestik, harga ekspor, apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor ke negara lain. Sementara dengan adanya peningkatan produksi domestik, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya menyebabkan peningkatan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia dan menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia. Variabel-

39 variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori dan hasil rujukanrujukan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah time series triwulan, mulai triwulan satu tahun 1998 sampai triwulan empat tahun Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan tunggal. Persamaan penelitian ini yaitu persamaan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah didapatkan hasil estimasi dilakukan pengujian model ekonomi dan kriteria statistik agar hasil estimasi dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah dependennya. Pengujian yang dilakukan adalah uji multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedatisitas, dan normalitas. Sementara itu, keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia dianalisis dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun pelaku eksportir nenas dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan ekspor nenas ke Malaysia. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.

40 Liberalisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2003 Tingkat produksi terus meningkat, tetapi volume ekspor nenas ke Malaysia berfluktuasi Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia 1. Produksi (+) 2. Harga nenas domestik riil (-) 3. Harga ekpor(+) 4. Nilai tukar Rp (+) 5. Vol.ekspor ke Negara lain (-) 6. Volume ekspor pada periode sebelumnya (+) Menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia Revealed Comparative Advantage (RCA) Daya saing nenas di pasar Malaysia Ordinary Least Square (OLS) Pengujian model dan hipotesis Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia Upaya peningkatan Ekspor nenas Indonesia ke Malaysia Gambar 2. Skema kerangka Pemikiran Operasional Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional

41 3.3 Hipotesis Berdasarkan studi penelitian terdahulu maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Produksi domestik (Q t ) Produksi nenas domestik mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dan berhubungan positif. Jika produksi nenas domestik meningkat maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat. 2. Harga domestik riil (P t ) Harga nenas domestik riil dengan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga berhubungan negatif. Artinya, jika terjadi kenaikan harga domestik riil maka ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun. 3. Harga ekspor (PE t ) Ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dipengaruhi oleh harga ekspor, dimana hubungan keduanya positif. Jika terjadi kenaikan harga ekspor nenas maka ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat dan sebaliknya. 4. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ER t ) Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berhubungan positif dengan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Jika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika maka volume ekspor ke Indonesia Malaysia akan meningkat. 5. Volume Ekspor nenas ke negara lain (XO t )

42 Volume ekspor nenas ke negara lain mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dan berhubungan negatif. Jika volume ekspor nenas ke negara lain meningkat maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun. 6. Volume Ekspor Nenas ke Malaysia pada periode sebelumnya (XB) Volume Ekspor Nenas ke Malaysia pada periode sebelumnya berhubungan positif dengan ekspor nenas ke Malaysia. Jika terjadi peningkatan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat.

43 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan ruang lingkup yang diteliti adalah Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, mulai bulan Januari 2008 sampai Maret Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series triwulan, selama periode triwulan satu tahun 1998 sampai dengan triwulan empat tahun Data yang digunakan dalam penelitian ini dan sumbernya dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Jenis Data Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan ke negara lain Produksi Domestik Nenas Harga Domestik Nenas Harga Ekspor Nenas Nilai Tukar Rupiah Nilai ekspor negara-negara penghasil nenas ke Malaysia Sumber Data Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia adalah metode kuantitatif dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA. Oleh : Asti Istiqomah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA. Oleh : Asti Istiqomah FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA Oleh : Asti Istiqomah A14304011 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh : Barirah Marlinda A

ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh : Barirah Marlinda A ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : Barirah Marlinda A14304016 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN BARIRAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H

ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA. Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H ANALISIS DAYA SAING BUAH-BUAHAN TROPIS INDONESIA Oleh WINA YUDPI MUDJAYANI H14102097 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN WINA YUDPI MUDJAYANI.

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas Dayasaing sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu industri karena dayasaing merupakan kemampuan suatu

Lebih terperinci

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A

PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA. Oleh: Taufan S Nusantara A PERAMALAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BUAH INDONESIA Oleh: Taufan S Nusantara A14103703 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A14303077 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A14301041 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN 6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN Analisis regresi berganda dengan metode OLS didasarkan pada beberapa asumsi yang harus

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG » Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 1 No. 1, 2009 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan sumber vitamin A, C, serat, dan mineral yang sangat berguna sebagai zat pengatur tubuh manusia. Vitamin dan mineral yang banyak terkandung dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A14302003 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci