BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOSTUM KABUKI. membentuknya, yaitu: 1. lagu, 2. tarian, 3. peran /keahlian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOSTUM KABUKI. membentuknya, yaitu: 1. lagu, 2. tarian, 3. peran /keahlian."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOSTUM KABUKI 2.1. Unsur-unsur Drama Kabuki Dilihat dari kata yang membentuk kata Kabuki, ada tiga unsur yang membentuknya, yaitu: 1. lagu, 2. tarian, 3. peran /keahlian. Dari penggalan kata tersebut dapat dikatakan bahwa Kabuki adalah paduan dari nyanyian, tarian, dan seni peran yang menjadi satu kesatuan yang melengkapi, sehingga terciptalah suatu pertunjukan yang indah (Nakamura, 1990:20). Selain ketiga unsur pokok yang membentuk kata Kabuki tersebut masih terdapat unsur-unsur penting lainnya yang mempunyai peranan penting dalam pertunjukan Kabuki, yaitu: kostum, tata rias, musik dan tarian, panggung, asisten panggung, dialog serta aktor Pameran Kabuki Dalam setiap pementasan drama pameran atau aktor adalah manusiamanusia yang diciptakan oleh pengarang. Mereka adalah tokoh imajinasi. Pameran atau aktor adalah manusia-manusia bukan boneka-boneka pengarang, karena itu ia haruslah seperti manusia yang terjadi dari darah dan daging dengan perasaan, kemauan, nafsu-nafsu, kwalitas mental sendiri, yang hidup dalam suatu lingkungan manusia.

2 Demikian juga dalam pertunjukan Kabuki, bagi penonton Kabuki atraksi utama adalah pemain, bukan plot atau kebenaran teks asli. Mereka datang melihat aktor favorit mereka dalam adegan terkenal. Kuatnya suatu cerita tidak terlepas dari peran serta karakter para pemainnya. Dengan kata lain, para aktor adalah tulang punggung dari suatu pementasan drama. Dengan pemilihan aktor yang tepat dan berpengalaman, maka dapat dimungkinkan terciptanya suatu pementasan yang bermutu. Dengan memahami kehebatan dan keindahan peran dan juga karakter yang dibawakan oleh para aktor, penonton akan lebih mudah memahami inti dari suatu cerita yang disampaikan. Oleh karena itu keberhasilan dari suatu pertunjukan teater, tidak hanya bergantung dari nama besar sutradara, isi cerita yang dimainkan, tetapi juga para pemainnya dalam menjalankan peran yang dimainkannya. Salah satu keluarga yang memegang peranan penting dalam memerankan peran-peran dalam Kabuki, selain Tsuruya Namboku, Chikamatsu Monzaemon, Kawatake Mokuami, dan Sakata Tanjuuro, yaitu keluarga Ichikawa Danjuro. Keluarga ini telah menurunkan kemampuan akting mereka sampai generasi ke-12. kehadiran keluarga ini mempunyai keistimewaan bagi masyarakat bahkan mereka memberikan julukan kepada keluarga mereka sebagai Edokko (anak-anak Edo). 1. Ichikawa Danjuro I ( ) Pada awalnya dia seorang Samurai, namun ia menjadi seniman. Ia menciptakan jenis peran Aragato pada era Gengroku, selain itu ia juga menciptakan Kumodori. Sayang sekali ia harus mengakhiri hidupnya dengan tragis, ia dibunuh dengan cara ditusuk dari belakang sampai

3 mati ditengah-tengah adegan perkelahian diatas panggung, hal ini karena dendam. 2. Ichikawa Danjuro II ( ) Ia anak dari Ichikawa Danjuro I. ia melakukan perubahan pada kostum maupun Kuodari. Pada tahun 1712, ia menggembangkan Suji- Guma (make-up dasar dari setiap pemakaian kumadori, yang membentuk karakter tempramen dari suatu peran), dengan menggunakan teknik Bakashi (pembuatan bayangan dari garis-garis suji-gama). 3. Ichikawa Danjuro III ( ) Ia anak sari Sanshoya Sukejuro. Ia menggantikan Ichikawa Danjuro II, tapi ia meninggal pada usia muda. 4. Ichikawa Danjuro IV ( ) Perannya tidak sehebat para pendahulunya dalam Kabuki. Satusatunya peran yang terkenal adalah ketika ia berperan sebagai Matsuomaru dakam drama Sugawara Denju Tenarai Kagami. 5. Ichikawa Danjuro V ( ) Ia dikenal karena sering memainkan peran wanita. 6. Ichikawa Danjuro VI ( ) Ia tidak begitu banyak berperan, karena ia juga meninggal pada usia sangat muda yaitu usia 24 tahun. 7. Ichikawa Danjuro VII ( ) Ia dikatakan sebagai orang yang sangat penting karena ia adalah orang yang menciptakan Juhachiban dan sekaligus bertanggung jawab dalam

4 menentukan dan memilih cerita didalamnya. Pada tahun 1840, untuk pertama kalinya ia mempertunjukan Kanjincho, suatu pertunjukan yang diangkat dari teater No. 8. Ichikawa Danjuro VIII ( ) Ia termasuk aktor yang sangat hebat dan berbakat, namun ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada usia 32 tahun di Osaka. 9. Ichikawa Danjuro IX ( ) Ia dikenal karena jasanya menaikkan status sosial Kabuki. Terkadang ia diundang oleh kerajaan untuk mempersembahkan suatu pertunjukan. Ia juga seorang penulis yang handal. Ia mempunyai ketajaman dalam menggunakan warna-warni dan membuat desain, hal ini sangat penting karena merupakan faktor yang sangat dominan dalam kemajuan dalam kemajuan kostum Kabuki. 10. Ichikawa Danjuro X Ia tidak begitu banyak menunjukan peran dalam perkembangan kabuki pada waktu itu. 11. Ichikawa Danjuro XI Ia paling terkenal adalah ketika ia berperan sebagai Sukeroku. 12. Ichikawa danjuro XII Ia terkenal karena parasnya yang elok dan bakatnya yang tinggi didalam dirinya. Pada tahun 1985, ia dinilai sebagai orang yang berharga dalam dunia Kabuki dan dinobatkan sebagai Ichikawa Danjuro XII.

5 Kabuki diwariskan dari anggota keluarga aktor yang lebih tua ke anggota yang lebih muda. Tetapi pada tahun 1969, teater nasional mendirikan Pusat Latihan Aktor Kabuki untuk mengajar pemain yang bercita-cita tinggi dari luar dunia Kabuki. Program latihan ini diselesaikan dalam dua tahun dan bebas biaya. Perlu diketahui ada tiga cara untuk menjadi seorang aktor Kabuki: 1. Ia adalah anak dari seorang keluarga aktor Kabuki. 2. Ia dapat belajar sehari penuh dibawah bimbingan seorang aktor. 3. Ia diterima masuk ke pusat latihan Aktor Kabuki Musik Dan Tarian Kabuki Selama abad ke-18, aliran Tokimawasu dan Tomimoto (seni naratif dan musik) serta aliran Edo dari Nagauta (nyanyian dan tari yang diiringi Shamisen) telah memperkaya pertunjukan Kabuki sendiri. Bentuk lirik yang paling sering dipakai adalah Nagauta, yaitu sajian lagulagu yang sangat panjang. Sedangkan Kiyamoto Bushi, Tokiwazu Bushi dan Bidayu Bushi digolongkan sebagai tokoh utama. Bentuk cerita utama diperoleh dari musisi-musisi yang pertama kali menciptakan bentuk cerita tersebut, yaitu Kiyamoto Enjudayuu, Tokiwazu Mojidayuu dan Takemoto Gidayu. Pada permulaan abad ke-19 aliran Kiyamoto berkembang mengalahkan aliran yang dengan cepat merosot posisinya. Masa ini merupakan masa keemasan dari musik kabuki. Dipanggung musik biasanya digunakan untuk mengiring para penari. Musik dalam Kabuki memilih banyak fungsi, diantaranya mengiring aksi panggung menentukan suasana hati, menyusun tempat dan kondisi kejadian,

6 memperkenalkan tingkah laku dan mengatur suara yang dibuat sebagai latar belakang suatu pertunjukan teater Kabuki. Pemain-pemain Kabuki hampir tidak pernah bernyanyi atau bermain musik. Oleh sebab itu Kabuki disini berfungsi untuk menggambarkan isi hati pemain yang tidak diucapkan, apakah sedih, gembira, marah dan sebagainya. Musik selalu dimainkan dari sebuah ruangan kecil yang berada disudut kanan panggung. Ruangan tersebut memiliki jendela yang ditutupi dengan tirai bambu. Untuk menciptakan efek khusus digunakan alat musik seperti gendang bersenar tiga, suling, koto bersenar tiga belas serta alat-alat musik Shamisen dan keindahan dari suatu pertunjukan drama Kostum Dan Tata Rias Kabuki Kostum atau pakaian merupakan suatu elemen yang sangat penting untuk menunjang lakon dan keberhasilan suatu pertunjukan. Salah satu yang termasuk didalam perlengkapan untuk para pemain Kabuki dalam mementaskan sebuah drama adalah kostum. Berdasarkan kegunaanya maka pemakaian kostum mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Membantu mengidentifikasi periode saat lakon itu dilaksanakan, menyangkut tema, karakter asli dan aksi. 2. Membantu mengindividualisasikan para pemain. Warna dan bentuk kostum akan membedakan secara visual, tokoh yang satu dengan yang lain. Karena itu warna kostum sebaiknya beraneka ragam. 3. Menunjukan asal-usul dan status sosial orang tersebut. Dengan jenis pakaianya orang dapat menyimpulkan apakah ia dari desa atau dari

7 4. Menunjukan waktu peristiwa terjadi, misalnya pakaian pagi hari, sore, atau malam, pakaian sekolah, kerja atau sebagainya. 5. Mengekspresikan usia orang. Kostum harus dapat menunjukan aktor tersebut berusia muda atau tua, sudah kawin atau belum, anak-anak atau remaja. 6. Mengekspresikan gaya permainan. Jika kostumnya aneh maka ini bukan jenis drama yang serius, mungkin jenis banyolan atau lawakan. 7. Membantu gerak-gerik aktor diatas pentas dan membantu aktor untuk mengekspresikan wataknya. Salah satu alasan kenapa para penonton dapat merasakan kedekatan pribadi terhadap para pemain Kabuki adalah penggunaan kostum para pemain Kabuki. Kostum yang digunakan selalu disesuaikan dengan tipe drama dan zaman pada saat ceria terjadi, apakah drama jenis sejarah atau hanya cerita rumah tangga masyarakat biasa. Pada umumnya kostum para pemain Kabuki dari tipe Jidaimono lebih mewah, karena hendak menggambarkan pakaian dari keluarga bangsawan dan kelas samurai. Sebaliknya mode pakaian dari masyarakat pada umumnya dari periode Edo digambarkan dengan lebih realistis dalam drama Kabuki tipe Sewamono. Aktor utama terkadang menciptakan perubahan-perubahan pada kostum yang sesuai dengan perkembangan trend sosial pada zaman itu. Namun secara

8 umum kostum yang digunakan sekarang ini tetap mempertahankan keaslian yang telah dipopulerkan oleh aktor-aktor terdahulu. Pada zaman Edo keadaan ekonomi tidak stabil sebagai dampak dari pelaksanaan sistem Sankin Kotai oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan terhadap kostum Kabuki, yaitu pemerintah melarang penggunaan material kostum yang berlebihan diatas panggung, dengan tujuan agar masyarakat hidup sederhana. Pada sekitar tahun , Kabuki mulai menetapkan model pakaian Kabuki ini tidak terbatas dan inio terus berlanjut sampai tahun tetapi akibat mahalnya bahan-bahan pakaian Kabuki dan dana tidak mencukupi dari para pemain untuk membeli, menjaga dan memelihara kostum mereka, maka menimbulkan efek yang tidak seimbang dalam pementasan kabuki. Dengan alasan ini akhirnya Kabuki dibiayai oleh penyandang dana yang mengakibatkan kostum Kabuki semakin bertambah indah, mewah dan megah. Berbagai macam warna mulai digunakan, sehingga kostum tampil lebih menarik, elegan dan lebih hidup. Demikian juga tata rias mempunyai peranan penting dalam pertunjukan kabuki untuk mendukung kesuksesan permainan yang dimainkan oleh aktor Kabuki. Warna dasar untuk semua jenis tatarias adalah putih. Warna itu dibuat dari tepung beras, pada Onnagata warna itu menimbulkan kelembutan kulit. Warna tersebut sudah menyerupai aslinya dan juga untuk membuat wajah aktor bercahaya karena lampu yang redup di teater. Gaya rias wajah yang paling menarik yaitu Kumadori. Gaya rias ini adalah gaya rias wajah yang mirip dengan topeng dan seluruhnya berjumlah 100 buah gaya. Gaya rias ini pertama sekali digunakan oleh Ichikawa Danjuro I pada tahun 1673 dan sangat

9 membantu melakonkan karakter Aragato yang ia perankan dalam teater. Ia terus mengembangkan Kumadori dengan berbagai warna yang melambangkan tempramen setiap karakter. Berikut warna-warni dan tempramen yang digambarkan melalui warna tersebut. Merah tua Merah Merah jambu/merah pucat Biru muda Nila Hijau muda Ungu Coklat Abu-abu Hitam :Marah, kemarahan, pemaksaan, larangan :Keaktifan, kemauan,keras, nafsu, kekuatan. :Kebahagiaan, gairah, semangat muda :ketengangan, kesabaran :Kesedihan :Kemakmuran :Keagungan, kesombongan :Kesediahan :Kekeringan, ketidakbahagiaan :Ketakutan, terror, kesedihan 2.2. Penggunaan Kostum Dalam Pertunjukan Drama atau Teater Di dalam mementaskan sebuah drama ataupun teater, termasuk juga dalam mementaskan kabuki sudah pasti diperlukan berbagai macam perlengkapan, baik perlengkapan panggung, maupun perlengkapan para aktor dan aktrisnya. Salah satu yang termasuk di dalam perlengkapan untuk para aktor dan aktris dalam mementaskan sebuah drama ataupun teater adalah kostum. Kostum atau tata pakaian merupakan elemen yang sangat penting untuk menunjang aktor dan aktris dalam memainkan peran mereka sesuai dengan tuntutan lakon dalam cerita.

10 Selain itu Herman J. Waluyo juga merumuskan penggunaan pakaian dalam pementasan drama atau teater berdasarkan sifat dan fungsinya. 1. pakaian Dasar atau foundation. Pakaian dasar ini, entah kelihatan atau tidak, merupakan bagian kostum yang berperan memberikan siluet (latar belakang) pada kostum. Foundation ini membuat kostum menjadi tertib dan kokoh. Dapat juga berupa penambahan pada bagian tertentu untuk membentuk tubuh seperti yang dikehendaki lakon (misalnya: bongkok, wanita hamil, perut gendut, pinggang menebal, dan sebagainya). 2. Pakaian Kaki (sepatu). Style dari sepatu di samping memberi efek visual pada penonton, juga mempengaruhi gaya jalan dari aktor. Cara berjalan ditentukan dari tinggi rendahnya tumit sepatu itu. Juga untuk mempertinggi tubuh, atau menunjukan profesi tertentu (militer, raja, dewa) sepatu ini tidak sekedar pakaian kaki. 3. Pakaian Tubuh (body). Pakaian tubuh disesuaikan dengan kebutuhan lakon, dengan mempertimbangkan usia, watak, status sosial, keadaan emosi, dan sebagainya. Pemilihan warna pakaian biasanya selaras dengan karakter. Karakter warna erat hubungannya dengan karakter tokoh yang dibawakan. Juga suasana hati tertentu memerlukan pertimbangan warna atau pakaian tubuh yang sesuai. Dalam keadaan biasa (normal), seyogianya aktor berias secantik mungkin, dan berkostum sebagus mungkin, dan berkostum sebagus mungkin (tanpa dituntut watak tertentu). Tipologi pakaian tubuh dari zaman ke zaman, dari bangsa satu ke bangsa lain, perlu dipelajari oleh juru kostum, sebab pakaian harus mengekspresikan sifat lahir dari aktor atau aktris.

11 4. Pakaian Kepala (headdress). Pakaian kepala ini dapat berupa mahkota, topi, kopiah, gaya rambut, sanggul, gelung, wig, topeng, dan sebagainya. Corak pakaian kepala harus mendukung kostum tubuh. Juga disesuaikan dengan makeup yang digereskan, karena akan melukiskan peranan secara langsung. Juru kostum juga harus mempelajari gaya sanggul rambut dari masa ke masa, bentuk ikat kepala dari daerah ke daerah lainnya, bentuk topi baja tentara dari zaman ke zaman, dari bangsa yang satu ke bangsa yang lainnya, gaya rambut dan cara menyisir dari satu kurun waktu ke kurun waktu yang lain. Semua itu akan membantu menghidupkan peran yang dibawakan oleh aktor di pentas. 5. Kostum Pelengkap (accessories). Kostum pelengkap ini dimaksudkan untuk memberikan efek dekoratif, efek watak, atau tujuan lain yang belum dicapai dalam kostum yang lain. Misalnya: jenggot, kumis palsu, kaus tangan, hiasan permata, kaca mata hitam (untuk bandit), dompet, ikat pinggang besar (misalnya untuk Mat Kontan), pipa, tongkat, dan sebagainya. Kemudian berdasarkan tipe pakaian itu, maka tata pakaian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kostum historis, yaitu kostum yang disesuaikan dengan periodeperiode spesifik dalam sejarah. 2. Kostum modern, yaitu kostum yang dipakai oleh masyarakat masa kini 3. Kostum nasional, kostum dari daerah-daerah atau tempat spesifik. Dapat sekaligus kostum nasional dan historis. 4. Kostum tradisional, yaitu kostum yang disesuaikan dengan karakter spesifik secara simbolis. Kostum wayang orang dapat dipandang sebagai kostum tradisional.

12 Disamping kostum tersebut, Herman J. Waluyo juga mengatakan adanya kostum binatang, kostum tari, kostum sirkus, kostum fantastis, dan sebagainya. Untuk menyediakan kostum yang sesuai dan tepat bagi aktor, maka seorang juru kostum diharuskan untuk: 1. Mempelajari watak peran. 2. Usaha riset periode sejarah dan pakaian nasional yang dibawakan. Sebagai contohnya, untuk memberi kostum pada film November 1828, Teguh Karya dan asistennya mengadakan riset yang mendalam tentang pakaian, bentuk pistol, bentuk ikat kepala, bedil, sanggul, seragam militer, pakaian lurah, dan sebagainya, dari periode itu. Demikian pula untuk film Kartini, Sjumandjaja mangadakan riset mandalam tentang pakaian pada periode itu. Untuk film Roro Mendut, Ami Priyono mengadakan riset pula tentang kostum zaman mataram. Kostum berfungsi untuk memberikan latar belakang fisik atau psikis Awal Kostum Kabuki Di dalam sejarah perkembangan Kabuki, tidak ada dokumentasi yang menyatakan secara jelas kapan Kabuki itu ditemukan. Beberapa orang yang mempelajari Kabuki percaya bahwa Kabuki mulai dipertunjukan di Kyoto sekitar tahun kelima Keichoo, atau sekitar tahun pada waktu itu, Tokugawa Ieyasu, seorang pendiri pemerintah dinasti Shogun yang terlama di Jepang yaitu pertempuran militer terbesar di Jepang yaitu pertempuran Sekigahara, dengan megalahkan pasukan Hideyori, anak dari Hideyoshi. Pemerintah Ieyasu berlangsung selama 2,5 abad dan dikenal dengan nama Tokugawa Bakufu atau

13 Keshogunan Tokugawa. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Kabuki belum ditemukan sampai tahun ke-8 Keichoo atau sekitar tahun Sampai jatuhnya Keshogunan pada tahun 1868, era itu disebut dengan Edo atau periode Tokugawa, dan nama Edo dipakai karena Keshogunan Tokugawa menetapkan Ibu kota di Edo, yang sejak tahun 1869 sampai sekarang berubah menjadi Tokyo. Pada masa itu Jepang sedang dalam masa pemulihan dari perang yang berkepanjangan. Di tenggah-tenggah kejenuhan masyarakat Jepang terhadap kehidupan yang penuh penderitaan itu, tiba-tiba muncul suatu trend baru ketika orang-orang mulai memakai pakaian yang berlebihan atau sesuatu yang mencolok disertai dengan tingkah laku yang tidak biasa. Hal ini secara umum disebut dengan Kabuki (dari kata Kabuku) atau Kabuki mono. Fonomena ini memberikan suasana dan nuansa kesenangan, sensualitas, emansipasi dan mungkin sedikit amoral, mengingat Jepang adalah Negara yang sangat terikat dengan hukum tradisi dan norma perilaku yang sangat kuat (Ruth M. Shaver, 1996:34) Okuni Kabuki Pada masa ini muncul seorang pendeta bernama Okuni dari kuil Izumo no Ooyashiro, yang terkenal karena dianggap sebagai pelopor dari berbagai macam pertunjukan teater yang selanjutnya berkembang menjadi Kabuki yang sekarang ini. Ia berpetualang dan mempertunjukan tarian doa nenbutsu-odori (tarian doa kepada Budha) yang selanjutnya dikenal sebagai tarian rakyat. Ia sampai di Kyoto pada tahun Dikota ini ia kemudian bergabung sebagai Miko atau perawan kuil. Sebagai miko atau perawan kuil ia mempunyai tugas yang sangat berat. Selain bertugas untuk melayani dewa-dewa dari kuil Shinto, seperti salah satunya adalah menari untuk mereka, para perawan kuil ini secara umum harus

14 bersedia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar. Tetapi sayangnya, setelah menari untuk para dewa, para perawan kuil ini dipaksa untuk menari di rumahrumah mucikari, yang banyak didirikan di sekitar kuil. Kehidupan keras inilah yang membuat Okuni tumbuh menjadi seorang dengan kepribadian yang kuat. Pertunjukan tarian nenbutsu-odori oleh Okuni sangat memikat masyarakat Kyoto. Okuni mempertunjukan tariannya di suatu taman di pinggir sungai Kamo. Di tempat tersebut lahannya luas dan para penghibur kelas rendah dapat bermain kapan saja tanpa dikenakan pajak. Di kaki jembatan Gojo, ia membuat panggung terbuka yang disebut dengan koyagake (bangunan sementara berupa panggung), (Ruth M. Shaver, 1996:35). Pada saat mempersembahkan tarian pertamanya di Kyoto, ia mengenakan jubah pendeta berwarna hitam yang terbuat dari sutra. Sebelum mengenakan jubah pendeta itu ia terlebih dahulu mengenakan kimono. Kedua pakaian ini panjangnya semata kaki semata kaki. Kemudian ia menggunakan nurigasa (payung yang berbentuk seperti topi) di kepalanya. Sementara itu di lehernya dikalungkan karaori (selempang yang berwarna merah marun yang panjangnya sedada, dikalungkan dileher) tersebut terdapat kane (sebuah gong kecil dari besi yang terdapat pada karaori). Ia memasang kane itu dengan menggunakan shumoku (palu kecil yang digunakan oleh Okuni untuk memasang kane). Sambil menyanyikann lagu yang terkenal ia menari dengan gerakan yang sangat menarik perhatian penonton. Di tengah-tengah perjalanannya, ia bertemu seorang pria, bernama Nagoya Sanzaburo. Pria inilah yang nantinya akan menjadi pembingbing, sekaligus kekasihnya. Nagoya Sanzaburo lahir pada tahun 1576, dan merupakan anak

15 ketujuh dari seorang samurai. Ia pernag belajar menjadi seorang pendeta di sebuah kuil di Kyoto sampai tahun Pada usia 14 tahun ia berhenti belajar dan meninggalkan Kyoto, menjadi pelayan dari seorang Daimyo bernama Gamo Ujisato Aizu. Kematian dari Ujisato pada tahun 1595, membawanya kembali ke Kyoto dengan dibekali warisan dari tujuan itu. Sanza kemudian terkenal karena kesuksesannya di bidang kesenian. Ia yang mengajari Okuni lagu-lagu terkenal dengan menggunakan alat musik fue(alat musik flute atau seruling yang digunakan oleh Nagoya Sanzaburo) dan tsuzumi (alat musik seperti gendang atau hand-drum, yang digunakan oleh Nagoya Sanzaburo). Dalam pertunjukannya, Okuni mengenakan pakaian pria, sementara itu Sanza mengenakan pakaian wanita. Hal ini yang membawa Okuni sampai pada puncak tertinggi dari kepopulerannya, karena ide itu dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang lain dari pada yang lain, lucu, dan menyegarkan. Dari kesuksesannya tersebut ia mulai menarik biaya pada setiap pertunjukannya. Sejak bergabung dengan Sanza, pakaian ia gunakan berbeda. Ia memakai kimono sepanjang mata kaki yang terbuat dari kain sutra dan sulaman, dengan lengan yang panjangnya mencapai bawah siku, dan tanpa memakai hakama (semacam kulot atau celana dengan motif berlipat). Pada kimononya digunakan obi (ikat pinggang) sederhana, diikat dengan gaya karuta-musubi (suatu gaya ikat obi). Rambutnya ditata seperti anak laki-laki dengan menggunakan hachimaki (kain yang dilipat, yang diikat di kepala). Dilengkapi dengan ogi (kipas lipat), haku-sen (kipas lipat dengan sepuluh rusuk yang berwaran putih), dan tas bulu. Ia juga membawa hyootan (botol tempat menyimpan air atau sake), yang digantung di sisi kanan obinya, dan juzu (rosario budha) yang dugantung di

16 lehernya. Untuk menyamai penampilan seorang samurai, Okuni membawa pula katana (pedang) yang panjang dan pendek di sisi kiri obinya. Para pengikut Okuni dan Sanza juga memakai kalung dan menggunakan kimono yang bercorak seperti salib. Okuni menciptakan tarian musim panas Kagura (suatu bentuk tarian keagamaan Shinto). Kostum yang ia gunakan adalah suikan (jubah yang dikenakan oleh orang yang terhormat di kerajaan Jepang zaman dulu), dan naga bakama (hakama dengan ukuran yang panjang) yang berwarna merah, juga celana panjang dua kaki yang lebih panjang dari ukuran biasanya, untuk memberikan kesan seolah-olah pemakaianya sedang merangkak dengan lututnya. Untuk rambutnya, ditata rapi sederhana diikat di bawah leher. Keindahan dari kostum ini adalah aksen tambahan dari sakaki (karangan bunga kamelia yang dianggap suci) yang dibawa dengan tangan. Pemakaian kostum ini oleh Okuni disebabkan karena kostum semacam ini sudah pernah digunakan sebelumnya oleh seorang penari gay profesional yang bernama Shirabyoshi. Ia sangat terkenal pada zaman Heian dan Kamakura, dan dikatakan sebagai pendulu kaum geisha (Ruth M. Shaver, 1996:37). Setelah berpisah dengan Sanza, Okuni tetap melanjutkan profesinya. Sanza yang olebih dari kehidupan gaynya, mengubah namanya menjadi samurai. Sanza meninggal pada tahun 1604, sementara untuk Okuni, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan kapan dan dimana ia meninggal Onna Kabuki Di bawah pengaruh Okuni, banyak berkembang kelompok pemain wanita yang selanjutnya dikenal sebagai Onna Kabuki atau Kabuki wanita. Pengaruhnya luas sekali sampai ke dunia pelacuran, yang digunakan mereka sebagai alasan

17 unruk memikat dan menarik para pelanggan. Kabuki ini disebut juga Yujo Kabuki, atau Kabuki wanita penghibur. Prostitusi yang dilakukan oleh pemain Yujo Kabuki semakin lama semakin meluas hingga pada tahun 1629, atas perintah Shogun, semua wanita dengan tujuan apapun di atas panggung harus dihapuskan, karena penampilan mereka telah mengikis moral masyarakat. Namun disamping alasan sosial, ada juga alasan politik mengapa pemain wanita dihapuskan, yaitu karena banyak samurai yang kehilangan hakikatnya sebagai seorang samurai ketika menghadiri pertunjukan Kabuki, ditambah dengan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan kalau ia sedang terlibat dengan salah seorang pemain Wakashu Kabuki Wakashu Kabuki adalah Kabuki dengan semua pemainnya anak laki-laki berusia tahun. Kata Wakashu ini diambil dari zaman dahulu yaitu ketika seorang anak laki-laki dari kuge (keluarga ningrat) atau keluarga samurai beranjak dewasa, melalui suatu ritual yang dikenal sebagai gempuku yaitu upacara pemotongan maegami (gombak: rambut yang dipanjangkan di atas ubun-ubun anak kecil, biasanya pada anak bangsawan atau anak orang kaya). Anak laki-laki yang masih memakai maegami, disebut wakashu. Masa pertunjukan wakashu kabuki dalam pertunjukan kurang lebih sama dengan Onna Kabuki. Kabuki ini juga tidak bertahan lama karena banyak terjadi hubungan homoseksual diantara para pemainnya, sehinga pada tahun 1652 atas perintah Shogun, Wakashu Kabuki di wilayah Edo, Osaka dan Kyoto, dihapuskan Yaroo Kabuki Pada tahun 1653, setahun setelah hilangnya Wakashu Kabuki, secara tidak disangka pemerintah Shogun memberikan izin diadakannya lagi pertunjukan

18 teater. Teater Kabuki yang paling terkenal adalah Ichimura-za, Morita-za, Nakamura-za dan Murayama-za. Dengan adanya izin dari pemerintah ini, baik manajer maupun para pemainnya harus memenuhi tiga syarat penting yaitu: 1. Hanya meraka yang rambutnya dipotong didepan dan berpakaian dewasa dengan gaya yaroo-atama yang dapat tampil di panggung. 2. Penampilan harus jauh dari kesan amoral. 3. Wakashu tidak boleh ikut mempertunjukan Kabuki. Untuk menampilkan bentuk drama baru dengan akting yang realistis dan tulus hati, diadakanlah pengajaran tentang seni drama dan seni panggung. Sejalan dengan itu, berkembang juga desain baju dan warna yang menghasilkan berbagai macam kostum dan ditemukan wig atau katsura. Di dalam Yaroo Kabuki terdapat peran hanare-kyoogen, yang dialognya ditambahkan secara bebas oleh manejer teater atau aktor peminpin dengan tujuan ekonomis. Selain itu karena adanya tuntutan peran untuk memerankan wanita maka lahirlah onnagata, yaitu peran wanita, namun yang memerankan tetap pemain laki-laki. Murayama Sakon, dikenal sebagai pemeran onnagata pertama, meskipun pada waktu dahulu kita telah mengenal Nagoya Sanza, yang pernah tampil dengan menggunakan kostum wanita. Sakon pertama kali tampil di Kyoto pada tahun 1649, di Murayama-za milik kakaknya yang bernama Murayama Matasaburo. Penemuan Sakon ini diterima dengan antusias sekali. Ia mempunyai banyak rival, salah satunya adalah Ukon Genzaemon, Nakamura Kazuma dan Kokan Tarooji Kostum yang dipakai oleh Sakon adalah dari sutra dengan warna yang berbeda-beda di setiap perannya.

19 Setiap pertunjukan selalu direkam oleh sang manejer, untuk pertunjukan ulang. Rekaman ini disebut daihon. Ada dua tipe permainan dari Yaroo Kabuki yaitu keisei-kai (keisei: pelacur, kai: pembelian/barang) dan Tanzen roppo (seni teater atau suatu gaya pakaian). Tipe keisei-kai biasanya bercerita tentang urusan atau hubungan cinta dalam kepelacuran yang berlatar di Irozato. Kostum yang digunakan glamour dan mewah. Sedangkan tipe tanzen-roppo, menceritakan karakter orang-oarang yang bersosialisasi dengan kehidupan mesum (Ruth M. Shaver, 1996:42). Diciptakan di Edo, lalu berkembang sampai ke Kamigata (sekarang kansai), yang pertama kali diperkenalkan oleh Tamon Shoozaemon. Kata tanzen bisa berarti dua hal, yang pertama berarti seni teater ataugeigoto (gei: seni teater/tarian/musik, goto: hal), yang kedua berarti gaya pakaian Jepang yang sedang popular pada masa itu. Selama Era Shoo ( ) di distrik Kanda Edo, di depan rumah Tuan Hori Tango-no-kami, terdapat pemandian yang biasanya didatangi oleh samurai untuk bersantai sambil ditemani oleh yuna (pelayan wanita), yang selain membantu mandi bagi para pengunjung, mereka juga diharuskan menghibur dengan samisen bahkan sampai menemani tidur. Akhirnya kata tanzen ini lebih ditunjukan kepada pakaian, yang desainnya banyak digemari, yang dipakai oleh pengunjung dari pemandian itu. Figurnya lebih dikenal dengan tanzen-sugata (tanzen: desain kimono, sugata: gaya). Untuk rambutnya ditata dengan gaya tanzen-tate-gami (model rambut pria, yang digunakan bersama dengan tanzensugata). Mereka membawa macam pedang yang dikenal dengan musorikakutsuba katana (musori: lurus, ikaku: bundar, tsuba: pedang, katana: pedang) yang diselibkan di obinya.

20 Komposisi drama yang semakin kompleks membuat panggung Kabuki juga berubah. Untuk pertama kalinya Kabuki menggunakan layar untuk setiap pergantian adegan. Perubahan-perubahan ini akhirnya membawa Kabuki pada bentuk yang matang Perkembangan Kostum Kabuki Era Genroku Pada tahun ke-15 era Genroku dalam periode Edo yaitu tahun , terkenal seorang tokoh Kabuki bernama Ichikawa Danjuro I. ia adalah seorang penulis naskah drama dan aktor yang hebat. Ia menciptakan suatu akting, yang disebut dengan aragoto. Sampai sekarang, aragoto ini dianggap sebagai ciri khas dari Kabuki Era Genroku. Aragoto ini merupakan tipe permainan serta gaya akting yang sangat unik yang pernah ada di dalam sejarah teater. Gaya aragoto ini selanjutnya disebut gei (gaya seni yang menjadi ciri spesial dari keluarga Ichikawa). Selain menciptakan gaya aragoto, Ichikawa Danjuro I juga menciptakan kumadori. Kumadori yang dipakai tidak hanya pada wajah saja, tetapi juga pada tangan dan kaki. Kumadori yang dipakai oleh ichikawa Danjuro I pertama kali adalah ketika ia berumur 14 tahun. Pada waktu itu ia berperan sebagai Sakata no kintoki, dalam drama Shitenno Osanadachi. Kumadori yang dipakainya sangat aneh, yaitu berupa garis-garis dengan warna yang tebal. Seluruh mukanya di make-up warna merah, dan garis yang tebal digambar di atasnya. Seluruh mukanya dimake-up berupa garis-garis yang tebal dengan menggunakan warna yang terang dan kontras ini adalah untuk mempertegas akting atau peran serta karakter yang dibawakannya. Kumadori semacam ini, selanjutnya berkembang

21 terus pada Era Genroku, dan dikenal dengan Genroku-guma (sebutan untuk kumadori pada Era Genroku). Sebagai Kintoki, kostum yang digunakan Danjuro, berpola kotak-kotak, dengan paduan warna ungu dan putih. Untuk menonjolkan sisi kekuatan atau kejantanan dari tokoh Kintoki ini, ia menggunakan obi berwarna biru tua. Obi ini berukuran besar yang diilitkan di pinggang, diikat dengan gaya tombo-musubi (gaya ikat dari obi berukuran besar yang diilitkan di pinggang) atau simpul dragonfly. Ia menggunakan Kumadori pada tangan dan kakinya. Berbeda dengan zaman modern sekarang ini, Kumadori untuk tangan dan kaki tidak lagi digambar atau dimake-up langsung pada tangan dan kaki. Tetapi sebagai gantinya digunakanlah niku-juban (niku: daging; juban:pakaian) atau pakaian atau baju ketat dari bahan yang sangat tipis, yang berwarna menyerupai kulit, pada pakaian tersebut sudah tercetak atau tergambar pola kumadori. Nikujuban ini sangat praktis, karena terbuat dari kain yang tipis, sehingga ringan saat digunakan. Dengan niku-juban para aktor dapat dengan mudah dan cepat dalam berganti-ganti kostum diwaktu yang singkat. Keuntungan lain dari menggunakan niku-juban ini adalah para aktor tidak perlu khawatir lagi terhadap kumadori yang mereka kenakan pada tangan dan kaki akan luntur dan menodai kostum yang mereka kenakan. Dengan demikian, kostum yang digunakan oleh para aktor pada saat pertunjukan akan tetap terjaga kondisi serta keindahannya. Tiga buah dramanya yang masih terkenal sampai sekarang adalah Narukami (Thunder God atau the Fall of The Recluse Saint Narukami), Shibaraku (Wait a Moment) dan fuwa drama orisinil dari saya-ate (The Rude Challenge).

22 Masa Genroku berlangsung selama lebih kurang 16 tahun yaitu tahun pada tahun 1688 telah berkembang tiga tipe kabuki yang berbeda, yaitu: 1. Jidaimono (drama sejarah), biasanya dengan hiasan latar belakang panggung yang serba semarak dan menggunakan para pemain yang banyak. 2. Sewamono (drama rumah tangga/ kemasyarakatan), biasanya mengisahkan kehidupan orang kota dan lebih bersifat realistis. 3. Shossagoto (pertunjukan tari-tarian), biasanya terdiri dari pertunjukan tari-tarian dan pantomim. Pada masa Genroku ini kesenian Jepang berkembang dengan pesat khususnya dalam bidang seni, sastra, dan teater. Kalau pada awalnya kabuki banyak meminjam unsur-unsur tersendiri yang kelamaan kabuki berkembang dan berhasil menciptakan unsur-unsur tersendiri yang diciptakan khusus untuk Kabuki. Pada masa Genroku muncul juga tokuhtokoh Kabuki yang sangat berperan dalam terbentuknya Kabuki sampai sekarang ini. Salah satunya adalah Chikamatsu Monzaemon ( ) dan dia merupakan pelopor drama Kabuki. Di jepang dia dikenal sebagai Shakespearnya Jepang. Drama yang ia pentaskan adalah sindiran tentang kehidupan orang-orang kota yang suka berfoya-foya, termasuklah didalamnya pedagang, Samurai, Daimyo. Plot ceritanya menjadi semakin panjang dan makin menarik, jumlah pemeran bertambah dan seni perannya menjadi semakin rumit.

DAFTAR KATA-KATA DAN ISTILAH. 1. Amigasa: topi berukuran besar seperti paying, yang digunakan para aktor

DAFTAR KATA-KATA DAN ISTILAH. 1. Amigasa: topi berukuran besar seperti paying, yang digunakan para aktor DAFTAR KATA-KATA DAN ISTILAH 1. Amigasa: topi berukuran besar seperti paying, yang digunakan para aktor untuk menutupi muka mereka. Karena pada zaman Bakumatsu mereka dilarang untuk bergaul terlalu akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga

BAB I PENDAHULUAN. Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga dapat dikatakan salah satu dari empat jenis drama tradisional Jepang, yaitu Noh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi BAB 3 ANALISIS DATA Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi pada mode busana Gothic Lolita yang didasarkan pada jenis-jenis busana Gothic Lolita modern. 3.1 Westernisasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi dan religius menjadi inti dari kebudayaan Asia. Hal ini menyebabkan tertanamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG. Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT JEPANG 2.1. Sejarah Kimono di Jepang Dulunya kimono adalah salah satu dari 2 jubah formal yang biasa digunakan di pengadilan Cina. Kemudian berevolusi

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA. pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA. pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA 2.1 Sejarah Biwa Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke tujuh. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rias wajah bukan merupakan suatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum wanita, dimana setiap bangsa

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak

BAB I PENDAHULUAN. seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina adalah salah satu Negara di dunia yangkaya akan seni budaya. Salah satu seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG 2.1 Sejarah Shamisen Di Jepang Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pagelaran Tata Rias dan Kecantikan ini menyelenggarakan ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan aktifitas atau peran, bahkan profesi tertentu. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan aktifitas atau peran, bahkan profesi tertentu. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan seni berdampak pada kehidupan sehari-hari manusia. Untuk mengimbangi kemampuan teknologi tersebut manusia diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

Ringkasan Novel Grotesque

Ringkasan Novel Grotesque Ringkasan Novel Grotesque Sekolah Q merupakan sekolah elit yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang pandai. Ketika seorang anak berhasil menjadi murid sekolah Q, orang tua anak tersebut akan merasa sangat

Lebih terperinci

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang Analisis Non Narrative Film 1. Kostum Kostum yang digunakan dalam kedua film ini memiliki kesamaan nuansa yang hampir serupa. Dalam film Avatar, kita mendapatkan kaum navy menggunakan kostum asli pribumi.

Lebih terperinci

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

Menghormati Orang Lain

Menghormati Orang Lain BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Desain Sikap Toleran Pada Buku Teks Tematik Kelas 1 SD Desain sikap toleran pada buku teks tematik kelas 1 SD meliputi: sikap menghormati orang lain, bekerjasama,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala * BENTUK PENYAJIAN TARI LINGGANG MEUGANTOE DI SANGGAR RAMPOE BANDA ACEH Janurul Aina 1*, Taat Kurnita 1, Cut Zuriana 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan dua jenis font. Font Simply Glamorous untuk kata Layangan dan font Casual untuk kata Pusaka. Font Simply Glamorous

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian Penyajian suatu garapan tari diperlukan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti

Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Oleh: Asi Tritanti Eni Juniastuti Seni tata rias yang bertujuan membentuk kesan wajah model menjadi wujud khayalan yang di angan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya (Martha Tilaar, 1997).

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan teknologi dan budaya yang semakin maju membuat terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA A. HARI PERTAMA WANITA TAMPAK DEPAN WANITA TAMPAK SAMPING 13 1 6 11 & 12 7 5 3 10 2 8 4 9 1. Menggunakan baju batik berkerah, warna cerah dominan

Lebih terperinci

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet 1 Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet Salah satu keunggulan yang membuat tablet menjadi sebuah perangkat yang sempurna untuk fotografi adalah kamera yang tersedia pada tablet Anda. Dengan semakin

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam IV. ANALISIS KARYA KARYA 1 Judul : Gajah Sirkus Media : Acrylic pada kanvas ukuran : 60x 130cm Tahun : 2016 Karya pertama yang berjudul Gajah Sirkus dengan menunjukkan suasana pertunjukan sirkus. Gajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya acara-acara yang bertemakan Jepang di Indonesia (http://japanesia.org/).

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya. BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak orang tua yang salah dalam cara mendidik anaknya, sehingga seringkali membuat anak menjadi sangat nakal dan tidak sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI A. PENDAHULUAN Ketika jaman terus berkembang karena kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang

Lebih terperinci