98 A. Wijaya W. H. BIOGEOGRAFI NEMATODA PARASIT TUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "98 A. Wijaya W. H. BIOGEOGRAFI NEMATODA PARASIT TUMBUHAN"

Transkripsi

1 98 A. Wijaya W. H. yang lebih drastis, spesifik, dan mudah terdeteksi. Meskipun demikian, deteksi dan pengendalian nematoda diperlukan karena adanya interaksi yang sinergis antara nematoda misalnya Meloidogyne spp. dengan bakteri layu dan cendawan layu Fusarium. Dengan mengendalikan nematoda maka serangan penyakit akibat cendawan dan bakteri dapat ditekan (Widjaja 1975, 1976; Hadisoeganda 1992, 1994a, 1995; Sasser 1989), serta pemborosan masukan pertanian (pupuk, air, pestisida) akibat kesalahan dalam menafsirkan penyebab masalah dapat dihindari (Widjaja 1978b, 1979; Hadisoeganda 1992, 1994a). Kehadiran salah satu nematoda terpenting, yaitu nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) juga mampu mematahkan resistensi tanaman terhadap berbagai penyakit sistemik, seperti tomat terhadap bakteri layu Pseudomonas solanacearum dan cendawan layu Fusarium oxysporium f. sp. lycopersici (Hadisoeganda 1990, 1994b, 1995). Peran nematoda dalam interaksi dengan penyakit tanaman dapat sebagai vektor, agens pembuat luka, pengubah rizosfera tanaman inang sehingga tanaman lebih mudah diinfeksi patogen, dan pematah daya resistensi inang terhadap patogen (Hadisoeganda 1990, 1994b, 1995; Webster 1985). BIOGEOGRAFI NEMATODA PARASIT TUMBUHAN Nematoda mungkin termasuk salah satu bentuk kehidupan tertua di bumi. Fosil nematoda pemakan jamur Oligaphelenchoides atrebora telah ditemukan terperangkap di dalam damar (resin) dan diperkirakan berumur sekitar 25 juta tahun yang lalu. Dewasa ini diketahui bahwa filum nematoda memiliki habitat di segala relung (omnipresence), yaitu di laut, tanah dan air tawar (75%), di dalam tubuh hewan (termasuk manusia) (15%), dan sisanya 10% adalah nematoda parasit tanaman. Pionir dan ahli nematologi Nathan A. Cobb (1914) dalam Thorne (1961) menyatakan bahwa nematoda dapat ditemui mulai dari Antartika sampai ke kawasan tropika, dari dasar laut yang terdalam sampai ke puncak gunung yang tertinggi. Praktisi nematologi FAO terkemuka Albert L. Taylor memberikan ilustrasi tentang jumlah nematoda di lahan pertanian. Data yang diperoleh dari negeri Belanda menunjukkan bahwa jumlah populasi nematoda dalam 100 g tanah yang diambil dari 100 lokasi rata-rata mencapai ekor; 900 ekor di antaranya adalah nematoda parasit tanaman. Jumlah nematoda dalam tanah lapisan atas seluas 1 ha sekitar 150 miliar ekor. Bobot seekor nematoda rata-rata 1 mikrogram (1 g terdiri atas satu juta ekor nematoda). Dengan demikian, bobot total nematoda pada lapisan tanah tersebut sekitar 150 kg, dan yang mampu memparasit tumbuhan sekitar 45 kg (Taylor 1971). Dengan cara menghitung yang sama, dapat dikemukakan bahwa dalam 1 ha lahan pertanian di Indonesia terdapat sekitar 32,5 kg Meloidogyne spp., yaitu satu spesies nematoda parasit tanaman yang dianggap paling merugikan di Indonesia (Hadisoeganda 1990). Secara aktif, nematoda hanya mampu bergerak sejauh cm per bulan (Taylor 1971). Namun, nematoda dapat tersebar luas dalam jarak jauh secara pasif terbawa oleh tanah, bahan tanaman, aliran air permukaan, serta erosi tanah dan angin. Data dan informasi tentang biogeografi nematoda yang lebih komprehensif dihasilkan oleh peneliti di negara maju dibanding di kawasan tropika (Indonesia).

2 100 A. Wijaya W. H. Nematoda yang terpenting di dunia yaitu nematoda bengkak akar (root-knot nematodes) Meloidogyne spp. Nematoda tersebut tersebar sangat luas dengan prevalensi tinggi di seluruh dunia. Spesies Meloidogyne yang umum ditemui di Indonesia adalah M. incognita, M. javanica, dan M. arenaria (Hadisoeganda 1990, 1991). Telah diidentifikasi bahwa M. incognita terdiri atas empat patotipe (ras) dan M. arenaria dua patotipe, sedangkan M. javanica dan M. hapla tidak terbagi dalam ras. Penemuan ini adalah yang pertama di Indonesia (Hadisoeganda 1990, 1991). Dengan cara membandingkan jumlah nematoda dalam contoh tanah dari lahan bekas sawah dan lahan bekas bukan sawah, dapat disimpulkan bahwa rotasi penggunaan lahan dengan kultur sawah (direndam air beberapa waktu) dapat menekan populasi Meloidogyne spp., Helicotylenchus, Pratylenchus, dan Rotylenchulus reniformis (Hadisoeganda 1990). Nematoda parasit telah terdeteksi di seluruh sentra produksi pertanian di Indonesia, antara lain ditemukan berasosiasi dengan berbagai komoditas pangan, perkebunan, serat-seratan, rempah, dan hortikultura (Hadisoeganda 1998). DINAMIKA PERKEMBANGAN PENELITIAN NEMATODA DALAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Nematoda parasit tanaman, meskipun peran merusaknya tersamar, serangannya tetap menghantui produktivitas pertanian di seluruh dunia, dan secara ekonomis sangat merugikan. Kerugian pada berbagai jenis tanaman oleh berbagai spesies nematoda bervariasi dari 10% sampai 70%. Penelitian yang komprehensif dan terstruktur di 75 negara menunjukkan kerugian ekonomi yang beragam. Sepuluh spesies nematoda yang paling penting di dunia berturut-turut adalah Meloidogyne, Pratylenchus, Heterodera, Ditylenchus, Globodera, Tylenchulus, Xiphinema, Radopholus, Rotylenchulus, dan Helicotylenchus. Di Eropa, spesies nematoda yang paling penting berturutturut adalah Heteroda, Globodera, Meloidogyne, Ditylenchus, Pratylenchus, Aphelenchoides, Xiphinema, Trichodorus dan Paratrichodorus, Longidorus, dan Tylenchulus. Centre for Applied Biosciences (CAB) International (2002) telah meringkas data kerugian akibat serangan G. rostochiensis (nematoda sista emas) pada kentang di beberapa negara sebagai berikut: 1. Kanada: mengalokasikan dana penelitian dan pengendalian G. rostochiensis $ Kanada 800 juta per tahun. 2. Inggris: diprakirakan menderita kerugian secara nasional sebesar 9%. Biaya aplikasi nematisida mencapai / ha/tahun. Untuk ha areal kentang, negara tersebut mengalokasikan dana lebih dari 9 juta/tahun. 3. Italia: kerugian produksi kentang akibat serangan G. rostochiensis mencapai 76-85%. 4. Yunani: kehilangan hasil akibat serangan nematoda tersebut mencapai 37%. 5. Polandia: kehilangan hasil kentang akibat serangan G. rostochiensis mencapai 72%. 6. Belarusia: pada populasi awal nematoda larva /100 ml tanah, kerugian produksi kentang berkisar antara 17-20%. Nematoda sista emas diduga masuk ke Indonesia terbawa oleh bibit kentang im-

3 102 A. Wijaya W. H. donesia, iklim tropika yang panas dan basah serta teknik budi daya yang kurang intensif akan menyebabkan kerugian ekonomi (akibat serangan nematoda) yang lebih besar dibanding di kawasan subtropika dan temperata. Namun, pada saat yang sama, ukuran, habitat, gejala visual (yang tidak drastis dan tidak spesifik) serta pengetahuan kita tentang nematoda yang belum memadai, menyebabkan masalah yang diakibatkan oleh patogen tersebut belum mampu kita sadari, masih tersamar, disalahpahami, bahkan kemudian terabaikan. Ironis memang masalah nematoda lebih banyak diteliti oleh nematologiwan dari kawasan subtropika yang secara faktual pengaruhnya terhadap sektor pertanian lebih kecil dibanding di kawasan tropika (Indonesia). Apresiasi yang masih rendah tersebut tercermin dalam berbagai aspek, seperti rendahnya fasilitas (dan dana), baik untuk penelitian, pengembangan, penyuluhan, pengajaran, dan pendidikan di perguruan tinggi maupun strata pengajaran dan pendidikan lainnya. Mungkin belum disadari sepenuhnya bahwa epidemi hama dan penyakit tumbuhan dapat menjadi bencana kemanusiaan. Sebagai contoh, epidemi penyakit busuk daun kentang oleh Phytophthora infestans di Irlandia pada tahun , mengakibatkan produksi kentang negara tersebut hancur sehingga muncul bencana Irish Famine, yang memakan korban sekitar 1 juta penduduk meninggal dan 1,5 juta lainnya bermigrasi ke Amerika (Woodham-Smith 1962). Peran nematoda dalam tragedi tersebut secara eksplisit tidak disebutkan. Namun, hasil penelitian mengungkap bahwa terdapat interaksi sinergis antara nematoda dan penyakit pada tanaman kentang, antara lain Meloidogyne spp. dengan P. infestans. Ternyata bila Meloidogyne spp. dikendalikan, intensitas serangan cendawan P. infestans dan P. solanacearum dapat ditekan (Widjaja 1978a,1979; Hadisoeganda 1990). Jumlah penduduk Indonesia mencapai 225 juta pada tahun 2005 dan diprakirakan menjadi 262 juta jiwa pada tahun Apabila diversifikasi karbohidrat nonberas tidak berhasil dan tingkat konsumsi beras per kapita masih 134 kg/tahun maka pada tahun 2020 pasokan beras akan defisit 8,5 juta ton. Sangat ironis bahwa Indonesia sebagai negara agraris, pada tahun 2003 tercatat sebagai pengimpor bahan pangan terbesar di dunia, yaitu sekitar 2,0 juta ton beras, 1,6 juta ton gula, 0,8 juta ton kedelai, 4,5 juta ton gandum, dan 1,0 juta ton jagung (Husodo 2003). Tingkat produktivitas berbagai komoditas hortikultura di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan potensi produksinya. Rata-rata hasil kentang kurang dari 15 t/ha, padahal potensi produksi yang dapat dicapai di kawasan tropika sekitar 35 t/ha. Di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), dengan pengelolaan tanaman yang intensif termasuk pengendalian nematoda, hasil kentang mencapai t/ha. Di Jerman, varietas kentang Franzi, Cordia, dan Miranda yang tahan terhadap G. rostochiensis patotipe A, mampu menghasilkan umbi lebih dari 48 t/ha (Kratzig 1977). Untuk mengurangi beban defisit pasokan karbohidrat maka produktivitas komoditas penghasil karbohidrat nonberas, seperti kentang perlu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan mengendalikan nematoda parasit kentang seperti Meloidogyne spp., Globodera spp., dan Pratylenchus spp. dengan sistem Pengendalian Nematoda Terpadu (PNT). Hal senada dikemukakan oleh Chiarappa

4 104 A. Wijaya W. H. sisa tanaman dan perakaran diangkut ke luar lahan dan dibakar. Tindakan tersebut diulangi 2 atau 3 kali dengan interval waktu satu minggu. Penyiangan gulma khususnya dari kelompok Solanaceae perlu dilakukan sebersih mungkin. d. Menanam varietas tahan atau toleran terhadap nematoda adalah cara pengendalian yang murah, tidak mencemari lingkungan tetapi sangat efektif. Berdasarkan hasil penelitian dari luar negeri, beberapa varietas kentang seperti Marion, Culpa, Evira, Gitte, Vevi, Aula, dan Filli tahan terhadap NSE biotipe A, sedangkan Cordia tahan terhadap biotipe B. Penelitian lain membuktikan bahwa varietas Granola, Miranda, Renema, Alexa, Herold, Pirola, dan Dextra tahan terhadap NSE biotipe A (Kratzig 1974, 1975, 1977, dalam Hadisoeganda 2003a). e. Menggunakan pupuk organik yang sudah terurai sempurna. Berdasarkan penelitian, berbagai pupuk organik, khususnya pupuk hijau kubis (cabbage green manure), meals and oil cakes, mustard oil cakes, serbuk gergaji (saw dust), pupuk dari halaman (farm yard manure), kompos dan kemungkinan bahan organik lain mampu menekan populasi Globodera spp. melalui berbagai mekanisme, seperti menekan pelepasan larva dari dalam sista, menekan perkembangan nematoda dalam jaringan akar, meningkatkan musuh alami nematoda, dan meningkatkan ketahanan akar terhadap serangan nematoda (Sitaramiah 1990 dalam Marks dan Brodie 1998). f. Rotasi tanaman: menanam tanaman yang tahan atau bukan inang NSK, digilirkan dengan tanaman pokok yaitu kentang, sehingga populasi awal NSK pada waktu tanaman kentang ditanam diharapkan rendah. Tanaman rotasi diusahakan yang memiliki manfaat, baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan penelitian yang telah dirangkum dan ditulis kembali oleh Sethi dan Gaur (1990) dalam Hadisoeganda (2003a), di Amerika Serikat, rotasi kentang varietas tahan dan gandum (oats) selama 2 tahun dapat menekan populasi NSK menjadi sangat rendah. Di Rusia, rotasi kentang dengan gandum, rumput tahunan, varietas kentang tahan (Ariadna, Antinema, Specula), lupin, winter rye, barley dan clover selama 3-4 tahun dapat menekan populasi NSK sampai 98%. Di India, rotasi dengan kapri dan buncis selama 4 tahun dapat menekan populasi NSK sampai 80%. Di Maroko, rotasi dengan jagung selama 1 tahun; di Jepang dengan gandum (wheat), bit gula (sugar beet) dan Azuki (Phaseolus vulgaris) selama 1-2 tahun dapat menekan populasi NSK hingga hanya tinggal 32-56%. 2. Pemupukan Berimbang Berdasarkan hasil penelitian Balitsa dan petugas lapang PHT dapat direkomendasikan patokan pemupukan berimbang pada tanaman kentang pada tanah Andosol sebagai berikut: pupuk organik 30 t/ha (20-30 t/ha), urea 200 kg/ha ( kg/ha), ZA 400 kg/ha ( kg/ha), TSP 250 kg/ ha ( kg/ha), dan KCl 300 kg/ha ( kg/ha). 3. Pencabutan Tanaman Sakit (Roguing) Program nasional Pengendalian Hama Terpadu memasukkan pencabutan tanaman sakit sebagai salah satu taktik PHT.

5 106 A. Wijaya W. H. 1986, persediaan nematisida bagi pertanian terbatas. Nematisida sistemik organo karbamat (aldikarb, oksamil, karbofuran) dan organofosfat (khususnya fenamifos) efektif mengendalikan NSK dan spesies dari genus Heterodera pada berbagai tanaman. Model kerja (mode of action) bahan aktif nematisida tersebut dalam menekan populasi nematoda adalah dengan mengubah perilaku nematoda (nematostatic), antara lain abnormalitas pergerakan tubuh dan stilet serta menghambat penetasan telur dan pergantian kulit larva. Sampai saat ini, belum tersedia data dan informasi tentang efektivitas nematisida terhadap NSK pada kentang di Indonesia. Oleh karena itu, perlu segera diteliti efektivitas nematisida yang direkomendasikan untuk Meloidogyne spp., seperti karbofuran 3G, etoprofos 10G, kadusafos 10G, terhadap NSK. NSK yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2003 sebelumnya termasuk dalam Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) kelas A1 (Puskara 2000), belum terdapat di Indonesia dan seharusnya dilarang keras masuk ke wilayah Indonesia. Namun, hasil survei menunjukkan bahwa NSK ditemukan pada sebagian sentra produksi kentang di Indonesia (Direktorat Perlindungan Hortikultura 2003; Hadisoeganda 2003a, 2003b, 2003c, 2006). Berdasarkan keadaan tersebut maka selain PNT perlu dilakukan pengendalian dengan peraturan (legislation measures), tidak hanya untuk NSK tetapi juga OPTK kelas A1 lainnya (Hadisoeganda dan Widjaja 1984, Puskara 2000; Hadisoeganda 2003a). Tindakan pengendalian dengan peraturan antara lain adalah: 1. Melarang atau membatasi izin impor benih dari negara yang telah terjangkiti (endemis) dengan ketentuan karantina yang ketat. 2. Mengimpor benih yang dilengkapi phytosanitary certificate, bebas dari kontaminasi bahan ikutan (tanah, bekas tumbuhan lain). 3. Melarang peredaran dan penanaman benih dari daerah terserang (endemis) ke daerah lain yang belum terjangkiti. 4. Keharusan melakukan perlakuan benih (seed treatment) di daerah serangan. 5. Menerapkan kawasan karantina bagi daerah yang sudah terjangkiti. 6. Menerapkan dengan konsekuen ketentuan UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, PP No. 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Kepmentan No. 887 tahun 1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT. KESIMPULAN DAN SARAN Paradigma pembangunan pertanian di Indonesia perlu diserasikan dengan tantangan arus globalisasi yang makin deras dan nyata. Persaingan perdagangan produk pertanian yang makin ketat di antara negara produsen, menuntut ditingkatkannya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan produk pertanian yang berdaya saing tinggi. Hanya agribisnis yang menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menghasilkan produk pertanian yang ramah lingkungan yang pada gilirannya dapat mengakses pasar global. Upaya tersebut akan menghadapi banyak kendala, antara lain serangan OPT termasuk nematoda parasit tanaman. Peran nematoda dalam penurunan produktivitas tanaman bukan hanya sebagai single fighter, tetapi juga sebagai fasilitator yang meningkatkan kemampuan patogen lain dalam menginfeksi tanaman.

6 108 A. Wijaya W. H. It must be amusing to God who created the continuums in nature, to watch the people of science divide the continuum into arbitrary segments and then spend much of their time arguing about the position of the borders between the arbitrary segments. DAFTAR PUSTAKA Alam, M.M., M.A. Siddiqui, and A. Ahmad Antagonistic plants. p In M.S. Jairajpuri, M.M. Alam, and I. Ahmad (Eds.). Nematodes Bio-Control (Aspects and Prospects). CBS Publishers and Distributors PVT Ltd, Delhi, India. CAB International Crop Protection Compendium. Centre for Applied Bioscience International, UK. Chiarappa, L Foreword. p In J.E. Peachey (Ed.). Nematodes of Tropical Crops. Tech. Commun. No. 40, Commonw. Bur. Helminthol., St. Albans, Hertz, England. Commonw. Agric. Bureaux. Direktorat Perlindungan Hortikultura Pengenalan dan Pengendalian Nematoda Sista Kuning Globodera rostochiensis. Edisi Revisi. Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan Japan International Cooperation Agency. 38 hlm. Hadisoeganda, A. dan W. Widjaja Nematoda parasit kentang dan cara pengendaliannya. hlm Dalam A.A. Asandhi, S. Sastrosiswojo, Suhardi, Z. Abidin, dan Subhan (Ed.). Kentang (edisi kedua). Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Jawa Barat. Hadisoeganda, A Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spesies) pada Sayuran Dataran tinggi: Identifikasi, pencaran dan penelitian-penelitian untuk memperkuat konsepsi Pengendalian Nematoda Terpadu. Disertasi Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung. 353 hlm. Hadisoeganda, A Pencaran, identifikasi dan prevalensi nematoda bengkak akar di sentra daerah penanaman sayuran dataran tinggi di Indonesia. Buletin Penelitian Hortikultura XX (3): Hadisoeganda, A Efikasi nematisida dalam pengendalian nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) di tanah Andosol I. Pengaruh aplikasi nematisida pada hasil tomat. Buletin Penelitian Hortikultura XXI (4): Hadisoeganda, A. 1994a. Efikasi nematisida (Meloidogyne spp.) di tanah Andosol II. Pengaruh aplikasi nematisida pada kerapatan populasi larva nematoda di dalam tanah. Buletin Penelitian Hortikultura XXVI (3) : Hadisoeganda, A. 1994b. Pengaruh kultivar tahan bakteri layu pada interaksi nematoda bengkak akar dan bakteri layu pada tomat. Buletin Penelitian Hortikultura XXVI (4): Hadisoeganda, A Interaksi kultivar tomat tahan cendawan layu Fusarium terhadap nematoda bengkak akar dan cendawan layu. J. Hort. 5 (3): Hadisoeganda, A Review hasil pemeriksaan komposisi spesies dan densitas nematoda parasit tumbuhan dari tahun 1972 sampai dengan Laporan Penelitian Nematoda Parasit Tumbuhan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Hadisoeganda, A. 2003a. Pengendalian terpadu nematoda sista emas (golden cyst nematode, Globodera rostochiensis) pada tanaman kentang. Ma-

7 110 A. Wijaya W. H. naman tomat. Buletin Penelitian Hortikultura VIII (2): Widjaja, A. 1978a. Hubungan antara tingkat populasi awal dari Meloidogyne spp., dan kerugian produksi tomat. Buletin Penelitian Hortikultura VI (1): Widjaja, A. 1978b. Pemberantasan nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman kentang dengan Terracur P. 10G. Buletin Penelitian Hortikultura VI (2): Widjaja, A Percobaan pemberantasan Meloidogyne spp. (root-knot nematodes, nematoda bengkak akar) pada tanaman kentang dengan Furadan 3G (carbofuran). Buletin Penelitian Hortikultura VII (4): Widjaja, A Hubungan antara jumlah populasi awal dari nematoda bengkak akar (root-knot nematodes) Meloidogyne spp., dan kerugian hasil kentang. Buletin Penelitian Hortikultura VI (2): Woodham-Smith, C The Great Hunger Ireland Harper & Row, New York.

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008). Kentang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia (Wattimena, 2000 dalam

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang

Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang Strategi Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas hortikultura jenis sayuran umbi penting di Indonesia

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit Gejala pada tajuk (bagian di atas permukaan tanah) Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh NSK sangat khas. Tanaman akan mengalami kerusakan akar yang menyebabkan berkurangnya

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Filum: Nematoda, Kelas: Secernentea, Ordo: Tylenchida, Superfamili: Heteroderoidae, Famili: Heteroderidae, Subfamili: Heteroderinae, Genus: Globodera, Spesies: G. rostochiensis Oleh: Edi Suwardiwijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai penghasil gula.tanaman tebu mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Dari tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kentang merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai sumber karbohidrat, kentang merupakan sumber bahan pangan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan tanaman sumber bahan pangan, kandungan karbohidrat pada umbi tanaman ini tinggi. Selain itu, ubikayu juga berpotensi sebagai bahan baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong dalam kelompok rumput-rumputan (famili Poaceae). Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan bahan pangan yang terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam Fitriyani, 2009). Kentang mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah 18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang

Lebih terperinci

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki berbagai keunggulan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki berbagai keunggulan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pisang merupakan salah satu komoditas yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan komoditas buah lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: dapat diusahakan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 15 0 C (Simmonds

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai arti penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Sejarah Awal mulanya kentang diintroduksi dari Amerika Selatan ke Spanyol sekitar tahun 1570. Penerimaan masyarakat Spanyol menyebabkan penanaman dan distribusi kentang

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG Engkos Koswara 1 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

LAPORAN HASIL PERCOBAAN LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI FUNGISIDA RIZOLEX 50 WP (metil tolklofos 50%) (385/PPI/8/2008) TERHADAP PENYAKIT BUSUK DAUN Phytophthora infestans PADA TANAMAN KENTANG Pelaksana : H.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat PENDAHULUAN Latar belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat prioritas tinggi di bidang penelitian dan pengembangan sayuran di Indonesia. Berdasarkan volume, kentang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang penting di Indonesia. Ditinjau dari nilai gizinya, kentang merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang

Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang Pengenalan dan Pengendalian Nematoda pada Kentang Nematoda telah menjadi masalah serius di sentra sentra produksi kentang di Indonesia, nematoda dapat menurunkan produksi secara drastis baik dari kualitas

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat sekarang ini pertanian tidak lagi menjadi aktivitas yang sederhana, tidak sekedar bercocok tanam, tetapi menjadi suatu kegiatan bisnis yang kompleks. Pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. Buahnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kentang (Solanum tuberosum)

TINJAUAN PUSTAKA. Kentang (Solanum tuberosum) TINJAUAN PUSTAKA Kentang (Solanum tuberosum) Kentang (Solanum tuberosum) awalnya didomestifikasi di Pegunungan Andes Amerika Selatan sekitar 8000 tahun yang lalu. Beberapa jenis tanaman di Andes yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

Identifikasi Spesies Nematoda Parasit Kopi Arabika pada Beberapa Areal Calon Lahan di Jawa Barat. Soekadar Wiryadiputra 1)

Identifikasi Spesies Nematoda Parasit Kopi Arabika pada Beberapa Areal Calon Lahan di Jawa Barat. Soekadar Wiryadiputra 1) Identifikasi Spesies Nematoda Parasit Kopi Arabika pada Beberapa Areal Calon Lahan di Jawa Barat Soekadar Wiryadiputra 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember. Kejayaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PENGANTAR. Muhrizal Sarwani

PENGANTAR. Muhrizal Sarwani PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Pupuk dan Pestisida Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi. Sedangkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit 45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan

Lebih terperinci

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KODE JUDUL: 1.03 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek pengembangan dan pemasaran yang cukup baik karena banyak dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan PENDAHULUAN Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penyegar, dan sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMULIAAN SAYURAN TAHAN CEKAMAN BIOTIK. Balitsa

PERKEMBANGAN PEMULIAAN SAYURAN TAHAN CEKAMAN BIOTIK. Balitsa PERKEMBANGAN PEMULIAAN SAYURAN TAHAN CEKAMAN BIOTIK TUPOKSI BALITSA 1. melaksanakan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman sayuran 2. melaksanakan penelitian morfologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan prospek yang cukup cerah. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi kedua setelah sereal. Di Indonesia kentang juga merupakan komoditas

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi kedua setelah sereal. Di Indonesia kentang juga merupakan komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum) merupakan bahan pangan yang terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras dan mengandung nilai karbohidrat tertinggi kedua setelah

Lebih terperinci

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pertanian yang berkelanjutan Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN Dr. Suswono, MMA Menteri Pertanian Republik Indonesia Disampaikan pada Seminar Nasional Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini secara luas dapat ditanam di dataran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanurn tuberosurn L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di dunia. Tanaman ini pertama kali ditanam di lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM

I. PENDAHULUAN II. KULTUR TEKNIS PERSIAPAN TANAM I. PENDAHULUAN Tomat merupakan satu dari sayuran yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Sebagai sayuran buah, tomat merupakan sumber vitamin A dan C. Tomat tumbuh baik pada temperatur 20-27 C, pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN

PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN LAPORAN PENELITIAN PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN OLEH : PROF.DR.H. SADELI NATASASMITA, IR. TOTO SUNARTO, IR.,MP. UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA?

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? SEJARAH KARANTINA INDONESIA (http://karantina.deptan.go.id/main.php?link=or1) Karantina Pertanian tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai

Lebih terperinci